PROPOSAL PENELITIAN

Download Proposal Penelitian. AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN. MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN. Tim Peneliti : Dr. Re...

10 downloads 912 Views 113KB Size
Proposal Penelitian AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

Tim Peneliti : Dr. Reni Kustiari Dr. Handewi P. Saliem Dr. Sahat Pasaribu Dr. Bambang Sayaka Ir. Erma Suryani, MS

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2010

1

I. 1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Strategi akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan untuk

mengatasi tantangan perubahan iklim, kesehatan, ketahanan pangan dan kemiskinan tergantung pada perkembangan upaya untuk menghasilkan lingkungan yang sesuai dimana teknologi dan alsintan tersebut dikembangkan dan didukung oleh kerjasama yang baik antar pelaku di sektor pertanian dan pemerintahan. Untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan dibutuhkan respons jangka pendek dan jangka panjang guna meningkatkan pertumbuhan produktivitas dan memperkokoh sisi penawaran pertanian. Investasi inovasi merupakan masalah yang kritikal untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan tantangan jangka panjang, yaitu pertumbuhan yang berkelanjutan Tantangan di masa yang akan datang diprediksi semakin banyak. Dengan populasi dunia yang diprediksi akan mencapai 9 milliar pada 2050, permintaan pangan global diproyeksikan meningkat sekitar 2,5 kali dari keadaan saat ini. Pada saat yang sama, produksi pangan harus mempertimbangkan tantangan global lainnya, seperti perubahan iklim dan kelangkaan air, demikian pula kompetisi kepentingan, termasuk keperluan untuk pakan ternak, serat untuk pakaian dan biofuel untuk energi. Sampai saat ini kegiatan pengolahan pangan terutama skala rumahtangga dan kecil di masyarakat berkembang sangat lambat dan cenderung tidak berkembang. Di masyarakat pedesaan petani cenderung menjual hasil produksinya dalam bentuk bahan baku primer dengan harga murah dan kemudian membeli produk olahan hasil industri besar dengan harga yang jauh lebih mahal. Kondisi ini tidak hanya merugikan petani karena nilai tambah produk pertanian tidak dimanfaatkan oleh masyarakat petani juga sangat berdampak buruk terhadap ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Berbagai sumber pangan lokal tersedia di setiap daerah, namun karena kurangnya pengetahuan, ketersediaan dan akses terhadap inovasi teknologi pengolahan pangan menyebabkan banyak sumber pangan tersebut tidak termanfaatkan. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut seperti tingkat pengetahuan tentang pengolahan, kemampuan peralatan pengolahan, pasar, permodalan, dan pergeseran pola konsumsi pangan kearah yang lebih instan.

2

Kemampuan rumahtangga untuk mengolah beragam bahan makanan yang tersedia di tingkat lokal menjadi bahan makanan jadi yang lebih beragam (diversifikasi) akan meningkatkan ketersediaan bahan pangan dan memperbaiki tingkat gizi masyarakat, dan ini berarti meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga dan wilayah. Dalam kaitan itu diperlukan kajian untuk mengidentifikasi potensi sumber pangan lokal dan kemampuan masyarakat untuk mengolah sumber pangan tersebut dengan menerapkan inovasi teknologi pengolahan hasil dan pemanfaatan alsintan dari prapanen, panen dan pascapanen dalam rangka mendukung ketahanan pangan. 1.2. Perumusan Masalah Salah satu aspek penting dalam membangun ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik dan jenis yang beragam. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) Kemampuan produksi di dalam negeri; (2) Impor; dan (3) Pengelolaan cadangan pangan (DKP, 2006). Terkait dengan kemampuan untuk memproduksi

pangan

dalam

negeri,

beberapa

permasalahan

yang

dihadapi

dalam

meningkatkan kapasitas produksi pangan dalam negeri antara lain adalah: (1) makin terbatasnya ketersediaan lahan akibat terjadinya konversi lahan pertanian produktif dan degradasi sumberdaya lahan dan air, (2) usaha pertanian umumnya oleh petani gurem yang dengan skala pengusahaan yang sangat kecil, (3) akibat terbatasnya permodalan petani, dan (4) belum optimalnya adopsi teknologi. Bukti empiris pada kasus agribisnis padi dan jagung menunjukkan bahwa pemanfaatan inovasi teknologi (varietas unggul baru dan berumur pendek) secara luas menjadi pemicu utama pertumbuhan dan perkembangan usaha dan sistem agribisnis di Indonesia. Terkait dengan belum optimalnya adopsi teknologi, tantangan sekaligus merupakan permasalahan yang dihadapi adalah adanya fakta bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cenderung melambat, bahkan menurun (Musyafak dan Ibrahim, 2005).

Permasalahan yang sama juga dihadapi apabila inovasi difokuskan pada

teknologi pengolahan hasil dan alsintan pada komoditas pangan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dicermati terlebih dahulu keragaan pemanfaatan teknologi di tingkat rumah tangga, kemudian diidentifikasi dan dianalisis faktorfaktor yang mempengaruhi adopsi inovasi, khususnya teknologi pengolahan hasil dan alsintan pada kegiatan pra panen, panen, dan pasca panen. Faktor dan kendala adopsi inovasi yang perlu dikaji mencakup permasalahan dari aspek teknis, ekonomi, kelembagaan/sarana pendukung, dan sosial budaya. Terkait dengan upaya untuk mendukung program ketahanan

3

pangan, hasil indentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan tersebut difokuskan pada komoditas pangan (beras, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan). Dari hasil analisis tersebut akan dirumuskan rekomendasi kebijakan untuk mengakselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan mendukung ketahanan pangan. 1.3. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan prospek akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan mendukung ketahanan pangan. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi ketersediaan inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 2. Mengidentifikasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan di masyarakat 3. Menganalisis faktor dan kendala adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 4. Menyusun rekomendasi untuk mengakselerasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan

1.4. Keluaran: Sasaran yang akan dicapai adalah: 1. Identifiksi ketersediaan inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 2. Idenfikasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan di masyarakat 3. Analisis faktor dan kendala adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan 4. Rekomendasi untuk mengakselerasi adopsi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan II. METODOLOGI 2.1.

Kerangka Pemikiran

4

Peran strategis ketahanan pangan adalah dalam penyediaan bahan pangan yang cukup untuk setiap anggota rumahtangga, dapat diakses dan diperoleh dengan harga yang terjangkau. Menurut Thomson dan Metz (1997), ketahanan pangan menunjuk pada tiga aspek: ketersediaan, stabilitas, dan aksesibilitas. Ketersediaan pangan berarti bahwa bahan pangan terdistribusi secara merata, stabilitas bermakna bahwa bahan pangan tersedia sepanjang waktu, dan aksesibilitas memberi pemahaman bahwa harga bahan pangan dapat dijangkau oleh semua kalangan. Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan dalam upaya mencapai peran strategis diatas. Sebagai penopang pembangunan ekonomi berkelanjutan, ketahanan pangan tidak cukup hanya tersedia sepanjang waktu tetapi sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 7/1996 tentang Pangan, pangan juga harus memiliki mutu dengan kandungan gizi yang cukup, aman dikonsumsi dengan sanitasi dan kemasan yang baik, serta tidak tercemar dengan label informasi yang memadai. Sebagaimana dipahami, pangan bukan hanya bahan pangan pokok seperti beras, jagung atau kedele, tetapi juga bahan pangan konsumsi lainnya yang diolah dan menghasilkan produk pangan baru, namun memenuhi persyaratan kesehatan seperti yang ditetapkan dalam undang-undang diatas dan ketentuan yang berlaku lainnya.

Diversifikasi pangan menjadi

penting untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap salah satu bahan pangan pokok yang ketersediannya secara domestik dapat terganggu. Dalam konteks ini, alat dan mesin pertanian (alsintan) sangat diperlukan untuk membantu petani atau produsen pangan menghasilkan bahan pangan. Selanjutnya, bahan pangan dimaksud, jika dimungkinkan, akan diolah lebih lanjut dengan berbagai peralatan industri untuk menghasilkan produk pangan lainnya. Inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan dinilai sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan.

Berbagai peralatan dan mesin yang tersedia saat ini perlu mendapat

promosi yang lebih luas dan berkesinambungan, sehingga penerapannya menjadi lebih merata dan membantu kecepatan, ketepatan, dan keamanan sistem berproduksi komoditas pangan tertentu dalam satu siklus usaha. Dalam kaitan inilah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pokok-pokok masalah dan menganalisis kemungkinan mempercepat adopsi teknologi pengolahan dan alsintan mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan mempelajari pola pangan dan karakteristik pengolahan bahan pangan masyarakat, maka penerapan inovasi teknologi yang lebih luas untuk pengolahan bahan pangan dan pemanfaatan alsintan untuk membantu penyediaan bahan pangan dapat

5

diidentifikasi. Sementara itu, dari daftar inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan yang dimiliki akan dapat dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi adopsi inovasi teknologi dan penerapan alsintan. Dengan demikian, suatu langkah operasional tentang upaya akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian dan penerapan alsintan dapat disusun sebagai sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan mendukung pembangunan ketahanan pangan nasional. Secara diagram, kerangka pemikiran tentang akselerasi adopsi inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan disajikan pada Gambar 1. 2.2. Metoda Analisa Model

ekonomi rumahtangga didasarkan kepada asumsi rumahtangga akan

memaksimumkan utilitasnya dengan didasarkan kepada kendala yang dihadapinya, yaitu kendala dalam anggaran, fungsi produksi dan waktu (Singh, et.al. 1986). Model ekonomi rumahtangga dirumuskan sebagai berikut : U = U (Xa, Xm, Xl) Dimana Xa adalah komoditi pangan; Xm adalah komoditi yang dibeli dan Xl adalah waku santai (leissure). Selanjutnya mengikuti memodifikasi model ekonomi rumahtangga yang dikembangkan oleh Straus, (1986), dalam kaitan dengan perilaku rumahtangga untuk mengkonsumsi pangan dari bahan pangan primer dan olahan dapat dirumuskan model ekonomi rumahtangga sebagai berikut: U = U (Xb, Xo,Xm Xmo, Xl) Dimana Xb adalah komoditi pangan berasal dari bahan primer ; Xo adalah komoditi pangan olahan hasil sendiri, Xm bahan pangan primer yang dibeli, Xmo bahan pangan olahan yang dibeli dan Xl adalah waku santai (leissure). Maksimisasi utilitas dihadapkan pada kendala: 1). Pendapatan tunai: (Pm Xm) + (Pmo Xmo) = Pb (Q-Xb) + Po Xo - w (L-F) Dimana Pm adalah harga yang diperlukan untuk membeli produk pangan primer Xm; Pmo adalah harga pembelian produk pangan olahan yang dibeli Xmoi; Pb adalah harga penjualan bahan baku primer yang dihasilkan sendiri (Xb); Po adalah harga pangan olahan

yang

dihasilkan sendiri; Q adalah produk primer yang dihasilkan petani, w adalah tingkat upah, L adalah total tenaga kerja yang dibutuhkan, F adalah tenaga kerja keluarga (L-F positip berarti ada tenaga upahan).

6

7

Ketahanan Pangan Nasional (UU No. 7/1996) Atribut Bahan Pangan: Inovasi Teknologi Alsintan

Jenis komoditas dan pemanfaatan inovasi teknologi dan alsintan, proses adopsi inovasi teknologi, produksi; ketersediaan bahan pangan.

Produksi

Atribut Pengolahan Hasil/Bahan Pangan: Inovasi Teknologi Industri

Jenis pangan dan teknologi; proses pengolahan; mutu dan sanitasi; produk pangan; kemasan dan label; distribusi dan pemasaran.

Identifikasi pola dan diversifikasi pangan; Karakteristik pengolahan hasil pangan; Identifikasi ketersediaan dan penerapan teknologi.

Analisis faktor dan kendala adopsi teknologi

Rekomendasi percepatan adopsi inovasi teknologi

Pengolahan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Akselerasi Adopsi Teknologi Pengolahan dan Alsintan Mendukung Ketahanan Pangan

8

2. Tenaga Kerja Xl +F = T dimana T adalah total penyediaan tenaga kerja keluarga 3. Produksi Q = Q(L,A) dimana A adalah luas lahan yang dimiliki keluarga. Dari persamaan diatas melalui proses substitusi dihasilkan fungsi utilitas rumahtangga sebagai berikut : U = u (Pb, Po, Pm, Pmo, w, Pi, Ix) dimana : U = fungsi utilitas rumahtangga; Pb = harga penjualan bahan baku primer yang dihasilkan sendiri; Po = harga pangan olahan yang dihasilkan sendiri; Pm = harga produk pangan primer Pmo = harga pembelian produk pangan olahan W = upah tenaga kerja Pi = harga input Ix = Pendapatan lain. Arah dari hubungan fungsi tersebut adalah : ∂U/ ∂Pb >0; ∂U/ ∂Po >0 ; ∂U/ ∂Pm <0; ∂U/ ∂Pmo < 0; ∂U/ ∂W <0; ∂U/ ∂Pl <0; ∂U/ ∂Ix >0. Selain itu akan dilakukan analisis data menggunakan regresi linier berganda dan dilanjutkan dengan analisis jalur, dengan menggunakan peubah tak bebas untuk tingkat adopsi teknologi, dan peubah penjelas yaitu umur kepala rumah tangga, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman, sikap, motivasi, pendapatan, luas penguasaan lahan, jumlah anggota keluarga, sifat teknologi, peranan aparat desa, kredibilitas penyuluh, dan keberadaan media massa, sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi. 2.3. Jenis dan Analisis Untuk menjawab tujuan diatas akan dilakukan kajian melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kegiatan survey berkaitan dengan pengumpulan data tentang pola pangan dan diversifikasi pangan, pengolahan pangan, adopsi teknologi dan alsintan pengolahan pangan dan lainnya. Metode pengumpulan data primer secara wawancara

9

dengan menggunakan kuestioner terstruktur terhadap petani contoh yang melakukan kegiatan pengolahan pangan dan alsintan. Data sekunder ditujukan untuk memperoleh informasi tentang ketersediaan teknologi dan alsintan pengolahan pangan, pola pembinaan/penyuluhan dalam adopsi teknologi pengolahan pangan dan alsintan. Analisa diskriptif dilakukan untuk mendeskrpsikan parameter yang dikaji. Analisa kuantitatif dilakukan untuk mengalisa faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi pengolahan dan penggunaan alsintan. 2.4. Lokasi Penelitian dan Penentuan Sampling Kegiatan survai akan dilakukan di beberapa wilayah dengan memperhatikan keragaman agroekologi kesesuaian pangan. Lokasi survai akan dilakukan di 3 propinsi contoh yang telah banyak diintroduksi teknologi pengolahan hasil dan alsintan yaitu Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. Dari setiap propinsi akan dipilih dua kabupaten dan selanjutnya dipilih dua desa dari masing-masing kabupaten. Jumlah sampel di setiap desa sebanyak 35 orang. Penentuan responden akan dipilih secara purposif yang akan mewakili teknologi skala rumah tangga, mikro dan makro agar diperoleh data mengenai faktor dan kendala dari segi teknis, ekonomi, sosial dan budaya serta kelembagaan. Cakupan komoditii yang akan dianalisis adalah beras, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan. III. Perencanaan Operasional 3.1. Organisasi Pelaksana Penelitian ini akan dilaksanakan oleh

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian dengan susunan organisasi pelaksana sebagai berikut: Ketua

:

Anggota :

Dr Reni Kustiari Dr. Handewi P. Saliem Dr. Sahat Pasaribu Dr. Bambang Sayaka Ir. Erma Suryani, MS

3.2. Anggaran Penelitian Penelitian Kajian akan dilaksanakan pada tahun 2010 dengan jumlah anggaran Rp 241 915 Juta.

10

3.3.

Jadwal Pelaksanaan Kajian Rencana penelitian Penelitian Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil

dan Alsintan Mendukung Ketahanan Pangan ini disajikan dalam Tabel berikut. Rencana Jadwal Kerja Penelitian Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan Alsintan Mendukung Ketahanan Pangan Jenis Kegiatan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

Pembuatan proposal operasional Seminar dan perbaikan proposal Studi literature Penyusunan kuesioner Para survey dan pretest kuesioner Survey utama Pengolahan dan analisis data Penulisan laporan Seminar hasil penelitian Perbaikan laporan hasil penelitian Penggandaan

Daftar Pustaka Badan Pengawas Obat dan Makanan. UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. www.pom.go.id/public/hukum_perundangan. Dikutip 2 Februari 2010. Singh, I., Squire, L. dan Strauss, J. 1986. Agricultural household models, extensions, applications and policy. Washington DC, World Bank, Johns Hopkins University Press Strauss, J. 1986. The Theory and Comparative Statics of Agricultural Household Models: A General Approach”. In Agricultural Household Models: Extensions, Applications and Policy. A World Bank Publication, Johns Hopkins University Press: Baltimore Thomson A. dan M. Metz. 1997. Implication of Economic Policy for Food Security. Training Materials for Agricultural Planning. No. 40. FAO, Roma.

11

12

13