Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia Laporan Tahunan 2015
Daftar Isi Latar Belakang Program Peta Cluster Pendekatan Menyeluruh 2012-2015
4 6 8
Hasil Program sampai dengan Desember 2015 Mengukur Dampak Program Pemantauan Hasil Program Hasil Rehabilitasi Pertanian Hasil Program Peningkatan Gizi Hasil Program Utama
10 10 11 12 13 14
Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi Pelatihan Utama untuk Staf dan Penyuluh Pelatihan untuk Petani Kakao Pertanian Ramah Iklim dan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
17 17 18 19
Integrasi Nutrisi dan Sensitivitas Jender Praktik Nutrisi yang Baik Pengikutsertaan Perempuan di SCPP
21 21 23
Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi Kelompok dan Organisasi Petani Sertifikasi untuk Petani berskala kecil Teknologi Informasi Komunikasi untuk Sertifikasi dan Ketertelusuran
25 25 26 27
Fasilitas Pembiayaan Agribisnis Terpadu Pelatihan Literasi Keuangan Kolaborasi dengan Institusi Keuangan Penguatan Koperasi
29 29 29 31
Manajemen Pemangku Kepentingan dan Platform Jaringan 33 Peran dan Dukungan Pemerintah 33 Laporan Keuangan
34 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
3
Latar Belakang Program 01
PEKA 2010-2012
02
SCPP - SECO
03
CPQP 1 - IDH
2012 - 2015
2012 - 2015
04
STMF - IDH 2012-2013
05
04
09
CPQP 2 - IDH 2013-2015
GNP - EKN AFF - SECO 2014 - 2016
07
READ - IFAD 2015 - 2017
08
2011
2012
Sejak awal Program SCPP, saat ini Program telah berkembang menjadi program yang berdampak tinggi dan pengembangan dengan jangkauan yang luas yang memenuhi tujuan pembangunan dari donor dan tujuan dari mitra sektor swasta. Menciptakan lingkaran kebajikan (virtuous cycle) dari praktik pertanian yang akan meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan dan mengarah ke penerapan cara bertani, perbaikan gizi dan pengelolaan keuangan petani yang lebih baik. Program ini telah menjadi nilai standar, bukan saja di Indonesia, namun di seluruh dunia untuk pendekatannya, metodologi, dan yang paling penting, dampak terhadap keluarga petani. Secara rinci, Program ber-evolusi dalam tiga tahap perkembangan dengan tahap ke-empat yang direncanakan di mulai pada April 2016: • 2010-2012 tahap pertama (12.000 petani di 5 kabupaten) • 2012-2015 tahap kedua (60.000 petani di 19 kabupaten) • 2015-2018 tahap ketiga (98.000 petani di 29 kabupaten) • 2016-2020 tahap keempat (130.000 petani di 50 kabupaten)
2016 - 2020
2012 - 2015
06
2010
FASE II
01
02 03
2013
2014
PEKA (2010-2012): Swisscontact menerima pendanaan dari Economic Development Facility (EDFF), dikelola oleh World Bank, berdasarkan dari pengalaman Swisscontact di proyek sebelumnya di Indonesia bagian timur dan Sumatera Utara untuk memperluas kegiatan kakao di 5 kabupaten di Aceh untuk memberi manfat kepada 12.000 petani. SCPP SECO (2012 – 2015): SCPP dimulai secara resmi pada tanggal 1 Januari 2012, sebagai kelanjutan dari Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh (PEKA) di Aceh, berkembang ke Sulawesi. CPQP 1 – IDH (2012 – 2015): Tiga perusahaan swasta menyatakan minat mereka untuk bekerja sama dengan Swisscontact di Sulawesi, yang pada akhirnya IDH berdiri sebagai mitra dana tambahan ke SECO.
GP - SCPP MCA - I 2015 - 2018
2015
2016
2017
04
STMF-IDH and CPQP2-IDH (2012 – 2015): Komitmen lebih lanjut dari IDH adalah menambahkan dua perusahaan swasta dan memperluas jangkauan proyek ke Sulawesi.
05
GNP – EKN (2012 – 2015): Desember 2012, the Embassy of the Kingdom of Netherlands (EKN) atau Kedutaan Belanda bergabung dengan Program dengan modul Praktik Gizi yang Baik (Good Nutrition Practices) , menambahkan nilai yang besar untuk kegiatan-kegiatan Program dalam meningkatkan kesejahteraan petani.
2018
06
07
2019
AFF – SECO (2014 – 2016): Maret 2014, SECO memperluas komitmen kepada SCPP dengan mengintegrasi Agribusiness Financing Facility (AFF) atau Fasilitas Pembiayaan Agribisnis sebagai komponen untuk mefasilitasi Akses ke Keuangan, terutama tabungan dan pinjaman, kepada petani dan menyediakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petani untuk mengelola keuangan pribadi mereka. READ – IFAD (2015 – 2017): Januari 2015, Swisscontact dan IFAD memulai kolaborasi untuk meneruskan memperkuat kapasitas kelembagaan, kepimpinan dan akses ke pasar untuk petani kakao di Sulawesi Tengah.
2020
08
GP-SCPP MCA 1 (2015-2018): Maret 2015, konsorsium yang dipimpin oleh Swisscontact dan Millenium Challenge Account-Indonesia (MCA-Indonesia) menandatangani kemitraan yang dinamakan Green Prosperity – Sustainable Cocoa Production Program (GP-SCPP) dengan tujuan keseluruhan untuk mengurangi angka kemiskinan dan emisi gas rumah kaca dari sektor kakao di Indonesia.
09
SCPP II (2016-2020): Selama finalisasi laporan perkembangan tahunan 2015, SECO menyetujui perpanjangan dan memperluas proposal dari Swisscontact sampai 2020 dan 130.000 petani skala kecil (smallholder). Negosiasi dengan donor umum lainnya dan sektor swasta masih terus berjalan.
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
4
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
5
2
3
1
24
27
26
26
27
28
4
29
25
5
Investing in rural people
Aceh Barat Daya
22
Aceh Tenggara
S ula
Aceh
wesi Tenga
h
S ula
wesi Tenga
Toli-Toli 28
27
wesi Tengga
23
ra
29 Buol
25
26
Banggai
21 Luwu Timur
10
24 Kolaka Utara
20 19 Luwu Utara
Mamasa 11 Polewali Mandar 12
S u la
h
Luwu
23 Kolaka Timur
S ula
22
17
wesi Tengg
a ra
18
Sikka
15
16 Flores Timur
11 10
Sumba 13 Barat Daya
12
9
Suma
t e ra B a ra
14 Ende
15
20
16
14
t
18 19 17
21
13
Peta Cluster 7 Provinsi 29 Kabupaten 9 Mitra Sektor Swasta
6
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
S u l aw e s i B a ra t
Nu
sa Te
n g g a ra T i
mu
r
S ula
wesi S elata
n
S ula
we si S elata
n
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
7
Pendekatan Menyeluruh 2012-2015 Praktik Pertanian Terbaik dan Sistem Alih-Teknologi
Integrasi Nutrisi dan Sensitivitas Jender
Koordinasi dan platform jaringan
Rp
Organisasi Petani, Akses ke Pasar, dan Sertifikasi
Pembiayaan Bisnis Pertanian Terpadu 8
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
9
Hasil Program sampai dengan Desember 2015 Mengukur Dampak Program
Salah satu tujuan SCPP adalah mengevaluasi peningkatan pendapatan petani yang berpartisipasi berdasarkan dari produksi kakao mereka. Perhitungannya hanya bagi mereka para petani yang telah meningkatkan hasil panen setidaknya 75% dibandingkan dengan studi data dasar (baseline). Oleh karena itu, sampai sekarang dari 59.386 sebanyak 25.660 petani kakao (43%) telah meningkatkan pendapatan tahunan setidaknya 75% dari kegiatan pertanian kakao.
Banyak dari petani yang memulai menanam pohon kakao di tahun 1990 di saat kakao di Indonesia berada di masa kejayaannya. Sejak itu tidak banyak pohon yang ditanam kembali, dan hal tersebut mengundang hama dan penyakit sehingga mengakibatkan hasil panen yang lebih kecil dan penghasilan yang rendah. Hanya dengan menerapkan GAP (Praktik Pertanian yang Baik), petani dapat mengembalikan mata pencaharian mereka melalui sambung samping/ sambung pucuk atau meremajakan kembali pohon yang sudah berumur. Saat memantau hasil/outcome, SCPP menyadari betapa pentingnya ada tindaklanjut setelah pelatihan. Jika petani merasa disemangati staf lapangan selain kabar keberhasilan petani lainnya, hal ini akan menumbuhkan motivasi mereka untuk mulai merawat kebun-kebun yang sudah berumur, sehingga hasil panen meningkat dan juga pendapatan mereka.
Sampai akhir 2015, Program dapat melaporkan kenaikan pendapatan bersih petani tahunan USD 7.586.444, yang didasari oleh peningkatan rata-rata hasil panen dari seluruh petani binaan SCPP dan harga pasar yang stabil sejak tahun 2012. Rata-rata USD 128/petani/ tahun net peningkatan pendapatan dari kakao, yang berasal dar dukungan program SCPP selama dua hingga lima tahun. peningkatan pendapatan bersih petani tahunan
USD 7,586,444
Untuk memahami tingkat kemiskinan penerima manfaat Program, SCPP menggunakan Progress Out of Poverty Index (PPI) - Indeks Kemiskinan yang dikembangkan oleh Grameen Foundation, yang digunakan di 45 negara. Dengan mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner sederhana, SCPP dapat memperkirakan pendapatan harian anggota keluarga dan jika jatuh di bawah garis kemiskinan nasional (Rp. 7.893/hari) dan dua garis kemiskinan internasional USD 1,25/hari dan USD 2,50/hari.
SCPP terus memantau pendekatannya dengan sering melakukan kunjungan lapangan dan mengumpulkan data berkala. Sampai akhir tahun 2015, Program telah mengumpulkan data dasar bergulir (rolling data) dari 59.386 petani
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sumatra Barat
721
Aceh
SCPP
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sumatra Barat
SCPP 20%
16%
800
18%
14%
700
16%
12%
600
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Post-line USD 1,25/hari
10%
400
Baseline
721
429
395
338
638
555
759
565
735
6%
0
100
568
735
8% 568
366
200
0 Baseline USD 1,25/hari
12%
500
300 7%
10%
10%
7%
9% 6%
4%
7%
2%
10%
4%
6%
6%
8%
8%
11%
17%
10%
14%
764
kg/ha/tahun
900
0%
10
Salah satu hasil paling penting menunjukkan peningkatan kg/ha/tahun produktivitas petani sebesar 721 kg/ha/ tahun. Data-data tersebut diambil dari survei petani yang dilakukan setidaknya 18 bulan setelah pembinaan tahap pertama, dibandingkan dengan sampel data dasar sebesar 429 kg/ha/ tahun, yang dikumpulkan selama sesi pertama pelatihan. Sesuai dengan perbandingan langsung, berdasarkan dari sampel 6.532 survei awal (11%), promosi produksi kakao berkelanjutan SCPP telah menghasilkan, antara lain, peningkatan produktivitas rata-rata sebesar 68%. Peningkatan produktivitas petani
18%
11%
Angka Kemiskinan - USD 1,25/hari
Sulawesi Barat
Produktivitas Pertanian
Perbandingan Data Baseline dan Post-line per Provinsi Perbandingan Data Baseline dan Post-line per Provinsi
Keluargapetani petanihidup hidupdi dibawah Keluarga bawah garis garis kemiskinan kemiskinan USD USD 1,25/hari 1,25/hari--Baseline Baselinevs. vs.Post-line Post-line Aceh
yang dilatih dan 18.435 petani data post-line (data paska intervensi) (31% sampel survei setelah dukungan Program kepada petani). Data dianalisis secara teratur untuk memberikan gambaran dari perubahan praktik dan strategi dari petani kemudian membaginya dengan mitra dan/atau publik sebagai bagian dari upaya SCPP untuk berbagi pengetahuan.
Ukuran sampel (%)
Kemiskinan dan malnutrisi adalah topik yang menyertai SCPP di seluruh area implementasi program. Di beberapa provinsi dimana SCPP beroperasi, tingkat keterlambatan perkembangan anak anak dan malnutrisi lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Ini adalah tantangan yang berdampak kepada masyarakat pedesaan di Indonesia, menurunkan Produktivitas pertanian, mempengaruhi perkembangan kesehatan anak, dan memperburuk kemiskinan. Penyebab hal ini bisa terjadi di tingkat keluarga karena kurangnya pengetahuan tentang praktik nutrisi yang baik, yang juga berdampak terhadap diversifikasi tanaman.
Pemantauan Hasil Program
4% 2% 0%
Post-line
Sampel
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
11
Hasil Program sampai dengan Desember 2015
Hasil Program sampai dengan Desember 2015
Hasil Rehabilitasi Pertanian Banyak pertanian kakao di Indonesia yang sudah melebihi batas produktivitas tertingginya (pohon berumur 15-20 tahun) dan perlu di rehabilitasi, ditanam kembali dan/atau diremajakan. Oleh karena itu, ketersediaan dan akses untuk bahan tanam yang diperbarui sangat penting untuk meningkatkan produksi yang menurun. Selain pelatihan-pelatihan, SCPP mendukung petani dan organisasi yang memiliki prestasi baik dalam pendirian pembibitan kakao, Penyediaan bahan bangunan, polybag, paket pupuk untuk pemula dan terkadang sejumlah benih dan entres awal jika tidak tersedia. Sejak tahun 2012, SCPP telah berhasil mendirikan 450 pembibitan dengan kapasitas tahunan 1,85 juta bibit. Jumlah bibit tersebut mencakup kebutuhan 45.000 perkebunan (ukuran rata-rata 1 hektar dengan 800 pohon) dengan rata- rata penanaman kembali minimal 5% per tahun untuk menjaga perkebunan memproduksi hasil yang tinggi secara kontinu di masa depan. Untuk merekomendasikan klon terbaik yang cocok untuk area (implementasi) dan mengamankan ketersedian entres berkualitas tinggi, perkebunan klonal didirikan. Karena mengelola pembibitan dan kebun klonal membutuhkan banyak perhatian dan perencanaan yang baik, tim lapangan fokus pada bantuan teknis dan pemantauan berkala. Sesuai hasil pelaporan GAP
Hasil Progam Peningkatan Gizi
(Praktik Pertanian yang Baik), sampai dengan akhir tahun 2015, SCPP telah mencapai sebagai berikut:
2,616 hektar ditanam kembali
Total hektar perkebunan yang telah ditanam kembali dengan bibit berkualitas tinggi mencapai 987.606 yang dihasilkan oleh pembibitan hasil binaan Program;
Total hektar perkebunan yang telah diremajakan – sambung samping atau sambung pucuk dengan bahan tanam yang lebih baik. Rata-rata petani telah menyambung sampingkan sekitar 80 pohon kakao (atau rata-rata 10 % dari jumlah perkebunan mereka) berdasarkan survei akhir SCPP;
18,681 hektar direhabilitasi
7,465 hektar diremajakan
Total hektar perkebunan yang telah direhabilitasi dengan melakukan GAP (Praktik Pertanian yang Baik) dan menghasilkan setidaknya 750 kg/ha/ tahun.
Namun, tanpa akses ke sayuran dan makanan bergizi, petani dan keluarganya memiliki opsi terrbatas untuk meningkatkan kualitas asupan makanan mereka. Oleh karena itu, selain peningkatan pengetahuan, SCPP juga mendukung pendirian kebun sayur rumahan, menyediakan starter kit (alat bantu untuk memulai usaha) termasuk pembatas/pagar, dan pupuk. Hasil panen sayur-mayur digunakan oleh rumah tangga petani untuk mempersiapkan hidangan lezat penuh nutrisi dan panen berlebih dijual atau dibagi dengan tetangga. SCPP telah berhasil meningkatkan jumlah luas kebun rata-rata 26% dan memotivasi banyak petani untuk memiliki kebun sayur sendiri.
Diet yang seimbang adalah salah satu kunci utama untuk meningkatkan gizi sehingga mengurangi tingginya tingkat keterlambatan pertumbuhan dan kekurangan vitamin dan mineral. Untuk mengukur kandungan zat gizi, Program telah memakai Individual Dietary Diversity Score (IDDS) atau Skor Keanekaragaman Makanan, catatan sederhana makanan selama 24 jam, yang mencerminkan asupan makanan dari setiap peserta pelatihan Praktik Gizi yang Baik (Good Nutrition Practices - GNP), yang kebanyakan perempuan, yang dicatatkan sebelum dan sesudah pelatihan. Ini adalah alat untuk memantau dampak Program dan membandingkan asupan gizi antar area implementasi SCPP dengan proyek-proyek nasional dan internasional lainnya.
16.936 rumah tangga petani kakao dilatih GNP (42% dari jumlah keseluruhan) mendirikan 1,71 juta meter persegi perkebunan sayur bergizi - setara dengan 213 lapangan sepak bola.
Program berasumsi dengan meningkatnya IDDS dari peserta, kandungan zat gizi yang diperoleh keluarga juga meningkat, terutama ketika Program melibatkan anggota rumah tangga yang mempunyai tugas untuk menyiapkan makanan. Hasil terbaru menunjukkan peningkatan asupan makanan bergizi. Studi kualitatif untuk memahami alasan peserta untuk mengikuti makanan dan cara makan yang direkomendasikan akan dilakukan pada tahun 2016.
Perbandingan Baseline dan Post-line Survey Kebun Kakao 2010-2015
mendirikan
= 213
1.71 juta m 2
lapangan sepak bola
perkebunan sayur bergizi
Perbandingan Baselinevs. vs.Post-line Post-line Perbandingan IDDS IDDS -- Baseline Aceh
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sumatra Barat
SCPP
6.0
5.3
5.0
5.6
5.5
5.8
5.6
5.4
4.6
4.0
2.0
4.5
5.4
3.0
5.6
4.0
5.0
Skor IDDS
5.0
N/A
0
0.0
0
1.0
IDDS Baseline
12
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
IDDS Post-line
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
13
Hasil Program sampai dengan Desember 2015
Hasil Program sampai dengan Desember 2015
Hasil dari Program Utama Dari segi hasil (output) yang telah dicapai, SCPP telah mencapai target yang direncanakan, dengan beberapa catatan penting dari keseluruhan pencapaian sejak tahun 2012 (untuk tahun 2015 dalam tanda kurung) telah diterapkan sebagai berikut:
Farmer Field School
Farmer Field School
Farmer Field School
=$
59,386
40,177
30,319
1,933
732
450
Petani dilatih GAP
petani dilatih GNP
petani dilatih GFP
Kelompok Tani Kakao (Cocoa Producer Groups)
Penyuluh
pembibitan
Platform jaringan antara sektor
Petani skala kecil (smallholder farmer) dilatih selama 8 hari di Sekolah Lapang Petani (Farmer Field School) mengenai Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices - GAP), penanganan paska panen, manajemen pertanian yang profesional, manajemen pembibitan, dan sertifikasi. Sekitar 18,8% perempuan berpartisipasi.
Anggota rumah tangga (satu anggota keluarga) petani kakao skala kecil dilatih Praktik Gizi yang Baik (Good Nutrition Practices GNP) dengan 78,1 % perempuan yang berpartisipasi. Pelatihan dilaksanakan selama 3 hari: 2 hari setelah pelatihan GAP-FFS dan 1 hari diselenggarakan oleh kelompok pada musim panen beberapa minggu setelah pelatihan pertama.
Anggota keluarga yang dipilih menerima pelatihan GAP dan GNP ditambah dengan peningkatan kapasitas melalui pelatihan pengelolaan keuangan pribadi di Praktik Keuangan yang Baik (Good Financial Practices GFP) dengan 57,8% perempuan berpartisipasi.
Penyuluh (pertanian, nutrisi, dan keuangan) dari Swisscontact, sektor swasta, dan lembaga pemerintah yang berpartisipasi dalam modul-modul pelatihan SCPP telah menjadi pelatih utama.
Pembibitan untuk bahan tanam memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 1,85 juta bibit berkualitas tinggi dan sekitar 987.000 bibit kakao telah diproduksi dan didistribusikan/ ditanam pada tahun 2015 di Sumatera dan Sulawesi.
SCPP mendukung Cocoa Sustainability Partnership (CSP) atau Kemitraan Kakao Berkelanjutan dan mempromosikan forum regional di 6 provinsi. Dan juga menjadi anggota PISAgro, Grow Asia, ICCO, dan bermitra dengan World Cocoa Foundation (WCF).
(13,367)
99% pencapaian hasil (output) hingga saat ini
14
(18,383)
18.8%
103%
partisipasi perempuan
pencapaian hasil (output) hingga saat ini
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
(27,123)
78.1%
101%
partisipasi perempuan
pencapaian hasil (output) hingga saat ini
57.8% partisipasi perempuan
(456)
Cocoa Producer Groups (CPG) didukung dalam pembentukan dan manajemen kelompoknya. Termasuk mengikutsertakan 16,6% perempuan pada posisi kepemimpinan CPG.
97% 16.6% pencapaian hasil (output) hingga saat ini
partisipasi perempuan
(219)
(110)
11
92%
99%
100%
pencapaian hasil (output) hingga saat ini
pencapaian hasil (output) hingga saat ini
pencapaian hasil (output) hingga saat ini
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
15
Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi Pelatihan Utama untuk Staf dan Penyuluh Dengan ekspansi ke daerah-daerah baru dan topik untuk meningkatkan dampak dari Progam dan memastikan keberlanjutan, adanya kebutuhan untuk menciptakan modul dan manual baru untuk para pelatih dan materi pendukung lainnya untuk petani, anggota keluarga mereka, dan organisasi tani. Oleh karena itu, manual Praktik Pelatihan yang Baik (Good Training Practices - GTP) dikembangkan dan pelatihan-pelatihan utama diadakan sepanjang semester kedua tahun 2015. SCPP secara berkala mengadakan Pelatihan Utama untuk sektor swasta dan staf lapangan SCPP dan penyuluh pemerintah untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan fasilitasi untuk mampu memberikan pelatihan yang bermanfaat bagi para petani. Keterlibatan penyuluh adalah upaya dari Program untuk mendorong pemerintah
untuk mengadopsi modul demi keberlanjutan Program. Selama Pelatihan Utama, peserta belajar tentang praktik budidaya pertanian yang baik, manajemen pembibitan, cara mengevaluasi perkebunan kakao, teknik melakukan pembinaan untuk kelompok tani kakao dan lainnya. Peserta dari Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainers - ToT) merasakan bahwa Pelatihan Utama sangat bermanfaat bagi mereka. Staf lapangan yang tadinya kurang percaya diri, kini pengetahuannya bertambah dan menjadi lebih percaya diri dalam melatih petani seputar hal-hal teknis. Selama 2015, SCPP melatih 219 pelatih utama yang 199 dari pesertanya adalah PNS dan 20 berasal dari sektor swasta. Hasil ini telah melampaui target untuk tahun 2015 seperti yang ditunjukkan diagram di bawah ini.
PenyuluhUtama UtamaPemerintah Pemerintahdan danSektor SektorSwasta Swasta Penyuluh Tahun 2015 Target
Kumulatif 2012 - 2015 Hasil
Target
800 155
700
Hasil
53
600 500 400 645
300 20 15
100 0
0
199 119
0
200
Pemerintah
16
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
679
Sektor Swasta
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
17
Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi
Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi
Pelatihan untuk Petani Kakao
1,101
600
38 57
400 200
Perempuan
38
407
265
249
0
167
Laki-laki
Peserta PelatihanSekolah Sekolah Lapang GAP GAP Peserta Pelatihan Lapang Tahun 2015 Target
Kumulatif 2012 - 2015 Hasil
Target
Hasil
60,000 50,000
12,000
11,167
48,000
48,219
40,000 30,000 20,000 10,000 0
2,590
2,409
10,360
10,958
0
0
92 82
Perempuan
Laki-laki
1.400 1.200 1.000 0.800 0.600
0.400 0.200 0.000
Baseline
Meskipun kakao, dibudidayakan secara tumpang sari di perkebunan kecil, adalah tanaman yang ramah lingkungan dibandingkan misalnya tanaman monokultur dan tanaman perkebunan kelapa sawit atau karet, ada peluang besar untuk mengurangi kadar CO2 yang dikeluarkan di tingkat pertanian. Program memulai dengan menyarankan aplikasi bahan tanam kimia yang tepat, dan berlanjut dengan menunjukkan pentingnya tanah yang subur dan pohon pelindung selama pelatihan GAP. Ketika petani menggunakan pupuk dengan benar, bahan organik dalam tanah akan meningkat dan pada saat bersamaan dengan menanam pohon pelindung seperti yang disarankan, akan mengakibatkan secara keseluruhan jejak karbon dari produksi kakao akan berkurang secara signifikan. Selain itu, modul baru
59,386
Survei
Total tCO2e
tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagai bagian dari Praktik Lingkungan yang Baik sedang dikembangkan dan bertujuan untuk mengurangi dampak dari pertanian kakao terutama yang dekat dengan kawasan dilindungi. SCPP adalah proyek pertama di Indonesia, yang memantau GHG/emisi gas rumah kaca dari setiap kebun yang terdaftar sebagai bagian dari Program. Untuk mengukur emisi gas rumah kaca, dua metodologi yang berbeda telah diuji, masing-masing menggunakan faktor yang berbeda dan mengarah ke hasil yang berbeda. Menggunakan kalkulasi yang sederhana, SCPP mendapatkan evaluasi dari data CocoaTrace bahwa emisi yang dilepas adalah 1.216 tco2e /MT kakao yang diproduksi sebelum mengikuti pelatihan SCPP dan setelah didukung oleh program SCPP bisa mengurangi emisi sampai 0.756 Tco2e/MT kakao yang diproduksi. Ini adalah penurunan yang signifikan yang mencapai 38% jika memperhitungkan peningkatan hasil panen dari petani kakao yang dibina oleh SCPP. SCPP berbagi metodologi dan kalkulasi, termasuk data dasar dan nilai dampak, kepada mitra dan jaringan seperti CSP dan PISAgro dan berharap bisa menyusun metode umum untuk menghitung gas emisi rumah kaca di sektor kakao.
tC02e/Kebun
tC02e/ Hektar
tC02e/ Kakao
Baseline (32%)
42,829
0.721
0.651
1.216
Post-line (17%)
37,034
0.624
0.523
0.756
5,795
-14%
-20%
-38%
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Post-line
Emisi gas rumah kaca dari pertanian mengeluarkan lebih dari 15% dari total emisi global, dengan Indonesia menjadi satu di antara sepuluh negara paling tertinggi dalam pengeluaran emisi di dunia. Angka ini masih terus meningkat, terutama karena penggunaan dan penyalahgunaan pupuk kimia yang berlebih, ekspansi lahan-lahan baru yang mengakibatkan penggundulan hutan, populasi penduduk yang meningkat, perubahan preferensi pola makan (memilih memakan daging dibandingkan sayur mayur).
Petani Kakao
18
1.216
1,696
1.600
0.756
800
Seluruh Provinsi
1.800
0.771
1,000
Sumatra Barat
0.710 15,285
1,200
Sulawesi Tenggara
0.797
1,400
Sulawesi Tengah
0.713
1,600
Sulawesi Selatan
1.625
129
Sulawesi Barat
0.981
1,800
Aceh
1.275
2,000
Jumlah emisi yang dihemat 5,795 Tco2e/ MT per tahun dari petani kakao yang didukung SCPP sampai akhir 2015 setara dengan 3.555 perjalanan pulang pergi , kelas ekonomi dari Zurich ke Jakarta.
1.075
Post-Harvest and Market Access
1.174
ICS, Traceability and Certification
1.075
Group and Cooperative Development
0.742
GNP Good Nutrition Practices
0.462
GFP Good Financial Practices
Tco2e/MT kakao
GAP Good Agriculture Practices
0
Pada tahun 2015, 13.367 petani (termasuk Petani Andalan) dilatih GAP. Jumlah total petani kakao yang menerima pelatihan dari SCPP sejak awal Program menjadi 59.386 petani (dengan 18,8% peserta perempuan). Rata-rata petani menerima 8 hari pelatihan GAP dalam berbagai modul seperti pemangkasan, praktik pasca-panen, dan kualitas (penyortiran, fermentasi, dan pengeringan) dan manajemen pestisida. Kegiatan-kegiatan FFS meningkatkan antusiasme petani untuk merawat perkebunan kakao mereka. Pada sesi terakhir FFS, peserta petani menyepakati rencana tindak lanjut dalam kelompok mereka untuk memastikan keberlanjutan serta para anggota kelompok yang menjalankan hasil pelatihan SCPP secara berkesinambungan.
Perbandingan Keseluruhan Data Baseline dan Post-line per Provinsi Perbandingan Keseluruhan Data Baseline dan Post-line per Provinsi
Petani Andalan pada Modul ToT
Petani Andalan pada Modul ToT
0
Mengadakan pelatihan kepada petani tetap menjadi kegiatan inti dari Program. Dikarenakan tahun 2015 adalah tahun terakhir dari tahap SCPP saat ini, Program bekerja untuk memastikan pencapaian target di area implementasi. Selain Pelatihan Utama, SCPP juga menyediakan pelatihan bagi Petani Andalan (Key Farmers - KF) sehingga mereka lebih siap sebelum memulai Sekolah Lapang Petani (Farmer Field School - FFS). Selama periode pelaporan, Program telah menjalankan Pelatihan untuk Pelatih mengenai GAP, GNP, dan Praktik Keuangan yang Baik dan topik-topik yang penting lainnya. Grafik menunjukkan jumlah petani andalan yang mengikuti setiap ToT sejak Program dimulai tahun 2015. 4.321 petani andalan yang di seleksi (dengan perhitungan ganda untuk setiap ToT berbeda) telah dilatih, 34%-nya adalah peserta perempuan. Setelah petani andalan dilatih, mereka menjalankan FFS bersama-sama dengan penyuluh dan staf lapangan.
Climate-Smart Agriculture (Pertanian Ramah Iklim) dan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
19
Nutrisi dan Integrasi Kesetaraan Jender Praktik Pelatihan Nutrisi yang Baik Tanpa nutrisi yang baik, manusia tidak bisa mencapai potensi mereka dengan maksimal. Ketika status gizi masyarakat meningkat, ini akan membantu memutus siklus kemiskinan antar-generasi, menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang luas, dan mengarah ke berbagai manfaat bagi individu, keluarga, masyarakat dan negara. Nutrisi yang baik, singkatnya, adalah pendorong penting untuk pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, mengakhiri segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 adalah salah satu target baru SDG, dan hanya dapat diatasi jika pemangku kepentingan dan sektor terkait terlibat. Di masa mendatang SCPP bertujuan untuk menjangkau seluruh keluarga petani kakao yang terlibat dalam Program untuk membantu menanggulangi tingginya tingkat malnutrisi. Pelatihan interaktif termasuk masalah kekurangan gizi setempat dan hubungannya
dengan pentingnya diet seimbang untuk seluruh keluarga, pemberian makanan anak-anak yang tepat di 1.000 hari pertama kehidupan mereka dan seterusnya, ASI eklusif pada enam bulan pertama, dan yang terakhir, pengelolaan kebun rumah dan kolam ikan. Meningkatkan kemampuan keluarga petani kakao, petani unggulan, swasta dan staf SCPP sektoral, penyuluh pemerintah, dan posyandu untuk lebih memastikan bahwa kesadaran malnutrisi menyebar di luar komunitas pertanian kakao. Kedepannya, rekomendasi nutrisi SCPP akan berbeda untuk setiap daerahnya sesuai dengan preferensi masing-masing. Di wilayah yang miskin atau tanpa akses ke laut dan sungai, pengelolaan kolam ikan tengah dilakukan. Kegiatan baru GNP ini dirancang setelah meneliti wilayah yang kurang asupan protein dan telah diujicobakan di dua daerah: Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
PesertaPelatihan Pelatihan Sekolah Sekolah Lapang Peserta LapangGNP GNP Tahun 2015 Target
Kumulatif 2012 - 2015 Hasil
Target
Hasil
32,000
31,392
8,000
8,785
45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 14,003
10,000
2,400
4,380
0
0
9,600
0
5,000
Perempuan
Laki-laki
Program ini memperluas kegiatan GNP untuk semua bidang dan telah melatih 18.383 anggota rumah tangga dalam pelatihan GNP dan 76.2% peserta adalah perempuan pada tahun 2015. Hal ini menggenapkan angka total peserta pelatihan GNP sejak komponen nutrisi dijalankan mulai Desember 2012 kepada 40,177 rumah tangga yang sedikit melebihi target.
20
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
21
Nutrisi dan Integrasi Kesetaraan Jender
Nutrisi dan Integrasi Kesetaraan Jender
Pengikutsertaan Perempuan dalam SCPP Pertanian sering disalahpahami sebagai kegiatan yang didominasi laki-laki, dan hal yang sama berlaku untuk pertanian kakao, karena melibatkan banyak pekerjaan fisik. Pada kenyataannya, pertanian kakao adalah usaha keluarga. SCPP menyadari pentingnya keterlibatan perempuan di pertanian kakao, sehingga selalu mencoba mengikutsertakan perempuan di seluruh aktivitas dan posisi. Mengacu pada tingkat kesetaraan teori Longwe, Program mencapai tujuan tersebut melalui lima tingkat kesetaraan, yaitu kesejahteraan, akses, kesadaraan, partisipasi dan kontrol: Kesejahteraan: Program mengasumsikan dan memastikan bahwa perempuan di area sasaran memperoleh akses yang setara terhadap sumber daya seperti pasokan makanan, pendapatan dan perawatan medis. Kegiatan ini terkait dengan GNP. Dalam rumah tangga yang dominasi oleh laki-laki, keterlibatan laki-laki dalam pelatihan GNP (21,9%) meningkatkan pemahaman tentang pentingnya gizi yang lebih baik dan seimbang untuk seluruh anggota keluarga dan memberikan kesempatan bagi anggota keluarga perempuan untuk menghabiskan lebih banyak dana untuk makanan yang lebih sehat dengan mengubah pola makan sesuai yang diperlukan;
Pembagian Pertanian Kakao dalamdalam KeluargaKeluarga Pembagian KerjaKerja Pertanian Kakao Sanitasi Pemangkasan Pemangkasan sisa bentuk ringan pemangkasan
100%
Membuat Kompos
Memupuk
Panen
Sambung samping
9 33
40
Mengangkat Mengeringkan Menyemprot biji biji pestisida ke rumah
Menjual biji kakao
9
17
90% 80%
Sambung pucuk bibit
26
40
50
70%
67
50
60%
79
86
50% 91
40% 30%
91
83 67
60
74
60
50
20%
50 33
10% 0
0
0%
14 Perempuan
22
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Laki-laki
21
Akses: Menyadari bahwa pertanian di Indonesia sering dianggap sebagai sektor yang di dominasi oleh laki-laki, Program melihat pentingnya memberikan kesempatan yang sama untuk perempuan untuk meningkatkan akses ke sektor. Sehingga, selama kegiatan pembentukan kelompok, SCPP mendorong keanggotaan serta kepemimpinan perempuan dalam kelompok. Selain itu, untuk memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan, Program mensyaratkan setidaknya 20% responden perempuan di survei awal dan kunjungan lapangan; Kesadaraan: Program ini merancang dan meningkatkan kesadaraan tentang isu-isu kesetaraan jender bagi petani, anggota keluarga petani, kelompok tani dan masyarakat sekitar karena program percaya bahwa ini akan memberikan pemahaman lebih baik tentang peran
berbeda untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani kakao. Isu kesetaraan jender menjadi bagian dari modul Praktik Perilaku Sosial yang Baik (Good Social Practice - GSP) dimana penerima manfaat akan dilatih, dan yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Selain itu, studi jender akan dilaksanakan untuk menganalisa peran perempuan dan laki-laki di area sasaran dalam kegiatan yang terkait dengan pertanian kakao; Partisipasi: Sejalan dengan mekanisme di atas, SCPP terus melakukan upaya untuk melibatkan perempuan dalam kegiatan pelatihan; menyasar peserta perempuan supaya lebih banyak ikut dalam pelatihan GAP, GNP dan GFP. Pada tahun 2015, partisipasi perempuan mencapai 2.409 (18%) dari 13.367 di antara peserta GAP dan ICS. Sedangkan untuk pelatihan GNP dan GFP, peserta pelatihan perempuan masing-masing mencapai 76% dan 59%. Secara kumulatif, rata-rata partisipasi perempuan dalam kegiatan pelatihan adalah 46% sejak tahun 2012 sampai 2015. Berdasarkan dari jumlah sasaran, Program berjalan sesuai rencana dan bisa mempromosikan keterlibatan perempuan sepanjang kegiatan-kegiatan Program di level individu, dalam keluarga petani kakao skala kecil; Kontrol: Pada tingkat kelompok, Program menekankan peran penting perempuan di dalam kelompok tani seperti ketua kelompok, bendahara, dan sekretaris. SCPP juga mendorong perempuan untuk memegang posisi pengambil keputusan di dalam CPG (16,5%) dan organisasi petani (30%), termasuk 4% dari perempuan menjadi kepala CPG. Ini menciptakan jalur penting bagi perempuan untuk didengarkan suaranya dan partisipasi dari perempuan dalam fungsi kontrol dalam pengambilan keputusan di komunitas mereka.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
23
Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi Kelompok Tani dan Organisasi Untuk menjamin keberlanjutan Program, SCPP bekerjasama dengan Cocoa Producer Group (CGP) atau Kelompok Tani yang ada dan yang baru dan kelompok tani seperti koperasi. Pengembangan kapasitas dan bantuan teknis secara berkesinambungan memberdayakan mereka agar lebih erat dan mandiri. Pada tahun 2015, Program memfasilitasi pendirian 465 CPG yang baru di Sulawesi dan Sumatera. Sejak Program berjalan pada tahun 2012, Program telah mencatat 1.933 CPG, atau sekitar 97% dari keseluruhan target Program. Salah satu dari banyak koperasi yang telah diberdayakan oleh SCPP adalah Koperasi Perkebunan Kakao Bireuen (KPKB). Pada bulan Oktober 2015, KPKB mampu mendapatkan kesepakatan dengan PT. Piplitin Cocoa, pabrik pengolahan kakao di Jakarta, untuk memasok
biji kakao fermentasi berkualitas tinggi dengan harga Rp. 50.000/kg – dua kali lipat dari harga kakao konvensional non-fermentasi. Progam mendorong KPKB untuk menggunakan sebagian dari premi mereka untuk tetap menjadi organisasi yang aktif bagi anggotanya dan menjadi teladan bagi petani-petani kakao di Bireuen: dimiliki oleh anggota, dijalankan oleh anggota, dan hasilnya didistribusikan dari anggota ke anggota. Melihat kemajuan yang luar biasa dan potensi pasar yang menjanjikan, banyak koperasi mulai mengubah manajemen pertanian mereka dan memakai klon unggul untuk produksi kakao berkualitas tinggi yang keberlanjutan. Semua inisiatif dan upaya bersama ini bisa bisa menarik pasar baru lainnya, yang pada akhirnya akan menghasilkan kondisi keamanan keuangan yang stabil untuk jangka panjang bagi petani.
Kelompok Tani Tani Dampingan Kelompok Dampingan Tahun 2015 Target
Kumulatif 2012 - 2015 Hasil
Target
Hasil
2,000
1,933
2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400
24
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
456
0
0
423
0
200
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
25
Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi
Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi
Sertifikasi untuk Petani Skala Kecil (Smallholder Farmer)
Teknologi Informasi Komunikasi untuk Sertifikasi dan Ketertelusuran
Sertifikasi perkebunan dan sistem ketertelusuran (traceability) adalah salah satu alat untuk memastikan petani telah menerima dukungan dalam hal peningkatan kapasitas dan kesadaran lingkungan. Petani, yang telah mematuhi standar sertifikasi, menikmati manfaat dari produksi yang lebih tinggi, lingkungan kerja dan keluarga yang lebih baik, serta akses yang lebih mudah ke pasar.
Untuk dapat menangani tugastugas seperti sertifikasi, Program dan Sistem Manajemen Internal menggunakan CocoaTrace, dikembangkan oleh PT. Koltiva. CocoaTrace digunakan oleh pemangku kepentingan di setiap tingkatan. Petani mendapatkan kartu identitas bertanda QR code dan digunakan saat menjual produk bersertifikat dan dapat ditelusuri. Pembeli memindai (scan) kartu, memeriksa profil petani termasuk data perkebunan dengan lokasi yang tepat, mencatat transaksi langsung ke dalam sistem dan mencetak faktur. Proses yang serupa dilakukan jika biji dijual oleh petani atau unit pembeli kepada pemegang
Swisscontact sangat mendukung organisasi petani sebagai pemegang sertifikat, karena menjadi nilai tawar organisasi dalam menegosiasikan harga yang lebih baik, menciptakan nilai tambah di masyarakat, memberikan manfaat bukan hanya untuk petani kakao. Dibantu oleh SCPP, organisasi petani mengambil alih tanggung jawab untuk sertifikasi sebagai bagian dari strategi keberlanjutan (exit strategy). Ini merupakan upaya Program memastikan keberlanjutan jangka panjang.
“Peluang untuk pertanian kakao di Indonesia sangat besar dan masa depan sektor kakao di negara ini bergantung pada produktivitas pertanian kakao serta mata pencaharian petani dan komunitas mereka, “ kata Richard Fahey, Vice President untuk Cocoa Asia Pacific dari Barry Callebaut. “Pembayaran premi untuk kakao bersertifikat memberikan insentif yang berarti bagi petani untuk meningkatkan kualitas biji kakao dalam memenuhi permintaan pasar untuk keberlanjutan sumber penghasil kakao dan coklat ”.
Selama tahap pertama SCPP (2012-2015), 11.794 petani (59% dari target yang direncanakan) telah disertifikasi oleh UTZ atau berlabel sertifikasi Rainforest Alliance. Pada tahun 2015, Program mendukung 2.724 petani, diorganisir oleh dua koperasi, dengan sertifikasi pertanian di Aceh dengan sertifikat UTZ. Di Sulawesi Tenggara, Program berkolaborasi dengan ADM Cocoa (sekarang menjadi Olam Cocoa) untuk memungkinkan sertifikasi bagi petani di Sulawesi Tenggara dengan sertifikat UTZ. Di Sulawesi Selatan, dimana sertifikasi diadakan oleh organisasi petani dan/atau perusahaan petani, jumlah sertfikasi Rainforest Alliance meningkat pada tahun 2015 menjadi 4.913 petani. Program telah memulai proses sertifikasi di Sulawesi Barat dengan BT Cocoa melalui Nestlé Cocoa Plan dan saat ini sedang menyiapkan 1.625 petani di Mamuju untuk audit eksternal. Di kabupaten Polman, SCPP telah memulai kolaborasi baru dengan Barry Callebaut melalui Nestlé Cocoa Plan, dan pelatihan petani akan dimulai pada tahun 2016. Barry Callebaut telah mensertifikasi lebih dari 7.000 petani di salah satu kabupaten di Sulawesi Barat dan baru-baru ini mendistribusikan sejumlah premi sertifikat UTZ ke pedagang yang terlibat dan ketua kelompok tani.
26
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
sertifikat, koperasi, gudang, atau eksportir. Penghitungan premi sertifikasi dan ketelusuran berdasarkan transaksi yang tercatat di CocoaTrace. Laporan dan peta rantai pasokan tersedia daring (online) untuk koperasi dan pembeli. Perangkat lunak ini telah sepenuhnya digunakan selama distribusi premium di Sulawesi Tenggara tahun 2015, pengenalan produk ini ke wilayah lain direncanakan pada tahun 2016. Versi Android applikasi ini dipergunakan untuk mengumpulkan data lapangan secara digital, selain mengurangi kesalahan pada
saat menyalin formulir kertas dan menyelamatkan pohon. Semua staf lapangan dilengkapi dengan tablet, kamera, GPS, dan mengumpulkan data dari semua petani dan perkebunan. Pada tahun 2015, SCPP memulai memetakan perkebunan di area tertentu dengan memakai polygon mapping, alih-alih titik GPS seperti sebelumnya, yang pada akhir tahun ini mencapai 4.089 pekebunan polygon. Hal ini menjadikan Program mampu memetakan batas lahan, mengukur luas perkebunan dari hanya mengestimasi saja selain memantau kedekatan perkebunan tersebut dengan kawasan lahan yang dilindung.
Penghitungan premi sertifikasi dan ketelusuran berdasarkan transaksi yang tercatat di CocoaTrace. Laporan dan peta rantai pasokan tersedia daring (online) untuk koperasi dan pembeli.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
27
Fasilitas Pembiayaan Agribisnis Terpadu Pelatihan Literasi Keuangan 2015 adalah tahun yang sukes untuk AFF. Bagian dari AFF dapat melanjutkan pelatihan untuk petani dan mengintensifkan kolaborasi dengan bank. AFF konsisten dikenal sebagai sumber pengetahuan bagi bank dan perusahaan asuransi. Manajer Pengembangan dan Penelitian AFF mendukung pengembangan materi pelatihan dan studi dan meningkatkan kapasitas staf pelaksana SCPP melalui pelatihan. Sejak tahun 2014, 30.319 anggota rumah tangga petani kakao dilatih Pengelolaan Keuangan Pribadi (Praktik Keuangan yang Baik/Good Financial Practices – GFP), yang memberikan
bimbingan dalam perencanaan arus kas dan pencatatan, pinjaman dan tabungan. Anggota rumah tangga yang mengelola keuangan rumah tangga ditargetkan untuk berpartisipasi dalam pelatihan. 27.123 anggota rumah tangga, 57,8% peserta perempuan, telah dilatih pada tahun 2015, mengejar ketertinggalan dari tahun sebelumnya. Modul pelatihan disampaikan selama pelatihan satu hari. Pelatihan diadakan oleh fasilitator lapangan SCPP berkolaborasi dengan tiga Business Development Service Providers (BDSP) atau Penyedia Layanan Pengembangan Bisnis.
Peserta pelatihan Sekolah Lapang GFP Peserta pelatihan Sekolah Lapang GFP Tahun 2015 Target
Kumulatif 2012 - 2015 Hasil
Target
Hasil
15,000
17,522
15,000
12,797
35,000 30,000 25,000 20,000
11,700
16,008
15,000
11,700
0
11,115
0
5,000
0
10,000
Perempuan
Laki-laki
Kolaborasi dengan Institusi Keuangan Kolaborasi dengan Institusi Keuangan terjalin pertama kalinya. Ada dua strategi. Sementara AFF melakukan pendekatan kepada bank di kantor pusat, hal serupa dilakukan tim program di tingkat regional. Pihak Bank secara rutin diundang dalam pelatihan GFP untuk memberikan informasi produk keuangan. Pada awalnya, para petani diduga akan mengalami kesulitan dalam mencerna materi, namun tidak disangka, ternyata banyak dari mereka membuka rekening tabungan pada saat pelatihan berlangsung dan menanyakan persyaratan untuk pinjaman.
28
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
29
Integrated Agribusiness Financing Facility (AFF)
Fasilitas Pembiayaan Agribisnis Terpadu (AFF)
Penguatan Koperasi Ada hasil yang menarik saat penguatan koperasi, terutama di Aceh dan Sulawesi Tenggara, yaitu: 5 koperasi di Sumatera dan Sulawesi mendapatkan 7 pinjaman dari 3 peminjam yang berbeda (perbankan, penyedia kredit dan pemeran rantai nilai), dengan jumlah 1,06 miliar Rupiah (kira-kira 80,000 USD). Jumlah berkisar sekitar 50 sampai 450 juta dan dana tersebut digunakan untuk modal kerja, terutama untuk perdagangan biji kakao dan satu contoh untuk investasi truk untuk bisnis perdagangan kakao dari koperasi tersebut; 1 kegiatan distribusi premium diadakan pada bulan April, dimana 1,9 miliar Rupiah (kira-kira 147,800 USD) sertifikasi premi dan ditambah dengan 300 juta Rupiah dibayarkan kepada petani, koperasi, tempat pembeli. Dua kegiatan telah direncanakan pada awal tahun 2016. Ini menunjukkan bahwa sektor swasta berkomitmen untuk membeli biji bersertifikat dari petani kakao yang didukung oleh Program. Model bisnis ini adalah salah satu opsi untuk menghasilkan pendapatan dalam menjaga keberlangsungan hidup koperasi; 1 koperasi telah meningkatkan jumlah anggota dari 39 ke 916, terutama karena keberhasilan petani memperoleh premi yang dibayarkan. Lebih dari 2.200 MT kakao bersertifikat telah terjual, pembayaran premi diharapkan dibayar pada kuartal kedua tahun 2016;
6 dari 7 pinjaman yang tersedia, dipakai sebagai modal kerja untuk kegiatan usaha kakao. Ini menunjukkan tidak hanya prioritas petani dan model bisnis yang bermanfaat, tetapi juga menunjukkan bahwa pembentukan koperasi sebagai penyedia jasa keuangan (sebagaimana dimaksud) tidak cocok dengan strategi anggota koperasi.
30
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
31
Manajemen Pemangku Kepentingan dan Platform Jaringan Peran dan Dukungan Pemerintah SCPP melibatkan pemerintah daerah dan pusat dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya. Pada saat ini, Program berkonsultasi dengan Kementrian Pertanian dan Kementrian Dalam Negeri. Keterlibatan di tingkat nasional memberikan masukan dan saran untuk meningkatkan pelaksanaan Program. Di tingkat lokal, Program bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menjalankan kegiatan Program. Seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya, SCPP merekrut penyuluh pemerintah daerah untuk menyebarkan pengetahuan dan keterampilan di luar lingkaran rumah tangga petani kakao. Sepanjang tahun, SCPP mendukung pembangunan lintas jaringan (networking plaform) termasuk: Forum dan Mimbar (Platform) Nasional Bersama dengan Cocoa Sustainability Partnership (CSP) Program telah berada di lini depan dalam memberikan masukan bagi program gerakan nasional pengembangan kakao, Program Produksi Kakao Berkelanjutan (PPKB). CSP memimpin diskusi intensif dengan Kementrian Pertanian untuk menawarkan para anggota keahlian untuk pelaksanaan PPKB. Antara Januari dan Juni 2015, Program mendukung CSP untuk meresmikan kerjasama dengan Kementrian Pertanian melalui penandatanganan Nota Kesepahaman yang memungkinkan CSP untuk mendapatkan posisi yang sah untuk berkoordinasi dengan pemerintah berkaitan dengan PPKB. Lokakarya IFAD Asia Pacific Dari tanggal 26 sampai dengan tanggal 29 Oktober 2015, IFAD mengadakan Asia Pacific Workshop di Bali, dihadiri oleh pemimpin dan pemerintah, sektor swasta, dan mitra pembangunan dari negara di wiliayah Asia Pasifik. Lokakarya memberikan landasan untuk pertukaran Selatan-Selatan. Tema lokakarya adalah “Inovasi untuk Transformasi Pedesaan” dimana pembicara dengan latar belakang yang berbeda tetapi masih ada hubungannya dengan tema dari lokakarya. Swisscontact, diwakili oleh Country Director yang diundang untuk berbicara mengenai Menghidupkan Kembali Pengusaha Pedesaan. Selain aktif terlibat dalam seminar, Program membuka stan pameran selama acara. Pertemuan dan Lokakarya ICCO Swisscontact adalah anggota dari dewan konsultasi di dalam forum kakao dunia, diwakili oleh Program Director SCPP. Dewan Konsultasi bekerjasama satu dengan yang lain untuk pembentukan pedoman umum formulasi dan implementasi dari perencanaan pembangunan kakao nasional dan platform kemitraan publik-swasta nasional. Ketua dari dewan CSP, Swisscontact, melobi International Cocoa Organization (ICCO) untuk menjadi mimbar kemitraan publik-swasta Indonesia, diterima oleh Pemerintah Indonesia dan ICCO. Forum dan Platforms Regional Bekerjasama dengan CSP, Program bekerja untuk mendirikan dan menguatkan kapasitas forum kakao regional. Sampai dengan akhir Desember 2015, Program memfasilitasi pendirian lima forum regional di Sulawesi dan Sumatera. Program menyediakan dukungan operasional kepada forum selama satu tahun setelah pendirian sementara mengadvokasi kepada pemerintah pusat untuk mengalokasikan dana untuk biaya operasional forum.
32
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
33
Laporan Keuangan Total Dana dari 2010-2015
22,788,106 CHF Total Pembelanjaan dari 2010 -2015
Total Dana dari Masing-masing Donor 2010-2015
19%
EDFF/PEKA (2010-2012)
30% 03
6,801,387 CHF PRIVATE SECTOR (2012-2015)
01
4,274,724 CHF 4%
WEHU (2012-2015)
01
4,890,317 CHF IDH (2012-2015)
03
2,653,071 CHF
02
04
07
WEIF (2014-2015)
08
1%
06
6%
1,473,588 CHF
02
04 05
MCA-I (2015)
21%
12%
988,061 CHF
EKN (2012-2015)
05
1,410,645 CHF IFAD (2015)
07
296,313 CHF
06
08
7% EDFF/PEKA 01
WEHU 02
Sektor Swasta 03
IDH
WEIF
04
05
EKN 06
MCA-I 07
IFAD
Total Dana
08
Total Dana dari Masing-masing Donor per Tahun
EDFF/PEKA
2010
2011
2012
1,567,725
3,566,480
1,667,182 1,158,778
WEHU
2013
2014
2015
1,270,140
1,272,640
1,188,759
CHF
648,112
825,476
CHF
WEIF IDH
785,677
602,664
621,226
643,504
CHF
EKN
62,704
431,409
509,713
406,819
CHF
IFAD
296,313
CHF
MCA-I
988,061
CHF
992,445
1,825,839
CHF
4,044,136
6,174,771
CHF
PRIVATE SECTOR
TOTAL
34
1,567,725
3,566,480
623,075
833,365
4,297,416
3,137,578
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015
Swisscontact Indonesia Country Office Gedung The VIDA Lantai 5 Kav. 01-04 Jl. Raya Perjuangan, No. 8 Kebon Jeruk 11530 Jakarta Barat | Indonesia Telp. +62-21-2951-0200 | Faks. +62-21-2951-0210 Swisscontact - SCPP Sulawesi Gedung Graha Pena Lantai 11 Kav. 1108-1109 Jl. Urip Sumoharjo, No. 20 Makassar 90234 Sulawesi Selatan | Indonesia Telp. | Faks. +62-411-421370 Swisscontact - SCPP Sumatera Komplek Taman Setiabudi Indah Jl. Chrysant, Blok E, No. 76 Medan 20132 Sumatera Utara | Indonesia Telp. +62-61-822-9700 | Faks. +62-61-822-9600
www. swissco n tact. o rg / i n d o n esia