PRODUKSI ENZIM SELULASE OLEH PENICILLIUM SP

Download Kata kunci : enzim selulase, limbah pertanian, Penicillium sp., FPase. Abstract. This research was ... beberapa limbah, suhu dan pH terhada...

0 downloads 377 Views 1MB Size
PRODUKSI ENZIM SELULASE OLEH Penicillium sp. PADA SUHU, pH DAN LIMBAH PERTANIAN YANG BERBEDA Irma Alfiah dan N.D. Kuswytasari, S.Si., M.Si Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis limbah pertanian, suhu dan pH terhadap produksi enzim selulase oleh Penicillium sp. Produksi enzim selulase yang dihasilkan oleh Penicillium sp diukur dengan menggunakan metode FPase, mengukur gula reduksi dengan menggunkan DNS. Hasil penelitian yang dianalisa dengan anova menunjukkan adanya pengaruh jenis medium terhadap aktivitas enzim. Aktivitas enzim tertinggi ditunjukkan pada perlakuan dengan menggunakan medium tongkol jagung pH 6 dengan suhu 35 oC yaitu sebesar 0.595 IU/ml. Kata kunci : enzim selulase, limbah pertanian, Penicillium sp., FPase Abstract This research was conducted to determine the effect of type of agricultural waste, temperature and pH on the production of cellulase enzymes by Penicillium sp. The production of cellulase enzyme produced by Penicillium sp., FPase measured using the method, measuring the reduction of sugar by using DNS. The results were analyzed by ANOVA showing the influence of type of medium on the enzyme activity. Based on the enzyme activity of the highest value indicated in the treatment with corn corp medium pH 6 with a temperature of 35oC in the amount of 0.595 IU / ml. Key words: cellulase enzymes, agricultural waste, Penicillium sp., FPase 1.

Pendahuluan

Selulase merupakan enzim yang banyak digunakan. Beberapa Industri yang menggunakannya yaitu industri kimia, batu bara, pupuk organik, dan bahan pakan. Selain itu selulase dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi biomassa yang mengandung selulosa menjadi biofuel, seperti bioethanol (Mtui, 2009). Melihat tingginya kebutuhan selulase, perlu dilakukan produksi selulase untuk memenuhinya. Selulase merupakan enzim kompleks yang terdiri dari selobiohidrolase (Eksoglukanase), endoglukanase atau carboxy methyl cellulose (CMC-ase) dan β-glukosidase (Hermiati, 2010; Lynd et al., 2002). Kapang yang banyak digunakan pada produksi selulase adalah genus Penicillium. Kapang ini mempunyai kemampuan dapat menghasilkan endoglukanase, eksoglukanase dan β-glukosidase dalam jumlah yang tinggi (Liu et al., 2008; Long et al., 2009). Komposisi selulase yang dihasilkan oleh kapang dipengaruhi oleh komposisi medium, konsentrasi medium, pH awal, pengolahan awal substrat dan temperatur inkubasi (Milala et al., 2005). Berdasarkan komposisi medium tersebut, Milala (2005) dan Lynd et al. (2002) menyebutkan bahwa kapang akan menghasilkan selulase jika ditumbuhkan pada medium yang mengandung selulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa limbah, suhu dan pH terhadap produksi enzim selulase oleh Penicillium sp. Kode T1.2. koleksi laboratorium Mikrobiologi dan bioteknologi jurusan Biologi ITS yang diisolasi dari Wonorejo Surabaya. 2. Metodologi Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium Mikologi, Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Biologi ITS, Laboratorium Botani, Laboratorium Zoologi serta Laboratorium Rekayasa dan Energi ITS. Isolat jamur Penicillium sp. kode T1.2

didapatkan dari koleksi kultur murni Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Biologi ITS. Penicillium sp. dibuat menjadi 2 subkultur yaitu kultur stok dan kultur kerja. Subkultur Penicillium sp. dilakukan ke dalam media agar miring Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah disterilkan dalam autoclave suhu 121oC tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari (Kang, 2004), kultur stok disimpan di lemari es dan disubkultur setiap bulan. Substrat yang digunakan adalah tongkol jagung dan jerami padi yang diambil dari Rembang, bagase tebu dari penggilingan es tebu hitam di jalan kenjeran, dan eceng gondok dari kolam sekitar kampus ITS. Substrat diberi perlakuan sebelum digunakan sebagai medium. Tahap pretreatment substrat dibagi menjadi 2 tahap yaitu : - tahap pretreatment substrat secara mekanik Masing-masing substrat dikeringkan di bawah sinar matahari. Substrat sebanyak 5 kg dipotong menjadi berukuran ± 1 cm, dan digiling dengan mesin penggiling (Anwar, 2010). Dioven pada suhu 75 oC selama 48 jam (Sun, 2011). - tahap pretreatment substrat secara kimiawi Substrat ditambah NaOH 2% dalam erlenmeyer dengan perbandingan 1:10, dipanaskan pada suhu 85 oC selama 6 jam (Anwar, 2010; Reddi dan Narasimha, 2011). Lalu substrat disaring. Padatan substrat yang telah terpisah dibilas dengan air hingga pH larutan menjadi 7. Padatan substrat dioven sampai kering, lalu didinginkan pada suhu kamar (Patradhiani, 2010; Wijdaja dkk., 2010, Sun dan Cheng, 2002; Sanchez dan Cardona, 2008). Media yang digunakan terdiri dari larutan garam mineral dan nitrogen organik untuk meningkatkan produksi enzim. Komposisi media dasar ini terdiri dari:

Tabel 4. Komposisi Media pertumbuhan (I-Son, 2010) Komponen

Komposisi gram /liter aquades

Yeast Ekstrak

1,4

KH2PO4

2

CaCl2. 2H2O

0,34

MgSO4.7H2O

0,3

MnSO4.H2O

0,0016

FeSO4.7H2O

0,005

ZnSO4.7H2O

0,0014

CoCl2.6H2O

0,002

Strater Kultur Penicillium sp. dibuat dengan mensuspensikan Kultur Penicillium sp. usia 7 hari pada agar miring dengan menambahkan 10 ml larutan salin steril 0,85% yang mengandung 0,1% tween 80. Suspensi jamur sebanyak 1,5 ml diinokulasikan ke dalam 12,5 ml medium pertumbuhan (tabel 4) dan 2,5 gram substrat (tongkol jagung, bagase tebu, jerami padi, dan eceng gondok) yang telah disterilkan dengan autoklave pada suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1,5 atm. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang sampai miselium penuh. Metode ini diadaptasi dari metode fermentasi medium padat oleh Widjaja (2009). Tahap selanjutnya adalah optimasi produksi enzim selulase pada beberapa limbah. Tapahan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut Media pertumbuhan sebanyak 25 ml (tabel 4) ditambah dengan 5 gram substrat (tongkol jagung, bagasse tebu, jerami padi dan eceng gondok) (Widjaja, 2009). Medium diatur pada pH 6 dan pH 8. Pengaturan pH dengan menambahkan NaOH atau HCl pada medium. Kemudian disterilkan dalam autoclave pada suhu 121 oC tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Selanjutnya starter Penicillium sp. sebanyak 10% medium, diinokulasikan kedalamnya (Liu, 2007). Kemudian diinkubasi selama 13 hari (Pericin, 2008; Purwadaria, 2010; Karthikeyan, 2010; Singh et al., 2011). Suhu inkubasi diatur pada 30, 35 dan 40oC. Ekstraksi enzim dilakukan pada hasil fermentasi dengan cara menambahkan larutan pengekstrak tween 80 0,1 % sebanyak 100 ml ke dalam kultur yang telah diinkubasi (Widjaja, 2009). Kemudian disentrifuge dengan kecepatan 5000 rpm selama 20 menit untuk menghasilkan filtrat enzim kasar (Charita, 2012). Filtrat yang diperoleh disimpan dalam box ice kemudian disimpan dalam kulkas. Ekstrak enzim kasar ini digunakan untuk analisa filtrat enzim yaitu aktifitas selulase total (filter paperase). Pengukuran aktivitas enzim filter paperase menggunakan metode Ghose (1987). Metode yang digunakan yaitu kertas saring Whatman no. 1 ukuran 1x6 cm dimasukkan ke dalam botol fial yang berisi 1 ml 0,05 M sodium buffer sitrat (pH 4,8) dan 0,5 ml filtrat enzim kasar. Kemudian diinkubasi pada suhu 50oC selama 60 menit pada water bath. Kadar gula pereduksi terlarut diukur dengan menggunakan metode DNS (Miller, 1959), yaitu menambahkan larutan DNS sebanyak 3 ml, dan dipanaskan pada water bath dengan suhu 100°C selama 5 menit sampai terbentuk warna kuning kecoklatan. Kemudian didinginkan pada suhu es, kemudian diukur absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Nilai absorbansi hasil pengujian enzim dibandingkan dengan kurva standar glukosa dengan konsentrasi 0-2 mg/ml. Aktivitas enzim Fp-ase dinyatakan dalam satuan U (unit)

dengan cara mengkonversikan absorbansi gula pereduksi yang terbentuk berdasarkan kurva standar glukosa. Aktivitas enzim diukur dengan rumus sebagai berikut : Aktivitas Enzim Fp-ase (IU/ml) = konsentrasi glukosa x 0.0925 Ml

Penelitian ini mengkaji tiga faktor, yaitu: - Faktor pertama (A) = Jenis limbah (L) dengan 4 taraf ; L1, L2, L3 dan L4 - Faktor kedua (B) = suhu inkubasi (S) dengan 3 taraf ; S1, S2, dan S3 - Faktor ketiga (C) = pH (K) dengan 2 taraf ; K1 dan K2 Sehingga rancangan penelitiannya adalah RAL pola faktorial 4 x 3 x 2 dengan setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Data penelitian dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Uji aktivitas enzim dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap produksi enzim pada beberapa limbah dan untuk mengetahui perlakuan mana saja yang terbaik dari hasil pengamatan terhadap konsentrasi pH dan suhu inkubasi. Jika ada perbedaan yang nyata antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan. 3. Hasil dan Pembahasan Limbah pertanian yang digunakan, ditreatment terlebih dahulu untuk membuka struktur lignoselulosa. Hal ini bertujuan agar selulosa menjadi lebih mudah diakses oleh enzim yang memecah polimer polisakarida menjadi monomer glukosa. Hasil Pretreatment limbah pertanian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Proses pretreatment limbah pertanian Jenis limbah

Pengeringan

penggilingan

Pencucian NaOH

Matahari (hari) Jerami

7

2 kali

Tongkol jagung Bagase

7

3 kali

6

3 kali

Eceng gondok

10

2 kali

15 menit/50 gram 15 menit/50 gram 210 menit/50 gram 37,5 menit/50 gram

Waktu yang diperlukan masing-masing limbah untuk kering dipengaruhi oleh kadar air dan struktur penyusunnya. Kadar air tertinggi dimiliki oleh eceng gondok yaitu 94,25% [22], sehingga mempunyai waktu yang paling lama untuk kering. Sedangkan jerami padi dan tongkol jagung yang mempunyai kadar air >60%, membutuhkan waktu 7 hari. Hal ini sesuai dengan penelitian [23], yang melakukan

pengeringan tongkol jagung dengan memanfaatkan sinar matahari dilakukan kurang lebih 7-8 hari agar diperoleh kadar air 9%-11%. Sedangkan bagase tebu membutuhkan waktu lebih sedikit yaitu 5 hari, disebabkan kadar airnya paling rendah yaitu 52,67% [24] Pretreatment selanjutnya yaitu pretreatment mekanik dengan memotong limbah pertanian, dengan ukuran ±1 cm, kemudian dibungkus dengan alumunium foil dan dioven pada suhu 75oC selama 48 jam. Pemotongan limbah pertanian ini berbeda-beda tergantung dari karakter morfologi dari limbah tersebut.

Grafik 1. Aktivitas enzim selulase pada suhu, pH dan medium jerami

Bagase tebu dan tongkol jagung membutuhkan penggilingan lebih banyak, hal ini disebabkan karena struktur bagase tebu dan tongkol jagung lebih keras dari pada lainnya. Ini dapat dilihat dari kadar lignin pada tongkol jagung dan bagase tebu lebih tinggi. Kandungan lignin pada limbah pertanian perlu dikurangi untuk mempermudah kontak antara enzim selulase dengan selulosa pada limbah pertanian. Bagase tebu dan tongkol jagung yang mempunyai kadar lignin 25% [25] dan 20% [26] membutuhkan 3 kali penggilingan. Sedangkan kadar lignin jerami 18% [27] dan eceng gondok 8 % [28] hanya dua kali penggilingan. Selanjutnya limbah pertanian ditreatment dengan NaOH, yaitu Pretreatment secara kimiawi. Hal tersebut juga dilakukan oleh [17] yaitu delignifikasi menggunakan NaOH 2%, dimana hasil produksi yang diperoleh lebih tinggi dari pada yang tidak menggunakan delignifikasi NaOH. Semakin tinggi hemiselulosa dan lignin pada limbah, semakin banyak NaOH yang mengakses ikatan lignin dan Hemiselulosa, menyebabkan banyaknya NaOH yang kontak dengan limbah sehingga proses penghilangan NaOH semakin lama. Selanjutnya limbah dioven pada suhu 150oC sampai kering. Limbah yang dikemas dengan alumunium foil, mempunyai rentang waktu pemanasan lebih lama yaitu 7 hari pemanasan. Untuk mempercepat pengeringan dengan oven, limbah diletakkan pada loyang terbuka yang terbuat dari alumunium.Lama pemanasan menggunakan oven hanya membutuhkan waktu 3 hari, karena luasnya permukaan tempat pengeringan mempercepat penguapan pada medium. Limbah yang telah kering, mempunyai struktur yang keras dan menggumpal. Sehingga harus digiling dengan blender, agar menjadi limbah yang berukuran lebih kecil dengan luas permukaan lebih besar sehingga mudah diakses oleh enzim.

Grafik 2. Aktivitas enzim selulase pada suhu, pH dan medium tongkol jagung

Grafik 3. Aktivitas enzim selulase pada suhu, pH dan medium bagase.

Hasil analisa dari pengukuran aktivitas enzim selulase yang dihasilkan oleh Pencillium sp., pada beberapa medium, suhu dan pH dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini: Grafik 4. Aktivitas enzim selulase pada suhu, pH dan medium eceng gondok.

Apabila dilihat berdasarkan suhu yang diberikan pada perlakuan, aktivitas tertinggi terjadi pada perlakuan menggunakan suhu 35 oC perlakuan dengan tongkol jagung pH 6 dan aktivitas terendah juga pada suhu 35 oC pada perlakuan dengan jerami padi pH 6. Berdasarkan hal ini, dapat diketahui bahwa aktivitas enzim tidak hanya dipengaruhi dari suhu, saja tetapi pH dan jenis medium juga menentukan, tinggi rendahnya aktivitas enzim. Sedangkan bagase tebu yang tidak termasuk 5 tertinggi aktivitas enzimnya, berdasarkan uji Duncan mempunyai pengaruh yang tidak berbeda dari perlakuan yang nilai aktivitasnya paling rendah yaitu jerami padi suhu 35 oC pH 6. Hal ini menunjukkan bahwa medium bagase tebu mempunyai pengaruh yang tidak berbeda dari perlakuan dengan aktivitas yang terendah, walaupun mempunyai kandungan selulosa yang lebih tinggi dari lainnya. Seharusnya bagase tebu mempunyai aktivitas paling tinggi karena melihat kadar selulosanya paling tinggi yaitu 50% [25]. Walaupun demikian, penelitian ini, sama dengan yang disebutkan [29] yang membandingkan aktivitas enzim selulase yang dihasilkan oleh Tricoderma pada tongkol jagung dan bagase hasilnya aktivitas enzim selulase pada tongkol jagung lebih tinggi dari pada bagase. Melihat adanya perbedaan aktivitas enzim selulase pada medium bagase dan tongkol jagung tersebut, dapat diketahui bahwa tinggi rendahnya aktivitas enzim selulase menggunakan medium yang sama akan berbeda jika menggunakan isolat yang berbeda. Nilai aktivitas enzim menggunakan medium bagase pada penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian sebelumnya, kandungan selulosa yang lebih tinggi manjadikan aktivitas enzim selulosa yang dihasilkan tinggi, ini ditunjukkan ada penelitiannya menggunakan A. niger VTCC-F021 yang ditumbuhkan pada medium bagase dan tongkol jagung, hasilnya aktivitas enzim pada bagase tebu lebih tinggi dari tongkol jagung

4. KESIMPULAN Kesimpulan dari pebelitian ini adalah jenis medium, suhu dan pH berpengaruh terhadap produksi enzim selulase oleh Penicillium sp. Berdasarkan nilai aktivitas enzimnya, tongkol jagung dengan perlakuan pH 6 suhu 35 oC mempunyai aktivitas paling tinggi yaitu sebesar 0,595 IU/ml.

DAFTAR PUSTAKA Abo-State, M.A.M., A.I. Hammad, M. Swelim and R.B. Gannam. 2010. Enhanced Production of Cellulase(S) By Aspergillus spp. Isolated From Agriculture

Wastes by Solid State Fermentation AmericanEurasian J. Agric. & Environ. Sci., 8 (4): 402-410. Aderemi, B.O., E. Abu, and B. K. Highina. 2008. The Kinetics of Glucose Production from Rice Straw by Aspergillus niger. African Journal of Biotechnology. 7:1745-1752. Alexopoulus C.J., Mims C.W.,dan Blackwell M. 1996. Introductory Mycology. Edisi 4. New York: John Wiley and Sons. Anindyawati, Trisanti. 2009. Prospek Enzim dan Limbah Lignoselulosa untuk Produksi Bioetanol. Pusat Penelitian Bioteknologi-Lipi Bogor. Vol. 44, No. 1: 49- 56. Anonim. 2012. Mold conidiophores and conidia of Penicillium notatum http://www.ciriscience.org/ph_81Mold_conidiophores and conidia of Penicillium. pada 5 April 2012. Anwar, Nadiem, Arief Widjaja, dan Sugeng Winardi. 2010. Peningkatan unjuk Kerja Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi Menggunakan Campuran Selulase Kasar dari Trichoderma reesei dan Aspergillus niger. Makara, Sains, Vol. 14, No. 2.114-115. Aprianie, venty. 2009. Pengaruh Kadar Air Dan Metode Penyimpanan Tongkol Jagung (Zea Mays, L.) Terhadap Pertumbuhan Aspergillus Flavus Dan Pembentukan Aflatoksin. Skripsi. IPB Artati Enny K., Ahmad Effendi, dan Tulus Haryanto. 2009. Pengaruh Konsentrasi Larutan Pemasak pada Proses Delignifikasi Eceng Gondok dengan Proses Organosolv. UNS: Surakarta. Balan, V., B. Bals, Chundawat, and D. Marshall, B. E. Dale. 2009. Lignocellulose Biomass treatment Using AFEX. Method in Molecular Biology. Vol. 581, 6177. Bastman, S. 1989. Studies on degradation and extraction of chitin and chitosan from prawn cell (Nephrosp norrregicus). Thesis. The department of medical, manufacturing, aeronaufical and chemical engineering, faculty of Engineering the queen’s university of Belfast. Breuil C, Mayers P, and Saddler J. N. 1986. Substrate conditions that influence the assays used for determining the beta-glucosidase activity of cellulolytic microorganisms. Biotechnol Bioeng 28: 1653–1656. Charitha, Devi and M. Sunil Kumar. 2012. Production, Optimization and Partial purification of Cellulase by Aspergillus niger fermented with paper and timber sawmill industrial wastes. Journal of Microbiology and Biotechnology Research. 2 (1):120-128. Das, Arpan dan Uma Ghosh. 2009. Solid state fermentation of waste cabbage by Penicillium notatum NCIM No 923 for production and characterization of cellulase. Journal of Science and Industrial Research. Vol 68. 714-718. Dashtban, M., Schraft, H., and Qin, W. 2009. Fungal Bioconversion of Lignocellulosic Residue:

Opportunities and Perspectives. Journal Biol. Sci. 578-595.

International

De Vrije,T., G. G. De Haas, G. B. Tan, and E. R. P. Keijsers, P.A.M. Classen. 2002. Pretreatment of Miscanthus for Hydrogen Production By Thermotoga elfii, International Journal Of Hydrogen Energy. 27:13811390. Desouky, E. M. 2007. Production Of Cellulase By Penicillium Hordei and Pectinase By Aspergillus Ustus Under Solid State Fermentation Condition. N. Egypt Journal Microbiol. Vol 17, 169-178. Dewi, Kurnia Harlina. 2002. Hidrolisis Limbah Hasil Pertanian Secara Enzimatik. Akta Agrosia. 5 (2): 6771. El-Akshar, Y.S., Estefanous, A.N and Afifi, M.M.I. 2012. The Influence of Microbial Inoculants on Microbial Activity and humic substances of Rice Straw composting. Research Journal of Agriculture and Biological Sciences, 8(2): 68-77 Enari. T. M. 1983. Microbial cellulose dalam microbial enzyme and biotechnology. Edited by W.M. fogarty. Applied Science Publ. New York. Fardiaz S. 1989. Fisiologi Fermentasi. Bogor: PAU IPB. Ghose, T. K. 1987. Measurement Of Cellulose Activities. International Union Of Pure and Applied Chemistry. 59 (2): 257-268. Gong, C. S. and G.T. Tsao.1979. Cellulase and Biosynthesis Regulation dalam Advance In Applied Microbiology. Annual Reports On Fermentation Processes. Academic Press. New York Vol.2.Hal. 124-154. Harlina, Kurnia Dewi. 2002. Hidrolisis Limbah hasil Pertanian Secara Enzimatik. Akta grosia Vol 5 No 2 hal. 67-71. Haygreen JG dan JL Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hendriks, A. T. W. M., and G. Zeeman. 2009. Pretreatments to Enhance the Digestibility of Lignocellulose Biomass. Biores. Technol. 100, 10-18. Herlinasari, Lia. 1999. Hasil Pirolisis Tanaman Enceng Gondok sebagai Bahan Baku Arang Briket dengan Perekat Tanin. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Hermiati, Euis, Djumali Mangunwidjaja, Titi Candra Sunarti, Ono Suparno, dan Bambang Prasetya. 2010. Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu Untuk Produksi Bioetanol. Jurnal Litbang Pertanian. 29 (4) : 126. Howard R. L., Abotsi E., J. Van Rensburg E.L. and Howard, S. 2003. Lignocellulose Biotechnology: Issue Of Bioconversion and Enzyme Production. African J. Of Biotech. 2 (12), 602-619. Hoa Thi Pham, Dinh Thi Quyen, Ngoc Minh Nghiem. 2010. Optimization of Endoglucanase Production by Aspergillus niger VTCC-F021. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 4(9): 4151-4157.

I-Son

Ng, Chen-Weili, Shuang-Pichan, Jiun-Lychir, Potingchen, Chii-Gongtong, Su-Mayyu, and TuanHua David Ho. 2010. High Level Production Of A Thermoacidophilic Β-Glucosidase From Penicillium Citrinum YS40-5 By Solid –State Fermentation With Rice Bran . Bioresource Technology.101:1310–1317.

Jayant M., J. Rashmi, M. Shailendra dan Y. Deepesh. 2011. Production Of Cellulase By Different Co-Culture Of Aspergillus niger and Penicillium chrysogenum from Waste Paper, Cotton Waste and Baggase. J. Of Yeast and Fungal Research. Vol. 2 (2): 24-27. Juhasz, T. K. Kozma, Z. Szengyel, and K. Reczey. 2003. Production of β-Glucosidase in Mixed Culture of Aspergillus niger BKMF 1305 and Trichoderma reesei RUT C30. Food Technol. Biotechnol. 41 (1): 49–53. Kang, S. W., Y. S. Park, J. S. Lee, S.I. Hong Gadgil, N.J., H.F. Daginawala, T. Chakakrabarti and S.W. Kim, 2004. Production of cellulases and hemicellulases by Aspergillus niger KK2 from lignocellulosic biomass. Bioresour. Technol., 91: 153-156. Karthikeyan, N, M. Sakthivel and P. Palani. 2010. Screening, Identifying of Penicillium K-P Strain and Its Cellulase Producing Conditions. Journal of Ecobiotechnology.10: 4-7. Kathiresan K. dan S. Manivannan. 2006. Cellulase Production by Penicillium fellutanum Isolated from Coastal Mangrove Rhizosphere Soil. Research Journal of Microbiology. 1 (5): 438-442 Lehninger A. L. 1994. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Erlangga. Lindner, W. A., Dennison, D. and Berry, R. K.. 1983. Purification and properties of a carboxymethyllcellulase from Sclerotium rolfsii. Biochimica et Biophysica Acta 746, 160-167. Liu Bing, Fenghu Wang, Xiaodong Zhu, and Anying Jiao.2011. Enhanced Surface Wettability of Rice Straw with Alkaline Pretreatment. The Open Materials Science Journal. 5, 109-117. Liu, Ian and Jichu Yang. 2007. Cellulase Production By Trichoderma Koningii AS3.4262 In Solid - State Fermentation Using Lignocellulosic Waste From The Vinegar Industry. Food Technol. Biotechnol. 45 (4) 420–425. Long Chuannan, Yueqin Ou, Ping Guo, Yuntao Li, Jingjing Cui, Minnan Long dan Zhong Hu. 2009. Cellulase Production By Solid State Fermentation Using Bagasse With Penicillium decumbens L-06. Annals of Microbiology.59; 517-523. Lynd, L.R., P.J.Weimer, W.H. van Zyl and I.S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulose Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiology and Mol.Bio.Review. 66: 506-577. M.A.M. Abo-State, A.I. Hammad, M. Swelim and R.B. Gannam .2010. Enhanced Production of Cellulase(S) By Aspergillus spp. Isolated From Agriculture Wastes by Solid State Fermentation. AmericanEurasian J. Agric. & Environ. Sci., 8 (4): 402-410

Mandels, M.,D.Sternberg dan R. E. Andreotti. 1975. Effect of Media Composition and growth Condition on Production of Cellulase and Beta glucosidase by a Mixed Fungal dalam M. Bailey, T. M. Enari dan Mlinko (Ed). Symposium on enzymatic Hidrolysis of Cellulase. Sitra, Helsinki, P.81. Manpreet, S., Sawraj, S., Sachin, D., Pankaj, S. and Banerjee, U.C. 2005. Influence Of Process Parameters On The Production Of Metabolites In Solid State Fermentation . Malalaysian Jounal Of Microbiology, Vol 1(2):1-9. Mark HF. 1980. Molekul Raksasa. Jakarta: Tira Pustaka. Milala, M.A., A. Shugaba, A. Gidado, A.C. Ene, and J.A. Wafar. 2005. Studies On The Use Of Agricultural Wastes For Cellulase Enzyme Production By Aspergillus niger. Res. J. Agric. Biol. Sci. vol 1: 325-328. Miller GC. 1959. Use of Dinitrosalicylic Acid reagent for The Determination of Reducing Sugar. Analitical Chemists. 31 :420-428. Mtui, Y.S. 2009. Recent Advances In Pretreatment of Lignocellulosic Wastes And Production of Value Added Products. African J. Of Biotechnology Vol. 8(8): 1407-1401. Mussatto S. I. and J. A. Teixeira, 2010. Lignocellulose As Raw Material In Fermentation Processes. Current Research, Technology and Education Topics In Applied Microbiology and Microbial Biotechnology. 879-907. Muthuvelayudham, R and Viruthagiri, T.2006. Fermentative production and kinetics of cellulase protein on Trichoderma reesei using sugarcane bagasse and rice straw. African Journal of Biotechnology Vol. 5 (20).1873-1881. Narasimha, Sridevi A, Buddolla Viswanath, Subhosh Chandra M, and Rajasekhar Reddy B. 2006. Nutrient Effects On Production Of Cellulolytic Enzymes By Aspergillus niger. African Journal Of Biotechnology Vol. 5 (5).472-476. Nigam J. N. 2002. Bioconversion Of Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) Hemicellulose Acid Hydrolysate To Motor Fuel Ethanol By Xylosefermenting Yeast. Journal Of Biotechnology. 97.107-116. Novita, Decy Sari. 2011. Penentuan pH dan Suhu Optimum dari Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase Hasil Isolasi Bekicot (Achatina fulica) Terhadap Hidrolisa Substrat Selulosa, Kertas Hvs Dan Ampas Tebu. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Nwodo Chinedu S., C. Obinna Nwinyi dan V.I. Okochi. 2008. Properties of Endoglucanase of Penicillium chrysogemum PCL501. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 2 (3): 738-746. Pasaribu, Gunawan dan sahwalita.2007. Pengolahan Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Kertas Seni. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian. Pandey, Ashock, Carlos R.Soccol, Poonam Nigam, Vanete T. Soccol. 2000. Biotechnological potential of agro-

industrial residues I : sugarcane bagasse. BioresourceTechnology 74: 69-80. Patradhiani, R., Utami, I. S., dan Widjaja,A. 2010. Studi Bahan Baku Berlignoselulosa Untuk Produksi Gula Xilosa Murah Diikuti Proses Fermentasi Menghasilkan Etanol, Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Universitas Diponegoro, Semarang. Pericin,

Draginja , Senka Ma Darev-Popovic , Ljiljana Radulovi- Popović, Marija Škrinjar. 2008. Valuate Pumkin Oil Cake As Substrate For The Cellulase Production by Penicillium roquefort in Solid State Fermentation. Roumanian Biotech. Vol. 13.

Purwadaria M. B. T. 1988. Purification and characterization of cellulomonas cellulose complex. Tesis. Sydney University Of New south Wales. Purwadaria Tresnawati, Pesta A. Marbun, Arnold P. Sinurat, dan Pius P. Ketaren. 2003. Perbandingan Aktivitas Enzim Selulase dari Bakteri dan Kapang Hasil Isolasi Dari Rayap. JITV. 8 (4): 213-219. Raimbault, Maurice. 1998. General and Mikrobiological aspects of solid substrat fermentation. Electronic Journal Of Biotechnology. 1:3. Ramli, M. M. Tafsin A.D. Hasjmy. 2009. Pertumbuhan Optimum Penicillium Spp. dan Cunninghamella Spp Yang Diisolasi Dari Pakan Dan Efek Toksiknya Pada Mencit (Mus Musculus). Media Peternakan, April 2009, Hlm. 40-46. Rani, Reeta Singhania, Rajeev K Sukumaran, Anu Pillai, P Prema, George Szakazs And Ashok Pandey. 2006. Solid State Fermentation Of Lignocellulosic Substrates Fo Cellulase Production By Trichoderma Reesei NRRL 11460. Indian Journal Of Biotechnology Vol 5. Pp 332-336. Reddi, M. Pradeep, dan Narashimha G. 2011. Utilization Of Pea Seed Husk As Substrate For Cellulase Production By Mutant Aspergillus niger. Insight Biotechnology 1 (2): 18. Reese, E.T., R.G.H. Siu dan H. S. Levison. 1950. The Biological Degradation of Soluble Cellulases Derivate and its Relationship to the Mechanism of Cellulase Hydrolysis. Journal Bacteriol. 59: 485 – 486. Sabiham S. dan B. Mulyanto. 2005. Biomass Utilization In Indonesia: Integration Of Traditional and Modern Principles Of Organic Matter Management. Paper Presented In Apecatc Workshop On Biomass. Saha, B.C. 2003. Hemicellulose Bioconversion. J. Ind. Microbiol. Biotechnol. 30: 279-291. Sánchez OJ, and Cardona CA .2008. Trends In Biotechnological Production Of Fuel Ethanol From Different Feedstocks. Bioresour. Technol. 99(13): 5270-5295 Satria, Robby Elvian. 2008. Pengaruh konsentrasi Asam klorida terhadap pembentukan glukosa pada Hidrolisi tongkol dan klobot jagung. USU. Sumatera

Schellart, J.A 1975. Fungal protein from corn waste effiuens. Wangeningen, H. Veenman and B.S. Zone D

hirsuta on enzymatic hydrolysis of corn stover. International Biodeterioration & Biodegradation (65): 931-938.

Sigler L, Verweij PE. 2003. Aspergillus, Fusarium, and other opportunitistic moniliaceous fungi.Washington, DC. Sindhu Raveendran, Nair Gopalan Suprabha dan Shankar Shashidhar. 2011. Media Engineering For The Production Of Cellulase From Penicillium Species (SBSS 30) Under Solid State Fermentation. Research Article, Biotechnol. Bioinf. Bioeng. 343-349.

Suprapto, H. S. dan Rasyid, M.S.2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Singh, Gurpreet Dhillon, Harinder Singh Oberoi, Surinder Kaur, Sunil Bansal, Satinder Kaur Brarb. 2011. Value-Addition Of Agricultural Wastes For Augmented Cellulase And Xylanase Production Through Solid-State Tray Fermentation Employing Mixed-Culture Of Fungi. industrial Crops And Products 34. 1160-1167. Sukumaran Ravej, Reeta Rani Singhania, And Ashock Pandey. 2005. Microbial cellulose application and production. Journal of science and Industrial research. 64: 832-844. Stanbury, Peter, Whitaker A., Hall, S.J.,1995. Principles of fermentation of technology.Elsevier. Burlington. Sun Y, Cheng J .2002. Hydrolysis Of Lignocellulosic Materials For Ethanol Production: A Review. Bioresour. Technol. 83(1): 1-11. Webster, J. dan R. Weber. 2007. Introduction of Fungi. Cambridge University, Cambridge. Sun, Feng-hui, Li,J., Yuan, Y., Yan, Z.Y., Liu, X.F. 2011. Effect of biological pretreatment with Trametes

Vega, J. L., K. T. Klasson, E. C. Clausen and J. L. Gaddy.1991. The Saccharification of Corn Stover by Cellulase from Penicillium funiculosum. Bioresource Technology. 35. 73-80 Vintila T., M. Dragomirescu, S. Jurcoane, D. Vintila, R. Caprita, and M. Maniu. 2009. Production Of Cellulase By Submerged And Solid-State Cultures And Yeasts Selection For Conversion Of Lignocellulose To Ethanol. Romanian Biotechnological Letters. Vol. 14, No. 2. Pp. 42754281. Widjaja, Arief, Hendy Firmanto, dan Fauzi Yusra. 2010. Pretreatment Jerami Padi untuk Menghasilkan Gula Xilosa dengan Menggunakan Crude Enzim Xilanase. Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa. B45 Widjaja, Arief, Nadiem Anwar dan Sugeng Winardi. 2009. Produksi Enzim Selulase untuk Hidrolisis Jerami Padi. Seminar Nasional Kimia. OB 38-48. Xiang, Qian, Y. Y. Lee, Par O. Pettersson dan Robert W. Torget. 2003. Heterogeneous Aspect of Acid Hydrolysis of Cellulose. Applied Biochemistry And Biotechnology. 107: 1-3. Zhu, Y. S., W. O. Wu, W. Chen, J. H. Gao, J. X. Fei dan C.N Shis. 1981. Enzyme and Microbial. Technol. In Press.