PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP REMAJA

Download perkembangan bervariasi untuk setiap anak, termasuk untuk keberfungsian semua dimensi perkembangan dalam diri anak. Keragaman individual pa...

0 downloads 462 Views 327KB Size
PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP REMAJA Zuldafrial

Abstrak Perkembanagan intelektual dalam kehidupan seseorang anak remaja harus diimbangi dengan nilai, moral serta akhlak yang baik. Anak yang tidak memiliki hubungan harmonis dengan orang tuanya di masa kecil kemungkinan besar tidak akan mampu mengembangkan superego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar norma sosial. Kemandirian serta kematangan moral selalu mengedepankan dalam setiap tingkah laku dalam setiap kehidupan. Kemampuan yang ada dalam hidup seseorang anak menjadikan diri bisa memiliki akhlak serta sikap secara baik kedepannya.

Kata Kunci: Nilai, Moral, Remaja A. Pengertian Nilai, Moral Dan Sikap

selalu mudah ditanggapi, kecuali diduga

Antara pengetahuan dan tindakan ternyata

tidak

positif.

Proses

perkembangan

selalu

terjadi

korelasi

pertumbuhan pengetahuan

dapat

bentuk sikap dan tingkah lakumerupakan proses kewajiban yang bersifat musikal. Seorang individu yang waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata tidak selalu karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatan itu tercela, atau tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial. Berbuat sesuatu secara fisik adalah bentuk tingkah laku yang mudah di lihat dan diukur. Akan tetapi, didalamnya tercakup juga sikap mental yang tidak

sikap

mental

tersebut. Nilai-nilai adalah patokan-patokan

dan menu

menggambarkan

yang

berlaku

dalam

kehidupan

masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna,1988:50) sopansantun,

adat kebiasaan, dan nilai-nilai

yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang menjadi pegangan seluruh warga negara indonesia. Jadi, nilai adalah ukuran baik-buruk, benarsalah,

boleh-tidak

boleh,

indah-tidak

indah suatu prilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat.

﴾ 29 ﴿

Oleh

kerna

itu,

nilai

mendasari sikap dan prilaku seseorang dalam kehidupan di masyarakat.

Perkembangan anak berlangsung dalam sebuah tahapan yang relatif teratur

Moral adalah ajaran tentang baik-

di

mana

kemampuan-kemampuan,

buruk suatu perbuatan dan kelakuan,

keterampilan-keterampilan,

akhlak,

pengetahuan-pengetahuan

kewajiban,

(Purwadarminto:

dan

sebagainya

1950: 957). Dalam

dan lanjut

anak

terbangun atas kemampuan-kemampuan,

moral diatur segala perbuatan yang dinilai

keterampilan-keterampilan,

dan

baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu

pengetahuan-pengetahuan

anak

perbuatan yang dinilai tidak baik dan

sebelumnya. Riset-riset perkembangan

perlu dihindari. Moral berkaitan dengan

manusia menunjukkan bahwa tahapan-

kemampuan

untuk

tahapan pertumbuhan dan perubahan

yang

anak usia 9 tahun pertama rentang

seseorang

membedakan

antara

perbuatan

benar dan yang salah. Dengan demikian,

kehidupan

moral juga mendasari dan mengendalikan

diprediksikan tahapannya (Piaget 1952;

seseorang dalam bersikap dan bertingkah

Erikson 1963; Dyson & Genishi 1993;

laku.

Gallahue 1993; Case & Okamoto 1996). Sebagai

stabil

dan

dapat

misalnya,

Perubahan-perubahan yang dapat

kesadaran akan adanya hubungan antar

diramalkan ini terjadi pada semua bagian

semua

perkembangan-fisik,

emosi,

bermanfaat untuk perencanaan kurikulum

bahasa,

dan

kognitif-meskipun

untuk berbagai kelompok usia anak.

bagaimana

perubahan-perubahan

Kurikulum untuk bayi, anak-anak yang

mewujud dan makna yang dilekatkan

baru belajar berjalan dan anak usia

pada

prasekolah hampir dipastikan digerakan

bervariasi menurut kontek budaya.

oleh

pendidik,

relatif

bagian

perkembangan

kebutuhan

untuk

ini,

mendukung

perubahan

tersebut

Pengetahuan

sosial,

ini

mungkin

mengenai

perkembangan yang sehat pada semua

perkembangan yang khas untuk setiap

bagian diri anak. Sementara untuk anak-

rentang

anak usia sekolah dasar perencanaan

orangtua

kurikulum

usaha-

mempersiapkan lingkungan belajar dan

anak-anak

merencanakan tujuan-tujuan kurikulum

usaha

diarahkan

untuk

sebagai

membantu

usia

anak

atau

pendidik

untuk

pemahaman-

yang

pemahaman

yang

pengalaman belajar yang tepat menurut

dapat

diaplikasikan pada mata pelajaran yang

perkembangan anak.

dipelajari.

﴾ 30 ﴿

dan

para

mengembangkan konseptual

reaslistik

membantu

pengalaman-

Perolehan

perkembangan

secara individual sesuai dengan keunikan

bervariasi untuk setiap anak, termasuk

masing-masing

untuk

dengan

keberfungsian

perkembangan

semua diri

tidaklah

“individualisme.”

sama Alih-alih

anak.

demikian, pengakuan ini menuntut kita

Keragaman individual paling tidak dalam

untuk tidak menganggap anak hanya

dua

sebagai

makna:

dalam

dimensi

anak

keragaman

dari

rata-

anggota

kelompok

usia,

rata/normatif arah perkembangan dan

kemudian mengharapkan mereka untuk

keunikan setiap anak sebagai individu

menampilkan tugas-tugas perkembangan

(Sroufe, Cooper, & DeHart 1992).

kelompok

Setiap

anak

adalah

seorang

usia

mempertimbangkan

pribadi unik dengan pola dan waktu

kemampuan

pertumbuhan

anak.

bersifat

individual,

tersebut

sebagaimana halnya untuk kepribadian,

keragaman

adaptasi

Memiliki

tanpa

setiap

individu

pengharapan

tinggi

temperamen, gaya belajar, latar belakang

terhadap anak adalah penting, tetapi

dan pengalaman keluarga. Semua anak

memiliki

memiliki kelebihan, kebutuhan-kebutuhan,

menurut

dan

masing-masing;

mencerminkan kenyataan yang terjadi

sejumlah mungkin memiliki kebutuhan

bahwa adanya perbedaan yang nyata

belajar dan perkembangan yang khusus.

dalam

Pemahaman tentang keragaman yang

individual anak dalam tahun-tahun awal

luas

usia

kehidupan. Harapan norma kelompok

kronologis (usia yang dihitung sejak anak

dapat memberi dampak yang sangat

lahir)

hendaknya

merusak

kesadaran

dengan kebutuhan perkembangan dan

minat-minat

bahkan

pada

yang

mengantarkan bahwa

usia

gambaran

anak-anak

sama, kita

pada

anak kasar

hanyalah untuk

sebuah

kemasakan

norma

kaku

kelompok

perkembangan

terutama

yang

dan

untuk

tidak

belajar

anak-anak

belajar yang khusus (NEGP 1991; Mallory 1992; Wolery, Strain, & Bailey 1992).

perkembangan anak. Pengakuan

harapan-harapan

Pengalaman-pengalaman bahwa

keragaman

memberikan

pengaruh

kumulatif

juga dihargai menuntut kita sebagai orang

perkembangan anak; ada periode-periode

dewasa ketika berinteraksi dengan anak-

optimal untuk jenis-jenis perkembangan

anak

dan

tepat masing.

dengan

mereka

keunikannya

Penekanan

secara masing-

perlakuan

anak

belajar

tertunda

bersifat

individual bukan hanya diharapkan tapi

memperlakukan

maupun

yang

awal

tertentu.

terhadap

Pengalaman-

pengalaman awal anak, baik positif atau negatif,

﴾ 31 ﴿

bersifat kumulatif

dalam

arti

bahwa jika sebuah pengalaman frekuensi

secara

kejadiannya jarang, maka hal tersebut

komunikasi yang baik. Demikian juga,

juga memiliki pengaruh minimal. Jika

ketika anak-anak memiliki atau tidak

pengalaman-pengalaman

memiliki pengalaman literasi sejak dini,

positif

atau

teratur,

memiliki

negatif sering terjadi, mereka memberikan

seperti

dampak yang sangat kuat, lama, dan

keberhasilan mereka selanjutnya dalam

bahkan memiliki dampak seperti bola

belajar membaca sangat dipengaruhi oleh

salju (Katz & Chard 1989; Kostelnik,

hal

Soderman, & Whiren 1993; Wieder &

meyakinkan adalah hasil-hasil penelitian

Greenspan 1993).

yang menunjukkan bahwa pengalaman-

Sebagai

tersebut.

secara

Mungkin

teratur,

yang

paling

pengalaman

pengalaman sosial dan sensorik motorik

seorang anak prasekolah bersama anak-

selama tiga tahun pertama kehidupan

anak

secara

dalam

membantu

contoh,

dibacakan

kemampuan

tahun-tahun dia

prasekolah

mengembangkan

keterampilan-keterampilan

sosial

langsung

mempengaruhi

perkembangan neurologis otak, dengan

dan

implikasi-implikasi penting dan menetap

kepercayaan diri yang memungkinkan dia

terhadap kapasitas-kapasitas anak untuk

memiliki

belajar (Dana Alliance for Brain Initiatives

teman-teman/persahabatan

dalam tahun-tahun pertama sekolah dan

1996).

pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menguatkan

kompetensi

sosialnya.

Pengalaman-pengalaman

juga dapat memberi pengaruh yang

Sebaliknya, anak-anak yang gagal untuk

bersifat

mengembangkan

negatif,

minimal

dan

kompetensi

diabaikan

atau

sosial ditolak

awal

menunda,

baik

terhadap

positif

atau

perkembangan

selanjutnya. Sejumlah bukti menyarankan

teman-teman sebayanya memiliki resiko

bahwa

tinggi untuk drop out sekolah, menjadi

ekstrinsik (dari luar) seperti permen atau

anak-anak

dan

uang untuk membentuk perilaku anak,

menunjukkan permasalahan kesehatan

merupakan sebuah strategi yang efektif

mental ketika mereka dewasa (Asher,

dalam

Hymel, & Renshaw, 1984; Parker & Asher

motivasi intrinsik (dari dalam) lebih efektif

1987).

untuk membentuk perilaku dalam jangka

dan

Pola-pola

remaja

yang

nakal,

sama

dapat

mengandalkan

jangka

panjang

(Dweck

pendek,

1986;

penguatan

sementara

Kohn

1993).

diamati pada bayi-bayi yang menangis

Sebagai contoh, memberi uang kepada

dan menunjukkan usaha-usaha sejenis

anak

dalam berkomunikasi yang ditanggapi

panjang merusak keinginan anak untuk

﴾ 32 ﴿

untuk membaca dalam

jangka

membaca

sebagai

kesenangan

dan

budaya.

untuk menguasai kompetensi fisik dan menunjukkan

Pada

dimensi

tertentu

dalam

rentangan kehidupan, beberapa bentuk

Sebagai

aktivitas olahraga tingkat lanjut. berjalan

dalam

arah yang dapat diprediksikan menuju

periode

sebuah kondisi yang lebih kompleks, lebih

perkembangan

terorganisasi, dan lebih terinternalisasi.

bahasa verbal (Kuhl 1994). Meskipun

Belajar selama periode anak usia dini

keterlambatan-keterlambatan

berlangsung

paling

kehidupan optimal

perkembangan

tiga

Perkembangan

tahun

pertama

contoh,

ketika

mencoba berpartisipasi dalam aktivitas-

perkembangan dan belajar terjadi sangat optimal.

keterlambatan

menjadi

untuk

bahasa,

dalam

baik

karena

kerusakan fisik atau lingkungan, dapat

tersebut.

pertimbangan-pertimbangan Demikian

juga,

pengetahuan

yang

berbentuk perilaku menuju pengetahuan yang berbentuk simbolik (Bruner 1983).

diperbaiki kemudian, penanganan sejenis menuntut

dari

Sebagai contoh, anak-anak belajar untuk mengenali rumah mereka dan

tahun-tahun

tempat-tempat lain yang mereka kenal

prasekolah tampaknya menjadi periode

lebih dahulu sebelum mereka dapat

optimal

untuk

motorik

memahami kata-kata kiri dan kanan atau

yang

mendasar

karenanya

membaca peta sebuah rumah. Program-

motorik

program yang tepat menurut tahapan

perkembangan dan

keterampilan-keterampilan

mendasar lebih mudah dan lebih efisien

perkembangan

dicapai pada periode usia ini (Gallahue

kesempatan kepada anak-anak untuk

1995).

memperluas

dan

Anak-anak yang memiliki banyak

pengetahuan

mereka

kesempatan dan dukungan orang dewasa

pengetahuan

untuk

sebuah

mempraktekkan

keterampilan

motorik

keterampilanbesar

(berlari,

bervariasi

menyediakan

dengan

pengalaman dan

banyak

memperdalam yang

bersifat

menyediakan langsung

membantu

yang

anak-anak

melompat, melempar, dll) selama periode

menguasai pengetahuan yang bersifat

ini memiliki keuntungan kumulatif menjadi

simbolik

lebih baik dan mampu dalam menguasai

pengalaman-pengalaman mereka dalam

keterampilan-keterampilan motorik yang

media

lebih

tahun-tahun

menggambar, melukis, menyusun model,

berikutnya. Sebaliknya, anak-anak yang

bermain drama, deskripsi-deskripsi verbal

memiliki

dan tertulisa (Katz1995).

kompleks

pada

pengalaman

awal

terbatas

kemungkinan besar mengalami kesulitan

﴾ 33 ﴿

melalui

yang

representasi

beragam

seperti

Bahkan setiap anak yang masih kecil

mampu

untuk

kongsepnya tentang Superego. Superego

menggunakan

dalam teori freud merupakan bagian dari

beragam media untuk merepresentasikan

jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan

konsep-konsep

pemahaman

tingkah

Lebih

melalui

lanjut,

mereka.

representasi

pengetahuan mereka, pengetahuan itu sendiri

menjadi

meningkat

laku

bertentangan

(Edwards,

Adapun Gerungan,

1993;Forman

sebagai

Representasi

dengan nilai-nilai

masyarakat.

Gandini, & Forman 1993; Malaguzzi 1994).

(ego) sehingga tidak

sikap

Secara umum

menurut diartikan

kesedian bereaksi individu

modalitas sensori (baca panca indera)

terhadap sesuatu. Sikap ini berkaitan

dan media juga bervariasi menurut usia

dengan motif dan mendasari tingkah laju

anak. Sebagai contoh, kebanyakan bayi

seseorang. Tingkah laku yang dapat

dan anak yang baru belajar berjalan

terjadi dan akan diperbuat seseorang

kebanyakan

menggunakan

dapat diramal jika diketahui sikapnya.

panca indera dan motorik, tetapi anak-

Sikap belum merupakan suatu tindakan,

anak usia 2 tahun menggunakan satu

tetapi baru

benda melakukan satu hal dalam bermain

Jadi, sipat merupakan kesiapan untuk

(sebuah kotak untuk menelepon atau

beraaksi terhadap

menggunakan sendok sebagai gitar).

hasil

belajarnya

merupakan kecebrungan.

suatu objek sebagai

penghayatan

terhadap

objek

Dalam kaitannya dengan nilai,

tertentu. Dengan kata lain, nilai perlu di

moral merupakan kontrol dalam bersikap

kenal kan terlebih dahulu, kemudian

dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-

dihayati dan didorong oleh moral, baru

nilai hidup yang di maksud. Misalnya

akan terbentuk

dalam pengamalan nilai tenggang rasa,

akhirnya terwujud perilaku sesuai dengan

dalam prilakunya seseorang akan selalu

nilai-nilai yang dimaksud.

memerhatiakn sehingga

perasaan

tidak

berbuat

orang

sikap tertentu dan

lain,

sekhendak

hatinya. Nilai-nilai kehidupan menyangkut

B. Karakteristik Nilai, Moral Dan Sikap Remaja

persoalan baik dan buruk, sehingga berkaitan dengan moral.

Sejauh

mana

yang telah dicontohkan kepada mereka ?

tidak membedakan antara moral,norma,

Salah satu tugas

dan nilai (Sarlito,1991:91). Semua konsep

harus

itu

mempelajari

Freud

dapat

mengamalkan nilai-nilai yang anutnya dan

Dalam hal ini aliran psikoanalisis

menurut

remaja

menyatu

dalam

﴾ 34 ﴿

dilakukan

perkembangan yang remaja

adalah

apa yang diharapkan oleh

kelompok dari masyarakatnya. Remaja

pertimbangan moral menjadi semakin

diharapkan

memadai terhadap dilema moral. Tahap-

moral

mengganti yang

konsep-konsep

berlaku

merumuskannya

dan

tahap yang lebih rendah dilampaui dan

kedalam kode moral

diintergrasikan kembali oleh tahap yang

yang akan berfungsi

umu

sebagai pedoman

perilakunya.

pribadi yang berbeda pada tahap moral

Michael perubahan

lebih tinggi. Reintegrasim ini berati bahwa

mengemukakan

dasar

moral

yang

lima harus

yang lebih tinggi, mengerti pribadi pada moral yang lebih rendah.

dilakukan oleh remaja, yaitu sebagai

Selanjutnya,

penelitian

lintas

berikut.

budaya yang dilakukan di Turki, Israel,

a. Pandangan moral individu makin lama

Kanada, Inggris, Malaysia, Taiwan, dan

menjadi lebih abstrak.

Meksiko memberikan kesan kuat bahwa

b. Keyakinan moral lebih berpusat pada

urutan tahap yang tetap dan tidak dapat

apa yang benar dan yang kurang pada

dibalik itu juga bersifat universal, yakni

apayang salah.

berlaku untuk semua orang dalam priode

c. Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong

remaja

mengambil berbagai

untuk

kepurusan masalah

berani terhadap

moral

yang

dihadapinya. d. Penilaian

historis atau kebudayaan apa pun. Menurut

Kohlbrg,

penelitian

empirisnya memperhatikan bahwa tidak setiap individu akan mencapai tahap tertinggi, melainkan hanya minoritas saja,

moral

secara

psikologis

yaitu hanya

5 sampai 10 % dari

menjadi lebih mahal dalam arti bahwa

seluruh penduduk, bahkan angka ini pun

penilaian

masih diragukan kemudian. Diakuinya

moral

menimbulkan

ketegabgab emosi.

pula bahwa

untuk sementara waktu,

Hubungan antara tahap-tahap

orang dapat jatuh kembali pada tahap

tersebut bersifat hierarkis, yaitu tiap tahap

moral yang lebih rendah, yang disebut

berikutnya

sebagai “regresi fungsional”.

berlandaskan

tahap-tahap

sebelumnya, yang lebih terdiferensiasi

Perkembangan dan belajar terjadi

dan operasi-operasinya terintegrasi dalam

dalam dan dipengaruhi oleh kontek social

struktur baru. Oleh karena itu, rangkaian

cultural yang majemuk. Bronfenbrenner

tahapmembentuk

(1979, 1989, 1993) menyediakan sebuah

suatu

urutan

dari

struktur yang semakin di beda-bedakan

model

dan

memenuhi

perkembangan manusia. Bronfenbrenner

fungsi yang sama, yakni menciptakan

menjelaskan bahwa perkembangan anak

diintegrasikan

untuk

﴾ 35 ﴿

ekologis

untuk

memahami

paling

baik

dipahami

kontek-kontek

social

keluarga, setting pendidikan, komunitas,

perkembangan

anak

dan masyarakat yang lebih luas. Kontek-

konfigurasi-konfigurasi

kontek yang beragam ini berhubungan

(1994, 220). Guru-guru anak usia dini

satu sama lain dan semuanya memiliki

perlu memahami pengaruh kontek-kontek

pengaruh terhadap anak yang sedang

sosiokultural dalam belajar, mengenali

berkembang. Sebagai contoh, bahkan

kompetensi yang sedang berkembang

seorang anak diasuh dalam keluarga

pada anak-anak, dan menerima sebuah

yang

cara yang beragam pada anak-anak

mencintai

dan

dalam

kontek

mendukungnya,

membentuk ke yang

berbeda”

komunitas yang sehat dipengaruhi oleh

untuk

bias-bias masyarakat yang lebih luas,

pencapaian perkembangan yang mereka

seperti

dan

peroleh (Vygotsky 1978; Wertsch 1985;

kemungkinan memperlihatkan pengaruh

Forman, Minick, & Stone 1993; New

negatif

1993, 1994; Bowman & Stott 1994;

rasisme

dari

atau

seksisme,

stereotif

negative

dan

diskriminasi.

mengekspresikan

dalam

pencapaian-

Mallory & New 1994a; Phillips 1994;

Kultur

merupakan

pola-pola

Bruner 1996; Wardle 1996).

keyakinan dan perilaku, baik eksplisit dan

Para

guru

seharusnya

implisit, yang diwariskan kepada generasi

mempelajari budaya dari mayoritas anak

penerusnya

atau

didik terutama budaya mereka memiliki

kelompok social, kelompok religi, atau

budaya yang berbeda dengan peserta

kelompok etnis di mana mereka tinggal.

didiknya. Meskipun demikian, mengakui

Karena

bahwa

dalam

oleh

kultur

masyarakat

seringkali

kontek

didiskusikan

dan

belajar

atau

dipengaruhi oleh kontek-kontek social dan

multikulturalisme, orang seringkali gagal

cultural bukan berarti menuntut para guru

untuk mengenali peran dominan yang

untuk memahami semua nuansa setiap

yang

dalam

budaya

semua

praktek-praktek mereka; hal ini akan

anak-anak. Setiap budaya menstruktur

menjadi tugas yang tidak mungkin. Lebih

dan

dari

dimainkan

mempengaruhi

memaknai

diversitas

perkembangan

budaya

perkembangan

perkembangan

dan

yang

itu,

mereka

pengakuan guru

dalam

fundamental

membuat

Tobin, Wu, & Davidson 1989; Rogoff et al.

kebutuhan untuk mengakui bagaimana

1993). Sebagaimana yang dikemukakan

pengalaman cultural yang mereka miliki

Bowman, “aturan-aturan perkembangan

membentuk perspektif mereka dan untuk

adalah sama untuk semua anak, tetapi

menyadari

bahwa

peka

ini

perilaku anak (Edwards & Gandini 1989;

﴾ 36 ﴿

para

temui

terhadap

perspektif

yang

majemuk harus dipertimbangkan dalam

dunia yang ada di sekitar mereka. Anak-

keputusan-keputusan

anak

tentang

perkembangan dan belajar anak-anak.

memiliki

kontribusi

perkembangan

Anak-anak mampu belajar untuk

sendiri

dan

terhadap

belajar

mereka

halnya

mereka

sebagaimana

berfungsi di dalam lebih satu kontek

berusaha

budaya

pengalaman-pengalaman harian mereka

secara

simultan.

Meskipun

untuk

demikian, jika para guru menetapkan

di

ekspektasi-ekspektasi yang rendah untuk

komunitas. Prinsip-prinsip dari praktek

anak-anak

yang

berdasarkan

budaya

dan

rumah,

menanggapi

program

sesuai

usia

dini

dengan

dan

tahapan

bahasa rumah mereka, anak-anak tidak

perkembangan didasarkan pada teori-

dapat berkembang dan belajar secara

teori dominan yang memandang bahwa

optimal.

seharusnya

perkembangan intelektual dari sebuah

merupakan sebuah proses yang memiliki

perspektif konstruktivis-interaktif (Dewey

nilai tambah. Sebagai contoh, anak-anak

1916;

yang bahasa utamanya bukan bahasa

DeVries & Kohlberg 1990; Rogoff1990;

Inggris seharusnya mampu untuk belajar

Gardner 1991; Kamii & Ewing 1996).

Pendidikan

Piaget

bahasa Inggris tanpa dipaksa untuk menyerah

pada

bahasa

ibu

mereka

1952;

Vygotsky

1978;

Sejak lahir, anak-anak secara aktif terlibat dalam menyusun pemahaman-

(NAEYC 1996a). Demikian juga, anak-

pemahan

anak yang terbiasa memakai bahasa

pengalaman-pengalaman

Inggris mendapatkan keuntungan dari

pemahaman-pemahaman ini dimediasi

belajar bahasa lainnya. Tujuannya adalah

oleh

bahwa

kepada kontek sosiokultural. Anak-anak

semua

anak

belajar

untuk

mereka

dan

secara

dan

pasti

secara keseluruhan dan bergerak secara

mengamati dan berpartisipasi dengan

nyaman di antara kelompok orang-orang

anak-anak

yang memiliki latarbelakang yang sama

termasuk

maupun berbeda.

orangtua dan para guru.

dan di

aktif

terhubungan

usia

adalah

secara

dari

berfungsi dengan baik dalam masyarakat

Anak-anak

dini

sendiri

orang

dalamnya

belajar

dari

dewasa

lain,

adalah

para

Anak-anak

pembelajar

membentuk hipotesis mereka sendiri dan

aktif, mengalami langsung pengalaman

membuktikannya melalui interaksi sosial,

fisik dan sosial sebagaimana halnya

manipulasi fisik, dan melalui proses-

pengetahuan yang ditransmisikan secara

proses

kultural untuk menyusun pemahaman-

mengamati

pemahaman

merefleksikan

mereka

sendiri

tentang

﴾ 37 ﴿

berpikir

mereka

apa dalam

yang

sendiri— terjadi,

temuan-temuan

mereka,

mengajukan

pertanyaan,

dan

jawaban-jawaban.

pertanyaan-

sosial, termasuk hal-hal penting yang

memformulasikan

secara kultural ditransmisikan agar anak-

Ketika

objek-objek,

anak berfungsi dengan baik di dunia ini.

peristiwa-peristiwa, dan orang-orang lain

Sebagai

menunjukkan hal yang berbeda dengan

progresif menyusun pemahaman mereka

model yang secara mental telah tersusun

atas berbagai symbol, akan tetapi yang

dalam diri anak, anak dipaksa untuk

mereka gunakan (seperti system alphabet

menyesuaikan model atau mengubah

atau numeric) merupakan sesuatu yang

struktur mental untuk mempertimbangkan

ditransmisikan

informasi baru. Selama masa usia dini,

orang-orang

anak-anak secara kontinyu memproses

mereka.

pengalaman-pengalaman membentuk

ulang,

baru

untuk

memperluas,

dan

contoh,

kepada dewasa

Dalam ini,

anak-anak

secara

mereka dalam

tahun-tahun

oleh

budaya

belakangan

diskusi-diskusi

mengenai

mereorganisasi struktur-struktur mental

perkembangan menjadi terpolarisasi (lihat

(Piaget 1952; Vygotsky 1978; Case &

Seifert 1993). Teori Piaget menekankan

Okamoto 1996). Ketika para guru dan

bahwa perkembangan struktur kognitif

orang dewasa menggunakan berbagai

tertentu merupakan prasyarat bagi belajar

strategi

anak-anak

(contoh perkembangan mempengaruhi

melakukan refleksi atas pengalaman-

belajar), sementara penelitian lainnya

pengalaman

telah

untuk

mendorong

mereka

melalui

sebuah

mendemonstrasikan

perencanaan, maka pengetahuan dan

pengajaran

pemahaman

spesifik

yang

diperoleh

menjadi

tentang

atau

bahwa

konsep-konsep

strategi-strategi

mendalam (Copple, Sigel, & Saunders

memfasilitasi

1984; Edwards, Gandini, & Forman 1993;

kognitif menjadi lebih matang (belajar

Stremmel & Fu 1993; Hohmann & Weikart

mempengaruhi perkembangan) (Vygotsky

1995).

1978; Gelman & Baillargeon 1983). Dalam

istilah

pernyataan

pengalaman

digunakan

dalam

termasuk

ekspose

pengetahuan

fisik,

fisik kontek

prinsip dan

belajar

Usaha-usaha

struktur

terkini

untuk

sosial

mengatasi dikotomi yang jelas ini (Seifert

luas

1993; Sameroff & McDonough 1994;

terhadap

Case & Okamoto 1996) mengakui bahwa

yang

anak

ini,

perkembangan

dapat

melalui

esensinya

kedua

perspektif

teoritis

pengalaman menggunakan benda-benda

tersebut adalah benar dalam menjelaskan

(mengamati bahwa bola yang dilempar ke

aspek-aspek

perkembangan

udara jatuh kembali), dan pengetahuan

selama

dini.

﴾ 38 ﴿

usia

Pengajaran

kognitif yang

strategis tentu saja dapat meningkatkan

Sebagai contoh, sebuah bawaan

belajar anak-anak. Dengan demikian,

genetik

pengajaran langsung kemungkinan besar

pertumbuhan yang sehat, tetapi nutrisi

tidak

yang tidak mencukupi dalam tahun-tahun

efektif

dan

gagal

jika

tidak

kemungkinan

memprediksi

disesuaikan dengan pengetahuan dan

awal

kapasitas-kapasitas kognitif anak dalam

terpenuhinya potensi tersebut. Disabilitas

setiap tahapan perkembangannya.

yang parah, baik disebabkan hereditas

Perkembangan

dan

belajar

atau

kehidupan

lingkungan,

kemungkinan

dapat

intervensi

yang

merupakan hasil interaksi antara maturasi

diperbaiki

biologis

dan

sistematik dan tepat. Demikian juga

maupun

sosial,

tinggal

di

lingkungan, di

baik

mana

dalamnya.

fisik

anak-anak Prinsip

ini

halnya,

melalui

mengganggu

seorang

temperamen

yang

anak

dengan

dibawanya-sebuah

menunjukkan bahwa manusia merupakan

kecenderungan

produk

dan

menanggapi situasi tertentu-membentuk

ini

dan dibentuk oleh bagaimana anak-anak

hereditas

lingkungan

dan

(biologis)

kedua

kekuatan

berhubungan satu sama lain.

lain

Para penganut behavioris (aliran

dan

psikologi

dalam

orang-orang

dewasa

berkomunikasi dengan anak tersebut

perilaku) memfokuskan pada pengaruh-

Bermain

merupakan

sebuah

pengaruh lingkungan sebagai penentu

instrumen penting bagi perkembangan

belajar,

sosial, emosional, dan kognitif anak-anak,

sementara

para

penganut

maturasionis (aliran kemasakan biologis)

juga

menekankan

perkembangan

mereka.

Memahami

bahwa

adalah

konstruktor-

karakteristik

pentingnya biologis

hereditas-

bawaan.

Setiap

sebagai

anak

sebuah

refleksi

atas

perspektif benar sampai tingkatan tertentu

konstruktor aktif atas pengetahuan yang

dan selebihnya keduanya tidak mampu

dimiliki dan bahwa perkembangan dan

untuk

atau

belajar sebagai hasil proses interaktif,

ini,

para guru anak usia dini mengakui bahwa

perkembangan dilihat sebagai hasil dari

bermain bagi anak merupakan sebuh

proses

kontek yang sangat mendukung untuk

menjelaskan

perkembangan.

belajar Sekarang

transaksional

yang

interaktif

antara individu yang sedang tumbuh dan

proses-proses

berkembang

pengalaman-

(Piaget 1952; Fein 1981; Bergen 1988;

pengalaman dalam lingkungan fisik dan

Smilansky & Shefatya 1990; Fromberg

sosial (Scarr & McCartney 1983; Plomin

1992; Berk & Winsler 1995).

dengan

1994a, b).

﴾ 39 ﴿

perkembangan

tersebut

Bermain

memberi

anak-anak

kesempatan-kesempatan

untuk

Ketika para guru menyediakan sebuah organisasi

tematik

untuk

bermain,

memahami dunia, berinteraksi dengan

menawarkan dukungan, ruang, dan waktu

orang lain dalam cara-cara yang secara

yang tepat, dan menjadi lebih terlibat

sosial diterima, mengekspresikan dan

dalam permainan dengan memperluas

mengontrol

dan

emosi-emosi,

mengembangkan simbolik

kapabilitas-kapabilitas

mereka.

memberi

dan

Permainan

orang-orang

mengelaborasi

gagasan

anak,

atas

maka

gagasan-

bahasa

dan

anak

keterampilan-keterampilan literasi anak

dewasa

dapat ditingkatkan (Levy, Schaefer, &

pencerahan-pencerahan

atas

Phelps

1986;

Schrader

1989,

1990;

perkembangan

dan

Morrow 1990;

Pramling

1991;

Levy,

anak-anak

kesempatan-kesempatan mendukung

untuk

pengembangan

strategi-

Wolfgang, & Koorland 1992). Selain mendukung

perkembangan

kognitif,

menyediakan

sejumlah

strategi baru. Vygotsky (1978) meyakini

bermain

bahwa

fungsi penting bagi perkembangan fisik,

bermain

perkembangan, permainan

mengarahkan

sebagai

contoh,

simbolik

dapat

juga

emosi, dan sosial anak-anak (Herron & Sutton-Smith

1971).

Anak-anal

mempromosikan perkembangan abilitas-

mengungkapkan dan merepresentasikan

abilitas representasi simbolik. Bermain

gagasan-gagasan,

menyediakan sebuah kontek bagi anak-

dan perasaan-perasaan mereka ketika

anak untuk mempraktekkan keterampilan-

terlibat dalam bermain simbolik. Selama

keterampilan yang baru dikuasai dan juga

bermain, seorang anak belajar untuk

berfungsi sebagai sudut pengembangan

mengatasi

kapasitas-kapasitas untuk menjalankan

dengan orang lain, untuk mengatasi

peran-peran sosial yang baru, mencoba

konflik-konflik, dan untuk mendapatkan

tugas-tugas

yang

perasaan kompeten. Melalui bermain,

memecahkan

anak-anak juga dapat mengembangkan

yang

menantang,

baru

dan

permasalahan

yang

atau

komplek

untuk

berinteraksi

imajinasi-imajinasi

dan

mungkin bisa atau tidak akan bisa mereka

kreativitas

Oleh

tangani (Mallory & New 1994).

inisiatif anak dan dukungan guru dalam

Penelitian pentingnya

permainan

yang

emosi,

pemikiran-pemikiran,

menunjukkan sosiodrama

mereka.

kreativitaskarena

itu,

bermain merupakan komponen esensial dalam

praktek

yang

sesuai

dengan

sebagai bagian dari kurikulum belajar

tahapan perkembangan anak (Fein &

untuk anak-anak usia 3 sampai 6 tahun.

Rivkin 1986).

﴾ 40 ﴿

Perkembangan dicapai

ketika

tingkat

lanjut

anak-anak

memiliki

kesempatan-kesempatan mempraktekkan keterampilan

untuk keterampilan-

yang

baru

dikuasai,

kontribusi

yang

perkembangan

signifikan

dengan

bagi

menyediakan

dukungan-dukungan yang memungkinkan anak

mampu

mengambil

langkah

selanjutnya.

sebagaimana juga mereka mengalami

Perkembangan

dan

belajar

sebuah tantangan dalam level di atas

merupakan proses-proses dinamik yang

penguasaan

menuntut

mereka

sekarang

ini.

orang-orang

dewasa

Penelitian-penelitian mendemonstrasikan

memahami dan mengamati anak-anak

bahwa anak-anak perlu untuk mampu

secara lebih dekat dan kontinum agar

menegosiasikan sebagian besar tugas-

sesuai dengan kurikulum dan mengajari

tugas

untuk

anak-anak

keteguhan

emergensi,

belajar

memelihara mereka

dengan

motivasi

(Lary

Dihadapkan

1990; pada

sukses dan

Brophy

1992).

minat-minat

kebutuhan-kebutuhan, mereka,

dan

dan

membantu

yang

anak-anak untuk maju lebih jauh dengan

berulang, kebanyakan anak-anak berhenti

memberi target pengalaman-pengalaman

untuk

pendidikan sampai pada level kapasitas-

mencoba.

kegagalan

kompetensi-kompetensi

Implikasinya

adalah

bahwa pada sebagian besar waktu para

kapasitas

guru seharusnya menyediakan anak-anak

sedang

berubah,

dengan tugas-tugas yang dengan usaha-

mereka

menjadi

usahanya mereka dapat menyelesaikan

frustasi. Manusia, terutama anak-anak,

dan

sangat dimotivasi untuk memahami apa

mempresentasikannya

sesuai

dengan tingkat pemahaman mereka.

kontinyu

situasi

dan

memang

sehingga

membuat

tertantang,

bukan

untuk menguasai sebagian besar apa

situasi-

yang mereka mampu lakukan (White

yang

1965; Vygotsky 1978). Prinsip belajar

untuk

adalah pertama-tama anak-anak dapat

bekerja pada tingkat kemampuan mereka

melakukan sesuatu dalam sebuah kontek

yang

&

suportif dan kemudian secara mandiri dan

Winsler 1995; Bodrova & Leong 1996).

berada dalam sebuah kontek yang lebih

Selanjutnya, dalam sebuah tugas yang

beragam. Rogoff (1990) menggambarkan

berada di atas jangkauan independensi

proses

anak, orang-orang dewasa dan teman

dewasa sebagai “partisipasi terbimbing”

sebaya yang lebih kompeten memberikan

untuk menekankan bahwa anak-anak

memberi

stimulasi-stimulasi

mereka

sedang

menghadapi

yang

yang sebagian besar mereka pahami dan

Pada saat yang sama anak-anak secara

anak-anak

kesempatan

berkembang

(Berk

﴾ 41 ﴿

belajar

yang

dibantu

orang

secara aktif berkolaborasi dengan orang

beragam

yang

lain untuk bergerak maju menuju sebuah

untuk

memahami

level pemahaman dan keterampilan yang

merepresentasikan pengetahuan mereka.

lebih kompleks.

Proses-proses

Anak-anak

menunjukkan

cara-

digunakan

anak-anak

dunia

dan

merepresentasikan

pemahaman yang mereka miliki, dengan

cara yang berbeda dalam mengetahui

bantuan

dan belajar, dan cara-cara yang berbeda

anak-anak memperdalam, memperbaiki,

dalam

yang

dan memperluas pemahaman mereka

waktu

(Copple, Sigel, & Saunders 1984; Forman

merepresentasikan

mereka

ketahui.

Pada

apa kurun

tertentu, para teoritisi belajar dan ahli

guru-guru,

dapat

membantu

1994; Katz 1995).

psikologi perkembangan telah mengakui

Prinsip modalitas yang beragam

bahwa manusia terlahir untuk memahami

memberi implikasi bahwa para guru

dunia dalam cara-cara yang beragam dan

seharusnya menyediakan bukan hanyak

bahwa setiap individu cenderung memiliki

kesempatan-kesempatan

setiap

preferensi atau model belajar tertentu.

secara

individual

menggunakan

Studi-studi perbedaan dalam modalitas

preferensi

model

belajar

yang

menjadi modal kekuatan mereka (Hale-

kontras antara pembelajar visual, auditori,

Benson 1986) tetapi juga kesempatan-

atau taktil. Sementara karya yang lain

kesempatan untuk membantu anak-anak

telah mengidentifikasi jenis pembelajar

mengembangkan

mandiri atau dependen (Witkin 1962).

yang

telah

menemukan

Gardner konsep manusia

ini

(1983)

dengan

paling

hal

memperluas

berteori

tidak

sebagai

intelegensi-intelegensi sadari

tidak

begitu

menonjol.

bahwa

Anak-anak

berkembang

dan

tujuh

belajar dengan sangat baik dalam kontek

“intelegensi.” Sebagai tambahan terhadap

sebuah komunitas di mana mereka aman

kecerdasan tradisional yang penting bagi

dan dihargai, kebutuhan-kebutuhan fisik

keberhasilan sekolah yaitu kecerdasan

mereka terpenuhi, dan mereka merasa

bahasa dan logika matematis, setiap

secara psikologis aman. Maslow(1954)

individu paling tidak memiliki kecerdasan

mengkonseptualisasikan sebuah hierarki

dalam

kebutuhan-kebutuhan

bidang-bidang

memiliki

mereka

belajarnya

anak

lain:

musikal,

dimana

belajar

spasial, kinestetik tubuh, intrapersonal

tidak mungkin terjadi kecuali kebutuhan-

dan

(1993)

kebutuhan fisiologis dan psikologis untuk

menggunakan metaphor “100 bahasa”

aman terpenuhi lebih dahulu. Karena

untuk menggambarkan modalitas yang

keamanan dan kesehatan fisik sekarang-

interpersonal.

Malaguzzi

﴾ 42 ﴿

sekarang

ini

seringkali

terancam,

model. Bagi anak-anak usia 12 dan 16

program-program untuk anak usia dini

tahun

harusnya

diidentifikasikan

bukan

hanya

menyediakan

gambaran

ideal

adalah

yang

orang-orang

nutrisi, keamanan, dan kesehatan yang

dewasa yang beribawa atou simpatik,

adekuat

orang-orang terkenal,dan hal-hal yang

tapi juga

pastikan

layanan-

layanan yang lebih komprehensif, seperti fisik,

gigi,

kesehatan

mental,

ideal yang diciptakannya sendiri.

sosial

Menurut ahli psikoanalisis, nilai

(NASBE 1991; U.S. Department of Health

dan

& Human Services 1996).

superego. Superego di bentuk melalui

Perkembangan anak-anak dalam semua

bagiannya

menyatu

dalam

kongsep

jalan internalisasi larangan-larangan atau

oleh

perintah-perintah yang datang dari luar

abilitas mereka untuk membangun dan

(khususnya dari orang tua). Oleh kerena

memelihara sebuah hubungan primer

itu, anak yang tidak memiliki hubungan

yang positif secara konsisten dengan

harmonis dengan orang tuanya di masa

orang-orang dewasa dan anak-anak yang

kecil kemungkinan besar tidak akan

lain (Bowlby 1969; Stern 1985; Garbarino

mampu mengembangkan superego yang

et al. 1992). Hubungan-hubungan primer

cukup

ini

menjadi orang yang sering melanggar

berawal

dipengaruhi

moral

dalam

keluarga

kemudian meluas seiring

tetapi

berjalannya

kuat,

sehingga

mereka

bisa

norma sosial.

waktu termasuk guru-guru anak-anak dan

Berdasarkan

penelitian

empiris

anggota-anggota komunitas; oleh karena

yang dilakukan Kohlberg pada tahun

itu, praktek-praktek yang sesuai dengan

1958,

tahapan

doctornya

perkembangan

seharusnya

sekaligus

menjadi

dengan

disertai

judul

The

memperhatikan dengan baik kebutuhan-

Developmental of Mode of Moral Think

kebutuhan

and Choice in the years 10 to 16, seperti

fisik,

sebagaimana

sosial,

halnya

dan

emosi

perkembangan

intelektual.

tertuang

dalam

buku

tahap-tahap

perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral Dan Sikap

moral

dapat

di

bagi

sebagai berikut: a. Tingkat Prakonvesional

Perkembangan internalisasi nilaiPada tingkat ini, anak tanggap

nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang

yang

dianggap

sebagai

terhadap

﴾ 43 ﴿

aturan-aturan

buda

dan

terhadap ungkapan ungkapan budaya

ini merupakan tercemin dalam bentuk

mengenai baik dan buruk, benar dan

“jika engkau menggaruk punggungku,

salah. Akan tetapi hal ini semata-mata di

atau juga akan menggaruk punggungmu”.

tafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau

Jadi, perbuatan baik tidaklah didasarkan

kenikmatan

karena loyalitas, terima kasih ataupun

perbuatan

(hukum,

keuntungan, pertukaran, dan kebaikan).

keadilan.

Tingkat ii dapat dibagi menjadi dua tahap: Tingkat Konvensional Tahap orientasi kepatuhan

hukuman

dan Pada tingkat ini, anak hanya

Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan

baik

buruknya,

tanpa

menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak semata-mata menghindarkan kekuasaan

hukuman

tanpa

dan

pada

mempersoalkannya.

Jika ia berbuat “baik”, hal itu karena anak meniali tindakannya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan didukung oleh

menuruti harpaan keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa menghindahkan akibat yang segera dan

nyata.

Sikapnya

bukan

hanya

konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan,

mendukung

dan

membenarkan seluruh tata-tertib atau norma tersebut serta mengindetifikasikan diri dengan orang atau kelompok yang

hukuman dan otoritas.

terlibat didalamnya. Tingkat ini memiliki Tahap orientasi relativitis-instrumental Perbuatan yang benar adalah cara

atau

alat

unutk

juga kebutuhan orang lain. Hubungan dipandang

seperti

hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiproksitas

Tahap orientasi kesepakatan antarpribadi atau orientasi

memuaskan

kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang

antarmanusia

dua tahap :

(timbal-balik)

dan

pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan

Perilaku yang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak konformitas terhadap gambaran steorotif mengenai perilaku

mayoritas

atau

“alamiah”.

Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan “dia bermaksud baik” unutk

secara fisik dan pragmatis. Resiproksitas

﴾ 44 ﴿

pertama kalinya menjadi penting. Orang

Terdapat kesadaran yang jelas mengenai

mendapatkan persetujuan dengan baik.

relativitas nilai dan pendapat pribadi sesuai dengannya. Terlepas dari apa

Tahap orientasi ketertiban Terdapat

hukuman

dan

yang

telah

disepakati

secara

konstitusional dan demokratis, hak adalah orientasi

terhadap

soal “nilai” dan “pendapat” pribadi.

otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan

Hasilnya adalah penekanan pada

tata tertib/norma-norma sosial. Periliaku

sudut pandang ilegal, tetapi dengan

yang

semata-mata

penekanan

sendiri,

mengubah

baik

melakukan

adalah kewajiban

apda

kemungkinan

hukum

untuk

berdasarkan

menghormati otoritas dan menjaga tata

pertimbangan rasional mengenai manfaat

tertib sosial yang ada, sebagai yang

sosial (jadi, bukan membekukan hukum

bernilai dalam dirinya sendiri.

itu sesuai dengan tata tertib gaya seperti yang terjadi pada tahap 4). Diluar bidang

b. Tingkat pasca-konvensional (otonom/berlandaskan prinsip)

hukum

Pada tingkat ini terdapat usah

“moral

yang

disepakati,

berlaku

persetujuan bebas ataupun kontrak. Inilah resmi”

dari

pemerintah

dan

yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai

perundang-undangan yang berlaku di

dan

setiap negara.

prinsip

moral

yang

memiliki

keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau oarang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan

Tahap orientasi prinsip etika yang berlaku disetiap negara

terlepas pula dari identifikasi individu

Hak ditentukan oleh keputusan

sendiri dengan kelompok tersebut. Ada

suara batin, sesuai denga prinsip-prinsip

dua tahap pada tingkat ini, yaitu :

etis

yang

dipilih

sendiri

dan

yang

mengacu pada komprehensivitas logis, Tahap orientasi kontrak sosial legalitas Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat utillitarian. Perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka

hak

dan

ukuran

individual

umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat.

universalitas, konsistensi logis. Prinsipprinsip ini bersifat abstrak dan etis (kaidah emas imperative kategoris) dan mereka tidak merupakan peraturan moral konkret seperti kesepuluh Perintah Allah. Pada hakikat inilah prinsip-prinsip universal keadilan, resiproksitas dan persamaan hak asasi manusia serta rasa hormat

﴾ 45 ﴿

terhadap

manusia

sebagai

pribadi

individual.

satunya sarana pembentukan moral. Para

Berdasarkan penelitian empirisnya tersebut,

hubungan anak-orangtua bukan satu-

secara

kreatif

Kohlberg

sosiolog beranggapan bahwa masyarakat mempunyai

peranan

penting

dalam

menggabungkan berbagai dari Dewey

pembentukan moral. Tingkah laku yang

dan Piaget, bahkan berhasil melampaui

terkendali

gagasan-gagasan mereka. Dengan kata

kontrol dari masyarakat itu sendiri yang

lain ia berhasil mengoreksi gagasan

mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat

Piaget mengenai tahap perkembangan

sipelanggar (Sarlito, 1992:2).

moral yang dianggap terlalu sederhana. Kohleberg

secara

disebabkan

oleh

adanya

Dalam usaha membentuk perilaku

tentative

sebagai

percerminan

nilai-nilai

hidup

menguraikan sendiri tahap-tahap 4, 5,

tertentu, jelas bahwa factor lingkungan

dan 6 yang ditambahkan pada tiga tahap

memegang peranan penting. Di antara

awal yang telah dikembangkan oleh

segala unsur lingkungan sosial yang

Piaget. Dewey pernah membagi proses

berpengaruh

perkembangan moral atas tiga tahap :

yang langsung dikenal oleh seseorang

tahap pramoral, tahap konvesional, dan

sebagai

tahap

Piaget

tertentu. Dalam hal ini lingkungan sosial

berhasil melukiskan dan menggolongkan

terdekat adalah orang tua dan guru

seluruh pemikiran moral anak seperti

mereka.

otonom.

Selanjutnya,

adalah

perwujudan

manusia-manusia

dari

nilai-nilai

kerangka pemikiran Dewey, (1) pada

Teori perkembangan moral yang

tahap pramoral, anak belum menyadari

dikemukakan oleh Kohleberg menunjukan

keterikatannya pada aturan; (2) tahap

bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi

konvesional dicirikan dengan ketaatan

yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal

pada kekeuasaan; (3) tahap otonom

lain yang berhubungan dengan nilai

bersifat

yang

kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan

didasarkan pada resiproksitas (hubungan

moral terjadi dari aktivitas spontan pada

timbal-balik). Berkat pandangan Dewey

masa

dan

1990:2).

terikat

Piaget,

pada

aturan

Kohleberg

berhasil

anak-anak Anak

(Singgih

memang

Gunarsa,

berkembang

memperlihatkan 6 tahap pertimbangan

melalui interaksi sosial, tetapi interaksi ini

moral anak dan remaja seperti yang

mempunyai corak yang khusus dan factor

tertera diatas.

pribadi anak ikut berperan.

Teori-teori psikoanalisis

lain

yang

beranggapan

nonbahwa

﴾ 46 ﴿

D. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja

nilai adalah ukuran baik-buruk, benar-

Setiap manusia dilahirkan dalam

indah suatu prilaku atau pernyataan yang

kondisi yang tidak berdaya , ia akan

berlaku dalam kehidupan suatu kelompok

bergantung pada orang tua dan orang-

masyarakat.

orang

mendasari sikap dan prilaku seseorang

yang

berada

dilingkungannya

hingga waktu tertentu. Seiring denga

salah,

boleh-tidak

Oleh

Moral

selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan

kemampuan

akan

membedakan

diri

dari

indah-tidak

kerna

itu,

nilai

dalam kehidupan di masyarakat.

berlalunya waktu dengan perkembangan

melepaskan

boleh,

berkaitan

dengan

seseorang antara

untuk

perbuatan

yang

ketergantungannya pada orang tua atau

benar dan yang salah. Dengan demikian,

orang lain disekitarnya dan belajar untuk

moral juga mendasari dan mengendalikan

mandiri. Hal ini merupakan suatu proses

seseorang dalam bersikap dan bertingkah

alamiah yang dialami oleh semua mahluk

laku.

hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri

Dalam kaitannya dengan nilai,

atau sering juga disebut berdiri diatas kaki

moral merupakan kontrol dalam bersikap

sendiri

kemampuan

dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-

seseorang untuk tidak bergantung pada

nilai hidup yang di maksud. Misalnya

orang lain serta bertanggung jawab atas

dalam pengamalan nilai tenggang rasa,

apa

dalam prilakunya seseorang akan selalu

merupakan

yang

dilakukannya.

Kemandirian

dalam konteks individu tentu memiliki

memerhatiakn

perasaan

aspek yang lebih luas dari sekedar aspek

sehingga

fisik.

hatinya. Nilai-nilai kehidupan menyangkut

tidak

orang

berbuat

lain,

sekhendak

persoalan baik dan buruk, sehingga E. Penutup

berkaitan dengan moral.Setiap manusia

Nilai-nilai adalah patokan-patokan yang

berlaku

dalam

kehidupan

masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna,1988:50) sopansantun,

adat kebiasaan, dan nilai-nilai

yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang menjadi pegangan seluruh warga negara indonesia. Jadi,

dilahirkan

dalam

kondisi

yang

tidak

berdaya , ia akan bergantung pada orang tua

dan

orang-orang

yang

berada

dilingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring denga berlalunya waktu dengan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau

﴾ 47 ﴿

orang lain disekitarnya dan belajar untuk

Muhammad Mighwar. 2006. “Psikologi Remaja”. Bandung: Pustaka Setia.

mandiri.

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, F. Daftar Pustaka

S.

Abu Ahmadi. 1983. “Pisikologi Umum”.

perkembangan : Pengantar dalam

Andi

“Psikologi

Mappiare.

Press.

Remaja”.Surabaya:

Mustaqim. 2001. “Psikologi Pendidikan”. Semarang: Pustaka Pelajar.

2003.“Psikologi”.Jakarta:

M. Jamaluddin Munfuzh. 2001. “Psikologi

Depdikbud dan PT. Rineka cipta.

Anak dan Renaja Muslim, (Alih

Branca Albert A. 1965. “Psychology”.

Bahasa) Abdul Rosyad Rifai, Melly

USA: Allyn And Bacon Inc.

Sri

Muhammad. 2008. “Psikologi Remaja”

B.

Hurlock.

Aksara.

1968.

“Develovmental Psychology”. (edisi

Sarlito

Fatimah.

2006.

Remaja”.

Permasalahannya”.

Jakarta:

Jakarta:

Rajawali.

Gunarsa, S.D. 1988. “Psikologi Remaja”.

Sunarto,

Jakarta: BPK Gunung Mulia.

1989.

Soerjono Soekanto. 1989. “Remaja dan

Setia.

dkk.

Peserta

Hurlock, E. B. 1990. “Developmental

1999. Didik”.

“Perkembangan Jakarta:

Pusat

Perbukuan Syaikh

psychology: a lifespan approach”.

Toenggoel P. Siagian.1985. “Pendekatan

Boston. ”Perkembangan

Sarwono.

Rajawali.

“Psikologi

Perkembangan”. Bandung: Pustaka

Husdarta&Saputra

Wirawan

“Psikologi

ke Tiga). New York: Mc. Graw Hull. Enung

Sulastri”.Jakarta:Psikologi

Perkembangan Remaja. PT Bina

.Bandung:CV. Pustaka Setia. Elizabeth

“Psikologi

Yogyakarta: Gajah Mada University

1982.

Usaha Nasional. Al-Kautsar.

1991.

berbagai bagiannya (cetakan ke-7)”.

Cet. I. Surabaya:PT. Bina Ilmu. Al-MighwarB

R.

Y.M. Peserta

Pokok dalam Mempertimbangkan

1999.

Remaja Masa Kini”. Prisma.

Didik”.

Utami

Jakarta: DEPDIKBUDMcGraw-Hill.

“Mengembangkan

Linda L Davidoff. 1988. “Psikologi Suatu

1992. Bakat

dan

Kreativitas Anak Sekolah”. Jakarta:

Pengantar”. Jakarta: Erlangga.

Gramedia Widiasarana Indonesia.

M. Asrori. 2008. “Perkembangan Peserta Didik”. Pontianak: Untan Press.

Munandar.

Zulkifli, L. 1986. ”Psikologi Remaja”. Bandung: Remaja Karya.

﴾ 48 ﴿