perencanaan persalinan (birth plan) ditinjau dari filosofi ... - E-Journal

Kepada bidan untuk mulai melaksanakan pembuatan birth plan karena persalinan yang terencana ... karena itu persalinan perlu disiapkan dengan sebaik-ba...

24 downloads 390 Views 61KB Size
PERENCANAAN PERSALINAN (BIRTH PLAN) DITINJAU DARI FILOSOFI KEBIDANAN Nurul Komariah*

ABSTRAK Sebuah rencana kelahiran dapat bermanfaat bagi klien dan pasangannya, dan sering membuktikan tak ternilai harganya pada harinya. Rencana persalinan akan membantu klien dan pasangannya siap untuk proses melahirkan. Rencana kelahiran ini juga bermanfaat ketika datang untuk berurusan dengan penyedia layanan kesehatan. Dengan menyiapkan rencana persalinan, Klien akan lebih mampu mengungkapkan kepada dokter dan bidan apa yang klien inginkan untuk persalinannya. Birth Plan atau perencanaan persalinan adalah suatu bentuk konsep atau program yang sesuai dengan filosofi kebidanan. Adapun filosofi kebidanan yaitu normal and natural childbirth, women center care, continuity of care, empowerment, informed choice and informed consent, and family partnership. Dengan birth plan ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan selain itu, ibu puas karena sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan harapan ibu dan tanpa intervensi dari pihak luar. Kepada bidan untuk mulai melaksanakan pembuatan birth plan karena persalinan yang terencana akan menghasilkan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak terencana. Biarkan persalinan yang spektakuler akan tetap spektakuler dan peristiwa fantastis yang indah untuk dikenang. Kata kunci: birth plan, filosofi kebidanan.

Alamat Korespondensi

Lembaga Afiliasi : Poltekkes Kemenkes RI Palembang Alamat : Kantor : Jurusan Kebidanan Poltekkes KemenkesRI Palembang Jl. Jendral Sudirman Km 3,5 Palembang. Telpon : 081367509635 Email : [email protected]

PENDAHULUAN Indonesia dikenal dengan tingginya tingkat kematian ibu dan bayi. Hal ini disebabkan masih banyak terdapat rujukan yang terlambat dengan ibu dan janin datang ke Rumah Sakit dalam keadaan jelek, sehingga kesempatan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi sering sangat terbatas. Hal inilah yang membuat angka kematian ibu dan bayi tertinggi diantara negara ASEAN. AKI berdasarkan SDKI 2007; 228/ 100.000 KH sedangkan AKB 34/1000 KH. Banyaknya kematian ibu dan bayi dapat dicegah dengan melakukan rujukan terencana pada ibu resiko tinggi dan ibu komplikasi obstetrik dini, dan ibu tanpa resiko dengan membuat persiapan / perencanaan persalinan yang sistematis sejak kehamilan muda.1 Banyak penelitian anthropologi (Jordan, 1982; Ludovici, 1937; Abraham Van der Mark, 1993 etc) menunjukkan bahwa proses hamil dan bersalin adalah sesuatu yang sangat penting dalam siklus kehidupan manusia khususnya kaum perempuan. “Childbirth is an intimate and complex transaction whose topic is physiological and whose language is cultural“ (Jordan, 1983:1). Persalinan adalah suatu kondisi yang sangat spektakuler dalam kehidupan seorang wanita. 2,3 Oleh karena itu, harus direncanakan dengan sebaik- baiknya sehingga sesuai dengan harapan paling tidak mendekati dengan harapan ibu. Dalam setiap keluarga harmonis kelahiran merupakan suatu anugerah, oleh karena itu persalinan perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya, agar proses persalinan dapat berlangsung dengan bersih dan aman.2,3 Sebuah rencana kelahiran (birth plan) adalah dokumen yang menempatkan preferensi khusus untuk persalinan dan melahirkan secara tertulis. Ini mungkin termasuk informasi mengenai teknik persalinan, obat-obatan, atau apa yang

Anda ingin terjadi dalam hal operasi caesar. Rencana kelahiran diberikan kepada semua anggota petugas kesehatan, atau keluarga, dan membantu untuk menjaga semua orang berpartisipasi dalam kelahiran bayi. 4 Informasi tentang keinginan klien untuk hari spesial. Sebuah rencana kelahiran diatur dalam birth plan itu hanyalah rencana terorganisir dari apa yang ingin klien pilih serta jika ada kejadian tak terduga atau komplikasi. Setiap rencana persalinan mencakup aspek yang berbeda tetapi keduanya bertujuan membantu dalam pendidikan ibu hamil, benar-benar keputusan sebelum, selama, emosional, tenaga dan memiliki kelahiran sesuai dgn yang diinginkan.5 Sebuah rencana kelahiran dapat bermanfaat bagi klien dan pasangannya, dan sering membuktikan tak ternilai harganya pada harinya. Rencana persalinan akan membantu klien dan pasangannya siap untuk proses melahirkan. Ini memberi klien kesempatan untuk mendiskusikan apa yang klien inginkan untuk diri sendiri dan bayinya. Mempersiapkan rencana persalinan juga akan membantu untuk membiasakan klien dengan prosedur yang klien akan ikuti ketika hari spesial itu tiba. Hal ini pasti membantu mengurangi stress dalam menghadapi persalinan! 6 Rencana kelahiran ini juga bermanfaat ketika datang untuk berurusan dengan penyedia layanan kesehatan. Dengan menyiapkan rencana persalinan, Klien akan lebih mampu mengungkapkan kepada dokter dan bidan apa yang klien inginkan untuk persalinannya. Ini akan membantu dokter/bidan mempersiapkan kelahiran.4,5,6. Sebuah rencana kelahiran juga dapat membantu untuk membawa tenaga kesehatan dan keluarga pada saat rujukan. Manfaat utama dari membuat rencana kelahiran dengan cara ini adalah bahwa fokus bergerak menjauh dari pendekatan medis untuk kelahiran dan secara realistis berfokus pada perencanaan perempuan memfasilitasi normal, kelahiran

alami.Rencana Persalinan klien harus efektif.7,8 Penggunaan birthplan ini terbukti efektif seperti penelitian di Hongkong dan sangat bermanfaat khususnya pada ibu primipara pada aspek persiapan diri dan komunikasi dengan bidan/ dokter.9 PEMBAHASAN Birth Plan atau perencanaan persalinan adalah suatu bentuk konsep atau program yang sesuai dengan filosofi kebidanan. Adapun filosofi kebidanan yang sesuai yaitu: 1. Normal and Natural Child Birth Pada Birth Plan isinya adalah menitikberatkan pada hal- hal yang bersifat alami, normal dan natural. Birth plan menghindari adanya intervensi pada ibu dalam melewati persalinannya. Sebelum dilakukan pembuatan Birth Plan ibu- ibu diinformasikan terlebih dahulu hal- hal yang bersifat normal dan alami serta buktibukti ilmiah dari suatu tindakan. Ibu- ibu merencanakan persalinannya yang akan dilaluinya bersifat normal, dan alami tanpa intervensi dari luar. Birth Plan yang utamanya bukanlah pada “pilihan” tetapi pada konsep normal dan natural. Kehamilan, persalinan dan nifas adalah suatu proses yang alamiah sehingga tidak perlu dilakukan intervensi tetapi yang perlu dilakukan adalah mendukung dengan merencanakan agar hal- hal yang bersifat normal dan alamiah itu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Persalinannya dapat dilakukan oleh semua wanita secara alami kecuali jika terjadi suatu keadaan yang patologi sehingga persalinan tidak bisa dilakukan pervaginam tapi melalui tindakan seperti forsep, vaccuum dan SC, tetapi selanjutnya semua bisa tetap dilakukan secara normal. Contohnya Post SC, Ibu bisa tetap menyusui bayinya, ibu bisa rooming in dgn bayinya. Konsep normal dan natural Child birth pada birth plan ini adalah mengoptimalkan

fungsi anatomi dan fisiologi tubuh ibu terutama organ reproduksinya serta dukungan baik dari bidan maupun lingkungan sekitar sehingga ibu bisa melewati persalinannya dengan kekuatannya sendiri tanpa intervensi dari penolong, tanpa obat- obatan. Semuanya dilakukan dengan alami. Pada isi birth plan semuanya merupakan konsep yang alami yaitu pada kala I, asuhan pada kala I, pergerakan atau mobilitasnya bagaimana? Sesuai konsep alami pergerakan ibu tidak boleh dibatasi. Penggunaan pain relief seperti penggunaan aromaterapi/ obat herbal / homeopati. Ini sesuai dengan konsep normal dan natural childbirth karena tidak dilakukan intervensi semuanya mengoptimalkan fungsi anatomi dan fisiologi tubuh ibu sendiri. Pendampingan persalinan sesuai dengan konsep normal dan natural childbirth karena dengan pendampingan persalinan dapat memberikan pengaruh psikologis kepada ibu sehingga ibu semangat sehingga persalinan dapat berlangsung dengan normal. Nutrisi dan hidrasi pada kala I , merupakan konsep alami dengan pemberian nutrisi dan hidrasi tubuh ibu menjadi kuat sehingga ibu memiliki tenaga mengedan sehingga ibu mampu melahirkan dengan normal dan alami. Pada saat kala 2, posisi ibu melahirkan sesuai dengan konsep normal dan natural childbirth karena dengan pemilihan posisi persalinan memudahkan ibu dalam proses persalinan. Amniotomi atau tidak, konsep alami tidak dilakukan amniotomi. Ketuban dibiarkan pecah sendiri. Tidak diepisiotomi kecuali jika ada indikasi. Episiotomi merupakan salah-satu bentuk intervensi yang melanggar dari konsep normal dan natural childbirth. Persalinan itu dapat berlangsung dengan normal tidak diperlukan suatu intervensi kecuali ada indikasi. Inisiasi Menyusui Dini juga merupakan konsep normal and natural childbirth karena dengan IMD mengoptimalkan

fungsi menyusui ibu dan bayi memulai proses menyusui secara dini. Pemilihan tidak dilakukan penjahitan kecuali jika robekannya luas dan banyak perdarahan tetapi jika derajat satu dan dua yang tidak luas dan tidak banyak darah tidak perlu dilakukan penjahitan. untuk kala 3, ibu menginginkan dengan pendekatan fisiologis kala 3. Bidan mendukung ibu, dan memberikan informasi kepada ibu bagaimana proses fisiologis kala 3. Bidan tidak melakukan manajemen aktif kala 3 tetapi menunggu sampai plasenta lahir sendiri, untuk oksitosin bidan tidak perlu memberikan oksitosin tetapi bidan melakukan inisiasi menyusui dini dimana dengan IMD dapat merangsang pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior. Dilakukan rooming-in biar ibu bisa lebih mudah memberikan ASI dengan bayinya selain itu. Bayi bisa terpenuhi kebutuhan dasarnya yaitu ASI dan kedekatan emosional antara ibu dan bayi. Konsep normal and natural childbirth pada pembuatan birth plan ini dapat terlaksana jika ibu memiliki pengetahuan tentang fisiologi kehamilan, persalinan dan nifas serta bidannya memegang teguh filosofi normal and natural childbirth tersebut. Jika bidan tidak memegang teguh filosofi tersebut maka, akan banyak terjadi intervensi dalam persalinan tersebut dan maka, akan bertentangan dengan konsep normal and natural childbirth.sehingga tujuan pembuatan birthplan tidak terlaksana. 2. Women Center Care Birth plan adalah suatu perencanaan persalinan yang isinya sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan ibu karena yang membuatnya adalah ibu sendiri bidan hanya memfasilitasinya saja. Persalinan adalah milik ibu, tubuh ibu sendiri dan bayi ibu sendiri. Jadi, yang paling berhak dan paling tahu akan kebutuhannya adalah ibu itu sendiri. Isi Rencana tersebut dibuat disesuaikan dengan apa saja yang ibu inginkan,

butuhkan dalam melewati persalinannya tersebut, sehingga persalinan tersebut dapat dilewati ibu dengan aman dan memuaskan bagi ibu karena sesuai dengan harapannya. Persalinan adalah suatu hal yang paling fantastis dan spektakuler dalam kehidupan seorang wanita. Hal tersebut dapat terjadi jika ibu dapat melewatinya sesuai dengan apa yang direncanakannya. Contohnya: didalam perencanaan persalinannya ibu menginginkan untuk pendampingan persalinan. Bidan yang mengetahui rencana ibu tersebut dapat membantu memfasilitasinya dengan melakukan pendampingan persalinan pada ibu tersebut sesuai dengan pendamping yang dipilihnya. Dengan dilaksanakannya pendampingan tersebut maka, dapat menimbulkan kepuasan pada ibu karena sesuai dengan rencana yang telah dibuatnya. Tidak semua ibu mengetahui apa kebutuhannya, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu. Bidan sangat berperan dalam memberikan pengetahuan kepada klien shg klien menjadi tahu apa yang dibutuhkannya tidak pasrah menerima saja apa yang diberikan oleh petugas. Bidan dapat menginformasikan perubahan- perubahan apa saja yang dialaminya pada saat kehamilan, persalinan dan nifas. Terutama pada saat persalinan serta ketidaknyamanan yang dialaminya pada saat persalinan dan nifas sehingga ibu memiliki kekuatan baik fisik dan emosi untuk mengontrol situasi dan kondisi dalam persalinannya. Birth plan antara ibu yang satu dengan yang lainnya akan berbeda, karena setiap ibu memiliki kebutuhan yang berbeda dalam persalinan dan nifasnya. Tidak bisa disamaratakan bahwa setiap orang akan memiliki kebutuhan yang sama. Hal ini karena tubuh yang berbeda, pikiran, emosi, lingkungan, budaya, agama setiap orang pasti berbeda. Dan Wanita adalah individu yang unik, yang terdiri dari aspek bio, psiko, sosial dan spiritual. Pada isi birth plan sesuai dengan konsep WCC. Pemilihan posisi dan

mobilitas pada kala I berbeda antara ibu yang satu dengan ibu yang lain karena setiap ibu berbeda kebutuhannya. Ada yang merasa nyaman jika berjongkok, ada juga yang merasa lebih nyaman jika berjalan. Pemilihan pain relief setiap ibu pasti berbeda, ada yang cocok jika dilakukan masase pada punggungnya tetapi ada juga yang merasa bertambah sakit jika di masase tetapi lebih cocok jika menggunakan hipnoterapi. Pemilihan suasana didengarkan musik, ada yang merasa lebih tenang jika mendengarkan musik tetapi ada yang malah merasa lebih sakit dan stress jika mendengarkan musik. Pendampingan persalinan setiap orang berbeda, ada yang merasa nyaman jika ibunya yang mendampingi, atau suami yang mendampingi. Ibu sendiri yang tahu dengan siapa dia merasa nyaman dalam melewati proses persalinannya. Pada kala 2, ada yang ibu butuh dipandu bidan untuk meneran ada yang tidak membutuhkannya tetapi dia malah ingin mengedan ketika secara fisik dia merasa siap untuk mengedan. Ada yang ingin pada saat kepala lahir dia bisa melihatnya di cermin, tetapi ada juga yang tidak ingin melihatnya karena ibu takut. Nutrisi dan hidrasi sesuai dengan keinginan ibu, untuk minum. Minuman apa yang diinginkan ibu begitu juga makanannya yang membuat ibu semangat untuk menikmatinya. IMD, sesuai dengan kebutuhan ibu karena IMD itu memfasilitasi ibu untuk langsung bersentuhan dengan bayinya, bayi yang sudah ditunggunya selama sembilan bulan. Ibu merasa senang serta dapat langsung berperan untuk menyusui bayinya. Baby feeding, ibu ingin memberikan asi dan tidak ingin memberikan susu formula karena ibu merasa butuh untuk mencurahkan cinta kasihnya dengan bayinya dengan memberikan ASI. Jadi, isi dari birth plan merupakan pelaksanaan dari women center care karena birth paln antara ibu yang satu berbeda dengan ibu yang lain

karena setiap kebutuhannya.

orang

itu

berbeda

3. Continuity Of Care Filosofi ini diterapkan dalam birth plan, dari mulai perencanaan, isi dan pelaksanaannya. Mulai perencanaan pembuatan birth plan dimana, untuk pembuatan birth plan ini tidak hanya satu kali tetapi dimulai dari pertama kali ibu mengetahui bahwa dia hamil. Pada setiap kunjungan, bidan memberikan informasi kepada ibu semua hal yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Bidan juga mendidik ibu secara terus- menerus dan berkelanjutan dalam pembuatan birth plan. Proses pembuatan birth plan tidak hanya satu kali tetapi berlangsung secara terusmenerus atau continue karena tidak bisa 1 kali jadi tetapi harus berkelanjutan. Isi dari birth plan juga merupakan bentuk dari asuhan yang berkelanjutan. Pada perencanaan dibuat dari mulai ibu datang, kala I bagaimana asuhannya, mobilisasinya, pengurangan rasa nyeri, nutrisi dan hidrasi, lingkungan sekitar, pendampingan persalinan, posisi karena pada saat kala I atau kala pembukaan ibu merasakan nyeri karena kontraksi uterus dimana pada setiap kala dalam persalinan berbeda- beda jadi membutuhkan asuhan yang berbeda juga pada setiap Pada kala II perencanaannya waktu mengedan, cara mengedan, perlu direkam atau tidak, setelah itu IMD, nutrisi dan hidrasi, posisi persalinan, tidak dilakukan episiotomi, tidak dilakukan penjahitan. Bidan meneruskan asuhannya sesuai dengan apa saja yang terjadi pada kala II, kebutuhan ibu kala II. Asuhan pada kala I akan berbeda dengan asuhan kala II. Pada kala III MAK 3 atau fisiologis, perawatan plasentanya. Bidan memberikan asuhan pada kala 3 sesuai dengan apa saja yang dibutuhkan pada kala 3 dan perubahan apa saja yag terjadi pada kala 3 pada saat fase pengeluaran plasenta. Pada kala IV fase pengawasan. Asuhan yang diberikan pemberian nutrisi dan

hidrasi, bounding attachment, istirahat, rooming-in dan pemberian ASI. Dimana pada kala IV ibu merasa senang karena dia sudah melewati proses persalinan selain itu ibu juga merasa lelah . Jadi, asuhan yang diberikan pada ibu sesuai dengan kondisi ibu. Dimana pada kala IV bidan memantau kondisi ibu, adakah perdarahan, ada luka, vital sign, kontraksi uterus. sampai pulang dan selama nifas. Pada birth plan terdapat rencana- rencana ibu dalam melewati semua proses tersebut. Rencana- rencana pada setiap proses tersebut perlu dibuat karena setiap proses terjadi perubahanperubahan yang berbeda dan memerlukan asuhan yang berbeda. Pada pelaksanaannya disesuaikan dengan rencana dan kondisi ibu pada saat tersebut apakah rencana tersebut bisa dilaksanakan atau tidak. Bidan berusaha agar asuhan yang diberikan berkesinambungan. Pada pelaksanaannya bidan dapat memberdayakan sumber daya untuk melakukan memberikan informasi / konseling kepada ibu serta memberikan support/ dukungan sehingga ibu merasa mampu untuk melewati persalinan sesuai dengan rencana yang telah dirancangnya. Bidan berperan selain konseling dan support juga pada tindakan dan rujukan. 4.

Empowering Women Birth Plan adalah suatu potret gambaran kemampuan ibu dalam menentukan pilihan- pilihan, keinginan dan harapannya dalam melewati persalinannya sehingga menjadi spektakuler dan begitu indah untuk dikenang. Tidak semua wanita bisa membuatnya dan tidak semua bidan bisa memfasilitasinya. Oleh karena itu, bidan dan ibu harus sama- sama memiliki pemberdayaan “empowering women”. Pada Birth Plan wanita harus sudah diberdayakan sejak awal karena tanpa pemberdayaan wanita tidak bisa mengambil keputusan, tidak berani memilih, serta tergantung pada suami, keluarga serta tenaga kesehatan. Wanita tidak mampu membuat perencanaan

persalinan, wanita hanya pasrah menerima asuhan atau tindakan yang diberikan oleh bidan tanpa tahu alasan dilakukannya suatu intervensi atau tindakan. Wanita menggantungkan persalinannya pada bidan serta hidupnya dan bayinya kepada bidan. Isi dari birth plan juga merupakan bentuk dari filosofi empowering. Dimana pada mobilisasi dan posisi selama kala I, menunjukkan kepercayaan diri ibu bahwa ibu mampu dalam melakukan mobilisasi dan melakukan posisi seperti yang terdapat dalam birth plan. Metode penghilangan rasa nyeri membuat ibu merasa percaya diri bahwa dia mampu melewati persalinannya walaupun dia merasakan nyeri. Pendampingan persalinan, memberikan ibu efek psikologis dan dukungan sehingga ibu merasa percaya diri untuk melewati persalinannya. Pada kala 2, tidak dilakukannya episiotomi membuktikan bahwa ibu percaya diri dapat melewati persalinannya tanpa harus dilakukan episiotomi. Posisi pada saat kala 2. Posisi mana yang ibu merasa mampu untuk melakukannya. Pada saat mengedan ibu merasa percaya diri tanpa harus dipandu oleh bidannya. IMD, menunjukkan bahwa ibu mampu untuk melakukan IMD walaupun dia baru melakukan proses persalinan tetapi ibu percaya diri untuk melakukannya. Pada kala 3 ibu memiliki power bahwa dia bisa secara fisiologis dengan melakukan IMD, ibu yakin bahwa tanpa MAK 3 dia bisa melewatinya karena dilakukan IMD sehingga tubuh mengeluarkan hormon oksitosin. Pada kala IV ibu merasa kuat dan mampu untuk memulai proses menyusuinya. Bounding attachment, serta rooming-in. Pada rooming-in ibu mampu untuk merawat bayinya serta melakukan fungsinya sebagai seorang ibu. Pemberian ASI , ibu memiliki power / kekuatan untuk memberikan ASI kepada bayinya dan yakin bahwa dia mampu untuk memberiak ASI Eksklusif.

Pada saat proses Childbirth adalah terjadinya kematangan pada wanita tersebut baik bio, psiko, sosial dan cultural. Tapi, tidak semua wanita dapat mencapai kematangan tersebut. Jadi wanita butuh bantuan terutama dari bidan sebagai pendamping persalinannya. Wanita paling tau apa yang terjadi pada dirinya baik bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural. Maka perlu kepedulian (willingness). Oleh karena itu wanita memiliki kekuatan yang luar biasa untuk merawat diri dan anaknya . Sehingga bisa mandiri, menentukan solusi, tindakan & sikap (+). Hal tersebut dapat terjadi jika ibu mendapatkan informasi tentang semua hal yang ilmu pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan merawat bayi. Pada Birth plan terutama pada saat persalinan dan menyusui. Semua hal harus dijelaksan secara jelas dan rinci, tentang kemungkinan- kemungkinan efek samping, fisiologis, keadaan patologis. Dengan begitu wanita akan mengetahui apa saja yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya serta harapannya sehingga dia percaya diri untuk mengambil keputusan yang dia cantumkan dalam birth plan. Dukungan juga diperlukan sehingga membuat ibu percaya diri bahwa dia bisa mengambil keputusan. Tanpa dukungan seorang wanita tidak akan bisa melewati peristiwa bersejarahnya dengna indah. Dia akan merasa lemah dan pasrah dengan keadaan. Selain itu, bidan juga bisa mensuppor system dengan cara advokasi sehingga dukungan bisa didapat dari suami, keluarga, masyarakat, toma, toga, pemerintah sehingga sejak awal kehamilan ibu dengan percaya diri membuat birth plan. Terutama birth plan untuk di rumah sakit. Harus di advokasi karena belum diterapkan. Pasien yang datang ke RS dianggap sakit jadi, harus mengikuti semua prosedur RS. Ibu tidak berdaya sehingga hanya pasrah saja menerima tindakan yang dilakukan oleh bidan dan dokter.

Pemberian asuhan haruslah Continuity of care. Dengan COC bidan dapat memonitor kondisi ibu. Dengan COC bidan dapat mendeteksi secara dini apakah ada kesenjangan, masalah dan abnormalitas sehingga dalam pembuatan birth plan sudah dipikirkan dari awal jika terjadi kondisi kegawatdaruratan atau kondisi patologi. Jika pasien hanya periksa 1 kali tentu saja tidak akan terdeteksi dan mungkin tidak akan dibuat suatu perencanaan persalinan. Selain itu, ibu diberikan rewardaware. Penghargaan dan pujian sehingga meningkatkan harga dirinya sehingga ibu menjadi percaya diri dan powerfull dalam membuat birth plan sehingga setiap ibu dapat melewati persalinannya dengan sehat, aman dan sejahtera sesuai dengan keinginannya dan harapannya sehingga persalinannya begitu indah untuk dikenang dan begitu menarik untuk diceritakan. 5.

Informed Choice and Informed Consent Birth Plan Informed Choice and Informed Consent Birth Plan merupakan rencana yang disusun berdasarkan pilihan- pilihan yang dipilih oleh ibu sendiri. Bidan memberikan informasi dan pengetahuan semua hal tentang proses persalinan, menyusui dan nifas, komplikasi, adakah fasilitas yang mendukung untuk terlaksananya suatu pilihan, mampukah bidan untuk memfasilitasinya ? alternatif- alternatif jika terjadi sesuatu di luar rencana? Setelah ibu yakin, dan percaya diri untuk memilih barulah disusun di dalam birth plan. Partisipasi aktif ibu dalam melakukan pilihan- pilihan dan birth plan harus ditingkatkankarena itu adalah pilihannya sendiri. Tidak ada yang lebih tahu kecuali ibu itu sendiri. Bidan dan pasien harus meluangkan waktu untuk berdiskusi mengenai perencanaan persalinan. Apa saja yang diinginkan pasien dan bidan bisa tidak melaksanakannya. Bidan menjelaskan jika point-point yang dibuat pasien ada yang memang harus dilakukan atau tidak bisa

tidak dilakukan. Sehingga pasien mengerti mengapa hal tersebut tetap dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan. Contoh pasien menginginkan water birth padahal bidan tidak memiliki fasilitas tersebut. Hal ini dapat dibahas sejak awal bahwa tidak bisa melaksanakan hal tersebut. Jadi, ada alternatif- alternatif jika terjadi sesuatu di luar rencana. Jadi, Birth plan itu harus fleksibel disesuaikan dengan keadaan . Tidak kaku. Definisi informasi dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Isi dari birth plan juga merupakan pilihan. Pada saat kala I, ibu memilih mau mobilisasi atau tiduran saja. Posisi pada kala 1 yang ibu pilih apa? Pemberian hidrasi dan nutrisi apa saja yang dipilih oleh ibu. Pendampingan persalinan dengan siapa yang akan ibu pilih. Metode pengurangan rasa nyeri apa yang dipilih oleh ibu. Pada kala 2. posisi persalinan yang mana yang ibu pilih. Memilih untuk mengedan sendiri tanpa dipandu. Memilih untuk tidak dilakukan episiotomi, memilih untuk tidak dilakukan amniotomi. Memilih untuk dilakukan penjahitan atau tidak pada luka derajat dua. Memilih untuk dilakukan inisiasi Menyusui Dini atau tidak. Pada kala 3 memilih untuk dilakukan cara fisiologis bukan MAK 3. Pada kala IV untuk dilakukan rooming-in, pemberian nutrisi dan hidrasi, Memilih untuk ditemani baik oleh keluarga maupun bidannya. Memilih untuk pemberian ASI. Pada birth plan terdapat juga filosofi informed consent karena birth plan merupakan suatu bentuk dokumen dimana merupakan bukti tertulis akan asuhan yang dipilih oleh ibu, tetapi asuhan di dalam birth plan adalah dalam orientasi yang normal dan natural contohnya pemilihan IMD oleh ibu, itu merupakan suatu bentuk persetujuan ibu untuk dilakukan IMD.

Tetapi, jika pada saat persalinan terjadi sesuatu kondisi yang patologi maka, ibu harus diberikan persetujuan kembali. Contohnya ternyata ibu tidak bisa melahirkan normal dan harus di SC maka, ibu / keluarga harus membuat informed consent dan asuhan selanjutnya kembali mengikuti pilihan yang terdapat di dalam birth plan. Isi dari birth plan juga merupakan informed consent dimana ibu setuju untuk dilakukan tindakan tersebut. Pada kala I, ibu setuju untuk dilakukan posisi berdiri, Ibu setuju untuk diberikan nutrisi dan hidrasi. Ibu setuju untuk dilakukan pendampingan persalinan, ibu setuju untuk dilakukan masase pada punggungnya untuk mengurangi nyeri pada saat bersalin. Pada kala 2, ibu setuju untuk tidak terlalu sering di periksa dalam. Ibu setuju jika tidak dilakukan amniotomi, ibu membuat persetujuan untuk tidak dilakukan episiotomi. Ibu setuju untuk dipandu dalam meneran. Ibu setuju untuk dilakukan IMD. Pada kala 3 ibu membuat persetujuan untuk dilakukan dengan cara fisiologis. Pada kala IV ibu setuju untuk diberikan nutrisi dan hidrasi, ibu setuju untuk dilakukan rooming-in, ibu setuju untuk dilakukan bounding attachment, ibu setuju untuk memberikan ASI. 6.

Women and Family Partnership Pada pembuatan birth plan, bidan tidak hanya memberikan informasi dan mendidik ibu saja tetapi juga pasangannya, jadi disini perlu bermitra tidak hanya dengan ibu tetapi juga dengan suami. Isi dalam birth plan banyak terdapat bermitra dengan keluarga misalnya pendampingan persalinan, siapa yang dipilih ibu untuk mendampinginya selama persalinan. Masage pada kala I, tidak hanya oleh bidan tetapi juga suami dan keluarga. Pada pelaksanaannya, rencana tersebut tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh ibu dan bidan atau petugas tetapi membutuhkan bantuan dari suami, keluarga dan masyarakat.

Contohnya: pada saat rujukan, dibuat rencana bahwa donor darah adalah anggota keluarga, suami atau salah-satu tetangga. Maka, tidak akan terlaksana jika mereka semua tidak mau mendonorkan darahnya kepada orang lain. Transportasi, di rencana adalah pak Andi ternyata, pak andi tidak tahu dan pada saat itu dia sedang keluar rumah tentu rencana tersebut tidak akan terlaksana. Oleh karena itu, ketika birth plan dibuat, isinya dan pelaksanaannya dibutuhkan bantuan dan bermitra dengan keluarga dan masyarakat. Birth plan bisa dibagikan kepada orang yang terkait dengannya serta disosialisasikan sejak awal sehingga pihak terkait mengetahui dan mau membantu untuk terlaksananya rencana tersebut. Salah-satu yang bisa dilakukan bidan adalah pemberian informasi kepada suami, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk membantu. Serta mengadvokasi masyarakat agar dapat membantu telaksananya suatu perencanaan persalinan seorang wanita. Isi dari birth plan juga berkaitan erat dengan filosofi women and family partnership yaitu pada saat kala I mobilisasi dan posisi, suami dan keluarga dapat mendukung dan membantu ibu dalam melakukan posisi tersebut. Pendampingan persalinan harus bermitra dengan suami dan keluarga dalam melakukannya. Pengurangan rasa nyeri misalnya dengan masase punggung perlu bermitra dengan suami dengan keluarga untuk melakukan masase tersebut. Pada pemberian nutrisi dan hidrasi perlu dukungan dari suami dan keluarga misalnya dengan membantu menyuapi ibu. Pada kala 2 kehadiran suami dan keluarga dapat memberikan dukungan moril kepada ibu sehingga ibu mampu melewati persalinannya. Pada saat meneran, suami dan keluarga dapat memberikan support. Posis dalam meneran suami dan keluarga dapat membantu memegangi ibu. Pada saat IMD, memberikan support dan membantu

memeganginya karena ibu lelah pada saat persalinan jadi, eluarga membantu menjaganya. Pada saat kala 3, membantu memberikan nutrisi dan hidrasi kepada ibu. Pada saat kala IV membantu menjaga ibu, rooming-in suami dan keluarga dapat membantu menjaga dan merawat bayi. Pemberian ASI memberikan dukungan dan membantu ibu dalam memberikan ASI. Penerapan birth plan di Indonesia belum banyak digunakan. Masyarakat berpikir bahwa setiap orang pasti akan bisa melewatinya walaupun tanpa perencanaan. Selain itu, bidan dalam pelaksanaan antenatal care hanya melakukan pemeriksaan saja tetapi tidak pernah membantu pasien dalam membuat perencanaan persalinan. Padahal dengan penggunaan birth plan ibu akan melewati persalinannya dengan sesuai keinginannya dan harapannya. Selain itu, jika terjadi keadaan kegawatdaruratan tidak kebingungan lagi karena sudah tahu dari awal siapa yang akan mengantar? Siapa yang akan mejadi donor darah dan dana sudah disiapkan. Belum banyaknya penggunaan birth plan ini bisa karena 2 faktor yaitu dari ibu dan dari bidannya sendiri. Ibu tidak bisa membuat birth plan karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga ibu tidak bisa membuat perencanaan dan mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapannya. Ibu masih tergantung pada suami, bidan, dan keluarga. Ibu hanya pasrah menerima asuhan apa yang dia dapatkan. Sedangkan pada bidan karena ketidakmampuan bidan dalam mengadvokasi dan mensupport ibu untuk memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan serta bidan juga banyak yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang ilmu- ilmu yang uptodate serta memiliki keterampilan yang rendah sehingga jika pasien menginginkan suatu tindakan belum tentu bidan bisa melakukannya. Pembuatan birth plan dapat dilaksanakan di seluruh lapisan masyarakat

asal ada tenaga penggeraknya yaitu bidan. Memang untuk memulainya sangatlah sulit. Tapi, secara perlahan tapi pasti dapat dilaksanakan jika bidan dapat memulainya dan meningkatkan pemberdayaan wanita. Membuat birth plan yang sederhana saja dulu diujicobakan pada setiap pasien dan dilihat hasilnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pembuatan birth plan sangat bermanfaat dan merupakan penerapan dari filosofi kebidanan. Adapun filosofi kebidanan yang terkait yaitu Normal and Natural Childbirth, Women Center Care, Continuity Of Care, Empowering Women, Informed Choice dan Informed Consent, Women and Family Partnership. Dengan birth plan ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan selain itu, ibu puas karena sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan harapan ibu dan tanpa intervensi dari pihak luar. Saran Kepada bidan untuk mulai melaksanakan pembuatan birth plan karena persalinan yang terencana akan menghasilkan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak terencana. Biarkan persalinan yang spektakuler akan tetap spektakuler dan peristiwa fantastis yang indah untuk dikenang. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Juknis Jampersal. Jakarta; 2011. 2. Dodwell M, Newburn M. Normal birth as a mesure of the quality of care. NCT; 2010. 3. Walsh D. Evidence-based care for Normal labour and birth: a guide for midwives. New York: Routledge; 2007. 4. Planning your baby’s birth [diakses tanggal 1 januari 2011]. Tersedia dari http:// www. Baby centre.co.uk..

5. Birth Plan. [diakses tanggal 1 januari 2011]. Tersedia dari http://www.birth plan .com. 6. A birth plan helping you get the birth you want. [diakses tanggal 1 januari 2011]. Tersedia dari http:// Pregnancy about. Com/ birthplans. Htm. 7. Kafman T, LCCE, CLD. Evolution of the birth plan. Journal of the perinatal education. 2007; 16(3): 47-52. 8. Magona H, Requjo J, Ocna MR, Cousins S, Filippi V. High ANC coverage and low skilled attendance in a rural Tanzanian district a case for implementing a birth plan intervention. BMC Pregnancy and child birth 2010;10:13. 9. Sham A, Chan L, Yiu KL, Ng CW, Ng J, Tang PL. Effectiveness of the use of birthplan in Hongkong Chinese women: a qualitative exploratory reseach. HongKong J Gynaecol obstet midwifery. 2007; 7:30-4.