POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN ... Bila kebijakan manajemen pembangunan tidak tepat sasaran ... Merumuskan Manajemen Pembangunan Daerah y...

14 downloads 492 Views 125KB Size
POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Politik dan Pembangunan Pertanian

OLEH: SUGIARTO 09.03.2.1.1.00013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA BANGKALAN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan oleh hampir seluruh negara di dunia. Dalam era ini, batas antar negara dalam ekonomi menjadi semakin nisbi sehingga dikotomi antara pasar domestik dan pasar dunia menjadi semakin tidak relevan. Globalisasi ekonomi ini mau tidak mau mendorong persaingan usaha yang semakin ketat. Ketatnya persaingan usaha ini menuntut setiap negara untuk dapat meningkatkan daya saing sebagai modal dasar dalam menghadapi dunia yang semakin kompetitif. Salah satu pendekatan utama dalam mengatasi tantangan era globalisasi yang semakin dinamis adalah peningkatan daya saing di tingkat daerah sebagai dasar pertumbuhan nasional. Daya saing daerah mempunyai arti yang sama dengan daya saing nasional. Suatu daerah yang mampu bersaing dengan daerah lain dalam memproduksi dan memasarkan barang dan jasanya disebut mempunyai daya saing tinggi. Sayangnya, peningkatan daya saing lebih mudah dikatakan daripada diwujudkan. Kebijakan domestik seringkali menjadi pisau bermata dua yang jika dimanfaatkan secara benar dapat meningkatkan daya saing. Sebaliknya, jika disalahgunakan akan dapat menghasilkan akibat yang bertolakbelakang. Kebijakan otonomi daerah termasuk salah satu contoh jenis kebijakan domestik yang pelaksanaan seringkali masih dipandang dan dikelola dengan cara yang salah. Wewenang besar yang diperoleh daerah tidak jarang menyebabkan arogansi yang menghambat terjadinya koordinasi antar daerah, baik secara vertikal maupun horizontal, dalam rangka efisiensi penyediaan sarana publik. Padahal, implementasi kebijakan otonomi daerah berangkat dari suatu keyakinan bahwa kebijakan tersebut dapat memberikan ruang kebebasan kepada daerah untuk menyusun sendiri program-program kerja dan anggarannya sesuai dengan potensi, kebutuhan, dan kemampuan daerah. Dengan kewenangan yang dimiliki akan mendorong daerah untuk dapat memanfaatkan potensi masing-masing daerah yang tersedia secara optimal

1

Pembangunan sektor agribisnis tidak terlepas dari masalah dilematis di atas. Hal ini dikarenakan sektor agribisnis merupakan salah satu potensi besar yang dimiliki setiap daerah sehingga pengembangan sektor ini dijadikan sebagai upaya dalam pengembangan perekonomian daerah yang paling efektif. Namun, dampak negatif otonomi daerah dapat menghambat pengembangan sektor agribisnis bahkan dengan tingkat komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Dengan posisi sektor agribisnis yang dijadikan sebagai sektor unggulan (leading sector) dalam pertumbuhan daerah maka setiap daerah ditantang untuk dapat berbenah diri menghadapi era persaingan yang tidak hanya bersifat lokal tetapi juga bersifat global dengan memberi lingkungan paling kondusif bagi pengembangan agribisnis. Oleh karena itu, setiap daerah memiliki strategi-strategi untuk membangun keunggulan kompetitif di sektor agribisnis untuk unggul di tingkat regional maupun internasional guna menunjukkan usaha yang paling kompetitif, yang dikenal dengan istilah dayasaing daerah. Dalam membangun keunggulan kompetitif pada sektor agribisnis tentunya tidak terlepas dari kondisi ekonomi baik di level domestik, regional maupun global. Saat ini kondisi ekonomi global dihadapkan pada persoalan yang sangat rumit yaitu krisis finansial yang melanda sektor perbankan kemudian menjalar pada capital market dan pada akhirnya berdampak pada sektor riil. Adanya krisis finansial yang melanda perekonomian dunia sudah tentu menuntut suatu negara menyusun kembali pemikiran, strategi dan implementasi. Krisis finansial global ini mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara-negara berada pada zona negatif. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa mampu menjadi pasar domestik yang potensial. Menghadapai dampak krisis finansial global ini, Indonesia relatif beruntung dibandingkan beberapa negara lain, karena mampu mencetak pertumbuhan positif di tahun 2009. Hal ini disebabkan struktur perekonomian Indonesia ditopang oleh populasi yang cukup besar dan pendapatan per kapita yang semakin meningkat.

2

1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana kondisi umum pembangunan agribisnis yang berdaya saing di Indonesia ? b. Bagaimana upaya Jawa Timur dalam membangun agribisnis yang berdaya saing ? c. Kebijakan apa yang harus dilakukan pemerintah dalam rangka membangun agribisnis berdayasaing di Jawa Timur ? 1.3 Tujuan a. Mengetahui kondisi umum pembangunan agribisnis yang berdaya saing di Indonesia. b. Mengetahui upaya Jawa Timur dalam membangun agribisnis yang berdayasaing. c. Mengetahui kebijakan yang harus dilakukan pemerintah dalam rangka membangun agribisnis berdayasaing di Jawa Timur

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Pembangunan Agribisnis yang Berdaya Saing di Indonesia Pengembangan agribisnis yang berdaya saing tidak dipungkiri dijadikan sebagai upaya pengembangan perekonomian daerah yang paling efektif. Hal ini didasarkan karena sektor agribisnis memiliki kandungan komponen lokal tinggi yang lebih potensial untuk dikembangkan. Pengembangan agribisnis tidak hanya menerapkan pengembangan pertanian primer atau sub sistem on farm agribisnis saja, tetapi juga mencakup subsistem agribisnis hulu (up-stream), yakni kelompok industri yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer, seperti industri perbenihan. Di sisi lain, kelompok industri tersebut masih kurang lengkap jika belum ada subsistem agribisnis hilir (down stream), yakni industri-industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan beserta kegiatan perdagangannya. Seringkali pengembangan agribisnis di setiap daerah hanya sebatas pada pemanfaatan kelimpahan sumber daya yang ada atau mengandalkan keunggulan komparatif semata, seharusnya pengembangan agribisnis juga dikembangkan dan ditransformasikan ke daerah lain serta memperoleh dukungan dari organisasi ekonomi yang dibentuk oleh rakyat. Selain dukungan infrastruktur, kebijakan makroekonomi sangat diperlukan untuk mengembangkan agribisnis sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi daerah. 2.2. Upaya Jawa Timur Dalam Membangun Agribisnis yang Berdaya Saing Pemerintah Propinsi Jawa Timur fokus pada pengembangan agribisnis, khususnya agribisnis pangan yang berdayasaing dan berkelanjutan tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini didasarkan karena Propinsi Jawa Timur memiliki potensi pengembangan agribisnis yang sangat besar dan terkenal sebagai gudangnya pangan serta berbagai produk agribisnis nasional. Tidak heran, Propinsi Jawa Timur dikenal sebagai penyangga pangan nasional. Konsep pembangunan Propinsi Jawa Timur adalah mewujudkan Jawa Timur sebagai pusat agribisnis terkemuka yang berdaya saing global dan berkelanjutan. 4

Tujuan tersebut akan dicapai antara lain dengan mengembangkan perekonomian Jawa Timur berbasis agro, yaitu dengan cara mendorong pergeseran agribisnis dari berbasis pada comparative advantage ke arah agribisnis yang didorong oleh competitive advantage (keunggulan kompetitif) melalui pengembangan modal dan peningkatan kemajuan teknologi pada setiap subsistemnya, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Namun demikian, pengembangan agribisnis di Propinsi Jatim tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang ada dan harus segera dipecahkan seperti kelembagaan petani yang masih lemah. Lemahnya kelembagaan petani ini dikarenakan rendahnya kualitas sumber daya manusia petani dan nelayan, ditambah tidak ada atau tidak berfungsinya lembaga petani dan lembaga pendukung pertanian di pedesaan, membuat posisi tawar petani menjadi lemah, dan mempersulit dukungan pemerintah yang diberikan kepada petani. 2.3. Kebijakan

yang

Harus

Dilakukan

Pemerintah

Dalam

Rangka

Membangun Agribisnis Berdaya Saing Di Jawa Timur Pengembangan agribisnis di suatu daerah perlu memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi dan perlu mengkoreksi kebijakan-kebijakan pertanian yang dapat menghambat pengembangan agribisnis itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, pengembangan agribisnis daerah merupakan bagian dari pembangunan ekonomi daerah. Dua prinsip dasar pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah: a.

Menguatkan Ekonomi Wilayah Dalam menguatkan kondisi ekonomi wilayah, maka langkah pokok yang

harus dilakukan adalah meningkatkan kemampuan petani dan mewujudkan penguatan kelembagaan petani di Jawa Timur, yakni dengan kebijakan yang diarahkan pada: (1) revitalisasi penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan, dan (2) menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan akses petani dan terhadap sarana produktif, membangun delivery system dukungan pemerintah

5

untuk sektor pertanian, dan meningkatkan skala pengusahaan yang dapat meningkatkan posisi tawar petani dan nelayan. Dengan demikian, Propinsi Jawa Timur terus berusaha mencegah kemungkinan terjadinya berbagai praktek perdagangan yang merugikan masyarakat lokal dengan cara meningkatkan kadar keberdayaan petani agar mampu memiliki posisi tawar yang terus membaik, sehingga margin keuntungan yang menjadi hak petani dapat diperoleh secara proporsional. b. Merumuskan Manajemen Pembangunan Daerah yang Pro-Bisnis Pemerintah daerah Jawa Timur dalam mempertahankan keberlanjutan pengembangan agribisnis agar membawa dampak yang menguntungkan bagi penduduk daerah perlu memahami bahwa manajemen pembangunan daerah dapat memberikan pengaruh yang baik guna mencapai tujuan pembangunan agribisnis yang diharapkan. Bila kebijakan manajemen pembangunan tidak tepat sasaran maka akan mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan agribisnis daerah. Oleh karena itu, manajemen pembangunan daerah mempunyai potensi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi serta menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan dalam mempercepat laju pertumbuhan agribisnis daerah. Tidak dapat dielakkan manajemen pembangunan daerah yang pro-bisnis diperlukan untuk mendukung pengembangan agribisnis daerah. Hal ini didasarkan karena pengembangan agribisnis yang berdayasaing membutuhkan investasi yang besar dalam perbaikan infrastruktur pertanian dan berbagai penelitian yang berkaitan dengan pertanian. Bila pemerintah tidak melakukan upaya “big-push public investment” secara konsisten di bidang pertanian, maka program pembangunan pertanian dipastikan sulit untuk dicapai atau hanya bersifat retorika semata.

6

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pengembangan agribisnis yang berdaya saing tidak dipungkiri dijadikan sebagai upaya pengembangan perekonomian daerah yang paling efektif. Pemerintah Propinsi Jawa Timur fokus pada pengembangan agribisnis, khususnya agribisnis pangan yang berdayasaing dan berkelanjutan tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini didasarkan karena Propinsi Jawa Timur memiliki potensi pengembangan agribisnis yang sangat besar dan terkenal sebagai gudangnya pangan serta berbagai produk agribisnis nasional. Namun demikian, pengembangan agribisnis di Propinsi Jatim tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang ada dan harus segera dipecahkan dengan dua prinsip dasar pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah: a.

Menguatkan Ekonomi Wilayah dengan cara meningkatkan kemampuan petani dan mewujudkan penguatan kelembagaan petani di Jawa Timur

b.

Merumuskan Manajemen Pembangunan Daerah yang Pro-Bisnis.

3.2. Saran Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka kami menyarankan : a.

Hendaknya Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuat regulasi yang mampu mendukung pembangunan agribisnis yang berdayasaing

b.

Perlu adanya pemberdayaan segenap stakeholder agar tercapai sinergitas dalam proses pembangunan agribisnis yang berdayasaing

7

DAFTAR PUSTAKA

Indrawati, Sri Mulyani. 2009. Mencari Peluang Ditengah Krisis: Membangun Keunggulan Kompetitif Agribisnis Indonesia [National Seminar: Building Competitive Advantage in Agribusiness : Lessons from Regional Initiatives]. Hotel Grand Hyatt. Jakarta. 25 April 2009.

Zainal, H.M Rusli. 2009. Building Competitive Advantage in Agribusiness: Lesson from Regional Initiatives, Riau Province [National Seminar: Building Competitive Advantage in Agribusiness : Lessons from Regional Initiatives]. Hotel Grand Hyatt. Jakarta. 25 April 2009.

Soekarwo. 2009. Pengembangan Agribisnis Pangan yang Berdayasaing dan Berkelanjutan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Jawa Timur [National Seminar: Building Competitive Advantage in Agribusiness : Lessons from Regional Initiatives]. Hotel Grand Hyatt. Jakarta. 25 April 2009.

Ishak, H. Awang Faroek. 2009. Membangun Kalimantan Timur sebagai Pusat Agroindustri : Competitive Advantage and Agribusiness System Approach [National Seminar: Building Competitive Advantage in Agribusiness : Lessons from Regional Initiatives]. Hotel Grand Hyatt. Jakarta. 25 April 2009.

8