Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
EKSPLORASI, IDENTIDFIKASI, DAN PERBANYAKAN TANAMAN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE GENERATIF DAN VEGETATIF
Liberty Chaidir, Epi, dan Ahmad Taofik
ABSTRAK
Tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman obat yang belum banyak diketahui oleh masyarakat dari segi bentuk, manfaat maupun khasiatnya, sehingga tanaman ciplukan di petani belum ada yang membudidayakannya secara komersial. Penelitian perbanyakan tanaman ciplukan menjadi hal penting sebagai awal untuk membudidayakannya secara komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbanyakan tanaman ciplukan secara generatif dan vegetatif. Penelitian pada cara vegetatif ini dilaksanakan di Kebun Jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung sejak bulan Mei – Juni 2014, pada cara generatif dilakukan di Rajawali Timur Gang Dunguscariang Andir Bandung sejak bulan Juni – Juli 2014. Metode yang digunakan dengan cara eksperimental antara lain Cianjur, Garut, dan Bandung. Metode pertama menggunakan cara generatif yaitu dengan membuat benih sendiri dan uji viabilitas benih, metode kedua menggunakan vegetatif yaitu dengan cara stek runduk. Hasil penelitian menunjukan bahwa cara generatif yaitu warna cangkap benih berpengaruh terhadap persentase kecambah normal. Kecambah normal tertinggi pada cangkap kuning sebanyak 11,42%, agak kuning 6% dan cangkap kering 0%, sedangkan hasil penelitian pada cara vegetatif, tanaman ciplukan dapat diperbanyak dengan cara vegetatif yaitu dengan cara stek runduk. Tanaman ciplukan dapat diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Kata kunci : Ciplukan, Generatif, Perbanyakan, Vegetatif
ABSTRACT Ciplukan (Physalis angulata L.) is a plant which haven't been know by majority of farmer from it's appearance, utility, or medical usage, which majority of farmer haven't been cultivated commercially yet. Research of ciplukan cultivating become important for beginning to cultivating it for commercial. This research aims for knowing the result of ciplukan cultivation, either generative and vegetative. Research of the vegetative cultivation is implemented at This research carried outinthe garden of Agrotechnology Faculty of Science and Technology UIN Sunan Gunung Djati Bandung since May - June 2014, and generative cultivation immplemented at Rajawali Timur, Gang Dunguscariang Andir Bandung since June - July 2014. The Methode used is with experimental way which involve seed from Cianjur, Garut and Bandung. First methode used generative way which made their own seed and viability test, second methode uses vegetative way which uses 82
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
stoop cutting methode. Result of research showed that generative methode the colours of seed ling effect normal seeding presentages, normal seeding highest result is at yellow (11,42 %), slightly yellow(6 %) and dry (0%), despite that the result of vegetative method, ciplukan could be cultivated by vegetative method which is stoop cutting method. Ciplukan could be cultivated with both of generative and vegetative methode. Keywords: Ciplukan, Generative, Propagation, Vegetative.
regulasi dalam darah dan menghilangkan
PENDAHULUAN Ciplukan diperjual belikan sebagai bahan ramuan obat tradisional berupa
efek
masih diambil dari tanaman yang tidak dibudidayakan secarai ntensif. Ciplukan umumnya dipanen dari tanaman yang tumbuh di pekarangan rumah, di sawah atau kebun-kebun (Widiyastuti, 2002). Tanaman
ciplukan
mempunyai
banyak manfaat terutama dalam bidang obat-obatan dengan kandungan kimia antara lain glikosida flavonoid, alkaloid,
Pemuliaan ilmu
(Verheijdan
Coronel,
1997).
Secara
spesifiknya glukosida flavonoid dalam ciplukan berkhasiat sebagai obat diabetes mellitus
karena
dapat
memperbaiki
diabetes
terapan
tanaman yang
merupakan
memanfaatkan
pengetahuan tentang genetika, patologi, fisiologi tumbuhan, statistik dan biologi molekuler
untuk
modifikasi
spesies
keperluan
atau
digunakan
dalam
tumbuhan
kebutuhan
bagi
manusia
(Jamsari, 2008). Pada dasarnya kegiatan utama pemuliaan tanaman meliputi tiga hal yaitu 1) eksplorasi dan identifikasi, 2) seleksi dan 3) evaluasi. Dalam rangka penyediakan benih
saponin, fisalin, withangulati A, protein, minyak lemak, asam falmitat, asamasetat
(komplikasi)
mellitus (Verheij et al., 1997).
ramuan atau simplisia tunggal. Sampai saat ini bahan tananam ciplukan sebagian besar
samping
tanaman ciplukan untuk bahan obat, langkah perbanyakan tanaman ciplukan merupakan hal yang harus dilakukan. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan
metode
budidaya
dan
umur 83
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
tanaman, sehingga usaha budidaya dan
perbanyakan generatif maka penulis ingin
kontinuitas tanaman obat menghasikan
mencobanya dengan perbanyakan secara
kestabilan
bahan
vegetatif. Perbanyakan tanaman ciplukan
Bahan
dapat dilakukan dengan cara stek runduk.
tanaman yang terstandarisasi berupa benih
Stek runduk sering disebut cangkok tanah
atau bibit tanamaan obat yang mutu
atau cangkok runduk karena dilakukan
genetiknya baik juga harus memiliki
dengan merundukkan cabang pohon induk
kualitas vigor benih yang tinggi. Perlu
sampai menyentuh tanah, lalu menutupnya
dilakukan upaya untuk perbaikan mutu
dengan media (Redaksi Agromedia, 2007).
tanaman
mutu yang
atau
kualitas
terstandarisasi.
benih atau bibit ciplukan sebagai bahan tanaman
untuk
menjamin
kestabilan
BAHAN DAN METODE
tersedianya herba ciplukan (Widiyastuti, Penelitian
2002). Perbanyakan sangat
umum
generatif
dijumpai,
sudah
bahan
yang
digunakan adalah biji. Biji disemaikan untuk dijadikan tanaman baru, ini bisa dijadikan bibit. Tanaman baru dari biji meskipun telah diketahui jenisnya kadang-
Instalansi
yang tidak menghasilkan biji atau jumlah
kelemahan
menghindari yang
kelemahan-
terdapat
Kebun
di
Agroteknologi
H. Nasution pada bulan Mei – Juni 2014 dan pada cara generatif
dilakukan di
Dunguscariang Andir Bandung sejak bulan Juni – Juli 2014. Alat penelitian
yang ini
digunakan
adalah
pinset,
dalam plastik
transparan ukuran 5 cm x 10 cm, penggaris 50 cm, gunting, tali rapia, kertas stensil,
bijinya yang sedikit (Suwandi, 2013). Untuk
dilakukan
Universitas Islam Negeri Bandung di Jl. A.
kadang sifatnya menyimpang dari pohon induknya, dan bahkan banyak tanaman
ini
pada
nampan, hekter, cup es krim, amplop coklat, almunium foil, kertas coklat, karton putih,
alat
tulis,
label,
kamera, 84
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
termohigrometer. Adapun bahan yang
mereka
digunakan adalah tanah, sabut kelapa,
Keterangan dari petani berupa penggunaan
bawang merah (ZPT), buah ciplukan yang
obat dan tempat tumbuh tanaman ciplukan
diambil dari beberapa tempat yaitu dari;
yang akan dijadikan pertimbangan dalam
(Peundeuy-Garut,
Cikalong-Tasik,
karakterisasi, deskripsi, dan perbanyakan.
Karawang, Jatinangor-Bandung, Bundaran
Eksplorasi ini bertujuan untuk meneliti
Cibiru-Bandung). Beberapa pohon induk
jenis
tanaman ciplukan yang sehat diambil
mengamankan dari kepunahan.
untuk
dijadikan
perbanyakan
secara
vegetatif di ambil dari Bandung.
terhadap
tanaman
ciplukan
nutfah.
untuk
Identifikasi dan karakterisasi hasil eksplorasi
ini
pengelompokan
menggunakan
metode
tanaman
ciplukan
berdasarkan bentuk dan warna daun,
Eksplorasi Pada
plasma
ini
bunga, batang, buah dan akar serta tempat
dilakukan dengan metode deskriptif yaitu
pengambilan tanaman ciplukan. Setelah
dengan observasi ke Cianjur, Garut, dan
dilakukan eksplorasi ciplukan diperbanyak
Bandung. Eksplorasi dilaksanakan secara
dengan menggunakan cara generatif dan
bertahap dengan mengandalkan sumber
vegetatif.
informasi baik dari warga sekitar maupun
-
dari
data
penelitian
eksplorasi
kepustakaan.
ini
adalah tiga jenis buah ciplukan yaitu
dilakukan untuk penggalian informasi
buah cangkap agak kuning, cangkap
keberadaan tanaman pengumpulan contoh
kuning dan cangkap kering masing-
tanaman
masing dilakukan sembilan ulangan.
dan
Kegiatan
Cara generatif: faktor yang digunakan
deskripsi
konservasi
contoh
eksplorasi.
Eksplorasi
keterangan
petani
tanaman,
tanaman didukung
tentang
hasil oleh
-
Cara vegetatif: tiga pohon ciplukan masing-masing dilakukan perindukan
preferensi
85
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 sebanyak
sepuluh
ISSN 1979-8911
dahan
yang
permukaan laut (mdpl), dengan suhu ratarata 200C sampai dengan 270 C, sehingga
dirundukan.
populasi tanaman ciplukan dapat tumbuh Pelaksanaan Penelitian
dengan ideal.
Eksplorasi
b. Garut
Langkah pertama eksplorasi adalah
Kabupaten
Garut,
kampung
dan meminta data profil wilayah tersebut
kecamatan Peundeuy, kabupaten Garut.
kepada
Kampung
daerah
setempat.
Cinangsi
desa
di
observasi keberadaan tanaman ciplukan
pimpinan
Cinangsi,
tepatnya
ini
Toblong,
berada
di
Kemudian dilakukan pencarian tanaman
ketinggian 550 mdpl, dan memliki curah
ciplukan ke lapangan di tiga lokasi yaitu
hujan 258 mm, keadaan suhu rata-rata
Cianjur, Garut, dan Bandung. Berikut
270C – 300C. Cinangsi merupakan salah
penjelasan mengenai karakteristik geografi
satu daerah yang memiliki jenis tanah
dari masing-masing lokasi tersebut:
andosol subur, gembur berwarna hitam
a. Cianjur
kelam, sangat porous, mengandung bahan
Kampung Kulur Kulon atau sering
orgaik, ciri morfologi tanah ini berwarna
disebut kampung Kulur desa Tanjungsari
coklat sampai hitam, tidak liat, tidak lekat,
kecamatan Sukaluyu kabupaten Cianjur
struktur remah atau granular, pH antara 4,5
merupakan kampung yang memiliki tanah
– 6. Sehingga banyak tanaman obat
subur, gembur agak lembab atau jenis
ciplukan banyak tersebar di daerah ini.
tanah andosol, berwarna hitam kelam,
c. Bandung
sangant
porous,
mengandung
bahan
Eksplorasi selanjutnya di lakukan
organik dan lempung. Memiliki curah
di kota Bandung, Bandung merupakan
hujan 164 mm per tahun, dan berada di
kota yang terletak pada ketinggian 768
ketinggian
mdpl, yang berada di koordinat 1070 – 430
375-371
meter
di
atas
86
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
Lintang Timur dan 60 00 – 60 20 Lintang
lanset.
Selatan. Keadaan geologis dan tanah kota
diidentifikasi mulai bentuk,dan warna
Bandung merupakan jenis tanah andosol,
bunga.
dengan suhu rata-rata 250C, dan curah
diamati mulai dari bentuk, warna, ukuran
hujan rata-rata 200,4 mm per tahun dan
panjang dan diametr buah. Identifikasi
hari hujan rata-rata 21,3 hari per bulan.
selanjutnya yaitu pengukuran panjang
Bunga
yang
Sedangkan
diamati
pada
buah,
dan
buah
akar, warna akar dan bentuk akar. Identifikasi dan Karakterisasi Ciplukan Identifikasi batang dan cabang ciplukan dilakukan dengan melihat dan
1. Perbanyakan Generatif a. Menyiapkan Biji Ciplukan (Physalis angulate L.)
membandingkan dengan hasil yang didapat dari literatur yaitu dikelompokan kedalam bentuk
cabang
bulat
(teres),
bersegi
(angularis) bangun segitiga (tringularis) dan segiempat (quadrangularis), pipih; pilokladia, kladodia dan dikelompokkan berdasarkan sifat yang terdiri dari licin, berusuk, berlalur, bersayap, berambut, berduri dan memperlihatkan bekas-bekas daun misalnya pada papaya (Haryudin et al.,
2009).
Daun
dikelompokan
berdasarkan warna, daun panjang dan diameter daun serta bentuk daun. Bentukbentuk daun tersebut yaitu bentuk bulat atau bundar, perisai, jorong, memanjang,
termasuk kedalam jenis buah tunggal artinya
memiliki
pericarp
lunak,
berdaging, dan exocarp yang tipis seperti kulit. Pemilihan buah ciplukan yang akan dijadikan benih diambil dari beberapa tempat yaitu Garut, Bandung, Tasik, dan Karawang. Ciplukan yang akan dijadikan benih yaitu buah yang memiliki kriteria cangkap (penutup buah) dengan warna agak kuning, cangkap kuning, dan cangkap kering. Kemudian biji dikeluarkan dari buah, dan dibersihkan dari buah dan lendir yang menempel agar tidak menjadi tempat tumbuhnya jamur, biji diseleksi dengan melihat penampilan fisiknya, biji yang 87
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
memenuhi syarat sebagai benih adalah biji
Perkecambahan merupakan proses
yang padat dan bernas, bentuk dan
metobolisme
ukurannya seragam, permukaan kulitnya
menghasilkan
bersih, dan tidak cacat. Kemudian, biji
komponen
hasil seleksi fisik direndam dalam air. Biji
radikula). Definisi perkecambahan adalah
yang
jika
tenggelam
dipilih,
karena
ini
biji
hingga
dapat
pertumbuhan
dari
kecambah
sudah
dapat
(plumula
dilihat
dan
atribut
menandakan daya kecambahnya lebih
perkecambahannya, yaitu plumula dan
tinggi dibandingkan dengan biji yang
rdikula dan keduanya tumbuh normal
terapung. Air perendaman dibuang dan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
direndam kembali selama 12 jam ini
ketentuan
dilakukan
Testing Association) (Purnobasuki, 2011).
untuk
mencegah
serangan
penyakit pada biji. Setelah direndam, biji
ISTA
Pengujian
(International
dilakukan
Seed
dengan
ditiriskan dan di jemur 4 jam selama dua
menggunakan metode Uji Kertas Digulung
hari, penjemuran dilakukan sampai kadar
(UDK) atau Uji Kertas Digulung dalam
air
dikemas
plastik. Pada metode ini dianggap mudah
menggunakan klip plastik, dan dibungkus
karena bahan yang diperlukan mudah
dengan alumunium foil dilipat rapat dan
dicari, kelembaban lebih tahan lama. Uji
dimasukan kedalam kertas coklat yang
daya kecambah ini menggunakan kertas
telah dilipat seperti amplop kecil dan di
stensil karena lebih mudah didapatkan dari
beri label, pemberian label dilakukan pada
toko
klip plastik, pada bungkus kertas coklat,
menyimpan air, tidak mudah sobek, dan
dan amplop, ini dilakukan agar benih tidak
lebih simpel, kertas ini digunakan untuk
tertukar dengan benih lain.
alas dan penutup benih yang akan diuji,
b. Uji Daya Kecambah
kertas yang diperlukan 3 lembar untuk alas
±
14%,
biji
ciplukan
kertas,
kemudian
tahan
lama
bawah dan 2 lembar untuk penutup. Hal
88
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 pertama
yang
ISSN 1979-8911
dilakukan
sebelum
penelitian dimulai adalah menyiapakan
masing-masing tumbuh dengan normal (Gambar 1).
kertas stensil 3 lembar dilipat untuk penutup dipotong setengah karena ini akan menghambat
petumbuhan
benih
dilamanya. Benih-benih yang telah siap disemai di tata dengan posisi jizag, diatas kertas
stensil
yang
telah
dibasahi
sebelumnya, posisi ini maksudkan agar
Gambar 1. Kecambah normal c. Pengamatan Pengamatan
penunjang
yang
benih tidak berantakan dalam arti benih
diamati diantaranya sebagai berikut; suhu,
yang akan tidak tercecer kemana-mana.
cahaya,
Setelah benih rapih ditutup dengan kertas
pengamatan utamanya adalah; kecambah
dan dilapisi plastik dibawahnya agar air
normal dan kecambah abnormal dihitung
dalam kertas tetap tersedia, setelah itu
pada hari ke lima dan ke 14 MST.
substrat
Kecambah
stensil
digulung
bersamaan
air
dan
media.
normal
Sedangkan
yang
diamati
dengan plastik tersebut dan disimpan di
menunjukan adanya pertumbuhan radikula
toples
(akar), hipokotil (batang) dan plumula
yang
lebar
dengan
posisi
dibaringkan. Pengamatan dilkakukan pada
(pucuk).
hari ke-5 dan hari ke-14 setelah semai.
ditunjukan
Pengamatan
sedikit, lemas, atau bahkan mati.
berkecambah,
dilakukan
sampai
kemudian
benih
diseleksi
kecambah yang normal dan abnormal.
Pada
kecambah
kecambah
abnormal
yang
akarnya
2. Perbanyakan Cara Vegetatif Tanaman
hasil
eksplorasi
Ciri-ciri kecambah yang normal ditunjukan
dimasukan ke pot dan untuk diperbanyak
adanya radikula (akar) primer dan skunder,
secara stek runduk atau secara vegetatif.
hipokotil, kotiledon, dan flumula yang
Buah ciplukan yang sudah matang diambil 89
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 untuk
dijadikan
pertumbuhannya, tumbuhan
benih dan
selanjutnya
ISSN 1979-8911
dan
diamati
ekspektoran, dan diuretic (Nofrizal, 2007).
koleksi
sampel
Tanaman
diproses
untuk
ciplukan
dibungkus
dengan
plastik ukuran 7 cm x 7cm, daun ciplukan
dijadikan herbarium. Perbanyakan secara
yang
berada
di
bagian
yang
akan
vegetatif dilakukan dengan cara rundukan,
dibungkus dibuang dengan menggunakan
dengan cara membungkus ranting ciplukan
silet yang tajam, kemudian disemprotkan
dengan menggunakan media sabut kelapa
perasan air bawang ke buku ciplukan yang
dan tanah dengan perbandingan 3:1.
akan dibungkus. Tanaman ciplukan dibalut
Ciplukan yang akan dirundukan diambil
dengan sabut kelapa yang telah dicampur
dari Bandung dengan memiliki beberapa
dengan tanah dan diikat dengan tali rapia.
kriteria tanaman ciplukan yang sehat,
Penyiraman dilakukan setiap hari dan
normal, kekar, buahnya banyak, daun lebat
pengamatan minggu ke-1 sampai minggu
dan memiliki sistem perakaran kuat.
ke-5.
Ciplukan yang telah dipilih kemudian dipindahkan
ke
polybag,
kemudian
disemprotkan ZPT perasan air bawang
Pengamatan Pengamatan diamati
air bawang merah ini, kerana bawang
morfologi
merah memiliki kandungan kimia antara
ciplukan.
lain minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin,
utamanya adalah adanya pertumbuhan akar
dihidroaliin,
kuersetin,
pada teknik perundukan yang diamati ±1
saponin, peptide, fitohormon, vitamin, dan
bulan. Kecambah yang normal ialah
zat
ialah
kecambah yang memiliki perkembangan
menghangatkan, rasa, dan bau tajam,
sistem perakaran yang baik terutama akar
sedangkan khasiatnya berupa bakterisid,
primer dan akar skunder. Kecambah
pati.
Sifat
khasnya
dan
suhu,
yang
merah seminggu sekali. Penggunaan ZPT
flvonglikosida,
adalah
penunjang
kelembaban,
agronomi
Sedangkan
tanaman pengamatan
90
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
normal juga dapat menunjukan hipokotil
(b) Kecambah abnormal
yang baik sempurna tanpa ada kerusakan
Sumber: (Epi, 2014)
pada jaringan. Plumula yang sempurna dengan daun yang hijau dan tumbuh baik
Kecambah yang normal terlihat
di dalam atau muncul dari koleoptil, dan
plumula tumbuh dengan sempurna dengan
satu
warna daun yang hjau dan tumbuh baik.
kotiledon
Sedangkan
yang
kecambah
dimilikinya. ialah
Pada hipokotil atau calon batang tumbuh
kecambah yang rusak, tanpa kotiledon,
dengan baik tanpa ada kerusakan pada
embrio yang pecah dan akar primer yang
jaringannya, kotiledon yang ditunjukan
pendek,
cacat,
juga terlihat sempurna tidak terlihat lemas
kurang
atau layu (Gambar. 2 a). Adapun untuk
penting,
Gambar. 2 (b) ialah kecambah yang
plumula yang yang terputar, hipokotol,
kekurangan satu atribut embrio yaitu akar
epikotil, kotiledon yang membengkak,
(radikula). Akar ini mengalami kerusakan
akar yang pendek (Purnobasuki, 2011).
yang diakibatkan oleh tersedianya air pada
atau
bentuknya
perkembangannya seimbang
dari
abnormal
lemah bagian
yang atau yang
plumula
media yang terlalu tinggi, sehingga akar mengalami busuk dan berwarna coklat.
hipokotil
Hasil radikula
analisis,
cangkap
agak
kuning yang dapat tumbuh sebanyak 3 tanaman atau 6% dari perlakuan 2 dan 6 yaitu
sebanyak
dikecambahkan, pada
biji
yang
50 sedangkan tidak
biji
yang
persentase berkecambah
mencapai 94%. Kecambah normal pada Gambar 2. Kecambah normal dan
warna cangkap kuning yang dapat tumbuh
abnormal (a) Kecambah normal 91
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
sebanyak 20 tanaman atau 11,42% dari
terbawa oleh benih menjadi aktif setelah
perlakuan 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan
benih disebar atau disemaikan. Sebagai
kecambah abnormal atau tidak tumbuh
akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi
sebanyak 88,58%.
“damping off” sebelum atau sesudah benih
Hal ini sesuai dengan pendapat
berkecambah.
Purnobasuki (2011), yang menyatakan
Tingginya kecambah yang tidak
bahwa setiap biji yang dikecambahkan
tumbuh atau abnormal dari tiga perlakuan
ataupun
selalu
cangkap yang dilakukan, dengan cara,
kecambahnya
media, dan tempat yang sama. Media yang
faktor
yang
digunakan pada ketiga perlakuan benih
menyebabkan benih berkecambah normal,
yang sama yaitu substrat stensil. Tempat
abnormal, dan benih tidak tumbuh sama
tumbuh dan lingkungan tumbuhnya juga
sekali. Faktor tersebut dikemukakan oleh
seragam, yaitu menggunakan uji UDK (Uji
Sutopo (2010), beberapa faktor yang
Digulung
mengakibatkan
diletakan dalam bak plastik di rak pada
yang
persentase sama.
diujikan
pertumbuhan
Ada
beberapa
benih
tidak
tidak
tumbuh
diantaranya benih yang dipilih adalah
dalam
Kertas),
sama-sama
kondisi suhu kamar yang sama.
benih yang diambil dari buah yang telah
Dalam konsep Steinbauer – Sadjad
jatuh hingga benih itu pecah dan keadaan
(Sadjad, 1980) dikemukakan bahwa biji
kulit buah dalam keadaan pecah atau
dapat
terbuka. Benih dalam keadaan seperti ini
berkecambah yang berbeda selama proses
telah mengalami kontaminasi oleh bakteri,
pematangannya, dan secara umum dapat
cendawan, virus maupun nematoda bahkan
dibedakan ke dalam tiga fase. Fase
mungkin telah tersentuh oleh binatang
pertama adalah saat biji pada kondisi
yang memiliki bakteri atau penyakit
matang morfologis sampai biji matang
lainnya.
untuk
Kebanyakan
patogen
yang
mempunyai
berkecambah.
kemampuan
Fase
kedua
92
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 merupakan
periode
ISSN 1979-8911
dimana
biji
berkecambah
yang
Pratiwi (2006) mengemukakan bahwa di
ketiga
dalam gen terkandung faktor-faktor sifat
merupakan periode terjadinya penurunan
keturunan yang dapat diturunkan pada
daya berkecambah benih.
keturunannya
mempunyai
daya
maksimal,
sedangkan
fase
air, temperatur, oksigen,
dan
dan
berfungsi
media.
untuk
Selain itu faktor internal yang lain
mengontrol reaksi kimia di dalam sel,
adalah kemasakan benih. Jika benih yang
misalnya sintesis protein yang merupakan
sudah masak maka cadangan makanan
bagian dasar penyusun tubuh tumbuhan,
pada benih tersebut sudah ada, sehingga
dikendalikan oleh gen secara langsung.
waktu
benih
itu
ditanam
maka
Benih ciplukan diambil dari warna
perkecambahan akan mudah karena dalam
cangkap yang berbeda, yaitu cangkap agak
melakukan
benih
kuning, cangkap kuning, dan cangkap
melakukan aktivitasnya dengan cadangan
kering yang diambil dari dua lokasi yaitu
makanan
tersebut
(Pramono,
2010).
Garut dan Bandung sebanyak ±100 biji.
Menurut
Sutopo
(2010),
cadangan
Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat
perkecambahan
makanan tersebut ialah cadangan makanan
viabilitas
yang
yang tersimpan dalam biji umumnya
kematangan yang berbeda. Hasil penelitian
terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan
dari
mineral.
menghasilkan
benih
tumbuh
yang
dari
tingkat
dikecambahkan
persentase
kecambah
Menurut Sutopo (2010) ada dua
sebanyak 6% dari warna cangkap agak
faktor yang dapat berpengaruh terhadap
kuning dan 11,42% dari warna cangkap
perkecambahan benih yaitu faktor dalam
yang kuning.
(genetis), seperti tingkat kemasakan benih,
Hasil analisis menunjukkan bahwa
hormon, ukuran dan kekerasan biji dan
warna
cangkap
dormansi biji, sedangkan faktor luar yaitu
berpengaruh
yang
terhadap
dicobakan
perkecambahan
93
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 benih
yang
dikecambahkan.
ISSN 1979-8911 ini
makanan yang nantinya akan dirombak
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
pada tahap metabolisme perkecambahan,
menurut Sutopo (2010) mengemukakan
semakin besar ukuran biji diasumsikan
bahwa benih yang dipenen sebelum tingkat
memiliki cadangan makanan yang lebih
kemasakan
tidak
banyak daripada biji yang kecil, sehingga
tinggi,
semakin besar biji maka metabolisme
dikarenakan tingkat kemasakan benih yang
perkecambahan akan berjalan dengan baik.
belum cukup, benih belum mempunyai
Menurut Hendromono (1997) ukuran biji
cadangan
dan media semai sangat berpengaruh
fisiologis
mempunyai
tercapai
viabilitas
makan
Hal
yang
yang
cukup
untuk
metabolisme perkecambahan. Faktor
terhadap viabilitas biji tanaman. Dormansi
berikutnya
yang
adalah suatu keadaan pertumbuhan yang
perkecambahan
tertunda atau keadaan istirahat. Setiap
benih yaitu hormon. Hormon merupakan
benih tanaman memiliki masa dormansi
zat
yang
berpengaruh
yang
terhadap
berperan
metabolisme merupakan
penting
perkecambahan, stimulan
hormon
berbeda-beda,
mempengaruhi
dormansi dari
ini proses
proses
perkecambahan, bila sifat dormansi benih
metabolism sehingga keberadaan hormon
tergolong lama, maka perkecambahan
yang
akan
mencukupi
memberikan
dalam
kemampuan
memungkinkan permeabel
dalam
dalam
dinding
sehingga
biji
dapat
dinding sel
sel
bersifat
mempermudah
semakin
lambat,
begitu
pula
sebaliknya (Gardner, 1991). Selain faktor dalam perbedaan karakteristik
perkecambahan
benih
imbisisi dan mempercepat perkecambahan
dilatarbelakangi oleh faktor luar yaitu air,
(Sadjad, 1980). Ukuran dan kekerasan biji
suhu, cahaya dan oksigen. Air merupakan
menurut Ashari (1995) mengemukakan
faktor yang penting untuk perkecambahan
bahwa di dalam biji terdapat cadangan
berfungsi sebagai pelunak kulit
biji,
94
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
melarutkan cadangan makanan, sarana
setiap tanaman berbeda-beda. Kisaran
transportasi
suhu untuk pertumbuhan tanaman antara
serta
bersama
hormon
mengatur elurgansi (pemanjangan) dan
26,50C
pengembangan sel, sehingga kecukupan
pertumbuhan
kadar air ketika proses perkecambahan
tanaman, disamping ada yang memerlukan
mutlak diperlukan (Sutopo, 2010). Air
suhu tinggi atau lebih rendah untuk
dibutuhkan benih sekitar 40%-60% (67%-
kondisi tertentu, di bawah itu yaitu pada
150% atas dasar kering) akan meningkat
temperatur minimum rendah (00C-50C)
pada saat munculnya radikula sampai
kebanykan jenis benih akan gagal untuk
jaringan
berkecambah,
atau
sedang tumbuh mempunyai kandungan air
“chilling”
yang
70%-90% (Ching, 1972).
terbentuknya kecambah abnormal (Sutopo,
penyimpanan
dan
kecambah
350C
–
hampir
positif
memberikan
sejumlah
terjadi
besar
keruakan
mengakibatkan
Suhu merupakan syarat penting
2010). Hasil analisis suhu dapat dilihat
kedua
yang
pada lampiran 8 Rata-rata suhu dilapangan
perkecambahan
tanaman ini adalah 19,250C – 240C, dan
benih. Suhu optimum adalah suhu yang
pada suhu kamar untuk perbanykan secara
paling
generatif adalah 190C – 23,750C.
yang
berpengaruh
dari
faktor
terhadap
air
menguntungkan
berlangsungnya
perkecambahan
bagi benih.
Suhu yang terlalu tinggi pada saat
Pada kisaran suhu ini berpengaruh sangat
penyimpanan
penting bagi perkecambahan benih dan
kerusakan
berpengaruh
pertumbuhan
memperbesar terjadinya penguapan zat
radikula, hipikotil, dan plumula, serta
cair dari dalam benih, sehingga benih akan
perkembangan sel dan jaringan serta
kehilangan daya imbibisi dan kemampuan
pembentukan
untuk
terhadap
organ
tanaman.
Suhu
optimum untuk terjadinya morfogenesis
pada
dapat
mengakibatkan
benih,
berkecambah
karena
(Sutopo,
akan
2010).
Protoplasma dari embrio dapat mati akibat
95
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 keringnya
sebagian
seluruh
lampu neon yang memiliki daya 15
benih.Suhu optimum untuk penyimpanan
watt/865 daylight dengan 220-240 volt dan
benih jangka waktu panjang terletak antara
lama penyinarannya tanpa henti selama 12
(-180C - 00C). Antara kandungan air benih
jam. Cahaya merupakan faktor penting
dan temperatur terdapat hubungan yang
bagi pertumbuhan
sangat erat dan timbal balik. Jika salah satu
tanaman, arena selainberperan dominan
tinggi maka yang lain haru rendah
pada proses fotosintesis juga berperan
(Sutopo, 2010). Telah lama diketahui
sebagai pengendali, pemicu dan mudalator
bahwa suhu rendah lebih efektif daripada
respon morfogenesis khususnya pada tahap
suhu tinggi untuk penyimpanan benih.
awal
Semakin
2013).
rendah
atau
ISSN 1979-8911
suhu
kemunduran
pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman
(Sandra,
viabilitas benih dapat semakin dikurangi,
Tutup bak plastik dibuka ± 1,5 cm
sedangkan semakin tinggi suhu semakin
agar benih tetap mendapatkan oksigen
meningkat
yang
laju kemunduran viabilitas
diperlukan.
Sutopo
(2010)
benih. Hal ini sesuai dengan kaidah dari
berpendapat bahwa oksigen diperlukan biji
Harrington
Harrington,
untuk proses respirasi. Proses respirasi
1972) yang kedua yaitu bahwa untuk
akan meningkat disertai pula dengan
setiap kenaikan temperatur 50C pada
meningkatnya pengambilan oksigen dan
tempat penyimapanan maka umur benih
pelepasan karbon dioksida, air dan energi
akan menjadi setengahnya. Hukum ini
yang berupa panas. Terbatasnya oksigen
berlaku pada suhu antara 00C – 500C. Suhu
akan menghambat perkecambahan benih.
(1959,
dalam
rata-rata hasil analisis di lapangan yang diamati adalah 190C – 230C.
Media
yang
digunakan
dalam
penelitian ini ialah substrat stensil. Stensil
Faktor cahaya yang digunakan
ini memiliki penyerapan air yang tinggi,
dalam proses perkecambahan berasal dari
mudah didapatkan di toko kertas terekat,
96
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
harganya yang murah, sehingga tepat
pengujian viabilitas benih dengan metode
untuk dijadikan media perkecambahan
UKDdp yang dilakukan oleh Santana
benih. Pengujian viabilitas benih ini
(2005) menunjukkan bahwa kertas stensil
menggunakan cara Uji
dapat
Diatas Kertas
digunakan
sebagai
alternative
(UDK). Hal ini sesuai dengan pernyataan
substrat perkecambahan benih. Sedangkan
Kamil (1979) menyatakan bahwa substrat
kertas merang sulit dijumpai di toko kertas
kertas lebih banyak dugunakan karena
karena pembuatan kertas merang yang
lebih praktis dan memenuhi persyaratan-
masih dalam skala industri rumah tangga
persyaratan dalam prosedur pengujian
serta kelangkaan bahan baku merang
mutu benih secara modern. Substrat dapat
menyebabkan terbatasnya produksi kertas
digunakan
merang dan harganya menjadi semakin
untuk
beberapa
pengujian
viabilitas yaitu: 1) Uji Diatas Kertas
mahal.
(UDK) untuk ukuran benih-benih kecil yang
membutuhkan
cahaya
dalam
perkecambahannya ; 2) Uji Antar Kertas (UAK) ; 3) Uji Kertas Digulung (UKD) hasil penelitian Hapsari (2004) dengan menggunakan metode UKDdp pada 12 komoditas dengan dua tingkat vigor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kertas stensil memiliki kemampuan yang tidak berbeda dengan kertas merang sebagai substrat pengujian viabilitas benih, baik pada pengujian benih bervigor tinggi maupun benih bervigor rendah.Selanjutnya
Pengamatan Pada Cara Vegetatif Pengamatan Penunjang Pengamatan
penunjang
pada
penelitian ini meliputi pengamatan suhu dan kelembaban di tempat penelitian. Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pada
akar
pada
stek
ciplukan. Hasil pengamatan suhu rata-rata di lapangan dari bulan Mei - Juni 2014 adalah 22,13% dan kelembaban udara yang di lapangan rata-rata 53,21%.. Keberhasilaan
dalam
budidaya
tanaman akan ditentukan dan sangat 97
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
tergantung pada pemilihan bibit unggul.
tanaman
Ciri bibit
terjaga.Tanaman
unggul dapat
dilihat
dari
agar
asupan
air
ciplukan
selalu untuk
pertumbuhan yang seragam, sehat dan
perbanyakan
akarnya banyak, ketika bibit dipindah
Bandung saja, hal ini disebabkan sulitnya
dapat tumbuh lebih cepat kokoh dan
jarak
menghijau serta tahan hama dan penyakit
sehingga tanaman ciplukan mudah layu
(Santoso, 2013).
dan sulit untuk tumbuh kembali. Ciplukan
Setelah
dilakukan
tempuh
vegetatifdiambil
ke
tempat
dari
penelitian
eksplorasi,
yang telah dipilih ditempatkan jauh dari
tanaman ciplukan yang masih muda atau
tanaman lain, untuk menjaga kemungkinan
sudah mencapai umur kurang lebih 1 atau
terjadinya penyerbukan silang dengan
2 bulan dengan ciri-ciri tanaman muncul
tanaman lain yang tidak jelas asal usulnya
bunga atau sudah berbuah ciplukan dapat
dan keunggulan sifatnya. Jika ini terjadi,
diperbanyak
rundukan.
bibit hasil perbanyakan yang dihasilkan
Perundukan ini diawali dengan memilih
akan memiliki keragaman sifat yang
tanaman yang tumbuh normal, berbatang
tinggi,
kekar, memiliki perakaran yang kuat,
bersifat unggul. Setelah tanaman dipilih
pertumbuhannya baik dan sehat. Karena
kemudian daun tanaman yang akan di
kemungkinan besar bibit perbanyakan
rundukan dibuang dengan menggunakan
yang dihasilkan juga akan membawa
silet.
dengan
cara
tanaman yang sehat pula. Selain itu,
tetapi belum tentu
Tahap
berikutnya
semuanya
adalah
tanaman yang dijadikan sebagai pohon
pembungkusan buku ciplukan di bagian
induk dipindahkan ke pot lalu dipndahkan
ranting tanaman yang sebelumnya telah
ke lokasi penelitian dan sebagian lagi
diolesi ZPT air bawang merah, kemudian
ditanam
ini
ranting ciplukan dibungkus dengan media
dilakukan untuk menjaga pertumbuhan
sabut kelapasebanyak ±satu sendok makan
di
pinggir
sawah,
hal
98
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
dan dibalut dengan plastik transparan yang
terserap secara maksimal, akan tetapi
sebelumnya telah diberi lubang udara dan
terbuang bersamaan air ketika penyiraman
mengikatnya dengan tali rapia.
dan sebagiannya lagi menguap ke udara.
Pemberian ZPT air bawang merah
Tahapan
berikutnya
ialah
melakukan
dilakukan seminggu sekali, karena ZPT
pengamatan meliputi suhu, kelembaban
yang sebelumnya telah diberikan tidak
dan
pertumbuhan
akar.
Tabel 1. Jumlah tunas yang tumbuh Perlakuan Tumbuh (%) Tidak Tumbuh (%) 1 √ 2 X 3 X 4 √ 5 X 6 X 7 √ 8 X 9 X 10 X Total 33,33% 0 Keterangan : √ = tunas yang tumbuh akar x = tunas yang tidak tumbuh akar
Berdasarkan tabel di atas stek
diperbanyak tetap mendapatkan asupan
runduk yang tumbuh sebanyak 3 ranting
makanan dari pohon induknya. Sedangkan
yang tumbuh dari 10
ranting yang
cabang yang tidak tumbuh disebabkan oleh
dicobakan. Jumlah akar yang tumbuh
pertumbuhan pohon induk yang terganggu,
mulai dari satu akar sampai 3 akar.dengan
pohon induk yang digunakan berasal dari
perlakuan yang sama yaitu pohon induk
daerah
yang diambil dari satu tempat yang sama,
dipinggir sawah. Sehingga pertumbuhan
ditanam di tempat yang sama yaitu di
pada akar, batang, dan daun terganggu,
pinggir sawah. Keberhasilan tersebut dapat
sehingga dibutuhkan waktu yang cukup
diduga karena cabang atau ranting yang
untuk proses adaptasi pada lingkungan
yang
berbeda
lalu
ditanam
99
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
yang baru. Beberapa faktor lain yang
dapat diperbanyak dengan menggunakan
berpengaruh terhadap pertumbuhan akar
cara vegetatif yaitu melalui stek runduk
pada stek dipengaruhi oleh faktor luar dan
pada ranting ciplukan.
dalam (Mahfudz et al., 2004 dalam Soekotjo, 2004). Faktor luar yaitu media, faktor lingkungan meliputi suhu, kelembaban, cahaya
dan
pengerjaan
mekanis.
Sedangkan faktor dalam yaitu umur pohon induk, tempat cabang dalam pohon induk, perediaan makanan dan kalus formasi. Pada
penelitian
ini,
masing-masing
perlakuan ditempatkan pada lingkungan yang sama, sehingga pengaruh dari ketiga
Gambar 3. Hasil stek ciplukan (a) Ciplukan yang siap dipotong dan ditanam
perlakuan relative seragam. ZPT bawang
(b) Ciplukan yang baru tumbuh satu akar
merah
(c) Akar ciplukan yang siap dipisah dari
mampu
pembentukan
untuk kalus,
menstimulasi dimana
kalus
pohon induknya
merupakan awal dari pembentukan akar
Sumber: (Epi, 2014)
pada stek ranting ciplukan. Hal ini karena bawang
merah
mengandung
hormon
SIMPULAN DAN SARAN
auksin yang berfungsi sebagai stimulasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik
pertumbuhan akar ataupun juvenil.
beberapa kesimpulan diantaranya adalah:
Berdasarkan dilakukan,
dapat
penelitian
yang
disimpulkan
bahwa
tanaman ciplukan (Physalis angulata L.)
1. Hasil perbanyakan tanaman ciplukan secara
generatif
menunjukkan
pesrentase pertumbuhan pada benih
100
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
dari ciplukan warna agak kuning sebanyak 6%, dan warna cangkap kuning 11,42%. 2. Sedangkan
perbanyakan
secara
vegetatif, ciplukan dapat diperbanyak dengan menggunakan cara vegetative sebanyak
30%
yang
dapat
menunjukkan pertumbuhan tunas dan
Gaedner, F.P., Pearce, R. B, dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologis Tanaman Budidaya (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Hapsari, I. 2004. Studi Alternatif Substrat Kertas untuk Pengujian Viabilitas Benih. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Heyne, K. 1982. Tumbuhan Berguna Indonesia (Terjemahan). Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Bogor.
akar. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
Winarto, 2007. Tanaman Obat Indonesia untuk Pengobat Herbal Jilid 1. Jakarta: Karyasari Herba Media.
dengan lebih memperhatikan waktu dan tempat kondisi lingkungan peneltian serta teknik penelitian yang tepat.
Jamsari. 2008. Pengantar Pemuliaan Landasan Genetis, Biologis, dan Molekuler. Pekanbaru: Penerbit Unri Press. Jurnal.
DAFTAR PUSTAKA Andrade, F. H. P., Calvino, A. Cirilio, dan Barbieri. 2002. Yield Respons to Narrow Rows Depend on Increased Radiation Interseption. Agron. J .94 : 975-980. Baedowi. 1992. Timbunan Glikogen dalam Hepatosit dan Kegiatan Sel Beta Insula Pancreatisi Tikus Putih (Ratus novergicus) Akibat Pemberian Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata L.). SKRIPSI. Fakultas UGM. Yogyakarta. Brown,
K., and Brooks, K. 2002. Bushlandweeds: A Practical Guide to Their Management, Environmental Weeds Action Network (WA) Inc. Perth WA.
Cheppy S. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
2013. Materi 7: Perbanyakan Vegetatif. Gafindo Persada.
Kelly, K. Quinn., L. Steve, C. Kirsten, B. Hillary, L. Mark C, dan Barbara N. T. 2012. The Ethnobotany and Ethnopharmacology of Wild Tomatilos, Physalis longifolia Nutt., and Related Physalis Species : A Review1. New York Botanical Garden Press. Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 237 halaman. Sutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih. Jakarta. Hlm. 2-3. Liu, W., M. Tollenaar, G. Stewart, dan W. Deen. 2004. Agro-fisiological Traits of Three maize Hybrid
101
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1
ISSN 1979-8911
Asinfluenced By Varyng Plant Density.
Sugeng, HR. 2001. Tanaman Apotik Hidup. Semarang: CV Aneka Ilmu.
Mahfudz M.A, Fauzi, Yuliah, T. Herawan, Prastyono, dan H. Supriyanto. 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Sutjiatmo AB, Elin Y, dkk. 2011. Efek Hipoglikemik Ekstrak Air Herba Ciplukan (Physalisangulata L) pada Tikus Wistar. Aristoteles 5: 15. Suwandi. 2013. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman. Yogyakarta. Swasti, E. 2007. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. Tampubolon, O.T. 1995. Tumbuhan Obat. Jakarta: Bhratara. Tim Pengampu. 2011. Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi Benih. Makassar. Verheij, E.W.M. dan Coronel R.E. 2007. Sumber Nabati Asia Tenggara 2, Buah-buahan yang dapat Dimakan. Prosea. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wawan, H. dan Otih, R. Karakteristik Morfologi Tanaman Beberapa Sentra Pdoduksi. Balittro.
Maddonni, G. A., A. G. Cirilo, dan M. E. Otegui. 2006. Row Width and Maize Grain Yield. Agron. J. 98 : 1532-15-43. Pitojo, S. 2002. Ceplukan Herba Berkasiat Obat. Yogyakarta: Kanisius. Purnobasuki, Hery. 2011. Perkecambahan. Jakarta: Grafindo. Purwitasari, W. 2004. Pengaruh Perasan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Akar Stek Pucuk Krisan (Chrysanthemum sp). Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro. Semarang. Sadjad,
Sjamsoe’oed. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Dit.Jen Kehutanan-Institut Pertanian Bogor. . 1977. Beberapa Parameter Baruuntuk Vigor BenihJagung, symposium IPerananHasilPenelitianPadidanPal awijaDalam Pembangunan Pertanian. LP3 Maros, hlm.1-8.
Santana, D. B. 2005. Studi Substrat Kertas dalam Benih Berukuran Besar SKRIPSI. Departemen Pertanian. Fakultas Bogor. Bogor.
Alternatif Pengujian dan Kecil. Budidaya Pertanian
......................Within-Row Plat Spacing Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280. Whitson, M. 2011. (2016) Proposal to Conserve the Name Physalis (Solanaceae) with a Conserved Type. Taxon 60:608–609. . dan P. S. Manos. 2005. Untangling Physalis (Solanaceae) from the Physaloids: A Two-Gene Phylogeny of the Physalinae. Systematic Botany 30(1): 216–230. Widiyastuti, Y. 2002. Budidaya Tanaman Obat. Langkah Awal Standarisasi Bahan Baku Obat Tradisional. Bahan Baku Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat. Surakarta. . dan F. S. Sugiarso. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan Interval 102
Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 Pemberian Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Ciplukan (Physalis minima Linn.) di Pembibitan. Karanganyar. Zhang, H., A. K. Samadi, R. J. Gallagher, J. J. Araya, X.Tong, V.W. Day, M.
ISSN 1979-8911 S. Cohen, K. Kindscher, R. Gollapudi, dan B. N. Timmermann. 2011. Cytotoxic Withanolide Constituents of Physalislongifolia. Journal of Natural Products. 74:2532–2544
103