PERAN INTENSITAS INTERAKSI DENGAN TEMAN DI
UNGKUNGAN PERGAULAN SEKOLAH TERHADAP SIKAP KONSUMTIF
Mahdalela Universitas Gadjah Mada
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran intensitas interaksi remaja SMU dengan teman sekolah terhadap sikap konsumtifnya, khususnya
remaja SMU BOPKRf I Yogyakarta
Yang berusia antara
15 tahun sampai
18 tahun. Siswa-siswi SMU BOPKRI I Yogyakarta dipilih sebagai subjek
penelitian dengan pertimbangan bahwa SMU BOPKRI I Yogyakarta terletak dipusat kota Yogyakarta yang dikelilingi oleh pusat-pusat hiburan
maupun pusat pertokoan, sehingga memungl<.inkan siswa-siswinya lebih cepat terpengaruh dengan informasi yang ditawarkan para produsen.
Jumlah subjeksebanyak 200orang. P,engumpulan data dilakukan dengan angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis korelasional. Hasil analisis menunjukkan korelasi negatif ( r
= ·
0.115; p
=
0.053).
Peran
intensitas interaksi terhadap sikap konsumtit tidak signifikan.
Kata Kuncl:
lntensitas interaksi,
sikap konsumtlf,
kelompok referens,
konsep diri positif, konsep diri negatif
Mahdalela adalah alumnus Fakultas Psiko
PENGANTAR
logi UGM yogyakarta. Perkembangan zaman telah membawa implikasi pada perilaku membeli seseo
barang-barang
di
pasaran
mempengaruhi sikap seseorang terttadap pembelian
dan
pemakaian
barang.
Pem
belian suatu produk bukan lagi untuk meme nuhi kebutuhan
(neea), melainkan karena
keinginan (wanl). Adanya kemajuan ini secara implisit
me
nyebabkan has rat konsumtif dan daya beli juga bertambah. Apa yang dulu tidak dike nal,
sekarang
telah
menjadi
barang
yang
bias a. Gejala konsumtivisme yang terbawa . oleh berhasilnya pembangunan juga meng
hasilkan kesenjangan antara bertambahnya
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahun Ill 1998
39
Mahdalela
barang konsumsi dalam segala bentuk atau
punyai kesamaan pandangan.
bertambah luasnya persepsi tentang kebu
untuk diterima
tuhan dan daya untuk memenuhi kebutuhan
ting
tersebut. Kebiasaan dan gaya
hidup juga
bagi remaja
1983).
Dalam
Kebutuhan
kelompok sebaya sanga t pen
(Palmer
dalam
Mappiare,
usahanya untuk dapat dite
kelompak,
remaja
harus membuat pe
berubah dalam waktu yang relatif singkat
rima
menuju ke arah semakin mewah dan berle
nal1'4>1annya sama dengan pola-pola clan ha
bihan. Pola konsumsi seperti ini terjadi pada
rapan-harapan sesama
hampir semua lapisan masyarakat, meski
perhatiannya
remaja.
sehingga
seringkali difokuskan pada diri
pun dengan kadar yang berbeda-beda. Ham
sendiri. Mereka
pir tidak ada golongan yang luput dari hal
penampitan dirinya. penampilan wajah, pa
tersebut (Dahlan, 1978).
kaian,
Konsumen
remaja
mempunyai
ke
rambut
Karena
biasanya mulai sadar akan
dan
penampilan
fisik lainnya.
mereka berpendapat bahwa penam
inginan membeli yang tinggi, karena pada
pilan diri memainkan
umumnya remaja mempunyai ciri khas da
penerimaan sosia1¥erutama penerimaan dari
lam berpakaian. berdandan, gaya rambut,
teman
tingkah
laku,
kesenangan
musik,
pertemuan dan pesta. Aemaja ingin selalu
Loudon dan
la m
hasil penelitian
Bitta,
Glock
wa konsumsi
orang lain terutama teman sebaya, sehingga
tukan oleh sikap mudah
remaja kebanyakan membelanjakan uang
kelompok
yang beriebihan sangat diten terpengaruh
referensi. Kekuatan
sebut bet1caitan
1989).
yang dimiliki oleh masing-masing
dari masa kanak-kanak menuju usia dewa sa. Pada masa remaja individu mutai
meog
dengan
dkk.(1989)
alami perubahan dalam sikap dan perilaku
temadap
pengaruh
nya
punyai
fisiknya. Aemaja sangat mudah dipengaruhi
in,
oleh faktor yang ada di luar dirinya seperti
edar.
se
tidak
keluarga, lingkungan pergaulan, teman
baya dan teman sekolah. Sifat-sifal seperti
Mode
itu,
(1987) mengana\isis keadaan di dengan
rnengungkapkan
Yatman
Kenyataan
rnempunyai pola
pandangan bahwa
dan
lebih
potensiat.
yang berada pada
perubahan fisik. interaksi
identitas
Aemaja mulai mengarahkan
40
tran
perubahan, baik yang
sosial ataupun pencarian
nuju
posisi
dalam perkembangan hidup manusia,
dengan
kelompok sebaya
keting remaja
konsumsi yang menunjuk
mewah.
mutakhir dan
berkaitan
takut
membuat
pada keeksklusivan, sifat lebih mahal
saran yang paling
mengalami berbagai
karena ini
ka n
pada penampilan
Remaja,
sedang ber
terus menuntut rasa
Indonesia
remaja merupakan kelompok sasaran pa
stsl
mem
sedang
puas pada konsumen yang memakai
mengkonsumsinya
tungkan. Sehubungar.i dengan
tinggi
sehingga mendorong konsumen untuk
galan.
mengun
Remaja
mode yang
ltu sendiri
inilah yang mengakibatkan remaja dianggap pasar yang paling
lebih
sehingga lebih peka
kelompok.
remaja. mengikuti
nya,
individu.
kepekaan terhadap apa yang
sebagai
sasaran
kepribadian
maja memiliki kontrol ekstemal kontrol internal
tingkat pertumbuhan
sifat
menyatakan bahwa re
daripada
sejajar dengan
ciri
oleh
pengaruh ter
nya untuk keperluan tersebut (Monks, dkk.,
Monks
(da
1984), diketahui bah
t>erpenampitan yang dapat menarik oe+eten
Masa remaja merupakan masa lransisi
dalam
sebaya.
Berdasarkan
dalam
peranan penting
dirinya.
geraknya
me
yang dianggap mem-
Manifestasinya
rernaja
lekat
dengan
memperoleh pengakuan
nya.
Ketakutan
remaja
karena pengaruh
selaras
tampak
dengan mode
hasrat
yang
untuk
dari teman-teman ketinggalan
mode
teman-temannya dan ingin
(konform} dengan lingkungannya.
kcnsumtiveme yang tel ah
Arus
kalangan
remaja,
memungut
perti ini merupakan
cara
ga ya
melanda
hid up se
paling tepat unluk
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahun Ill 1998
Pe1an
lntensitas
lnteraks,
dengan Teman
dt Ungkungan
Per�ulan
Sekolah
ternadap
S,kap
Konsumt,1
dapat ikut masuk ke dalam ke1ompok sosial
lahir dan dibesarkan. Konsumen yang ber
yang diinginkan.
asal
Berdasarkan kenyataan yang ada dike
dari
lingkungan
yang berbeda akan
mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat,
tahui bahwa remaja semakin ber1omba-lom
dan selera yang berbeda-beda (Swastha dan
ba dengan gaya hidup mewah dan selalu
Handoko, 1987). Faklor-faklor eksternal me
mengikuti mode yang yang sedang trend.
liputi (a) kebudayaan, (b) kelas sosial, (c)
Dengan gaya hid up ala mooem remaja akan
kelompok sosial dan kelompok referensi (d)
dipandang oleh teman-teman sebayanya se
keluarga.
bagai sosok individu yang modem. 5ehu bungan
dengan
itu penulis
menganggap
Kedua, Faktor internal, yang tennasuk dalam faktor ini adalah
(a).
motivasi,
(b).
perlunya diadakan penelitian apakah sikap
pengamatan dan belajar, (c). kepribadian dan
konsumlif yang
konsepdiri.
ada
di
kalangan
remaja
SMU dlpengaruhi oleh intensitas inleraksi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap konsumtif pada remaja meru
dengan teman sekolah.
pakan suatu kecenderungan bertindak de ngan
keinginan
untuk
membeli
barang
DASARTEDRI barang yang sebenamya kurang atau tidak Sikap konsumtif adalah sikap hidup di
diperlukan, kecenderungan untuk mengikuti
mana manusia dikendalikan oleh suatu ke
orang lain, manusia dikuasai oleh has rat ke
lnginan untuk rnemenuhi hasral kesenangan
senangan matenal semata. Adanya sikap
duniawi semata·mata (Grinder, 1978). Kon
seperti ini membuat orang selalu merasa
sumtivisme
adalah
pola-pola
yang bersifat foya-foya. puasan
yang
konsumsi
pemborosan,
dapat ditunda
menjadi
ke
tidak puas jika barang yang diinginkannya belum dimiliki.
ke
puasan yang harus segera dipenuhi (Lamar
INTERAKSI REMAJA DENGAN TEMAN ta,
1985). Sikap konsumtif menyebabkan
SEKOLAH seseorang setalu merasa tidak puas, tanpa peduli
bagaimana cara
(Serviam, 1983).
mendapatkanoya
lnteraksi remaja dengan teman sekolah nya merupakan suatu hubungan antara dua
.
Menurut Yayasan Lembaga Konsumen
individu atau lebih individu manusia. Perilaku
Indonesia. sikap konsumtif merupakan ke
individu yang satu mempengaruhi, meng
cenderungan
manusia
untuk
melakukan
ubah
atau
memperbaiki
perilaku
yang lain.
lebih mementingkan faktor keinginan dari
sekolah
pada kebutuhan.
timbal balik saling mempengaruhi.
individu
penggunaan konsumsi tiada batas. Manusia
Faklor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap yang
konsumtif berkaitan dengan faktor mempengaruhi peritaku
konsumen. ·
tnteraksi remaja dengan teman
senantiasa
merupakan
interaksi
Kelompak sebaya, dalam hal ini teman sekolah. sangat besar pengaruhnya terha dap proses soslalisasi selama masa remaja.
Engel dkk (1973) mengalakan bahwa pada
Kelompok teman sebaya tidak hanya ber
penelitian tentang konsumtivisme dapat di·
fungsi sebagai sumber pelindung perasaan,
gunakan
pendekatan perilaku konsumen,
antara lain:
Pertama,
tetapi juga membuat acuan perilaku sosial yang dapat diterima dan mengharapkan agar
· Faktor
eksternal.
Perilaku
anggota-anggota kelompoknya dapat me
konsumen sangat dipengaruhl oleh berbagai
nyesuelkan diri dengan acuan-acuan ter
lapisan masyarakat tempat orang tersebut
sebut. Kelompok meminta agar anggota-ang-
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahun Ill
1998
41
gota setia pada kelompok dan terikat pada
tersebut tampak bahwa kepentingan vital
tujuan kelompok yang telah ditetapkan. Re
masa remaja adalah kelompok sebaya, ter
maja harus mengadakan penyesuaian baru
diri dari anggota-anggota tertentu dari teman
dengan meningkatnya pengaruh kelompok
temannya yang
sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,
kepadanya individu
pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai
1993).
baru dalarn dukungan dan penolakan sosial (Hurtock, 1993).
dapat
menerimanya dan
bergantung
(Hurlock,
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi remaja dengan teman sekolah
Remaja lebih banyak berada di luar ru
me
rupakan hubungan antara individu satu de
mah bersama teman-teman sebaya sebagai
ngan individu satu dengan individu lain atau
pe
hubungan individu dengan kelompok terjadi
kelompok.
Sebagai
konsekuensinya
ngaruh teman sebaya pacla sikap, pembica
sating mempengaruhi satu sama lain dalarn
raan, minat penampilan dan penlaku remaja
pikiran, perasaan, sikap dan perilaku. Ma
lebih besar daripada pengaruh keluarga. Mi
sing-masing yang tergabung dalam kelom
salnya, sebagian besar remaja mengetahui
pok tersebut harus menyesuaikan diri de
bahwa bila mereka memakai mode pakaian
ngan norma-norma yang berlaku dalarn ke
yang sama dengan anggota kelompok po
lompoknya.Dengan
puler,
sebut diakui keberadaannya.
maka
kesempatan
baginya
untuk
diterima kek:>nlx>k menjadi lebih besar, maka
demikran
remaja
ter
Penyesuaian dlri yang dilakukan remaja
remaja cenderung mengikutinya tanpa mem
terhadap tema.n sekolah berlangsung karena
pedulikan perasaan mereka sendiri (Hur1ock,
adanya kontak sosial yang bertangsung terus
1993) .
menerus dalam frekuensi sering untuk waktu
. Kelompoksebayame�dunlanya ta kawik muda. yang menyiapkan panggung
yang relatif panjang. Selain itu proses
pe
nyesuaian diri melibatkan bermacam-ma
supaya individu dapat menguji diri sendiri
cam bentuk kegiatan atau peristiwa sehing
dan orang lain. Kefompok sebaya merupa
ga menimbulkan hubungan yang erat Pene
kan wadah individu dinilai oleh orang lain
litian ini akan mengukur aspek-aspek yang
yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak
merupakan indikator mtensitas interaksi re
dapat
memaksakan
sanksi-sanksi
dunia
maja dengan teman sekolahnya. Kegiatan
dewasa yang justru ingin dihmdari. Teman
atau
sebaya
individu berinteraksi dengan teman sekolah
merupakan
suatu
dunia
tempat
aktivitas
apa
saja yang
meHbatkan
kawula muda dapat memberikan sosiatisasi
dan
dalam
sekolah dalam sikap dan perilakunya sehari
suasana
di
mana
nilai-nilai
yang
berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan
Jadi di dalam masyarakat sebaya, da
pengaruh
dari teman
hari.
oleh orang dewasa, melainkan oleh teman teman seusianya (Hurlock, 1993).
seberapa jauh
Beberapa
di
antara
bentuk
interaksi
dengan teman sekolah yang dijabarkan di atas, diambil menjadi aspek pembentuk a1at
lam hal ini adalah teman sekolah inilah re
pengukur intensitas interaksi dengan teman
maja memperoleh dukungan untuk emansi-
sekolah yang digunakan dalam penelitian
pasi clan di situ pula individu dapat menemu
ini.
kan dunia yang memungkinkannya bertindak
secara langsung, frekuensilkekerapan, wak
Aspek tersebut
adalah:
kontak sosial
sebagai pemimpin apabila ia mampu me
tu
lakukannya. Kecuali itu kelompok sebaya
giatan.
merupakan hiburan utama bagi individu yang
tersebut ditemukan dalam interaksi remaja
berusla belasan tahun. Serdasarkan alasan
setiaphari.
42
relatif
panjang,
Oengan
berbagai aktivitas/ke
pertimbangan
bahwa hal
PSIKOLOGIKA NomoJ 5 Tahun Ill 1998
Peran
PERAN
lntensltas
lnteraksi
denoan
Teman
d1
Llngkungan
INTERAKSI REMAJA DENGAN
TEMAN
SEKOLAH
TERHADAP
SIKAP
Pergaulan
Sekolah
Slkap
KCN1sumlll
a remaja memiliki kontrol ekstemal
bah w
bih
tinggi
daripada
sehingga remaja
KONSUMTIF
tertladap
ontrol
l e
nternalnya,
k
i
ebih peka terhadap pe
l
ngaruh kelompoknya. Remaja yang berada Kuatnya pengaruh interaksi dengan te man sekolah sangat menentukan sikap kon sumtil di kalangan remaja. Masing-masing
dalam kelompok yang sama dapat menye babkan mereka mempunyai dasar yang
individu dalam kelompok akan selalu menda
nya.
kap
tif
patkan informasi tentanQ model-model pa kaian, gaya rambut, film dan barang-barang lain yang sedang in. Kondisi ini menimbut. kan
tu
sa
agar
disukai
keberadaannya
tidak
dalam
konsumtif
dihasilkan rasional
kinan dilakukan
remaja berlomba-lomba untuk tamp1�
modern
Si
sikap yang yang
sama
eh
ol
rinsip-prinsip
p
sik
konsum
yang
ap
merupakan
atas pertim,bangan
mempunyai emaja,
kemung
bagai
r
lah
se
sa
ndapatkan penghargaan
usa ha
me
da ri
di lingkungan teman sekolah.
tengah teman-teman sebayanya.
. . .
n di atas dapat
Uraia
Remaja pada masa translsinya, mem1hki
ntensitas
kondisi emosional yang masih labil. sehing
i
akan salah satu
merup
ga mudah dipengaruhi oleh kelompoknya. Kebanyak.an re� menganggap bahwa
pe
nampilan clan gay a hidup mewah merupakan
konsumtif yang
mengakibatkan a�anya_ �ikap
ada
p
t
deka
dala m
Hal ini
untuk bersaing dalam penampllan dmnya,
aktor
ko!ah
ang berpe
f
da n
maja.
re
y
eraksi
int
adikan remaja saling
menyesuaikan diri satu
t�rus-?1enerus
atlf
rel
nng
se
mewah
lainnya
(Hurlock,
sa ma
n,
lai
hingga
se
erbentuk sikap clan perilaku yang sama
1993).
kelompok tersebut.
Demikian
da
halnya
dengan sikap k0nsum1if yang te��di pad�
Pencarian identitas diri serta pengakuan dari
lam
n
me
aruhi. dan
mempeng
t
barang-barang
kap
si
danya interaksi
A
bertangsung
frekuensi
j
seperti pakaian. sepatu, gaya rambut dan
a
ba hw
se
ranan penting terhadap pembentukan
simbol status lebih tinggi dalam kelompok nya.
simpulk.an
di
nteraksi dengan teman
i
lingkungan
sosialnya,
didukung
oleh
remaja tidak lepas dari pengaruh lnteraksi dengan teman
kolahnya.
se
kondisi psikis yang belum matang, menye babkan remaja memitiki kecenderungan le bih
mudah terpengaruh oleh
eksternal
seperti
kelompok
faktor-faktor sebaya
atau
dukungan ekstemal lainnya. ��maja ��rang mermtiki
keyakinan
pada
dm
sendm,
se
hingga apa yang balk menurut orang lain, juga baik bagi dirinya tanpa pertimbangan mendalam.
Kecenderungan
tersebut
HIPOTESIS
Berdasarkan teori-teori
upun hasll pe
ma
nelitian yang telah didapatkan di atas'. �ka penulis mengajukan hipotesis:
kin ting
sema
gi intensitas interaksl dengan teman sekolah akan diikuti oleh semakin tinggi sikap kon
me sumtif pada remaja SMA.
rupakan usaha konfonndengan lingkungan sosial, khususnya lingkungan remaja. Berdasarkan hasil penelitian Glock (da lam Loudon dan Bitta, 1984) diketahui bahwa konsum5i yang beriebihan sangat ditentukan oleh sikap mudah terpengaruh oleh kelom k referensi
po
pribadian
i
u.
indiv d
aitan dengan
berk
yang
nks
Mo
miliki
di
dkk
eh
ol
sifat
�e
masmq-rnaemq
(1989)
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahun
�iri
IIJ
menyataKan
1996
MET ODE
Yang menjadi variabet penelitian adalah intensitas interaksi dengan teman sekolah dan sikap konsumtif. lntensitas interaksi de Mgan teman sekolah didefinisikan tingginya skor yang diperoleh dari angket intensitas interaksi yang tefjadi dengan teman sekolah.
43
•
Mahdalela
yang
(Swastha dan Handoko, 1987), yang meng
mengarah pada pola hidi..p deogan keinginan
arah pada pola hidup dengan keinginan un
Sikap
konsumtif
adalah
sikap
untuk membeli barang·barang yang kurang/
tuk membeli barang-barang yang kurang/
tidak dipertukan dan perasaan tidak puas
tidak diperlukan dan perasaan tidak puas
selalu menyertai bila barang-barang yang di
selalu menyertai bila barang-barang yang
inginkan belum dimiliki. Sikap konsumtif akan
diinginkan belum dimilikL
�iungkap
dengan
angket
pengukur
Skala ini
sikap
konsumtif pada remaja. Makin tinggi nilai skor yang dipercleh makin tinggi sikap konsumtif. Subjek penetitian ini adalah 200 siswa
kelompok
lima alternatif ja
tidak dapat
menentukan
(E),
tidak setuju
{TS) dan sangat Udak setuju (STS).
Pemberian skornya tergantung dari fa
siswi SMU BOPKRI I Oaerah lstimewa Yog· yakarta yang merupakan
terdiri dari
waban, yaitu sanqat setuju (SS), setuju (S),
remaja
vorable atau unfavorable suatu butir. Skor
pertengahan yang berusia antara 15 tahun
jawaban bergerak dari nilai 5 sampai 1. Pada
sampai dengan 18 tahun.
butir favorable dan nilai
Selanjutnya akan diterangkan tentang
1
sampai 5 pada
butir yang unfavorable.
metode pengumulan data. lntensitas inter
Seleksi butir, validitas dan reliabilitas di·
aksi dengan teman sekotah diukur melalui
laksanakan seperti skala intensitas interaksi
skala yang dibuat oleh peneliti. Skala terdiri
dengan teman sebaya 1992. Hasil seleksi
dari 55 butir pernyataan yang merupakan
butir menunjukkan terdapat 45 butir yang
manifestasi tiga aspek yang
memiliki
menentukan
tingginya intensitas interaksi teman sek01ah, yaitu
p)
koefisien
korelasi
antara
0.221
hingga 0.866. Koefisien reliabilitas 0.935.
kontak sosial secara langsung, (2)
frekuensi
(kekerapan),
(3)
berbagai
akti
HASIL vitas. Skala berbentuk model skala Ukert de ngan lima afternatif jawaban, yaitu sangat
mbaran umum data
Ga
aksi
an teman di
deng
intensrtas
nter
i
kungan pergaulan
ling
sesuai (SS), sesuai (S), tidak dapat menen
sekolah dan data sikap konsumtif disajikan
tukan (E), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak
secara de
sesuai (STS). Pemberian skornya tergan
U i
tung dari favorable atau tidaknya suatu butir.
skriptif pada Tabel
j
korelasi antara
1.
ntensitas
l
nteraksi
i
dengan teman sekolah dengan sikap kon
Skar jawaban bergerak dari ni\ai 5 sampai 1
sumtil menunjukkan
pada butir yang favorable dan 1 sampai 5
0.115; p = 0.053).
pada butir unfavorable.
aksi dan sikap konsumtif tidak signifikan.
Seleksi butir dilakukan dengan ana1isis
ngan
= •
ntensitas inter·
i
ngan demikian hipotesis ditolak.
De
internal consistency. (Azwar, 1988). Dal am skala ini, butir yang dapat dipakai
orelasi negatif (r
k
Hubu
Hasil analisis kan
mbahan yang menunjuk
ta
ndikator sikap konsumtif pada subjek
i
adalah butir yang memiliki koefisien (ni1ai
penelitian disajikan secara desknptil pada
rbt) antara 0,207 hingga 0, 714. Temyata dari
Tabel 2. asil analisis tambahan menunjukkan
80 butir, yang tayak dipakai benumtan 55
H
butir. Koefisien reliabilitas skala intensitas
dari 200 subjek
interaksi
sumtif adalah sebagai berikut:
dengan
0,928:
teman
sekolah
sebesar
' 1.
Sikap Konsumtif diukur dengan skala sikap konsumtif. Skala ini disusun oleh Wi lujeng
44
(1992),
mengukur sikap
konsumtif
ang memitiki sikap
y
on
k
lanja kebutuhan penunjang penampi
Be
lan (pakaian, sepatu, tas, parfum, soris) dengan frekuensi
ase
ebih dari 5
t
x
1
bulan sebanyak 1.5%.
P5'KOLOGIKA Nomor 5 Tahlll Ill 1998
Peran
lnlensitas
lnteraksi
dangan Teman
di
Linglcungan
P11rgaulan
Sekolah
terhadap
Sikap
Konsumtif'
.
T-1 S1atlstlk Deskrlptff lntensltas lnteraksl
dan Sikap Konsumtff
(n=200)
Skor yang dimungkinkan
Skor yang diperoleh
Variabel
Min
Maks
Mean
Min
Maks
Mean
SD
55
vs
165
147
280
212
22.89
45
225
135
53
152
91.22
18.08
lntensitas interaksi
Sil
•
T-2 Hasl __ls_ Slkap Konaumtll ·
Butir
1.
( n
Keterangan
Betanja kebuluhan
= 200)
Frekuensi
Persentase
di alas 5 x 1 bulan
1.5
peounjang penamp;lan
2.
Nonton di bioskop
Lebih dari 4 x 1 bulan
7
3.
Makan di restoran
lebih dari 4 x 1 bulan
11.5
4.
Ke diskotik
Lebih dari 4 x 1
s.
T alulgan
Lebih-
-
PSIKOLOGIICA Nomor 5 T atui Ill 1998
perbulan.
bu lan
3.5
Rp. 50.000
9.5
MahOaJela
2.
3.
4.
Nonton di bioskop lebih dari 4 x 1 bulan
rendah dari skor mean yang dimungkinkan.
sebanyak 7%.
Sikap
Makan di restoran lebih dari 4 x 1 bu1an
dukung pula oleh hasil analisis tambahan
sebanyak 11.5%.
dari persentase jumlah subjek yang tergo
Mengunjungi
5.
diskotik lebih dari
4 x 1
konsumtif
rendah
pada
subjek
di
long memiliki sikap konsumtif rendah. Me
bulan sebanyak 3.!;i%.
nabung lebih dari Rp 50.000 per bulan ber
Tabungan lebih dari Rp 50.000 per bu Ian
arti tidak konsumtif.
Kedua, variabel-variabel lain yang ber
(berarn tidak konsumtif sebanyak 9.5%.
peran terhadap sikap konsumtif. Penelitian ini tidak mengikutsertakan variabel-variabel OISKUSI '
lain yang juga berkaitan dalam pembentukan
Hasit analisis menunjukkan bahwa hipo
sikap konsumtif pada remaja SMU seperti
tesis ditolak. Ada dua kemungkinan sehu
penghasilan orang tua, uang saku, gaya hi
bungan dengan tidak tampaknya hubungan
dup keluarga subjek, tempat tinggal
antara intensitas interaksi clengan teman di
sama orang tua dengan subjek yang tinggal
tingkungan pergaulan sekolah dengan sikap
di pondokan) dan konsepdiri.
(ber
konsumtif pada remaja SMU pada penelitian
Gaya hidup dalam keluarga akan mem
ini, yai\u: {1) subjek penelitian ini tidak me
pengaruhi pembentukan sikap dan perilaku
miliki sikap konsumtif yang tinggi;
(2) va
manusia terutama yang
ditanamkan oleh
riabel-variabel lain yang berperan terhadap
orangtua.
sikap konsumtif tidak ikut diteliti.
anak pertama kali mengenal lingkungan so
liki
akan dia(lut oleh anak,
karena
Pertama, subjek penelitian tidak memi
sial adalah lingkungan keluarganya sendiri,
sikap konsumtif yang tinggi. Hal ini dapat
dalam ha! ini adalah orangtua sangat mendo
disebabkan
gaya
hidup
lingkungan
per
minasi dalam mempengaruhi sikap hidup
gaulan subjek sehari-hari turut mempenga
anak.
ruhi sikap subjek. Subjek yang digunakan
mempunyai
pada peneM:ian ini adalah remaja yang di
orang
pengaruhi oleh pola hktup di kola Yogyakarta
1987).
pada umumnya mempunyai ptinsip gaya hi
Oleh
tua
T iap
karena
itu
remaja cenderung
sikap hidup yang sama dengan
mereka
(Swastha
& Handoko,
orang mempunyai konsep diri yang
me
berbeda-beda yang menyebabkan perbeda
nyebabkan orang puas dengan apa yang
an dalam menanggapi Hngkungan di mana
dup sedertiana. Gay a hidup sederhana
dimilikinya. Mereka berprinsip untuk tidak
ia berada. Orang yang mempunyai konsep
ter1alu ber1ebihan dalam materi, sehingga
diri positif selalu mempertimbangkan moti
apa yang dimilikinya adalah hal yang perlu
vasi. tujuan dan kemampuannya sebelum
disyukuri. diterima dengan senang hati, se
membuat
hingga mereka trak memandang perlu ber
memiliki orientasi pada kontrot internal, arti
lomba-Jomba dalam mengejar kesenangan
nya individu memiliki kendali yang kuat da
hidup.
suanl'kepuiusan. karena mereka
lam menanggapi pengaruh luaryang menen
Penelitian ini menunjukk.an bahwa seba
tukan besar kecilnya perubahan atau pem
gian besar subjek tidak memiliki kecende
bentukan sikap. Mereka tidak mudah terpe
rungan sikap konsumtif yang tinggi. Hal ini
ngaruh oleh pengaruh ekstemal seperti
dapat dilihat ·pada mean skala sikap kon
dia massa ataupun pengaruh interpersonal
sumtif dari data yang diperoleh = 91 .22, se
dalam interaksi sosial.
dangkan mean dimungkinkan = 135. Tam
yang mempunyai konsep diri negatif lebih
pak
berorientasi pada kontrol ekstemal (Wilkins
46
bahwa
mean
hasil
penelitian
lebih
Sebaliknya,
me
orang
PSIKOLOGIKA Nofnor 5 Tahun Ill 1998
Peran
lntensitas
dalam Burns,
lnterakst
dengan Teman
di Ungk,.,ngan
Periµiulan
Sekol.ih
terhadap
Sik.lp
Konsumtil
1979). Mereka lebih mudah
Setanjutnya ada beberapa saran yang
me
perlu peneliti sampaikan. Pertama, pene!i
dipengaruhi oleh faktor dari luar, karena
reka kurang yakin terhadap dirinya sendiri
tian selanjutnya agar menyertakan variabel
sehingga dalam mengambil sua.tu keputusan
variabel lain yang mungkin mempengaruhi
mereka cenderung mengandalkan oprni orang
sikap konsumtif, baik variabel internal se-
lain. Hasil penelitian Humprey (dalam Bums,
perti konsep diri maupun variabel ekstemal
1979) menyimpulkan bahwa remaja yang
lainnya seperti penghasilan orangtua, uang
memiliki konsep diri negatif cenderung lebih
saku, gaya hid up kelua.rga. Sebaiknya diteliti
tertarik untuk membeli pakaian dan sangat
juga
memperhatikan
yang tinggal di perkotaan dengan
pakaian daripada
yang memiliki konsep dni positif. yang
memiliki
gunakan
konsep
pakaian
diri
remaja Remaja
negatil
sebagai
meng
ekspresi
diri,
perbedaan
srkap
konsumtif
remaja remaja
yang tinggal di luar kota.
Kedua. bagi siswa-siswi SMU supaya mempertahankan
sikap
konsumtif
yang
menarik perhatian dan memperolah peng
rendah dan intensitas interaksi yang tinggi
hargaan dari orang lain. Remaja yang me
seperti hasil penelltian ini. •
miliki konsep diri negatif menumukken pe nolakan diri, khususnya berkaitan dengan
DAFTAR PUSTAKA perubahan
fisik yang terjadi
pada
masa
remaja. Penolakan diri ini menyebabkan re- maja
melakukan
berbagai
usaha
untuk
Azwar, S. 1988. Sikap Manusia:
Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.
memperoleh penghargaan dari orang lain. Azwar, S.
1992. Reliabilitas dan Validitas.
Hal ini dapat ditinjau dari perbedaan pene Yogyakarta: Sigma Alpha. rimaan diri terutama membuat penampilan
me
Bums, R.B. 1979. The SeH Concept.' i n The
narik perhatian orang lain. Usaha tersebut
Measurement, Development and Behav
merupakan sarana untuk memperofeh peng
ior, New York: Logman Inc.
nya sedemikian rupa sehingga dapat
hargaan dari orang lain karena mereka me-
Calhoun. J.F. & Acocello, J.R.
1990.
Psy·
'
miliki konsep diri positif tidak perlu berusaha menarik perhatian dengan penampilan yang berlebihan-lebihan
karena
mereka
telah
chology of Adjustment and Human Re lationships. Third Edition. New York: Mc Graw - Hill Publishing Company.
memiliki penerimaan diri dengan baik. Conger,J.J. 19n. Adolescence and Youth·
Psychologcal Development i n A Chan,r
PENUTUP
ing World. New York: Harper and Row.
Berdasarkan hasi1 dan pembahasan da lam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
interaksi
dengan
teman
sekolah
Dahlan, A.M. 1978 . Sosialisasi Pola Hidup Sederhana. MajalahPrisma, 10, 1 1 · 1 5 .
temaja
SMU tidak memiliki peran yang meyakinkan terhadap sikap konsumtif. Diduga bahwa ter dapat variabel-variabel lain yang berperan terhadap sikap konsumtif, antara lain varia bel internal seperti konsep din, maupun va riabel ekstemal seperti penghasilan orang
Engel, J.F.
Kollat,
O.T., & Blackwell, A.D,
1973. ConsumerBehavior. Second Edi tion. New York: Holt Rinehart and Win ston,
Inc.
Gerungan,
R.E.
1978.
Adolesence.
New
York: John Wiley and Sons.
tua, uang saku dan gaya hidup �eluarga.
PSIKOLOGIKA Nomor 5 T ahon
UI
1998
47
Mahdalela
Hadr.
S.
1984.
Metodologi Research
II.
• Musa, K.E., & Roach, M.E.
1973. Adoles
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
cent Appearence and Self Concept, Ado
Psikologi UGM.
lescence, 8, 385-393.
Hadi, S. 1992. Analisis Regresi. Yogyakarta:
Moschis,
G.P.
& Churchill,
G.A.
1979.
An
Analysis of the Adolescence. Journal of
Andi Offset.
Marketing, 43, 137-146.
Hurlock, EB. 1993. Psi
Edisi
5.
Nashori, F .
Ja
karta: Erlangga.
Konsumtivisme Masya Maja/ah Psikomedia.
Edisi 7.
Jersild, A.T. 1965. The Psychology of Ado·
Second
lescence.
1991.
rakat Indonesia.
Edition.
New
Newcomb, T.C. 1985 (terjemahan). Psikologi Sosial. Bandung: Diponegoro.
York:
The Macmillan Company. Sears, 0.0. Freedman, J.L, & Peplau, L.A. Lamarto,
Y.
1995.
Prinsip
Pemasaran.
1992. Psikblo!jSosia/(terjemahan), Jilid I. Jakarta: Er1angga.
Jakarta: Erlangga.
Littler, M.B. & J.B. Eicher. 1973. Clotching
Serviam. 1983. Konsumerisme: Perlu atau
Opinion and The Social Acceptance Pro
Malu. Jakarta: Sinar Harapan.
cess among Adolescents. Adolescence, Swastha, B., & Handoko, H. 1987. Manaje
8,
197-212.
men Pemasaran: AnaHsis Loudon. D.L. & Bitta, Della, A.J. 1984. Con
Perilaku K on
sumen. Yogyakarta: Liberty.
sumer Behavior. Second Edition. New Wilujeng, H.0. 1982. Hubungan Konsep Oiri York: Mc Graw Hill Book Company. da(l Mappiere, A. 1983. Psikolog Remaja. Sura
Sikap
Konsumlif
Pada
Remaja.
Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
baya: Usaha Nasional.
Fakultas Psikologi UGM.
Mar'at.1981. SikapManusiaPerubahansena
Wirawan, S. 1976. Pengantar llmu Psik.ologi.
Pengukurannya. Edisi 2. Jakarta: Ghalia
Cetakan I. Jakarta: Bulan Bintang.
Indonesia. Yatman, O. 1987. Remaja lncaran lklan. Ke· Monks, S.R.
F.J ..
Knoers,
1989.
A.M.P.
& Haditono,
Psikologi Perkembangan
daulatan Rakyat. 1 O September. Yogya· karta.
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University
Press.
•••
48
PSIKOLOGIKA Nomor 5 Tahlm Ill 1998