BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Prokrastinasi a. Pengertian Prokrastinasi Istilah
prokrastinasi
berasal
dari
bahasa
Latin
procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok atau menjadi hari esok. Jadi, dari asal katanya prokrastinasi adalah menunda hingga hari esok atau lebih suka melakukan pekerjaannya besok. Orang yang melakukan prokrastinasi dapat disebut sebagai procrastinator.1 Prokastinasi pertama kali digunakan oleh Brown dan Holtzman (Manual Surveys of Study Habits and Attitude, 1967), Istilah prokrastinasi digunakan untuk menggambarkan sesuatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan sehingga seseorang gagal menyelesaikan tugas-tugas tersebut tepat pada waktunya.2 Menurut Solomon dan Rothblum prokastinasi adalah penundaan mulai mengerjaan atau penyelesaian tugas yang disengaja. Suatu penundaan dikatakan sebagai prokastinasi apabila penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting, dilakukan 1
Iven Kartadinata & Sia Tjundjing, ”Prokrastinasi Akademik Dan Manajemen Waktu”, (Surabaya : Anima, Indonesian Psychological Journal, 2008), 23, No 2, h.110. 2 Naili Zakiyah, et al, “ Hubungan Antara Penyesuaian Diri dengan Prokrastinasi Akademik, (Semarang : Jurnal Psikologi Undip, Oktober 2010),Vol. 8, No.2, , h.215
13
14
berulang-ulang secara sengaja, menimbulkan perasaan tidak nyaman serta secara subyektif dirasakan oleh orang prokastinator.3 Dalam kaitannya dalam lingkup akademik, prokastinasi dijelaskan sebagai perilaku menunda tugas akademis seperti: mengerjakan PR, mempersiapkan diri untuk ujian, atau mengerjakan tugas makalah sampai batas akhir waktu yang tersedia.4 Menurut Clark dan Hill5 bahwa prokrastinasi akademik sering muncul pada pelajar dan mahasiswa. Selain itu, perilaku ini dapat
menyebabkan
pengumpulan
tugas
yang
terlambat,
kecemasan menjelang ujian, sikap menyerah pada mahasiswa dan lebih auh lagi berakibat terhadap hasil ujian serta mempengaruhi akrivitas lainya dalam lingkungan sekolah atau kampus. Pendapat lain dikemukakan oleh Balkis dan Duru yang menyatkan bahwa prokrastinasi merupakan perilaku individu yang meninggalkan kegiatan penting yang bisa dilakukan dan telah direncanakan sebelumnya tanpa alasan yang masuk akal.6 Jadi kesimpulannya seseorang yang dikatakan melakukan prokrastinasi jika ia menunda pekerjaan penting tanpa alasan yang logis, padahal
3
Ibid. Edwin Adrianta Surijah dan Sia Tjundjing, “Mahasiswa Versus Tugas : Prokrastinasi Akademik Dan Conscientiousness”, Anima, Indonesian Psychological Journal, Vol. 22, No. 4, 2007, h. 356 5 Restu Pangersa R, Hendri Winata,”Prokrastinasi Akademik Menurunkan Prestasi Belajar Siswa”,( jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2016), Vol.1, H.165 6 Rahmat Azis, “Model Perilaku Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Pascasarjana”, (Journal of Islamic Education, Edisi Januari- Agustus 2015), Vol.1, h.273 4
15
ia bisa melakukan pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Lebih lanjut Midgley menambahkan bahwa pada umumnya para ahli sepakat mengartikan prokrastinasi dalam konotasi negative dengan menyebutnya sebagai penundaan yang tidak berguna (needless) dalam penyelesaian tugas.7 Prokrastinasi merupakan
masalah
yang
konsekuensi
bagi
pelaku
sangat
serius
prokraktinasi
yang
membawa
(procrastinator).
Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi menimbulkan pro dan kontra secara psikologis maupun fisiologis.
b. Jenis-Jenis Tugas Prokrastinasi Akademik Istilah yang sering digunakan para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas tersebut adalah prokrastinasi akademik dan non akademik. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah, tugas kursus dan tugas kuliah. Prokrastinasi non akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non formal atau tugas yang berhubungan dengan
7
Irma Alfina, “Hubungan Self-Refulated Learning dengan Prokrastinasi Akademik”, (ejournal Psikologi, 2014) Vol. 2, h. 231
16
kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor dan sebagainya.8 Menurut Green dalam Gufron, jenis tugas yang menjadi objek prokrastinasi akademik adalah tugas ang berhubungan dengan kinerja akademik. Solomon dan Rothblum membagi enam area akademik dimana biasa terjadi prokrastinasi pada pelajar. Enam area akademik tersebut, yaitu: 9 a. Tugas menulis, contohnya antara lain keengganan dan penundaan pelajar dalam melaksanakan kewajiban menulis makalah, laporan, dan tugas menulis lainnya.
b. Belajar menghadapi ujian, contohnya pelajar melakukan penundaan belajar ketika menghadapi ujian, baik ujian tengah semester, ujian akhir semester, kuis-kuis, maupun ujian yang lain.
c. Tugas membaca per minggu, contohnya antara lain penundaan dan keengganan pelajar membaca buku referensi atau literaturliteratur yang berhubungan dengan tugas sekolahnya. d. Tugas administratif, meliputi penundaan pengerjaan dan penyelesaian tugas-tugas administratif, seperti menyalin catatan
8
M. Nur Ghufron & Rini Rianawita, Teori-Teori Psikologi, (Depok : AR-RUZZ MEDIA, 2010), h. 156 9 Ibid., h.157
17
materi pelajaran, membayar SPP, mengisi daftar hadir (presensi) sekolah, presensi praktikum, dan lain-lain.
e. Menghadiri
pertemuan,
antara
lain
penundaan
dan
keterlambatan dalam masuk sekolah, praktikum dan pertemuan lainnya.
f. Tugas akademik pada umumnya, yaitu penundaan pelajar dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik lainnya secara umum. 10
c. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik a) Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi, dia memunda-nunda untuk memulai mengerjaakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.11 b) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya
10 11
Ibid. Ibid., h.158
dalam
mengerjakan
suatu
tugas.
Seorang
18
prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan. Selain itu, juga melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.12
c) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Seoarang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah dia tentukan sendiri.13 Seseorang
mungkin
telah
menentukan
atau
merencanakan untuk melaksanakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan namun, ketika saatnya telah datang dia tidak 12 13
Ibid. Ibid. h.159
19
juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan sehingga menyebabkan keterlambatan atau kegagalan untuk menyelesaikan tugas sebaik mungkin.14 d) Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya. Akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dianggapnya lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca koran, majalah atau buku cerita, menonton TV, ngobrol, jalan mendengarkan musik ataupun sibuk dengan sosmed. Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik
adalah
penundaan
untuk
memulai
maupun
menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapai, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja, aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
d. Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik a)
Psikodinamik dan Psikoanalitik Menurut Freud berkaitan konsep tentang penghindaran dalam tugas mengatakan bahwa seseorang yang dihadapkan tugas yang mengancam ego pada
14
Ibid.
20
alam bawah sadar akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Perilaku penundaan atau prokrastinasi merupakan akibat dari penghindaran tugas dan sebagai mekanisme pertahanan diri. Bahwa seseorang secara tidak sadar melakukan penundaan, untuk menghindari penilaian yang dirasakan akan mengancam, keberadaan ego atau harga dirinya. Akibatnya tugas yang cenderung dihindari atau yang tidak diselesaikan adalah jenis tugas yang mengancam ego seseorang, misalnya tugas-tugas di sekolah, seperti tercermin dalam perilaku prokrastinasi akademik, sehingga bukan semata karena ego yang membuat seseorang melakukan prokrastinasi akademik.15 b) Behavioristik Menurut Bijou aliran behavioristik ini beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran
karena
mendapat
reward
dari
perilaku
penundaannya, atau ketika ia tidak pernah mendapatkan punishment atas perilakunya.16 Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik
15 16
Ibid., h.160 Ibid.
21
karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu. c) Kognitif dan Behavioral-Cognitive Menurut Ellis & Knaus, menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan
yang
irasional
yang
dimiliki
oleh
seorang
prokrastinasi. Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irasional yang dimiliki seseorang.17 Burka & Yuen, keyakinan irasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan yang mempersepsikan tugas sekolah, seseorang menunda
tugas
sebagai
suatu
yang
berat
dan
tidak
menyenangkan oleh karena itu seseorang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga seseorang menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas tersebut.18 Ketakutan
yang
berlebihan
untuk
gagal,
seseorang
menunda-nunda mengerjakan tugas sekolahnya karena takut jika gagal menyelesaikanya sehingga akan mendatangkan penilaian yang
negatif
akan
kemampuannya,
akibatnya
seseorang
menunda-nunda untuk mengerjakan tugas yang dihadapinya. e. Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Secara
umum
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 17 18
Ibid. h. 161 Ibid.
22
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada pada diri individu yang melakukan prokrastinasi, meliputi:
1) Kondisi fisik individu. Faktor dari dalam yang turut mempengaruhi prokrastinasi pada individu adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan seseorang.Tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi. Walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakkinan yang irasional yang dimiliki oleh seseorang.19
2) Kondisi psikologis individu. Millgran dan Tenne. Trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulatiaon dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Rendahnya kontrol diri juga memperngaruhi
seseorang
memiliki
kecenderungan
melakukan prokrastinasi20
3) Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor itu antara lain:
19 20
Ibid., h.164 Ibd., h. 165
23
a. Gaya pengasuhan orang tua. Hasil penelitian Ferrari menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi.21 b. Kondisi lingkungan.
Prokrastinasi akademik lebih
banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan.
Pergaulan
siswa
pun
turut
mempengaruhinya.
Dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik dapat disebabkan oleh faktor-faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor di luar diri individu. Salah satu faktor internad adalah ciri kepribadian locus of control dan ciri kepribadian ini mempengaruhi seberapa banyak orang melakukan prokrastinasi.
2. Locus of Control a. Pengertian Locus of Control Pusat kendali ( locus of control ) adalah gambaran pada keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Pusat
21
Ibid.
24
kendali merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu. 22 Pemahaman tentang konsep locus of control pertama kali dikembangkan oleh Jullian Rotter pada tahun 1954, dan sejak itu menjadi aspek penting dari studi kepribadian.23 Menurut Rotter locus of control merupakan efek penguatan mengikuti perilaku tertentu, bukan sekedar proses pencapaian melainkan tergantung apakah orang itu memandang hubungan kasual antara perilakunya dan akibat dari perilaku tersebut. Locus of control adalah suatu konsep yang merupakan pengembangan dari teori belajar sosial (social learning theory), yang menyangkut kepribadian dan mewakili harapan umum mengenai masalah faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pujian dan hukuman terhadap kehidupan seseorang.24
Lebih lanjut Rotter menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai keyakinan bahwa ia mampu melakukan kontrol atas nasibnya sendiri, atau beranggapan bahwa apa-apa yang terjadi dalam hidupnya semata-mata disebabkan oleh hal-hal yang ada dalam dirinya sendiri (misalnya usaha dan kemampuannya) disebut sebagai orang yang memiliki orientasi kontrol internal. Dan sebaliknya, orang-orang yang beranggapan bahwa yang terjadi 22
Ibid., h.65 Wikipedia, "Locus Of Control", www.en.wikipedia.org/wiki/locus of control, diakses Oktober 2016 24 Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.cit. 23
25
dalam hidupnya merupakan akibat dari atau ditentukan oleh hal-hal yang ada di luar dirinya, seperti faktor kebetulan, keberuntungan, takdir atau karena kekuasaan orang lain, sehingga mereka merasa tidak mampu, disebut sebagai orang yang mempunyai orientasi kontrol eksternal.25 Menurut Rotter26 Locus of Control ada beberapa indikator yang mendukung dan mempunyai peranan besar dalam penentuan perilaku seseorang diantaranya: kendali internal (1) Perbuatan dengan penguatan yang didapatkan sebagai hubungan sebab akibat, (2) Keyakinan dapat mengendalikan penguatan yang diterimanaya, (3) Keberhasilan atau kegagalan yang terjadi karena pengaruh dirinya sendiri ingin berhasil. Kendali eksternal: (1) memandang peristiwa yang terjadi baik maupun buruk disebabkan oleh faktor kesempatan, keberuntungan dan nasib serta kondisi yang tidak mereka kuasai, (2) peristiwa yang terjadi baik atau buruk disebabkan oleh orang lain yang berkuasa. locus of control adalah istilah dalam psikologi yang mengacu pada keyakinan seseorang tentang apa yang menyebabkan hasil yang baik atau buruk dalam hidupnya, baik secara umum atau di bagian tertentu seperti kesehatan atau akademik. Menurut Brownell mengatakan bahwa locus of control adalah tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab 25
Weiner, "Finding Your Locus Of Control", http://wik.ed.uiuc.edu/locus-of/control, diakses 23 Oktober 2016, h.30 26 Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.cit., h.67
26
personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. Menurut Lefcourt locus of control mengacu pada derajat dimana individu memandang peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya sebagai konsekuensi dari perbuatannya.27 Locus of control mengacu pada sejauh mana orang percaya bahwa mereka dapat mengendalikan peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi mereka. Selanjutnya menurut Sarason locus of control merupakan suatu konsep tentang bagaimana individu memandang
dirinya
dalam
mengontrol
kejadian
dalam
kehidupannya antara usaha yang telah dilakukan dengan akibat yang diterimanya. Sedangkan Thompson mendiskripsikannya sebagai keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan lewat tindakannya sendiri.28 Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Locus of control merupakan suatu konsep yang menunjukan keyakinan individu
mengenai
peristiwa-peristiwa
yang
terjadi
dalam
hidupnya. Hal ini termasuk pada keyakinan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan dalam melakukan berbagai kegiatan di dalam hidupnya disebabkan oleh kendali dalam dirinya atau kendali di luar dirinya.
27 28
Bart Smet, , Psikologi Kesehatan, (Jakarta :PT. Grasindo, 1997) h. 181 Ibid., h. 186
27
b. Sumber Pembentukan Locus Of Control Locus of control merupakan hasil belajar individu dan timbul berdasarkan pengalaman masa lalunya sehingga akan mempengaruhi kepercayaan atau keyakinannya mengenai sumbersumber penyebab dari peristiwa yang terjadi dalam hidup individu. Harley London mengungkapkan bahwa skala locus of control bersifat kontinum, dalam artian adakalanya seseorang mempunyai
kecenderungan
internal
locus of
control
dan
adalakanya kecenderungan external locus of control. Hal ini dapat ditentukan oleh kondisi yang mempengaruhi perubahan-perubahan keyakinan internal-external locus of control.29 Adapun faktorfaktor yang menjadi sumber pembentukan dan atau perubahan locus of control pada diri individu antara lain: 1) Pola Asuh Orang Tua
Menurut Monks, dalam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua berupa pemberian tanggapan atau reaksi pada saat-saat
yang
tepat
terhadap
perilaku
anak
dapat
memberikan pengaruh yang penting terhadap perkembangan rasa percaya dirinya.30
Anak-anak
yang memperoleh
tanggapan dari orang tuanya atas tindakan yang ia lakukan,
29
Aulia Iskandarsyiah, "Hubunngan Antara Health Locus Of Control Dan Tingkat Depresi Pada Pasien", www.wisegeek.com, diakses 25 Oktober 2016, h.29 30 F. J.Monks, & Siti Rahayu Hadinoto, Psikologi Perkembanngan,(Jakarta : ) h.183
28
akan melihat bahwa perilakunya dapat mengakibatkan sesuatu pada lingkungannya sesuai dengan keinginannya. Hal
ini
menimbulkan
sesuatu
dorongan
yang
dipelajari sehingga dapat menimbulkan internal locus of control, dan ini menunjukkan bahwa anak merasa dirinya mampu menguasai dan menentukan suatu akibat. Sebaliknya, bila
anak
sering
tidak
memperoleh
tanggapan
atas
tindakannya atau bahkan sering dikekang dan diatur akan menyebabkan
anak
merasa
bahwa
perilakunya
tidak
mengakibatkan sesuatu dan tidak memberikan pengaruh pada lingkungannya, sehingga anak merasa tidak memiliki kuasa untuk menentukan suatu akibat karena keadaan diluar dirinya yang lebih banyak menentukan. Keadaan ini akhirnya akan menimbulkan external locus of control.31 2) Faktor Usia
Seiring
dengan
bertambahnya
usia
diharapkan
keyakinan locus of control dapat berkembang lebih tinggi. Dari hasil penelitian Peng dan Crandal didapat bahwa dalam perkembangan seorang anak, sejalan dengan bertambahnya usia ia akan bertambah efektif dalam mengaktualisasikan dirinya dan semakin internal locus of control. Lain halnya apabila individu yang di dalamnya berkembang rasa cemas, 31
Ibid.
29
hal tersebut dapat menghilangkan kontrol internal menjadi external locus of control. 32
3) Pengalaman Dalam Suatu Lembaga
Adanya peraturan-peraturan atau adanya unsur-unsur kekuasaan di dalam suatu lembaga, secara umum dapat membentuk kecenderungan external locus of control pada seseorang. Seorang siswa yang kurang suka dengan adanya peraturan-peraturan yang mengikat di sekolahnya cenderung memiliki external locus of control. 4) Stabilitas Perubahan
Menurut Schneider situasi yang cenderung sensitif, seperti konflik pelajar dengan teman sebayanya dapat mempengaruhi peningkatan external locus of control.33 c. Orientasi Locus Of Control Locus of control diyakini sebagai konsep yang memberi kontribusi terhadap kualitas performansi atau kinerja individu. Artinya orientasi locus of control pada seseorang merupakan satu bentuk respon awal yang menjadi dasar dari respon selanjutnya
32 33
Ibid., h.184 Aulia Iskandarsyiah, Op.cit.
30
yang merupakan rangkaian kinerja aktivitas individu dalam upaya mencapai suatu tujuan pada dirinya. 34 Konsep ini pada awalnya dikembangkan oleh Rotter. Menurutnya locus of control memiliki dua orientasi sebagai unidimensional, yaitu internal dan external locus of control. a) Internal locus of control Karakter individu dengan kecenderungan orientasi internal
adalah
lebih
aktif
mencari
informasi
dan
menggunakannya untuk mengontrol lingkungan. Mereka lebih suka menentang pengaruh-pengaruh kontrol dari luar dan bertanggung
jawab
terhadap
kemungkinan-kemungkinan
kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan. Persepsi atau pandangan individu terhadap kemampuan menentukan nasib sendiri. Indikatornya adalah: 1. Segala yang dicapai individu hasil dari usaha sendiri. 2. Menjadi pimpinan karena kemampuan sendiri. 3. Keberhasilan individu karena kerja keras. 4. Segala
yang
diperoleh
individu
bukan
karena
keberuntungan. 5. Kemampuan individu dalam menentukan kejadian dalam hidup. 6. Kehidupan individu ditentukan oleh tindakannya.
34
Weiner, Op.cit., h.32
31
7. Kegagalan yang dialami individu akibat perbuatan sendiri.35 b) External locus of control Persepsi atau pandangan individu terhadap sumbersumber diluar dirinya yang mengontrol kejadian hidupnya, seperti nasib, keberuntungan, kekuasaan atasan, dan lingkungan sekitar. Indikatornya ialah: 1. Kegagalan yang dialami individu karena ketidakmujuran. 2. Perencanaan jauh ke depan pekerjaan yang sia-sia. 3. Kejadian yang dialami dalam hidup ditentukan oleh orang yang berkuasa. 4. Kesuksesan individu karena faktor nasib. Seseorang dengan external locus of control adalah mereka yang sering menyalahkan (atau bersyukur) atas keberuntungan,
petaka,
kekuatan-kekuatan
lain
nasib,
keadaan
dirinya,
diluar
kekuasaannya.
atau
Mereka
memahami bahwa tindakan-tindakan yang dialami lebih disebabkan oleh faktor-faktor diluar kendalinya. Davidoff berpendapat bahwa bila individu berada dalam situasi yang menimbulkan stres, maka individu dengan orientasi external locus of control lebih mudah merasa murung dan putus asa dibandingkan dengan individu 35
Wangmuba, "Komponen Locus Of Control", www.wangmuba.com/locus-of-control, diakses 2 April 2016
32
yang berorientasi internal locus of control.36 Lebih lanjut Levenson mengembangkan teori Rotter dengan membagi orientasi locus of control ke dalam tiga faktor, yaitu: a. Internal (I); adalah keyakinan seseorang bahwa kejadiankejadian dalam hidupnya ditentukan oleh kemampuan dirinya sendiri. b. Powerfull-Others (P); adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang lain yang berkuasa. c. Chance (C); adalah keyakinan seseorang bahwa kejadiankejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang dan keberuntungan. Aspek 1 merupakan internal locus of control sedangkan aspek 2 dan 3 merupakan external locus of control. Sebenarnya yang dilakukan Levenson adalah membedakan external locus of control kedalam kontrol oleh orang lain yang berkuasa (powerfull other) dan kontrol oleh hal-hal yang bersifat kebetulan (chance). Sehingga individu dengan orientasi external locus of control dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu individu yang mempunyai keyakinan bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya terutama ditentukan oleh orang lain
36
Daviidoff Linda l, Psikologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Airlangga, 1991), h. 123
33
yang berkuasa (powerfull other) dan individu yang mempunyai keyakinan bahwa kejadian-kejadian yang terjadi pada dirinya disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat kebetulan atau chance. d. Jenis atau Aspek locus of control Konsep tentang pusat kendali yang digunakan Rotter memiliki empat konsep dasar, yaitu : a) Potensi perilaku, yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul pada situasi tertentu, berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam kehidupan seseorang. b) Harapan merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan muncul dan dialami oleh seseorang. c) Nilai unsur penguatan adalah pilihan terhadap berbagai penguatan hasil-hasil lainya yang dapat muncul pada situasi serupa. d) Suasan psikologis adalah bentuk rangsangan baik secara internal maupun eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang sangat diharapkan.37 Individu dikatakan memiliki internal locus of control karena individu tersebut menyakini bahwa semua peristiwa yang terjadi adalah dibawah kendali dirinya sendiri. Hal ini berarti
37
Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.cit., h.66
34
bahwa didalam diri seseorang tersebut memiliki potensi yang besar untuk menentukan arah hidupnya, tidak peduli apakah faktor lingkungan akan mendukung atau tidak. 38 Individu
seperti
ini
percaya
mereka
mempunyai
kemampuan menghadapi tantangan dan ancaman yang timbul dari lingkungan dan berusaha memecahkan masalah dengan keyakinan yang tinggi sehingga strategi penyelesaian atas konflik yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik.39 Sedangkan individu yang memiliki external locus of control merupakan individu yang mempercayai bahwa semua peristiwa yang terjadi adalah diluar kendali dirinya sendiri. Individu menyakini bahwa faktor luar atau lingkungan yang mempunyai
pengaruh
terhadap
apa
yang
terjadi
dalam
kehidupannya. 40 Individu yang memiliki external locus of control lebih mudah merasa terancam, menyerah dan tidak berdaya ketika mengahadapi suatu konflik. Individu semacam ini akan memandang masalah-masalah yang sulit sebagai ancaman bagi dirinya. Bila mengalami kegagalan dalam menyelesaikan persoalan, maka individu tersebut cenderung tidak survive dan akhirnya individu tersebut mengalami kegagalan yang membuatnya ingin lari dari persoalan.41
38
Ibid. Ibid. 40 Ibid. h.68 41 Ibid. 39
35
3. Hubungan Locus of Control dengan Prokrastinasi Akademik Dalam kaitannya dengan prokrastinasi akademik, locus of control merupakan salah satu variabel yang turut mempengaruhinya, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Millgran dan Tenne bahwa kepribadian khususnya ciri kepribadian locus of control mempengaruhi seberapa banyak orang melakukan prokrastinasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Amber E. Hampton menemukan korelasi yang signifikan antara prokrastinasi akademik dengan locus of control. Peserta yang memiliki skor tinggi sebagai prokrastinator menunjukkan orientasi external locus of control, dan sebaliknya mereka yang mendapat skor rendah dalam penundaan menunjukkan orientasi internal locus of control.42 Janssen dan Carton mengatakan bahwa perilaku proktrastinasi ditentukan lokus eksternal. Lokus eksternal adalah bagian dari locus of Control (LOC). Perilaku prokrastinasi dapat menjadi bagian pribadi, khususnya pada lokus eksternal.43 Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik, diantranya ada faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal menurut Millgram dkk mengatakan bahwa rendahnya kontrol diri juga mempengaruhi perilaku prokrastinasi bagi individu.44 Temuan-temuan penelitian menunjukkan prokrastinasi dapat terjadi melalui berbagai faktor diantaranya adalah defisiensi regulasi-diri, motivasi yang rendah, pusat kendali-diri internal 42
Amber E. Hamptom,, "Prokrastinasi Dan Locus Of Control", www.capital.edu.com, diakses 23 Oktober 2016 43 Hartosujono, Op.cit., h.42 44 Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op. cit., h 165
36
dan eksternal, perfeksionis, manajemen waktu yang lemah kontrol diri, percaya diri, perilaku yang didasarkan kehatihatian, harga diri yang rendah, desepsi-diri, perilaku yang didasarkan kata hati yang salah, depresi dan rendahnya daya saing rendahnya efikasi-diri, kesadaran-diri, kecemasan sosial, takut gagal kecemasan dan rasa bersalah.45 Jadi dapat kita simpulkan bahwa Prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pusat kendali. B. Kajian Penelitian Relevan Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, maka ditemukan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan mengenai Hubungan Locus of Control dengan Prokrastinasi Akademik diantaranya sebagai berikut: 1. Nur Lailatul Munirah (2013), meneliti hubungan antara kontrol diri dan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren. Nilai pada penelitian ini bahwa secara bersama-sama kontrol diri memberikan sumbangan yang efektif terhadap perilaku disiplin. Hal ini berarti masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku disiplin. 2. Umi Fatmawati (2014), meneliti hubungan motivasi belajar dengan perilaku prokrastinasi akademik. Hasil penelitian mengungkapkan adanya hubungan motivasi berprestasi dengan perilaku prokrastinasi akademik.
45
Kusnul M. As’ad Djalali, Op. cit.,
37
3. Septian Ade Purnomo dan Umi Anugerah Izzati, meneliti Hubungan Antara Internal Locus Of Control Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Angkatan 2008 Yang Menghadapi Skripsi, Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang Negatif Signifikan antara Internal Locus of Control dengan Prokrastinasi Akademik. C. HIPOTESIS Hipotesa alternatif (Ha) : terdapat hubungan yang signifikan antara Locus of Control dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan MPI Angkatan 2015 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN IB Padang.