PREVALENSI TINGKAT KECEMASAN IBU USIA MENOPAUSE

Download menopause mengalami kecemasan dengan kriteria sedang sebanyak 23 responden (27,71%). Simpulan : Kecemasan wanita dalam menghadapi menopau...

0 downloads 341 Views 54KB Size
PREVALENSI TINGKAT KECEMASAN IBU USIA MENOPAUSE Pintam Ayu Yastirin1), Oktama Lilianti Turnip2) 1) Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi [email protected] 2) Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi ABSTRAK Latar Belakang : Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita diseluruh dunia mengalami menopause. Umumnya perempuan Indonesia mulai mengalami masa menopause pada usia 45-55 tahun. Menopause yang dialami wanita seringkali menimbulkan kecemasan. Hasil wawancara terhadap ibu menoapuause di Puskesmas Gubug 2 menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami oleh ibu rata-rata akibat kurangnya pengetahuan ibu mengenai masa menopause. Tujuan Penelitian : mendeskripsikan tingkat kecemasan ibu usia menopause di Puskesmas Gubug 2. Metode Penelitian : penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 83 ibu menopause. Penjaringan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner HRSA (Hamilton Rating Scale for Anxiety). Aanalisis statistik dilakukan dengan analisis univariat. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil survei didapatkan data karakteristik responden menurut usia ibu dan pekerjaan. Sebagian besar responden merupakan kelompok usia 45-50 tahun sebanyak 27 responden (32,53%), sedangkan dilihat dari pekerjaan sejumlah 29 responden (34,93%) bekerja sebagai petani. Hasil analisa data diperoleh hasil, bahwa mayoritas responden dalam menghadapi menopause mengalami kecemasan dengan kriteria sedang sebanyak 23 responden (27,71%). Simpulan : Kecemasan wanita dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan. Kualitas hidup wanita menopause akan menjadi positif pada saat seorang wanita dapat mengendalikan diri dan percaya diri terhadap kondisinya. Hal ini juga didukung adanya dukungan yang positif dari keluarga. Selain itu pengetahuan, sikap dan persepsi seorang perempuan juga akan berpengaruh pada perilaku wanita dalam menghadapi fase menopause. Kata Kunci : Kecemasan, Menopause ABSTRACT Background : According to WHO, every year around 25 million women around the world experience menopause. Generally Indonesian women begin to experience menopause at age 45-55 years. Menopause experienced by women often raises anxiety. Interviews of mothers in the Public Health Center Gubug 2 showed that the anxiety experienced by the average mother due to lack of knowledge about the mother of menopause. Purpose : describe the level of anxiety of the mother of menopause at Puskesmas Gubug 2. Method : The research used descriptive analytic research design with cross sectional approach. The samples in this study were 83 menopausal women. Sample selection using accidental sampling technique. Data were collected using a HRSA (Hamilton Rating Scale for Anxiety) questionnaire. Statistical analysis was performed by univariate analysis. Result : Based on the survey results obtained data characteristic of respondents by age and work. Most of the respondents are 45-50 year olds as much as 27 respondents (32.53%), while viewed from the work of 29 respondents (34.93%) work as farmers. Result of data analysis obtained result, that majority of respondents in facing menopause have anxiety with criterion is as much as 23 respondents (27,71%). Conclusion : Women's anxiety in the face of menopause is influenced by many things, including physical, psychological, social and environmental relations. The quality of life of menopausal women will be positive when a woman can control herself and be confident in her condition. This is also supported by the positive support of the family. In addition, knowledge, attitudes and perceptions of a woman will also affect the behavior of women in facing menopause phase. 47

Keywords: Anxiety, Menopause PENDAHULUAN Menopause merupakan fase alami yang dialami oleh seorang wanita dengan ditandai berhentinya menstruasi secara permanen. Wanita pada fase menopause akan mengalami penurunan fungsi organ reproduksi sebagai akibat dari menurunnya hormon ovarium. Rerata wanita pada masa menjelang menopause akan mengalami gejala klinis, seperti gangguan urogenitalia, vasomotor dan vegetatif (Martaadisoebrata, dkk, 2005). Wanita Indonesia umumnya mengalami masa pre menopause pada usia 40 50 tahun. Setiap tahunnya populasi wanita menopause mengalami peningkatan sekitar tiga persen. Perkiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30-40 juta kaum wanita usia lanjut dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang berkisar 240-250 juta. Jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 255.461.686 juta jiwa, yang terdiri atas 128.366.718 juta jiwa penduduk laki-laki dan 127.094.968 juta jiwa penduduk perempuan (WHO,2007; Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah mencapai 33.774.141juta penduduk yaitu terbagi antara laki-laki terdapat 16.627.023 juta penduduk sedangkan untuk perempuan terdapat 16.895.640 juta penduduk. Pada tahun 2014 jumlah penduduk perempuan di wilayah Jawa Tengah yang berusia 40-44 tahun berjumlah 1.237.622 juta penduduk, untuk perempuan usia 45-49 tahun berjumlah 1.199.723 juta penduduk dan data perempuan usia 50-54 berjumlah 1.077.207 juta penduduk. Penduduk di Kabupaten Grobogan pada tahun 2013 jumlah penduduk mencapai 1.336.304 juta penduduk, terdiri dari 661,109 penduduk laki-laki dan 675,195 penduduk perempuan. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan perempuan yang berusia 45-59 tahun yang terbanyak terdapat di wilayah kerja puskesmas Gubug 2 yaitu 483 orang (BPS Jawa Tengah, 2013 ; Dinas kesehatan Kabupaten Grobogan 2016). Masa perubahan seorang wanita menuju menopause merupakan masa hormonal yang berkaitan dengan keluhan fisik dan psikososial. Keluhan psikologi yang seringkali dikeluhkan oleh wanita pada masa ini, antara

lain kegelisahan dan depresi. Menurut survei klinik, bahwa mayoritas wanita peri dan pasca menopause memiliki keluhan depresi yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang berhubungan dengan keluhan tersebut, diantaranya disebabkan oleh faktor biologi, genetik, nutrisi/diet, kultur serta adanya perbedaan demografi. Adanya gelaja-gejala tersebut seringkali diinterpretasikan sebagai kelainan medis pada wanita menopause, sehingga dianggap perlu untuk diberikan terapi hormonal (Martaadisoebrata, dkk, 2005). Berdasarkan penelitian Larasati (2009), aspek psikologi ibu menopause yang sering dialami yakni, ibu menjadi mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, perasaan tidak dihargai, kurang puas dan merasa tidak menarik. Namun, ibu dapat bersikap positif pada keadaan tersebut sehingga timbul kepercayaan diri saat fase menopause. Keluhan-keluhan pada masa menopause dapat dikurangi dengan gizi yang baik, gaya hidup yang teratur, cukup istirahat, selalu memelihara kesehatannya serta mempunyai pengetahuan tentang menopause. Dalam penatalaksanaan menopause unsur yang terpenting adalah merubah pola hidup dengan memodifikasikan gaya hidup seperti perbaikan nutrisi, olah raga dan menghilangkan stres dan depresi sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas hidup yang baik dalam keseharian dan menjaga dalam kehidupan seksual. Nina (2013) Kecemasan dapat teratasi jika ibu mempunyai pengetahuan sehingga lebih siap menghadapi menopause. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu perlu mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang menopause yang karena dengan kegiatan tersebut dapat menambah informasi tentang menopause. Hal ini menyebabkan ibu lebih siap dalam menghadapi masa menopause, sehingga keluhan-keluhan yang dirasakannya menjelang menopause dapat teratasi dengan baik, yang berlanjut dapat terhindar dari kecemasan dibandingkan dengan wanita yang kurang pengetahuan tentang menopause (Palupi, 2005). METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif analitik dengan pendekatan 48

cross sectional, dimana peneliti bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif serta mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan terjadi tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Notoatmodjo, 2010). Sampel diambil menggunakan teknik accidental sampling yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti, jika dipandang orang tersebut cocok sebagai responden atau sering disebut sampel sembarang. Besaran sampel yang digunakan sebanyak 83 ibu kelompok menopause (Ariani, 2014). Berdasarkan pada metode penelitian yang digunakan, hasil temuan dianalisa dengan analisa univariate. Analisa dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. HASIL dan PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Gubug 2 yang berada di wilayah desa Pilang Jeketro, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Puskesmas Gubug 2 merupakan puskesmas dengan pelayanan rawat jalan. Adapun batas-batas wilayah Puskesmas Gubug 2 adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Timur : Desa Latak/ dusun Semurup 2. Sebelah Selatan : Desa Ginggang Tani/ dusun Kembang Gading 3. Sebelah Barat : Sungai Tuntang/ desa Ngroto 4. Sebelah Utara : Desa Saban

B. Karakteristik Responden Penelitian 1. Karakteristik berdasarkan usia Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Usia Umur Frekuensi (f) Persentase (%) 45-50 27 32.53 51-55 17 20,48 56-60 14 16,86 61-65 25 30.12 Jumlah 83 100% Sumber data : primer (2017) Menurut hasil survei peneliti, didapatkan data bahwa sebagian besar responden penelitian berusia 45 – 50 tahun sebanyak 32,53 %. 2. Karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan Tabel 2. Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Jenis Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%) Buruh Tani 16 19,27 Ibu Rumah Tangga 14 16,86 Pedagang 2 2,40 Petani 29 34,93 Swasta 2 2,40 Tidak Bekerja 18 21,68 Wiraswasta 1 1,20 Tukang Pijit 1 1,20 Jumlah 83 100% Sumber data : primer (2017) Menurut hasil survei peneliti, didapatkan data bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai petani sejumlah 29 %. C. Tingkat Kecemasan Ibu Usia Menopause Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Usia Menopause Total Tingkat Kecemasan Ibu dalam Frekuensi % Score Menghadapi Menopause < 14

Tidak Ada Kecemasan 49

22

26,50

14-20 21-27 28-41 42-56

Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat Kecemasan Berat Sekali Jumlah Sumber : primer, 2017 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar tingkat sedang sejumlah 27,71 %. D. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Hasil temuan penelitian berdasarkan pada karakteristik responden diketahui, bahwa sebagian besar responden merupakan kelompok usia 45 – 50 tahun sejumlah 33 % dan sejumlah 34,93 % bekerja sebagai petani. Karakteristik merupakan ciri dari seseorang yang dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat terjadinya suatu keadaan individu. Usia dan pekerjaan seseorang diketahui dapat berpengaruh pada tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang, termasuk pada fase menopause. Menurut Stuart (2013) salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah usia. Seseorang yang memiliki usia lebih muda akan lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dibandingkan sesorang yang lebih tua usianya. Hal itu dikarenakan usia ibu yang lebih tua telah memiliki kesiapan menghadapi menopause dan menganggap hal itu wajar pada tahap usianya, sedangkan pada usia ibu yang lebih muda memiliki tingkat kecemasan yang tinggi karena ibu merasa sudah timbul gejala menopause tetapi usianya belum memasuki tahap menopause. Wanita menopause di Asia mengalami menopause lebih cepat (42,1 sampai 49,5 tahun) dibandingkan wanita menopause di Eropa (50,1 sampai 52,8), Amerika Utara (50,5 sampai 51,4 tahun) dan Amerika Latin (43,8 sampai 53 tahun). Sedangkan rata-rata usia menopause wanita Indonesia adalah 49,98 tahun. Penelitian lain menyebutkan bahwa rata-rata usia menopause adalah 49 tahun. Pertambahan usia ibu yang mendekati masa lansia akan menimbukkan perasaan yang menurunkan eksistensi dalam kehidupan atau timbul perasaan cemas dalam menghadapi kehidupan 50

12 23 18 8 83

14.45 27,71 21,68 9,63 100%

ibu usia menopause mengalami kecemasan (Palacios,dkk.,2010; Yohanis,dkk., 2013; Rohmatika,2012). Karakteristik lain yang seringkali berkaitan dengan ibu menopause adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik pada fase menopause memiliki manfaat baik secara fisiologi, psikologi maupun sosial. Ibu dengan aktivitas fisik yang rutin pada usia menopause akan dapat meningkatkan produktivitasnya serta mengangkat derajat dan martabat saat usia lansia. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan ibu menopause antara lain pekerjaan rumah, berkebun, berjalan-jalan, jalan cepat, renang, bersepeda dan senam (Maryam, dkk., 2008). Menurut Larasati (2009), ibu menopause memiliki kualitas hidup yang positif. Hal tersebut dapat diketahui melalui gambaran fisik ibu yang selalu menjaga kesehatan, pengaturan pola makan yang baik, berolahraga, pengaturan waktu istirahat (tidur) serta mengurangi pekerjaan berat. 2. Tingkat Kecemasan Ibu Menopause Berdasarkan hasil penelitian pada analisis univariate, tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause tergolong pada kriteria kecemasan sedang sejumlah 23 responden (28%). Hasil penelitian ini didapatkan melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan pedoman berupa instrumen HRSA (Hamilton Rating Scale for Anxiety). Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disertai respon autonom (penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap individu). Perasaan cemas tersebut timbul sebagai akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya (Farida, 2007). Sebagian besar kriteria kecemasan responden berada pada kategori kecemasan sedang. Hal ini dikarenakan kesiapan ibu dalam menghadapi

menopause dapat dipengaruhi oleh sikap, dukungan keluarga, pengetahuan, dan gaya hidup. Sikap merupakan cara pandang individu terhadap suatu permasalahan. Sikap ibu yang positif akan memberikan pengaruh positif pada dirinya, sedangkan sikap ibu yang negatif akan memberikan pengaruh yang negatif pula pada dirinya. Hal ini akan mempengaruhi tindakan ibu dalam menghadapi setiap gejala yang muncul. Menurut Larasati (2009) gambaran kualitas hidup wanita menopause terdiri dari kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Wanita dengan gejala-gejala psikologis pada fase menopause dapat memiliki kualitas hidup yang positif, apabila mereka mendapatkan dukungan dari lingkungan dan memiliki kepercayaan diri dalam menerima keadaan. Pikiran positif yang muncul pada wanita menopause untuk menutupi kekurangannya akan mengakibatkan tubuh dapat beradaptasi terhadap kondisi di fase menopause. Selain itu, optimisme dalam melakukan aktivitas fisik akan berdampak positif terhadap kesehatan fisik wanita menopause. Akan tetapi semua itu tidak terlepas dari dukungan keluarga dan lingkungan sekitar. Empati dari keluarga dan lingkungan akan menumbuhkan rasa percaya diri wanita menopause, yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatannya di usia lanjut (Larasati, 2009).

A. Simpulan 1. Karakteristik responden dilihat dari usia sejumlah 32,53 % responden merupakan kelompok usia 45-50 tahun, sedangkan dari karakteristik pekerjaan sejumlah 34,93 % responden bekerja sebagai petani; 2. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 28 % responden mengalami kecemasan dalam kriteria sedang di usia menopause. B. Saran 1. Saran untuk ibu menopause Penting bagi wanita untuk berpikir positif dalam menghadapi fase menopause. Hal itu lebih dikarenakan akan menghasilkan tindakan positif yang akan meningkatkan derajat kesehatan wanita di usia lanjut. 2. Saran untuk keluarga Dukungan keluarga sangat penting pada wanita menopause, agar pada wanita dalam menghadapi fase menopause dapat melaluinya secara sehat dan menjadikan kualitas hidupnya menjadi positif. 3. Saran untuk tenaga kesehatan Peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan wanita menopause dengan memberikan pendidikan dan informasi kesehatan terkait menopause, sehingga para wanita menopause dapat memiliki pengetahuan yang baik dan bertindak positif dalam menghadapi keadaannya. 4. Saran untuk peneliti

Tambunan (2010), dari 90 wanita usia 40-50 tahun sebanyak 46,7% memiliki pengetahuan kurang tentang menopause, terutama tentang gejala menopause dan ciri umum menjelang menopause. Dan sejumlah 60% responden memiliki sikap kurang tentang menopause. Setiap individu sangatlah berbeda, karena setiap individu memiliki pola pikir dan persepsi yang berbeda. Pengalaman sangatlah mempengaruhi kondisi individu masing-masing. Terutama pendidikan dan usia. Pada dasarnya semakin tinggi pendidikan yang yang didapatkan semakin baik pula ilmu yang dimilikinya. SIMPULAN dan SARAN

DAFTAR PUSTAKA Ananindita,Safira.2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menopause Pada Wanita Di Rw 01 Kelurahan Utan Kayu Utara,Jakarta Timur, Provinsi Jakarta Tahun 2015. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.Jakarta Aryani,Ayu Putri.2014.Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi.Edisi Pertama.Cetakan Pertama.Nuha Medika.Yogyakrta 51

Christiani.,dkk.2000.Hubungan Persepsi Tentang MenopauseDengan Tingkat Kecemasan Pada WanitaYang Menghadapi Menopause. Jurnal Psikologi No.2, 96 - 100

pertengahan.Edisi Pertama.Cetakan Pertama.Nuha Medika.Yogyakarta Notoatmodjo,Soekidjo.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Edisi Revisi.Rineka Cipta.Jakarta

Damayanti,Fitriani.2012.Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Upaya Penanganan Ibu dengan Menopause di Kelurahan Genuk Kota Semarang.Jurnal Dinamika Kebidanan No.1 Vol 2.jurnal abdihusada.ac.id

Nugroho Taufan. 2012. Obstetri dan Gynekologi untuk Kebidanan dan Keperawatan. Nuha Medika, Yogyakarta Poverawati,A.,Sulistyawati,E.2010.Menopause dan Sindrome Premenopause. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.Nuha Medika. Yogyakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.2015.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,Semarang

Priyoto.2014.Konsep Manajemen Stress.Edisi Pertama.Cetakan Pertama.Nuha Medika.Yogyakrta

Hawari,Dadang.2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Edisi Kedua.Cetakan ketiga.Balai Penerbit FKUI.Jakarta

Safitri,A.2009. Beberapa Faktor yang mempengaruhi Menopause pada Wanita di Kelurahan Titi Papan Kota Medan Tahun 2009.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016 Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Tambunan,E.2010.Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia 40-50 Tahun Tentang Menopause Di Wilayah Kerja PuskesmasSigumpar Kabupaten Toba Samosir. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan

Larasati Tika. 2009. Kualitas Hidup pada Wanita yang Sudah Memasuki Masa Menopause. Jurnal Psikologi, Universitas Gunadarma Martaadisoebrata D., Sastrawinata S. & Saifuddin A.B. 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Windi,W.2011.Pengaruh Pemberian Penyuluhan Menopause Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Premenopause dalam Menghadapi Menopause di Dukuh Krajan Mojosongo Surakarta.Fakultas Kedokteran Program D-IV Kebidanan Universitas Negeri Surakarta. Surakarta

Mulyani,Nina Siti. 2013. Menopause akhir siklus menstruasi pada wanita di usia

52