PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN TIPE KEPRIBADIAN
Sarah Renata dan Damasia Linggarjati Novi Parmitasari
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh jenis kelamin dan tipe kepribadian pada perilaku prososial mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Dari hasil uji anava dua jalur, didapat hasil bahwa tidak ada perbedaan antara perilaku prososial pada mahasiswa berdasar jenis kelamin dan tipe kepribadian, dimana F=0.971 dan P>0.05. Pada perbedaan jenis kelamin mahasiswa didapat hasil F=6.144 dan P<0.05, dimana mean untuk laki-laki adalah 74.21 dan mean perempuan adalah 79.54, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara signifikan antara perilaku prososial mahasiwa laki-laki
dan
perempuan, dimana
mahasiswa perempuan lebih tinggi
perilaku prososialnya dibandingkan dengan mahasiswa
laki-laki.
Sedangkan
pada
perbedaan tipe kepribadian mahasiswa didapat hasil F=0.006 dan P>0.05, dimana mean untuk tipe kepribadian A adalah 77.04 dan mean tipe kepribadian B adalah 76.92, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku prososial pada mahasiswa ditinjau dari tipe kepribadian. Kata kunci: prososial, mahasiswa, jenis kelamin, tipe kepribadian A dan B
24
Penelitian yang dilakukan oleh
PENDAHULUAN Pesatnya kemajuan di berbagai bidang
kehidupan
manusia,
seiring
dengan
proses
globalisasi
telah
memaksa
dunia
untuk
Sears (dalam Mahmud, 2003, h.2) menunjukkan
bahwa beberapa orang
tetap memberikan bantuan kepada orang
melakukan
lain
meskipun
kondisi
situasional
banyak perubahan. Meskipun demikian,
menghambat usaha pemberian bantuan
perubahan-perubahan yang terjadi itu
tersebut, sedangkan yang lain tidak
tidak hanya memberi dampak positif
memberikan bantuan meskipun berada
bagi kesejahteraan manusia tetapi juga
dalam
menimbulkan
negatif.
Selanjutnya penelitian Staub (dalam
Akibatnya, bukanlah hal yang aneh bila
Mahmud, 2003, h.3) menemukan bahwa
nilai-nilai pengabdian, kesetiakawanan,
orang
dan
membantu orang lain yang benar- benar
tolong
dampak
menolong
mengalami
penurunan (Tarmudji, 1991, h.38).
kondisi
sering
yang
tidak
sangat
turun
baik.
tangan
memerlukan bantuan. Foa dan Foa
Fromm (1987, h.18) mengatakan
(dalam Mahmud, 2003, h.3) menemukan
bahwa manusia modern sekarang telah
bahwa
terasing dari dirinya sendiri, sesamanya,
membantu
dan dari alam, walaupun hidup di tengah
mempertimbangkan
kesibukan dan keramaian kota besar.
terlebih dahulu.
Manusia menjadi individualistis, lebih
ketika
seseorang
orang
Perilaku
bertindak
lain,
seringkali
untung-
prososial
ruginya
didasari
memprioritaskan
kepentingan
diri
dukungan nilai dan norma yang dianut
sendiri
kepentingan orang
individu. Perilaku prososial merupakan
daripada
lain.
bagian
25
dari
kehidupan
sehari-hari.
Menurut
Sears,
dkk
(1994,
h.47)
masyarakat, tak terkecuali mahasiswa.
tindakan
Mahasiswa secara harafiah adalah orang
menolong yang sepenuhnya dimotivasi
yang belajar di perguruan tinggi, entah
oleh
tanpa
di universitas, institut atau akademi.
mengharapkan sesuatu untuk diri si
Conger (dalam Arwanti, 1996, h.16)
penolong itu sendiri. Perilaku prososial
menyatakan bahwa ketika beranjak pada
ini pada umumnya diperoleh melalui
usia 17-21 tahun, seseorang
proses belajar, yakni penguatan dan
pada
peniruan.
umumnya
perilaku prososial adalah
kepentingan
pribadi
Beberapa
penelitian
masa remaja berada
berada
akhir, pada
dan tingkat
memperlihatkan dengan jelas bahwa
pendidikan formal di perguruan tinggi.
anak akan membantu dan memberi lebih
Pada usia ini, mahasiswa diharapkan
banyak
telah
bila
mendapatkan
ganjaran
mencapai
karena melakukan perilaku prososial
Individu
(Sears, dkk., 1994, h.53).
kematangan
Perilaku prososial ini meliputi altruisme,
saling
membantu,
kematangan moral.
yang
telah
moral
mencapai tidak
saja
menghindari berbagai perilaku negatif,
saling
tetapi juga dapat memotivasi untuk
menghibur, persahabatan, pertolongan,
berperilaku
penyelamatan, pengorbanan, kemurahan
bekerjasama, empati, peduli, toleransi,
hati, saling membagi dan menanggapi
termasuk berperilaku prososial.
orang lain dengan simpati dan wujud
dapat
terjadi
perilaku pada
setiap
seperti
dapat
Kamus Besar Bahasa Indonesia
kerja sama (Sears, 1994, h.48). Fenomena
positif
(1989, prososial
h.548)
menyatakan
bahwa
mahasiswa adalah individu yang belajar
lapisan
di
26
perguruan
tinggi,
pada
periode
tersebut mahasiswa memasuki remaja
memiliki perilaku prososial yang tinggi,
akhir dan dewasa awal berusia antara
namun tidak sedikit juga mahasiswa
19-24 tahun. Sedangkan Sears (1994, h.
yang menunjukkan perilaku prososial
272) mengatakan mahasiswa berada
yang rendah. Penulis menemukan bahwa
pada usia 18-40 tahun atau masa dewasa
mahasiswa
awal
periode
perhatian pada diri sendiri terlebih
penyesuaian diri terhadap pola-pola
dahulu dibanding teman- temannya.
kehidupan baru dan harapan-harapan
Mahasiswa
sosial baru.
memberikan
yang
merupakan
Mahasiswa yang terdiri dari lakilaki dan perempuan yang hidup dalam
di
sulit
pertolongan
untuk dengan
kenyataannya mampu membantu temanteman
upaya identitas diri juga merupakan
yang
membutuhkan
pertolongannya.
upaya aktualisasi diri (Erickson, 1968, mengherankan
cenderung
memfokuskan
berbagai macam alasan, meskipun pada
kelompoknya selain sebagai
h.184). Tidak
lebih
Perilaku prososial ini dipengaruhi
jika
oleh berbagai macam faktor secara
pada fase ini banyak mahasiswa yang
internal maupun eksternal, diantaranya
ingin
faktor
terlibat
langsung
di
dalam
kehidupan sosial masyarakat.
temukan
kelamin
dan
tipe
kepribadian. Berdasarkan faktor jenis
Berdasarkan hasil observasi yang penulis
jenis
kelamin,
Zahn-Waxler
dan
Smith
di
lingkungan
Fakultas
Psikologi
bahwa beberapa penelitian menunjukkan
Soegijapranata
bahwa anak perempuan lebih banyak
Semarang, sebagian mahasiswa memang
menunjukkan perilaku prososial dan
mahasiswa Universitas
Katolik
(dalam
27
Davies,
1999)
mengatakan
empati
terhadap
dibandingkan
orang
anak
lain
perempuan memang lebih lemah. Laki-
laki-laki.
laki pada umumnya lebih kekar dan
Menurutnya dibandingkan anak laki-
lebih
laki,
memiliki
Sebaliknya perempuan pada umumnya
orientasi yang lebih besar terhadap
lebih pendek, lebih kecil dan kurang
kebutuhan
berotot dibanding
anak
lain,
perempuan
dan
kesejahteraan orang
sehingga
penurunan
memungkinkan
resiko
mengembangkan
mereka perilaku
berotot
1985,
untuk
h.32).
daripada
perempuan.
laki-laki (Budiman,
Dagun
(1992,
h.3)
berpendapat bahwa secara psikologis
yang
perempuan
dan
laki- laki berbeda.
mengganggu (Tambunan, 2007, h.123).
Laki-laki lebih rasional, lebih aktif,
Dalam penelitian Heranari (1999, h.7),
lebih agresif. Sebaliknya perempuan
perilaku
lebih emosional, lebih pasif, lebih
oleh
prososial
sejumlah
juga dipengaruhi
faktor
karakteristik
submisif
perbedaan individual antara laki-laki
dalam
memenuhi
kebutuhannya.
dan perempuan baik dari segi biologis,
Secara sosiologis, menurut Peck
psikologis maupun sosiologis sehingga
(1991, h.57) perbedaan ini berhubungan
menimbulkan beberapa perbedaan.
dengan
laki
peran
jenis
kelamin
yang
Secara biologis perbedaan laki-
merupakan
dan
perangai, emosi, intelektual, yang pada
perempuan
diantaranya
sifat-
sifat,
perilaku,
ditunjukkan dengan adanya perbedaan
budaya
pada alat kelamin antara laki-laki dan
sebagai feminine dan maskulin. Sifat-
perempuan. Selain itu jika dibandingkan
sifat laki-laki dan perempuan biasanya
dengan laki-laki dari kekuatan fisiknya
ditentukan
28
tertentu
diidentifikasikan
berdasarkan
budaya
mengenai tingkah laku yang dianggap
tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima
pantas bagi laki-laki dan perempuan,
secara sosial dimotivasi oleh keinginan
pengetahuan
sangat
untuk memperoleh pujian dari orang lain
khusus
sehingga bertindak
kultural
mempengaruhi
peranan
lebih
prososial
berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki
hanya bila tindakan yang baik itu
lebih agresif, mandiri, dan kompetitif
diperhatikan. Dengan kata lain, kaitan
dalam
antara
pemenuhan
sedangkan
perempuan
tergantung
pada
pemenuhan
kebutuhannya,
dan
pemberian
lebih
pasif,
bantuan tergantung pada sifat tertentu
kompromi
dalam
yang dibahas dan pada jenis bantuan
kebutuhannya
(Dagun,
tertentu
1992, h.3).
yang
dibutuhkan.
Untuk
memahami masalah kepribadian, para
Sedangkan kepribadian
kepribadian
pada
yang
faktor
tipe
ahli meneliti dan mengeluarkan berbagai
mempengaruhi
teori tentang kepribadian dari berbagai
perilaku prososial Satow (dalam Sears,
segi pendekatan.
1994, h.66) mengamati bahwa orang
Menurut pendapat Bortner (dalam
yang mempunyai tingkat kebutuhan
Baskorowati, 1987) orang dengan tipe
tinggi untuk diterima secara sosial, lebih
kepribadian A, digambarkan sebagai
cenderung menyumbangkan uang bagi
orang yang tidak suka terlambat, senang
kepentingan amal daripada orang yang
bersaing,
mempunyai tingkat kebutuhan rendah
penghargaan,
untuk diterima secara sosial, tetapi
segala
hanya bila orang lain menyaksikannya.
perfeksionis, tidak mudah puas, dan di
Agaknya,
luar pekerjaan utama minatnya terbatas.
orang
yang
mempunyai
29
senang
mengharapkan
mencoba
sesuatu
secara
mengerjakan serentak,
Sedangkan
individu
dengan
tipe
2009, h.135) individu yang memiliki
kepribadian B memiliki karakteristik
kebutuhan akan pujian atau tanda-tanda
sikap yang rileks, tidak terburu-buru,
penghargaan yang sangat tinggi, dan
berbicara dan bersikap dengan tenang,
jika
hidup seenaknya, lebih terbuka untuk
peluang
memperluas
penghargaan
pengalaman
hidup,
situasi
menolong
memberikan
untuk
mendapatkan
bagi
dirinya,
maka
bersikap sabar pada orang lain, jarang
penolong akan meningkatkan tingkah
memiliki perasaan curiga, tidak mudah
laku menolongnya. Selain itu, menurut
terpancing untuk marah, bekerja tenang,
teori Friedman dan Rosenman (dalam
teratur, dan tidak adanya batasan waktu,
Smet, 1994, h.196) tipe A memiliki
tidak
ciri-ciri
memiliki
perasaan kompetitif
utama
orientasi
persaingan
untuk mencapai status, jarang memiliki
prestasi (ambisius, kritis terhadap diri
perasaan curiga, menggunakan waktu
sendiri),
luang untuk menikmati hobi dan santai.
melawan
Sedangkan White&Gerstein
menurut (dalam
urgensi waktu,
melakukan
Sarwono,
dalam
waktu
(berjuang
tidak
sabaran,
pekerjaan
waktu
yang
berbeda-beda sama),
dan
2009, h.135) orang yang mempunyai
permusuhan (mudah marah, kadang-
pemantauan diri (self monitoring) yang
kadang
tinggi juga cenderung lebih penolong,
digambarkan sebagai tipe orang yang
karena dengan menjadi penolong akan
non kompetitif, lebih rileks atau santai,
memperoleh penghargaan sosial yang
sabar,
lebih
sedang.
tinggi.
Selain
Deutsch&Lamberti
itu,
(dalam
menurut Sarwono,
agresif). Sedangkan tipe B
memiliki
sifat
ambisi
yang
Berdasarkan uraian di atas dapat
30
disimpulkan bahwa secara jenis kelamin
cenderung senang berkompetisi untuk
perempuan dan laki- laki mungkin
mendapatkan penghargaan dan ambisius
mempunyai
hal
dimana tipe kepribadian A senang
itu
melakukan sesuatu yang berorientasi
dan
pada persaingan yang menghasilkan
perilaku
perbedaan
dalam
prososial,
bergantung juga
namun
dengan
sifat
jenis bantuan yang dibutuhkan. Apabila
prestasi.
bantuan yang dibutuhkan berupa hal
kepribadian
yang
kepekaan,
kompetisi, cenderung santai, kurang
meyayangi, berbagi, rasa kebersamaan
ambisius, lebih rileks, yang mungkin
seperti
maka
lebih menonjol perilaku prososialnya
perempuan lebih menonjol perilaku
apabila bantuan yang dibutuhkan tidak
prososialnya
laki-laki,
terburu-buru dan ekstrim seperti dalam
menonjol
situasi yang darurat dan menantang.
membutuhkan
naluri
sedangkan perilaku perempuan,
seorang
ibu
daripada laki-laki
lebih
prososialnya apabila
daripada
bantuan
Berdasarkan
yang
Sementara B
untuk
kurang
uraian
di
tipe
menyukai
atas,
maka
peneliti mencoba melihat:
dibutuhkan sifatnya lebih menantang
1.
agresifitas, kompetisi,
perilaku prososial antara mahasiswa
dan
keaktifan
adrenalin.
Apakah
ada
perbedaan
dengan tipe kepribadIan A dan tipe
Pada faktor tipe kepribadian dapat disimpulkan
bahwa
karakteristik
penolong
kepribadian B?
berdasarkan yang
2.
Mengetahui
perbedaan
telah
perilaku prososial antara mahasiswa
dipaparkan, terlihat lebih sesuai dengan
yang berjenis kelamin laki-laki dan
karakteristik kepribadian tipe A yang
perempuan?
31
METODE PENELITIAN
atas 30 item dimana masing-masing
Subyek Penelitian
item memiliki rentang skor antara 1-4. Semakin tinggi skor total subyek maka
Subyek penelitian ini berjumlah 50 orang, dimana subyek merupakan
dapat
mahasiswa yang berusia 19-24 tahun,
subyek tergolong tinggi begitu juga
berasal dari berbagai
program studi
sebaliknya. Indeks perilaku prososial ini
dan berada pada semester 2-8 dimana
dibagi menjadi 3, yakni tinggi, sedang,
mahasiswa
tersebut
rendah.
mengikuti
perkuliahan.
subyek
masih
aktif
teknik
perilaku
prososial
Alat ukur kepribadian tipe A dan
Pengambilan B
penelitian dilakukan dengan
menggunakan
dikatakan
disusun
berdasarkan
kerangka
Friedman&Rosenman (1974). Skala ini
incidental
sampling, dimana hanya subyek yang
terdiri
dijumpai saja dan yang memenuhi
diadaptasi dari skala Bortner oleh
kriteria
Ekalitani (2005). Alat ini juga telah
subjek
penelitian
yang
atas
14
aspek
yang
telah
digunakan sebagai sampel penelitian.
digunakan oleh Ekalitani (2005) dalam
Alat Ukur Penelitian
penelitiannya. Alternatif jawaban pada setiap aspek ada 2 item, dimana pada
Alat ukur penelitian ini disusun dalam bentuk angket. Alat ukur dalam
skor
penelitian ini ada 2, yakni
kepribadian tipe A jika skor total item
skala
ukur
prososial
subyek
digolongkan
yang mencerminkan tipe A lebih besar
prososial dan skala tipe kepribadian. Alat
total
dari skor total item tipe B, begitu juga
disusun
berdasarkan 5 aspek perilaku prososial
sebaliknya.
menurut Mussen (1989). Skala ini terdiri
seimbang antara tipe A dan tipe B tidak
32
Sedangkan
skor
yang
bergerak antara 0.3552-0.4557
digunakan dalam penelitian. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
dan koefisien reliabilitas 0.6652.
Alat Ukur
Berdasarkan hasil uji validit dan
Validitas dan reliabilitas masing-
reliabilitas tersebut menunjukkan
masing alat ukur dihitung menggunakan
28 item dalam skala tersebut
koefisien korelasi Pearson dengan data
cukup
sebagai berikut:
mengungkap
A.
mahasiswa (Baskorowati, 1987,
Skala Prososial Validitas
alat
prososial
ini
0.268-0.768 reliabilitas
B.
ukur
dengan
antara
pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
koefisien
sebesar
prososial
h.68).
perilaku
bergerak
dapat diandalkan untuk
Analisis data dilakukan secara
0.898.
kuantitatif. Untuk mengetahui peranan
Berdasarkan hasil uji validitas
jenis kelamin dan tipe kepribadian
dan reliabiltas dari 30 item skala,
terhadap
terdapat 5 item yang tidak valid,
digunakan teknik analisis varians dua
sehingga tersisa 25 item yang
jalur. Sedangkan untuk mengetahui
digunakan untuk penelitian.
perbedaan antara dua kelompok subyek
Skala Tipe Kepribadian Validitas
akan
Alat ukur tipe kepribadian ini
33
perilaku
prososial
digunakan
akan
t-test.
HASIL Tabel 1 . Perbedaan Perilaku Prososial berdasarkan Jenis Kelamin dan Tipe Kepribadian Berdasarkan Hasil t-test untuk Perilaku Prososial Type III Sum of Squares .321 343.778
Source df Mean Square tipe_kepribadian 1 .321 jenis_kelamin 1 343.778 tipe_kepribadian 54.321 1 54.321 * jenis_kelamin Signifikan pada level of significance 0.05
F .006 6.144
Sig. .940 .017
.971
.330
Tabel 2 . Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil Uji Independent Sample t-test untuk Perilaku Prososial
Perilaku Prososial
Levene’s Test F Sig 1.702 0.198
t -2.545
t-test df Sig (2-tailed) 48 0.014
Signifikan pada level of significance 0.05
Tabel 3 . Perbedaan Tipe Kepribadian Berdasarkan Hasil Uji Independent Sample t-test untuk Perilaku Prososial
Perilaku Prososial
Levene’s Test F Sig 0.378 0.541
Signifikan pada level of significance 0.05
34
t 0.055
t-test df Sig (2-tailed) 48 0.957
PEMBAHASAN Perilaku oleh
prososial
berbagai
menyumbang pada kenyataan bahwa
dipengaruhi
macam
identitas jenis kelamin terjadi melalui
faktor,
diantaranya yakni faktor jenis kelamin
norma-norma
sosial
yaitu
melalui
dan tipe kepribadian.
konsep baik dan tidak baik pada lakilaki dan perempuan. Norma- norma
Berdasarkan hasil penelitian yang ada didapat kesimpulan bahwa terdapat
sosial
pengaruh jenis kelamin yang signifikan
mengajarkan bahwa perempuan harus
terhadap perilaku prososial, sedangkan
berbudi halus dibandingkan laki-laki
pada tipe kepribadian tidak berpengaruh
(Simanjutak,
terhadap perilaku prososial.
dalam hal ini mempengaruhi perilaku
Hasil bahwa signifikan
penelitian
terdapat antara
laki-laki
sebagai
1984,
orang
h.88),
timur
sehingga
seseorang, termasuk perilaku prososial.
menunjukkan
perbedaan
kita
yang
Selain itu perbedaan ini didukung
dan
akibat masih kuatnya tuntutan peran
perempuan, dimana perempuan lebih
jender
prososial
laki-laki.
terhadap
terhadap
Menurut Ahlgren, dkk anak laki-laki
dibandingkan
Pengaruh
jenis
kelamin
perilaku
prososial
dapat
yang
seringkali
dijelaskan
ada
pada
masyarakat
laki- laki dan perempuan.
mendapat
reward
untuk
melalui aspek biologis, sosiologis, dan
berkompetisi dan meningkatkan sikap
psikologis. Hal ini sesuai dengan yang
kompetitif, sedangkan anak perempuan
diungkapkan oleh Monks (1988, h.231)
lebih sering mendapat reward untuk
yang menyatakan bahwa proses-proses
bekerjasama,
belajar
berkompetisi. Menurut Eisenberg, ada
sosial
sejak
awal
telah
35
serta
dilarang
untuk
tidaknya perbedaan perilaku menolong
kepribadiannya atau tidak. Bagi tipe
antara laki-laki dan perempuan sangat
kepribadian
tergantung
dari
bentuk
perilaku
dibutuhkan
prososial
yang
ingin
dilihat
membutuhkan kompetensi, kecepatan,
2007,
dan ketepatan yang dapat membuat
(Tambunan&Retnaningsih, h.128).
A,
pada
faktor
tipe
bantuan
bersifat
individu
Sedangkan
jika
darurat,
tersebut
penghargaan,
yang
mendapat
mungkin
dapat
kepribadian didapati hasil bahwa tidak
menimbulkan adanya dorongan untuk
ada perbedaan perilaku prososial antara
melakukan
tipe kepribadian A dan tipe kepribadian
sedangkan bagi individu dengan tipe
B. Ciri kepribadian tertentu mendorong
kepribadian B perilaku prososial akan
seseorang
muncul
untuk
memberikan
perilaku
secara
intens
menolong,
jika
sifat
pertolongan dalam beberapa jenis situasi
bantuannya tidak mengharuskan untuk
dan tidak dalam situasi yang lain (Sears,
terburu-buru, tidak berhubungan dengan
1994, h.61-71). Apabila dikaitkan antara
agresifitas,
teori tipe kepribadian A dan B dengan
merasa rileks untuk menolong.
teori tentang sifat dan kepribadian yang mempengaruhi
perilaku
dan
dapat
membuatnya
Skala prososial yang digunakan
prososial,
penelitan dalam penelitian ini mencakup
ditemukan bahwa individu memutuskan
keseluruhan bentuk perilaku menolong
untuk menolong atau tidak ditentukan
berdasarkan
juga dari kondisi situasi dan jenis
membutuhkan
bantuan yang dibutuhkan apakah itu
penghargaan maupun yang sifatnya
sesuai
santai dan tidak membutuhkan prestasi.
dengan
karakteristik
36
5
aspek
baik
kompetisi
yang dan
Kelemahan dari penelitian ini
tinggi
daripada
perilaku
prososial
adalah terjadinya social desirability,
mahasiswa laki-laki. Sedangkan pada
yakni jawaban subyek cenderung sesuai
perbedaan tipe kepribadian A dan B
dengan
tidak berpengaruh terhadap perilaku
norma-norma
yang
berlaku
dalam masyarakat, sehingga tidak sesuai
prososial mahasiswa.
dengan keadaan dirinya serta adanya
Berdasarkan hasil penelitian ini
subjektifitas peneliti dalam menentukan
dapat
item skala penelitian, sehingga hal ini
selanjutnya agar:
memungkinkan timbulnya bias persepsi
A.
disarankan
Bagi
kepada
mahasiswa,
peneliti
disarankan
pada subyek penelitian, sehingga hasil
untuk mempertahankan perilaku
penelitian mungkin menjadi kurang
prososialnya,
optimal.
prososial tidak hanya berbentuk
KESIMPULAN DAN SARAN
perilaku
dimana
menolong
meliputi aspek
Berdasarkan hasil analisis data
perilaku
juga
tapi
lainnya yakni
dan pembahasan yang telah dilakukan,
peduli, berbagi, kejujuran, dan
dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
mau bekerjasama dengan teman-
ada perbedaan perilaku prososial pada
teman maupun aktif mengikuti
mahasiswa berdasarkan jenis kelamin
kegiatan organisasi di kampusnya.
dan
tipe
kepribadian.
Pada
B.
jenis
Bagi
peneliti
selanjutnya
kelamin, ditemukan perbedaan yang
disarankan agar memperhatikan
signifikan antara mahasiswa laki-laki
kelemahan dalam penelitian yang
dan
telah
perempuan,
dimana
perilaku
dilakukan,
yakni
penggunaan alat ukur yang lebih
prososial mahasiswa perempuan lebih
37
dapat mencerminkan karakteristik
Secara
yang ingin diteliti, serta faktor
PT.Gramedia.
lain yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan
bagi
Seksual.
Jakarta:
Dagun, S.M. 1992. Maskulin dan
penelitian
Feminim:
Perbedaan
Pria
selanjutnya, misalnya faktor pola
Wanita
asuh dan kecerdasan emosional.
Psikologi, Seksual, Karier, dan
dalam
Fisiologi,
DAFTAR PUSTAKA
Masa Depan. Jakarta: Rineka
Arwanti, C. 1996. Perilaku Prososial
Cipta. Ekalitani,
Remaja Ditinjau dari Pola Asuh
Yuria.
2005.
Prestasi
pada
Agen
Asuransi
Orang Tua. Skripsi. Semarang:
Kerja
Fakultas
Psikologi
ditinjau
Katolik
Soegijapranata
Universitas
dari
Negosisasi&Tipe
(tidak
Skripsi.
diterbitkan).
Kepribadian.
Semarang:
Psikologi
Baskorowati, E. 1987. Studi Perbedaan
Gaya
Universitas
Fakultas Katolik
Tingkat Stress Kerja, Prestasi
Soegijapranata (tidak diterbitkan).
Kerja dan Kepuasan Kerja pada
Erickson, E.H. 1968. Childhood and
Kepribadian Tipe A dan Tipe B
Society. New York: WW Norton
pada karyawan menengah PT.
Company, Inc.
Perkebunan
XXI-XXII
Fromm,
dan
E.
1987.
Memiliki
dan
XXIV-XXV (persero) di
Menjadi: Tentang Dua Modus
Surabaya.
Eksistensi. Jakarta: LP3ES.
Jurnal
Psikologi.
Heranari,
No.1. (5-10).
H.
Prososial
Budiman, A. 1985. Pembagian Kerja
38
1999. Remaja
Perilaku yang
Bertempat Tinggal di Rumah Susun
ditinjau
dari
Sarwono, S.W. 2009. Psikologi Sosial.
Taraf
Jakarta: Salemba Humanika.
Kesesakan dan Jenis Kelamin. Skripsi.
Semarang:
Psikologi
Sears, D.O., dkk. 1994. Psikologi
Fakultas
Sosial: Jilid 2. Alih Bahasa:
UniversitasKatolik
Michael
Soegijapranata (tidak
Jakarta:Erlangga.
diterbitkan). Kamus
Besar
Simanjutak, Bahasa
Adryanto.
Indonesia.
B.
1984.
Psikologi
Remaja. Bandung: Tarsito.
1989. Jakarta: Balai Pustaka.
Smett, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Mahmud, H.R. 2003. Hubungan Antara
Jakarta: PT Gramedia Widia
Gaya Pengasuhan Orang Tua
Sarana
dengan Tingkah Laku Prososial
Indonesia.Soelaiman,
M.1996.
Anak. Jurnal Psikologi. Vol.11,
Dinamika Mayarakat Transisi.
No.1, Maret 2003 (1-10).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mussen, P.H. 1989. Perkembangan dan
Tambunan, S.M. dan Retnaningsih.
Kepribadian Anak. Alih Bahasa:
2007.
Budiyanto.F.X., Widiyanto E.,
Attachment, Usia, dan Jender
Gayati A. Jakarta:Arcan. Edisi
pada Perilaku Prososial. Jurnal
Enam.
Penelitian
Peck, J.C 1991.Wanita dan Keluarga: Kepenuhan Perkawinan
Jati
Diri
dan
Peran
Psikologi.
Kualitas
Vol.12,
No.1, Juni 2007 (120-129).
dalam
Tarmudji.
Keluarga.
1991.
Aspek
Dasar
Kehidupan Sosial. Yogyakarta:
Yogyakarta: Kanisius.
Liberty.
39