1 KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH

Download 1. KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH. (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang. Tinggal...

0 downloads 522 Views 114KB Size
KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

Novia Sabrina Ginting ABSTRAK Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan lingkingannya. Tidak hanya di lingkungan sosial, di dalam lingkungan keluarga komunikasi juga sangat diperlukan untuk menjaga hubungan yang harmonis diantara anggota keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia. Di dalam keluarga, manusia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan orang lain, belajar bekerja sama, saling membantu dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dan juga untuk mengetahui harmonisasi hubungan yang tercipta antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. Penelitan ini termasuk dalam penelitan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah tinggal terpisah dari orangtua selama dua tahun atau lebih. Teknik pengumpulan data yang digunakan dala penelitian ini adalah dengan metode wawancara dan studi kepustakaan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi keluarga mempunyai peran yang penting dalam hubungan harmonisasi pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua. Komunikasi keluarga yang baik akan membentuk hubungan yang harmonis di antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. Hubungan yang harmonis akan tetap terjalin jika mahasiswa dan orangtua selalu menjaga intensitas komunikasi mereka. Kata kunci : Komunikasi, Keluarga, Harmonisasi PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang terus berkembang akan mempengaruhi setiap keluarga untuk membentuk anggota keluarga menjadi individu yang cerdas. Karena itu, banyak orangtua yang ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Para orangtua juga rela terpisah jauh dengan anak mereka demi masa depan dan cita-cita yang akan dicapai oleh anak yang mereka cintai. Hal ini karena menurut para orangtua banyak sekolah dan universitas memiliki kualitas yang baik berada di luar kota dari tempat tinggal mereka. Sehingga para orangtua tetap memberikan motivasi agar anaknya tetap mendapat pendidikan yang terbaik walau harus tinggal terpisah dengan orangtua. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang juga semakin pesat pada saat ini mempengaruhi komunikasi yang terjalin di antara anggota keluarga. Hal ini dapat dilihat dari munculnya aplikasi dan alat komunikasi yang setiap saat dapat digunakan oleh setiap individu. Bagi para orangtua dan anak yang tinggal terpisah, maka perkembangan ini akan membantu mereka untuk menjaga komunikasi di antara orangtua dan anak. Misalnya dengan menggunakan alat komunikasi handphone, para orangtua dapat menghubungi anak mereka setiap saat. Sedangkan jika para orangtua ingin melihat keadaan fisik anak mereka apakah semakin kurus atau bertambah gemuk, maka orangtua dapat menggunakan fasilitas Skype atau sejenisnya melalui internet. Walaupun begitu banyak alat komunikasi yang dapat digunakan untuk tetap menjalin komunikasi antara anak dan orangtua yang tinggal terpisah jauh, tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan yang mereka jalani tidak selamanya berjalan dengan baik. Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh para mahasiswa. Misalnya, masalah psikologis dan masalah ekonomi yang dihadapi oleh mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orang tuanya. Masalah 1

psikologis seperti, menahan rasa rindu kepada orangtua dan anggota keluarga lainnya dan harus terbiasa melakukan semua aktivitas sendiri dan tanpa bantuan dari orangtua. Masalah ekonomi, seperti mengatur keuangan untuk biaya kuliah, transportasi dan makan yang dilakukan sendiri. Hal ini memaksa mahasiswa harus mampu untuk menghemat sampai datangnya kiriman biaya dari orangtua kembali. Permasalahan komunikasi jarak jauh antara orangtua dengan anak ini menarik untuk diteliti, karena pada umumnya anak dengan orangtua berhubungan dekat dan sering berkomunikasi tatap muka karena tinggal dalam satu rumah. Orangtua dengan anak memiliki kedekatan emosional satu sama lain dan kedekatan batin, hal inilah yang membuat hubungan komunikasi antara orangtua dan anak menjadi dekat. Seorang anak pasti ingin berkomunikasi dengan ayah atau ibunya walaupun sekedar menanya kabar atau bercerita tentang perkuliahannya. Begitupun orangtua pasti ingin berkomunikasi dengan anaknya walaupun hanya mengingatkan untuk makan saja. Tetapi lain halnya dengan orangtua dan anak yang tidak tinggal serumah atau tinggal berjauhan karena perbedaan jarak dan tempat, komunikasi yang terjadi tidak akan lagi sama seperti pada waktu tinggal serumah karena komunikasi dilakukan dengan menggunakan media seperti telepon yang tidak berkomunikasi secara tatap muka. Berdasarkan uraian konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa di Kota Medan?”. Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dan untuk mengetahui harmonisasi hubungan yang tercipta antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. KAJIAN LITERATUR Komunikasi Keluarga Keluarga adalah satu kesatuan (entity), bukanlah merupakan kumpulan individuindividu. Ibarat amoeba, keluarga mempunyai komponen-komponen yang akan membentuk organisasi keluarga itu sendiri (Willis, 2011:50). Komponen-komponen itu adalah ayah, ibu dan anak.Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat sehingga memegang peranan penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan diharapkan dapat menanggulangi masalah-masalah sosial (Gunarsa, 2000: 209). Keluarga yang baik dan harmonis akan menghasilkan individu ataupun manusia yang cerdas dan kritis, hal inilah yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi masalah yang ada di lingkungan masyarakat. Sebagaimana keluarga mempunyai nilai dan pengharapan bagi anggota-anggota, keluarga juga mempunyai pengharapan atas komunikasi. Setiap keluarga memiliki pedoman mengenai aturan-aturan komunikasi yang harus dapat dipahami oleh setiap anggota keluarga (Mulyana, 2005: 216). Hal ini dapat dilihat dari cara berkomunikasi antara anggota keluarga. Anggota keluarga yang lebih muda harus menghormati dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh anggota keluarga yang lebih tua, hal ini agar dapat terjalin komunikasi yang baik dan sekaligus mampu menjalankan norma-norma yang ada di masyarakat. Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Ada dua fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu fungsi komunikasi sosial dan fungsi komunikasi kultural. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan 2

fungsi komunikasi kultural, diasumsikan dari pendapat para sosiolog bahwa komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi. Peranan komunikasi di sini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya (Djamarah, 2004: 37). Maka, dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka budaya yang ada akan dapat dikembangkan dan diwariskan. Untuk memahami masalah yang terjadi dalam sebuah keluarga maka seseorang harus memahami hubungan komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga. Proses di mana anggota keluarga yang saling berhubungan dan berinteraksi dinamakan sistem keluarga. Dalam sistem keluarga interaksi yang terjadi sifatnya adalah circular bukan linier karena interaksi yang terjadi lebih dari dua arah atau menyeluruh. Sedangkan dalam komunikasi linier sifatnya satu arah. Keluarga sebagai kelompok primer bersifat fundamental, karena di dalam keluarga, individu diterima dala pola-pola tertentu. Kelompok primer merupakan persemaian di mana manusia memperoleh norma-norma, nilai-nilai dan kepercayaan. Selain itu, kelompok primer bersifat fundamental karena membentuk titik pusat utama untuk memenuhi kepuasankepuasan sosial, seperti mendapat kasih sayang, keamanan dan kesejahteraan diwujudkan melalui komunikasi yang dilakukan terus menerus dan membentuk sebuah pola. Teori Self Disclosure Teori self disclosure menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Hal seperti itu dapat dikelompokan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebut dengan jendela Johari (Johari Window). “Johari” berasal dari nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft dan Harry Ingham. Teori ini menawarkan suatu cara melihat kesalingbergantungan hubungan interpersona dengan hubungan antarpersona. Gambar Jendela Johari Diketahui Sendiri Diketahui Sendiri Tidak Diketahui Orang Lain

Tidak Diketahui Sendiri

1. Terbuka

2. Buta

3. Tersembunyi

4. Tidak dikenal

Berdasarkan gambar Johari Window di atas dapat diketahui bahwa tiap diri kita memiliki keempat unsur tersebut termasuk yang belum diketahui maupun yang disadari. Dalam pengembangan hubungan terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang tersebut. Bidang 1, melukiskan suatu kondisi di mana antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Dalam hal ini kepribadian, kelemahan dan kelebihan yang kita miliki, selain diketahui oleh diri sendiri, juga diketahui oleh orang lain. Bidang 2, melukiskan suatu kondisi di mana hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui oleh diri sendiri. Pada bidang buta ini seseorang tidak mengetahui kekurangan yang dimilikinya, tetapi sebaliknya kekurangan justru diketahui oleh orang lain. Bidang 3, disebut bidang tersembunyi yang melukiskan masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui oleh orang lain. Ada dua konsep yang erat hubungannya dengan bidang ini yaitu over disclosure dan under disclosure: Over disclosure ialah sikap terlalu banyak mengungkapkan sesuatu, hingga hal-hal yang seharusnya disembunyikan juga diutarakan. Misalnya saja, konflik rumah tangga. Sedangkan 3

under disclosure ialah sikap terlalu menyembunyikan sesuatu yang seharusnya dikemukakan. Terlalu banyak tahu tentang orang lain, namun tidak mau bicara tentang dirinya. Bidang 4, melukiskan suatu kondisi di mana kedua belah pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka. Bidang ini adalah bidang kritis dalam komunikasi karena kita sendiri tidak mengenal diri kita, juga orang lain tidak mengetahui siapa kita. Sehingga dapat terjadi kesalahan persepsi maupun kesalahan perlakuan kepada orang lain karena tidak saling mengenal baik kelebihan dan kekurangan juga statusnya. Hubungan Harmonisasi Sebuah hubungan akan menjadi harmonis jika adanya kepercayaan , hidup berdampingan, dan mempertahankan hubungan. Untuk membangun keselarasan dan kebahagiaan dalam suatu hubungan, penting bahwa setiap orang ataupun anggota keluarga untuk menciptakan dan mengikuti setiap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan secara bersama. Adapun hal yang diperlukan agar hubungan tetap pada rel utamanya (Patton,1998: 16) yaitu: 1. Affection (kasih sayang), hal ini menunjukkan bagaimana perasaan dan memberikan diri secara tulus dan tanpa pamrih kepada seseorang. 2. Appreciation (penghargaan), mengetahui betapa penting dan berharganya seseorang. 3. Acknowledgement (pengakuan), mengakui hak seseorang dan menghormati perasaannya. 4. Absolute (kemutlakan), komitmen nyata terhadap hubungan dan mempertahankan tujuan utamanya. 5. Acceptance (penerimaan), memberi kesempatan kepada orang lain untuk berkembang dan memenuhi ambisinya serta menciptakan ruang untuk mencapai semuanya. 6. Action (tindakan), berusaha agar hubungan menjadi harmonis dan selalu mencari caracara untuk meningkatkan hubungan tersebut. Dengan adanya ketentuan di atas dan didukung dengan komunikasi antarpribadi maka hubungan yang terjalin akan tetap harmonis dengan rasa kekeluargaan dan dukungan yang baik. Membangun hubungan dalam berkomunikasi sangat diperlukan agar setiap hubungan menjadi menyenangkan dan membahagiakan. Maka, kejujuran dalam suatu hubungan juga diperlukan untuk menciptakan hubungan yang harmonis. Dalam penelitian ini, hubungan harmonisasi yang terjalin antara mahasiswa dan orangtuanya akan diketahui dari beberapa hal di atas. Jika mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah melakukan beberapa hal di atas maka hubungan mereka dapat dikatakan harmonis, dan sebaliknya jika mereka tidak melakukan hal tersebut maka hubungan di antara mahasiswa dan orangtuanya tidak dapat dikatakan memiliki hubungan yang harmonis. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong pada penelitian kualitatif deskriptif. Metode ini diharapkan akan menghasilkan pendeskripsian yang sangat mendalam, karena ditajamkan dengan analisis kualitatif. Metode penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan utama menggunakan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Hikmat, 2011: 36). Subjek penelitian ini merujuk pada informan ataupun responden yang akan dimintai keterangan mengenai penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua. Informan tersebut kemudian dikategorikan dengan pertimbangan jarak, di antara orang tua dan mahasiswa yang tinggal terpisah yaitu mereka tinggal di kota yang berbeda serta lamanya waktu mahasiswa dan orang tua yang tinggal 4

terpisah yaitu mahasiswa yang sudah tinggal terpisah dengan orangtuanya selama dua tahun atau lebih. Hal ini, karena mahasiswa yang sudah tinggal terpisah dengan orangtua selama dua tahun atau lebih akan lebih banyak menghadapi konflik di tempat studi atau pun di tempat mahasiswa tersebut kost. Adapun lokasi penelitian yang dilakukan adalah pada mahasiswa dari beberapa universitas yang berada di Kota Medan dan mereka tinggal terpisah dari orang tua. Sementara, waktu penelitian dilakukan pada tanggal 28 Mei 2013 sampai tanggal 24 Juni 2013.Data dalam penelitian didapatkan dari hasil jawaban informan dimana pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan tersebut (Moleong, 2006: 190). Setelah memperoleh seluruh data, peneliti melakukan reduksi data dari data yang didapat dari catatan di lapangan. Data yang direduksi tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas, kemudian peneliti akan menyajikan data yang telah direduksi tersebut. Setelah itu peneliti menarik kesimpulan dan memberikan penjelasan mengenai bagaimana peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa. HASIL Analisis Wawancara Penelitian tentang peran komunikasi keluarga dalam hubungan jarak jauh di antara orangtua dan mahasiswa ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, di mana peneliti menggunakan sistem bola salju (snowball) dalam memilih informan yang akan diwawancara. Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa mahasiswa yang kuliah di universitas yang berbeda, untuk mewakili beberapa universitas yang ada di Kota Medan. 1. Informan Pertama Nama : Rahmi Zuraida Usia : 22 tahun Asal Kota : Langsa, Aceh Universitas : Universitas Sumatera Utara Dari jawaban yang diberikan oleh informan pertama, diketahui bahwa komunikasi yang terjadi dalam keluarga informan pertama memanfaatkan komunikasi kultural dan sosial. Hal ini karena dalam keluarga informan pertama informan dan keluarganya menggunakan bahasa daerah yang dapat mengembangkan budaya daerah mereka dan juga orangtua dari informan juga sering memberikan nasihat kepada anaknya. Namun, tingkat keterbukaan diri informan pertama kepada keluarga sangat sedikit ketika sedang tinggal terpisah, karena informan tidak ingin membuat orangtuanya khawatir dan risau terhadap keadaannya. Komunikasi yang tetap terjalin antara orangtua dan informan membuat hubungan antara keduanya tetap baik dan harmonis, sehingga informan pertama tidak pernah mempunyai konflik pada saat kembali ke rumah. 2. Informan Kedua Nama : Yedidia Panca Pasaribu Usia : 22 tahun Asal Kota : PematangSiantar Universitas : Universitas Sumatera Utara Dari jawaban informan kedua, diketahui bahwa komunikasi keluarga ikut berperan dalam menjaga harmonisasi yang terjalin selama informan tinggal terpisah dengan orangtua. Komunikasi yang tetap terjalin antara orangtua dan informan membuat hubungan juga semakin harmonis walau orangtua tidak mengetahui bahwa informan tidak menceritakan semua masalah yang dihadapinya selama tinggal terpisah. Perubahan sikap yang terjadi pada

5

diri informan juga membuat hubungan harmonis antara orangtua dan informan semakin terjalin dengan baik. 3. Informan Ketiga Nama : Oschar Antoni Usia : 22 tahun Asal Kota : Rantau Prapat Universitas : Universitas Negeri Medan Hubungan yang terjalin antara informan ketiga dengan orangtua ternyata tetap terjalin dengan harmonis. Hubungan yang harmonis ini dapat dilihat dari bagaimana informan ketiga dimanjakan oleh orangtuanya pada saat kembali ke rumah. Walaupun tidak semua hal diceritakan oleh informan ketiga kepada orangtuanya, namun komunikasi yang terjalin tetap baik dan hal ini merupakan salah satu faktor yang mendukung hubungan tetap harmonis. Aplikasi fungsi komunikasi keluarga yang digunakan oleh informan ketiga ini lebih kepada pengaplikasian fungsi kultural, karena ketika sedang berbicara dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya dengan menggunakan bahasa daerah. 4. Informan Keempat Nama : Rimbun Anita Usia : 22 tahun Asal Kota : Jakarta Universitas : HKBP Nommensen Komunikasi keluarga yang terjalin di keluarga informan keempat ini juga mendukung terjalinnya hubungan yang harmonis di keluarga mereka. Hal ini dapat dilihat dari komunikasi yang mereka lakukan saat sedang berkumpul, mereka dapat berdiskusi dan bercanda dengan anggota keluarga lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi keluarga mereka sangat baik dan dapat menciptakan hubungan yang harmonis di keluarga mereka. Keluarga informan keempat ini juga mengaplikasikan kedua fungsi komunikasi keluarga dengan baik. Sehingga hubungan yang terjalin di keluarga mereka tetap harmonis. Meskipun informan keempat tidak menceritakan masalah yang dihadapinya, namun hal tersebut tidak membuat hubungan antara informan dan orangtua menjadi tidak baik. Hal ini karena ketika hal dan masalah yang dihadapi oleh informan ketika tinggal terpisah dari orangtua tidak diceritakan oleh informan, diketahui oleh orangtua, informan dapat menjelaskan alasannya kepada orangtua. Sehingga orangtua dari informan keempat tersebut juga dapat menerima alasan yang diberikan oleh anaknya. Perubahan yang terjadi pada diri informan juga tidak mempengaruhi hubungan harmonis di antara anggota keluarga mereka. 5. Informan Kelima Nama : Nando Purba Usia : 22 tahun Asal Kota : Sileang, Dolok Sanggul Universitas : Universitas Darma Agung Hubungan yang terjalin antara orangtua dan informan kelima ini juga sama seperti inforaman yang lainnya, di mana hubungan mereka semua tetap harmonis walaupun mereka tinggal terpisah. Informan keempat juga sama seperti informan lainnya yang berada pada bidang ketiga di jendela johari. Perubahan yang terjadi pada diri informan tidak secara langsung dirasakan oleh informan kelima ini. Namun sama seperti informan lainnya, hubungan mereka tetap harmonis. Hal ini juga yang membuat peneliti berhenti pada informan kelima untuk mewawancarai informan mahasiswa. Peneliti merasa bahwa data yang telah diterima oleh peneliti sudah jenuh, sehingga peneliti memutuskan untuk berhenti di informan kelima. Selain peneliti mewawancarai mahasiswa yang berada di beberapa universitas yang ada di Kota Medan, peneliti juga mewawancarai orangtua dari mahasiswa yang telah 6

diwawancarai melalui media telepon agar peneliti dapat membandingkan dan melihat jawaban antara mahasiswa dan orangtuanya. Peneliti juga hanya mewawancarai dua orangtua dari mahasiswa yang telah diwawancarai untuk mewakili orangtua yang lainnya. a. Informan orangtua pertama Nama : Ibu Rani Jenis Kelamin : Perempuan Orangtua dari : Rahmi Zuraida Alamat : Langsa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Informasi yang diberikan oleh Rahmi ternyata tidak semuanya sama dengan informasi yang diberikan oleh orangtua Rahmi. Informasi sama yang diberikan oleh Rahmi dan orangtuanya ialah mengenai komunikasi keluarga yang terjadi di keluarga mereka. Sedangkan informasi mengenai keterbukaan Rahmi, hubungan yang mereka rasakan dan perubahan yang mereka rasakan juga berbeda. Hal ini dapat dilihat dari informasi mengenai keterbukaan Rahmi dan ibunya, dan juga keterbukaan ibunya dengan Rahmi. Ternyata, ketika mereka tinggal terpisah Rahmi, tidak menceritakan semua hal kepada ibunya, begitu juga dengan orangtua Rahmi yang tidak menceritakan semua hal yang terjadi di rumah kepada Rahmi, dan mereka juga sama-sama tidak mengetahui bahwa mereka tidak terbuka ketika mereka tinggal terpisah. Hal lain lagi mengenai hubungan yang mereka rasakan ketika tinggal terpisah, Rahmi merasakan bahwa hubungan dirinya dengan orangtua semakin dekat dan orangtuanya semakin perhatian kepadanya,namun orangtua Rahmi merasakan hal yang berbeda dengan Rahmi. Ibu Rani merasakan bahwa hubungan mereka seperti biasa dan sama seperti sebelum mereka tinggal terpisah. Ibu Rani merasakan bahwa anaknya memliki perubahan ketika kembali ke rumah, orangtua Rahmi ini merasa bahwa anaknya yang sekarang sudah semakin dewasa. Sedangkan Rahmi tidak merasakan perubahan apapun pada dirinnya. b. Informan orangtua kedua Nama : Ibu Lina Jenis Kelamin : Perempuan Orangtua dari : Rimbun Anita Alamat : Bekasi Pekerjaan : guru Dari jawaban Ibu Lina, ternyata hubungan yang terjalin antara mereka tetap harmonis walaupun komunikasi mereka tidak setiap hari dan juga tidak semua hal ataupun masalah yang mereka hadapi diceritakan kepada pihak yang lain. Menurut orangtua, perubahan sikap Rimbun yang semakin mandiri juga tidak mempengaruhi hubungan mereka, karena menurut Ibu Lina hubungan mereka tidak ada perubahan dan masih tetap sama seperti dulu. Meskipun di antara mereka pernah hampir terjadi konflik mengenai orangtua Rimbun yang mengetahui bahwa Rimbun tidak menceritakan masalah yang dihadapinya kepada orangtua, namun karena komunikasi dan penjelasan yang baik dari Rimbun sehingga orangtua Rimbun dapat mengerti apa yang dihadapi oleh anaknya. PEMBAHASAN Komunikasi dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi hubungan harmonisasi di antara anggota keluarga. Jika dalam sebuah keluarga memiliki komunikasi yang baik, maka hubungan yang terjadi dalam keluarga tersebut akan harmonis. Walaupun suatu saat salah satu anggota keluarga akan tinggal terpisah dengan keluarganya hubungan mereka akan tetap harmonis jika komunikasi masih tetap terjalin. Pada penelitian ini, komunikasi yang terjalin di keluarga informan yang telah diwawancarai oleh peneliti mempunyai komunikasi keluarga yang baik. Hal ini karena dalam keluarga informan yang telah diwawancarai telah 7

mengaplikasikan fungsi dari komunikasi keluarga tersebut. Fungsi komunikasi yang paling sering digunakan yaitu fungsi komunikasi kultural. Menurut Djamarah (2004: 37) fungsi komunikasi kultural merupakan komunikasi yang digunakan untuk memelihara, mengembangkan dan mewariskan budaya yang ada. Hal ini dapat diketahui bahwa dalam setiap keluarga informan yang telah diwawancarai mereka selalu menggunakan bahasa daerah ketika sedang berkumpul di rumah. Orangtua dari informan mahasiswa juga mempunyai keinginan untuk mewariskan bahasa daerah tersebut kepada anak-anaknya dengan cara mengajarkan mereka bahasa daerah. Selain mengembangkan bahasa daerah sebagai fungsi komunikasi secara kultural, beberapa keluarga juga menggunakan fungsi komunikasi sosial. Fungsi komunikasi keluarga secara sosial digunakan untuk membangun konsep diri dan aktualisasi diri. Pada beberapa keluarga fungsi ini terjadi ketika mereka berkumpul dan terjadi diskusi dalam keluarga mereka, selain itu hal ini juga terjadi ketika para orangtua memberikan nasihat kepada anakanaknya. Sehingga pada saat itu orangtua akan membantu membangun dan mengembangkan konsep diri dan aktualisasi diri pada anak-anak mereka. Penggunaan fungsi komunikasi keluarga yang baik dan benar tersebutlah yang membantu hubungan harmonisasi mereka, walaupun mereka tinggal terpisah. Sehingga ketika orangtua dan mahasiswa tinggal terpisah, hubungan mereka tetap harmonis dan komunikasi mereka juga tetap berjalan dengan baik. Pada awalnya hubungan jarak jauh yang terjadi di antara mahasiswa dan orangtua memang membuat mereka sedih dan tidak ingin tinggal terpisah, namun seiring berjalannya waktu mereka akhirnya dapat menjalani hal tersebut. Hal ini karena orangtua ingin anaknya mendapat pendidikan yang layak dan sesuai dengan apa yang dicita-citakan anaknya, sedangkan anaknya ingin menggapai cita-cita dengan berkuliah di jurusan dan universitas yang dirinya inginkan. Ketika tinggal terpisah, walaupun komunikasi yang terjalin di antara mahasiswa dan orangtuanya tetap baik, namun tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa ternyata tidak terbuka dalam setiap hal yang dialaminya kepada orangtuanya. Hal ini dapat diketahui pada saat peneliti mewawancarai informan mahasiswa, mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin menceritakan setiap masalah yang dialaminya kepada orangtua karena mereka merasa masih bisa untuk menyelesaikan masalah tersebut dan juga tidak ingin membuat orangtua menjadi cemas terhadap keadaan mereka. Hal seperti ini, jika dianalisis dari teori self disclosure yang dijelaskan oleh Alo Liliweri (1991: 53) menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Maka hal ini juga terjadi pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtuanya. Jika dilihat dari jendela johari (Johari Window) maka informan mahasiswa pada penelitian ini berada pada bidang tersembunyi, di mana mahasiwa menyembunyikan masalah yang dihadapinya ketika tinggal terpisah dari orangtua. Namun pada beberapa mahasiswa masalah yang mereka sembunyikan tersebut juga sempat diketahui oleh orangtua. Hal inilah yang menurut informan hampir menjadi konflik dalam keluarga mereka, tetapi karena informan mahasiswa tersebut dapat menjelaskan dan mengkomunikasikan alasannya kepada orangtua, maka orangtua dapat mengerti keadaan yang dihadapi oleh anaknya, sehingga hal tersebut tidak menjadi konflik di antara mereka. Komunikasi yang berjalan dengan baik dapat mengurangi terjadinya konflik dalam keluarga, selain itu komunikasi yang baik juga dapat membuat hubungan menjadi harmonis. Hubungan yang harmonis di antara mahasiswa dan orangtuanya ketika tinggal terpisah dapat terjadi jika mahasiswa dan orangtuanya memiliki intensitas komunikasi yang baik. Hal inilah yang terjadi pada mahasiswa yang diwawancarai oleh peneliti. Semua informan yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa hubungan mereka tetap harmonis, baik pada saat tinggal terpisah maupun ketika mahasiswa kembali ke rumah. Hubungan harmonis ini

8

diketahui karena ada hal yang dilakukan oleh orangtua dan mahasiswa agar hubungan mereka tetap pada rel utamanya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua dapat diketahui dari bagaimana sebuah keluarga mengaplikasikan fungsi komunikasi keluarga. Pengaplikasian fungsi komunikasi keluarga yang baik akan membentuk konsep diri yang baik pada setiap anggota keluarga. Pengaplikasian fungsi komunikasi keluarga pada penelitian ini seperti, menggunakan bahasa daerah ketika sedang berkumpul dengan keluarga, sering melakukan diskusi dengan keluarga, dan memberikan saran terhadap masalah yang dihadapi anggota keluarga. 2. hubungan harmonisasi yang tercipta antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah dapat diketahui ketika mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtuanya kembali kerumah. Ketika kembali ke rumah, ada mahasiswa yang merasa bahwa hubungan dirinya dengan orangtua semakin dekat dan ada juga mahasiswa yang merasa bahwa hubungan dirinya dengan orangtua biasa saja atau sama seperti ketika mereka belum tinggal terpisah. Tetapi secara umum, hubungan mereka semua baik, hal ini dapat diketahui ketika mahasiswa kembali ke rumah orangtua mereka memberikan perhatian lebih kepada anaknya misalnya dengan cara menawarkan makanan kesukaan anaknya. 3. Mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtuanya memilih untuk tidak menceritakan semua hal dan masalah yang dihadapinya. Hal ini karena mahasiswa takut membuat orangtuanya menjadi cemas dan khawatir terhadap keadaan anaknya. Sehingga jika dilihat dari sisi jendela Johari, dapat diketahui bahwa ketika tinggal terpisah dengan orangtua, banyak mahasiswa yang berada pada bidang tersembunyi. Namun, dari penelitian yang dilakukan walaupun mahasiswa berada pada bidang tersembunyi, hubungan yang terjalin dengan orangtua tetap harmonis. Hal ini karena, hal yang disembunyikan oleh mahasiswa tersebut tidak diketahui oleh orangtua dan juga ada yang menjelaskan alasannya kepada orangtua tentang hal atau masalah yang disembunyikan tersebut. 4. Perubahan sikap yang terjadi pada mahasiswa ketika kembali ke rumah ternyata tidak mempengaruhi hubungan di antara orangtua dan mahasiswa. Hal ini karena para orangtua merasa perubahan sikap yang terjadi pada diri anaknya tidak menuju ke arah negatif, melainkan ke arah yang positif. Para orangtua merasa bahwa ketika kembali ke rumah anaknya semakin dewasa dan mandiri, sehingga hubungan mereka juga tetap harmonis. SARAN 1. Mengingat bagaimana membuat hubungan yang harmonis tetap terjaga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtuanya, maka diharapkan agar mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtuanya tetap menjaga komunikasi di antara mereka. Sehingga ketika mahasiswa tersebut tinggal terpisah dengan orangtua dan juga ketika kembali ke rumah hubungan yang terjalin di antara mereka tetap harmonis. 2. Mahasiswa yang sedang tinggal terpisah dengan orangtua baiknya juga dapat mengubah sikapnya ke arah yang lebih positif agar orangtua dapat lebih senang melihat perubahan yang terjadi pada diri anaknya ketika kembali ke rumah. Sehingga hal ini juga dapat membantu proses pendewasaan pada diri mahasiswa tersebut.

9

Daftar Referensi Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Gunarsah, Singgih. 2003. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. ______________. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hikmat, Mahi. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Patton, Patricia. 1998. Kecerdasan Emosional Membangun Hubungan. Jakarta: Pustaka Delapratasa. Willis, Sofyan. 2011. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.

10