perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Buah Belimbing Wuluh a.
Deskripsi Tumbuhan
Gambar 2.1 Pohon dan Buah Belimbing Wuluh(Averrhoa bilimbi Linn.) (Kumar et al., 2013a). Tinggi tanaman ini dapat mencapai tinggi hingga 10 meter, berdaun majemuk berwarna hijau dipermukaan atasnya dan hijau pucat dipermukaan bawahnya. Panjang daun majemuknya 30-60 cm sedangkan setiap tangkai daun majemuk terdiri dari 11-37 helai daun. Setiap helai daun berukuran 2-10 cm untuk panjang dan 1,2-1,25 cm untuk lebarnya. Buah Belimbing Wuluh berbentuk bulat memanjang hampir mendekati silinder dihasilkan dari bunga kecil yang tumbuh di batang utama berwarna ungu dengan lima buah mahkota bunga. Panjang buah Belimbing Wuluh 4-10 cm. Irisan melintangnya akan memperlihatkan bentuk seperti segi lima. Pada pangkal buah terdapat commit to user kelopak tipis berbentuk bintang, dan di ujung buah terdapat lima helai
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
rambut menyerupai sisa-sisa bunga. Buah Belimbing Wuluh berwarna hijau cerah dan bertekstur renyah sebelum matang, sedangkan setelah matang buah berubah warna menjadi hijau kekuningan dengan daging buah yang berair dan terasa asam. Didalam buah terdapat 6-7 biji berwarna coklat, pipih dan permukaan halus (Kumar et al., 2013a). b. Klasifikasi Tanaman
c.
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Oxalidales
Famili
: Oxalidaceae
Genus
: Averrhoa
Spesies
: bilimbi L. (Kumar et al., 2013a).
Habitat Belimbing Wuluh(Averrhoa bilimbi Linn.) merupakan tanaman tropis yang sensitif terhadap cuaca dingin. Tanaman ini merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara tepatnya Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, tanaman ini berasal dari Maluku, kemudian tersebar ke seluruh Wilayah Indonesia. Belimbing Wuluh juga tersebar luas di commit to user Wilayah Asia Tenggara meliputi Philipina, Burma, Thailand, Malaysia,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
dan Singapura, bahkan di India. Pada tahun 1973, tanaman ini dibawa dari Pulau Timor ke Jamaica dan beberapa tahun kemudian ditanam di Amerika Tengah, Brazil, Cuba, Colombia, Ecuador, Guyana, Suriname, Venezuela, dan Argentina Utara. Belimbing Wuluh tumbuh baik di daerah yang terkena cahaya matahari langsung dan beriklim lembab dengan distribusi curah hujan disepanjang tahun diselingi 2-3 bulan musim kering. Tanaman ini memerlukan tanah yang lembab dengan drainase yang baik seperti tanah pasir atau kapur untuk tumbuh dan berbuah dengan sangat baik (Love and Paull, 2011; Kumar et al., 2013a; Roy et al., 2011). d. Kandungan Buah Belimbing Wuluh Buah Belimbing Wuluh merupakan buah yang penuh nutrisi dan kaya akan vitamin C. Buah Belimbing Wuluh juga mengandung berbagai macam vitamin dan mineral lain, yaitu: Tabel 2.1 Kandungan Vitamin dan Mineral per 100 gram Buah Belimbing Wuluh Vitamin dan mineral per 100 g Riboflavin 0.026 mg Vitamin B1 0.010 mg Niacin 0.302 mg Ascorbic Acid 15.6 mg Carotene 0.035 mg Vitamin A 0.036 mg Fosfor 11,1 mg Kalsium 3,4 mg Besi 1 mg (Roy et al., 2011). Ekstrak dari buah Belimbing Wuluh juga mengandung commit to user antioksidan berupa tanin, flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Buah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Belimbing Wuluh juga mengandung asam amino, asam sitrat, cyanidin– 3–O–h–D–glucoside, ion potasium, gula, air, serat dan abu (Roy et al., 2011; Peris et al., 2013) Buah Belimbing Wuluh kaya akan antioksidan polifenolik sehingga mempunyai kapasitas besar untuk melawan radikal bebas. Senyawa polifenolik dalam buah Belimbing Wuluh yang diteliti oleh Peris et al. (2013) yaitu flavonoid sebanyak 155 mg/100 g, tanin sebanyak 5,07 mg/100 g, dan fenol sebanyak 275 mg/100 g. e.
Manfaat Belimbing Wuluh Belimbing Wuluh terbukti mempunyai berbagai manfaat di bidang kesehatan. Manfaat tersebut antara lain berupa aktivitas antioksidatif, antihiperlipidemik, antidiabetik, dan antibakteri (Roy et al., 2011). Belimbing Wuluh juga telah banyak dimanfaatkan untuk mengobati penyakit. Bunga Belimbing Wuluh digunakan untuk mengatasi batuk dan sariawan. Daun Belimbing Wuluh digunakan untuk mengobati penyakit kulit, gigitan hewan beracun, serta inflamasi di rektum. Buah Belimbing Wuluh digunakan untuk mengobati batuk, beri-beri, demam, inflamasi serta hemoroid (Kumar et al., 2013a).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2. Minyak Jelantah a.
Pengetian Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang berasal dari daging buah kelapa sawit. Pembuatannya menggunakan suhu 90oC untuk memisahkan daging buah dari bagian buah yang lain. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin (Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian, 2007).
b. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Gambar 2.2 Struktur Kimia dari Trigliseriserida dalam Minyak Kelapa Sawit (Pasaribu, 2004) Menurut Suhardjo dalam Sipayung (2012), lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak, yaitu pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian gliserida pada hewan adalah berupa lemak sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak. commit to user Minyak bersifat cair karena banyak mengandung asam lemak tak jenuh,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
sedangkan lemak berbentuk padat karena banyak mengandung lemak jenuh. Minyak merupakan trigliserida (triasilgliserol) yang tersusun atas tiga unit asam lemak, pada suhu kamar (25ºC) berwujud cair dan lebih mudah mengalami oksidasi jika dibandingkan dengan lemak karena kandungan asam lemak tidak jenuh lebih banyak. Asam lemak pada minyak kelapa sawit berupa asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh pada minyak kelapa sawit terdiri dari: asam palmitat, asam laurat, asam arakidat, asam stearat, dan asam miristat yang terkandung sebanyak 51,5% dari keselurahan asam lemak pada minyak kelapa sawit. Asam lemak tidak jenuh pada minyak kelapa sawit terdiri dari, asam oleat dan asam linoleat yang terkandung sebannyak 48,5% dari keseluruhan asam lemak pada minyak kelapa sawit (Tuminah, 2009).
Gambar 2.3 Struktur Kimia dari Asam Oleat dalam Minyak Kelapa Sawit (Sartika, 2009). c.
Reaksi pada Minyak Kelapa Sawit pada Proses Penggorengan Salah satu proses menggoreng makanan yang paling sering dilakukan adalah deep frying. Deep frying adalah cara memasak atau memanaskan makanan menggunakan minyak dalam jumlah yang commit to user banyak, berulang, dan suhu tinggi sekitar 150oC – 200oC (Sartika, 2009;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Ghidurus et al., 2010). Selama proses deep frying terjadi berbagai reaksi degradasi, yaitu hidrolisis, oksidasi, dan polimerisasi minyak goreng (Choe dan Min, 2007). Choe dan Min (2007) menjelaskan reaksi degenerasi selama proses deep frying sebagai berikut: 1) Hidrolisis Reaksi ini terjadi oleh karena air yang terkandung dalam makanan mulai menguap. Air, uap air, dan oksigen akan bereaksi menyerang ikatan ester dari trigliserol dan menghasilkan diacylglycerol, monoacylglycerol, gliserol, dan asam lemak bebas. Banyaknya kandungan asam lemak bebas dalam minyak goreng digunakan sebagai indikator kualitas minyak goreng, semakin sering minyak goreng digunakan untuk menggoreng semakin banyak kandungan asam lemak bebas dan kualitasnyapun menurun. 2) Oksidasi Reaksi ini melibatkan oksigen yang terdapat dalam minyak pada proses deep frying. Reaksi ini mencakup: a) Tahap inisiasi Di tahap ini terbentuk senyawa radikal alkil melalui mekanisme oksidasi reduksi dengan memindahkan gugus hidrogen dari senyawa asam lemak. Radikal alkil yang terbentuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
juga bisa bereaksi dengan radikal alkil yang lain, radikal alkoksi, dan radikal peroksi membentuk dimer dan polimer. b) Tahap propagasi Radikal alkil yang terbentuk dapat dengan cepat bereaksi dengan diradikal triplet oxygen sehingga menghasilkan radikal peroksi. Radikal peroksi kemudian menarik atom hidrogen dari asam lemak tak jenuh yang terdapat pada asam lemak sehingga membentuk hidroperoksida dan radikal alkil yang baru. Hidroperoksida selanjutnya akan terurai menjadi radikal alkoksi dan radikal hidroksi, sedangkan radikal alkil yang baru akan bereaksi lagi dengan oksigen untuk menghasilkan radikal peroksi yang baru, demikian seterusnya sehingga terjadi reaksi rantai radikal bebas. Radikal peroksi juga dapat bereaksi dengan radikal bebas yang lain untuk membentuk dimer dan polimer. c) Tahap terminasi Tahap terminasi terjadi ketika radikal bebas bereaksi dengan radikal bebas tertentu sehingga terbentuk senyawa nonradikal. Senyawa nonradikal ini ada yang mudah menguap dan ada pula yang bercampur dengan minyak. 3) Polimerasi Dimerisasi dan polimerisasi dalam deep frying merupakan reaksi radikal. Dimer polimer triasilgliserol merupakan commitdan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
senyawa yang banyak terbentuk pada proses pemanasan berulang dari
minyak
goreng.
Dengan
meningkatnya
jumlah
kali
penggorengan dan meningkatnya suhu penggorengan maka jumlah polimer yang terbentuk juga akan meningkat. Polimer yang terbetuk pada deep frying kaya dengan oksigen. sehingga dapat mempercepat terjadinya oksidasi pada minyak. Polimer juga akan mempercepat degradasi lebih lanjut dari minyak, meningkatkan viskositas minyak, menurunkan transfer panas, menghasilkan buih selama deep frying, dan menghasilkan warna yang tidak diinginkan pada makanan, serta menyebabkan tingginya absorbsi minyak ke dalam makanan. Dengan demikian, proses deep frying pada minyak kelapa sawit dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas, gliserol serta terbentuknya senyawa dimer, polimer, dan radikal bebas seperti hidroperoksida, radikal alkoksi, peroksi, hidroksi yang merupakan radikal bebas golongan Reactive Oxygen Spesies(ROS) (Choe dan Min, 2007). 3. Hepar a.
Organ Hepar Hepar merupakan organ interstinal terbesar di tubuh manusia dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau sekitar 2,5% berat badan orang dewasa. Hepar menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
yang merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks. Pada permukaan anterior terdapat perlekatan ligamentum falsiforme yang membagi hepar menjadi dua lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Lobus kanan berukuran dua kali lebih besar dari lobus kiri (Amirudin, 2014). Secara mikroskopis di dalam hepar terdapat 50.000 – 100.000 lobulus, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri dari hepatosit berbentuk kubus yang tersusun secara radier mengelilingi vena sentralis. Lobulus hepar merupakan unit fungsional dasar hepar, berbentuk silindris dengan panjang beberapa milimeter dan berdiameter 0,8-2 mm (Guyton dan Hall, 2008; Junqueira et al., 2007). Di antara sel hepar terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi oleh sel fagositik (sel kupffer) yang merupakan sistem retikuloendotelial dan berfungsi menghancurkan bakteri dan benda asing lain di dalam tubuh (Amirudin, 2014). Hepar memiliki fungsi vital dalam tubuh. Selain merupakan pusat metabolisme tubuh, hepar juga berfungsi untuk membentuk dan mensekresi empedu, menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang masuk ke dalam darah, tempat penyimpanan vitamin, besi dalam bentuk feritin, inaktivasi berbagai zat seperti toksin, steroid, dan hormon lain, serta fungsi imunitas yang diperankan oleh sel kupffer (Ganong, 2008; Guyton dan Hall, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
b. Serum Glutamic Piruvic Transaminase Organ hati mengandung enzim – enzim transaminase seperti SGPT dan SGOT atau sering disebut juga sebagai Alanin Transaminase (ALT) dan Aspartat Transaminase (AST). Peningkatan enzim ini merupakan tanda adanya jejas hepatoseluler, sehingga kadar SGPT dan SGOT dianggap sebagai penanda adanya penyakit hati yang sensitif. Kematian sel juga merupakan pencetus terlepasnya enzim ini ke sirkulasi (Nofianti et al., 2015; Kim et al., 2008). Aktivitas SGPT di hati 3000 kali lebih banyak daripada aktivitas di dalam serum. Karena itulah, jika terdapat suatu jejas maupun kematian hepatoseluler akan mengeluarkan SGPT dari sel hepar yang rusak dan meningkatkan pengukuran aktivitas SGPT dalam serum. Konsentrasi SGOT dalam serum yang berasal dari hati lebih sedikit daripada SGPT dikarenakan proporsi enzim SGOT lebih banyak terdapat di organ lain seperti otot rangka, pangkreas, jantung, dan ginjal. Untuk mendeteksi adanya kerusakan hati, kadar SGPT merupakan indikator yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan kadar enzim SGOT (Kim et al., 2008; Setiawan, 2014) 4. Mekanisme Kerusakan Sel Hepar Akibat Paparan Minyak Jelantah Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Radikal bebas akan cenderung membentuk molekul yang stabil dengan bereaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
dengan memasangkan elektronnya dengan molekul lain. Radikal bebas yang merupakan turunan atau metabolit dari oksigen disebut Reactive Oxygen Spesies (ROS). Reactive Oxygen Spesies dapat berasal dari dalam tubuh (endogen) yang dihasilkan dari reaksi respirasi dalam sel dan dari luar tubuh (eksogen) yang berasal dari paparan polusi atau toksin, radiasi, asap rokok, dan lain-lain (Adly, 2010). Salah satu contoh zat yang bersifat toksik yang berasal dari luar tubuh adalah makanan yang digoreng dengan minyak kelapa sawit pemanasan berulang. Pemanasan berulang pada minyak kelapa sawit dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas berupa ROS dalam minyak tersebut (Choe dan Min, 2007). Apabila radikal bebas ROS yang berada di dalam tubuh melebihi kapasitas antioksidan untuk menetralisirnya maka dapat terjadi stres oksidatif. Stres oksidatif dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada lipid, protein, dan DNA (Adly, 2010). Kerusakan pada lipid, protein, dan DNA selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel bahkan kematian sel. Mekanisme kerusakan dan kematian sel karena ROS yang berlebihan dapat terjadi melalui proses peroksidasi lipid membran sel, fragmentasi polipeptida sebagai penyusun protein, dan kerusakan DNA (Kumar et al., 2013b). a. Peroksidasi lipid pada membran sel Peroksidasi lipid merupakan proses reaksi rantai radikal bebas yang diinisiasi oleh abstraksi (penarikan) atom hidrogen dari ikatan commit to user rangkap karbon asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
acids/PUFAs) oleh radikal bebas (Setiawan and Suhartono, 2007). Proses peroksidasi lipid terdiri dari tiga tahap yaitu: inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada
tahap inisiasi, radikal
hidroksi
menarik
(mengabstraksi) atom hidrogen dari ikatan rangkap PUFAs sehingga terbentuk radikal lipid (L*). Pada tahap propagasi, radikal lipid (L*) segera bereaksi dengan oksigen (O2) untuk membentuk radikal peroksi lipid (LOO*). Radikal peroksi lipid selanjutnya akan mengabstraksi atom hidrogen dari molekul PUFAs yang lain dan menghasilkan radikal lipid (L*) baru (yang dapat meneruskan reaksi rantai) dan hidroperoksida lipid (LOOH) (Ayala et al., 2014; Setiawan and Suhartono, 2007). Hidroperoksida lipid bila mengalami pemanasan atau reaksi yang melibatkan logam, akan terpecah menjadi radikal peroksi lipid dan alkoksi lipid yang juga dapat meneruskan terjadinya reaksi rantai
radikal
bebas.
Selain
itu,
radikal
alkoksi
lipid
akan
melangsungkan reaksi membentuk berbagai aldehid, antara lain Malondialdehid (MDA). Aldehid ini merupakan produk akhir peroksidasi lipid yang bersifat reaktif terhadap berbagai biomolekul, termasuk protein dan fosfolipid (Setiawan dan Suhartono, 2007). Tahap terminasi terjadi jika terdapat antioksidan yang mendonasikan atom hidrogen pada radikal peroksi lipid sehingga menghasilkan produk non radikal (Ayala et al., 2014). Membran sel mengandung asam lemak tak jenuh ganda atau disebut juga Polyunsaturated commit toFatty user Acids(PUFAs). Polyunsaturated
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
fatty acids merupakan asam lemak yang mempunyai dua atau lebih ikatan rangkap. Polyunsaturated fatty acids merupakan komponen penyusun fosfolipid pada membran plasma sel dan membran mitokondria sehingga, peroksidasi lipid dapat terjadi pada membran plasma sel maupun membran mitokondria (Murray et al., 2014). Kerusakan pada membran plasma sel dapat mengarah pada hilangnya keseimbangan osmotik dan influks (pemasukan) cairan dan ion, maupun hilangnya kandungan sel. Sel akan mengalami kebocoran sehingga metabolit-metabolit yang penting untuk menyusun kembali ATP keluar dari sel dan lebih lanjut sel mengalami deplesi cadangan energi yang pada akhirnya dapat mengalami nekrosis. Kerusakan pada membran mitokondria menyebabkan penurunan produksi ATP yang lebih lanjut menyebabkan deplesi cadangan energi bagi sel dan akhirnya sel mengalami nekrosis (Kumar et al., 2013b). b. Fragmentasi polipeptida sebagai penyusun protein Radikal langsung
pada
bebas
dapat
polipeptida
menyebabkan sehingga
fragmentasi
selanjutnya
secara
menyebabkan
kerusakan pada protein. Protein antara lain dapat ditemukan pada membran plasma sel, membran mitokondria, dan membran lisosom. Kerusakan pada protein membran plasma sel dan mitokondria dapat menyebabkan deplesi ATP dan lebih lanjut sel mengalami deplesi cadangan energi, yang akhirnya dapat mengalami nekrosis. Kerusakan user pada membran lisosomcommit dapattomenyebabkan keluarnya enzim-enzim
perpustakaan.uns.ac.id
yang
digilib.uns.ac.id 19
terkandung
dalam
lisosom
sehingga
terjadi
pencernaan
komponen-komponen sel oleh enzim ini yang akhirnya sel mengalami nekrosis (Kumar et al., 2013b). c. Kerusakan DNA Radikal bebas dapat bereaksi dengan timin pada DNA sehingga menimbulkan kerusakan pada untaian tunggal DNA. Adanya kerusakan DNA akan memacu terjadinya usaha perbaikan (repair) DNA. Pada usaha perbaikan DNA ini akan terjadi stimulasi yang berlebihan
(overstimulasi)
pada
enzim
PolyADP-Ribose
Polymerase(PARP). Stimulasi yang berlebihan ini akan menyebabkan deplesi NAD+ seluler yang kemudian akan menyebabkan deplesi cadangan ATP. Hal ini berarti bahwa sel mengalami deplesi cadangan energi, yang pada akhirnya sel dapat mengalami nekrosis (Kumar et al., 2013b) 5. Mekanisme Antioksidan Buah Belimbing Wuluh untuk Mencegah Kerusakan Hepar Buah Belimbing Wuluh mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai antioksidan, yaitu: flavonoid, saponin triterpenoid, vitamin A dan karoten, serta vitamin C (Roy et al., 2011; Chowdhury et al. 2012). Antioksidan merupakan substansi yang mempunyai kemampuan untuk menetralisir radikal bebas dan menekan oksidasi radikal bebas serta melindungi struktur biologis dari pengaruh radikal bebas (Pradedova et al., commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
2011). Antioksidan merupakan donor elektron pada radikal bebas (ROS) (Adly, 2010). Flavonoid merupakan anggota famili polifenol dan merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman. Dalam tanaman, flavonoid antara lain berfungsi untuk memberi perlindungan tanaman dari serangan berbagai hama/jamur dan radiasi ultra violet, serta berperan memberi warna pada buah-buahan maupun sayuran. Bagi manusia, flavonoid merupakan sumber antioksidan alami dalam diet, dan banyak terkandung dalam sayuran dan buah-buahan. Flavonoid selain mempunyai aktivitas antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas, juga mempunyai berbagai aktivitas biologis lain yaitu sebagai antiinflamasi, antitumor, dan antimikroba. Dinyatakan pula bahwa flavonoid merupakan antioksidan kuat yang lebih efektif daripada vitamin C, E, dan karotenoid (Saxena et al., 2012). Flavonoid sebagai antioksidan bekerja dengan cara menangkap radikal bebas (sebagai free radical scavenger). Melalui gugus hidroksil yang dimilikinya, flavonoid mampu menangkap ion radikal bebas sehingga terbentuk molekul yang bersifat non radikal bebas. Selain itu, flavonoid memiliki afinitas (daya ikat) yang tinggi terhadap ion Fe (sebagai pengkelat Fe). Ion Fe diketahui dapat mengkatalisis beberapa proses yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Dengan kemampuannya sebagai pengkelat Fe, flavonoid dapat mencegah terbetuknya radikal bebas. Flavonoid juga berperan meningkatkan aktivitas enzim Super Oksida Dismutase (SOD), sehingga fungsi enzim ini dalam mengubah ion radikal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
superoksida menjadi molekul non radikal yaitu H2O2 semakin meningkat (Winarsi, 2011). Saponin
triterpenoid
termasuk
golongan
saponin.
Saponin
merupakan senyawa jenis glikosida. Glikosida merupakan senyawa yang terdiri dari komponen glikon (berupa molekul gula misalnya glukosa dan fruktosa) dan aglikon (berupa molekul non gula misalnya steroid dan triterpen). Saponin triterpenoid merupakan glikosida yang tersusun oleh molekul gula sebagai komponen glikon dan molekul triterpen sebagai komponen aglikon (Sulistiono, 2010) . Saponin mempunyai sifat larut dalam air dan menghasilkan buih, namun sifat menghasilkan buih ini dihambat oleh pelarut organik seperti kloroform, aseton, dan eter. Air dan alkohol (metanol,
etanol)
merupakan
pelarut
yang
paling
umum
untuk
mengekstraksi saponin. Saponin banyak terkandung dalam tanaman dan dapat berfungsi sebagai antioksidan (Negi et al., 2013). Antioksidan akan menangkap ROS sebelum ROS menyebabkan kerusakan, dan mencegah penyebaran kerusakan oksidatif dengan memutus reaksi rantai radikal bebas (Adly, 2010). Vitamin A merupakan antioksidan yang larut dalam lemak. Pada makanan, vitamin A dapat ditemukan dalam dua bentuk, yaitu preformed vitamin A (retinol dan retinyl ester) dan provitamin A (karotenoid). Preformed vitamin A dapat ditemukan pada makanan yang berasal dari hewan seperti: susu, ikan, dan daging terutama liver. Provitamin A (karotenoid) banyak ditemukan dalam makanan yang berasal dari tumbuhcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
tumbuhan (buah-buahan dan sayuran) (National Institutes of Health U.S., 2013). Dalam tumbuh-tumbuhan, karotenoid merupakan pigmen yang memberi warna kuning orange hingga merah pada buah-buahan/sayuran. Di alam terdapat kira-kira 600 macam karotenoid, dan 50 pigmen di antaranya mempunyai aktivitas vitamin A (akan dimetabolisme menjadi bentuk vitamin A yang aktif) (Winarsi, 2011). Di dalam tubuh, preformed vitamin A dan beberapa jenis provitamin A akan dimetabolisme menjadi retinal dan retinoic acid yang merupakan bentuk aktif dari vitamin A (National Institutes of Health U.S, 2013). Vitamin A sebagai antioksidan bekerja dengan cara menangkap radikal bebas (sebagai free radical scavenger) sehingga dapat memutus rantai reaksi radikal bebas (Winarsi, 2011). Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Sebagai antioksidan vitamin C dapat berfungsi melindungi makromolekul penting dari kerusakan oksidatif. Antioksidan ini bekerja sebagai donor elektron dengan cara memindahkan elektron ke senyawa radikal bebas sehingga
terbentuk
senyawa
yang
bersifat
non
radikal.
Dengan
mendonorkan elektronnya, vitamin ini dapat bertindak sebagai penangkap radikal bebas (free radical scavenger). Vitamin C mempunyai kemampuan menangkap radikal superoksida sehingga menghasilkan senyawa hidrogen peroksida (H2O2). Senyawa H2O2 selanjutnya akan bereaksi dengan vitamin C sehingga menghasilkan air (H2O). Selain itu vitamin C mempunyai kemampuan untuk meregenerasi vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
radikal bebas menjadi radikal tokoferoksil, dapat bereaksi dengan vitamin C sehingga berubah menjadi vitamin E kembali yang tidak bersifat sebagai radikal bebas (Winarsi, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
B. KerangkaPemikiran
Minyak goreng kelapa sawit
Pemanasan berulang Ekstrak buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Kandungan antioksidan : Flavonoid Saponin Triterpenoid Vitamin C Vitamin A
Reaksi hidrolisis, oksidasi, dan polimerisasi
Senyawa radikal bebas (Reactive Oxygen Spesies/ROS)
Fragmentasi polipeptida sebagai penyusun protein
Peroksidasi lipid pada membran sel
Kerusakan DNA
Jejas dan kematian hepatoseluler
SGPT
Keterangan:
: Memacu
: Menghambat
: Faktor pemicu
: Faktor penghambat
: Meningkatkan
: Menurunkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
C. Hipotesis 1. Ekstrak buah Belimbing Wuluhdapat menurunkan kadar SGPT mencit yang dipapar minyak jelantah. 2. Peningkatan dosis ekstrak buah Belimbing Wuluh dapat meningkatkan penurunan kadar SGPT pada mencit yang dipapar minyak jelantah.
commit to user