PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN LOGAM BERAT

Download Pekerja memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena jumlahnya yang sangat besar, berperan dalam mengembangkan pe...

1 downloads 552 Views 6MB Size
613.62 Ind S

SERI PEDOMAN TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA BAGI PETUGAS KESEHATAN

PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN LOGAM BERAT

DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2012

r

ii

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

Pekerja memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena jumlahnya yang sangat besar, berperan dalam mengembangkan pembangunan perekonomian negara, dan merupakan tulang punggung ekonomi keluarga. Bila pekerja sehat dan produktif, ekonomi keluarga meningkat dan berdampak pada ekonomi pembangunan bangsa serta angka kemiskinan dapat diturunkan yang secara otomatis angka !MR dan MMR dapat diturunkan dan status gizi dapat ditingkatkan. Dalam perkembangan industrialisasi dan teknologi, makin banyak bahan dan slat yang digunakan mempunyai risiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja dapat terkena penyakit baik penyakit menular yang saat ini masih tinggi juga penyakit tidak menular termasuk penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan di tempat kerja. Penyakit akibat kerja ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas pekerja dan bila tidak ditangani secara balk akan menyebabkan kecacatan seumur hidup bahkan kematian. Oleh karena itu yang penting adalah deteksi dini penyakit. Untuk itu deteksi diperlukan kemampuan yang cukup dari dokter dalam diagnosis dini dan penanganan yang tepat. Saya menyambut balk adanya pedoman ini, semoga bermanfaat bagi dokter di pelayanan kesehatan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA

DR.dr. H. Slamet Riyadi Yuwono , DTM&H, MARS

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kit4 panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan k runiaNya buku Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini dapat diselesai an. Perkembangal industri saat ini sarat akan teknologi yang selain berdampak positif dari se i ekonomi namun juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Dokter di fasilitas kesehatan dasar sangat berperan untuk mencegah timbulnya penyakit dan kecacatan akibat kerja dengan melakukan deteksi dini dan penanganan y ng tepat. Seri Pedomar Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini, diharapkan dapat memberikan i formasi yang cukup bagi petugas kesehatan, dan dapat membantu dal 4m mengembangkan program. Terimakasih k mi sampaikan kepada PERDOKI yang telah berperan dalam penyusunan doman ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang membantu.

Kami menyad ri pedoman ini tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat Imengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaa dimasa mendatang. Akhir kata, ka i berharap semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan kh usnya dokter di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas, klinik perusah . an, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya maupun bagi instansi terkait

Jakarta, Juni 2012 Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga

dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS

iv

TIM PENYUSUN

1. Dr. dr. Fikry Effendi, MS, SpOk 2. dr. Erna Tresnaningsih , MOH, PhD, SpOk 3. DR. dr. Astrid W Sulistomo, MPH, SpOk 4. dr. Suryo Wibowo, MKK, SpOk 5. dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS

6. dr. Dina Dariana, MKK 7. dr. Bambang Setia 8. dr. Guntur Argana, MKes 9. drg Sarah Ifke Pasolang 10. dr. Fida Dewi Ambar Sari 11. Syahrul Efendi, SKM, MKKK

v

DAFTAR ISI KATA SAME TAN ............................................................i KATA PENG NTAR ..........................................................ii TIM PENYUS N ............................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................iv BABI.PEND HULUAN A. LA AR BELAKANG ............................................. B. TU UAN ............................................................ C. S ARAN ......................................................... D. R NG LINGKUP ............................................. BAB II. TATA AKSANA PENYAKIT AKIBAT PAJANAN LOGAM A. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN ALUMINIUM ................ B. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN ARSEN ....................... C. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN BERILLIUM ................ D. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN CADMIUM ................. E. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN CHROM ..................... F. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN COBALT ..................... G. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN CUPRUM ................... H. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN MANGAN ................... 1. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN MERKURI ................. J. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN NIKEL ....................... K. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN TIMBAL ...................... BAB III. PEN TUP .............................................................. DAFTAR PU TAKA ............................................................

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Logam secara alami terdapat di alam dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis industri yang memproduksi berbagai kebutuhan manusia. Benda yang berasal dari logam banyak digunakan dalam kehidupan seharihari antara lain untuk alat perlengkapan rumah tangga, memberi warna terang pada perkakas, sebagai pelarut emas, dan lain-lain. Dengan meningkatnya industrialisasi dimana banyak yang menggunakan unsur logam sebagai bahan baku, meningkatkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan baik pada manusia, hewan, tanaman. Selain itu pekerja yang bekerja menggunakan logam atau memproduksi logam sangat berisiko terjadinya gangguan kesehatan akibat logam tersebut. Efek toksik dari logam berat dapat menghalangi kerja enzim yang berakibat mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen baik bagi manusia maupun hewan. Dengan banyaknya masalah kesehatan akibat logam ini, dokter perlu mengetahui lebih lanjut tentang gejala-gejala yang timbul akibat logam ini dan penatalaksanaannya sehingga mengurangi kejadian kecacatan atau kematian.

Pada pedoman ini hanya akan dibahas beberapa penyakit akibat logam yang paling banyak digunakan di Indonesia seperti Aluminium (Al), Arsen (As), Berillium ( Be), Cadmium (Cd), Chrom (Cr), Cobalt ( Co) , Mangan (Mn), Merkuri ( Hg), Nikel (Ni), Timbal (Pb),

B. TUJUAN Sebagai bahan acuan bagi dokter dalam tatalaksana penyakit akibat pajanan logam di tempat kerja. C. SASARAN Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup tatalaksana penyakit akibat pajanan logam berat di tempat kerja meliputi pengenalan pajanan, faktor risiko, dan penataksanaan serta pencegahan. 1

BAB II TATAL KSANA PENYAKIT AKIBAT PAJANAN LOGAM

Tatalaksana enyakit akibat kerja meliputi diagnosis, penatalaksanaannya dan upaya pence ahan. Dalam mendi gnosis mengikuti 7 (tujuh) langkah diagnosis sebagai berikut : Langkah 1 : enegakkan diagnosis klinis Langkah 2 : I entifikasi pajanan di lingkungan kerja Langkah 3 : ubungan antara diagnosis dengan pajanan di tempat kerja Langkah 4 : enentukan apakah dosis pajanan sudah mencukupi untuk erjadinya penyakit akibat kerja Langkah 5 : ktor individu yang berperan Langkah 6: ktor diluar lingkungan kerja Langkah 7 : enentuan diagnosis okupasi

Penyakit aki at pajanan logam antara lain : A. PENYAKI AKIBAT PAJANAN ALUMINIUM ( ICD 10, J63.0) 1. Peng alan logam aluminium (Al) Loga ringan berwarna putih keperakan, bergumpal atau berbutir dengan berba ai ukuran, tidak larut dalam air dan pelarut organik, sukar larut dalam asam mineral dan asam anorganik. Masuk ke dalam tubuh melalui inhala i dari aerosol dan debu. Penggunaan paling banyak untuk kaleng minu an, peralatan masak, pesawat terbang, pembungkus makanan, perab tan rumah tangga dan lain-lain.

Gambar 1. Aluminium 2. Faktor isiko - Pek ja yang sering minum obat antasida yang mengandung Aluminium (AlO )

2

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Aluminium Pekerja pada produksi makanan/minuman kaleng Pekerja pada produksi peralatan/perabotan rumah tangga berbahan dasar aluminium (panci, wajan) Pekerja keramik Pekerja pada produksi barang elektronik Pekerja pembuatan kembang api Pekerja pembuatan Aluminium foil (pembungkus makanan) Pekerja pada perakitan pesawat terbang 4. Tatalaksana a. Efek terhadap kesehatan - Terpajan dalam jumlah besar debu/uap aluminium akan menyebabkan gangguan saluran pernafasan berupa batuk dan sesak. Pada pajanan lama dapat menimbulkan fibrosis paru. - Pada kadar tinggi menyebabkan kerusakan ringan pada kulit dan selaput mukosa (iritasi), menyebabkan rasa tidak enak pada mata (iritasi secara mekanik) dan telinga. - Menyebabkan gangguan fungsi motorik - Pemaparan jangka panjang dapat menyebabkan Osteomalacia - Mempercepat timbulnya penyakit Alzheimer - Kanker: paru dan kandung kemih (masa laten >20 Tahun) b. Diagnosis Anamnesis dan gejala yang timbul serta riwayat pekerjaan berhubungan dengan pajanan Aluminium Pemeriksaan Penunjang: - Pemeriksaan Fungsi paru - Foto Thorax (Fibrosis Interstitial Nodular) c. Penatalaksanaan Khelasi dengan desferrioxamine (DFO), hati-hati apabila ada gangguan fungsi ginjal Hemodialisis Suplementasi dengan asam folat d. Prognosis Prognosis balk apabila diagnosis dilakukan lebih dini 5. Pencegahan

- Menggunakan alat pelindung diri seperti masker dengan cartridge yang sesuai - Pemeriksaan kesehatan secara berkala - Perbaikan lingkungan kerja

3

B. PENYAKIT KIBAT PAJANAN ARSEN (As) (ICD 10, 1. Pengen Ian logam Arsen (As) - Arse (As) adalah suatu metaloid berkilau seperti perak, tidak berbau, tidak emiliki rasa, jika dipanaskan akan menyublim tanpa meleleh. As meru akan senyawa alami sebagai bagian dari tanah, air dan batuan, terda at dalam biji besi dan batubara, tersebar luas dialam dalam jumlari sedikit. - Arse elementar murni relatif tidak toksik. Kebanyakan bentuk yang digu akan dalam industri adalah arsen trioksida dan arsen penta oksid Arse masuk kedalam tubuh melalui per oral dari makanan atau minu an yang terkontaminasi As, dan lewat pernafasan yang berasal dari ebu atau asap, kontak dengan kulit, kontak dengan mata. Keb yakan kasus keracunan akut dan kronik disebabkan oleh Arsen triok da. Arsen juga potensial bersifat karsinogenik dan koka sinogenik. Arse dalam tubuh mahluk hidup, baik hewan maupun tanaman berg bung dengan hidrogen membentuk arsen organik. Senyawa arse organik seperti arsenobetaine ditemukan pada seafood dan tidak toksi Arse diekskresi melalui kemih dan sedikit melalui feses. Ekskresi arse minimum terjadi dalam 6 jam pertama, 25% dalam 24 jam dan 75% alam 7 hari setelah pajanan. Arse tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau sehingga mudah dica purkan pada makanan atau minuman tanpa dicurigai adanya

arse Geja keracunan sangat umum dan tidak spesifik seperti muntaber. Arse mudah diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pestisida, racu tikus, racun semut, herbisida, dan obat-obatan homeopati.

Gambar 2 . Arsen (As) 2. Faktor isiko Pekerja yang merokok akan rentan terkena dampak toksisitas arsen. Pekerja wanita yang hamil rentan untuk terjadinya kelahiran bayi yang abnorm I.

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Arsen Pekerja peleburan timah hitam, tembaga, emas, dan logam non besi lainnya Pekerja yang terpajan dengan debu dari pembakaran batubara Pekerja industri pembuat pestisida, insektisida, herbisida, rodentisida, pupuk Petani, peternak, tukang kebun Pekerja pest kontrol Industri mikro elektronik Industri gelas Industri pengawetan kayu, dll

4. Tatalaksana Arsen dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan yang bersifat akut (biasanya akibat kecelakaan yang berakibat terhirup, tertelan, kontak dengan Arsen dalam jumlah besar) dan bersifat kronis akibat pajanan Arsen dalam dosis kecil dalam waktu lama)

a. Keracunan akut ( ICD 10 , T57.0) 1) Efek terhadap kesehatan - Pajanan Arsen anorganik melalui alat pernafasan dalam dosis tinggi menyebabkan iritasi tenggorokan dan paru. Gambaran klasik keracunan gas Arsen adanya masa laten 24 jam dilanjutkan adanya nyeri abdomen, hemolisis dan gaga) ginjal. • Gejala klasik berupa sakit kepala, pusing, malaise dan lemah mungkin merupakan gejala yang muncul pertama kali. • Gejala gastrointestinal berupa mual, muntah, nyeri abdomen. • Pajanan berlanjut menyebabkan konfusion, disorientasi dan gagal jantung Pajanan Arsen organik yang tertelan dalam dosis besar bisa menimbulkan gejala hebat pada gastrointestinal setelah 30 (tiga puluh) menit hingga 2 (dua) jam. Gejala yang terlihat antara lain: • Mual akibat iritasi lambung, muntah, sakit perut, diare dengan kotoran seperti air cucian beras (kadang berdarah), kolik abdomen • Mulut terasa kering dan berasa logam • Napas berbau bawang putih • Kerongkongan terasa terbakar dan keluhan sulit menelan. • Terjadi sindrome paralitik akibat tertelan arsen yang cepat 5

diserap dalam jumlah besar seperti gelisah, sakit kepala kronis, pingsan, pening, mengigau, somnolen, konvulsi, koma. Kematian dapat terjadi beberapa jam setelah terpajan. 2) iagnosis 4danya riwayat terpajan Arsen dosis besar dalam waktu singkat. 3) ertolongan pertama pada keracunan akut Terhirup Untuk memberikan pertolongan, penolong menggunakan APD yang sesuai. Segera pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu memberikan nafas buatan, gunakan kantong masker berkatup kemudian segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. ( Contoh gambar APD ) Kontak dengan kulit Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air mengalir sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan mata Segera cuci mata dengan air mengalir atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 15-20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Setelah berada di tempat yang aman , lakukan: Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Jika ada kejang , beri diazepam dengan dosis:

6

Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit , jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 3060 menit . Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. 4) Dekontaminasi - Dekontaminasi mata • Dilakukan sebelum membersihkan kulit: • Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. • Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. • Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. • Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. • Jangan biarkan pasien menggosok matanya. • Tutup mats dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata. Dekontaminasi kuiit (termasuk rambut dan kuku) • Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat. • Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit. • Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. • Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang trkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. • Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron plastik. Hati-hati untuk tidak menghirupnya. • Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. - Dekontaminasi saluran cerna • Bila pasien sadar dapat diberikan arang aktif. Dapat dipertimbangkan bilas lambung jika bahan tertelan dalam jumlah sedang sampai banyak. Namun, karena kemungkinan terjadi kejang atau perubahan status mental yang cepat, bilas lambung sebaiknya hanya dilakukan setelah intubasi.

7

ntidotum Untuk mengeliminasi Arsen adalah dengan menginduksi muntah menggunakan obat emetik antara lain Apomorphine, Zinc Sulfat, Mustard, dan Ipecac yang diberikan selama 2 hari dilanjutkan dengan pemberian minyak kastor. Untuk mengurangi toksisitas Arsen, penderita diberi Selenium dalam makanan atau metionin yang mampu mengurangi lesi kulit. Pemberian Ferrous Sulphate yang akan dikonversi oleh bakteri dalam kolon menjadi ferrous sulfit yang kemudian akan berikatan dengan Arsen yang selanjutnya akan diekskresikan melalui feses (Wilson's, 2006). Untuk penderita yang terpapar Arsen secara akut dengan gejala dermatitis dan pembengkakan paru-paru dan juga penderita yang terpapar Arsen secara kronis dapat diberikan Dimercaprol (BAL = British Anti Lewisite) 3-5 mg/kg intra muskular dalam (deep intramuscular injection) tiap 4-6 jam. BAL tidak dapat mengubah keratosis dan tidak dapat mengurangi progres kanker kulit (Kemrin,1999). Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.

5)

6)

r

rognosis Iada pajanan akut bila ditangani dengan baik dan penderita dapat ertahan, akan pulih kembali dalam 1(satu) minggu lebih.

b. Ker acunan Kronik 1) fekterhadap kesehatan Dosis rendah dalam waktu lama bisa berpengaruh terhadap berbagai jenis jaringan tubuh dan berbagai sistem tubuh. Beberapa organ yang dapat diserang akibat pajanan Arsen antara lain : • Kulit : hiperkeratosis simetris pada tangan dan telapak tangan, melanosis, depigmentasi, Bowen's disease, karsinoma pada sel basal, karsinoma pada sel skuamosa.

Gambar 3. Arsenical Keratosis (ICD 10, L85.8)

8

Gambar 4 . Bowen's Disease (ICD 10, L27.8) ■ Skin speckling : gambaran kulit seperti tetes hujan pada jalan berdebu , disebabkan oleh Keracunan kronis Arsen • Kerontokan rambut merupakan tanda keracunan kronis • Kelainan kuku : garis Mees (garis putih melintang pada dasar kuku) dan kuku jadi rapuh . (ICD 10, T57.0)

Gambar 5. garis Mees pada kuku ■ Hati : terjadi pembengkakan, penyakit kuning, sirosis, nonsirosis portal hipertensi. • Sistem saraf : neuropati peripheral (ICD 10, G62.2), kehilangan pendengaran • Sistem kardiovaskuler: akrosianosis, Raynaud's Phenomenon. • Sistem hemopoiesis : megaloblastosis • Sistem pernafasan : kanker paru ■ Sistem endokrin : Diabetes melitus, Goiter

9

Gambar 6. Gambaran eritrosit normal

C)O 00

0

10

_ Qf, Gambar 7. Arsenic poisoning (gambaran basophilic stippling) 2) Diagnosis - Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai keluhan yang dialami, efek yang timbul, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pekerjaan saat ini dan sebelumnya, riwayat pajanan terhadap arsen. - Pemeriksaan penunjang dilakukan pada keadaan khusus, antara lain: • Darah tepi (anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia) • Pemeriksaan fungsi hati • Pemeriksaan fungsi ginjal • Pemeriksaan jantung • Kadar Arsen dalam urin dan atau darah • Apabila dilakukan bilas lambung, periksa kadar As dalam cairan lambung 3) Penatalaksanaan Pengobatan simptomatis sesuai gejala yang timbul. Diberikan antidotum seperti pada keracunan akut. Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.

10

4) Prognosis Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 (enam) sampai 12 (duabelas) bulan. Efek iritasi pada kulit prognosis baik, tetapi kematian pada bronchogenik sangat tinggi, jarang terjadi kerusakan permanen pada jantung, paru, hati dan sistem saraf. 5. Pencegahan Untuk mengurangi risiko pajanan Arsen, dapat dilakukan beberapa cara antara lain : a. Hindari kontak dengan Arsen menggunakan masker, sarung tangan, kacamata atau baju pelindung. b. Bila diketahui air minum terkontaminasi Arsen perlu dilakukan tindakan seperti berikut: Air minum yang terkontaminasi Arsen berhenti dikonsumsi Apabila tidak terdapat alternatif lain untuk mendapatkan air minum, maka air ditampung dan dibiarkan selama 12- 24 jam. Kemudian 3/4 bagian atas air disedot perlahan-lahan ketempat lain dan disaring 4 - 5 kali kemudian pada tahap terakhir dilakukan filtrasi (pakai apa??) c. Mengkonsumsi makanan bergizi, khususnya makanan yang kaya vitamin A, B dan C. Konsumsi buah dan sayuran segar 5x/hari mampu mengurangi 50 % risiko terkena kanker karena pajanan Arsen (Dhaka Community Hospital,2003) d. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja/penempatan meliputi pemeriksaan fisik foto thorax, pemeriksaan saluran hidung dan kulit. e. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk memeriksa uji fungsi hati dan ginjal. Untuk pajanan lebih 10 tahun perlu dilakukan foto thorax f. Merekomendasikan untuk memperbaiki lingkungan kerja sehingga pajanan Arsen seminimal mungkin (dibawah Nilai Ambang Batas/NAB) g. Pada kasus keracunan akut perlu dilakukan investigasi terjadinya kecelakaan sehingga dapat dicegah terulangnya kecelakaan yang sama

C. PENYAKIT AKIBAT BERILLIUM

1. Pengenalan logam Berilium (Be) - Berilium (Be) adalah logam yang ditemukan secara alamiah di tambang. Merupakan logam ringan berwarna abu-abu baja yang memiliki sifat mekanik dan termal yang tahan panas, ringan, kukuh, 11

teta i mudah pecah sehingga ideal digunakan dibanyak industri seb gal penguat dalam aloy. Beri ium sebagai logam alkali tanah di dalam tanah, batu dan tambang min ak. Selain itu juga ditemukan dalam kadar sangat rendah pada bua , sayuran dan makanan dari kontaminasi udara. Beri ium dapat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi uap atau debu, mel lui pencernaan >1% yang akan diserap sedangkan absorpsi mel lui kulit dapat diabaikan. Beri ium yang tidak larut menetap pada paru-paru, sedangkan yang laru di distribusikan ke organ-organ lain. Berl ium dapat melewati plasenta dan mencapai janin, dan dapat dite skan pada bayi melalui air susu. Die skresikan melalui kemih dan feses. 2. Faktor risiko P erja yang merokok risiko terjadinya gangguan kesehatan lebih bear Pe erja yang mempunyai riwayat atopi Pe erja dengan riwayat gangguan paru/pernafasan. 3. Pekerj an yang berisiko Pek rja penambang Berillium Pek rja pada produksi peralatan pertahanan Pek rja pada produksi alat telekomunikasi (alat-alat komputer) Pek rja pada produksi otomotif Pek rja pada produksi alat kesehatan Pek rja pada produksi alat antariksa 4. Tatala sana Berilliu dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan yang bersifat akut akibat terhirup Be dalam jumlah besar, dan kronis (ICD 10. J63.2 Berilio is Kronis/Pneumokoniosis akibat pajanan Be dosis kecil dalam waktu I ma), a. Ker cunan akut 1) qek terhadakesehatan I halasi udara yang mengandung Berillium kadar tinggi enyebabkan reaksi inflamasi paru yang disebut sebagai Acute ryiiium Disease (Beritiosis akut) (ICD 10, J68.0) • IGejalanya berupa iritasi selaput lendir hidung dan faring, nyeri tenggorokan, penurunan fungsi paru dan anoreksia. Dalam jangka lama dapat menimbulkan penurunan berat badan dan kelelahan.

12

• Dapat timbul reaksi alergi pada kulit dengan gejala seperti dermatitis kontak, bila berat dapat timbul nodul yang berupa granuloma (ICD 10, L92.3). • Gejala timbul beberapa jam sampai 1-2 hari setelah terpajan 2) Diagnosis Anamnesis dan adanya riwayat terpajan Berillium dosis besar dalam waktu singkat

3) Penatalaksanaan Untuk memberikan pertolongan, penolong menggunakan APD yang sesuai. Segera pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu memberikan nafas buatan, gunakan kantong masker berkatup kemudian segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Setelah berada di tempat yang aman, lakukan: Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. 4) Prognosis Pada pajanan akut bila ditangani dengan balk dan penderita dapat bertahan, akan pulih kembali kurang lebih dalam 1(satu) minggu.

b. Keracunan Kronik 1) Efek terhadap kesehatan - Efek Berillium mempengaruhi sistem imun yang berakibat timbulnya granuloma paru dan fibrosis difus yang disebut "Chronic Beryllium Disease" (Beriliosis kronik) (ICD 10, J63.2). - Gejala yang timbul antara lain: kelelahan, sesak, batuk, lemah, penurunan berat badan dan bisa menimbulkan pembesaran jantung sebelah kanan dan penyakit jantung pada kasus lanjut. - Gejala umumnya timbul setelah pajanan 10-15 tahun dengan pajanan partikel lebih besar 0,5 mikrogram/m3 - Meningkatkan risiko timbulnya Kanker Paru (Neoplasma maligna pada paru dan bronkus, ICD.10, C.34)

13

Gambar 8. Berillium dan gambaran paru pada Chronic Beryllium Disease 2) iagnosis - Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai keluhan yang dialami khususnya keluhan pada paru, efek yang timbul, riwayat pekerjaan saat ini dan sebelumnya, riwayat pajanan terhadap Berillium, dan lain-lain. - Pemeriksaan penunjang, antara lain: • Pemeriksaan Fungsi Paru menggunakan spirometri (Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik, kapasitas ekspirasi paksa)

• Foto Thorax adanya gambaran granuloma dan fibrosis paru

Gambar 8. Gambaran Berilliosis • Blood Beryllium Lymphosite Proliferation Test untuk memprediksi adanya CBD (Chronic Beryllium Disease) • Skin Patch test bila perlu 3) F enatalaksanaan Pengobatan simptomatis sesuai gejala yang timbul. Dirujuk untuk penanganan lebih lanjut 4) F rognosis

14

Prognosis buruk oleh karena kelainan yang ditimbulkan bersifat progresif dan irreversible (menimbulkan cacat berat) 5. Pencegahan Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain masker Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan dan berkala Merekomendasikan pengendalian berilium di lingkungan kerja

D. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN CADMIUM (Cd) 1. Pengenalan logam Cadmium (Cd) Cadmium (Cc) adalah logam lunak berwarna putih keperakan, mengkilap, mudah dibentuk, tidak larut dalam basa. Terdapat pada kerak bumi bersama biji seng (Zn), timbal (Pb) dan tembaga. Dalam industri digunakan untuk memberikan sifat tahan karat pada baja, besi dan material lain. Juga digunakan sebagai pewarna dan stabilizer plastik. 2. Faktor risiko Pekerja yang merokok, perokok pasif atau mengunyah tembakau.

Gambar 9. Cadmium metal 3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Cadmium Pekerja industri baterai Tukang las Pekerja pertambangan Zn, Pb, Cu Pekerja gaivanisasi Pekerja industri keramik Pekerja penyepuhan Pembuat dan pemakai pewarna (pigmen) kadmium

15

Gambar 10. Produk yang menggunakan Cadmium 4. Tatala4 :sana a. Kei •acunan Akut a) Efek terhadap kesehatan Radang tenggorokan, nyeri kepala, mialgia, mual dan rasa logam Bronkitis (ICD.10, J68.0), emfisema (ICD.10, J68.4) Pneumonitis kimia pulminan (ICD.10, J68.3) dengan gejala demam, batuk, sesak nafas. rasa penuh di dada, gagal nafas sampai kematian Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure) dan gangguan fungsi hati

b) Diagnosis - Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan gejala yang timbul, riwayat pajanan terhadap Cadmium

c) Penatalaksanaan Kasus dengan keluhan sistem respirasi harus dirawat untuk diobservasi. Khelasi dengan CaNa2EDTAjika diperlukan Monitor fungsi ginjal dengan ketat. d) Prognosis. Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul dan ecepatan dalam penanganan. Yang ringan jika ditangani dengan aik k akan pulih kembali. b. Ke acunan Kronik 1) Efek terhadap kesehatan Sindrom Fanconi : aminoaciduria, glikosuria, hiperkalsiuria, fosfaturia dan proteinuria Nefrolitiasis, Nefropati (ICD.10, N14.0) Kerapuhan tulang mirip dengan osteomalacia karena terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium (Ca) dan fosfat (P) dalam ginjal disertai nyeri tulang (Itai-itai disease, ICD.10, M83.8) Anosmia dan anemia Karsinogenik : kanker paru dan kanker prostat Hipertrofi jantung Lingkaran pada pangkal gigi

16

Pada Sistem reproduksi pria terjadi infertilitas (ICD.10, N.46.0) (kerusakan jaringan testis , penurunan kadar testosteron dalam darah) dan impotensi (ICD.10, N48. 4), sedangkan pada perempuan terjadi peningkatan kadar progesteron dan penurunan 17-(3 estradiol Terjadi kelahiran dengan BBLR pada pekerja perempuan

2) Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang : • Fungsi hati (SGOT, SGPT) • Fungsi ginjal (aminoaciduria, glikosuria. hiperkalsiuria, fosfaturia dan proteinuria khususnya a, 2-(3 dan globulin) • Analisa gas darah • Pemeriksaan spirometri • Pemeriksaan kadar cadmium dalam urin dan darah

3) Penatalaksanaan Kasus dengan keluhan sistem respirasi harus dirawat untuk diobservasi. Pemberian khelasi tidak memberikan hasil yang signifikan Monitor fungsi ginjal dengan ketat.

17

4) Prognosis Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul 5) Pencegahan a) Menghindari pajanan Cd dengan menggunakan masker b) Tidak merokok, makan, minum di tempat kerja c) Mengurangi rokok, mengurangi konsumsi makanan yang rentan terkontaminasi Cd, antara lain kerang/she//fish, serta mengurangi minuman yang rentan tercemar Cd, antara lain kopi atau teh d) Untuk mencegah toksisitas Cd, pertahankan kecukupan Zn dalam tubuh dengan mengonsumsi makanan yang mengandung Zn tinggi, antara lain biji-bijian (padi, jagung, gandum) yang tidak ditumbuk halus, makanan dari golongan leguminosae, dan kacang-kacangan. Konsumsi suplemen Zn 15-30 mg/hari bisa mengurangi toksisitas Cd. Konsumsi Zn, Ca, dan Se dosis tinggi mampu mengurangi absorpsi Cd. Demikian juga konsumsi besi (Fe), kuprum (Cu), selenium (Se), dan vitamin C mampu meningkatkan eliminasi Cd yang bisa diketahui dari kadar Cd dalam urin atau kadar Cd pada rambut . e) Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan dan secara berkala.

E. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN CHROM (Cr). 1. Peng alan logam Chrom /kromium (Cr) Chr (kromium) adalah suatu logam putih keras yang relatif tidak stabi dan mudah teroksidasi, dapat dipoles menjadi mengkilap. Perp duan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan kara . Mer pakan unsur alami yang ditemukan dalam batuan, hewan, tum uhan, tanah dan debu vulkanik. Kromium di lingkungan dalam bent k Cr°, Cr3, Cr6. Cr3 ecara alami terdapat di alam. Merupakan mikronutrien bagi mak luk hidup untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar gluk sa darah. Kekurangan Cr3 menyebabkan Chromium deficiency, teta i dalam dosis tinggi akan bersifat toksik. Sed ngkan Cr° dan Cr6 pada umumnya berasal dari proses industri (Pel pisan).

18

- Kromium banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.

Gambar 13. Chromium

2. Faktor risiko. Pekerja dengan riwayat atopi 3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Cr Pekerja pembuatan pewarna chromium. Pekerja penyamak kulit. Pekerja pelapis chromium (perhiasan, velg dan meubelair,dll) Pekerja Bengkel mobil dan motor Tukang cat semprot dengan pewarna chromium Pekerja yang menggunakan semen Teknisi fotografi Pekerja laundry bagian cuci Penggunaan tinta pada percetakan, dll 4. Tatalaksana a. Keracunan Akut 1) Efek terhadap kesehatan Akibat tertelan; bisa menyebabkan perdarahan saluran cerna, nekrosis hati, nekrosis tubuler ginjal sampai kematian. Bila terhirup menyebabkan reaksi alergi, kehilangan suara, dada sesak/sesak nafas, wheezing, batuk, sakit kepala/pusing, bersin, kongesti paru, kerusakan ginjal. Bila mengenai mata dapat terjadi konjungtivitis mata rasa terbakar, kerusakan kornea sampai terjadi kebutaan. Kontak dengan kulit menimbulkan dermatitis kontak iritan (ICD.10, L24.8), dermatitis kontak alergika (ICD.10, L23.0), mual, muntah, kerusakan ginjal, koma. 2) Diagnosis

19

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan gejala yang dialami serta riwayat terpajan Pemeriksaan penunjang • Darah tepi • Spirometri fungsi paru, • Fungsi ginjal • Fungsi hati • Skin patch bila perlu 3)

Penatalaksanaan a) Terhirup Segera jauhkan dari pajanan, monitoring apakah ada gangguan pada sistem pernafasan, berikan oksigen dan jika diperlukan ventilasi buatan. Berikan N-acetylcysteine untuk mengurangi penyerapan cromium dari alveolus. Kontak melalui kulit Segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi, cuci dengan cairan yang mengandung asam askorbat untuk mengurangi penyerapan. Kemudian berikan garam kalsium disodium EDTA. Bila mengenai mata Segera cuci/ bilas dengan air yang banyak atau lautan garam normal, dengan sekali-kali mengedipkan mata sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal. Tutup dengan verban steril dan segera dirujuk. Tertelan - Diberikan makanan atau susu untuk mengurangi penyerapan dari cromium. - Tidak boleh diberikan antasida atau bikarbonat karena membuat pH tinggi yang mengakibatkan penyerapan cromium meningkat. Segera berikan asam askorbat (Vitamin C) untuk mengurangi penyerapan cromium. Tidak boleh dilakukan perangsangan muntah karena dikhawatirkan terjadi iritasi atau luka bakar pada esofagus. Bila terjadi muntah jaga agar kepala lebih rendah dari pada panggul untuk mencegah aspirasi. Jika penderita tidak sadar miringkan kepala ke samping.

20

e) Jika terjadi hemolisis dilakukan alkalinisasi urin dengan pemberian Sodium Bicarbonate intravena. 4) Prognosis Apabila didiagnosis dan ditangani dengan cepat prognosisnya baik

b. Keracunan Kronik 1) Efek terhadap kesehatan Ulkus, perdarahan dan erosi pada septum nasi. Iritasi pada saluran nafas dapat menyebabkan batuk, nyeri dada dan sesak nafas (rhinitis, emfisema, bronkitis, faringitis, dll) Hemolisis Pada foto terlihat pembesaran daerah hilar dan kelenjar limfe Pneumokoniosis nodular dan nonnodular. Dermatitis alergik dan iritant, ulkus kulit tanpa nyeri (Chrom Holes). Pada darah dapat terjadi; leukositosis, eosinofilia kadang terjadi leukopenia. Rasa penciuman hilang Perubahan warna pada gigi Radang konjungtiva, lakrimasi dan warns merah gelap disekitar kornea. Kanker paru, kanker pada mulut.

Gambar 14. Ulkus pada jari dan septum nasi akibat kromium 2) Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan efek yang ditimbulkan, riwayat pajanan terhadap Chrom, dli Pemeriksaan penunjang • Spirometri fungsi paru • Darah tepi • Fungsi ginjal • Fungsi hati 21

• Skin patch bila perlu

3) Penatalaksanaan Ulserasi nasal dan kulit diobati dengan salep yang mengandung 10% CaNa2 EDTA dan ditutup dengan kassa steril. a. Stabilisasi Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara, oksigen, brokodilator bila diperlukan. Perhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit. b. Dekontaminasi Dekontaminasi merupakan terapi intervensi dengan tujuan untuk menurunkan pemaparan terhadap racun, mencegah kerusakan dan mengurangi absorbsi. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit : • Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. • Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit. • Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. • Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. • Jangan biarkan pasien menggosok matanya. • Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke dokter mata.

Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku ) • Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat. • Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air dingin atau hangat yang mengalir dan sabun minimal 10 menit. • Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. • Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang trkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

22

• Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya. • Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. - Dekontaminasi gastrointestinal Pertimbangan untuk bilas lambung. Bilas lambung efektif dilakukan 1-4 jam pertama dan dengan teknik yang baik. Tindakan ini hanya boleh dilakukan di rumah sakit oleh petugas yang berpengalaman dan pasien yang kooperatif 4) Prognosis. Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul dan kecepatan dalam penanganan. Yang ringan jika ditangani dengan balk akan pulih kembali. Untuk ulserasi kulit dapat sembuh sempurna bila pajanan dihentikan. Perforasi septum nasi dan rinitis atrofik merupakan keadaan yang irreversibel Untuk kanker paru akibat chrom prognosis buruk. 5. Pencegahan Menggunakan alat pelindung diri seperti masker Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan dan secara berkala Merekomendasikan pengendalian krom di lingkungan kerja

F. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN COBALT (Co) 1. Pengenalan logam Cobalt (Co) Cobalt adalah logam yang warnanya sedikit berkilauan metalik keabuabuan (keperakan), bersifat rapuh dan agak keras. Senyawa Cobalt yang penting secara biokimia adalah vitamin B12 atau cyanocobalamine. Biasanya digunakan untuk campuran logam lain membentuk aloy, sehingga lebih keras dan tahan terhadap karat. Aloy tersebut digunakan sebagai implan pada tubuh manusia (contohnya pen) Senyawa ini juga terdapat pada pewarna dalam industri gelas, keramik dan cat. Cobalt sebagai pewarna biru.

23

Gambar 15. Kristal Cobalt dan Blue Cobalt 2. Fakto risiko Per kok Pek rja dengan riwayat penyakit paru Pek rja dengan riwayat atopi 3. Pekerj an yang berisiko terpajan logam Cobalt (Co) Pek rja pads industri gelas, keramik dan cat Pek rja pada pemolesan berlian Pek rja pads logam keras

4. Tatala sana a. Efe terhadap kesehatan eracunan kronik menimbulkan efek pada pernafasan seperti nurunan fungsi paru, wheezing, asma, pneumonia dan fibrosis enimbulkan kardiomiopati yang ditandai oleh berkurangnya fungsi v ntrikel

Gambar 17. Kerusakan jaringan lunak akibat keracunan Cobalt

b. Dia nosis namnesis, riwayat pekerjaan dan pajanan logam Cobalt emeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto t orax 5. Pencelgahan 24

- Menggunakan alat pelindung diri seperti masker - Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan can secara berkala - Merekomendasikan pengendalian cobalt di lingkungan kerja

G. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN TEMBAGA/CUPRUM (Cu) 1. Pengenalan logam TembagalCuprum(Cu) - Tembaga/Cuprum (Cu) adalah Logam berwarna jingga kemerahan yang tahan terhadap suhu tinggi. Penggunaannya pada material bangunan, kerajinan yang terbuat dari tembaga

2. Faktor risiko Perokok Riwayat atopi Pekerja dengan riwayat paru kronik Pekerja dengan gangguan hati (Wilson's disease) yang merupakan penyakit keturunan akibat timbunan cuprum yang berlebihan didalam tubuh. 3. Pekerjaan yang berisiko terpajan logam Cuprum Pekerja pada pengrajin tembaga Pekerja pada produksi material bangunan khususnya peleburan tembaga Pekerja yang membongkar/demolisi bangunan 4. Tatalaksana a. Keracunan Akut 1) Efek terhadap kesehatan - Keracunan akut dapat menyebabkan inhalasi uap tembaga dalam dosis tinggi atau kontak dengan mata atau kulit. Gejala

25

yang timbul dapat berupa: Iritasi mata, hidung dan tenggorok, juga menyebabkan metal fume fever Rasa logam atau manis di mulut Menyebabkan gastrointestinal distress dengan gejala mual, muntah, nyeri abdomen, Menyebabkan destruksi sel darah merah (hemolisis) yang diakhiri dengan anemia

2) iagnosis Anamnesis tentang keluhan, riwayat pekerjaan dan pajanan logam tembaga Pemeriksaan fisik Pemeriksaan darah: lekositosis sekitar 12.000-16.000/ml 3)

4)

enatalaksanaan Segera jauhkan dari pajanan, monitoring apakah ada gangguan pada sistem pernafasan, berikan oksigen dan jika diperlukan ventilasi buatan. Pengobatan simptomatis sesuai gejala rognosis r eracunan akut bila ditangani segera, biasanya pemulihan cepat an tidak ada gejala sisa.

b. Ke 1)

2)

cunan Kronis fek terhadap kesehatan - Perubahan warna kulit dan rambut menjadi seperti tembaga (merah tembaga) - Mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik. - Menyebabkan gangguan pada hati (Wilson's Disease) dengan gejala kuning, pembengkakan hati dan nyeri - Menyebabkan gangguan pada ginjal

iagnosis Anamnesis, riwayat pekerjaan dan pajanan tembaga Pemeriksaan darah: Lekositosis 12.000-16.000/ml

3) ^enatalaksanaan engobatan sesuai dengan gejala yang timbul 4) prognosis 26

Apabila segera ditangani dengan benar akan pulih kembali.

5. Pencegahan Menggunakan alat pelindung diri berupa masker Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan khusus

H. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN MANGAN (Mn) 1. Pengenalan logam Mangan (Mn) Suatu logam rapuh berwarna kelabu keputihan, yang digunakan untuk memproduksi baja dan juga merupakan campuran dalam pembuatan aloy dengan aluminium, tembaga,magnesium dan besi karena kemampuannya untuk memperkeras dan memperkuat logam-logam tersebut.

Gambar 17. Logam Mangan

2. Faktor risiko - Perokok

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Mangan Pekerja tambang Mangan, Pekerja pabrik baterai Pekerja pabrik kimia Pekerja industri elektronik Pekerja peleburan baja Pekerja pada industri yang memakai bahan bakar yang mengandung MMT (methylcyclopentadienil manganese tricarbonil) sebagai anti "Knocking Agent" Pekerja pengelasan (welder) Pekerja keramik dan persolen Pekerja yang menggunakan pestisida 4. Tatalaksana

27

a. Ker cunan Akut (ICD 10, T57.2) 1) fek terhadap kesehatan Metal Fume Fever dengan gejala berupa demam menggigil, rasa logam, iritasi pada hidung dan tenggorokan, batuk, sesak, mual, muntah, nyeri abdomen, nyeri otot yang timbul 3-12 jam setelah melakukan pekerjaan pengelasan atau pekerjaan lain yang menggunakan Iogam yang dipanaskan. Gejala lebih hebat pada hari pertama minggu kerja, kemudian sembuh secara spontan dalam waktu 1-2 hari. Pneumonitis akut (ICD 10, J68.0) 2) D iagnosis namnesis sesuai dengan gejala yang timbul, riwayat pajanan t rhadap Mangan meriksaan penunjang: - Foto Thorax (bila diperlukan) dengan gambaran Pneumonitis Interstitial enatalaksanaan Dihentikan dari pajanan Mangan Terapi suportif sesuai dengan gejala yang timbul: Antasida untuk gejala gastrointestinal (mual, muntah, nyeri abdomen) Kortikosteroid untuk gejala berat Bronkodilator jika ada wheezing 4) rognosis rognosis balk kecuali terjadi pajanan yang berulang b. Ker cunan Kronik : 1) E ek terhadap kesehatan Gejala keracunan mangan umumnya muncul secara perlahalahan dari beberapa bulan sampai ke tahun. Dapat terjadi kerusakan sistem saraf pusat yang permanen menyerupai parkinson dengan gejala berupa gangguan koordinasi, gaya berjalan, suara menjadi monoton, ekspresi wajah berkurang seperti memakai topeng, tremor halus pada jarijari dan lidah, tulisan tangan menjadi kecil-kecil. Kadang-kadang didahului gejala kejiwaan, seperti mudah marah, agresif, bahkan halusinasi. Mudah menderita infeksi saluran pernafasan (batuk, bronkitis akut, penurunan fungsi paru). Penurunan libido dan impotensi pada pekerja pria

28

2) Diagnosis Anamnesis sesuai dengan gejala yang timbul, riwayat pajanan terhadap Mangan Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan gangguan mental emosional • MRI: perubahan signal didaerah globus palidus dan basal ganglia.

3) Penatalaksanaan Pekerja dengan gejala sistem pernafasan harus dirawat di R5 untuk observasi. Pemberian obat antiparkinson Pemberian antipsikotik apabila diperlukan 4) Prognosis Prognosis buruk 5. Pencegahan Penggunaan alat pelindung diri berupa masker yang dilengkapi dengan cartridge yang sesuai Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan khusus 1. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN MERKURI (Hg) 1. Pengenalam logam Merkuri (Hg) Merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih keperakan, mudah menguap pada suhu ruangan, tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam nitrat dan mudah larut dalam lemak Hg mudah larut dan bersenyawa dengan logam lain kecuali dengan besi dan platinum. Memiliki waktu paruh (half life) adalah sekitar 50 s/d 70 hari.

Gambar 18. Merkuri

29

- Me kuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru, 80% di ab rbsi oleh tubuh dan larut dalam lemak. Selain itu logam air raksa jug dapat tertelan melalui saluran cerna. Beberapa merkuri organik da anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit.

Gabar 19. Merkuri dapat masuk tubuh melalui ikan atau makanan yang tercemar merkuri - E4 kumulatif dan deposit terutama dalam otak, ginjal dan hepar. Ek resi terutama melalui ginjal, tapi dapat melalui air susu ibu dan pla enta. Me uri terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu: a. Merkuri Elemental Merkuri elemental 80% masuk melalui saluran pernafasan. Sumber merkuri jenis elemental antara lain: Amalgam, Termometer, barometer, pekerja industri keramik, pekerja pabrik chlorine, pekerja industry lampu mercury. Distribusi jaringan merkuri elemental ke SSP, ginjal Ekskresi merkuri lebih banyak melalui urine dari pada feces. b. Merkuri Organik Merkuri Organik masuk melalui saluran pencernaan. Sumber merkuri organic: pestisida, fungisida, antiseptic, bakterisida. Distribusi merkuri organik dalam tubuh ke organ ginjal Ekskresi merkuri lebih banyak melalui urine dari pada feces. c. Merkuri anorganik Merkuri anorganik 7 - 15% masuk melalui saluran pencernaan Sumber anorganik : pembuat pewarna, peledak, kembang api, pembuat Vinyl chloride. Distribusi merkuri anorganik melalui ginjal Ekskresi merkuri anorganik melalui ginjal dan saluran pencernaan. Hampir 90% di ekskresikan melalui feces 2. Faktod risiko

30

a. Pekerja yang mempunyai gangguan fungsi hati , ginjal dan pernafasan. b. Pekerja perokok. c. Pekerja dengan inssufisiensi dari Zinc, Gluthatione, Anti oksidant, atau selenium. d. Gangguan Gizi/Malnutrisi 3. Sumber pajanan. Penggunaan merkuri pada bidang medis dan industri a. Pada bidang industri, digunakan pada pertambangan emas dan perak, produk kulit binatang, cat, pigmen, tatoo, pestisida, fungisida, insektisida, baterai, kembang api, peralatan scientific, peralatan listrik (hampir 50% penggunaan). b. Pajanan merkuri di bidang medis seperti laboratorium, rumah sakit dan praktek dokter gigi. Pada bidang medis, banyak digunakan pada peralatan medis, seperti tensimeter, thermometer, pacemakers, dll. c. Pada bidang farmasi sebagai antiseptik d. Pajanan merkuri selain dari tempat kerja juga dapat berasal dari alam.

Gambar 19. Industri yang mengunakan merkuri 4. Tatalaksana a. Keracunan Akut ( ICD.10 , T56.1) 1) Efek Terhadap Kesehatan - Keracunan akut terjadi akibat pajanan jangka pendek uap/debu merkuri konsentrasi tinggi. - Keracunan akut Merkuri Elemental dapat menyebabkan penyakit Acute Interstitial Pneumonitis, Bronchitis dan Broncholitis. - Umumnya penyakit ini disertai gejala rasa sesak, nyeri pada dada, sulit bernafas & batuk, rasa logam, nausea, nyeri abdomen, muntah, diare, sakit kepala, kadang-kadang albuminuria dan dapat menyebabkan kematian. - Biasanya setelah 3-4 hari, kelenjar saliva bengkak, ginggivitis dan timbul garis merkuri, juga gejala gastroenteritis dan nephritis.

31

2) Diagnosis - Diagnosis keracunan merkuri dapat ditegakkan dengan anamnesis untuk mengetahui riwayat pajanan dan pemeriksaan fisik sesuai efek yang ditimbulkan - Pemeriksaan foto rontgen Abdomen bila merkuri tertelan lebih dari 2 jam 3) Penatalaksanaan Dekontaminasi: Cuci lambung jika kurang dari 2 jam untuk merkuri organik dan an organik. Dapat ditambahkan susu atau putih telur dalam cairan cuci lambung. Jika merkuri teridentifikasi dalam usus besar (lebih dari 2 jam) dilakukan irigasi usus. Khelasi: • Dengan Meso-2,3-dimercaptosuccinic acid (DMSA) untuk semua bentuk keracunan merkuri • Dengan Dimercaprol (BAL) atau d-Penicillamine untuk keracunan merkuri anorganik dan elemental. • Hati-hati pada pasien dengan ganguan fungsi ginjal 4) Prognosis Pada keracunan akut < 2 jam bila ditangani dengan tepat prognosisnya baik

b. Ke acunan kronik 1) Efek Terhadap Kesehatan Keracunan kronik dapat terjadi akibat pajanan melalui inhalasi atau ingesti dan diperberat melalui absorpsi kulit. Gejala timbul beberapa minggu-tahun setelah pajanan. Pajanan rendah akan menimbulkan gejala patoneurologik/ patopsikologik, berupa tremor, gangguan kepribadian, parkinsonism, demensia dan kelainan gusi. Pada pajanan tinggi akan menyebabkan gangguan pada mulut (stomatitis), neuropati perifer, ginjal, gastroenteritis dan sistem respirasi.

32

Gambar 20. Minimata disease

2) Diagnosis - Diagnosis keracunan merkuri dapat ditegakkan dengan anamnesis untuk mengetahui riwayat pajanan clan pemeriksaan fisik sesuai efek yang ditimbulkan. - Pemeriksaan penunjang untuk melihat kadar merkuri dalam darah. • Normal adalah < 10 pg/It • Absorpsi meningkat, bila > 50 pg/It • Tanda bahaya, bila > 100 pg/It • Pindahkan dari pajanan, bila > 200 pg/It • Timbul gejala keracunan, bila > 300 pg/It 3) Penatalaksanaan. • Metalik elemen pakai DMSA atau penisilamine • Keracunan merkuri organik dengan BAL • Hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, Defisiensi G6PD 4) Prognosis

33

Pada keracunan akut > 2 jam dan Keracunan kronis prognosisnya buruk oleh karena dapat terjadi cacat hingga kematian. 5. Penc gahan Meng anti alat -alat medis yang menggunakan merkuri dengan alatalat edis non merkuri. Meng unakan masker dengan catridge yang sesuai

J. PENYAK AAKIBAT PAJANAN NIKEL (Ni) 1. Peng nalan logam Nikel (Ni) - Logam magnetik yang keras berwarna putih keperakan dalam ke daan murni bersifat lembek. Bila dipadukan krom, besi dan logam lair nya dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Di unakan terutama dalam memproduksi stainless steel, yang dig nakan dalam peralatan masak. Ga am nikel juga digunakan dalam proses penyepuhan untuk me buat permukaan benda mengkilap dan tahan karat, juga dig nakan sebagai katalisator dan pigmen.

Gambar 21. Logam Nikel 2. Faktot risiko. Peker a mempunyai riwayat atopi. 3. Pekerjoan yang berisiko terpajan Nikel Pe erja yang memproduksi stainless steel, alloy nikel Pe erja penyepuhan, pembuat baterai alkalin, baterai nikel cadmium Pe erja yang memproduksi produk untuk pengelasan, antara lain ele trode nikel Pe erja Industri elektronik, karena banyak komponen menggunakan nik I dalam industri ini. Pe buatan uang logam

34

4. Tatalaksana

a) Efek terhadap kesehatan (ICD.10, T56.8) Dermatitis kontak alergika. Rhinitis, sinusitis dan anosmia. Batuk dan mengi pada asma akibat Nikel. Sakit kepala, rasa lelah, mual dan muntah. Pada kasus yang berat dapat terjadi Pneumonitis interstitial difuse dengan gejala demam menggigil batuk, nyeri dada dan sesak nafas. Delirium, kejang-kejang dan koma dapat terjadi sampai kematian. Merupakan karsinogen saluran pernafasan (kanker sinus dan kanker paru).

b) Diagnosis - Anamnesis sesuai dengan gejala yang timbul, riwayat pajanan terhadap nikel - Pemeriksaan penunjang : pengukuran kadar nikel dalam urin, patch test (bila diperlukan)

L-7 Gambar 22. Dermatitis Kontak Alergika pajanan Nikel c) Penatalaksanaan - Pengobatan sesuai dengan gejala yang timbul - Pada kasus berat diberi Sodium dietil tiokarbamat atau Disulfiram - Hati-hati pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal - Dijauhkan dari pajanan. d) Prognosis Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul dan kecepatan dalam penanganan. Bila ditangani dengan baik akan pulih kembali.

5. Pencegahan Menggunakan masker dengan catridge Pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus

35

K. PENYAKIJAKIBAT PAJANAN TIMBAL (Pb) 1. Penge alan logam Timbal Tim al (Pb) atau timah hitam adalah logam berbentuk padat halus, war a biru kecoklatan dan resisten korosi. Timbal (Pb) dapat menguap dan bereaksi dengan oksigen di udara. Su ber polusi Pb berasal dari emisi otomotif, bahan dasar cat dan pe bakaran batu bara. Pb apat dibedakan menjadi Pb inorganik dan Pb organik. Jenis ind tri pemakai Pb, antara lain: baterai/aki, lead alloy, pipa & kabel, sold r elektrik, cat, plastik, keramik, herbal remedies, kosmetik, pabrik gel , perhiasan, bahan kontruksi peredam suara & getaran, antiknock age t bahan bakar (tetraetil lead, trietil lead). Selain itu sebagian kecil tim I terdapat di alam di pada batu-batuan, tanah dan tumbuhtum uhan. Tim al masuk kedalam tubuh melalui pernafasan dan tertelan bersama ma nan atau minuman yang terkontaminasi timbal. Timbal dalam tub h tidak dibutuhkan, sebagian akan dikeluarkan lewat kemih (7580°/) dan feses (sekitar 15%), sebagian akan terakumulasi di dalam hati, ginjal, jaringan lemak, kuku dan rambut. 2. Faktor isiko Pec ndu Alkohol lebih berisiko menimbulkan gangguan saraf Wa ita lebih rentan daripada pria Ora g dengan sumbatan hidung berisiko lebih tinggi karena bernafas den an mulut Pek rja dengan anemia memiliki kerentanan lebih tinggi Pek rja malnutrisi memiliki kerentanan lebih tinggi 3. Pekerj dengan risiko terpajan Timbal (Pb) Pek rja pada Industri Baterai Pek rja pembuatan Kabel Pek rja pembuat Keramik Pek rja industr Peleburan logam Pek rja industry bahan bakar Pek rja di jalan raya ( penjaga pintu tol, polisi lalu lintas, dll) Tuk ng Cat Pen mbang Timbal, dIl

36

Gambar 22. Timbal terdapat pada bahan bakar kendaraan bermotor, katoda AKI, dan serat pisang dapat menyerap timbal

4. Tatalaksana a. Keracunan Akut ( ICD.10 , T56.0) 1) Efek terhadap kesehatan - Efek timbal inorganic meliputi Kolik abdomen, konstipasi, hepatitis, pankreatitis, anemia haemolotik, encefalopati (kejangkejang, sakit kepala, oedema pupil, dll), akut renal failure, insomnia. 2) Diagnosis Anamnesis, riwayat pekerjaan dan pajanan saat ini dan sebelumnya, gejala dan faktor risiko 3) Penatalaksanaan Bila aman memasuki area, segera pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu, gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Setelah berada di tempat yang aman, lakukan: - Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. - Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. - Bila ada kejang, beri obat anti kejang 4) Prognosis Bisa menyebabkan kematian karena peningkatan tekanan intrakranial

b. Keracunan kronis b) Efekterhadap kesehatan - Hematologik anemia, gangguan gastro intestinal, SSP, polineuropati (ICD.10, G62.2), nefropati (ICD.10, N14.3), kelumpuhan saraf lengan, gangguan paru pekerja tambang (ICD.10, J63.8).

37

C)

Diagnosis Anamnesis Riwayat pekerjaan dan pajanan saat ini dan sebelumnya, gejala dan faktor risiko. Pemeriksaan Fisik • Pigmentasi pada gusi berwarna biru keunguan disebut Lead Line/ Burton Line • Sesuai dengan keluhan yang ada Pemeriksaan Penunjang Sesuai dengan keluhan dan bila diperlukan.

d) Penatalaksanaan Penatalaksanaan Medis Pengobatan Simtomatis, rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk pengobatan lebih lanjut (chelating agent, seperti kalsium disodium etilendiaminotetraasetat =CaNa2EDTA). Hatihati pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Penatalaksanaan non medis Jauhkan dari pajanan lebih lanjut e) Prognosis Gagal ginjal kronik dan encefalopati akut dapat beralkibat fatal (Dubia ad malam). Neuropati perifer yang berat mengakibatkan paralisis yang permanen.

Gambar 27. Lead line/Burton line

38

Gambar 28. Kelumpuhan saraf (polineuropati) 5. Pencegahan Jauhkan dari pajanan dan hindari kontak Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan meliputi riwayat medik, pemeriksaan fisik dan perhatian khusus pada sistem hematopoetik, saraf dan ginjal Pemeriksaan secara berkala untuk mencari tanda dan gejala terpajan timbal, dapat juga dilakukan uji laboratorium untuk mengukur absorpsi timbal yang berlebihan. Merekomendasikan untuk pengawasan secara ketat terhadap sumber debu atau uap timbal dan langkah pengendalian Tidak makan dan minum diruang kerja Tidak merokok pada waktu kerja.

39

BAB III PENUTUP

I

Kema puan dokter dalam menegakkan diagnosa Penyakit Akibat Kerja masih sang at terbatas dan pedoman penatalaksanaan Penyakit Akibat Kerja yang dibuat irektorat Bina Kesehatan kerja dan Olahraga belum membahas semua pent' kit sehingga diperlukan penyusunan pedoman lanjutan mengenai Penatalaksa aan Penyakit Akibat Pajanan Logam. Buku enatalaksanaan Penyakit Akibat Pajanan Logam dapat dijadikan pedoman b gi upaya pelayan kesehatan bagi petugas kesehatan untuk membantu p nanganan penyakit akibat kerja. Semo a dengan tersusunnya Buku Pentalaksanaan Penyakit Akibat Pajanan Log m bagi masyarakat pekerja dapat meningkatkan taraf kehidupan pekerja Kami mpaikan terima-kasih dan penghargaan setingi-tingginya kepada berbagai pi k yang telah memberikan masukkan dalam penyusunan Buku Penatalaksa aan Penyakit Akibat Pajanan Logam.

(I v

40

DAFTAR PUSTAKA

1. EI-Kahfi, Cadmium and Osteoporosis Bone, http://www.healthasia.org. (diakses: 12 Juni 2012)

2. Suyono, Joko. Wijaya, Caroline, Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Jakarta; WHO, 1995 3. William Phillip L, et all, Principles of Toxicology, Enviromental and Industrial Aplications, second edition, John wiley &son, inc,New York :2000. 4. ---------, NIOSH Occupational Health Guidelines, http//www.cdc.gov/niosh-docs/pdf (diakses 16 Juni 2012) 5. --------, Agency For Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR), U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Services, 2008 (diakses 16 Juni 2012) 6. -------,Toxicological Profile for Chromium, U.S. Departemen of Health And Human Services, Public Health Service, Agency for toxic Subtances and disease Registry. Atlanta; September 2000.

7. -------,Toxicological Profile for Mercury, U.S. Departemen of Health And Human Services, Public Health Service, Agency for toxic Subtances and disease Registry. Atlanta; Maret 1999. 8. -------,Toxicological Profile for Manganese, U.S. Departemen of Health And Human Services, Public Health Service, Agency for toxic Subtances and disease Registry. Atlanta; September 2000.

9. -------,Toxicological Profile for Nickle, U.S. Departemen of Health And Human Services, Public Health Service, Agency for toxic Subtances and disease Registry. Atlanta; September 2000. 10. http://www.pom.go.id/katker/doc/ARSENIC_TRIOKSIDA.htm (diakses; 10 Juni 2012) 11. http://beling.net/artiches/about/Arsenical_kertosis (diakses; 8 Juni 2012) 12. htp://id.images.search.yahoo.com(diakses: 8 Juni 2012)

41

42