PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DAN EFEK SAMPING OBAT ANTI HIPERTENSI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI COMPARATION BETWEEN EFFECTIVENESS AND SIDE EFFECT OF ANTIHYPERTENSION TOWARDS DECREASING BLOOD PRESURE Baharuddin1, Peter Kabo2, Danny Suwandi2 1 Puskesmas Baranti Sidrap 2 Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi Baharuddin Puskesmas Baranti Sidrap 91652 Hp 081355299472 Email :
[email protected]
Abstrak Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal . Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas dan efek samping hidroklortiazid, kaptopril, dan amlodipin terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional melalui penggunaan metode kohort dengan mengukur tekanan Darah sebelum, diberi salah satu obat. Pengukuran kembali dilakukan pada hari ke -10 dan hari ke-30 untuk menilai efektivitas dan efek sampingnya. Data dianalisis secara univariat dan bivariat melalui penggunaan uji Friedman, Wilcoxon, Kruskall-Wallis, Mann-Whitney, chi-Square, dan Fisher exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidroklortiazid dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 27,05/9,35 mmHg. Kaptopril dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 29,16/11,83 mmHg. Amlodipin dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 32,94/16,38 mmHg. Persentase kejadian efek samping akibat penggunaan hidroklortiazid sebesar 10,9%, akibat kaptopril sebesar 16,7%, dan akibat penggunaan amlodipin sebesar 26,5%. Kata kunci: efektivitas dan efek samping, antihipertensi, hidroklortiazid, kaptopril, amlodipin Abstract Hypertension is a chronic condition which blood pressure is upset than normal value. The aim of the research was to compare the effectiveness and side effect of hydrochlorthiazide, Captopril, and Amlodipine on decreasing blood pressure of hypertension patients in Baranti Healyh Centre of Sidenreng Rappang regency. The research was an observational study with cohort research by measuring blood pressure before given one of the drugs. Then, it was measured again to evaluate the effect in th 10th day and the 30th day. Data analiysis with univariate and bivariate was done using Friedman, Wilcoxon, Kruskall-Wallis, mann-Whitney, Chi-Square and Fisher exact tests. The result of the research indicate that Hydrochlorthiazide can decrease blood pressure of hypertensipn Patients as much as 27.05/9.35 mmHg. Captopril can decrease blood pressure of hypertension patients as much as 29.16/11.83 mmHg. Amlodipine can decrease blood pressure of hypetension patients as much as 32.94/16.38 mmHg.the percentage of side effect of using Hydrochlorothiazide is 10.9%, the one for Captopril is 16.7%, and the one for Amlodipine is 26.6%. Key words: effectiveness, side effect, anti-hypertension, Hydrochlorothiazide, Captopril, Amlodipine
PENDAHULUAN Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disepakati normal (Kabo.P, 2011). Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang sering dijumpai dan termasuk masalah kesehatan penting karena angka prevalensi yang tinggi sehingga evaluasi penggunaan obatnya perlu dilakukan (WHO, 2011). Hipertensi merupakan suatu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia ini. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Penyakit ini mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat mengingat dampak yang timbul baik jangka pendek maupun jangka panjang (WHO, 2011). Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa warga dunia setiap tahunnya. WHO memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Terdapat 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang puncak penderita hipertensi sebanyak 46%, kawasan Amerika 35%, kawasan Asia Tenggara 36% orang dewasa menderita hipertensi.( WHO, Data Global Status Report on Communicable Diseases, 2010). Di Kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta jiwa setiap tahunnya. Untuk pria peningkatan penderita dari 18% menjadi 31% dan wanita terjadi peningkatan jumlah penderita dari 16% menjadi menjadi 29% ( WHO, Data Global Status Report on Communicable Diseases, 2010). Di Indonesia angka penderita hipertensi mencapai 32% pada tahun 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Hal yang sama juga terjadi di India pada tahun 1960-an jumlah penderita masih 5% lalu menjadi 12% di tahun 1990-an dan meningkat 32% di tahun 2008 (Limpakarnjanarat,2013). Data Ditjen Yanmed KemKes RI, 2010 dilaporkan bahwa hipertensi merupakan kasus ketujuh terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2009 (Kemenkes RI, 2010). Hipertensi terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi dapat berlangsung cepat maupun perlahan-lahan. Beberapa penyebab hipertensi antara lain adalah usia, stress, obesitas, merokok, alkohol, kelainan pada ginjal dan lain-lain (Timur,2012). Data WHO tahun 2010 menyebutkan dari setengah penderita hipertensi yang diketahui hanya seperempatnya (25%) yang mendapat pengobatan. Sementara hipertensi yang diobati dengan baik hanya 12,5%. Padahal hipertensi dapat menyebabkan rusaknya organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung, hati, mata hingga kelumpuhan organ-organ gerak.
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8% (berdasarkan pengukuran). Sebanyak 10 propinsi di Indonesia mempunyai prevalensi di atas prevalensi nasional yaitu Riau, Bangka Belitung Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat ( Riset Kesehatan Dasar,2007). Prevalensi hipertensi tertinggi di 10 kabupaten/kota di Indonesia adalah Kepulauan Natuna (53,3%) sedangkan yang terendah ditempati Papua Barat dengan prevalensi 6,8%.Hipertensi menjadi penyebab utama kematian semua umur setelah stroke dan Tuberkulosis dengan proporsi kematian 6,8%. Prevalensi penderita hipertensi di Sulawesi Selatan sebesar 29,0% sedangkan menurut kabupaten/kota prevalensi tertinggi adalah di Soppeng (40,6%), Sidenreng Rappang (23,3%) dan Makassar (21,5%) (Riset Kesehatan Dasar,2007). Pengobatan hipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Pilihan obat bagi masing-masing penderita hipertensi bergantung pada efek samping metabolik dan subjektif yang ditimbulkan, adanya penyakit lain yang mungkin diperbaiki atau diperburuk untuk antihipertensi yang dipilih, adanya pemberian obat lain yang mungkin berinteraksi dengan antihipertensi yang diberikan ( Ikawati, dkk, 2008). Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan manfaat dan resiko. Keamanan pemakaian obat antihipertensi perlu diperhatikan. Meminimalkan resiko pengobatan dengan meminimalkan masalah ketidakamanan pemberian obat. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan resiko minimal. Mekanisme pengamanannya berupa pemantauan efektifitas dan efek samping obat (Ikawati dkk, 2008). Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas dan efek samping Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Desain Variabel Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2013. Penelitian yang dilakukan adalah observasional untuk mengetahui perbandingan efektifitas dan efek samping Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin pada pasien hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian kohort dengan mengukur tekanan darah sebelum diberi salah satu obat, kemudian diukur kembali untuk menilai efeknya.Variabel Independen: Hidroklortiazid, Kaptopril, Amlodipin. Variabel Dependen Efektifitas dan efek samping
Populasi dan Sampel Populasi target adalah penderita hipertensi dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik >90 mmHg di Puskesmas Baranti. Pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling dengan menggunakan tehnik consecutive sampling, dimana semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Karena besar populasi terjangkau tidak diketahui secara pasti serta simpang baku rerata selisih nilai yang berpasangan tidak dapat diperoleh, maka penentuan besar sampel dalam penelitian ini akan menggunakan prinsip Rule of Thumb.Salah satu rule of thumb adalah bahwa jumlah subjek yang diperlukan adalah antara 5 sampai 50 kali jumlah variabel independen. Karena jumlah variabel independen adalah 3, maka diperlukan sebanyak 15 sampai 150 subjek (Sugiono, 2011). Kriteria inklusi yaitu pasien hipertensi yang baru pertama kali mendapat antihipertensi atau pernah mendapat antihipertensi namun berhenti dalam jangka waktu lebih dari 2 minggu, mendapatkan antihipertensi monoterapi (Hidroklortiazid 1 x 25 mg/hari, Kaptopril 3 x 25 mg/hari, Amlodipin 1 x 5 mg/hari), bersedia untuk menjadi subyek penelitian, dan pasien yang tidak mengalami hipertensi sekunder. Kriteria ekslusi yaitu pasien hipertensi yang mendapatkan terapi kombinasi antihipertensi,mendapatkan antihipertensi monoterapi (Hidroklortiazid dosis selain 1 x 25 mg/hari, Kaptopril selain dosis 3x 25 mg/hari, Amlodipin selain dosis 1 x 5 mg/hariI mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal Jantung, stroke, gagal ginjal, Diabetes Mellitus, tidak dapat datang lagi ke Puskesmas Baranti/sulit ditemukan tempat tinggalnya pada saat dilakukan pengecekan tekanan darah 10 hari dan 30 hari setelah diberi terapi. Kriteria drop out yaitu pasien yang ganti obat, pasien tidak teratur minum obat dan pasien meninggal. Sampel yang digunakan adalah pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2013 yang diambil dengan metode non-probability sampling dengan menggunakan tehnik consecutive sampling. Pengumpulan Data Pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dianalisa dengan melihat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada hari ke sepuluh dan hari ke tiga puluh dan efek samping yang dialami pasien.
Analisa Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS.17. Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik pasien hipertensi di puskesmas Baranti. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Shapiro-Wilk pada Hidroklortiazid, dan uji Kolmogorov-Smirnov pada Kaptopril dan Amlodipin.
Untuk menguji perbedaan tekanan
darah sebelum pengobatan, 10 hari pengobatan dan 30 hari pengobatan, digunakan uji Friedman yang dilanjutkan dengan uji post hock Wilcoxon. Untuk menguji efek samping obat digunakan uji Chi-Square atau uji Fisher exact. Untuk menguji perbandingan efektifitas ketiga antihipertensi, digunakan uji Kruskall-Wallis yang dilanjutkan dengan uji post hock Mann-Whitney. Untuk menguji perbandingan efek samping ketiga obat antihipertensi digunakan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Fisher Exact. HASIL PENELITIAN Distribusi pasien berdasarkan umur pada seluruh sampel adalah usia <45 tahun sebanyak 46 orang (22,1%), umur 45 – 59 tahun sebanyak 48 orang (23,1%) dan umur >59 tahun sebanyak 114 (54,8%). Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin pada seluruh sampel adalah : pasien laki-laki sebanyak 66 orang (31,7%) dan perempuan sebanyak 142 orang (68,3%). Distribusi pasien berdasarkan IMT adalah : pasien dengan Berat badan berlebih sebanyak 116 orang (55,8%) dan pasien dengan Berat badan normal sebanyak 92 orang (44,2%). Distribusi pasien berdasarkan Riwayat keluarga adalah : pasien yang mempunyai Riwayat keluarga yang menderita hipertensi sebanyak 95 orang (45,7%), tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita hipertensi sebanyak 68 orang (32,7%), dan tidak mengetahui sebanyak 45 orang (21,6%). Distribusi pasien berdasarkan kebiasaan merokok adalah : pasien yang merokok atau pernah merokok sebanyak 60 orang (28,8%) dan tidak pernah merokok 148 orang (71,2%). Distribusi pasien berdasarkan komsumsi garam adalah : pasien yang mengkomsumsi garam >2 sendok makan sehari sebanyak 135 orang (64,9%) dan mengkomsumsi garam <3 sendok makan sehari sebanyak 73 orang (3,1%). Distribusi pasien berdasarkan kebiasaan komsumsi alkohol adalah: pasien yang pernah mengkomsumsi alkohol sebanyak 21 orang (10,1%) dan tidak pernah mengkomsumsi alkohol sebanyak 187 orang (89,9%). Distribusi pasien berdasarkan kebiasaan berolah raga adalah : pasien yang berolahraga teratur sebanyak 15 orang (7,2%) dan tidak berolahraga teratur sebanyak 193 orang (92,8%). Distribusi pasien berdasarkan kondisi stres adalah : pasien yang mengalami stres sebanyak 168 orang (80,8%) dan yang tidak mengalami stres sebanyak 40 orang (19,2%). Distribusi pasien berdasarkan jenis obat
anti hipertensi yang diberikan adalah : pasien yang mendapat Hidroklortiazid sebanyak 46 orang (22,1%), yang mendapat Kaptopril sebanyak 60 orang (28,8%) dan yang mendapat Amlodipin sebanyak 102 orang (49,0%). Efektifitas Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin menurunkan tekanan darah Sebanyak 46 pasien hipertensi yang mendapat pengobatan Hidroklorothiazid dengan rerata tekanan darah sistol sebelum pengobatan sebesar 166.96±19.307 mmHg, setelah 10 hari pengobatan turun menjadi 152.17±18.125 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 138.91±18.527 mmHg. Sedangkan rerata tekanan darah diastol sebelum pengobatan sebesar 90.65±13.233 mmHg, setelah 10 hari pengobatan turun menjadi 88.26±11.412 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 81.30±10.875 mmHg Sebanyak 60 pasien hipertensi yang mendapat pengobatan Amlodipin dengan rerata tekanan darah sistol sebelum pengobatan sebesar 172.33±18.353 mmHg, setelah 10 hari pengobatan turun menjadi 156.17±19.406 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 143.17±18.910 mmHg. Sedangkan rerata tekanan darah diastol sebelum pengobatan sebesar 96±12.514 mmHg, setelah 10 hari pengobatan turun menjadi 89.67±9.561 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 84.17±9.618 mmHg. Sebanyak 102 pasien hipertensi yang mendapat pengobatan Amlodipin dengan rerata tekanan darah sistol sebelum pengobatan sebesar 166.08±15.743 mmHg, setelah 10 hari pengobatan turun menjadi 145.29±15.396 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 133.14±15.478 mmHg. Sedangkan tekanan darah diastol sebelum pengobatan rata rata sebesar 95.69±13.388 mmHg, setelah 10 hari pengobatan turun menjadi 86.86±9.322 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 79.31±9.148 mmHg. Efek samping Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin sebagai anti hipertensi Dari 46 pasien yang diberikan pengobatan dengan Hidroklortiazid, 5 orang (10.9%) mengalami efek samping an 41 orang (89.1) tidak mengalami efek samping. Dari 60 pasien yang diberikan pengobatan dengan Kaptopril,
10 orang (16.7%)
mengalami efek samping dan 50 (83.3%)orang tidak mengalami efek samping Dari 102 pasien yang diberikan pengobatan Amlodipin,
27 orang (26.5%)
mengalami efek samping dan 75 orang(73.5%) tidak mengalami efek samping Perbandingan efektifitas Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi Hasil uji Kruskal-Wallis TDS30 hr, yang dilanjutkan dengan uji Mann-witney menunjukkan perbedaan tekanan darah sistol yang signifikan antara kelompok Kaptopril-
Amlodipin,
sedangkan
antara
kelompok
Hidroklortiazid-Kaptopril
dan
kelompok
Hidroklortiazid-Amlodipin tidak ada perbedaan perbedaan yang signifikan. Hasil uji Kruskal-Wallis TDD 30 hr , yang dilanjutkan dengan uji Mann-witney menunjukkan perbedaan tekanan darah diastole yang signifikan antara kelompok KaptoprilAmlodipin,
sedangkan
antara
kelompok
Hidroklortiazid-Kaptopril
dan
kelompok
Hidroklortiazid-Amlodipin tidak ada perbedaan yang signifikan. Perbandingan efek samping yang dialami oleh pasien hipertensi yang diberikan pengobatan Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin Hasil uji Chi-Square terhadap efek samping didapatkan bahwa tidak ada perbedaan efek samping yang signifikan antara Hidroklortiazid,Kaptopril dan Amlodipin.
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidroklortiazid dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 27,05/9,35 mmHg. Kaptopril dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 29,16/11,83 mmHg. Amlodipin dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 32,94/16,38 mmHg. Persentase kejadian efek samping akibat penggunaan hidroklortiazid sebesar 10,9%, akibat kaptopril sebesar 16,7%, dan akibat penggunaan amlodipin sebesar 26,5%. Pasien hipertensi dengan umur lebih dari 59 tahun memiliki persentase tertinggi (54,8 %) sebanyak 114 pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesesuaian antara teori dan penelitian sebelumnya bahwa usia lanjut memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipertensi. Persentase pasien hipertensi berjenis kelamin perempuan (68,3%) sebanyak 142 orang lebih tinggi dibandingkan pasien berjenis kelamin laki-laki (31,7%) sebanyak 66 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian dengan teori dan penelitian sebelumnya bahwa jenis kelamin perempuan memiliki resiko yang lebih tinggi menderita hipertensi. Persentase pasien hipertensi dengan BB berlebih sebanyak 116 orang (55,8%) lebih tinggi dibandingkan pasien dengan BB normal 92 orang (44,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian teori dan penelitian sebelumnya bahwa pasien dengan Berat Badan berlebih memiliki resiko yang lebih tinggi menderita hipertensi. Pasien yang mempunyai riwayat keluarga yang menderita hipertensi sebanyak 95 orang (45 %) dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita hipertensi sebanyak 88 orang (32,7%), sedangkan selebihnya mengaku tidak mengetahui adanya riwayat hipertensi dalam keluarga . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan riwayat hipertensi dalam keluarga memiliki resiko yang lebih tinggi menderita
hipertensi. Persentase pasien yang tidak merokok atau tidak pernah merokok sebanyak 148 orang (71,2%) lebih tinggi dibandingkan pasien yang merokok atau pernah merokok sebanyak 60 orang (28%). Hasil penelitian ini berbeda dengan teori dan penelitian sebelumnya bahwa pasien yang merokok memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita hipertensi,namun perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena sampel pada penelitian ini kebanyakan berjenis kelamin perempuan, sedangkan perempuan di lokasi penelitian secara budaya jarang sekali ada yang merokok.Pasien yang mengkomsumsi garam lebih dari 3 sdm sehari sebanyak 135 orang (64,9%) lebih tinggi dibandingkan pasien dengan komsumsi garam kurang dari 3 sdm sehari sebanyak 73 orang (35,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuain dengan teori dan penelitian sebelumnya bahwa bahwa pasien yang mengkomsumsi garam >3 sdm sehari memiliki resiko yang lebih tinggi menderita hipertensi. Pasien yang tidak mengkomsumsi alkohol atau tidak pernah mengkomsumsi alkohol sebanyak 187 orang (89,9%) lebih tinggi dibandingkan pasien yang mengkomsumsi atau pernah mengkomsumsi alkohol sebanyak 21 orang (10,1%). Hasil penelitian ini berbeda dengan teori dan penelitian sebelumnya bahwa alkohol meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, namun perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena sampel dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan, dimana perempuan di lokasi penelitian sangat jarang ada yang mengkomsumsi alkohol. Persentase pasien yang tidak berolahraga teratur sebanyak 193 orang (92,8%) lebih tinggi daripada pasien yang berolahraga teratur sebanyak 15 orang (7,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya bahwa kurang olahraga teratur dapat meningkatkan tekanan darah. Persentase pasien yang mengalami stres sebanyak 168 orang (80,8%) lebih tinggi daripada pasien yang tidak mengalami stres sebanyak 40 orang (19,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mengalami stress memiliki resiko lebih tinggi menderita hipertensi. Persentase pemberian amlodipin sebanyak 102 (49%) lebih tinggi daripada kaptopril sebanyak 60 orang (28,8%) dan hidroklorothiazid sebanyak 46 orang (22,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Palupi,dkk (2013) bahwa pemakaian obat antihipertensi golongan CCB terutama amlodipin lebih tinggi dibandingkan anti hipertensi golongan lain. Dari 46 pasien yang diberi Hidroklorthiazid didapatkan bahwa rerata TDS sebelum pengobatan sebesar 166.96±19.307 mmHg, setelah 10 hari pengobatan menurun menjadi 152.17±18.125 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 138.91±18.527 mmHg . Sedangkan rerata TDD sebelum pengobatan sebesar 90.65±13.233 mmHg, setelah 10 hari pengobatan menjadi 88.26±11.412 mmHg, dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi
81.30±10.875 mHg.Tiazid menghambat reabsorpsi NaCl dari bagian luminal sel epitel tubulus kontortus distal. (Katzung,1994).Penelitian oleh
Ernst, dkk. (tanpa tahun)
mendapatkan bahwa penurunan rata rata tekanan darah pasien yang mendapat Hidroklortiazid (-7.4 ±1.7). Penelitian oleh Morgan (1989), mendapatkan bahwa penurunan rata rata tekanan darah pasien yang mendapat Hct (12.6 ±2.2 / 10.2±1.2) mmHg.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Hidroklorhiazid dapat menurunkan tekanan darah sebesar 27.05 / 9.35 mmHg. Dari 60 pasien yang diberi Kaptopril didapatkan bahwa TDS sebelum pengobatan rata rata sebesar 172.33±18.353 mmHg, setelah 10 hari pengobatan menurun menjadi 156.17±19.406 mmHg, dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 143.17±18.910 mmHg . Sedangkan TDD sebelum pengobatan rata rata sebesar 96.00±12.514 mmHg, setelah 10 hari pengobatan turun menjadi 89±9.561 mmHg, dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 84.17±9.618 mmHg dengan. Kaptopril yang merupakan penghambat ACE mengurangi pembentukan angiotensin II, akibatnya terjadi penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Penghambat ACE juga mengurangi tonus vena,(Ganiswarna,1995). Penelitian yang dilakukan oleh Ohman, (1981), mendapatkan bahwa kaptopril menurunkan rata rata tekanan darah berbaring sebesar 26/16 mmHg dan rata rata tekanan darah berdiri sebesat 30/16 mmHg. Dari 102 pasien yang diberi amlodipin didapatkan bahwa TDS sebelum pengobatan rata rata sebesar 166.08±15.743 mmHg, setelah 10 hari pengobatan menurun menjadi 145.29±15.396 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun menjadi 133.14±15.478 mmHg. Sedangkan TDD sebelum pengobatan rata rata sebesar 95.69±13.388 mmHg, setelah 10 hari pengobatan menjadi 86.86±9.332 mmHg dan setelah 30 hari pengobatan turun memjadai 79.31±9.148 mHg. Amlodipin terutama bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah melalui saluran kalsium tipe L sub unit α1, sehingga mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah. (Nayler, 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Ruilope, (2005) mendapatkan penurunan tekanan darah pasien yang mendapatkan amlodipin (27,6 ±13,8 / 16,9 ± 11,3) mmHg. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Amlodipin dapat menurunkan tekanan darah sebesar 32.94 / 16.38 mmHg Dari 46 pasien yang diberikan Hidroklorothiazid, 5 orang (10.9%) mengalami efek samping an 44 orang (89.1) tidak mengalami efek samping. Efek samping yang dapat terjadi akibat pemakaian Hidroklortiazid adalah Hipokalemia,Hipomagnesemia, Hiponatremia, Hiperurisemia
dan
gout,
Gula
darah
tinggi,
Hiperlipidemia,
Hiperkalsemia.
(Ganiswarna,1995). Penelitian yang dilakukan oleh Ikawati dkk (2008), menunjukkan persentase munculnya efek samping pemakaian hidroklorothiazide sebesar 9,1%. Hasil
penelitian
ini
menujukkan
Hidroklorthiazid sebesar 5
persentase
kajadian
efek
samping
akibat
pemakaian
kajadian (10.9%) dari 46 orang orang yang mendapatkan
Hidroklorthiazid. Dari 60 pasien yang diberikan pengobatan dengan Kaptopril,
10 orang (16.7%)
mengalami efek samping dan 50 (83.3%)orang tidak mengalami efek samping. Batuk kering merupakan efek samping yang paling sering terjadi. Efek samping lain dapat berupa rash, eugesia(gangguan pengecapan), edema angioneurotik, hipotensi simtomatik, gagal ginjal akut, dan proteinuria (Ganiswarna,1995). Penelitian yang dilakukan oleh Ikawati dkk, (2008), menunjukkan persentase munculnya efek samping pemakaian kaptopril sebesar 43,2%. Sedangkan hasil penelitian oleh Prasetio dan Chrisandyani (2009) efek samping kaptopril sebanyak 8,9%. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase kejadian efek samping akibat pemakaian Kaptopril sebesar 10 kejadian (16.7%) dari 60 orang yang mendapatkan Kaptopril. Dari 102 pasien yang diberikan pengobatan Amlodipin, 27 orang (26.5%) mengalami efek samping dan 75 orang(73.5%) tidak mengalami efek samping. Efek samping yang sering terjadi akibat pemakaian Amlodipin adalah : edema, sakit kepala, flushing, takikardia/palpitasi, dispepsia, dizziness, nausea (Pessina,1997). Penelitian yang dilakukan oleh Prasetio dkk (2009) mendapatkan bahwa terdapat 11,9% angka kejadian efek samping pemakaian amlodipin. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase kejadian efek samping akibat pemakaian Amlodipin sebesar 27 kejadian (26.5%) dari 102 orang yang mendapatkan Amlodipin. Efektifitas Hidroklortiazid menurunkan tekanan darah sebesar 27.05 / 9.35 mmHg, Efektifitas Kaptopril sebesar 29.16 /11.83 mmHg dan efektifitas Amlodipin sebesar 32.94 /16.38 mmHg. Hasil uji kruskall-wallis yang dilanjutkan dengan uji post hock mann-whitney didapatkan bahwa perbedaan TDS antara kelompok kaptopril-amlodipin secara statistik bermakna, sedangkan TDS antara kelompok Hidroklortiazid-kaptopril dan kelompok Hidroklortiazid-amlodipin perbedaannya tidak bermakna. Perbedaan TDD antara kelompok kaptopril-amlodipin
secara
statistik
bermakna,
sedangkan
TDD
antara
kelompok
Hidroklortiazid-kaptopril dan kelompok Hidroklortiazid-amlodipin perbedaannya tidak bermakna. Diuretik menyebabkan ekskresi air dan natrium melalui ginjal meningkat sehingga mengurangi volume plasma dan menurunkan pre-load yang selanjutnya menurunkan cardiak output dan akhirnya menurunkan tekanan darah. ACE-Inhibitor menurunkan tekanan darah dengan menghambat pembentukan angiotensin II di sirkulasi maupun di jaringan, CCB menghambat kalsium masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan vasodilatasi ,
memperlambat laju jantung dan menurunkan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan tekanan darah. Peneilitian yang dilakukan oleh Aberg (1981),mendapatkan bahwa penurunan tekanan darah oleh Kaptopril lebih tinggi dibandingkan Hidroklortiazid, sedangkan Weinberger(1982), mendapatkan bahwa Hidroklortiazid sama efektifnya dengan Kaptopril. Penelitian yang dilakukan oleh Adolphe (1993), mendapatkan bahwa penurunan tekanan darah oleh Hidroklortiazid tidak berbeda dengan Amlodipin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan efektifitas menurunkan tekanan darah sistol dan diastol oleh Amlodipin lebih tinggi dari Kaptopril, sedangkan antara Hidroklortiazid
dengan
Kaptopril dan antara Hidroklortiazid dengan Amlodipin tidak ada perbedaan. Persentase kejadian efek samping akibat pemakaian Hidroklortiazid sebesar 5 orang (10.9%), Kaptopril 10 orang (16.7%) dan Amlodipin 27 orang (26.5%). Hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa perbedaan kejadian efek samping akibat pemakaian ketiga obat secara statistik tidak bermakna. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prasetio dkk (2009) bahwa kejadian efek samping akibat pemakaian antihipertensi jenis amlodipin dan kaptopril lebih tinggi dibandingkan antihipertensi jenis lain. Penelitian oleh
Ikawati dkk,(2005)
mendapatkan bahwa persentase efek samping Hidroklortiazid sebesar 9.1%, Kaptopri 25.0% dan Amlodipin 0%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan persentase kejadian efek samping akibat pemakaian Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin secara statistik tidak bermakna.
KESIMPULAN DAN SARAN Hidroklortiazid dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 27.05 / 9.35 mmHg, kaptopril 29.16 / 11.83 mmHg, Amlodipin 32.94 / 16.38 mmHg. Persentase kejadian efek samping akibat penggunaan Hidroklortiazid sebesar 10.9 %, 16.7%. 26.5%. Hidroklortiazid sama efektifnya degan Kaptopril maupun Amlodipin, tetapi efektifitas Kaptopril berbeda dengan Amlodipin dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Tidak ada perbedaan persentase kejadian efek samping akibat pemakaian Hidroklortiazid, Kaptopril dan Amlodipin. Dianjurkan kepada pihak yang terkait dengan penyediaan obat di Puskesmas untuk menyediakan obat antihipertensi yang lebih beragam, agar tenaga medis dapat memilih antihipertensi yang paling sesuai dengan kondisi pasien, dianjurkan kepada tenaga medis dan professional kesehatan lainnya untuk menggunakan Hidroklortiazid sebagai terapi awal hipertensi sesuai rekomendasi JNC VII karena ternyata efektifitas dan efek sampingnya tidak berbeda dengan antihipertensi dari golongan lain. Perlunya dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan efektifitas dan efek samping obat-obat antihipertensi yang lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman di PKM Baranti dan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian dan publikasi ini DAFTAR PUSTAKA Aberg,H. (1981). Comparison of Captopril with Hydroklothiazid in th treatment of essential hypertension, Int J Clin Pharmacol Ther Toxicol 19(8);368-71. Adolphe,A.B. (1993). Long Term Open Evaluation of Amlodipin versus Hydrochlorthiazide in patien with Essential Hypertension. Intl J Clin Pharmacol Res.13(4);203-10. Anggraini,A.D., Waren,A., Situmorang,E., Asputra,H. dan Siahaan,S.S. (2008). Riau. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari – Juni 2008. Faculty of medicine – University of Riau Pekanbaru. Dhianingtyas,Y., dan Hendarti,L. (2006). Resiko Obesitas, Kebiasaan merokok dan Kosusi Garam tehadap Kejadian Hipertensi pada usia Produktif. The Indinesian journal of public health vol.2. no.3 maret. Ernst,M.E., Carter,B.L., Goert,C.J., Steffensmeier,J.J.G., Phillips,B.B., Simmerman, M.B., Bergus,G.R. (tanpa tahun). Coparative Antihypertensive Effects of Hydrochlorthiazide and Chlorthalidone on Abulatory and office Blood Pressure. m.hyper.ahajournals.org/content/47/3/352.long. diakses oktober (2013). Ganiswarna,S.G. Setiabudi,R., Suyatna,F.D., Purwantiastuti. Dan Nafrialdi. 1995. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Gunawan,L. (2005). Hipertensi. Yogyakarta:Penerbit Kanisius. 9-19 Ibnu,M. (1996). Dasar – Dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta. Ikawati,Z., Jumiani,S. dan Putu,I.D.P.S. (2008). Kajian Keamanan Pemakaian Obat Antihipertensi di Poliklinik Usia Lanjut RS DR. Sardjito. Yogyakarta. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1: 30 – 41. Kabo,P. (2011). Bagaimana menggunakan obat – obat kardiovaskular secara rasional. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kapojos EJ, (2008), Hipertensi dan Obesitas. Jantung Hipertensi. http://www.jantunghipertensi.com.diakses oktober 2013 Katzung,B.G.(1997). Farmakologi Dasar dan Klinik. edisi ke VI, Penerbit EGC. Jakarta. Kuntaraf,K.L., dan Kuntaraf,J., (1996). Olah Raga Sumber Kesehatan. Saereng,E.E(ed), Indonesia Publishing house. Jakarta. Lipaharnjaranat,K. (2013). Hipertensi, Pintu Masuk jantung dan Stroke. www.indopos.co.id, diakses Maret 2013 Mansjoer,A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 520. Martiningsih. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi Primer pada Pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Bima Ditinjau dari Perspektif Keperawatan Self-Care Orem. Program pascasarjana Kekhususan MedikalBedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
Morgan,T.O., (1989). Eficacy of cilazapril compared with hydrochloroyhiazide in the treatment of mild to moderate essential hypertension. Departement of Physiologi, University of Melbuorne ,Australia. Am J Med Dec 26;87(6B);37S-41S. Nayler,W.G. (1997). Amlodipin. Spinger Berlin Heidelberg. Germani Nurkhalida. (2003). Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Depkes RI. Kementerian Kesehatan RI. (2010), Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Ohman,K.P., (1981). Captopril in Primery hypertension Effect related to the reninangiotensin-aldosteron and kalikrein –kinin systems. (Online). www.ncbi.nlm.nih.giv/m/pubed. acta Med scand suppl.646;98-105. Palupi,R., Gunawan,A., Sala,R., Triastuti,E.,( 2013). Profil Pola terapi Antihipertensi dan Kontrol Takanan darah pasien ERSD(end renal disease). Malang. Prasetio,S.D, dan Chrisandyani,D. (2009). Gambaran Efek Samping Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiah Yogyakarta . (online) mf,farmasi.ug.ac.id, diakses oktober 2013. Pessina,A.C., Boori,L., Dominicis,D.E., Giusti,C., Marchesi, M., Mos,L., Novo,S., Semeraro,S., Uslenghi,E., Kilama, M.O. (2001) Efficacy, Tolerability, and Influence on “Quality of Life”of Nifedipine GITS versus Amlodipine in Elderly patients with MildModerate Hypertension. Clinica Medica IV. University of Padua. Italy.Blood Press.10(3):176-83. Rahajeng,E. & Tuminah,S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta Maj Kedokt Indon, Volum: 59. Nomor: 12.hal 582-586. Ruilope,L. M.,( 2005). Eficacy and tolerability of combination therapy with valsartan plus hydrochlorothiazide compared with amlodipine monotheapy in hypertensive patients with other cardiovascular risk factor;the VAST study.www.ncbi.nlm.nih.giv/m/pubmed. Diakses oktober 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DEPKES RI, (2008). Riset Kesehatan dasar 2007. Jakarta. Sheps. dan Sheldon,G. Mayo ClinicHipertensi. (2005). Mengatasi Tekanan Darah Tinggi., Jakarta. PT Intisari Mediatama. Strages,S., Tiejian,W., Dorn,J., (2004). Relationship of Alcohol Drinking Pattern to Risk of Hypertension. A population-Based Study. J Hypertens. 413-417. Sugiharto, A. (2007). Faktor - Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat.Tesis.Semarang. Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana UNDIP. Sugiono.(2010). Statistika untuk Penelitian. Penerbit alfabeta. Bandung. 62-75. Suyono,S. (2001); 253, 454-459,463-464, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai Pustaka Weinberger,M.H. (1982). Comparison of Captopril and Hydrochlorothiazide alone and in combination in mild to moderate essential hypertension, Br J Clin Pharmacol, suppl 2:127S-131S. WHO. (2010). Data Global Status Report on Communicable Diseases.