JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 8-14, 2016
ISSN CETAK. 2443-115X ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821
PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN DIABETES MELLITUS RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM SAMARINDA SEBELUM DAN SESUDAH KONSELING GIZI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL Submitted : 4 Desember 2015 Edited : 17 Mei 2016 Accepted : 25 Mei 2016
Siswanto, M.Kes.,Ismail Kamba, M.Kes, Siti Aminah Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman ABSTRACT Diabetes mellitus is one of the communicable diseases that have become a public health problem, not only in Indonesia but also the world. Currently morbidity of diabetes mellitus is increasing every year, where in 2006 there were 14 million people in 2011 and ranks fourth with 773 cases. DM is also a cause of disease mortality by 5.8%. And Samarinda own particular Islamic Hospital years 2009, there were 449 patients with DM, and 2011 an increase in the 1931 patients with diabetes mellitus. To increase patients' knowledge about diabetes and diabetic patients be directing attitudes that support or positive attitude towards keeping blood glucose levels to remain normal. Methode to use pra eksperiment with one group pretest posttest. individual conseling withAudiovisual media. There is increased knowledge about diabetes diabetic patients before and after intervention with increasing value of 3.77 (p value = 0.000) and increase in attitudes regarding diabetes mellitus diabetic patients with an increase in the value of 5,35 (p value = 0.003). There was an increase in knowledge and attitudes of patients hospitalized with diabetes mellitus hospital after islam samarinda given nutritional counseling using audio-visual media K eywords : Nutrition counseling, audiovisual media, Knowledge, attitude, DM PENDAHULUAN Penyakit diabetes mellitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Saat ini angka kesakitan penyakit diabetes mellitus setiap tahunnya semakin bertambah, dimana tahun 2006 terdapat 14 juta orang dan tahun 2011 menempati urutan ke-4 dengan 773 kasus (DINKES PROV.KALTIM). DM juga merupakan penyakit penyebab kematian sebesar 5,8%.
8
Dan samarinda sendiri khususnya Rumah Sakit Islam Samarinda 2009 terdapat 449 pasien DM, dan 2011 terjadi peningkatan yaitu 1.931 pasien DM. Pengobatan DM tidak hanya dilakukan dengan obat, tetapi juga dengan pengaturan pola makanan (berupa diet) dan latihan jasmani (olahraga). Untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi angka kesakitan DM dilakukan upaya pada sector kesehatan melalui penyuluhan maupun konseling dengan media audio
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 8-14, 2016
SISWANTO
visual lebih mengutamakan upaya preventif, sebagai ujung tombak paradigm sehat mencapai Indonesia sehat 2010. Dan Intervensi konseling gizi dengan bantuan media audio visual dapat dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat terutama keluarga agar mampu menjadi innovator di lingkungan rumah tangganya sendiri. Media audiovisual dipilih untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien karena, pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera. Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah indera pandang. Kurang lebih 75% sampai 85% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui indera pandang, 13% melalui indera dengar dan 12% lainnya tersalur melalui indera yang lain(1). Di samping itu Audio visual merupakan alat bantu yang paling tepat saat ini. Seiring perkembangan teknologi begitu pesat, pembuatan/pemakaian media audio visual tidaklah terlalu mahal. Sebagian besar masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan memiliki sarana audio visual di rumah masing-masing. Oleh karena itu, penyuluhan dengan media audio visual perlu dikembangkan sebagai jawaban terhadap kebutuhan untuk memberikan konseling secara sistematis kepada masyarakat dengan focus pada tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji perbedaan pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus rawat inap rumah sakit islam samarinda sebelum dan sesudah konseling gizi dengan menggunakan media audio visual tahun 2012.
pemberian media audiovisual/video), pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Rancangan pretest dilakukan hari pertama pasien DM dirawat inap di Rumah Sakit Islam Samarinda, setelah dilakukan pretest pasien DM dijelaskan mengenai konseling gizi dengan menggunakan media audio visual, selanjutnya setelah jumlah responden terpenuhi dilakukan penginformasian kepada responden mengenai waktu dan tempat konseling gizi dengan mengunakan media audiovisual. Posttest dilakukan seminggu setelah dilakukannya intervensi kepada pasien DM. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Islam Samarinda, hal ini dikarenakan DM merupakan penyakit tertinggi ke-2 setelah Hipertensi. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 54 responden berdasarkan teknik tidak acak (non probability sampling) dengan metode accidental sampling. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan karakteristik inkulsi yang telah ditentukan oleh peneliti. Variabel bebas (independent) yaitu metode konseling gizi dengan menggunakan media audio visual, variabel terikat (dependent) yaitu pengetahuan dan sikap. Data diolah dengan menggunakan analisis statistik analisis paired sampel t-test, untuk membandingkan hasil rerata pretest dengan posttest setelah intervensi, keputusan pengujian hipotesis penelitian didasarkan pada taraf signifikan 0,05. Independent sampel t-test juga digunakan untuk membandingkan mean nilai pengetahuan dan sikap responden atau pasien diabetes mellitus. Hasil uji statistik diinterpretasikan dan dijadikan hasil analisis untuk menjawab tujuan penelitian.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini merupakan pra eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest. Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek (perlakuan
HASIL Karakteristik Responden Awal Penelitian Karakteristik responden yang diperoleh dalam penelitian ini diketahui seperti tabel 1 dimana distribusi responden
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
9
JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 8-14, 2016 DM berdasarkan kelompok umur rata-rata terbanyak pada usia 40-44 th dan 45-49 th, sedangkan berdasarkan jenis kelamin diketahui pada tabel 2 dimana distribusi pasien DM berdasarkan jenis kelamin didapatkan perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Sedangkan dilihat menurut pendidikan terakhir diketahui dalam tabel 3 dimana responden DM ratarata berpendidikan SMA sebesar 44,4% dan menurut pekerjaan responden diketahui pada tabel 4 bahwa responden rata-rata bekerja sebagai Swasta. Hasil Uji Paired sampel t-test Pengetahuan dan Sikap Pengetahuan Perbedaan rerata dan simpangan baku nilai pretest ke posttest, ditunjukan tabel 6 dimana pengetahuannya meningkat dari 7,04 menjadi 10,81 dengan nilai perbedaannya juga meningkat hingga 3,77. Dengan standar deviasi 3,731 menjadi 3,3348 dan pada tingkat kepercayaan 95% rentang nilai pengetahuan mengenai diabetes mellitus saat pretest dan posttest yang ditoleransi yaitu 5,129 sampai -2,426. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan pada α = 5% terlihat adanya perbedaan signifikan nilai pengetahuan mengenai diabetes mellitus sebelum dan sesudah kegiatan intervensi(p value 0,000 < α 0,05). Dan jika dilihat dari kategori tingkat pengetahuan responden DM sebelum dan sesudah diberikan koseling gizi dengan menggunakan media audiovisual/video dapat dilihat pada tabel 5 dan diketahui sebelum dilakukan intervensi (pretest) tingkatan pengetahuan responden berada pada tingkat sedang dan rendah (35,2% dan 33,3%) sedangkan setelah dilakukan intervensi dan dilakukan pengukuran posttest didapatkan perubahan tingkatan responden menjadi tingkatan tinggi dan sedang (72,2% dan 20,4%). 10
SISWANTO Sikap Sikap pasien DM dilihat dari tingkatan sikap sebelum dan sesudah dilakukan konseling gizi dengan menggunakan media audio visual/video dapat dilihat pada tabel 7 dimana ditunjukan sebelum dilakukan intervensi (pretest) sikap yang ditunjukan oleh responden sudah baik yaitu sebesar 88,9 % responden sudah memiliki sikap yang mendukung/positif, sedangkan sesudah diberikan intervensi sikap responden semakin meningkat yaitu sebesar 94,4% Sedangkan perbandingan rerata nilai pretest dan posttest sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan uji statistik paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95% diketahui pada tabel 8 rata-rata sikap responden sebelum kegiatan intervensi (pretest) adalah sebesar 41,46 dengan standar deviasi 8,449 dan setelah intervensi (posttest) rata-rata sikap meningkat menjadi 46,81 dengan standar deviasi 8,283. Hasil uji statistik juga didapatkan nilai p = 0,003 < α = 5% maka disimpulkan konseling gizi dengan menggunakan media audiovisual/video berpengaruh terhadap peningkatan sikap responden dalam penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus. Tabel 1. Distribusi Responden Diabetes Berdasarkan Kelompok Umur di Rumah Sakit Islam Samarinda No.
Umur (tahun)
Jumlah
Presentase (%)
1
40-44
16
29,6
2
45-49
16
29,6
3
50-54
13
24,1
4
55-59
6
11,1
5
60-64
2
3,7
6
65 tahun keatas
1
1,9
54
100
Total
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 8-14, 2016 Tabel 2. Distribusi Responden Diabetes Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Islam Samarinda Jenis Kelamin
No.
SISWANTO Tabel 4. Distribusi Responden Diabetes Berdasarkan Pekerjaan Di Rumah Sakit Islam Samarinda
Jumlah
Presentase (%)
No. 1
1
Laki-laki
22
40,7
2
Perempuan
32
59,3
Total
54
100
Tabel 3. Distribusi Responden Diabetes Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Rumah Sakit Islam Samarinda No.
Pendidikan
Jumlah
Presentase (%)
1
Tidak sekolah/tidak tamat SD
6
11,1
2
SD
6
11,1
3
SMP
7
13,0
4
SMA
24
44,4
5
PT
11
20,4
54
98,2
Total
Pekerjaan
Jumlah
Presentase (%)
1
1,8
2
Bidan kampung IRT
13
23,6
3
Pensiunan
1
1,8
4
PNS
10
18,2
5
Swasta
29
52,7
Total
54
100
Tabel 5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Diabetes Sebelum Dan Sesudah Diberikan Konseling Gizi Dengan Menggunakan Media Audio visual/Video. Pretest No. 1 2 3
Posttest
Kategori Rendah (x<4,7) Sedang (4,7 ≤x≤9,3) Tinggi (x>9,3) Total
Jumlah
%
Jumlah
%
18
33,3
4
7,4
19
35,2
11
20,4
17
31,5
39
72,2
54
100
54
100
Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Mengenai Diabetes Mellitus Responden Sebelum Dan Sesudah Konseling Gizi Dengan Menggunakan Media Audiovisual/Video Di Rumah Sakit Islam Samarinda No.
1 2
Variabel Nilai Pretest pengetahuan Diabetes Nilai Posttest pengetahuan diabetes
Mean
N
SD
SE
7,04
54
3,731
0,508
10,81
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
54
3,348
Taraf kepercayaan 95% Lower Upper
P value
-5,129
0,000
-2,426
0,456
11
JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 8-14, 2016
SISWANTO
Tabel 7. Distribusi Tingkat Sikap Responden Diabetes Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pretest No
Posttest
Kategori Jumlah
%
Jumlah
%
1
Tidak mendukung/negatif
6
11,1
3
5,6
2
Mendukung/positif
48
88,9
51
94,4
Jumlah
54
100
54
100
Tabel 8. Distribusi Rata-Rata Sikap Responden Sebelum Dan Sesudah Konseling Gizi Dengan Menggunakan Media Audiovisual Di Rumah Sakit Islam Samarinda
No.
Variabel
Mean
N
SE
1
Nilai Pretest sikap
41,46
54
8,449
1,150
2
Nilai Posttest sikap
46,81
54
8,283
1,127
PEMBAHASAN Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Islam Samarinda bagian instalasi gizi diketahui rumah sakit islam hanya memiliki 1 ahli gizi dimana konseler gizi juga merangkap kerja sebagai kepala instalasi gizi, dan memberikan konseling bagi pasien baik rawat inap maupun rawat jalan, sehingga tidak semua pasien mendapat konseling, oleh sebab itu banyak pasien yang lebih bertanya kepada perawat mengenai pola makan, serta anjuran makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan bagi pasien karena kurangnya pengetahuan mengenai diabetes. Bahkan ada yang malah tidak menanyakan kepada perawat atau petugas kesehatan sama sekali hanya menerima perawatan yang diberikan dari rumah sakit saja. Oleh karena itu diperlukan metode maupun media yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien diabetes untuk dapat melaksanakan pola makan yang baik, agar dapat menjaga kadar glukosa didalami tubuh tetap normal.
12
SD
Taraf kepercayaan 95% Lower
Upper
-8,749
-1,955
P value
0,003
Karakteristik Responden Berdasarkan hasil yang diperoleh maka diketahui bahwa rata-rata responden dalam penelitian ini adalah pasien yang berusia 40-49 thn, pasien DM didominasi oleh perempuan, sedangkan berdasarkan pendidikan rata-rata responden adalah sekolah menengah atas (SMA) dan jika dilihat dari pekerjaan rata-rata responden bekerja swasta. Pengaruh Konseling Gizi Dengan Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Responden Seperti yang ditunjukan dalam tabel 5 dimana tingkatan pengetahuan sebelum dilakukan intervensi berdistribusi pada tingkatan sedang dan rendah (35,2 dan 33,3) dan setelah dilakukan intervensi terjadi peningkatan yaitu rata-rata pengetahuan responden berdistribusi tinggi dan sedang (72,2% dan 20,4%). Hal ini juga dikarenakan kurangnya pengetahuan pasien atau responden
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 8-14, 2016 mengenai penyakit diabetes itu sendiri, karena informasi yang mereka ketahui kurang mengenai diabetes. Dengan adanya intervensi yang dilakukan maka pola pengetahuan responden tidak lagi pada pola tahu bahwa namun berubah menjadi pola tahu mengapa yang dimana pola ini jauh lebih mendalam dan lebih serius dari pada tahu bahwa. Selain itu peningkatan pengetahuan responden ini juga dikarenakan adanya antusias dan keingintahuan pasien itu sendiri mengenai diabetes, karena penyakit diabetes merupakan penyakit menahun sehingga upaya yang dapat dilakukan oleh pasien setelah keluar dari rumah sakit adalah dengan menjaga kadar glukosa darah agar tetap normal. Pengetahuan model ini merupakan pengetahuan paling tinggi dan mendalam dan sekaligus juga merupakan pengetahuan ilmiah(2). Peningkatan pengetahuan ini merupakan dampak dari adanya intervensi yang diberikan kepada responden. Namun demikian masih terdapat 4 responden yang masih berada pada kategori rendah, hal ini dikarenakan melihat tingkat pendidikan terakhir respondennya itu tidak tamat sekolah dasar/tidak sekolah sehingga pemahaman lebih rendah jika dibandingkan dengan responden lain. Pengaruh Konseling Gizi Dengan Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Sikap Responden Hasil dari pengolahan dan analisa yang dilakukan terhadap pengukuran nilai sikap responden sebelum dan sesudah dilakukan intervensi seperti yang ditunjukan pada tabel 7 sikap responden saat pretest adalah sebesar 88,9% bersikap positif/mendukung, setelah dilakukan intervensi terjadi peningkatan yang mendukung/positif sebesar 94,4%. Peningkatan sikap positif ini merupakan dampak dari bertambahnya pengetahuan AKADEMI FARMASI SAMARINDA
SISWANTO pasien mengenai diabetes dan kesadaran akan pentingnya memperhatikan dan menjaga kadar glukosa darah. Namun demikian masih terdapat 3 responden yang masih pada sikap tidak mendukung/negatif hal ini dikarenakan pengalaman dari pribadi responden itu sendiri dan juga pengaruhi faktor pendidikan dimana ketiga responden ini berpendidikan terakhir tidak tamat sekolah dasar sehingga penerimaan informasi dan pengetahuan pasien masih kurang. Sikap seseorang dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor psikologis dan fisiologis serta faktor eksternal berupa intervensi yang datang dari luar individu, misalnya berupa pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Perubahan sikap dipengaruhi sejauh mana isi komunikasi atau rangsangan diperhatikan, dipahami dan diterima sehingga memberi respon positif. Selain itu, pembentukkan sikap tidaklah mudah karena tidak dapat lepas dari adanya faktor yang mempengaruhi responden seperti pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa serta faktor emosi dari dalam individu. Sikap pasien diabetes atau responden yang meningkat merupakan langkah selanjutnya dalam proses adopsi dimana menurut Rogers setelah adanya peningkatan pengetahuan dan minat, maka akan membentuk persuasion atau pendekatan, yaitu tahap di mana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi, dimana dalam hal ini pengetahuan responden setelah intervensi. Dalam hal ini peningkatan pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Islam Samarinda tidak dapat langsung merubah perilaku pasien. Menurut Lawrence Green, menyatakan bahwa faktor perilaku itu sendiri ditentukan oleh dua faktor utama lainnya selain faktor predisposisi (3) (pengetahuan dan sikap) . Faktor lainnya 13
JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 8-14, 2016 yakni faktor pemungkin (enabling factors) dalam hal ini seperti adanya kebijakan atau peraturan yang mewajibkan penerapan konseling gizi bagi seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Samarinda dan ketersediaan tempat serta fasilitas dan tenaga untuk melakukan konseling gizi, selain itu pasein DM juga dapat disarankan untuk mengikuti forum PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) dan faktor penguat (reinforcing factors) seperti dukungan dari keluarga, orang terdekat petugas kesehatan dan masyarakat sekitar pasien. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Ada peningkatan pengetahuan pasien diabetes mellitus atau responden mengenai diabetes mellitus sebelum intervensi dengan nilai rata-rata 7,04 dan sesudah intervensi dengan nilai rata-rata 10,81 (p value = 0,000) dengan metode konseling gizi dengan media audiovisual di Rumah Sakit Islam Samarinda. 2. Ada peningkatan sikap pasien diabetes mellitus atau responden mengenai diabetes mellitus sebelum intervensi dengan nilai rata-rata 41,46 dan sesudah intervensi dengan nilai rata-rata 46,81 (p value = 0,003) dengan metode konseling gizi dengan media audiovisual di Rumah Sakit Islam Samarinda. Saran Dari hasil kesimpulan yang dikemukakan maka yang dapat disarankan adalah sebagai berikut. 1. Adanya konseling gizi berulang bagi pasien DM dengan menggunakan media audiovisual
14
SISWANTO 2. Sebaiknya pasien rawat inap dapat lebih aktif mencari informasi mengenai DM. 3. Sebaiknya pasien diabetes melitus ikut dan terdaftar di program PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia). 4. Sebaiknya pasien dapat mengikuti program PERSADIA seperti senam bersama, jalan santai, pemeriksaan kadar gula gratis 1 bulan 2 kali, pemeriksaan tekanan darah, konsultasi dokter, pengaturan diet oleh ahli gizi, outbond, mini seminar, dll minimal 1 bulan sekali. 5. Sebaiknya ada dukungan dari keluarga atau orang terdekat, rumah sakit, petugas kesehatan, dan masyarakat sekitar untuk pemeliharaan pasien DM. 6. Sebaiknya ada penambahan petugas ahli gizi di Rumah Sakit Islam untuk konseling lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA 1. Arsyad, A. 2006 dalam Rahmawati. Ira, Sudargo. Toto, Paramastri. Ira. 2007. Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang Dan Buruk Di Kabupaten Kotawaringin Barat Proponsi Kalimantan Tengah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia: Volume 4, No.2, Nopember 2007:69-77 2. Keraf, S. 2001. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta: Sagung Seto. 3. Notoatmodjo. 2003. Pedidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
AKADEMI FARMASI SAMARINDA