PENINGKATAN KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM

Download Abstrak. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu ... Perlu upaya pemberian edukasi kesehatan kepada keluarga agar keman...

0 downloads 457 Views 97KB Size
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

Peningkatan Kemandirian Keluarga Dalam Pencegahan ISPA Pada Balita Melalui Program Edukasi Berbasis Komunitas The Increase of Family Independence in ARI Prevention for Toddler by community Based Education Program

1

Vitria Erlinda1 Magister Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh E-mail: [email protected] (Korespondensi)

Abstrak Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada balita dan menempati urutan pertama penyebab kematian. Perlu upaya pemberian edukasi kesehatan kepada keluarga agar kemandirian keluarga dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas program edukasi berbasis komunitas terhadap kemandirian keluarga dalam pencegahan ISPA pada balita. Jenis penelitian yang digunakan quasi-eksperiment melalui rancangan pretest dan posttest dengan populasi keluarga yang memiliki balita dengan atau pernah mengalami ISPA di Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 101 responden yang dibagi menjadi 3 kelompok (edukasi sebaya, ceramah dan kontrol). Analisa data menggunakan uji one way anova dan uji ancova. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam kemandirian keluarga pada pencegahan ISPA sebelum intervensi (p>0,05); ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam kemandirian keluarga pada pencegahan ISPA sesudah intervensi (p<0,05). Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan metode edukasi sebaya lebih efektif dibandingkan metode ceramah. Oleh karena itu, diharapkan kepada pihak puskesmas untuk mensosialisasikan metode edukasi sebaya untuk peningkatan kemandirian keluarga dalam pencegahan ISPA pada balita. Kata kunci: ISPA, kemandirian keluarga, edukasi sebaya, ceramah Abstact Upper Respiratory Infection (ARI) is one of disease which often happened for toddlers and increased every year. In this case, family need some effort of health information to make their independence in prevention of ARI will increasing with various method of education. The purpose of this research was to find out the effecctivity difference of education and lecture method for family independence in toddlers Upper Respiratory Infection (ARI). The method of this research was a quasy experiment research design device of pretest and postest with family who had toddlers with ARI experienced at community health centers Simpang Tiga Aceh Besar as the population.The sample was selected by using a purposive sampling with amount of sample counted 101 respondent become 3 group (Group of coeval education, lecture group, control group). The data were analyzed with one way anove test and ancova test. The research result showed that no significant differences which group in family independence prevention of ARI before and after intervention ( p>0,05), there was get different which group in family independence prevention of ARI after intervention ( p<0,05). Based on the statistic test results that showed the coeval education method more effective than lecture method. Therefore, this research recommended the public health care must develop an integrated peer education policy in nursing service at community health service to increasing the independence of family in toddlers Upper Respiratory Infection (ARI) prevention. Key words : URI, Family Independence, Coeval Education, Lecture.

90

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

masalah

Latar Belakang

kesehatannya

dengan

benar,

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

merupakan

salah

satu

melakukan tindakan keerawatan sederhana

masalah

sesuai

kesehatan utama di dunia. Hal ini dibuktikan masih

tingginya

angka

kesakitan

anjuran,

melakukan

tindakan

pencegahan secara aktif dan melakukan

dan

tindakan promotif secara aktif.

kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan balita (Depkes RI, 2010). World Health

Peran perawat di komunitas sangat besar

Organization

memperkirakan

dalam memberikan suport dan edukasi pada

insidens ISPA di negara berkembang dengan

keluarga dengan memberikan informasi pada

angka kematian balita di atas 40 per 1000

keluarga tentang pengetahuan, pencegahan

kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun

dan perawatan pada ISPA (Depkes RI, 2000).

(WHO)

pada golongan usia balita. (WHO, 2007). Berbagai bentuk pendidikan kesehatan telah Penyakit ISPA masih banyak menyerang

dilaksanakan, antara lain melalui media cetak

masyarakat. Padahal penanganan kasus ISPA

dan elektronik maupun melalui metode

di puskesmas disesuaikan dengan protap

ceramah dan diskusi serta edukasi sebaya.

penanganan yang sudah baku dan rasional

Model intervensi dengan pendekatan edukasi

sudah dijalankan. Tingkat keparahan penyakit

perlu dikembangkan dan diterapkan agar lebih

ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan

efektif dalam meningkatkan kemandirian

keluarga

keluarga

mengontrol

dan

merawat

anggota keluarga yang sakit di rumah.

dalam

mengatasi

maslah

kesehatannya (Wati, 2010).

Ketidakmampuan keluarga memahami dan mengetahui menangani

dampak masalah

serta ISPA

Sesuai dengan hasil penelitian Yuliani (2010)

bagaimana menyebabkan

masalah dalam keluarga. Untuk itu perlu

diketahui

adanya

kesehatan

terhadap

pengaruh

pendidikan

tingkat

kemandirian

penderita TB Paru dan keluarga peserta

upaya untuk memandirikan keluarga dalam

DOTS dengan nilai p < 0,05. Sejalan dengan

mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi

hasil

oleh keluarga (Friedman, 2003).

penelitian

Purwandari

(2012)

menunjukkan ada perbedaan yang signifikan Menurut Depkes RI (2006), ada beberapa

dalam pengetahuan ibu pada penanganan

kiteria kemandirian keluarga, diantaranya

ISPA pada balita antara sebelum dan sesudah

menerima

penyuluhan (p < 0,05).

pelayanan

petugas

kesehatan,

kesehatan

sesuai

menerima rencana

Berdasarkan uraian latar belakang, maka

keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan

rumusan 91

masalah

penelitian

ini

adalah

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

“apakah ada perbedaan efektifitas program

menggunakan teknik purposive sampling,

edukasi

dalam

dimana suatu teknik penetapan sampel dengan

kerja

cara memilih sampel diantara populasi sesuai

Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh

dengan tujuan penelitian sehingga sampel

Besar ?”

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

berbasis

kemandirian

komunitas

keluarga

di

wilayah

yang telah dikenal sebelumnya (Notoatmodjo, Metode

2010). Adapun kriteria sampel adalah ibu- ibu atau pengasuh berumur 18 sampai 40 tahun

Desain penelitian

(dewasa awal) (Hurlock, 2001). Penelitian ini menggunakan

desain quasiInstrumen penelitian ini berupa kuesioner

eksperimental dengan rancangan pretest and

yang terdiri dari dua bagian yaitu karakteristik

Posttest (Sugiyono, 2011). Dalam desain ini

keluarga (bagian A) dan tingkat kemandirian

melibatkan tiga kelompok subjek, yaitu satu kelompok

diberikan

perlakuan

keluarga dalam pencegahan ISPA (bagian B)

edukasi

dengan 30 butir pertanyaan berdasarkan

sebaya, satu kelompok diberikan perlakuan

kriteria

ceramah dan satu kelompok tidak diberikan perlakuan (kelompok perlakuan

membandingkan

dengan variabel

Keperawatan

Kesehatan Republik Indonesia (2006) yang

cara

telah dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian

kemandirian

ini. Instrumen telah melewati uji validitas

keluarga terhadap pencegahan ISPA pada balita pada ketiga

Dampak

Kesehatan Masyarakat menurut Departemen

kontrol). Efek dari

diuji

Indikator

menggunakkan uji Pearson Product Moment

kelompok sebelum dan

berkisar antara 0,514-0,644 dan reliabilitas

setelah dikenai perlakuan (Sugiyono, 2011).

dengan menggunakan Cronbach‟s Alpha

Populasi dan sampel

dengan nilai >0,94.

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga

Tempat dan waktu penelitian

yang memiliki balita dengan atau pernah Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas

mengalami ISPA di Puskesmas Simpang Tiga

Simpang

Kabupaten Aceh Besar antara bulan Januari

Penelitian

perhitungan

besar

ini

menggunakan

sampel

menggunakan

Juli

yang

berjumlah

101

Aceh

Besar.

2014

dimulai

dengan

pengambilan

responden, kegiatan pretest, pemilihan tutor sebaya, pelatihan tutor sebaya,

rumus Slovin (1960, dalam Notoatmodjo, 2010)

Kabupaten

Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Juni-25

sampai Juni 2014 dengan jumlah 119 keluarga.

Tiga

pemberian

informasi tentang ISPA, dan posttest.

orang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini 92

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa rata-rata

Hasil

umur responden berumur ± 26 tahun, paling Sebelum data dianalisis secara statistik,

banyak

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas

(25 responden); tingkat pendapatan sebagian

distribusi data normal (p>0,05). Selanjutnya

besar

dilakukan uji homogenitas varians dengan

responden);

kemandirian keluarga dan diperoleh nilai p-

disimpulkan

bahwa

sehingga

data

Untuk

melihat

dampak

Tabel 2. Dampak Intervensi terhadap Kemandirian Keluarga Sebelum dan Sesudah Intervensi (n=34) Variabel/ Sub Test Variabel Pretest Postest (Mean ± SD) (Mean ± SD) Kemandirian Keluarga dalam pencegahan ISPA 1. Menerima petugas 2,56 ± 0,50 2,65 ± 0,48 kesehatan 2. Menerima 1,73 ± 0,45 1,68 ± 0,53 pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan 3. Tahu dan dapat 2,03 ± 1,06 2,03 ± 1,11 mengungkapkan masalah kesehatan 4. Memanfaatkan 2,41 ± 0,66 2,18 ± 0,72 fasilitas kesehatan 5. Melakukan 2,70 ± 0,87 2,70 ± 0,72 tindakan keperawatan sederhana 6. Melakukan 4,03 ± 0,90 3,53 ± 1,02 tindakan pencegahan 7. Melakukan 0,56 ± 0,50 0,50 ± 0,51 tindakan peningkatan (promotif) secara aktif

sebelum

One Way Anova. intervensi

pada

kelompok dilakukan uji Analysis of Variance (Ancova), selanjutnya dilakukan uji lanjutan Post Hoc untuk mengetahui perbedaan yang signifikan

antar

kelompok.

Perbedaan

dianggap bermakna bila p <0,05. Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Tingkat Pendapatan dan Jumlah Anggota Keluarga (n=34) Karakteristik

Umur (Mean ± SD) ᵃ

Edukasi Sebaya (n = 34) 26,08 ± 3,88

responden

kemandirian

kelompok

intervensi dilakukan uji

besar

yaitu sebesar 55,9% (19 responden).

(homogen). Untuk mengetahui perbedaan antara

sebagian

memiliki jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang

dapat

keluarga mempunyai varians yang sama

kemandirian

pada tingkat pendapatan rendah (≤

Rp.1.750.000,-) yaitu sebesar 73,5 % (25

menggunakan uji Levene untuk variabel

(p>0,05),

rendah

responden tidak bekerja, yaitu sebesar 73,5%

Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan hasil

0,709

berpendidikan

sebesar 44,1% (15 responden); sebagian besar

(kesetaraan). Uji normalitas menggunakan uji

value

responden

Kelompok Ceramah (n = 34)

Kontrol (n = 33)

25,58 ± 3,53

25,87± 3,90

Tingkat Pendidikanᵇ 1. Rendah (n %) 2. Menengah (n %) 3. Tinggi (n %)

8 (23,51) 20 (58,8) 6 (17,6)

6 (17,6) 22 (64,7) 6 (17,6)

6 (18,2) 20 (60,6) 7 (21,2)

Pekerjaanᵇ 1. Bekerja (n %) 2. Tidak Bekerja (n %)

9 (26,5) 25 (73,5)

6 (17,6) 28 (82,4)

6 (18,2) 27 (81,8)

Tingkat Pendapatanᵇ 1. Rendah (n %) 2. Tinggi (n %)

25 (73,5) 9 (26,5)

25 (73,5) 9 (26,5)

19 (57,6) 14 (42,4)

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa Tabel 4.2 diatas

menunjukkan

bahwa

tidak

ada

perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam kemandirian keluarga pada pencegahan 93

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

ISPA sebelum intervensi (p <0,05). Setelah

Pembahasan

intervensi, ada perbedaan yang signifikan Tingkat kemandirian keluarga merupakan

antara kelompok dalam kemandirian keluarga

indikator dalam menilai sejauh mana tugas

pada pencegahan ISPA (p <0,05).

kesehatan Tabel 3. Perbandingan Antara Kelompok Edukasi Sebaya, Ceramah dan Kontrol Terhadap Kemandirian Keluarga Dalam Pencegahan ISPA Sesudah Intervensi (n = 101) Mean Difference (SE) Variabel Edukasi Ceramah Edukasi Sebaya vs Sebaya vs Kontrol vs Kontrol Ceramah Kemandirian 9,13 6,20 2,92 keluarga (0,367)* (0,368)* (0,367)* dalam pencegahan ISPA pada balita

Tabel

3

menunjukkan

perbedaan mean

bahwa

menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan;

kemandirian

keluarga

sebesar

9,13;

antara

tindakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada

akhir

perbedaan

yang

signifikan

antara

kelompok edukasi sebaya, ceramah dan kontrol dalam kemandirian keluarga dalam

antara

pencegahan ISPA pada balita di sebelum intervensi

kelompok

(p

>0,05).

Namun,

setelah

intervensi ada perbedaan yang signifikan antara

kelompok

edukasi

sebaya

dan

ceramah dengan kelompok kontrol serta

sebaya dengan kelompok ceramah sebesar

bahwa

pencegahan; melakukan tindakan

RI, 2006).

6,20 sedangkan antara kelompok edukasi

menunjukkan

kesehatan;

peningkatan (promotif) secara aktif (Depkes

ceramah dengan kelompok kontrol sebesar

2,92 dengan nilai p <0,05.

dapat

tindakan keperawatan sederhana; melakukan

kelompok edukasi sebaya dengan kelompok kontrol

masalah

dan

pemanfaatan fasilitas kesehatan; melakukan

intervensi (posttest). Perbedaan mean (Mean Difference)

mengetahui

mengungkapkan

adanya

pada

oleh

antara lain : menerima petugas kesehatan;

ceramah terhadap kelompok kontrol dengan pretest

dipenuhi

yang terkait dengan kemandirian keluarga

yang signifikan antara

nilai

telah

keluarga terkait (Friedman, 2003). Aspek

kelompok edukasi sebaya dan kelompok

mengendalikan

keluarga

antara kelompok edukasi sebaya dengan

Hal ini

kelompok ceramah(p <0,05).

peningkatan

kemandirian keluarga dengan metode edukasi

Adanya perbedaan yang signifikan terhadap

sebaya lebih efektif baik daripada metode

kemandirian keluarga

ceramah.

ISPA pada kelompok dipengaruhi karena pemberian

informasi

dalam

pencegahan

kesehatan

melalui

metode edukasi sebaya dan metode ceramah,

94

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

sedangkan pada kelompok kontrol tidak

dalam Glanz (1997) dimana dalam promosi

diberikan perlakuan apa-apa.

kesehatan yang menekankan pada edukasi anggota keluarga ditujukan pada konsekwensi

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

kesehatan apabila keluarga tidak mengetahui

yang dilakukan oleh Qin Liu, Liping Liu,

dan tidak melakukan tindakan pencegahan

HuyenVu, Xiaoxue Liu, Shenglan Tang &

terhadap ISPA, maka keluarga didorong

Hong Wan di Chongqing, Cina (2008), pada

untuk

153 siswa dari 3 sekolah yang dipilih secara

memperhatikan

informasi

yang

diberikan.

acak tentang dampak dari program pendidikan kesehatan antara metode edukasi sebaya dan

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

ceramah dalam pengendalian TB Paru di

Luchters, et al (2005) terhadap 503 pekerja

daerah

penelitian

seks perempuan di Mombasa, Kenya yang

menunjukkan bahwa ada perbedaaan yang

bertujuan untuk mencegah HIV dan infeksi

signifikan terhadap kemandirian para siswa

menular seksual lainnya (IMS). Dari hasil

dalam pencegahan TB Paru pada kelompok

penelitian diketahui metode edukasi sebaya

edukasi sebaya, ceramah dan kontrol (p

lebih

<0,01).

kesadaran responden menggunakan kondom

pedesaan.

Hasil

efektif

meningkatkan

sikap

dan

secara konsisten dan kemungkinan menolak Edukasi sebaya dapat diidentifikasi sebagai

klien yang tidak mau menggunakkan kondom

berbagi (sharing) pengalaman dan saling

dibandingkan metode ceramah (p <0,001).

belajar dari sekelompok orang yang memiliki kesamaan seperti umur, jenis kelamin, budaya

Begitu juga hasil penelitian

ataupun tempat tinggal yang efektif dalam

(2009) di Shiraz, Iran terhadap 99 orang

meningkatkan

dan

wanita yang diagnosis kanker payudara

perilaku positif (Mc. Donald, et al., 2003).

stadium I dan II tentang peningkatan kualitas

Sedangkan metode ceramah merupakan suatu

hidup responden stelah pasca- mastektomi.

cara dalam menerangkan dan menjelaskan

Dari hasil pemnelitian didapatkan untuk

suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan

kelompok

kepada sekelompok sasaran disertai tanya

perbaikan yang signifikanpada aspek kualitas

jawab

hidup dan kemampuan mengurangi gejala

pengetahuan,

sehingga

memperoleh

sikap

informasi

tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Perubahan

kemandirian

keluarga

edukasi

sebaya

Sharif, et al

menunjukkan

dibandingkan kelompok kontrol (p <0,001). dalam

Secara umum berdasarkan hasil penelitian

mengenal masalah juga sesuai dengan teori

telah diketahui ada perbedaan yang signifikan

the Health Believe Model dari Rosenstock

antara kelompok edukasi sebaya dan ceramah 95

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

dengan kelompok kontrol, maupun atara

dalam kelompok sebaya dapat dikembangkan

kelompok edukasi sebaya dengan ceramah

kegiatan edukasi dalam bentuk penyuluhan,

dalam

terhadap

sharing, dan diskusi serta adanya proses

diberikan

dinamis sebagai kelompok dan penjelasan

intervensi. Hasil penelitian menunjukkan

yang diberikan oleh seorang kelompoknya

bahwa kelompok edukasi sebaya ternyata

sendiri akan lebih mudah dipahami (Negara

lebih

meningkatkan

dkk, 2006). Edukasi sebaya sebagai salah satu

kemandirian keluarga. Hal ini ditunjukkan

bentuk dari proses kelompok dimana proses

dengan

kelompok ini sebagai salah satu bentuk

kemandirian

pencegahan

keluarga

ISPA

efektif

sesudah

dalam

kemandirian

keluarga

kelompok

edukasi sebaya yang meningkat lebih tinggi

intervensi

keperawatan

pada

masyarakat

dibandingkan kelompok ceramah dan kontrol.

melalui support social dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di komunitas (Stanhope &

Nisma (2008) menyatakan bahwa edukasi

Lancaster, 2004; Hitchcock, et al., 1999).

sebaya sangat efektif karena penjelasan yang diberikan oleh seseorang dari kelompok itu

Mc. Donal, et al (2003) menyatakan bahwa

sendiri

berdasarkan

akan

pendidikan

lebih lebih

penyampaian

mudah

dipahami,

bermanfaat

pengetahuan

karena

review

penelitian

telah

menunjukkan bahwa edukasi sebaya efektif

dilaksanakan

dalam

meningkatkan merupakan

pengetahuan.

secara berulang-ulang dengan komunikasi

Pengetahuan

yang lebih terbuka antar kelompok sebaya

meningat

yang mempunyai hubungan lebih akrab

meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

sehingga kelompok sasaran lebih nyaman

seseorang

berdiskusi.

meningkat (Bloom, 1956, dalam Allender &

dan

proses

mengenali

sehingga

yang

kemandirian

berpikir, dapat

dapat

Spradley, 2005). Keluarga akan paham akan informasi dan mau untuk

menyampaikan

permasalahannya

Peningkatan ini diperoleh dari proses edukasi

apabila informasi tersebut disampaikan oleh

yang melibatkan edukator sebaya sebagai

kelompok

keluarga

tutor dalam kelompoknya dalam memberikan

mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan

materi dan mendemonstrasikan tentang tugas

yang dialami keluarga.

kesehatan keluarga dalam pencegahan ISPA

sebayanya,

sehingga

pada balita. Pengajaran edukasi sebaya ini Pencegahan dan penanganan ISPA dengan

juga meningkatkan rasa keterikatan anggota

strategi kelompok edukasi sebaya dirasakan

kelompok, sehingga menimbulkan rasa saling

sebagai kebutuhan yang diharapkan dapat

peduli, saling mengajarkan dan meningatkan

memberikan hasil yang optimal, karena di

serta ingin tampil sama dengan edukator 96

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

sebaya dan teman sekelompoknya. Kondisi

Pada kelompok kontrol

ini dikuatkan dengan riview penelitian dari

perlakuan apa-apa, sehingga tidak terjadi

Zioleny, et al (2000) yang menyimpulkan

peningkatan kemandirian keluarga. Kondisi

bahwa edukator sebaya yang berperan sebagai

ini dikarenakan tidak adanya tidak terjadinya

tutor,

saling

proses saling belajar yang dapat meingkatkan

anggota

minat, rasa keterikatan dan kepedulian dalam

kelompok secara spontan antara edukator

masalah kesehatan, khususnya perawatan dan

sebaya dengan anggota kelompok dalam

pencegahan ISPA pada balita.

motivator

mempengaruhi

serta

adanya

perilaku

kesehariannya

antara

dalam

tidak diberikan

meningkatkan Hasil penelitian diatas telah menunjukkan

kemandirian dalam maslah kesehatan.

bahwa metode edukasi sebaya lebih efektif Sejalan dengan review riset dari Mellanby,

daripada

Ress dan Tripp (2000) yang menyatakan

meningkatkan kemandirian keluarga dalam

bahwa

penceghan ISPA pada balita.

pendidikan

kesehatan

melalui

metode

ceramah

dalam

pemberdayaan kelompok sebaya lebih efektif dibandingkan

yang

dikarenakan

dalam

menggunakan

gaya

lainnya.

Hal

edukasi bahasa

Kesimpulan

ini

sebaya Ada peningkatan kemandirian keluarga dalam

yang sesuai

pencegahan ISPA di wilayah kerja Puskesmas

dengan anggota kelompoknya dan lebih

simpang Tiga kabupaten Aceh Besar dengan

interaktif, sehingga lebih menarik dan lebih mudah

untuk

dipahami

oleh

metode edukasi sebaya dan ceramah.

anggota

kelompoknya. Referensi Pada

metode

memberikan

ceramah

kesempatan

tidak

dapat

kepada

sasaran

Allender. J.A., & Spradley, B.W. (2005). Communnity health nursing: Promoting and protecting the public’s health. (6 th Ed.). Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

untuk berpartisipasi secara proaktif (sasaran bersifat pasif), membosankan jika ceramah

Depkes RI. (2000). Informasi tentang ISPA pada balita. Jakarta : Pusat Kesehatan Masyarakat. Depkes RI.

yang disampaikan kurang menarik sasaran, pesan

yang

disampaikan

mudah

untuk

dilupakan oleh sasaran, sering menimbulkan pengertian

lain

memperhatikan.

apabila

sasaran

Selain

itu

Friedman, M.M.,Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family nursing: research, theory, and practice (5th ed). New Jersey: Pearson education Inc.USA

kurang

kesempatan

bertanya bagi sasaran, bila ada jumlahnya

Glanz, K., Rimer, B.K. & Lewis, F.M. (2002). Health behavior and health education. Theory, research and practice. San Fransisco: Wiley & Sons.

sangat dibatasi.

97

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E.B.(2001). Developmental psycology a life span approach. Alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta : Penerbit Erlangga

Purwandari, Galih. (2012). Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penenganan pertama ISPA pada balita. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Kesehatan. (2010). Pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Sharif, F,. Abshorshori, N., Tahmasebi, S., Maryam Hazrati< M, Zare, N, Masoumi, S. (2009). The effect of peerled education on the life quality of mactectomy patiens referred to breast cancer-clinics in Shiraz, Iran 2009. Health and Quality of life Outcomes 2010, 8: 74. Diakses tanggal 12 Agustus 2014) dari http://www.hqlo.com/content/8/1/74.

Liu, Q., Liu, L., Vu, H., Liu, X., Tang, S., & Wan, H. (2008). Comparison between peer-led and teacher-led ecucation tuberculosis prevention in rural middle schools in Chongqing, China. AsiaPasific Journalof Public Health. Diakses tanggal 4 Oktober 2014 dari http://aph.sagepub.com/. Luchters, S., Chersichi, M. F., Rinyiru, A., Barasa, M. S., King’ola, N., Mandaliya, K. (2005). Impact of five years of peermediated interving on sexual behavior and sexually transmitted infections among female sex workers in Mombasa, Kenya. BMC Publich Health 2008, 8: 143. Diakses tanggal 20 Agustus 2014 dari http://www.biomedcentral.com/1472458/8/143,

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r & d. Bandung : Alfabeta Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing (6th ed.).St.Louis : Mosby, Inc Wati,

Mc.Donald, J., Roche, A. M., Durbridge, M., et al. Peer education forom evidenced topractice: An alcohol & other drugs primer. (2014; http://www.nceta.flinders.edu.au/pdf/pe er-education/entire-monograph.pdf, diperoleh tanggal 5 April 2014).

P.A. (2010). Pengaruh metode pendidikan sebaya (peer education) dalam meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang kehamilan risiko tinggi. KTI tidak diterbitkan. Denpasar: Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali

WHO. (2007). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapsan akut (ISPA) yang Cenderung menjadi epidemi dan pendemidi fasilitas pelayanan kesehatan. Diunduh dari http://www.who.int/csr/resources/p ublications/WHO_CDS_EPR_2007_8b ahasa.pdf

Nisma, H. (2008) . Pengaruh penyampaian pendidikan kesehatan reproduksi oleh kelompok sebaya (peer group) terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMP negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, (online), (http://fadlide.files.ac.id/2010/01/kary a-tulis-ilmiah_nisma5.pdf, diakses 12 Maret 2014)

Yuliani, Eva. (2010). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemandirian keluarga merawat pasien TB Paru Program DOTS di Puskesmas Jongaya Makassar. Skripsi Program Studi Ilmu 98

Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371

Erlinda

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makasar Zioleny, R., Kimzeke, G., Stakic, S., Bruyn, M.D., et al (2000). Peer education training of trainers manual: Youth peer education elektronik resources. (http://www.aidsmark.org/ipc.en/pdf, diperoleh tanggal 5 Februari 2014).

99