PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG
JURNAL
Oleh : MARDIANSYAH NIM. 11060308
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015
PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG
Oleh: Mardiansyah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research is motivated for the majority of teachers do not understand the inclusive education, the lack understanding of teacher on inclusive education make it difficult to manage classroom teachers inclusion and lack of knowledge of teachers in implementing appropriate learning strategies for children’s inclusion. This study aims to describe the learning process of inclusion for children with special needs class at SMK XI DKV 4 Padang. Qualitative descriptive research, research sites in SMK Negeri 4 Padang. Informant research are: 1) The key informants, subject teachers as much as 3 people, 2) additional informant as much as 2 namely: BK teachers and students. The instrument used in this study were interviews. Analysis of the data in the form of data reduction, data presentation and conclusion. Results of the study revealed that: 1) The characteristics of inclusive education implement a flexible curriculum that uses a common curriculum. Flexible learning approach has not been fully carried out by teachers because teacher find it difficult to provide an understanding of the material presented to children with special needs. Flexible evaluation system where teachers evaluate children with special needs during the learning process. Learning friendly also applied by teachers with a way to repeat the same material with a certain time with face to face. 2) learning strategy that is often used is inclusion strategy expository learning, inquiry learning strategies and cooperative learning strategies and the strategies used more often by teachers on classroom inclusion. Key Word: Learning process inclusion PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak dapat melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Pendidikan ini merupakan awal yang sangat penting untuk seorang anak, karena melatih mereka untuk membaca dengan baik, mengasah kemampuan berhitung serta berpikir. Saat ini, pendidikan di sekolah dapat ditempuh oleh siapapun dari berbagai kalangan dan golongan. Berbagai sekolah didirikan untuk menjadi tempat atau sarana pendidikan bagi anak, tanpa terkecuali anak-anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki kekurangan karena mempunyai cacat fisik, mental, maupun sosial. Anak berkebutuhan
khusus memiliki hak yang sama dengan anak-anak normal lainnya dalam segala aspek kehidupan. Begitu pula dalam hal pendidikan, mereka juga memiliki hak untuk bersekolah guna mendapatkan pengajaran dan pendidikan. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, maka akan membantu mereka dalam membentuk kepribadian yang terdidik, mandiri, dan terampil. Hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus atau anak difabel ditetapkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial”. Negara juga menjamin hak-hak anak berkebutuhan khusus untuk bersekolah di sekolah reguler sekalipun. Sejalan dengan perkembangan layanan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, sekolah inklusi memberikan pelayanan yang berbeda dengan sekolah-sekolah khusus lainnya. Menurut Ilahi (2013: 24) pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang merepresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang memberikan apresiasi terhadap siswa yang berkebutuhan khusus. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang di atas yaitu sebagai berikut: 1. Adanya sebagian guru belum memahami pendidikan inklusi. 2. Adanya sebagian guru belum menerapkan strategi pembelajaran inklusi. 3. Beberapa orang guru kesulitan dalam menerapkan strategi pembelajaran inklusi. 4. Beberapa guru kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak inklusi. 5. Beberapa guru kesulitan dalam mengelola kelas anak inklusi. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Karakteristik pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus kelas XI DKV di SMK Negeri 4 Padang. 2. Strategi pembelajaran inklusi untuk anak berkebutuhan khusus kelas XI DKV di SMK Negeri 4 Padang. METODE PENELITIAN Berdasarkan jenis penelitian yang diteliti di SMK Negeri 4 Padang, maka peneliti memilih metode kualitatif untuk memahami dan memperoleh gambaran yang terjadi dilapangan sebagai mana adanya tanpa melakukan perubahan atau intervensi terhadap sasaran penelitian Menurut Moleong (2010: 6) penelitian kualitatif adalah “penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh sabjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan beberapa permasalahan mengenai proses pembelajaran inklusi, yaitu masih ada beberapa guru yang kurang paham dengan adanya pendidikan inklusi karena merupakan guru baru, sehingga dalam pembelajaran di kelas belum menggunakan strategi pembelajaran yang dapat membantu proses belajar mengajar pada kelas inklusi. Adanya sebagian guru belum memahami pendidikan inklusi, serta minimnya pemahaman guru mengenai pendidikan inklusi membuat guru sulit dalam mengelola kelas inklusi, dan kurangnya pengetahuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk anak inklusi, serta guru kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak inklusi. motivasi, tindakan dll, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMK Negeri 4 Padang yang merupakan salah satu sekolah penyelenggara program pendidikan inklusi. Dimana penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2015, untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran inklusi di sekolah tersebut. Menurut Moleong (2010: 132) informan adalah “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian”. Informan ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa informan tersebut memiliki pengalaman yang banyak mengenai latar belakang penelitian dan benar-benar terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai proses pembelajaran inklusi untuk anak berkebutuhan khusus kelas XI DKV di SMK Negeri 4 Padang. Berdasarkan informasi yang diperoleh, maka ditetapkan informan penelitian ini sebagai berikut: tiga orang guru mata pelajaran sebagai informan kunci, sedangkan untuk informan tambahan ditetapkan berdasarkan pertimbangan dan kebutuhan penelitian. Berdasarkan dari pemikiran di atas maka ditetapkan bahwa informan tambahan dalam penelitian ini adalah satu orang guru BK dan satu orang peserta didik. Agar memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka
penelitian menggunakan beberapa alat pengumpulan data berupa: 1) Wawancara, teknik pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan cara wawancara agar memperoleh informasi secara langsung demi kelengkapan data dalam penelitian. Menurut Yusuf (2005: 278) bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (intervieweer) dengan responden atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung. 2) Observasi, menurut Sugiyono (2013: 196) observasi merupakan cara yang penting mendapatkan informasi yang pasti tentang orang, karena apa yang dikatakan orang belum tentu sama dengan apa yang dikerjakan. Selanjutnya Larry Cristensen (Sugiyono 2013: 196) menyatakan bahwa dalam penelitian, observasi diartikan sebagai pengamatan terhadap pola perilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang diinginkan. Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh yang dilakukan dengan cara sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2013: 365-374), yaitu: kepercayaan (Credibility), keteralihan (Transferability), dapat dipercaya (Depenability) Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013: 246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013: 277-283) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu: 1) Reduksi Data (Data Reduction), 2) Penyajian Data (Display Data), 3) Penarikan Kesimpulan (Verifikasi) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pendidikan Inklusi 1. Kurikulum yang fleksibel Berdasarkan wawancara di lapangan, diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran inklusi oleh guru mata pelajaran di dalam kelas tentunya tidak terlepas dari
2.
3.
kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang kemudian disesuaikan oleh guru mata pelajaran pada proses pembelajaran. Sesuai dengan pendapat Ilahi (2013: 45) menjelaskan bahwa “Penyesuaian kurikulum dalam penerapan pendidikan inklusi tidak harus terlebih dahulu menekankan pada materi pelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana memberikan perhatian penuh pada kebutuhan anak didik”.Ilahi (2013: 46) juga menyebutkan bahwa dalam penerapan kurikulum, seorang guru mata pelajaran tidak boleh acuh tak acuh terhadap kebutuhan anak didik apalagi mengabaikan haknya tanpa melakukan sesuatu yang dapat memberikan tambahan motivasi bagi peningkatan kecerdasan dan intelektualnya. Pendekatan pembelajaran yang fleksibel Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, diperoleh informasi bahwa pendekatan pembelajaran yang fleksibel telah diterapkan oleh guru mata pelajaran, agar dapat mengembangkan potensi dan keterampilan anak berkebutuhan khusus. Ilahi (2013: 46) menjelaskan bahwa: “Pendidikan inklusi mencerminkan pendekatan pembelajaran yang fleksibel yang memberikan kemudahan kepada anak berkebutuhan khusus untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan potensi dan keterampilan mereka demi membangun masa depan yang lebih cerah”. Sistem evaluasi yang fleksibel Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, diperoleh informasi bahwa guru mata pelajaran menggunakan evaluasi atau penilaian yang fleksibel, dimana guru mata pelajaran melakukan banyak pertimbangan untuk memberikan nilai kepada anak berkebutuhan khusus. Menurut Ilahi (2013: 47) menjelaskan bahwa “sistem penilaian yang diharapkan di sekolah, yaitu sistem penilaian yang fleksibel. Penilaian disesuaikan dengan kebutuhan anak termasuk anak berkebutuhan
4.
khusus. Dalam melakukan penilaian, harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal pada umumnya. Hal ini penting karena anak berkebutuhan khusus memiliki tingkat kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak normal pada umumnya sehingga memerlukan keseriusan dari seoarang guru dalam melakukan penilaian”. Pembelajaran yang ramah Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, diperoleh informasi bahwa guru mata pelajaran memberikan pembelajaran yang ramah dimana guru mata pelajaran mengulang kembali materi pelajaran yang kurang dipahami oleh anak berkebutuhan khusus serta membuat anak berkebutuhan khusus termotivasi dalam mengikuti pelajaran dengan cara membina hubungan yang akrab dengan anak berkebutuhan khusus tersebut. Menurut Ilahi (2013: 47) mengatakan bahwa “Proses pembelajaran dalam konsep pendidikan inklusi harus mencerminkan pembelajaran yang ramah. Pembelajaran yang ramah bisa membuat anak semakin termotivasi dan terdorong untuk terus mengembangkan potensi dan skill mereka sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki”.
B. Strategi pembelajaran inklusi Berdasarkan wawancara di lapangan, diperoleh informasi bahwa guru mata pelajaran lebih dominan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dan strategi pembelajaran inkuiri. Dimana strategi ini lebih mudah untuk diterapkan pada proses pembelajaran di dalam kelas. Guru mata pelajaran merasa strategi ini lebih cocok dan efektif untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Menurut pendapat Sanjaya (2010: 177-239) bahwa “Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.” KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada tanggal 27 Juli 2015 sampai tanggal 5 Agustus 2015 tentang proses pembelajaran anak inklusi untuk anak berkebutuhan khusus kelas XI DKV di SMK Negeri 4 Padang, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Karakteristik Pendidikan Inklusi Guru mata pelajaran menerapkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dimana kurikulum ini akan disesuaikan dengan anak berkebutuhan khusus pada saat proses pembelajaran.. Guru mata pelajaran menilai anak berkebutuhan khusus dengan cara yang sama dengan anak normal pada umumnya, dimana guru mata pelajaran juga memberikan soal yang sama. Namun, anak berkebutuhan khusus lebih dimudahkan untuk mendapatkan nilai, karena kemampuan anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak normal. Guru mata pelajaran lebih menggunakan perasaannya dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh anak berkebutuhan khusus. 2. Strategi Pembelajaran Inklusi Strategi pembalajaran yang sering digunakan oleh guru mata pelajaran dalam proses pembelajaran pada kelas inklusi yaitu strategi pembelajaran ekspositori, strategi pembelajaran inkuiri serta strategi
pembelajaran kooperatif. strategi ini mudah dilaksanakan pada pembalajaran.
Dimana untuk proses
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Kepala sekolah, agar menerapkan kurikulum yang fleksibel pada kelas inklusi, dimana di dalam kelas inklusi terdapat anak berkebutuhan khusus yang perlu diperhatikan perkembangan dan tingkat kemampuannya pada proses pembelajaran berlangsung. 2. Guru, agar menerapkan pembelajaran yang ramah dan strategi yang tepat dalam kelas inklusi serta memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus, agar anak berkebutuhan khusus cepat menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru. 3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, hasil penelitian ini
sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan anak berkebutuhan khusus serta strategi pembelajaran, khususnya dalam menerapkan strategi yang tepat untuk kelas inklusi. 4. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini sebagai bahan literatur dalam melaksanakan penelitian terkait dengan proses pembelajaran inklusi untuk anak berkebutuhan khusus. KEPUSTAKAAN Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Sanjaya, Marlina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sogiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: CV Alfabeta. Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.