PERNIKAHAN DUA ETNIS BERBEDA DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTAR

Download KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi Antarbudaya. Komunikasi ... Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan ...

0 downloads 458 Views 237KB Size
Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

PERNIKAHAN DUA ETNIS BERBEDA DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA 1

Febrianto Abas, 2ZulaehaLaisa, 3Noval S Talani 1 Mahasiswa Ilmu Komunikasi, 2,3 Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo email: 1zulaeha [email protected], 3noval s [email protected] Abstrak Bahasa adalah alat komunikasi digunakan didalam rumah tangga dan menjadikan perbedaan antara pasangan beda etnis bahkan bahasa bisa menjadi kesalah pahaman didalam rumah tangga dan sering terjadi konflik diakibatkan perilaku budaya tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui;1)Untuk mengetahui perilaku verbal dalam rumah tangga antara pasangan etnis Bolaang Mongondow dan Gorontalo.2) Untuk mengetahui proses komunikasi antara suku melalui penggunaan bahasa yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dengan tujuan untuk memberikan gambaran nyata, dan penjelasan dengan dianalisis deskriptif, tentang Bagaimana perilaku verbal pasangan beda etnis, Bagaimana proses komunikasi verbal pasangan beda etnis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yaitu Dalam penelitian ini peneliti terlebih dahulu mengamati fenomena masyarakat yang menikah beda etnis, yang terjadi di Desa Pinolosian Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Adapun dalam penelitian, peneliti menggunakan wawancara dengan pasangan beda etnis yang masih bertahan dengan masing-masing bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) pasangan yang menikah beda etnis masih bertahan dengan masing-masing bahasa.2) interaksi yang mereka lakukan sulit untuk mendapatkan komunikasi yang efektif. Saran peneliti: 1) saling percaya, saling melengkapi dan saling menguatkan. Sehingga masalah-masalah yang muncul dapat diatasi dengan baik. 2) saling menghormati antar pasangan yang berbeda etnis, jangan hanya melihat pasangan dari perbedaan latar belakangnya saja.

Kata Kunci : Komunikasi Pasangan Berbeda Etnis. Abstract Language is a tool komunikasi used in the household and make the difference between a couple different ethnic languages even could be a misunderstanding in the household and frequent conflicts due to the behavior of the culture. Research purposes to know; 1) verbal behavior to find out in the household between ethnic Bolaang Mongondow couples and Gorontalo. 2) to know the process of communication between people through the use of different languages. The methods used in this study is a qualitative method with descriptive approach, with the aim to provide an overview and explanation of the real, with descriptive analysis, on how different ethnic couples verbal behavior, how does the process of verbal communication partner of ethnic difference. As for the data collection techniques used Fakultas Ilmu Sosial UNG | 1

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

in this research is the observation that in this study the researchers first observed the phenomenon of people who married an ethnic difference, which occurred in the village of Pinolosian sub-district of Bolaang Mongondow Regency South Pinolosian. As for the research, the researcher uses interviews with different ethnic couple in contention with each language. The results showed that; 1) couples who married an ethnic difference was persisting with their respective languages. 2) interactions that is hard to get them to do effective communication. Researchers: 1) suggestion of mutual trust, mutual complement and strengthen each other. So that problems that arise can be resolved properly. 2) mutual respect between different ethnic couples, don't just look at a couple of different background only. Keywords: Communication Partner Are Different Ethnicities. PENDAHULUAN Perkawinan antar etnis bangsa telah banyak terjadi di Indonesia. Khususnya terjadi di daerah Bolaang Mongondow, perkawinan antar etnis yang berbeda yang merupakan salah satu akibat dari adanya hubungan sosial yang terjadi pada masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam etnis, juga tidak terlepas dari adanya interaksi antara satu etnis dengan etnis lainnya. Kejadian yang demikian dalam interaksi sosial adakalanya mengundang arti yang positif, tetapi ada juga yang bersifat negatif. Pada saat ini perkawinan antar etnis yang terjadi di mana-mana terjadi juga antar etnis Bolaang Mongondow dengan etnis Gorontalo ini marak terjadi di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Masyarakat Kecamatan Pinolosian terdiri dari bermacam-macam etnis. Yaitu etnis Bugis, etnis Minahasa, etnis Mongondow dan etnis Gorontalo, yang sampai sekarang masih bertahan hidup di desa pinolosian.Dimulai dari perbedaan keyakinan atau agama, perbedaan budaya, benturanbenturan budaya, pola pikir, perbedaan kebiasaan, bagaimana mereka memiliki visi dan misi kesamaan strategi dalam berkomunikasi dan bagaimana pasangan suami istri menerapkan komunikasi yang efektif dan hangat dalam rumah tangganya dan masih banyak pertanyaan dan perbedaan yang perlu dipertimbangkan secara matang dalam menjalani perkawinan antar etnis ini dan hal tersebut harus sangat diperhatikan dengan baik oleh suami istri yang menikah dengan perbedaan budaya. Ada beberapa pasangan yang sampai sekarang masih mempertahankan bahasanya masing-masing, dari budaya yang berbeda yakni Bolaang Mongondow dengan Gorontalo. Seringkali terjadi masaalah di dalam rumah tangga akibatnya rumah tangga tidak akan harmonis lagi dikarenakan oleh bahasa yang berbeda. Dengan adanya bahasa yang berbeda terjadilah kesalapahaman di dalam rumah tangga misalnya pertengkaran antara pasangan suami istri yang beda budaya, inilah yang menjadi suatu masaalah di dalam rumah tangga yang diakibatkan oleh bahasa yang tidak efektif di dalam rumah tangga. Bahkan anak mereka lebih mengetahui bahasa dari satu budaya yakni bahasa Bolaang Mongondow di bandingakan dengan bahasa Gorontalo yang seharusnya juga anak mereka mengetahui bahasa Bolaang Mongondow dengan Gorontalo itu sendiri. Kemungkinana untuk menghadapi berbagai permasalahan. Namun, dibalik perbedaan etnis yang terjadi dalam sebuah perpaduan dua kebudayaan dalam sebuah ikatan perkawinan antar etnis terdapat hal yang sangat menarik terjadi pada pasanganpasangan yang menikah beda etnis.Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi Fakultas Ilmu Sosial UNG | 2

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

dasar penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan judul “Komunikasi Pasangan Berbeda Etnis)”. Berdasarkanuraiandiatas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang ada yaitu : 1) terjadi interaksi antar etnis (Gorontalo dan Bolaang Mongondow) dengan menggunakan bahasa yang berbeda. 2) penggunaan bahasa yang berbeda dalam rumah tangga etnis Gorontalo dan etnis Bolaang Mongondow. Adapun rumusan masalah : 1)bagaimana perilaku verbal pasangan beda etnis (Bolaang Mongondow dengan Gorontalo) ?. 2) bagaimana proses komunikasi verbal pasangan beda etnis ?. Adapun yang menjaditujuanpenelitianiniadalahsebagaiberikut : 1) untukmengetahuiperilaku verbal dalamrumahtanggaantarapasanganetnisBolaangMongondowdanGorontalo. 2) untukmengetahui proses komunikasiantarasukumelaluipenggunaanbahasa yang berbeda.Adapunmanfaatpenelitian : a) Manfaatteoritis :1) memberikansumbangsiilmupengetahuanbagimahasiswailmukomunikasisehinggapeneliti aninidapatdimanfaatkan. 2) sebagaireferensibagimahasiswakhususnyamahasiswailmukomunikasidalammemahamip ernikahanduaetnisberbedadalampresfektifkomunikasiantarbudaya. b) Manfaatpraktis: 1) memberikanmanfaatbagipenelitisendirigunamenerapkandisiplinilmu yang diperolehdibangkuperkuliahanyaituilmukomunikasiyaitutentangkomunikasiantarbudaya . 2) untukmengembangkanilmupenegetahuankhususnyatentangkomunikasidalampernikahan duaetnis yang berbeda. KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarbudaya sendiri atau yang biasa disebut InterculturalComunication bukanlah suatu hal yang baru. Sejak manusia yang berbeda budaya dan kebiasaan dibumi ini mengadakan hubungan, maka komunikasi antar budaya akan terus berlangsung. Komunikasi manusia selalu dipengaruhi oleh budayanya, budaya bertanggung jawab atas semua perilakudan makna yang dilakukan oleh si pelaku. Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masaalah-masalah yang ada dalam suatu situasi dimana suatu pesan disansi dalam suatu budaya dan harus disandi baik dalam budaya lain. Seperti kita lihat, budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula, yang dapat menimbulkan segalah macam kesulitan namun melalui studi dan pemahaman atas komunikasi antar budaya kita dapat mengurangi atau hampir menghilangkan kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam suatu budaya.Melville J.Herskovit (1996: 31) dan Bronislaw mengemukakan bahwa segalah sesuatu yang terdapat dimasyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalahcultural-determinism. Herskovit memandang budaya sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi lain, yang kemudian disebut dengan superorganic.Budaya mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, religius dan lain-lain.

Fakultas Ilmu Sosial UNG | 3

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

Menurut Edward Burnett Tylor (2007: 18) budaya merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang dapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Koentjaraningrat mendefinisikan budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dengan belajar. Teori konvergensi pun terletak pada kebudayaan. Kata Barnett dan Kincaid dalam Aloliliweri (2011:83), bahwa defenisi kebudayaan selalu dihubungkan dengan aspek material suatu masyarakat atau yang berkaitan dengan aspek yang dilihat dari luar saja. Contoh, artifak yang diproduksi masyarakat seperti pakaian, makanan, teknologi dan lain-lain. Itulah yang disebut faktor eksentrik (kebudayaan eksplisit). Padahal kebudayaan pula faktorfaktor intrinsik (kebudayaan implisit) seperti kepercayaan, sikap, presepsi, nilai dan norma dalam masyarakat. Murdock dalam Aloliliweri (2011:83) menekankan bahwa kebudayaan terdiri dari kebiasaan dan kecendrungan bertindak dengan cara tertentu, jadi “cara” adalah inti suatu tindakan dan bukan pada tindakan itu sendiri. Berdasarkan defenisi Murdock itu, Aloliliweri(2011:83)) berpendapat bahwa kebudayaan berhubungan dengan pola-pola bahasa, nilai, sikap, kepercayaan, adat istiadat dan cara berpkir. Perilaku Antarbudaya Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individu kita. Menurut Larry L. Barker, (2013:226) bahasa memiliki tiga fungsi: penamaan (Niming atau labeling), interaksi atau transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi menurut Barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Komunikasi verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Interaksi Antarbudaya Dalam pandangan komunikasi, konsep komunikasi antar budaya lebih sempit dari pada komunikasi antar budaya. Konsep komunikasi meliputi koordinasi alur tindakan individu dan strategi tindakan yang dibentuk melalui aplikasi pertukaran skema kognisi, termasuk skema interaksi yang mengorganisir tindakan tersebu.Kata interaksi menggambarkan keadaan hubungan antara tindakan satu dengan tindakan yang lain yang belum tentu semua tindakan itu ditukar dan dimaknakan bersama. Prinsip inilah yang membedakan interaksi dan komunikasi. Setiap interaksi antar budaya selalu menggambarkan hubungan tindakan individu dari satu kebudayaan dengan tindakan individu dari kebudayaan lain yang maknanya belum tentu disamakan. Tindakantindakan tersebut dipengaruhi oleh skema kognitif termasuk skema-skema yang mengatur susunan interaksi antara individu. Skema interaksi adalah hirarki-hirarki pengetahuan, pandangan, pendapat individu tentang prinsip-prinsip, bentuk-bentuk, sifat-sifat, tata aturan interaksi yang diorganisasikan kedalam suatu sistem sosial tertentu. Ada dua tipe skema interaksi, yakni tipe skema yang mengandung prinsip-prinsip interpretatif dan pengorganisasian Fakultas Ilmu Sosial UNG | 4

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

skema itu sendiri. Skema interaksi yang paling penting dalam komunikasi antar pribadi adalah pengorganisasian skema, terutama yang menerangkan pengorganisasian “isi interaksi” sedangkan skema yang mengandung prinsip interpretatif merupakan proses perorganisasian skema yang masih memerlukan uji coba, masih memerlukan intrepertasi karena tindakan-tindakan komunikasi itu berlangsung dalam “setting” tertentu. Pernikahan Bernard Ginupit (1996: 9) pernikahan adalah setiap rencana perkawinan diatur oleh orang tua anak masih patuh pada keinginan orang tua seorang anak muda yang sudah dewasa diberi bekal keterampilan oleh orang tuanya, sebagai persiapan memasuki jenjang perkawinan berupa keterampilan mengolah sagu hutan berburu, memasak garam (modapung) dan lain-lain. Bila sudah cukup persiapan orang tua akan memberitahu calon istri dari keluarga tertentu. Diadakanlah musyawarah antara keluarga kedua belah pihak. Calon suami disertai kaum keluarga membawa hasil-hasil olahan calon suami menuju kerumah calon istri. Perkawinan diresmikan dan direstui orang tua bela pihak bersama anak saudara maka resmilah pernikahan itu. Jadi disini saya dapat menganbil satu kesimpulan bahwa menjalin suatu pernikahan harus benar-benar dan mampu menafkahi pasangan kita itu sendiri. Soemarto Pateda (2009: 23) menjelaskan pernikahan atau moponika merupakan acara peresmian pengumuman atau pengukuhan sepasang muda-mudi untuk medirikan rumah tangga. Oleh karena itu pernikahan merupakan peresmian pengumuman dan pengukuhan hubungan jejaka dengan gadis bahkan antara keluarga dan keluarga maka acara itu dihadiri oleh buatula totolu yakni buatulo adati (Bate)buatulo lipu (pemerintah) terutama famili. Peserta pernikahan pula dianggap resmi keluarga karena pada waktu itu sanak kelurga yang jauh datang berkumpul. Ibu dan ayah anggota keluarga hadir menjelaskan kepada anak-anaknya tentang hubungan keluarga dengan tamu-tamu yang hadir. kelurga yang hadir akan berkenalan satu sama lain.

METODOLOGI PENELITIAN Lokasipenelitianini dilakukan di Desa Pinolosian di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dari bulan Maret 2014 sampaiJanuari2015.Dalam penelitian ini peneliti sudah menetapkan jadwal penelitian sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:Pendekatanpenelitian yang digunakandalampenelitianiniadalahpendekatandeskriptifdandalammendeskripsikan/men ggambarkannyamasalahpenelitimenggunakanjenispenelitiankualitatif. Dalampenelitianini, penelitiberusahamenggambarkanperistiwa yang terjadi ditengahtengah masyrakat yang menikah beda etnis.Dalampenelitian ini, penelitiberperansebagaiinstrumenutama yang harusberadaptasidengankondisi masyarakat yang menikah berbeda etnis yang ada dilapangan, peran peniliti disini juga sebagai pengamat partisipant, artinya peneliti terlibat langsung dilapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data sehingga data yang terkumpul adalah data yang benar akurat sesuia dengan kebutuhan penelitian. Peneliti menggunakan catatan lapangan, alasan lainnya karena penelitian kualitatif tidak bisa dipisahkan dari pengumpulan data yang sangat besar pengaruhnya terhadap analisis Fakultas Ilmu Sosial UNG | 5

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

data, penafsiran dan penarikan kesimpulan. Berkaitan dengan sumber data dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan data sekunder. Adapun mengenai data tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) sumber primer diperoleh dari data-data yang dikumpulkan peneliti dari sumber data di lokasi penelitian. Peneliti ingin meneliti komunikasi antar budaya yang digunakan oleh pasangan yang berebeda etnis antara etnis Gorontalo dengan etnis Mongondow. Responden dalam penelitian ini meliputi tokoh masyarakat dan instansi terkait serta semua responden yang mampu memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Data primer diperoleh dari para informan yang telah ditetapkan serta guna keperluan pengembangan, maka tidak menutup kemungkinan akan diperluas lagi kepada informan lainnya yang terkait dengan permasalahan penelitian ini. 2) sumber sekunder yakni merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data. Sumber dalam penelitian ini meliputi buku-buku atau literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Data sekunder tertuju pada data-data kognitif (the cognitive data) yaitu pengetahuan ilmiah yang berupa data monografi desa, data responden, laporan penelitian, keadaan lingkungan, data dokumen-dokumen resmi lainnya, serta data perilaku (behavioral data) berupa aktivitas, perasaan, dan kelakuan para pelaku. Teknik pengumpulan data:1) observasi dalam penelitian ini peneliti terlebih dahulu mengamati fenomena masyarakat yang menikah beda etnis, yang terjadi di Desa Pinolosian Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Dalam Observasi ini, peneliti mengamati komunikasi yang digunakan oleh pasangan beda etnis.2) wawancara yang sifatnya terbuka tidak berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat dilakukan berulang pada informan yang sama. Adapun bentuk pertanyaan yang diajukan pada umumnya peneliti memfokuskan pada permasalahan dalam penelitian ini, sehingga informasi yang dikumpulkan semakin rinci dan mudah untuk diolah serta memiliki keakuratan. Teknik yang saya gunakan adalah melihat perilaku verbal yang mereka gunakan yaitu pasangan suami istri yang berbeda etnis dalam lingkungan rumah tangga mereka, keseharian mereka bagaiaman perilaku verbal yang terjadi dalam pasangan beda etnis, dan saya pun melihat ketika mereka sedang dalam suasana santai ataupun dalam suasana terjadinya komunikasi verbal, sehingga sering terjadi komunikasi verbal dari masing-masing daerah. Itu terbukti dari beberapa pasangan yang saya amati ketika saya meneliti pasangan yang menikah beda etnis. Wawancara merupakan cara utama dalam pengumpulan data dan informasi dari objek yang diteliti, metode ini digunakan oleh penulis untuk mewawancarai secara langsung kepada tokoh masyarakat dan instansi terkait guna memperoleh data yang diperlukan. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memilki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Analisis data penelitian kualitatif bersifat induktifyaitu suatu analisis berdasarkan data diperoleh. Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi dengan menggunakan penjelasan kualitatif. Dalam analisis ini, apa yang ditemukan tidak hanya cukup dijelaskan dengan apa adanya, akan tetapi diinterpretasikan. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik deskriptif analisis. Metode ini diharapakan dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan fokus penelitian. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan informan yang terkait akan diklarivikasikan dan disajikan dalam bentuk deskriptif analisis. .

Fakultas Ilmu Sosial UNG | 6

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sangat sakral baik itu ikatan lahir maupun ikatan batin dan sebagai suatu proses penyatuan antara dua individu yang berbeda baik dari kebudayaan, kebiasaan, nilai, sifat maupun dari keluarga yang berbeda. Keadaan masyarakat Kecamatan Pinolosian yang majemuk serta didukungnya oleh perubahan pola fikir yang menjadi lebih terbuka membuat perkawinan antar etnis Gorontalo dengan entis Mongondow menjadi lazim terjadi. Perbedaan nilai-nilai, bahasa, agama, adat-istiadat, karakteristik identitas yang dianut oleh kedua mempelai tak menimbulkan permasalahan antara golongan yang bila tidak diselesaikan akan menimbulkan konflik antar etnis.Perkawinan juga memerlukan penyusuaian secara terus menerus. Dalam penyusuaian perkawinan tidaklah mudah, karena banyak mengalami hambatan-hambatan karena pernikahan merupakan sesuatu hal yang sangat sakral dan menyatukan dua insan yang berbeda. Terutama perkawinan yang berlatar belakang yang berbeda etnis. Dalam suatu perkawinan, selain cinta kasih juga memerlukan saling pengertian yang mendalam antara individu, kesedian untuk saling menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan masing-masing dengan latar belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya.Perkawinan merupakan suatu proses adaptasi antara pasangan suami istri, misalnya melakukan komunikasi, hidup bersama, dan membina rumah tangga yang rukun dan harmonis. Hasil wawancara dengan Ibu Fatmawati Taddi (pasangan yang menikah beda etnis Gorontalo dengan Mongondow) Memang kalau kawin beda etnis memenag sulit, kinapa torang harus butuh proses penyesuaian didalam rumah tangga beda etnis. Karna torang pebudaya dengan gorontalo memang talalu beda. Pendapat informan yang menyatakan dalam melakukan pernikahan beda etnis sangatlah sulit karena budaya Gorontalo dengan Mongondow sangat jauh berbeda, namun pada dasarnya dari kedua budaya ini memiliki perbedaan yang jauh berbeda apabila tidak diatasi akan menjadi konflik antar pasangan suami istri. Hasil wawancara dengan bapak Ridwan Massa mengenai waktu pernikahan yang telah dijalani oleh bapak Ridwan yang menikah beda etnis (Gorontalo dengan Mongondow) kita kawin dengan nga p mama ini dengan budaya yang berbeda kurang lebih 23 tahu. 23 tahun itu nga tau waktu yang cukup lama, tapi kita dengan nga p mama masih bertahan bahasa masing-masing daerah. Tapi adakalanya kita dengan nga pe mama ini tetap menggunakan bahasa bagini. Interaksi pada saat Ibu Fatma Menyuruh bapak Ridwan mencari anaknya. Ibu Fatma..”idu...,,nga cari akan nga pe Gai kalau ada dimana skrang, so jam bagini binatang itu bulum pulang supaya kita tidak mo batariakan disini dia e e” (nada keras). .Bpk Ridwan iyo somo cari dulu dia, tidak tau anak itu s pigi kamana lagi eh. (nada halus). Interaksi pada saat Ibu Fatma dengan Bapak Ridwan adu mulut.

Fakultas Ilmu Sosial UNG | 7

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

Bapak Ridwan..”Pooyongamota Fatma, bomoolito yio ti, ma dungohemayi lotau suaramu ti madi damango. Delo badiam kasan fatma orang somo dap dengar kamri nga kira gaga.(bahasa Gorontalo/bahasa melayu),,,Ibu Fatma.. kiyapa so biar orang dengar-dengar bekeng apa bukan dorang pe urusan itu torang dua bakalae.”.(suara keras). Interaksi pada saat istri saya menyuruh saya membeli ikan. Cicilia..”oyan..., lia akan dulu poponean dijalan kalau ada,,,,nyaada yang torang m makaan ini capat jo somo ba masa kita sm tinggi matahari.,,,,,,, Oyan.,”poponean apa yang ngana bilang ini, apa so itu poponean,? Cici..poponeaan itu ikan....,,,Oyan....., oh boponula harapuu ti mawolo,,te oke.” Saya pe interaksi dengan saya pe istri biasa-biasa, tapi saya pe istri p suara karas tidak m pernah hilang, jadi kalau ada saya petaman-taman kompleks dapa dengar, dorang kira saya dengan saya pe istri ada bakalaye padahal tidak. Mungkin saya pe istri pe suara karas bagitu memang so dorang pe tabiat bagitu khususnya orang-orang Bolmong Saya mo lakukan penyesuaian bukan hanya dengan saya pe istri tetapi saya juga harus mo kase sesuaikan juga dengan ti maitua pe keluarga. Tapi mo kase sesuaikan dengan ti maitua pe keluarga tidak gampang. Depe contoh mo kase sesuai dengan dorang pe logat dengan dorang pe bahasa dengan kebiasaankebiasaan yang dilakukan oleh keluarga limaitua. Waktu itu saya datang pa saya pe istri pe kampung, yang pertama saya bekeng itu, saya ba kse sesuai dengan dorang pekeadaan disana terutama dengan saya pe istri pekeluarga. Saya kan orang gorontalo, so tau to sifat orang gorontalo kalau ada dikampung lo orang, memang ta lalu sopan skali kalau dengan orang-orang yang lebe tua, dorang angka jempol pa saya pe istri, kalau yang mana kata saya ini dengan dorang pe lembut kong sopan beda dengan cowo-cowo bolmong. Tapi saya depo ada itu rasa tersinggung kalau saya duduk dengan dorang, kiyapa saya tersinggung karna dorang dimuka pa saya m pake bahasa mongondow baru m ba lia pa saya kong m senyum-senyum, jadi saya kan depo rasa bagitu kalau dengan dorang. Tapi selama saya ada dibolmong saya bisa lihat dorang pe tingkah laku kesopanan anak dengan depa mama atupun dengan orang-orang lain. 95% ratrata dorang tidak sopan dengan dorang pe mama, dengan orang lain biar dengan orang gorontalo, dorang pe bahasa kasar beda dengan torang orang gorontalo. Co lia interaksi yang ada dibawa ini. Ketika saya berada didaerah istri saya,,saya bisa menganalisis tingkah laku masyarakat Bolaang mongondow terutama anak muda laki-laki mapun wanita. 95% rata-rata mereka tidak sopan dengan orang tua terutama adik ipar saya. Sperti interaksi yang terjadi dibawah ini. Mama mantu..,”ika..ika..ika. dengan nada keras...adik ipar menjawab dengan suara keras ,,”kiyapa mama ini mama kira kita pongo,.mama mantu.”pigi bili akan dulu piksin mama dulu diwarong. Fakultas Ilmu Sosial UNG | 8

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

Saya ba lia p dorang saya ta kage waktu dengar saya pe ade ipar ba jawab bagitu pa dia pe mama. Saya b pikir “tataru p qt pe mama bagitu langsung kayu mo dapa itu dibalakang”.saya langsung ta kage, oh disitu saya bisa membedakan orang Gorontalo dengan Orang Bolmong. Masalah yang terjadi waktu saya dengan saya pe istri. seperti yang terjadi bawah ini. Oyan..,”cici badengar dulu uty kita ini so bosan mo baku ambe dengan ngana ini.(suara lembut)..,,Cici..,”ah bekeng apa, nga pe binatang dengan nga nga bekeng saki kita pehati ngana luji e e e.(dengan suara keras)..Oyan..,eh cici jangan ba bilang binatang dengan luji bagitu nga pa kita,, bae-bae e e (suara santai).Cici..,,”kiyapa so nga pe salah ni samua jadi le nga ba badiaam disitu..karena saya tidak mau dengan konflik maka saya diam saya tetap akan berhenti sendirinya itu. Sebagai pelaku pernikahan beda etnis untuk menjaga keharmonisan, harus ada diantara salah satu pasangan harus mengalah, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sulit untuk menyesuaikan bahasa yang berbeda dan sangat sulit memahaminya. Penyesuain Terhadap Keluarga pernikahan bukan hanya penyatuan antara satu individu dengan individu yang lain. Namun, pernikahan merupakan penyatuan antara dua individu yang berbeda beserta seluruh keluarga besar dari pasangan tersebut.Pasangan suami istri harus mampu menyesuaikan diri dengan anggota keluarga pasangan yang memiliki perbedaan dengan dirinya baik perbedaan budaya dan nilai. Latar belakang keluarga kedua belah pihak dapat dipungkiri dan pastilah ini sangat memegang peranan penting. Yang termasuk disini antara lain suku,bangsa, ras, agama, kondisi ekonomi, pola hidup dan sebagainya. Namun bukan berarti pasangan dengan latar belakang yang sangat berbeda dan bertolak belakang tidak mungkin bersatu.Hanya saja mereka mesti lebih siap dituntut untuk berupaya lebih keras dalam proses penyesuaian diri. Memahami dan menyesuaikan perbedaan itu antara pasangan, orang tua pasangan kita dan keluarga dari pasangan kita.Penyesuaian Terhadap LingkunganPenyesuain merupakan sesuatu hal yang tidak mudah dilakukan dalam lingkungan yang baru dan berbeda dengan lingkungan kita sebelumnya karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenal dan mengetahui bagaimana keadaan didalam suatu lingkungan yang baru dengan cara beradaptasi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Didalam rumah tangga beda etnis diperlukan bahasa yang dapat dimengerti oleh masing-masing pasangan beda etnis sehingga tidak terjadi kesalapahaman didalam rumah tangga yang berbeda bahasa. Dan kebanyakan bahasa yang digunakan berbeda dapat mengakibatkan rumah tangga semakin hari semakin runtuh, itu diakibatkan dengan adanya bahasa yang berbeda. untuk itulah perlu dilakukan penyesuaian sehingga harapan dari tiap-tiap pasangan bisa terpenuhi. Sebagai kesimpulan akhir ada beberapa pointyang penting dan dapat menjadi bahan perenungan kita bersama dan perlu diperhatikan. Bagi seorang individu yang hendak merencanakan menikah dengan orang yang berbeda etnis, ada konsekuensi yang harus diperhatikan.1) ada juga suara ketidaksetujuan entah dari orang tua, maupun dari Fakultas Ilmu Sosial UNG | 9

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

keluarga besar. Karena disebabkan adanya perbedaan-perbedaan diantara pasangan baik perbedaan kebudayaan, pola pikir, kebiasaan maupun pandangan hidup. Salah satu faktor-faktor penyesuaian perkawinan yaitu penyesuaian terhadap keluarga, seorang pria atau wanita yang menikah tidak hanya menikahi pasangannya saja tetapi juga menikah dengan kelurga pasangannya.2)dalam perkawinan antar etnis, ada perbedaanperbedaan adat maupun kebiasaan yang harus diatasi. Seringkali adaptasi dalam perkawinan antar etnis lebih sukar dari pada perkawinan sesama etnis. SARAN Mengacu pada kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi saran dan penulis untuk pasangan yang melakukan perkawinan antar etnis, misalnya : Perkawinan antar etnis sering muncul masalah-masalah yang tidak diinginkan, kebanyakan masalah-masalah yang muncul dari luar. Maka dari itu sebaiknya pasangan beda etnis diperlukan hal-hal sebagai berikut : 1)saling percaya, saling melengkapi dan saling menguatkan. Sehingga masalah-masalah yang muncul dapat diatasi dengan baik.2)saling menghormati antar pasangan yang berbeda etnis, jangan hanya melihat pasangan dari perbedaan latar belakangnya saja.3) saling menerima kelebihan dan kekurangan dari pasangannya masing-masing. Dan untuk keluarga, sebaiknya untuk menjaga kebersamaan dalam berhubungan dengan etnis lain dengan cara menghormati dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dari pasangan yang berbeda etnis karena seperti kata orang-orang bijak, ketika seorang individu menikahi seorang, sesungguhnya kamu menikah dengan seluruh keluarganya juga. Untuk itu, bagi kamu yang hendak menikah dengan seseorang yang beda etnis, harus mempersiapkan diri untuk dapat beradaptasi dan menghadapi sikap seluruh keluarga besarnya, baik yang mendukung maupun menolak hubungan yang berbeda etnis.4) Saling menggunakan adat istiadat dari masing-masing daerah walaupun tidak semua digunakan, sehingga tidak terjadi faktor kecemburuan antara pasangan yang menikah beda etnis.5) saling belajar mengerti bahasa dari masing-masing daerah sehingga tidak menimbulkan kesalapahaman antara pasangan itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Aloliliweri. 2011. Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta Cangara, Hafied. 2008.Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada. Bandung. Effendy, Uchjan Onong. .2009. Teori komunikasi antarbudaya.PT Remaja Rosdakarya.Bandung. Ginupit, Bernard. 1996. Kebudayaan Daerah Bolaang Mongondow. Arsip Perpustakaan daerah Bolaang Mongondow Harsojo. 1999. Pengantar Antropologi.PT Putra A.Badrin Bandung. Huki, D.A Wila. 1982. Pengantar Sosiologi.PT Grafindo Persada. Jakarta Koentjaraninggrat. 1996. Pengantar Antropologi.Rineka Cipta: Jakarta

Fakultas Ilmu Sosial UNG | 10

Jurnal Hasil Penelitian Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi ©2014 Febrianto Abas, Zulaeha Laisa, Noval S.Talani

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi penelitian komunikasi fenomenologi. Penerbit widya padjajaran. Bandung. Lexy J. Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya – Bandung. Maran, Raga Rafael. 2007. Ilmu Budaya Dasar. PT Rineka Cipta. Jakarta Mulyana, Deddy. 2009.Komunikasi Antar Budaya.PT Remaja Rosdakarya. Bandung. . 2013. Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya Offset – Bandung. Pateda, Soemarto. 2009. Kebudayaan Daerah Gorontalo.dicetak oleh Percetakan Akasyah Gorontalo. Sugiono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit CV. Alfabeta – Bandung.

Fakultas Ilmu Sosial UNG | 11