PROBLEMATKA INTERAKSI ANAK KELUARGA BROKEN HOME DI DESA BANYUROTO, NANGGULAN, KULON PROGO, YOGYAKARTA
ARTIKEL JURNAL
Oleh Oetari Wahyu Wardhani NIM 11102241035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI 2016
ii
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani)
LEMBAR PERSETUJUAN Jurnal yang berjudul “Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home Di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta” yang disusun oleh Oetari Wahyu Wardhani NIM 11102241035 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 13 Januari 2016 Pembimbing
Dr. Sugito, M.A NIP. 19600410 198503 1 002
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani) 1
PROBLEMATIKA INTERAKSI ANAK KELUARGA BROKEN HOME DI DESA BANYUROTO, NANGGULAN, KULON PROGO, YOGYAKARTA Oleh: Oetari Wahyu Wardhani, Pendidikan Luar Sekolah
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Interaksi yang terjadi dalam keluarga broken home, 2) Masalah-masalah interaksi yang terjadi didalam keluarga broken home, 3) Upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan mengambil lokasi di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta.Subyek dalam penelitian ini adalah orang tua keluarga broken home di Desa Banyuroto.Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian, yang dibantu dengan pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara.Teknik yang digunakan dalam melakukan analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.Keabsahan data yang dilakukan untuk menjelaskan data dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Interaksi yang terjadi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak keluarga broken home dalam kehidupan seharinya berlangsung sebagai berikut. Orang tua ayah atau ibu memberikan keteladanan yang baik, kebersamaan tidak semua ayah atau ibu memiliki waktu bersama dengan anak, tidak semua ayah atau ibu saling terbuka, kedekatan dengan anak tidak semua ayah atau ibu dekat dengan anak, kurangnya aturan-aturan yang disepakati bersama, masing-masing orang tua ayah atau ibu memiliki perbedaan dalam kontrol perilaku anak. 2) Masalah yang terjadi didalam keluarga broken home adalah masalah ekonomi yang menyebabkan orangtua ayah atau ibu kurang komunikasi, kuantitas untuk bertemu dengan anak masih kurang, kurang adanya pengendalian anak dalam kegiatan kesehariannya. 3) Upaya untuk mengatasi masalah interaksi yaitu berkomunikasi lewat sms atau telpon, meningkatkan kuantitas bertemu dengan anak dan meluangkan waktu untuk anak. Kata kunci: Interaksi,Masalah, Broken Home
Abstract This study aims to describe the: 1) interactions that occur within the family broken home, 2) issues of interaction that occurs in families broken home, 3) efforts to address the problems that happen in families broken home in the village of Banyuroto. This research uses descriptive qualitative approach, and filmed in the village of Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo Yogyakarta. Subjects in this research are the parents of a family home in the village of broken Banyuroto. data collection using the method of observation, interviews, and documentation. The main instrument is a researcher in the research, who assisted with observation guidelines, documentation, and interviews. The techniques used in performing data analysis is the reduction of data, data presentation, and conclusion. The validity of the data being done to explain the data by using the triangulation of sources.
2
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani)
The results showed that: 1) interactions that occur among the elderly father or mother with children's families broken home life now takes place as follows. The elderly father or mother gives a good example of community, not all of the father or mother to have the time together with your child, father or mother not all open at each other children, proximity to father or mother not all close to the children, the lack of rules mutually agreed, each parent father or mother have differences in the behavior of the control. 2) problem that occurs in the home of broken families are economic problems that caused parents father or mother's lack of communication, the quantity to meet with children is still lacking, a lack of child restraint in her everyday activities. 3) efforts to address the issue of interaction that is communicating via sms or phone calls, increase the quantity to meet with the children and take the time for a child. Key words: interaction, problem, Broken Home
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani) 3
PENDAHULUAN Keluarga adalah sebuah komunitas dalam “satu atap” yang mana kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap dan terjalin interaksi antara anggota keluarga.Keluarga pun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan lakilaki dan wanita yang mana dapat menciptakan dan membersarkan anakanak. (Syaiful Bahri 2014:19) Fungsi dari keluarga itu sendiri menurut Paul B Horton (1996: 274) yaitu: fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi penentuan status, dan fungsi ekonomi. Adanya fungsi-fungsi tersebut menjadikan keluarga merasakan kenyamanan dari masing-masing anggota keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Oleh karena itu keluarga merupakan suatu peranan penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak Saat ini banyak keluarga yang mengalami konflik yang mana konflik tersebut mengakibatkan adanya perceraian. Adanya perceraian tersebut berdampak buruk bagi anak, hal ini terbukti dampak dari perceraian tersebut menjadikan kurangnya interaksi dengan anak. Orang tua yang sudah bercerai mengakibatkan kurangnya interaksi yang terjalin dengan anak. Hal ini berbeda ketika mereka sama-sama masih dalam sebuah keluarga. Menurut (Jihn M. Echolis 2000: 80) secara etimologi broken home diartikan sebagai keluarga yang retak. Jadi broken home adalah kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal, bisa
karena perceraian, sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung.
Kata Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga (Hasan Shadily, 1996:81). Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak. Hal ini dapat disebut juga dengan istilah konflik atau krisis rumah tangga. Menurut (Willis, 2008:66) Broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu: 1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga itu meninggal atau telah bercerai 2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak dirumah,dan atau tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis. Dari keluarga yang digambarkan diatas, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian, sehingga perilakunya sering salahsuai. Mereka mengalami gangguan emosional dan bahkan neurotic. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah keluarga dikatakan broke home dikarenakan ayah atau ibu perceraian atau urusan lainnya. Kurang adanya perhatian dari ayah atau ibu menimbulkan anak menjadi kehilangan keteladannya, kurang mendapat perhatian, dan mengakibatkan anak menjadi frustasi, suasah diatur, dan meiliki perilaku buruk. Orang tua yang diharapakan oleh anaknya dapat menjadikan teladan ternyata tidak mampu memperlihatakan sikap dan perilaku yang baik. Anak akan merasa kecewa, resah dan gelisah dan
4
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani)
mereka juga tidak betah untuk tinggal dirumah. Hilangnya keteladanan orang tua yang diarasakan anak memberikan rasa yang kurang menyenangkan bagi anak sehingga anak mencari pigur orang lain yang dapat menjadi tumpuan harapan untuk anak berbagi perasaan dan duka larannya (Syaiful Bahri, 2014:49). Penyebab yang timbul dalam keluarga broken home menurut Alferd dalam (Srihandayani Astuti 1974:31) yaitu: 1. Penyebab fisik, yaitu kondisi yang bersifat fisik yang menyebabkan broken home seperti perceraian (divorce), kematian (death), desertion dan separatio 2. Penyebab psikologis, yaitu broken home yang disebabkan karena perbuatan, perbedaan pendapat, perbedaan sifat kesenangan, cemburu, tidak saling mencinta, dan lain-lain yang menyebabkan terjadinya pertengkaran atau konflik. 3. Penyebab ekonomi, yaitu keadaan ekonomi yang jelek, penghasilan yang tida sesuai dengan keluarga antara kebutuhan dan pengeluaran, hal ini sehingga dengan mudah menimbulkan dampak psikolgis bagi keluarga. 4. Penyebab sosial, hal ini secara tidak langsung tidak berpengaruh, tetapi sangat memungkinkan terjadinya broken home misalnya masyarakat penjudi, penjudi, peminum. 5. Penyebab ideologis, yakni perbedaan paham, sikap dan pandangan, perbedaan agama antara suami dan istri. Menurut Willis (2008) dalam bukunya yang berjudul Konseling Keluarga (Family Counseling), adapun masalah-masalah yang dapat menyebabkan kondisi broken home diantaranya: 1) Kurangnya atau putus komunikasi di antara anggota keluarga
2) 3) 4)
Sikap egosentrisme Masalah ekonomi Jauh dari agama Dari beberapa sebab-sebab yang timbul dalam keluarga yang retak maka hal tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap interaksi yang berlangsung dalam kesehariannya. Apabila dalam suatu keluarga terjadi suatu perceraian atau keretakan didalamnya, maka sedikit banyak akan mempengaruhi perubahan perhatian dari orang tua terhadap anaknya baik perhatian fisik, seperti sandang, pangan, dan pendidikan maupun perhatian psikis seperti, kasih sayang dan intensitas interaksi. Perubahan ini disebabkan karena kebiasaan hidup yang dilakukan bersama dalam satu rumah, harus berubah menjadi kehidupan sendirisendiri dan timbulnya rasa tidak nyaman. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti bertujuan yaitu, untuk mengetahui interaksi yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto, untuk mengetahui masalahmasalah interaksi yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto, untuk mengetahui upaya untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dapat memberikan deskripsi lengkap mengenai hasil dari penelitian. Subjek dan Objek Penelitian. Sugiyono (2010: 218-219) menjelaskan bahwa dalam menentukan subyek penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu teknik pengambilan
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani) 5
informan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. Cara memilih informan dengan menggunakan purposive adalah dengan memilih informan tergantung dengan kriteria apa yang digunakan. Sehingga kita menentukan terlebih dahulu kriteriakriteria informan yang diambil. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang interaksi yang terjadi dalam keluarga broken home, masalah-masalah yang terjadi, upaya untuk mengatasi masalah yang ada dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto maka informan yang diperlukan adalah orang tua keluarga broken home sebanyak 5 orang ayah atau ibu. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mengenai Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home Di Desa Banyuroto, Nangulan, Kulon Progo, Yogyakarta yang akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2015. Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuroto,Nangulan, Kulon Progo, Yogyakarta tepatnya pada keluarga yang mengalami masalah broken home. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk melihat interaksi yang terjadi dalam keluarga broken home, masalah-masaslah yang terjadi di dalam keluarga, upaya untuk mengatasi masalah interaksi keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo. Untuk memperoleh jenis data yang dibutuhkan penelitian, maka metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Observasi merupakan kegiatan yang mempelajari suatu gejala dan peristiwa melalui upaya melihat dan mencatat data atau informasi secara sistematis. Penilai tidak melibatkan diri pada kegiatan yang dilakukan atau dialami orang lain (Sudjana, 1992: 238). Dalam penelitian ini peneliti berperan serta aktif dan terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana interaksi yang terjadi, masalah-masalah yang terjadi, dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta. Observasi dilakukan dengan mengacu pada pedoman observasi yang telah peniliti buat yaitu observasi pada aspek kondisi fisik dan non fisik. Kondisi fisik berupa keadaan rumah serta sarana dan prasarana. Sedangkan kondisi non fisik mencakup kehidupan kesehariaan keluarga tersebut. 2.
Wawancara Ialah cara untuk mendapatkan informasi dengan wawancara bertanya langsung pada responden ataupun pihak lain yang terkait dengan penelitian. Dalam definisi lainnya wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban (Moleong, 2010: 186). Seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (Moleong, 2010: 186) maksud mengadakan wawancara antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Peneliti menggunakan metode wawancara dikarenakan peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
6
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani)
lebih mendalam. Pada saat melakukan wawancara peneliti menggali sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan dengan peran bekerja sosial itu sendiri. Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pihak pekerja sosial itu sendiri untuk memperoleh data tentang kegiatan apa saja yang pekerja sosial lakukan dalam upaya memberdayakan kesenian lokal melalui program kampung ramah anak dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut serta hasilnya. Pencatatan data selama wawancara penting sekali karena data yang akan dianalisis didasarkan atas kutipan hasil wawancara. Oleh karena itu, pencatatan data itu penting dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat mungkin. 3. Dokumentasi Dokumentasi ini merupakan metode pengumpulan data dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.Hasil dokumentasi oleh peneliti dengan menggunakan dokumen foto-foto kegiatan, catatan kegiatan, buku atau modul, profil, dsb.Hal ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan yang dimanfaatkan untuk pendukung dan penunjang hasil penelitian.. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dikarenakan dokumentasi berguna sebagai bukti untuk memperluas pengetahuan terhadap suatu yang diselidiki dan sebagai penguat dari hasil observasi dan wawancara. Teknik Analisis Data Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 247-253) analisis terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu: 1. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya dan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010: 247). Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. 2. Display Data Penyajian data merupakan hasil reduksi data yang disajikan dalam laporan secara sistematik yang mudah dibaca atau dipahami. Analisis dapat merancang deretan dan kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis serta bentuk data yang dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks. 3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan tahapan dimana peneliti harus memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti.
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai interaksi anak keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo yaitu: Hasil Penelitian 1. Interaksi yang terjadi didalam keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo
Interaksi yang berlangsung didalam keluarga antara orang tua ayah atau ibu dalam kesehariaanya berjalan dengan baik walaupun tidak semua orang tua ayah atau ibu memiliki interaksi dengan dengan anak. Ada orang tua ayah atau ibu
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani) 7
yang kurangnya waktu bersama dengan anak, kedekatan yang terjalin dengan anak kurang sehingga untuk interaksi yang terjadi tidak maksimal, keterbukaan yang ada juga kurang karena ayah atau ibu yang sibuk bekerja, kurangnya keterbukaan tersebut dan kedekatan dengan anak ada orang tua ayah atau ibu sulit untuk melakukan aturan-aturan yang disepakati bersama sehingga untuk control perilaku anak menjadi terganggu. Hal tersebut menjadikan orang tua ayah atau ibu kurang memiliki waktu dengan berinteraksi dengan anak. 2.
Masalah-masalah yang terjadi
Permasalahan keluarga yang semakin rentan akhir-akhir ini dikarenakan semakin melemahnya kualitas komunikasi antara anggota keluarga sehingga memudarnya fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya dari pengaruh pihak luar. Masalah-masalah yang timbul adalah: a. Kurangnya waktu untuk bersama-sama dengan anak b. Kuantitas untuk bertemu dengan anak sedikit c. Kurang peduli terhadap perilaku anak d. Anak lebih memilih dengan anggota keluarga yang lain daripada ayah atau ibu mereka atau dengan teman-temannya
3.
Upaya untuk mengatasi masalahmasalah interaksi anak keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo
Upaya tersebut orang tua ayah atau ibu lebih meningkatkan komunikasi, meluangkan waktu dengan anak, sehingga dapat mengkontrol perilaku anak. Dengan lebih peduli tentang anak, lebih terbuka dengan anak, dan yang terpenting adalah meluangkan waktu untuk anak dengan saling curhat, ngobrol, tukar pikiran sehingga mereka dapat saling terbuka dan menciptakan kebersamaan dan kedekatan antara orang tua yang pisah dengan anak. Upaya tersebut dilakukan agar mereka ayah atau ibu dapat menjalin komunikasi dengan baik dan terciptanya hubungan yang baik antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dan anggota keluarga yang lain. Pembahasan 1. Interaksi yang terjadi didalam keluarga broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo Interaksi yang terjalin didalam keluarga yang pecah di Desa Banyuroto tetap berlangsung dengan baik orang tua ayah atau ibu dapat saling berkomunikasi dengan anak walaupun terbatasnya waktu.Hal ini tergantung bagaimana orang tua tersebut dalam mendidik anak dan komunikasi yang baik.Tetapi dalam keluarga yang pecah tersebut di Desa Banyuroto masing-masing keluarga memiliki pola interaksi yang berbeda.Interaksi yang terjalin antara orang tua dengan anak memiliki interaksi yang berbeda-beda hal ini dikarenakan ada orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya membuat interaksi dengan anaknya menjadi berkurang.Tetapi dalam menyikapi hal tersebut di era yang modern dan canggih ini maka orang tua walaupun tidak bisa berinteraksi langsung secara tatap muka dengan anak mereka dapat berkomunikasi lewat
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani)
8
sms ataupun telepon sehingga orang tua dapat memantau aktivitas dan kegiatan anak kesehariannya. Prinsip-prinsip dalam interaksi itu dipakai oleh tua untuk mengembangkan disiplin bagi anak sehingga dalam keluarga tersebut terdapat praktek mengenai pola asuh orang tua yang dapat membatu dalam proses interaksi (Shocib 1998: 124)
Didalam keluarga yang pecah di Desa Banyuroto ini orang tua masing-masing memiliki kesibukan masingmasing ada yang sibuk bekerja ada juga yang ada waktu dengan anak yang menjadikan anak kurang memiliki waktu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang tua. Dalam interaksi dengan anak orang tua di Desa Banyuroto yaitu dalam kebersamaan dengan anak, masing-masing orang tua sulit untuk menciptakan kebersamaan dengan anak karena orang tua kebanyakan waktu kesita untuk bekerja. Tetapi walaupun orang tua jarang dirumah tetapi anak dirumah bisa bersama-sama dengan kakak, adik, atau paman dan bibinya. Dalam keterbukaan dengan anak hal ini orang tua kadang sulit terbuka dengan anak tetapi anak cenderung terbuka dengan saudaranya sehingga tidak adanya kebersamaan antara orang tua dan anak untuk bersamasama dengan anak menjadi suatu hal yang sulit, tetapi dengan anggota keluarga yang lain anak bisa terbuka. Kedekatan yang terjadi menjadikan orang tua di Desa Banyuroto sulit berinteraksi dengan anak.Orang tua yang sibuk dan jarang dirumah juga sulit terciptanya kedekatan dengan anak.Tetapi anak selama orang tua sibuk dengan pekerjaannya yang membuat anak kurang dekat dengan
ayah atau ibunya anak dekat saudaranya kakak, adik, paman atau bibinya. Sehingga anak bisa dipantau perilakunya dalam kesehariannya dengan anggota keluaraga yang lain. Dilihat dari keteladanan orang tua masing-masing orang tua mengajarkan dan menerapkan nilainilai yang baik seperti: menghormati dengan yang lebih tua, berbicara sopan, menjaga perilaku, dsb. Masing-masing orang tua walaupun ada yang memiliki waktu kurang dengan anak tetapi mereka masih menyempatkan waktu untuk berinteraksi dengan anak dengan memberikan aturan-aturan yang mana aturan tersebut digunakan dan anak harus mematuhi aturan yang telah dibuat. Jika anak melanggar aturan yang sudah disepakati dari masing-masing orang tua di Desa Banyuroto anak akan mendapat sanksi yang berupa nasehat ataupun hukuman. Dengan cara tersebut maka orang tua dengan interaksi yang tidak banyak dapat mengkontrol perilaku anak yang kurang baik. Orang tua dapat memantau kegaitan anak kesehariannya tanpa memiliki rasa kuatir. 2. Masalah-masalah yang terjadi Masalah-masalah yang timbul karena kurangnya interaksi atau putus komunikasi antara orang tua ayah atau ibu dengan anak di Desa Banyuroto hal itu dikarenakan ayah atau ibu terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan sehingga kurangnya waktu bersama dengan anak.Anak lebih cenderung memilih bersama dengan teman-temannya daripada dengan orang tua mereka.Pernyataan tersebut juga disampaikan beberapa keluarga yang memang mereka sibuk dan menghabiskan waktu dengan pekerjaan daripada dirumah dengan anak.Mereka seperti itu karena harus memenuhi
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani) 9
kebutuhan yang memang harus dipenuhi.Kuantitas untuk bertemu dengan anak juga kurang dalam melakukan interaksi hal tersebut dikarenakan orang tua yang sibuk dalam pekerjaanya. Masalah ekonomi juga menghambat interaksi yang ada didalam keluarga di Desa Banyuroto, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya menghambat komunikasi dengan anaknya, mereka hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Kebutuhan yang semakin banyak dan orang tua harus mencukupi kebutuhan anak seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, kebutuhan sekolah dan masih banyak yang lain. Hal tersebut menjadikan masalah yang mana anak kurang diperhatikan oleh orang tua kurag berrinteraksi antara ayah atau ibu menjadikan anak juga kurang memiliki rasa kasih sayang. Menurut (Sofyan, 1998: 125) sebab-sebab masalah dalam keretakan keluarga, ada dua faktor besar yakni: faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah: a. Beban psikologis ayah/ibu yang berat (psychological overloaded) seperti tekanan (stress) di tempat kerja, kesulitan keuangan keluarga; b. Tafsiran dan perlakuan terhadap perilaku marahmarah dan sebagainya; c. Kecurigaan suami isteri bahwa salah satu diantara mereka di duga berselingkuh dan lainlain; d. Sikap egositis dan kurang demokaratis salah satu orang tua misalnya suka mengatur suami atau isteri, memaksakan pendapat terhadap anak-anak, sok berkuasa (otoriter), kurang suka berdialog atau berdiskusi tentang masalah keluarga, lalu orangtua (ayah atau ibu) mengambil keputusan sendiri tanpa musyawarah, sehingga menyinggung perasaan anggota keluarga yang lain.
broken home di Desa Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Upaya untuk mengatasi masalahmasalah interaksi anak keluarga
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
Untuk itu upaya yang dilakukan orang tua ayah atau ibu untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga yang pecah di Desa Banyuroto supaya halhal yang lebih buruk tidak akan terjadi yaitu dengan lebih peduli tentang anak, lebih terbuka dengan anak, dan yang terpenting adalah meluangkan waktu untuk anak dengan saling curhat, ngobrol, tukar pikiran sehingga mereka dapat saling terbuka dan menciptakan kebersamaan dan kedekatan antara orang tua yang pisah dengan anak. Upaya tersebut dilakukan agar mereka ayah atau ibu dapat menjalin komunikasi dengan baik dan terciptanya hubungan yang baik antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dan anggota keluarga yang lain. Berikut ini dikemukakan (Djiwandono, 2005: 124 a. Komunikasi yang empati, yaitu satu dialog dua arah antara orangtua dengan anak, dimana orangtua memahami apa yang dirasakan, dialami dan dipikirkan oleh anak. b. Menghargai anak, adalah vitamin bagi perkembangannya. Sebaliknya sifat-sifat yang merendahkan, melecehkan dan menekan merupakan racun bagi perkembangan kejiwaan anak. Menghargai anak harus disesuaikan dengan keadaan. c. Mendorong anak, adalah upaya orangtua agar anak-anak maju sesuai bakat, kemampuan, dan kepribadiannya
10
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani)
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa : 1. Interaksi yang berlangsung antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dapat berlangsung dalam kehidupan sehari-harinya. Masing-masing orang tua ayah atau ibu memiliki keteladanan untuk anak, walaupun tidak semua orang tua ayah ibu dalam kebersamaan kurang bersamasama dengan anak, orang tua ayah atau ibu juga ada yang kurang keterbukaan dimana anak dapat terbuka dengan ayah atau ibu atau sebaliknya, ada orang tua ayah atau ibu dalam kedekataanya dengan anak kurang hal ini dikarenakan kurangnya terbuka dan bersama-sama dengan anak, aturan-aturan dalam keluarga juga tidak semua orang tua ayah atau ibu membuat aturan yang dapat disepakati bersama sehingga untuk mengontrol perilaku anak sehari-hari orang tua ayah atau ibu sedikit mengalami kesulitan karena kurangnya interaksi didalamnya. 2. Masalah interaksi yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto ini adalah kurangnya atau putusnya komunikasi orang tua dengan anak. Kuantitas untuk bertemu terbatas antara orang tua dengan anak karena orang tua yang sibuk bekerja, sehingga untuk pengendalian perilaku anak kurang diperhatikan dalam kesehariannya. 3. Upaya yang dilakukan orang tua keluarga broken home di Desa Banyuroto untuk mengatasi masalah interaksi tersebut yaitu ayah atau ibu dapat berkomunikasi dengan cara SMS atau telepon. Menambah kuantitas untuk bertemu dan meluangkan waktu untuk anak, sehingga orang tua juga dapat memantau dan mengendalikan kegiatan anak dengan mengetahui pergaulan anak dengan percaya dengan lingkungan rumah sekitar dan memberi kepercayaan terhadap anak.
Saran Bagi orang tua komunikasi dengan anak harus tetap berjalan walaupun sudah tidak bersama.Walaupun sibuk berkerja luangkan waktu untuk bertemu dengan anak. Lebih memperhatikan perilaku anak lebih ketat lagi supaya anak tidak mudah terpengaruh dengan perilaku orang lain yang buruk. Bagi anak, ketika berinteraksi dengan teman maupun orang yang dijumpainya harus bisa membedakan perilaku yang baik dan buruk, serta perilaku mana yang baik untuk dilakukan.Diharapkan tetap menjalankan nilai dan moral yang baik dalam kehidupan sehari-hari, walaupun pengawasan dari orang tua tidak seintens dan seakrab dahulu.
DAFTAR PUSTAKA Gunarsa S.D. & Y.S.D. Gunarsa. 2004. Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia Kunarti. 2004. Pengaruh Interaksi Keluarga dan Tekanan Ekonomi terhadap Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Moh. Shocib.1998.Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri.Jakarta: Rineka Cipta
. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sudjana. (1992). Metode Bandung: Tarsito
Statistika.
Lexy Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Problematika Interaksi Anak .... (Oetari Wahyu Wardhani) 11
Sri Handayani Astuti.1974.Studi tentang Hubungan deliquensi Remaja dengan Broken Home di Lembaga Permasyaratan Madiun.Yogyakarta: UGM Willis, S. Sofyan.2008.Konseling Keluarga.Jakarta: Alfa Beta