1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bawang merah umumnya banyak digunakan sebagai bumbu masak dan bahan obat tradisional. Permintaan pasokan bawang merah di Indonesia berkorelasi positif dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini merupakan peluang untuk mengembangkan agribisnis bawang merah sebagai komoditas hortikultura (Rajiman, 2009). Data BPS tahun 2013 menunjukkan bahwa impor bawang merah dari negara Eropa mencapai angka 2.755.000 ton pada tahun 2013. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2012 yang hanya mencapai 93.000 ton (Badan Pusat Statistik, 2015). Peningkatan impor bawang merah merupakan indikasi dari tingginya permintaan bawang merah di pasaran. Produksi bawang merah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, namun belum dapat memenuhi tingginya kebutuhan pasar. Produksi bawang merah pada tahun 2014 hanya mencapai angka 1.233.989 ton (Badan Pusat Statistik, 2015). Rendahnya produksi bawang merah di Indonesia dapat diatasi dengan menambah alokasi lahan pertanian untuk penanaman bawang merah, akan tetapi ketersediaan lahan pertanian semakin menurun seiring dengan meningkatnya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian. Salah satu usaha untuk mengatasi keterbatasan lahan pertanian adalah menggunakan lahan alternatif yang berupa lahan marginal.
1
2
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, secara keseluruhan memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yaitu 81.000 km yang merupakan 14% dari garis pantai di seluruh dunia (Harjadi dan Octavia, 2007). Luasnya lahan pantai dengan kondisi tanah berpasir yang bersifat marginal dan tandus serta cenderung kritis membutuhkan pengelolaan yang lebih baik, agar lahan tersebut dapat lebih produktif. Salah satu lahan marginal di Yogyakarta adalah lahan pasir pantai, yang banyak terdapat di pantai selatan DIY. Salah satu lahan pasir pantai terletak di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, DIY. Di daerah tersebut pengelolaan lahan pasir pantai belum dilakukan secara optimal sebab lahan pasir pantai memiliki kualitas tanah yang rendah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Rajiman (2014), kualitas tanah yang rendah disebabkan karena lahan pasir memiliki struktur tanah lepas-lepas, kemampuan memegang air rendah, infiltrasi dan evaporasi yang tinggi, kesuburan rendah, bahan organik sangat rendah, serta suhu tinggi dan angin kencang bergaram. Tanah pasir dicirikan dengan tekstur berpasir, konsistensi lepas, dan intensitas pori yang tinggi sehingga memiliki kemampuan menyimpan air dan hara yang sangat rendah (Oliver dan Smethem, 2002). Menurut Syukur (2005), lahan pasir memiliki kemampuan menyediakan udara yang berlebih, sehingga mempercepat pengeringan tanah dan oksidasi bahan organik. Di sisi lain, lahan pasir memiliki beberapa kelebihan yang baik untuk lahan pertanian, yaitu luas, datar, jarang terkena banjir, dan intensitas cahaya matahari melimpah.
3
Menurut Sunardi dan Sarjono (2007), lahan pasir pesisir didominasi oleh pasir dengan persentase lebih dari 70%. Dari segi kimia, tanah pasir mengandung unsur fosfor (P) dan kalium (K) yang belum siap diserap tanaman, dan unsur nitrogen (N) yang sangat minim. Untuk memperbaiki keadaan tanah seperti ini diperlukan adanya pemupukan. Ketersediaan hara menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kurangnya kandungan hara pada lahan pasir dapat diperbaiki dengan penambahan unsur hara dalam berbagai kombinasi. Unsur hara makro yang paling mempengaruhi kualitas produksi bawang merah adalah unsur N, P, dan K (Jeyathilake et al., 2006). Menurut Agamy et al., (2013), kombinasi pupuk NPK meningkatkan karakter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, luas area daun, berat segar dan berat kering tanaman gandum. Menurut Gomaa (2013), aplikasi kombinasi pupuk NPK secara signifikan meningkatkan ketebalan epidermis, korteks, berkas pengangkut, dan stele pada batang tanaman quinoa. Pupuk NPK lengkap juga meningkatkan kadar klorofil pada daun quinoa. Menurut Agamy et al (2013), kombinasi pupuk NPK meningkatkan diameter batang gandum, yang menunjukkan peningkatan ketebalan jaringan parenkim dan sklerenkim pada batang gandum, serta lapisan aleuron dan endosperm pada biji gandum. Pemupukan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kandungan minyak atsiri pada bawang merah (Soegiharjo, 2007). Menurut Syakir dan Gusmaini (2012), aplikasi pupuk K secara signifikan meningkatkan produksi minyak atsiri pada tanaman nilam.
4
Pemberian kombinasi unsur hara pada lahan pasir diasumsikan mempengaruhi karakter anatomis dan fisiologis bawang merah (Allium ascalonicum L. var Probolinggo). Pada penelitian ini diujikan pengaruh aplikasi enam kombinasi unsur hara sebagai pupuk pada penanaman bawang merah (Allium ascalonicum L. var. Probolinggo) pada media pasir pantai terhadap karakter anatomis, pertumbuhan, dan kandungan minyak atsiri bawang merah (Allium ascalonicum L. var Probolinggo).
B. Permasalahan 1. Bagaimana karakter anatomis bawang merah (Allium ascalonicum L. var Probolinggo) pada perlakuan variasi pupuk di tanah pasir pantai? 2. Bagaimana pertumbuhan bawang merah (Allium ascalonicum L. var Probolinggo) pada perlakuan variasi pupuk di tanah pasir pantai? 3. Bagaimana kandungan senyawa minyak atsiri bawang merah (Allium ascalonicum L. var Probolinggo) pada perlakuan variasi pupuk di tanah pasir pantai?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakter anatomis bawang merah (Allium ascalonicum L. Var Probolinggo) pada perlakuan variasi pupuk di tanah pasir pantai 2. Mengetahui pertumbuhan bawang merah (Allium ascalonicum L. Var Probolinggo) pada perlakuan variasi pupuk di tanah pasir pantai
5
3. Mengetahui kandungan senyawa minyak atsiri bawang merah (Allium ascalonicum L. Var Probolinggo) pada perlakuan variasi pupuk di tanah pasir pantai
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi informasi ilmiah mengenai budidaya bawang merah dan lahan pasir. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menambah khasanah keilmuan tentang anatomi umbi dan daun serta karakter pertumbuhan bawang merah pada perlakuan variasi pupuk di tanah pasir pantai.
D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah perlakuan variasi pupuk pada penanaman bawang merah (Allium ascalonicum L. var Probolinggo) di media tanam pasir pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter anatomis dan pertumbuhan, serta kandungan minyak atsiri bawang merah (Allium ascalonicum L.) di media tanam pasir pantai. Perlakuan pupuk terdiri atas kontrol (-), kontrol (+), perlakuan pupuk NPK lengkap, perlakuan pupuk PK(-N), perlakuan pupuk NK(-P), dan perlakuan pupuk NP(-K). Parameter yang diamati adalah parameter anatomi daun (tebal epidermis, tebal mesofil daun, tebal berkas pengangkut, dan indeks stomata), anatomi akar (tebal epidermis, tebal korteks, dan tebal stele), anatomi umbi (tebal epidermis, tebal parenkim korteks, dan tebal berkas pengangkut), parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah dan ukuran umbi, berat basah dan berat kering akar, umbi, dan pucuk, serta kadar klorofil daun), kandungan minyak atsiri umbi, serta parameter lingkungan (pH tanah, suhu, dan kelembaban).
6
E. Keaslian Penelitian Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan dalam penelitian. Telah banyak penelitian-penelitian dilakukan mengenai budidaya bawang merah, terutama pada tanah pasir pantai sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Namun belum ada penelitian yang mengkaji lebih dalam mengenai karakter anatomis, pertumbuhan, dan kandungan minyak atsiri bawang merah yang ditanam pada media tumbuh tanah pasir pantai dengan perlakuan variasi pupuk.
Tabel 1. Daftar Penelitian Mengenai Bawang Merah dan Lahan Pasir Pantai Penulis Ambarwati dan Yudono (2003)
Rajiman (2009)
Rajiman (2010)
Seran, et al. (2010)
Judul Penelitian Keragaan Stabilitas Hasil Bawang Merah
Hasil Penelitian Bawang merah varietas Probolinggo, Tironsawah, dan Biru-pasir merupakan varietas yang dapat beradaptasi dengan baik pada lahan pasir pantai maupun lahan normal. Pengaruh Pemupukan NPK Penambahan pupuk Terhadap Hasil Bawang Nitrogen, Posfat, dan Merah di Lahan Pasir Pantai kalium meningkatkan jumlah umbi dan bobot kering umbi bawang merah Respon Pertumbuhan Hasil pemupukan bawang Bawang Merah Tiron Pada merah yang paling baik Pemupukan Anorganik Di diperoleh pada perlakuan Lahan Pasir Pantai pemupukan anorganik pada dosis penuh, yaitu urea 150 kg/ha, ZA 250 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, dan KCL 150 kg/ha. Effect of Different Level of - Tanaman bawang Inorganic Fertilizer and merah dengan Compost as Basal perlakuan pupuk Application on the Growth anorganik memiliki
7
and Yield of Onion (Allium cepa L.)
Umami, dkk (2011)
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L. var Tiron) Dengan Perlakuan Gracillaria verrucosa Sebagai Penjerap Air Pada Lahan Pasir
Swasono (2012)
Karakteristik Fisiologi Toleransi Tanaman Bawang Merah Terhadap Cekaman Kekeringan Di Tanah Pasir Pantai
Halifah, dkk (2014)
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik (Blotong) dan Pupuk Anorganik (ZA) Terhadap Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
pertumbuhan yang lebih cepat dari tanaman dengan perlakuan pupuk kompos - Pupuk kompos meningkatkan jumlah umbi pada tanaman bawang merah - Penambahan G. verrucosa pada tanah pasir berpengaruh meningkatkan pertumbuhan dan produktifitas tanaman bawang merah - Medium yang berpengaruh paling baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah Gracillaria verrucosa pada semua ukuran : tanah pasir = 20% : 80%. - Cekaman kekeringan menurunkan pertumbuhan akar yang menyebabkan penurunan serapan air dan hara - Cekaman kekeringan juga menurunkan bobot kering brangkasan, bobot umbi, jumlah stomata, serta meningkatkan kadar prolin Pupuk organik hanya meningkatkan jumlah daun tanaman bawang merah, sedangkan pupuk ZA secara signifikan meningkatan berat segar dan berat kering umbi bawang merah
8
Purba (2014)
Application of NPK Phonska and KCl Fertilizer for the Growth and Yield of Shallots (Allium ascalonicum L.) in Serang, Banten
Pemberian kombinasi pupuk NPK Phonska dan KCl secara signifikan meningkatkan pertumbuhan dan jumlah umbi bawang merah.