PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH

Download Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) adalah salah satu jamur kayu yang ... Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan jamur tiram pu...

0 downloads 489 Views 1MB Size
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANG BERBEDA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh: YUDHY IRHANANTO A.420 100 127

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANG BERBEDA

Yudhy Irhananto, A 420 100 127, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014

ABSTRAK Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) adalah salah satu jamur kayu yang dapat dikonsumsi serta mempunyai kandungan gizi tinggi seperti karbohidrat, kalsium, protein, zat besi, lemak, kalium dan fosfor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada komposisi media tanam ampas kopi dan daun pisang kering yang berbeda. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor komposisi ampas kopi dan daun pisang kering yaitu Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering), Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g), Y2 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g), Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g), Y4 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g). Analisis data pengujian menggunakan One Way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan jamur tiram putih (waktu pemenuhan miselium) paling cepat pada perlakun Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) selama 28,7 hari. Produktifitas jamur tiram putih (Σ total panen jumlah tubuh buah dan Σ total panen berat segar tubuh buah) tertinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) yaitu 17 helai pada panen pertama, 11 helai pada panen kedua dan 126,67 g pada panen pertama, 110 g pada panen kedua.

Kata kunci : Pleoratus ostreatus, ampas kopi, daun pisang kering

A. PENDAHULUAN Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanian yang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999), kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein 27%, lemak 1,6%, karbohidrat 58%, serat 11,5%, abu 9,3%, kalori 265 Kkal. Selain kandungan gizinya yang tinggi, juga mempunyai manfaat untuk kesehatan yaitu sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat mencengah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung (Pasaribu, dkk 2002). Suriawiria (2000), budidaya jamur tiram putih di Indonesia belum dapat untuk memenuhi kebutuhan konsumen setiap hari. Padahal prospek pengusahaan jamur tiram putih cukup cerah, karena pangsa pasar untuk ekspor maupun lokal terbuka lebar, asal kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan persyaratan. Budidaya jamur tiram putih tidak terlalu membutuhkan modal besar karena salah satu media tanamnya adalah serbuk gergaji. Menurut Suprapti (2000), budidaya jamur tiram putih dapat dilakukan dengan teknologi sederhana menggunakan media tanam dari serbuk gergaji kayu. Serbuk gergaji merupakan limbah dari pabrik kayu yang mudah diperoleh. Yuniasmara, dkk (1999), jamur tiram dapat tumbuh pada media yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yaitu lignin, karbohidrat (selulosa dan glukosa), nitrogen, serat, dan vitamin. Media tanam yang biasanya digunakan dalam pertumbuhan jamur tiram yaitu serbuk kayu gergaji, bekatul, jerami, sekam, tepung beras. Menurut penelitian Winarni (2002), produksi jamur tiram putih (Pleuratus ostreatus) menunjukkan bahwa formulasi paling baik media tanam terhadap produksi jamur tiram putih adalah serbuk gergaji kayu 15 kg, bekatul 2,25 kg, gips 0,15 kg, kapur 0,375 kg. Di daerah Baki, Sukoharjo banyak warga yang mengkonsumsi kopi, dari konsumsi kopi tersebut menghasilkan ampas kopi yang hanya di buang begitu saja. Ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada media tanaman jamur tiram putih, karena ampas kopi mengadung protein,

1

nitrogen, lignin dan selulosa yang di butuhkan dalam pertumbuhan jamur tiram putih, pemanfaatan daun pisang kering kurang terutama hanya dibakar sebagai pengganti kayu atau minyak tanah, maka diperlukan inovasi diversifikasi pemakaian daun pisang kering secara optimal. Di daun pisang kering dapat di manfaatkan sebagai bahan tambahan media tanam jamur tiram putih, karena mengandung karbon, selulosa dan lignin yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur tiram putih. Menurut S. Caetano (2012), kandungan ampas kopi meliputi total karbon 47,8-58,9%; total nitrogen 1,9-2,3%; protein 6,7-13,6 g/100g; abu 0,43-1,6%; selulosa 8,6%. Hasil penelitian Elliyanti (2002), menunjukan bahwa komposisi medium serbuk gergaji kayu sengon 25% dan alang-alang 75% berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium lebih cepat, karena medium tanam tersebut tidak padat, sehingga miselium dapat menjalar ke segala arah dalam medium tersebut. Daun pisang kering merupakan salah satu bagian tanaman pisang yang mengandung hemiselulosa sehingga dapat dijadikan media tanam jamur. Menurut Chang (1982), komponen organik daun pisang kering (gr/100 gr berat kering sampel) adalah selulosa 10,85; hemiselulosa 19,96; lignin 18,21; total C 50,52; C/N rasio 29,54. Hasil penelitian Mayun (2007), limbah daun pisang merupakan media tanam jamur merang yang paling baik dibandingkan limbah pertanian yang lain seperti kulit kopi, alang-alang, dan jerami. Hasil penelitian Supiah (2000), menunjukan bahwa penambahan daun pisang kering 15% pada medium dasar serbuk gergaji kayu sengon 75% dapat meningkatkan berat segar tubuh buah jamur tiram

putih. Hartadi dalam

Suryani (2007), kandungan daun pisang kering terdiri atas bahan kering 16,0%, protein kasar 2,3%, serat kasar 3,7%, lemak 6,0%, kadar abu 1,9%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengaruh pupuk kandang ayam pada media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

2

B. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai Mei 2014, didesa Sugihan Rt 21/ Rw 05, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Metode Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu (ampas kopi + daun pisang kering) yang terdiri dari lima perlakuan yaitu Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering), Y1 (ampas kopi 50g + daun pisang kering 25g), Y2 (ampas kopi 50g + daun pisang kering 15g), Y3 (ampas kopi 25g + daun pisang kering 25g), Y4 (ampas kopi 25g + daun pisang kering15g) , setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali. Tahap penelitian dimulai dari Persiapan media tanam, pengomposan, pembungkusan, sterilisasi, pendinginan, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, pemeliharaan pertumbuhan jamur tiram putih dan panen. Parameter yang diamati adalah lama pertumbuhan miselium (hari), jumlah tubuh buah (helai) dan berat segar tubuh buah jamur (gram). Teknik pengumpulan data dengan percobaan langsung. Data diuji menggunakan uji statistik One-Way ANOVA (α = 0,05). Analisis data dengan menggunakan program computer SPSS(Statistic Product and Service Solution ) 17.0 for Windows

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pertumbuhan miselium dan hasil jamur tiram putih yang meliputi jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah sebagai berikut. 1. Waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih Waktu pemenuhan miselium diamati sejak munculnya miselium sampai memenuhi baglog. Salah satu indikator keberhasilan inokulasi yaitu munculnya miselium. Disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.

3

Tabel 4.1 Rata-rata waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih Perlakuan

Waktu Pemenuhan miselium (hari) 28,7* 39** 37,7 36,3 35,3

Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g) Y2 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g) Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) Y4 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g) *Waktu pemenuhan miselium paling cepat **Waktu pemenuhan miselium paling lama

Tabel 4.1 menunjukkan waktu pemenuhan miselium pada baglog paling cepat penuh selama 28,7 hari pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan tanpa daun pisang kering). Rata-rata waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih paling lama 39 hari pada perlakuan Y1 (ampas kopi 50 g, dan daun pisang kering 25 g). 2. Jumlah Tubuh Buah dan Berat Segar Tubuh Buah Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih disajikan pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Rata-rata berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah jamur tiram putih Σ berat segar Jumlah Σ jumlah Berat segar Perlakuan Panen tubuh buah tubuh buah tubuh buah tubuh buah (g) (g) (helai) (helai) 1

96,67

8

Y0

430* 2

46,67*

1

100

36* 4* 9

Y1

490 2

63,33

1

120

51 8 13

Y2

640 2

93,33

1

126,67**

67 10 17**

Y3

710** 2

110

1

93,33

83** 11 11

Y4

550 2

90

54 7

Keterangan: Y0: tanpa ampas kopi dan daun pisang kering Y1: ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g Y2: ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g Y3: ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g Y4: ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g

4

*Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah paling rendah **Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah paling tinggi

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih putih yang paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebanyak 17 helai pada panen ke 1, sedangkan jumlah tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebanyak 4 helai pada panen ke 1. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa berat segar tubuh buah jamur tiram putih yang paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebesar 126,67 g pada panen ke 1, sedangkan berat segar tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebesar 46,67 g pada panen ke 2. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Σ tubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebesar 83 helai dan 710 g, sedangkan Σ tubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebanyak 36 helai dan 430 g.

D. Pembahasan 1. Waktu pemenuhan miselium Pemenuhan miselium diamati sejak munculnya miselium sampai miselium memenuhi baglog. Salah satu indikator keberhasilan inokulasi yaitu munculnya miselium. Perbedaan waktu pemenuhan miselium dapat dilihat pada histogram berikut ini:

5

Lama (Hari)

Pemenuhan miselium jamur tiram putih 40 35 30 25 20 15 10 5 0

39

37,7

36,3

35,3

28,8 Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y0

Y1

Y2

Y3

Y4

Perlakuan

Gambar 4.1 Waktu pemenuhan miselium berbagai pelakuan media

Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa waktu pemenuhan miselium perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering), yaitu 28,7 hari paling cepat namun dilihat dari hasil rendah karena tanpa nutrisi tambahan, sedangkan waktu pemenuhan miselium perlakuan Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g), yaitu 39 hari paling lama waktu pemenuhan miselium namun hasil tidak lebih rendah dari Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) karena ampas kopi memiliki kandungan lignin 33,6% sehingga agak mengganggu pemenuhan miselium. Kholisoh (2011), selulosa merupakan rantai lurus polimer dari 1-4-β-D-glukosa dan merupakan komponen terbesar pada dinding sel tanaman. Keberadaannya pada dinding sel tanaman bersama-sama dengan hemiselulosa dan lignin, oleh karena itu serat tanaman biasa disebut dengan lignoselulosa. Lignin merupakan polimer kompleks dari phenyl propana dan mudah didegradasi oleh asam, basa, maupun enzim lignolitik. Enzim yang dapat mendegradasi lignin adalah mangan peroxidase, lignin peroxidase, dan cellobiose dehydrogenase. Karena lignin melindungi selulosa dan hemiselulosa dalam dinding sel tanaman, maka enzim selulase tidak mudah diadsorpsi oleh selulosa

6

dan hemiselulosa. Bahkan, lignin mampu mengadsorpsi enzim selulase meskipun tidak bereaksi. Hal ini tentu saja merugikan dalam proses hidrolisis lignoselulosa secara enzimatik. Enzim yang dapat menghidrolisis

selulosa

adalah selulase.

Kapang

yang bisa

menghasilkan selulase adalah Aspergillus niger, Trichoderma viride. Lama

pemenuhan

miselium

dipengaruhi

oleh

suhu,

kelembaban, tempat inkubasi dan kualitas bibit jamur yang digunakan. Guna menunjang pemenuhan miselium pada jamur tiram, idealnya ruang inkubasi memiliki suhu 22-29oC dan kelembaban 90-100% (Ipuk dan Saparinto dalam Steviani, 2011). Tingkat kepadatan baglog juga mempengaruhi pada penyebaran miselium, apabila baglog terlalu padat maka miselium juga akan sulit untuk memenuhi ke seluruh permukaan baglog, oleh karena itu dalam pengisian baglog diusahakan untuk tidak terlalu padat atau terlalu renggang. 2) Jumlah tubuh buah jamur tiram putih Jumlah tubuh buah jamur tiram putih menjadi parameter pengamatan untuk menjelaskan salah satu indikator hasil jamur tiram putih. Perbedaan jumlah tubuh buah jamur tiram putih dapat dilihat pada histogram berikut ini. Berikut adalah histogram hasil rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih:

Helai

Jumlah tubuh buah jamur tiram putih 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0

17 13 9 8

8

10

11

11 7

4

YO

Y1

Y2

Y3

Y4

Perlakuan

Gambar 4.2 Rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih

7

Panen 1 Panen 2

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa jumlah tubuh buah jamur tiram putih paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) 17 helai pada panen pertama dan 11 helai pada panen kedua. Hal ini menunjukkan bahwa Y3 (komposisi ampas kopi 25 g dan daun pisang kering 25 g) berpengaruh terhadap jumlah tubuh buah jamur tiram putih. Nutrisi yang terkandung dalam penambahan ampas kopi adalah unsur nitrogen

kisaran 2,3%, selulosa 8,6%, hemiselulosa

36,7%, protein 6,7–13,6% yang dapat memacu pertumbuhan dan hasil tubuh buah jamur. Sesuai dengan pernyataan Soenanto dalam Steviani (2011), bahwa nitrogen berfungsi untuk pembentukan protein, dan membangun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya untuk memacu pertumbuhan tubuh buah jamur. Sesuai juga dengan pernyataan Darlina (2008), protein merupakan sumber nitrogen yang dibutuhkan sebagai penyusun jaringan yang sedang aktif tumbuh, sehingga mempengaruhi diameter tudung jamur. Hasil rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih pada panen pertama dan kedua secara keseluruhan mengalami penurunan, hal ini disebabkan menurunnya nutrisi pada media sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram. 3) Berat segar tubuh buah jamur tiram putih Berat segar tubuh buah jamur tiram putih menjadi parameter pengamatan untuk menjelaskan salah satu indikator hasil jamur tiram putih. Perbedaan berat segar tubuh buah jamur tiram putih dapat dilihat pada histogram berikut ini:

8

Berat segar tubuh buah jamur tiram putih

gram

150 100 50

126,67 120 110 93,33

100

96,67

93,3390

63,33

46,67

0 Y0

Y1

Y2

Perlakuan

Y3

Y4 panen 1 panen 2

Gambar 4.3 Rata-rata berat segar jamur tiram putih berbagai perlakuan media

Pengamatan berat segar buah jamur diperoleh hasil bahwa perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) dengan rata-rata berat segar tubuh buah jamur tiram putih 126,67 g pada panen pertama dan 110 g pada panen

kedua, hal tersebut

menunjukkan bahwa (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) dapat meningkatkan hasil jamur tiram putih. Sesuai dengan hasil penelitian Supiah (2000), menunjukan bahwa penambahan daun pisang kering 15% pada medium dasar serbuk gergaji kayu sengon 75% dapat meningkatkan berat segar tubuh buah jamur tiram putih. Hasil rata-rata berat segar tubuh buah jamur tiram putih pada panen pertama dan kedua secara keseluruhan mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh menurunnya nutrisi pada media sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram. Hasil penelitian Winarni (2002), bahwa rata-rata berat tubuh buah segar jamur yang dihasilkan setiap kali panen baik panen pertama dan panen kedua mengalami penurunan, hal ini karena sebagian nutrisi media tanam telah digunakan oleh jamur untuk menghasilkan tubuh buah pada panen pertama.

9

E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan jamur tiram putih (waktu pemenuhan miselium) paling cepat pada perlakun Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) selama 28,7 hari. 2. Produktifitas jamur tiram putih (Σ total panen jumlah tubuh buah dan Σ total panen berat segar tubuh buah) tertinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) yaitu 17 helai pada panen pertama, 11 helai pada panen kedua dan 126,67 g pada panen pertama, 110 g pada panen kedua.

DAFTAR PUSTAKA

Adikasari, Ria. 2012. “Pemanfaatan Ampas Teh Dan Ampas Kopi Sebagai Penambah Nutrisi Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum) Dengan Media Hidroponik”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Aini, Fitriah Nur. 2013. “Pengaruh Penambahan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)”. Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol. 2, No.1, (2013): 23373520 Alex, M. 2011. Meraih Sukses dengan Budidaya Jamur Tiram, Jamur Merang, dan Jamur Kuping. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Belewu.2005. Cultivation of mushroom (Volvariella volvacea) on banana leaves. African Journal of Biotechnology Vol. 4 (12), pp. 1401-1403, December 2005 Chang-Ho,Y. 1982. Ecological Studies of Volvaroella volvaceae, dalam Chang, S.T. and T.H. Quimio (Ed.), 1982, Tropical Mushroom: Biological Nature and Cultivation Methods, Chinese university Press, Hongkong. Chazali dan Pertiwi,P. 2010. Usaha Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Bogor.

10

Djarijah, N. M dan A. S. Djarijah., 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius, Yogyakarta. Hal 9, 14, 15, 47. Etty Sumiati. 2006. “Cara Praktis Budidaya Jamur Tiram”. Sinar Tani Edisi 19-25 July 2006. Fan, Leifa., C.R. Soccol. 2005. “Shittake Bag Cultivation”. COFFEE RESIDUES.Mushroom Growers. Handbook 2. Griffin, D.H. 1994. Fungal Physiology. John Wiley & Sons, Inc, New York. Nofriadi, Edo. 2009. Keragaman Nilai Lignin Terlarut Asam (Acid Soluble Lignin) Dalam Kayu Reaksi Pinus merkusii Jungh Et de Vriese dan Gnetum gnemon Linn. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Houston,D.F. and G.O Kohler, 1982. Nutritional Propertes Of Rice. National Academy Of Science Washington DC. Isnaeni , W. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lily Publisher. Kholisaoh, S. Diyar. 2011. DELIGNIFIKASI SABUT KELAPA DENGAN NaOH UNTUK PRODUKSI GULA PEREDUKSI SECARA ENZIMATIK. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses: 1411-4216 Moore E and Landecker. 1996. Fundamentals of the Fungi. Edisi IV, Prentice Hall, Inc, New Jersey. Mutakin, Jenal. 2006. “Uji Kultivasi Efisiensi Biologi Jamur Tiram (Pleurotus spp.) Liar dan Budidaya”. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Nelson, Scot. 2008. “Black Leaf Streak of Banana”. Plant Disease, PD-50 Redaksi Agromedia. 2009. Bertanam Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. Rismunandar, 1984. Mari Berkebun Jamur. Ternate. Bandung.

S. caetano, Nidia. 2012. “Valorization of Coffee Grounds for Biodiesel Production”. CHEMICAL ENGINEERING TRANSACTIONS, VOL. 26, 2012. DOI: 10.3303/CET1226045 Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram Budidaya dan Peluang Usaha. Semarang: Aneka Ilmu.

11

Steviani, Susi. 2011. “Pengaruh Penambahan Molase Dalam Berbagai Media Pada Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Suprapti S. 1988. “Pengaruh penambahan dedak terhadap produksi jamur tiram”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 5 (6): 337-339

Suryani, T. 2007. Kajian Komposisi Medium Tumbuh pada Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Jamur Tiram(Laporan Penelitian). Universitas Wangsa Manggala, Yogyakarta. Sutanto, Rahman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisus. Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogya: UGM Press Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Yogyakarta : UMM Press. Widiyastuti, B. 2008. Budi Daya Jamur Kompos: Jamur Merang, Jamur Kancing (Champignon), Jakarta: Penebar Swadaya. Winarni, Inggit. Rahayu, Ucu. (2002). “Pengaruh Formulasi Media Tanam dengan Bahan Dasar Sebuk Gergaji terhadap Produksi Jamur Tiram Putih (Pleuratus Ostreatus)”. Jurnal jurusan pendidikan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Terbuka.

12