Document not found! Please try again

PERILAKU AGRESIF REMAJA DITINJAU DARI KONFORMITAS

Download KONFORMITAS TEMAN SEBAYA. (Aggressive Behavior in Adolescence Review from Peer Conformity). ZHAFARINA. Fakultas Psikologi Universitas Semar...

1 downloads 465 Views 95KB Size
PERILAKU AGRESIF REMAJA DITINJAU DARI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA (Aggressive Behavior in Adolescence Review from Peer Conformity) ZHAFARINA Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Abstrak Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif pada remaja, semakin tinggi konformitas teman sebaya maka semakin tinggi perilaku agresif, dan sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 90 subjek yang merupakan siswa SMK Muhammadiyah 2 Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua skala yaitu Skala Perilaku Agresif Remaja dan Skala Konformitas Teman Sebaya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif pada remaja dengan nilai rxy = 0,326 dengan p < 0,01, sehingga hipotesis diterima. Kata Kunci : perilaku agresif, remaja, konformitas, teman sebaya

Abstract The purpose of the study was to know a relation between peer conformity with the aggressive behavior among adolescence. The hypothesis of the study, there is a positive relationship between peer conformity with the aggressive behavior among adolescence. The respondents of this study were consisted of 90 student in the SMK Muhammadiyah 2 Semarang. This study used cluster random sampling technique. The data of this study was collected by using two scales, the first scale was aggressive behavior and the second one was peer conformity. Data analysis was conducted by using Product Moment Correlation techniques. The result shows that there is a positive relationship between peer conformity and aggressive behavior among adolescence, indicated by rxy = 0,326 with p < 0,01 so the hypothesis in this study was received. Key words: aggressive behavior, adolescence, peer conformity

284

Pendahuluan Pelajar SMK merupakan seorang remaja

Nasional, sepertinya sudah sangat melekat dalam

dimana pada fase ini mereka senang berinteraksi

diri pelajar di. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

dengan sesama teman maupun suka membentuk

aksi tawuran antar pelajar di Penjaringan, Jakarta

kelompok yang dianggap menyenangkan bagi

Utara. Belasan siswa diamankan petugas kepolisian

mereka, dalam tiap kelompok kecenderungan

lengkap dengan senjata tajam sebagai bekal

kohesi bertambah dengan bertambahnya frekuensi

tawuran. AKBP Aries Syahbudin selaku Kapolsek

interaksi.

yang

Penjaringan, Kamis (18/4), mengatakan, pelajar-

dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih

pelajar tersebut ditangkap saat pihak polsek

luas, mencakup kematangan mental, emosional,

Penjaringan bersama guru-guru sekolah sedang

sosial, dan fisik. Remaja merupakan suatu masa

melakukan razia di Pasar Ikan Muara Baru, Jalan

peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

Gedong

Panjang,

berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun

tersebut

diamankan

(Monks, dkk, 2002: 262). Remaja pada masa

membawa belasan senjata tajam, seperti samurai,

perkembangannya melalui tahap-tahap yang harus

golok, parang, gir motor dan lainnya dan berniat

dilaluinya secara alami. Perubahan fisik yang

mencari gerombolan pelajar lainnya (Budiyanto,

dramatis memiliki efek psikologis, dimana remaja

2013).

Istilah

adolescence,

seperti

Pluit,

Penjaringan.

karena

Pelajar

dengan

sengaja

memiliki perasaan tidak puas terhadap diri sendiri.

Hasil penelitian yang dilakukan Waluya dan

Keadaan tersebut adakalanya menyebabkan remaja

Rakhmadianti (2008: 61) menunjukkan bahwa

sulit menerimanya, dan apabila tidak sesuai dengan

sebagian besar siswa SMAN 70 Jakarta Selatan

harapan, remaja mencari pelarian dari keadaan

memiliki

yang

mencari

perilaku agresif dan berdasarkan data penunjang

perhatian, melakukan hal-hal negatif, umumnya

menunjukkan bahwa siswa laki-laki cenderung

perilaku yang dianggap baik bagi dirinya namun

memiliki perilaku agresif tinggi, siswa perempuan

bagi orang lain justru merugikan (Papalia, dkk,

cenderung memiliki perilaku agresif rendah. Usia

2009: 8-15). Remaja cenderung menilai sesuatu

15-18 tahun cenderung memiliki perilaku agresif

dan bertindak atas pandangan dan penilaian

tinggi. Namun, di usia 17 tahun perilaku agresifnya

sendiri. Remaja tidak membedakan antara hal-hal

menurun dan meningkat lagi di usia 18 tahun.

atau situasi yang dipikirkannya sendiri dengan

Siswa yang memiliki kelompok teman sebaya

yang dipikirkan orang lain dengan menunjukkan

cenderung

perilaku nakal ketika berada di lingkungan.

dibandingkan

tidak

menyenangkan

dengan

perilaku

agresif

memiliki dengan

tinggi.

perilaku yang

Gambaran

agresif tidak

tinggi

memiliki

Contoh kasus yang menunjukkan kenakalan

kelompok teman sebaya. Siswa yang lebih sering

remaja, yaitu tradisi tawuran setelah Ujian

menggunakan media televisi untuk menonton film

285

kesukaannya cenderung memiliki perilaku agresif

hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan

tinggi.

membawa dampak yang besar bagi kehidupan

Perilaku agresif sepertinya telah menjadi sesuatu hal yang sangat biasa terjadi pada

remaja. Berbagai perilaku agresif yang ditunjukkan

kehidupan sosial individu saat ini, terutama pada

remaja

individu yang memasuki masa remaja. Perilaku

masyarakat dan dunia pendidikan. Seperti yang

agresif

yang

terjadi di Semarang, bentrok antar pelajar terjadi di

dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan

Jalan Slamet Riyadi, Semarang, Selasa (23/10)

seseorang yang bertentangan dengan kemauan

siang. Perkelahian tersebut melibatkan puluhan

orang itu (Breakwell, 1998: 17). Perilaku agresif

siswa SMK “P” dan siswa SMK “P.N”, Semarang.

dapat dimunculkan secara fisik maupun verbal.

Tidak ada korban jiwa, namun dalam bentrokan

Perilaku agresi fisik, yaitu perilaku agresi yang

polisi berhasil mengamankan beberapa senjata

dilakukan dengan cara melakukan kekerasan secara

tajam milik kedua kubu berikut puluhan siswa

fisik, seperti menampar, memukul, melempar

yang terlibat tawuran, bentrokan itu belum sempat

dengan benda terhadap orang lain di sekitarnya.

terjadi, karena pihak Polsek Gayamsari terlebih

Perilaku agresi verbal yaitu perilaku agresi yang

dahulu memergoki dan melakukan pencegahan

dilakukan dengan cara mengeluarkan kata-kata

hingga berlanjut penangkapan (Prasetyo, 2012).

adalah setiap

bentuk

perilaku

menjadi

keprihatinan

di

kalangan

untuk menyerang orang lain, dapat berupa ejekan,

Berdasarkan observasi pada tanggal 10 dan 11

hinaan, caci maki. Banyak kerugian dari perilaku-

Mei 2013 mengenai agresivitas pada remaja yang

perilaku agresif tersebut, baik yang berupa

terjadi di lingkungan pendidikan, sering terjadi

kerugian materi hingga kerugian yang tidak bisa

misalnya

dihitung dengan materi seperti pemerkosaan dan

dilakukan

hilangnya nyawa seseorang.

perkelahian, tawuran, intimidasi dan tindakan

mengenai oleh

tindak

para

kekerasan

remaja,

antara

yang lain

Hasil penelitian yang dilakukan Rina (2011:

lainnya yang bahkan sering kali mengarah kepada

18) tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi

tindakan kriminal. Agresi seringkali digunakan

perilaku agresif pada remaja, menunjukkan bahwa

oleh manusia sebagai jalan untuk mengungkapkan

dari jumlah responden sebanyak 103 orang,

suatu perasaan dan menyelesaikan suatu persoalan.

mayoritas remaja laki-laki berprilaku agresif

Agresi terjadi dimana saja seperti perkelahian yang

sebanyak 66 orang (66.02%), sedangkan remaja

terjadi pada pelajar SMK, menurut pengakuan

perempuan setengah dari remaja laki-laki yaitu

mereka tindakan kekerasan yang dilakukan seperti

sebanyak 35 orang (33.98%). Hasil penelitian

tawuran dan berkelahi karena adanya dorongan

tersebut memberikan gambaran bahwa remaja

serta ajakan dari teman-temannya.

masih saja melakukan perilaku agresif dan apabila

Berdasarkan hasil wawancara dengan lima

286

orang siswa SMK pada tanggal 11 Mei 2013

perilaku

agresif

yang

ditunjukkan

siswa

diperoleh data bahwa aksi-aksi kekerasan dapat

diantaranya masih terjadinya perkelahian diantara

terjadi di mana saja, seperti di jalan-jalan, dan di

siswa. Selain itu juga diketahui bahwa masih

sekolah. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan

terdapat siswa yang senang mengucapkan kata-kata

verbal (mencaci maki, mengancam) maupun

kotor kepada teman ataupun adik kelasnya.

kekerasan fisik (memukul, meninju). Remaja

Hasil penelitian tentang perilaku sosial dengan

sering melakukan tindakan kekerasan berupa

agresivitas siswa SMK yang dilakukan Putri (2011:

kekerasan verbal kepada temannya yang berujung

8) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

pada kekerasan fisik dengan alasan sakit hati.

signifikan antara perilaku sosial dengan agresivitas

Remaja juga ikut dalam aksi tawuran antar pelajar

siswa di SMKN 1 Cikarang. Perilaku sosial yang

dan menurut remaja tindakan tersebut merupakan

buruk diikuti agresivitas siswa yang tinggi. Hasil

hal yang sudah biasa dilakukan dan merupakan hal

penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa

wajar, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-

perilaku agresif yang ditunjukkan siswa tidak

pelaku tindakan aksi ini dilakukan oleh remaja di

terlepas dari perilaku yang ditunjukkannya ketika

tingkat menengah atas atau menengah kejuruan.

berada di lingkungan sosial.

Hasil

wawancara

bahwa

Salah satu faktor yang diduga memengaruhi

meningkatnya perilaku agresif dikalangan remaja

perilaku agresif, yaitu lingkungan sosial pengaruh

ini berawal dari aksi saling ejek (agresi verbal)

kelompok, yaitu adanya peracunan tanggung jawab

antara teman, kemudian remaja tersebut berani

tidak merasa ikut bertanggung jawab karena

melakukan

dikerjakan beramai-ramai, ada desakan kelompok

apapun

juga

menunjukkan

demi

mendapatkan

yang

diinginkan sampai menyakiti individu lain dan

dan

berakhir dengan kekerasan fisik. Hal ini terjadi di

melakukan bukan dari anggota kelompok sehingga

lingkungan sekolah seperti yang terjadi pada salah

identitas kelompok yang sangat kuat menyebabkan

seorang siswa yang tingkatan kelasnya lebih tinggi

timbul sikap yang negatif dan mengeksklusifkan

atau kakak kelas dimana individu tersebut sering

kelompok lain (Sarwono, 2005: 315-321).

memalak. Siswa yang ditingkat lebih tinggi merasa berkuasa

dibandingkan

dengan

siswa

yang

ditingkat rendah.

identitas

kelompok

apabila

tidak

ikut

Dasar utama dari konformitas adalah ketika individu melakukan aktivitas dimana terdapat tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu yang

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh

sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan

salah satu guru yang ada di SMK yang ada di

tersebut merupakan cara-cara yang menyimpang.

Semarang kepada peneliti pada tanggal 6 Februari

Remaja yang mempunyai tingkat konformitas

2014 menunjukkan bahwa masih terdapat siswa

tinggi akan lebih banyak tergantung pada aturan

yang

dan norma yang berlaku dalam kelompoknya,

menunjukkan

perilaku

agresif.

Bentuk

287

sehingga remaja cenderung mengatribusikan setiap

dimiliki remaja diharapkan dapat menghindarkan

aktivitasnya sebagai usaha kelompok, bukan

remaja dari perilaku agresif atas dasar kegiatan

usahanya sendiri (Monks, dkk, 2004: 283).

positif yang dilakukan dengan kelompoknya.

Konformitas sebagai sebuah upaya yang dilakukan

Kenyataannya,

individu supaya diterima oleh orang lain, dengan

konformitas dalam sisi positif tersebut masih saja

cara menyerahkan diri dan menjadi apapun

menunjukkan bentuk-bentuk perilaku agresif yang

sebagaimana keinginan orang lain, termasuk

dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.

mengubah keyakinan dan perilakunya serupa

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti ingin

dengan orang lain, sekalipun sebenarnya berbeda

mengetahui

hendaknya tetap memperhatikan batas-batas norma

konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif

yang berlaku di masyarakat, sehingga konformitas

remaja?

yang ditunjukkan remaja tetap dalam hal yang

Perilaku Agresif Remaja

remaja

apakah

yang

ada

menunjukkan

hubungan

antara

positif. Remaja diharapkan dapat menunjukkan

Baron

konformitas dalam hal-hal positif dengan teman,

mendefinisikan

sehingga aktivitas-aktivitas positif bersama teman

individu yang ditujukan untuk melukai atau

tersebut dapat menghindarkan remaja dari perilaku

mencelakakan

agresif.

menginginkan datangnya tingkah laku tersebut,

(dalam

Koeswara,

agresi

individu

sebagai

lain

1998: tingkah

yang

5) laku

tidak

Hasil penelitian yang dilakukan Levianti

pendapat ini hampir sama dengan beberapa tokoh

(2008: 9) tentang konformitas dan bullying pada

yang telah dijelaskan. Dalam definisi yang

siswa, menunjukkan bahwa konformitas juga dapat

dijelaskan oleh Baron mencakup empat faktor

membantu mengurangi terjadinya bullying pada

tingkah laku yaitu tujuan untuk melukai atau

siswa apabila figur otoritas, populer atau signifikan

mencelakakan

memiliki sikap negatif terhadap bullying, sehingga

menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.

anggota di sekitarnya akan turut bersikap negatif

Davidoff dan Dayakisni menjelaskan bahwa agresi

terhadap

juga

sebagai tindakan atau serangan terhadapa makhluk

dimanfaatkan untuk mengatasi bullying. Hasil

atau organisme lain. Agresi dapat diartikan sebagai

penelitian tersebut menunjukkan makna tersendiri

suatu serangan yang dilakukan oleh organisme

bahwa konformitas tidak selalu untuk hal-hal yang

terhadapa organisme lain, obyek lain atau bahkan

negatif, karena semua itu tergantung pada individu

pada dirinya sendiri (Dayakisni dan Hudaniah,

yang melakukannya. Konformitas bisa untuk hal-

2009: 193). Lebih lanjut Mahmudah (2010: 100)

hal yang positif seperti sekumpulan remaja yang

menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan

selalu belajar kelompok bersama, aktif dalam

tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang

organisasi siswa di sekolah. Konformitas yang

lain.

bullying.

Konformitas

dapat

individu

lain

yang

tidak

288

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa perilaku agresif adalah suatu tindakan yang dilakukan individu secara sengaja dengan tujuan menyakiti

atau

melukai

individu

lain

baik

menyakiti secara fisik maupun verbal. Menurut Hurlock (2006: 206) awal masa

meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas. b. Menyerang suatu objek Yang dimaksud disini adalah menyerang benda mati atau suatu objek. c. Secara verbal atau simbolis

remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun

Perilaku yang dimaksudkan mengancam secara

sampai enam belas atau tujuh belas tahun, dan

verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap

akhir masa remaja bermula dari usia enam belas

mengancam dan sikap menuntut.

atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan

d. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain Berkowitz

(dalam

Koeswara,

1988:

5)

masa remaja akhir (Hurlock, 2006: 206). Remaja

membedakan perilaku agresif menjadi dua, yaitu:

adalah berlangsung antara umur 12 tahun sampai

a. Agresivitas instrumental yaitu agresivitas yang

dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai

dilakukan individu sebagai suatu alat atau cara

22 tahun bagi laki-laki (Mappieare dalam Ali dan

untuk mencapai tujuan tertentu.

Asrori, 2008: 9).

b. Agresivitas impulsif yaitu agresivitas yang

Berdasarkan definisi dari beberapa tokoh

dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan

diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif

keinginan untuk menyakiti ataupun melukai,

remaja adalah perilaku yang dilakukan oleh

bisa dikatakan bahwa agresivitas ini dilakukan

individu yang berusia antara 15-17 tahun dalam

tanpa tujuan tertentu selain untuk menimbulkan

masa pencarian jati diri yang melakukan suatu

efek kerusakan, kesakitan ataupun kematian

tindakan secara sengaja dengan tujuan menyakiti

pada korban.

atau melukai individu lain baik menyakiti secara

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan

fisik maupun verbal.

bahwa

Bentuk-bentuk perilaku agresif

menyerang fisik, menyerang suatu objek, agresif

Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni dan

bentuk-bentuk

perilaku

yaitu

secara verbal atau simbolis, serta pelanggaran

Hudaniah, 2009: 212) mengelompokan beberapa

terhadap hak milik orang lain.

bentuk perilaku agresif, yaitu:

Konformitas Teman Sebaya

a. Menyerang Fisik

agresif

Davidoff

(1991:

316)

mendefinisikan

Perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti

konformitas sebagai perubahan perilaku dan atau

fisik individu lain seperti memukul, mendorong,

sikap sebagai akibat dari adanya tekanan (nyata atau tidak nyata). Sedangkan menurut Sears, dkk

289

(1985: 76) sering kali orang atau organisasi

adalah individu yang memiliki usia atau tingkat

berusaha agar pihak lain menampilkan tindakan

kedewasaan

tertentu pada saat pihak lain tersebut tidak ingin

mengubah perilaku atau sikap individu tersebut

melakukannya,

yang dipengaruhi oleh kelompoknya maupun

perilaku

bila

tertentu

menampilkan

seseorang

karena

perilaku

menampilkan

setiap

tersebut

orang

lain

menyebutnya

konformitas. Chaplin (2011: 105) menyatakan

yang

sama

dan

kecenderungan

keinginan dirinya sendiri karena orang lain menampilkan perilaku tersebut. Sears, dkk (1985: 85-93) mengemukakan

bahwa konfomitas adalah kecendrungan untuk

beberapa aspek konformitas, yaitu:

memperbolehkan satu tingkah laku seseorang

a. Kekompakan

dikuasai oleh sikap dan pencapat yang sudah

Kekuatan yang menyebabkan orang tertarik

berlaku. Konformitas merupakan ciri pembawaan

pada suatu kelompok dan yang membuat

kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan

mereka

pendapat orang lain untuk menguasai dirinya.

Semakin besar rasa suka anggota yang satu

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa konformitas

adalah

kecendrungan

perubahan

ingin

tetap

menjadi

anggotanya.

terhadap anggota lain, dan semakin besar harapan

untuk

memperoleh

manfaat

dari

perilaku atau sikap individu yang dipengaruhi oleh

keanggotaan kelompok, serta semakin besar

kelompoknya maupun keinginan dirinya sendiri

kesetiaan mereka, dan sebagainya akan semakin

karena orang lain menampilkan perilaku tersebut.

kompak kelompok itu.

Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya

b. Kesepakatan

(peers) adalah anak-anak atau remaja dengan

Orang

tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama.

kelompok yang sudah bulat akan mendapatkan

Salah satu fungsi utama dari kelompok teman

tekanan

sebaya

pendapatnya. Bila kelompok tidak bersatu akan

adalah

untuk

menyediakan

berbagai

informasi mengenai dunia di luar keluarga, dari kelompok teman sebaya remaja menerima umpan

yang

yang

dihadapkan

kuat

pada

untuk

keputusan

menyesuaikan

nampak adanya penurunan tingkat konformitas. c. Ketaatan

balik mengenai kemampuan mereka. Teman

Harapan dari orang yang menduduki posisi

sebaya dapat diartikan sebagai (se) sama, baik

tertentu dalam otoritas menimbulkan ketaatan.

secara sah dan psikologis. Teman sebaya menurut

Hal-hal

Chaplin (2011: 357) adalah sekelompok acuan atau

bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri

suatu

atau yang menonjolkan aspek negatif dari apa

kelompok

di

mana

seorang

anak

mengasosiasikan dirinya di dalamnya.

yang

membuat

individu

lebih

yang dilakukannya akan mengurangi ketaatan.

Berdasarkan uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya

290

Davidoff ( 1991: 316) menyatakan bahwa

Metode pengambilan sampel dalam penelitian

aspek-aspek konformitas, antara lain:

ini adalah cluster random sampling yaitu teknik

a. Kerelaan dan penerimaan

pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria

Seseorang

melakukan

sesuatu

atas

dasar

penelitian. Cluster akan dilakukan pada masing-

kesadarannya sendiri tanpa dipaksa orang lain,

masing kelas yang ada di SMK Muhammadiyah 2

seperti belajar dan mengerjakan tugas.

Semarang.

b. Kerelaan tanpa penerimaan Seseorang

rela

sebenarnya

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan

melakukan

orang

sesuatu

tetapi

data penelitian adalah Skala Perilaku Agresif

kurang

dapat

Remaja dan Skala Konformitas Teman Sebaya.

tersebut

menerima hal tersebut.

Teknik analisis data yang digunakan untuk

c. Penerimaan tanpa kerelaan

menguji hipotesis adalah teknik korelasi Product

Seseorang dapat menerima segala sesuatu yang

Moment dari Pearson. Korelasi ini digunakan untuk

diperintahkan kepadanya tetapi orang tersebut

mengetahui hubungan antara konformitas teman

enggan melakukannya.

sebaya dengan perilaku agresif remaja.

d. Tanpa kerelaan atau tanpa penerimaan

Hasil dan Pembahasan

Seseorang tidak rela dan tidak mau menerima sesuatu yang ditujukan kepadanya.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,326 dengan p < 0,01

Berdasarkan Uraian diatas dapat disimpulkan

sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

aspek-aspek dari konformitas yaitu kekompakan,

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif

kesepakatan dan ketaatan. Aspek-aspek tersebut

yang sangat signifikan antara konformitas teman

selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam

sebaya dengan perilaku agresif remaja. Hasil

penyusunan

penelitian ini mendukung pendapat Sarwono

alat

ukur

untuk

mengungkap

konformitas teman sebaya.

(2005: 319) yang menyatakan bahwa perilaku

Metode Penelitian

agresif dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya

Populasi penelitian ini adalah siswa laki-laki

adalah

faktor

kelompok,

yaitu

konformitas.

SMK Muhammadiyah 2 Semarang yang berusia

Desakan untuk konfrom pada kawan-kawan sebaya

15-17 tahun. Alasan peneliti mengambil populasi

cenderung sangat kuat selama masa remaja.

tersebut karena siswa-siswa tersebut tergolong

Semakin besar rasa suka anggota yang satu

remaja,

mereka

terhadap anggota lain, dan semakin besar harapan

dapat

untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan

diterima teman sebayanya. Selain itu, menurut

kelompok, semakin besar kesetiaan individu, dan

Krahe (2005: 90-100) laki-laki secara umum lebih

sebagainya akan semakin kompak kelompok itu.

agresif dari pada perempuan.

Konformitas terhadap kelompok teman sebaya

dimana

cenderung

senang

pada

usia

remaja

berkelompok

agar

291

dapat menjadikan remaja terjebak ke dalam

mencari jatidiri remaja Berbagai kasus perilaku

bentuk-bentuk

menyimpang

perilaku

agresif

karena

remaja,

seperti

halnya

dengan

pertimbangan perilaku tersebut juga dilakukan oleh

perilaku agresif seringkali disebabkan pengaruh

kelompok, serta adanya rasa khawatir akan

kelompok teman sebaya ini. Konformitas adalah

mendapatkan penolakan dari kelompok apabila

satu tuntutan yang tidak terulis dari kelompok

tidak melakukannya.

remaja. Keinginan untuk diterima dan diakui oleh

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

teman sebaya akan menjadikan remaja rela

penelitian tentang pengaruh Konformitas terhadap

melakukan apa saja untuk tetap menjadi bagian

Perilaku Agresi siswa SMK yang dilakukan

kelompok, termasuk melakukan perilaku agresif.

Wilujeng dan Budiani (2012: 6) yang menunjukkan

Menurut Sarwono (2005: 172) konformitas

bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan

adalah perubahan perilaku atau keyakinan karena

antara konformitas dengan perilaku agresif pada

adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguh-

siswa SMK PGRI 7 Surabaya. Semakin tinggi

sungguh ada maupun yang dibayangkan saja, tidak

konformitas, maka semakin tinggi pula perilaku

semua

agresif yang dimiliki individu. Siswa SMK yang

kelompok terjadi karena ketaatan, sebagian terjadi

memiliki konformitas terhadap kelompok teman

karena orang sekedar ingin berperilaku sama

sebaya

aturan atau norma,

dengan orang lain. Perilaku sama dengan orang

melakukan tindakan sesuai dengan apa yang

lain yang didorong oleh keinginan sendiri.

dilakukan

Konformitas

akan mengikuti

oleh

teman

sebayanya,

meskipun

perilaku tersebut termasuk perilaku agresif.

perilaku yang sesuai

terhadap

dengan norma

teman

sebaya

yang

ditunjukkan remaja ditunjukkan dengan adanya

Santrock (2007: 60) menyatakan bahwa

kepercayaan terhadap nilai yang diyakini oleh

konformitas terjadi apabila individu mengadopsi

kelompok teman sebayanya. Selain itu remaja

sikap atau perilaku orang lain karena merasa

merasa takut terhadap celaan sosial apabila tidak

didesak oleh orang lain (baik desakan nyata atau

ikut melakukan perilaku yang ditunjukkan oleh

bayangannya saja). Hasil penelitian yang dilakukan

teman sebaya dalam kelompoknya. Keinginan

Kurniawan dan Rois (2013: 90) menunjukkan

untuk diterima dan mendapatkan pengakuan dari

bahwa ada perbedaan yang signifikan konformitas

kelompok

pada kelompok teman sebaya antara siswa yang

menyebabkan siswa SMK terjebak dalam perilaku

terlibat dengan yang tidak terlibat. Siswa yang

agresif yang dapat merugikan diri sendiri ataupun

terlibat

orang lain.

tawuran

memiliki

konformitas

pada

kelompok teman sebaya lebih tinggi dari pada

Merton

teman

(dalam

sebaya

tersebut

Koentjoro,

2005:

dapat

11)

siswa yang tidak terlibat tawuran. Peer group

menyatakan bahwa konformitas adalah adaptasi

menjadi suatu sarana sekaligus tujuan dalam

yang tidak selalu mengarah kepada penyimpangan.

292

Remaja yang berada pada masa transisi dan lebih

mengindikasikan bahwa konformitas teman sebaya

cenderung

sebata

tergolong pada kategori sedang. Hal ini berarti

diharapkan dapat menunjukkan konformitas yang

siswa SMK menunjukkan adanya kekompakan

menuju ke arah positif, dengan mengisi waktu

untuk mengikuti setiap nilai dan perilaku yang

luang dengan aktivitas-aktivitas positif bersama

dilakukan oleh teman sebayanya.

bergaul

dengan

teman

kelompok. Konformitas dapat membentuk identitas

Sumbangan efektif variabel konformitas teman

diri remaja, sehingga remaja dapat mengetahui

sebaya terhadap perilaku agresif remaja sebesar

bahwa perilaku agresif adalah bentuk perilaku yang

10,6%, sisanya sebesar 89,4% dari variabel lain

bertentangan dengan norma ataupun aturan yang

seperti

berlaku, sehingga remaja dapat semakin terhindar

kepribadian kondisi fisik, frustrasi, provokasi

dari perilaku agresif. Aktivitas-aktivitas positif

langsung, agresi yang dipindahkan, pemaparan

bersama teman sebaya sebagai bentuk konformitas

kekerasan

tersebut diharapkan dapat menghindarkan remaja

meningkat.

dari perilaku agresif yang dapat merusak masa

Simpulan

depan remaja. Berdasarkan

faktor

kondisi

media,

dan

Berdasarkan hasil

yang

penelitian maka dapat

remaja

antara konformitas teman sebaya dengan perilaku

diperoleh Mean Empirik sebesar 94,97, Mean

agresif pada remaja, semakin tinggi konformitas

Hipotetiknya sebesar 75 dan Standar Deviasi

teman sebaya maka semakin tinggi perilaku

Hipotetiknya sebesar 15. Mean Empirik variabel

agresif, dan sebaliknya, sehingga hipotesis dalam

perilaku agresif remaja pada area (+) 1SD hingga

penelitian ini diterima.

(+) 2SD. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku

Saran

perilaku

penelitian

keterangsangan

diambil simpulan bahwa ada hubungan yang positif

variabel

data

pengaruh

yang

diperoleh,

hasil

lingkungan,

agresif

agresif remaja pada kategori tinggi. Perilaku

1. Bagi siswa SMK

agresif yang tergolong tinggi berarti bahwa siswa SMK menunjukkan bentuk-bentuk perilaku agresif,

Disarankan

kepada

SMK

agar

dapat

baik yang bersifat verbal maupun tindakan

menjadikan pertemanan dengan kelompok teman

langsung dan dapat merugikan orang lain.

sebaya sebagai sarana untuk mengembangkan

Pada variabel konformitas teman sebaya

wawasan dan potensi yang dimiliki, melalui

diperoleh Mean Empirik sebesar 67,17, Mean

berbagai kegiatan positif. Siswa SMK diharapkan

Hipotetiknya sebesar 65 dan Standar Deviasi

dapat lebih asertif dengan menghindari berbagai

Hipotetiknya sebesar 13. Mean Empirik variabel

ajakan dari teman untuk bertindak negatif dan

konformitas teman sebaya pada area (-) 1SD

bertentangan dengan aturan yang berlaku, sehingga

hingga (+) 1SD. dari Mean Hipotetiknya. Hal ini

siswa SMK dapat terhindar dari perilaku agresif

293

yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain. 2. Bagi orangtua dan pihak sekolah Orangtua dan guru diharapkan dapat bekerja sama dengan murid dalam kegiatan-kegiatan positif, seperti mengadakan belajar bersama,

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/r ead/news/2013/04/18/153557/TradisiTawuran-Pelajar-Usai-UN-Kembali-Terjadi. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2013. Hurlock, E. B. 2006. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo Jakarta: Erlangga.

sehingga siswa dapat terhindar dari perilaku Koentjoro. 2005. Kriminologi dalam Perspektif Psikologi Sosial. Jurnal Sosial Budaya. Vol. X. No. 1: 1-41. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

agresif. 3. Bagi peneliti lain Peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian diharapkan dapat melihat faktor lain yang memengaruhi perilaku agresif pada remaja, seperti

faktor

kondisi

lingkungan,

pengaruh

kepribadian kondisi fisik, frustrasi, provokasi langsung, agresi yang dipindahkan, pemaparan kekerasan

media,

dan

keterangsangan

yang

meningkat. Daftar Pustaka Ali, M., dan Asrori, M. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Chaplin, J. P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa: Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Davidoff, L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Alih Bahasa: Dra. Mari Juniati. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dayakisni, T., dan Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Breakwell, G. M. 1998. Coping With Aggressive Behaviour. Alih Bahasa: Bernadus H. Yogyakarta: Kanisius. Budiyanto, E. W. 2013. Tradisi Tawuran Pelajar Usai UN Kembali Terjadi.

Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kurniawan, S., dan Rois, M. M. 2013. Tawuran, Prasangka terhadap Kelompok Siswa Sekolah Lain, serta Konformitas pada Kelompok Teman Sebaya. Proyeksi. Vol. 4. No. 2: 85-94. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung. Levianti. 2008. Konformitas dan Bullying pada Siswa. Jurnal Psikologi. Vol. 6. No. 1: 1-9. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul. Mahmudah, S. 2010. Psikologi Sosial Sebuah Pengantar. Malang: UIN-Maliki Press. Monks, F.J, Knoers A.M.P & Haditono, S.R. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: University Press. Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. 2009. Human Development. Edisi 10. Buku 2. Alih Bahasa: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika. Prasetyo, E. B. 2012. Puluhan Pelajar SMK Bentrok. http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/r ead/news/2012/10/23/133554/Puluhan-PelajarSMK-Bentrok. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2013. 294

Putri, R. H. N. 2011. Hubungan Perilaku Sosial dengan Agresivitas Siswa di SMK Negeri 1 Cikarang Barat. Jurnal Psikologi. Vol. 2. No. 1: 1-10. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Rina. 2011. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku Agresif pada Remaja Kelas II. III di SMP Pahlawan Toha Bandung 18 September 2006-05 Januari 2007. Jurnal Kesehatan Prima. Vol. 3. No. 2: 14-24. Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Edisi Keenam. Alih Bahasa : Drs. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. ––––––––––––. 2007. Adolescende. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga. Sarwono,S. W. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Sears, D. O., Freedman, J. L., dan Peplau, L. A. 1985. Psikologi Sosial jilid 2. Alih bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga. Waluya, O. D., dan Rakhmadianti, A. K. 2008. Erilaku Agresif ditinjau dari Jenis Tontonan Film pada Siswa SMAN 70 Jakarta Selatan. Jurnal Psikologi. Vol. 6. No. 2: 58-62. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul. Wilujeng, P., dan Budiani, M. S. 2012. Pengaruh Konformitas pada Geng Remaja terhadap Perilaku Agresi di SMK PGRI 7 Surabaya. Vol. 3. No. 2. Jurnal Psikologi. Surabaya: Program Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya.

295