1 AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA WANITA MENOPAUSE

Download 19 Jun 2014 ... Aktivitas Fisik, Konstipasi, Wanita Menopause. Description : Bertambahnya usia dan proses penuaan menimbul masalah-masalah ...

0 downloads 345 Views 124KB Size
AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA WANITA MENOPAUSE DI DESA BALUNG KECAMATAN KENDIT KABUPATEN SITUBONDO LAILATUL MAGHFIRO NIM. 11002256 Subject : Aktivitas Fisik, Konstipasi, Wanita Menopause Description : Bertambahnya usia dan proses penuaan menimbul masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah fisik. Saat ini kecenderungan dari wanita menopause yang kurang berolahraga sehingga dapat memicu timbulnya konstipasi pada wanita menopause. Berdasarkan survey awal yang dilakukan kepada 10 wanita menopause dengan metode wawancara, masih terdapat 7 orang (70%) yang mengalami konstipasi yang dikarenakan kurang dalam melakukan aktivitas fisik, sedangkan 3 orang (30%) yang tidak mengalami konstipasi karena sudah melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada wanita menopause. Jenis penelitian adalah analitik korelasional dan desain penelitian adalah cross sectional. Variabel independen adalah aktivitas fisik, sedangkan variabel dependen adalah terjadinya konstipasi. Populasi yaitu 147 wanita menopause . dengan teknik sampling simple random sampling didapatkan sampel sebanyak 60 responden. Penelitian dilakukan di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo pada 19 Mei – 1 Juni 2014. Dilakukan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dilakukan uji KruskallWallis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden mempunyai aktivitas fisik ringan sebanyak 34 responden (56,7%) dan rata-rata responden mengalami konstipasi sebanyak 37 responden (61,7%). Berdasarkan hasil uji statistik Kruskall-Wallis dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dimana didapatkan nilai probabilitas 0,001 < α = 0,05 maka H1 diterima sehingga ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada wanita menopause di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Tenaga kesehatan hendaknya berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan upaya pelayanan kepada wanita usia lanjut melalui posyandu lansia. ABSTRACT With increasing age and the aging process, issues arise relate to physical problems. Nowadays the tendency of menopausal women that get less exsercise can lead to constipation in menopausal women. Based on the initial survey conducted by 10 menopausal women with interview methods, there are 7 women (70%) who experience constipation because of the lack of physical activities there are 3 (30%) who don’t experience constipation because of physical activities. This study aims to determine the physical activities with the incidence of constipation in menopausal women. Design of this study is analytical correlation with cross-sectional. The independent variable is physical activity, while the dependent variable is the insidence of constipation. The population is 147 menopausal women. The technique uses simple random sampling obtained with 60 respondents as a sample the research had been conducted in Balung

1

Kendit Situbondo on May 19th-June 1st, 2014. Collecting data use, coding, scoring, tabulating and examined with kruskall wallis test. The results showed the average respondent have a easy physical activities amount 34 respondents (56.7%) and the average respondents have constipation amount 37 respondents (61.7%). Based on the statistical of Kruskall-Wallis test with significance level α = 0.05 which is obtained probability value 0.001 <α = 0.05 then H1 is accepted that there is a relationship of physical activity with the incidence of constipation in the menopausal women in Kendit Balung Situbondo. The results showed that there is a relationship of physical activities with the incidence of constipation in menopausal women.it is Suggested to the health workers should participate actively in the providing services to older women with the elderly of neighborhood health center. Keywords: Physical Activity, Constipation, Female Menopause Contributor

: 1. Sari Priyanti, M. Kes. 2. Erfiani Mail, SST.

Date

: 19 Juni 2014

Type Material : Laporan Penelitian Permanen link : Right

: Open document

Summary : LATAR BELAKANG Wanita mengalami perubahan fungsi alat reproduksi ketika menginjak usia remaja dan berhenti setelah mengalami masa menopause, maka pada setiap fase menopause tersebut muncul gangguan kesehatan reproduksi yang perlu mendapat perhatian (Yuwie, 2009). Seiring dengan bertambahnya usia dan proses penuaan, timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah fisik (kondisi fisik yang semakin melemah, tidak kuat bekerja), biologik (tidak mengalami menstruasi), psikologik (depresi, ansietas/kecemasan, stres), sosial, maupun penyakit degeneratif (Safithri 2005). Untuk mencapai gizi yang prima, wanita menopause harus memakan makanan yang beraneka ragam dan menggunakan semua macam bahan makanan dari semua golongan serta bahan makanan dalam jumlah dan kualitas yang benar dan tepat. Wanita menopause yang melakukan olahraga secara teratur akan terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, konstipasi dan lain-lain, berbeda dengan wanita menopause yang jarang melakukan olahraga akan sering mengalami penyakit pada dirinya (Ferilia, 2012). Saat ini kecenderungan dari wanita menopause yang kurang dalam memenuhi asupan nutrisi dan cairan, imobilisasi dan kurang olahraga yang menyebabkan timbulnya konstipasi pada wanita menopause (Arianti 2005). Berdasarkan data WHO pada tahun 2005 sekitar 30–40% orang diatas usia 65 tahun di Inggris mengeluh konstipasi, 30% penduduk diatas usia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar. Sekitar 20% populasi diatas 65 tahun di Australia, mengeluh menderita konstipasi (Siswono, 2007). Jumlah penduduk wanita menopause Indonesia mencapai 19,32 juta orang atau 8,37% dari total seluruh penduduk Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk wanita menopause dimana pada tahun 2005 jumlah penduduk wanita menopause sebesar 16,80

2

juta orang. Angka ini naik menjadi 18,96 juta orang pada tahun 2007, dan menjadi 19,32 juta orang pada tahun 2009 (BPS, 2010). Di Jawa Timur pada tahun 2009 lebih dari 32% wanita menopause mempunyai keluhan sering konstipasi, mereka mengeluh susah untuk buang air besar (Winarsih. 2011). Berdasarkan survey awal di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo dari 10 wanita menopause dengan metode wawancara, ada 7 orang (70%) yang mengalami konstipasi yang dikarenakan kurang dalam melakukan aktivitas fisik sedangkan 3 orang (30%) yang tidak mengalami konstipasi karena sudah melakukan aktivitas fisik. Hal ini menunjukkan masih tingginya kejadian konstipasi pada wanita menopause yang disebabkan oleh aktivitas fisik. Faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi antara lain: kekurangan cairan atau dehidrasi, kekurangan serat pada makanan, kurangnya aktifitas fisik (khususnya pada orang tua), perubahan gaya hidup atau rutinitas, termasuk hamil, penuaan dan perjalanan, sakit (sedang mengalami suatu penyakit), sering menggunakan atau penyalahgunaan obat pencahar, penyakit tertentu, seperti stroke, diabetes, thyroid disease dan Parkinson's disease, gangguan hormon, seperti tidak aktifnya kelenjar tiroid, kerusakan pada kulit dubur dan ambeien, hilangnya kadar garam di dalam tubuh karena muntah atau diare (Muhammad, 2010). Frekuensi konstipasi meningkat oleh usia dan menjadi lebih umum pada kelompok usia di atas 60 tahun. Hal tersebut karena para wanita menopause mengalami pengurangan kekuatan otot-otot usus dan cenderung mengambil obat-obatan yang berefek samping sembelit. Karena faktor hormonal, sembelit juga lebih sering pada perempuan dewasa dibandingkan laki-laki dewasa (Asmadi, 2008). Penurunan aktivitas fisik dapat mengakibatkan terjadinya penurunan gerak peristaltik dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras. Aktivitas fisik juga membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis dan diafragma sangat penting bagi defekasi (Asmadi, 2008). Jika konstipasi dibiarkan berlarut-larut bisa menimbulkan kanker kolon, resiko terjadi wasir/ambient (hemorrhoid), volvulus daerah sigmoid, haemorrhoid, kanker kolon, dan penyakit divertikular (Darmojo & Martono, 2006). Salah satu cara untuk mengatasi konstipasi adalah dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin setiap hari. Mempertahankan mobilisasi optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua wanita menopause. Pada umumnya, wanita menopause akan mengalami penurunan aktifitas fisik. Biasanya konstipasi hanya bersifat sementara. Perubahan gaya hidup akan berperan besar dalam mengatasi masalah pencernaan ini. Maka para wanita menopause khususnya pada wanita menopause dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik secara rutin setiap hari, karena dengan berolahraga akan membantu merangsang aktivitas usus sehingga akan memperlancar proses BAB. Selain itu disarankan untuk selalu perbaiki diet dengan menambahkan makanan kaya serat ke dalam menu harian, perbanyak asupan air minum dan berolahraga (Yuliani, 2009). Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan mengenai pentingnya peranan aktivitas fisik, asupan serat dan cairan sebagai penyebab konstipasi yang terjadi pada wanita menopause, maka peneliti ingin mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan terjadinya konstipasi pada wanita menopause di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Variabel independent dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik dan variable dependent dalam penelitian ini adalah terjadinya konstipasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita menopause di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo pada bulan April 2014 sebanyak 147 orang dengan sampel sebanyak 60 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling tipe simple

3

random sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo pada 19 Mei – 1 Juni 2014. Teknik pengumpulan data, bersumber dari data primer yang di peroleh langsung dan di catat untuk pertama kalinya. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab kepada responden berdasarkan kuesioner yang telah dibuat. Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Analisa data menggunakan uji Kruskall-Wallis yaitu uji statistik yang digunakan untuk menguji signifikansi dua variabel yang mempunyai skala data nominal dan ordinal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil peneltiian menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 40-55 tahun sebanyak 37 responden (61,7%), sebagian kecil responden berpendidikan SD sebanyak 30 responden (50%), rata-rata responden tidak bekerja sebanyak 42 responden (70%) dan rata-rata responden mempunyai aktivitas fisik ringan sebanyak 34 responden (56,7%). Aktivitas merupakan seluruh kegiatan manusia dalam menghadapi permsalahan yang jelas dan terencana. Dengan aktivitas inilah dapat digunakan untuk membangun sebuah ilmu, dan aktivitas ini tergantung kepada kemampuan yang dimiliki seseorang, keterampilan, adanya kesadaran moral dan usaha bagi seseorang yang ingin menghasilkan sebuah ilmu (Hidayat, 2011: 36). Aktivitas fisik yang biasa dilakukan oleh wanita menopause antara lain: menyapu, mengepel, mencuci baju, menimba air, berkebun/bercocok tanam, membersihkan kamar mandi, mengangkat kayu atau memikul beban, mencangkul dan kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari dan beberapa aktivitas fisik berupa olahraga yang dapat dilakukan antara lain: jalan sehat dan jogging, senam pernapasan, bersepeda (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2006). Faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik antara lain tingkat perkembangan tubuh, kesehatan fisik, keadaan nutrisi, emosi, kelemahan neuromuskuler dan skeletal, pekerjaan (Tarwoto, 2006: 92) Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden mengungkapkan bahwa mempunyai aktivitas fisik ringan, hal ini di karenakan faktor usia yang mulai bertambah lemah dan otot-otot mengalami kemunduran dan melemah. pada masa menopause mulai terjadi penurunan hormon wanita sehingga berdampak pada kondisi tubuh & juga mentalnya. Akibatnya akan mengganggu aktivitas pada wanita menopause. Karena perubahan tersebut mengakibatkan kegiatan fisik wanita menopause menjadi kurang menyenangkan atau cepat merasa lelah jika melakukan aktivitas. Kelelahan dapat menjadi respon normal terhadap aktivitas fisik dan mental, penyebab kelelahan yang biasa dialami setiap orang diantaranya adalah kurang tidur, stres dan cemas. Berdasarkan hasil peneltiian menunjukkan bahwa rata-rata responden mengalami konstipasi sebanyak 37 responden (61,7%) Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Disepakati bahwa buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam praktek sehari-hari dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau 3 hari tidak buang air besar atau buang air besar diperlukan mengejan secara berlebihan (Djojoningrat, 2009). Kejadian konstipasi pada masa menopause dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: asupan serat, intake cairan, aktivitas fisik, usia, penggunaan obat-obatan, gangguan metabolik, kurang privasi untuk BAB dan obstruksi mekanik (LeueCckenotte, 2006). Konsumsi serat makanan, khususnya serat tak larut (tak dapat dicerna dan tak larut air panas) menghasilkan kotoran

4

yang lembek. Insoluble fibre bersifat menahan air pada fragmen serat sehingga menghasilkan tinja yang lebih banyak dan berair (Wirakusumah, 2007). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan banyak responden yang mengalami konstipasi yang mana disebabkan karena penurunan fisik, kekurangan cairan atau dehidrasi, kekurangan serat pada makanan, kurangnya aktifitas fisik, perubahan gaya hidup atau rutinitas pada masa menopause yang kurang sehat, seperti makan makanan cepat saji (fast food), seharian menonton televisi dan hanya tidur atau santai di rumah. Wanita menopause yang kurang dalam mengkonsumi makanan berserat dapat menyebabkan stimulasi gerakan peristaltik, mempercepat waktu transit kolon, peningkatan frekuensi defekasi, dan penurunan tekanan di dalam kolon. Berdasarkan hasil peneltiian menunjukkan bahwa responden yang melakukan aktivitas fisik sangat ringan mengalami konstipasi yaitu sebanyak 6 responden (10%), responden yang melakukan aktivitas fisik berat tidak mengalami konstipasi sebanyak 2 responden (3,3%). Berdasarkan hasil uji statistik Kruskall-Wallis dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dimana didapatkan nilai probabilitas 0,001 < α = 0,05 maka H1 diterima sehingga ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada wanita menopause di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Lansia yang mengalami penuaan yang optimal akan tetap aktif dan tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari-hari (Stanley, 2007). Manfaat mobilisasi yang tepat dan benar bagi masa menopause antara lain: meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual masa menopause, kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan, meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah, menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi kecepatan penurunan kekuatan otot (Darmojo & Martono, 2006). Mempertahankan mobilisasi optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia. Pada umumnya, para lansia akan mengalami penurunan aktifitas fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktifitas yang menuntut ketangkasan fisik. Aktivitas fisik juga merangsang terhadap timbulnya peristaltik. Penurunan aktivitas fisik dapat mengakibatkan terjadinya penurunan gerak peristaltik dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras. Aktivitas fisik juga membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Tonus otot yang baik dari otototot abdominal, otot pelvis dan diafragma sangat penting bagi defekasi (Asmadi, 2008). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada wanita menopause dikarenakan aktivitas fisik dapat mempengaruhi otot-otot perut sehingga mempengaruhi pergerakan peristaltic usus sehingga mempengaruhi kejadian konstipasi pada responden. Dengan penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya aktivitas fisik untuk kesehatan salah satunya untuk mencegah konstipasi pada wanita menopause. SIMPULAN 1. Aktivitas fisik pada wanita menopause di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo sebagian besar responden mempunyai aktivitas fisik ringan sebanyak 34 responden (56,7%). 2. Kejadian konstipasi pada wanita menopause di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo sebagian besar responden mengalami konstipasi sebanyak 37 responden (61,7%). 3. Berdasarkan hasil uji statistik Kruskall-Wallis dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dimana didapatkan nilai probabilitas 0,001 < α = 0,05 maka H1 diterima sehingga ada

5

hubungan aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada wanita menopause di Desa Balung Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. REKOMENDASI 1. Bagi Responden Para lansia khususnya pada wanita menopause dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik secara rutin setiap hari, karena dengan berolahraga akan membantu merangsang aktivitas usus sehingga akan memperlancar proses BAB. 2. Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan hendaknya berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan upaya pelayanan kepada wanita usia lanjut melalui posyandu lansia. 3. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah atau menyediakan sumber kepustakaan dan bacaan khususnya tentang upaya penerapan pelayanan kesehatan wanita usia lanjut untuk dapat dijadikan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penerapan pelayanan kesehatan wanita usia lanjut di Posyandu, seperti motivasi wanita menopause datang ke posyandu. Alamat Korespondensi : - Alamat rumah : Desa Bugeman RT.002/RW.002 Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo - Email : [email protected] - No. HP : 087712475760

6