POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA

Download Komunikasi Antarpribadi Orangtua Terhadap Anak Penderita. Autisme di SDLB Negeri ... 4. A. Pendahuluan. Komunikasi interpersonal merupakan ...

2 downloads 679 Views 140KB Size
POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTISME (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antarpribadi Orangtua Terhadap Anak Penderita Autisme di SDLB Bangunharjo, Pulisen, Boyolali)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Komunikasi

Diajukan oleh : INDRIA RACHMAWATI L100090172

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura. Telp (0271) 717417, 719483 Fax 715448 Surakarta 57102

Surat persetujuan artikel publikasi ilmiah Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/ tugas akhir:

Nama : Agus Triyono, S.Sos, M.Si

Telah membaca mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi (tugas akhir) dari mahasiswa: Nama

: Indria Rachmawati

NIM

:

L100090172

Program Studi : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi

: POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA

AUTISME (Sudi Deskriptif Kualitatif Pola

Komunikasi Antarpribadi Orangtua Terhadap Anak Penderita Autisme di SDLB Negeri Bangunharjo, Pulisen, Boyolali)

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan yang dibuat, semoga dapat dipergunakan sepenuhnya.

Pembimbing

Agus Triyono, S.Sos, M.Si

3

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTISME (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antarpribadi Orangtua Terhadap Anak Penderita Autisme di SDLB Bangunharjo, Pulisen, Boyolali)

Indria Rachmawati ([email protected]) Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia untuk menjaga atau membina hubungan dengan orang lain. Dalam berkomunikasi antara orang satu dengan orang yang lainnya pasti ada perbedaan, karena tidak semua orang mampu berkomunikasi atau memahami isi pesan yang disampaikan dengan baik. Terbukti dengan adanya sebuah kenyataan yang terjadi di SDLB Negeri Boyolali terdapat murid-murid yang mengalami gangguan autisme, bahwa mereka tidak bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan lancar. Penelitian ini menggambarkan bagaimana pola komunikasi yang dilakukan oleh orangtua SDLB Negeri Boyolali terhadap anaknya yang mengalami gangguan autisme. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode FGD (focus group discussion), wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi yang terjadi antara orangtua SDLB Negeri Boyolali terhadap anak penderita autisme terdapat dua macam pola komunikasi yaitu: pola komunikasi otoriter yang bersifat menuntut dan pola komunikasi demokratis yang bersifat terbuka.

Kata Kunci : Pola Komunikasi, Orangtua, Anak Autis

4

A. Pendahuluan Komunikasi

interpersonal

pertumbuhannya sekitar

antara dua orang atau lebih yang

terlebih

terhitung dalam bentuk kelompok kecil.

orangtua yang memiliki anak yang

Dengan pengertian lain, komunikasi

berkelainan seperti orangtua SDLB

antarpribadi yaitu proses pengiriman

Negeri Boyolai yang memiliki anak

pesan dari orang satu terhadap orang

dengan

lain yang dituju dengan efek dan timbal

dipungkiri perasaan kecewa dan sedih

balik

pasti ada, bingung antara menerima

langsung

(Liliweri,

1997:12).

kurang

orang

merupakan komunikasi yang terjadi

yang

merasa

membuat

orangtua.

gangguan

menerima,

Tidak

autisme,

jarang

tidak

atau menolaknya, antara bersyukur atau

Komunikasi interpersonal juga

marah. Akan tetapi, tidak sedikit juga

merupakan komunikasi individual yang

orangtua yang menerima dengan sangat

terjadi dalam keluarga. Komunikasi

syukur bagaimanapun buah hatinya itu

dalam

berlangsung

adalah karunia yang diberikan oleh

secara timbal balik serta silih berganti,

Allah SWT yang harus dirawat dan

bisa dari anak ke orangtua atau dari

diberi kasih sayang selayaknya anak-

orangtua ke anak, ataupun dari anak ke

anak normal.

keluarga

dapat

anak.

Komunikasi yang seharusnya Banyaknya kondisi mengenai

berjalan lancar dan sewajarnya menjadi

kelainan atau gangguan yang dialami

tidak terkendali. Anak Autis cenderung

oleh

selalu membangkang kepada nasehat

anak-anak

dalam

masa

5

dan perkataan yang terlontar dari

berkembang dengan lingkungan

orangtua. Dalam hal ini peran orangtua

sekitar, sebab orangtua merupakan

sangat

sosok

penting

untuk

membangun

pembimbing

dan

perkembangan anak-anaknya, terkhusus

pertama bagi anak-anaknya.

orangtua yang memiliki anak autis.

Dijadikannya

SDLB

Negeri

Dikarenakan pertumbuhan anak autis

Boyolali

lebih lamban dibanding dengan anak-

karena

anak

merupakan sekolah yang menampung

yang normal, maka sebagai

orangtua

harus

SDLB

objek

penelitian

Negeri

Boyolali

dan

anak berkebutuhan khusus yang cukup

sebagaimana

terkenal. Sedangkan dipilihnya fokus

mestinya serta mampu bertanggung

penelitian kepada pola komunikasi

jawab memberikan perhatian lebih

orangtua

terhadap anaknya yang mengalami

autisme untuk mengetahui bagaimana

gangguan autisme.

pola komunikasi yang terjadi antara

menganggap

menyadari

sebagai

penolong

anak

Hal tersebut dilakukan guna

terhadap

orangtua

anak

dengan

agar anak tidak semakin mengalami

mengalkami

ketakutan yang berlebihan dalam

SDLB Negeri Boyolali.

Bagaimana pola komunikasi antarpribadi orangtua terhadap anak autisme

dalam

yang

autisme

di

sehari-hari di SDLBN Bangunharjo,

B. Rumusan Masalah

penderita

gangguan

anak

penderita

aktivitas

Pulisen, Boyolali ?

6

beberapa

C. Tinjauan Pustaka Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari komunikasi, karena

komunikasi

kebutuhan

hidup

melakukan

komunikasi, antara lain : 1.

merupakan

manusia

pentingnya

Komunikasi

menyampaikan

informasi dan pengetahuan dari

untuk

orang yang satu kepada orang lain

menjalin hubungan dengan orang lain.

sehingga dapat terjadi tindakan

Komunikasi

kerjasama.

sendiri

komunikasi

terdiri

antarpersonal

dari dan

2.

komunikasi kelompok.

Komunikasi membatu medorong dan

Secara etimologis atau menurut asal katanya istilah komunikasi berasal

mengarahkan

orang-orang

untuk melakukan sesuatu. 3.

Komunikasi

membantu

dari bahasa latin communication, yang

membentuk

akar katanya adalah communis yang

menanamkan kepercayaan untuk

berarti sama. Sama disini maksudnya

mengajak,

adalah

mempengaruhi perilaku.

sama

makna

(Djamarah,

2004:11).

4.

Dalam

buku

(1993:7)

menjelaskan

seseorang,

suatu

Moekijat bahwa

kelompok

atau

Komunikasi

sikap

dan

meyakinkan,

juga

membantu

memperkenalkan lingkungan

fisik

dan

dengan dan

sosial

mereka.

organisasi tidak dapat melaksanakan

Harold D. Lasswel menyatakan

fungsinya tanpa adanya komunikasi.

bahwa

Dalam

menerangkan komunikasi ialah dengan

hal

ini

juga

dijelaskan

cara

yang

tepat

untuk

7

menjawab pertanyaan-pertanyaan: who

Orangtua bersikap mengalah, menuruti

(siapa), say what (mengatakan apa),

semua keinginan, melindungi secara

which medium (menggunakan media

berlebihan, serta memberikan atau

apa), to whom (kepada siapa), dan

memenuhi

dengan what effect (apa efeknya)

secara berlebihan (Fajarwati, 2011:11).

(Cangara, 1998:39).

semua

keinginan

anak

Pola komunikasi kedua yaitu

Dengan kebutuhan manusia akan

pola

komunikasi

otoriter.

Pola

informasi, pastinya tidak lepas dari

komunikasi otoriter ditandai dengan

berkomunikasi

melarang

dengan

oranglain,

anaknya

dengan

apalagi orangtua dengan anak pasti

mengorbankan

kesehariannya

hentinya

Orangtua antiasa menerapkan aturan-

Untuk

aturan yang kaku terhadap anak, suka

mengetahui pola komunikasi orang tua

menghukum, bersikap mengkomando,

dengan anak terdapat 3 macam pola

mengharuskan anak untuk melakukan

komunikasi, diantaranya adalah : pola

sesuatu

komunikasi

membebaskan,

pola

cenderung

komunikasi

otoriter,

pola

2011:11-12).

melakukan

tak

ada

komunikasi.

dan

komunikasi demokratis.

yaitu

membebaskan.

pola Pola

kompromi,

emosional

anak.

dan

(Fajarwati,

Pola komunikasi ketiga yaitu

Pola komunikasi orangtua yang pertama

tanpa

otonomi

komunikasi membebaskan

yaitu adanya kebebasan tanpa batas.

pola komunikasi demokratis. Pola komunikasi

demokratis

bersifat

terbuka antara orangtua dan anak. Orangtua

menghargai

apa

yang

8

dilakukan oleh anak selagi hal tersebut

mendiskripsikan dan mengambil

baik dilakukan untuk anak (Fajarwati,

solusi dari hasil metode FGD.

2011:12).

b. Wawancara

mendalam

(Indept

Interview), Wawancara dilakukan secara mendalam yang mengupas

D. Metode Penelitian Informan penelitian ini terdiri

tentang

suatu

tema

dari orangtua yang memiliki anak

dibutuhkan

penderita autisme, guru yang mengajar

Wawancara mendalam dilakukan

di SDLB Negeri Boyolali, Pengelola

untuk

terapis SLB Autis Kartasura, dan

sebanyak-banyaknya dari individu

warga sekitar yang memiliki tetangga

satu ke individu lainnya sesuai

anak penderita autis.

dengan

Pengambilan

data

pada

penelitian ini dilakukan dengan : a. FGD (Focus Group Discussion),

oleh

yang peneliti.

menggali

informasi

karakteristik

yang

dibutuhkan. c. Observasi, Tujuan dari observasi adalah mendeskripsikan keadaan

FGD merupakan diskusi terbuka

yang

terjadi,

yang dilakukan untuk mencari

yang

berlangsung,

informasi

sebanyak-banyaknya

yang terlibat dalam aktivitas, dan

dari orang yang berbeda-beda

makna kejadian yang dilihat dari

dalam waktu yang sama. Sehingga

aktivitas

peneliti

informan.

akan

mudah

yang

aktivitas-aktivitas orang-orang

dilakukan

oleh

9

d. Dokumentasi, berupa penelusuran hasil

penelitian-penelitian

terdahulu.

Dari jenis autis yang berbeda tersebut, cara berkomunikasi guru dan orangtua terhadap anak juga berbeda. Jika autis ringan dijelaskan mengenai materi pelajaran oleh guru dijelaskan

E. Hasil Dan Pembahasan Penelitian ini membahas tentang bagaimana

penerapan

antarpribadi

orangtua juga ikut membantu dan

penderita

mengembangkan potensi yang ada

autisme di SDLB Negeri Boyolali.

pada anak maka perkembangan anak

Menurut

autis

akan mengalami peningkatan setiap

mempunyai tingkatan yang berbeda-

harinya. Berbeda dengan autis ganda

beda. Ada yang mengalami autis murni

atau infantile, jenis autis ini termasuk

atau autis ringan ini anak masih bisa

autis

berinteraksi dengan orang lain dan

membutuhkan

tidak susah untuk memahami pelajaran

serta pengawasan untuk menjalani

yang disampaikan oleh guru kalau

rutinitas

guru benar-benar membantu

anak

membutuhkan dukungan yang penuh

dalam kesehariannya. Ada juga yang

dari guru dan orangtua, karena dalam

mengalami autis ganda atau infantile,

menghadapi

merupakan autis yang dibawah normal

anak tidak bisa melakukannya sendiri

atau sudah parah.

tanpa bantuan orang lain. Maka dari

terhadap

dilakukan

memahaminya, apalagi kalau dirumah

oleh

orangtua

yang

komunikasi

dua atau tiga kali anak sudah bisa

anak

kategorinya,

yang

parah

dimana

bantuan,

sehar-hari.

kehidupan

anak

dukungan,

Anak

sehari-hari

10

itu orangtua dan guru harus sabar

SDLB

menghadapi anak jenis autis ganda ini

komunikasi yang pertama adalah pola

dengan cara membantu berkomunikasi

komunikasi yang terjalin antara Ayah

dengan baik, mengajak berinteraksi

tiri dengan anak autis, dalam hal ini

dengan teman-temannya, membawa

ayah

anak dalam lingkungan sosial dalam

memahami apa yang terjadi dengan

setiap harinya.

anaknya yang mengalami gangguan

Dalam setiap

kehidupan

orang

pasti

sehari-hari melakukan

komunikasi, apalagi orangtua dengan anak pasti kesehariannya tak ada hentinya

melakukan

komunikasi.

Terdapat tiga kategori pola komunikasi antara orangtua dengan anak, yaitu pola komunikasi membebaskan, pola komunikasi

otoriter,

komunikasi

demokratis

dan

pola

(Fajarwati,

2011: 11). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis pola komunikasi yang terjadi antara orangtua dengan anak autis

Negeri

tiri

Boyolali.

kurang

mengerti

Pola

dan

autisme. Sering terlihat ayah tiri bersikap kasar dengan anak ketika anak melakukan kesalahan yang ayah tiri tidak suka dan tidak tau cara menangani dengan benar. Ayah tiri bersikap seperti itu dikarenakan belum mempunyai pengalaman merawat anak apalagi anak yang memiliki gangguan autis.

Dengan

adanya

sikap

dan

perlakukan yang seperti itu pola komunikasi

yang

terjalin

antara

orangtua dengan anak autis termasuk dalam pola komunikasi otoriter. Dalam penerapan pola komunikasi otoriter nantinya jika dilakukan secara terus

11

menerus

akan

menganggagu

kesalahan, bersikap adil dan toleran

perkembangan anak, karena anak tidak

antara anak yang normal dengan anak

mendapatkan kasih sayang yang penuh

yang

dari orangtuanya serta anak tidak

diterapkan

bebas untuk bertindak sesuai dengan

demokratis

apa yang diinginkan, sehingga pola

berdampak positif bagi perkembangan

perilaku anak yang terbentuk akan

perilaku anak dalam aktivitas sehari-

sama dengan apa yang telah orangtua

hari. Karena dalam pola komunikasi

lakukan terhadap anak.

demokratis anak diberikan kesempatan

Kemudian pola komunikasi yang

dan

autis.

sehingga

pola

dengan

komunikasi pada

diberikan

anak

dukungan

yang akan

untuk

ke dua yang terjalin antara orangtua

melakukan apa yang anak mau selagi

dengan anak autis SDLB Negeri

itu membawa dampak positif.

Boyolali

adalah

pola

komunikasi

demokratis. Dengan sikap dan pola komunikasi yang demokratis

berarti

orangtua paham akan kekurangan yang dimiliki oleh anak. Orangtua bersikap terbuka dan memberikan pengarahan baik terhadap anak, dimana orangtua menyampaikan

pesan-pesan

secara

halus terhadap anak, tidak membentakbentak

ketika

anak

melakukan

F. Kesimpulan Berdasarkan

penelitian

dan

pembahasan maka dapat diketahui bahwa : terdapat dua jenis pola komunikasi orangtua

yang dengan

terjadi anak

antara penderita

autisme di SDLB Negeri Boyolali.

12

Pola komunikasi yang pertama

gangguan autisme seorang Ibu tetap

yaitu pola komunikasi otoriter, pola

mempunyai

komunikasi otoriter ini terjadi antara

menyangi

Ayah tiri yang mempunyai anak

Menerapkan pola demokratis membuat

gangguan autisme. Ayah tiri kurang

anak semakin dekat dengan orangtua

bisa mengerti dan memahami anaknya

yang hasilnya menjadikan hubungan

yang autis, sering bersikap semena-

antara anak dengan orangtua terjalin

mena, tidak bisa membimbing anak

secara harmonis. Karena dalam pola

dengan baik saat anak mengalami

demokrasi orangtua bersikap terbuka

kekeliruan bertindak. Hal tersebut

terhadap anak dan anak juga akan

nantinya jika anak sudah beranjak

merasakan kenyamanan dengan tidak

dewasa anak menjadi susah diatur dan

ada

mempunyai sifat menyerupai yang

dilakukan

dimiliki oleh orangtuanya.

perkembangan tingkah laku anak juga

Kemudian pola komunikasi yang kedua

yaitu

demokratis, demokratis

pola pola

ini

naluri

keibuan

yang

anaknya

dengan

tulus.

tindakan-tindakan

keras

oleh

yang

orangtua,

akan terbentuk secara baik pula.

komunikasi komunikasi

dilakukan

oleh

G. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian

orangtua SDLB Negeri Boyolali yang

tersebut

maka

peneliti

dapat

memiliki anak autis. Orangtua disini

memberikan beberapa rekomendasi

adalah orangtua kandung khususnya

sebagai berikut :

seorang Ibu. Walaupun anak memiliki

1. Bagi orangtua

13

Orangtua

diharapkan

membina

dan

mampu

Penelitian

ini

dapat

dijadikan

memberikan

gambaran atau dapat dilakuakan

dukungan terhadap anak agar anak

penelitian lebih lanjut mengenai

berkembang dengan baik serta

perbedaan

tumbuh kepercayaan diri pada

orangtua terhadap anak penderita

dirinya ketika menghadapi sesuatu

autisme pada usia dini dan saat

yang mungkin rumit bagi anak.

anak menginjak dewasa.

pola

komunikasi

Selain itu, orangtua harus betulbetul

paham

mengenai

penangananan anaknya, sehingga nantinya

mampu

H. Persantunan Dalam penelitian ini, peneliti

memberikaan

mengucapkan banyak terima kasih

masyarakat

kepada Bapak Joko Sutarso dan Bapak

terutama kepada mereka yang

Agus Triyono selaku pembimbing I

memiliki anak autis.

dan II, karena selalu meluangkan

pemahaman

kepada

2. Bagi guru SDLB Negeri Boyolali Memberikan

dukungan

berupa

waktu untuk memberikan pengarahan, koreksi,

semangat

dan

dukungan

kepercayaan terhadap anak agar

kepada peneliti agar penelitian ini bisa

anak

selesai pada waktunya.

mampu

mengembangkan

bakatnya sesuai dengan kelebihan yang dimiliki. 3. Bagi peneliti selanjutnya

Terimakasih

kepada

Kepala

sekolah SDLB Negeri Boyolali Bapak Nurchamid yang telah pemberikan izin untuk dapat melakukan penelitian di

14

sekolah, juga terimakasih kepada guru SDLB Negeri Boyolali Bapak Jumadi yang

telah

informasi peneliti.

bersedia yang

memberikan

dibutuhkan

oleh

DAFTAR PUSTAKA Buku : Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu

Komunikasi.

PT

Rajagrafindo persada: jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi

Orang

Tua

dan

Anak dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). PT Asdi Mahasatya: Jakarta E.

Kosasih.

2012.

Cara

Bijak

Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.

YRAMA

WIDYA:

Bandung Liliweri,

Alo.

1997.

Komunikasi

Antarpribadi. PT Citra Adtya Bakti: Bandung Moekijat. 1993. Teori Komunikasi. Mardar maju: Bandung

Skripsi : Fajarwati,

Mila.

2011.

Pola

Komunikasi Orangtua Dengan

15

Anak Remaja Dalam Berinternet Sehat di Surabaya. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur: Surabaya