1 PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA AKPER TERHADAP

Download Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien setelah 3x24 jam dilakukan perawatan. Infeksi nosokomial flebitis berkaitan dengan...

0 downloads 448 Views 189KB Size
 

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA AKPER TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL FLEBITIS Sella Gita Aditi 1 Hana Rizmadewi Agustina 1 Afif Amir Amarullah 1 1 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien setelah 3x24 jam dilakukan perawatan. Infeksi nosokomial flebitis berkaitan dengan tindakan invasif, seperti pemasangan infus. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah flebitis, terjadi hingga 75% pada pasien yang dirawat. Pemasangan infus di RSHS dilakukan oleh perawat dan mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani praktik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa akper terhadap pencegahan flebitis. Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan sampel sebanyak 63 responden yang diambil dengan teknik proportional random sampling. Hasil penelitian menggambarkan pengetahuan mahasiswa dengan kategori kurang (66.67%), cukup (26.98%), dan baik (6.35%). Sedangkan untuk sikap dengan kategori mendukung (53.97%) dan tidak mendukung (46.03%). Institusi keperawatan diharapkan dapat meningkatkan informasi mengenai materi pencegahan infeksi nosokomial, khususnya flebitis, ke dalam materi perkuliahan. Sedangkan untuk pihak rumah sakit, diharapkan juga untuk mensosialisasikan kembali kepada mahasiswa tentang pencegahan flebitis. Kata Kunci : infeksi nosokomial, flebitis, mahasiswa keperawatan, pengetahuan, sikap ABSTRACT Nosocomial infections are infections that patients acquired after 3x24 hours after hospitalization. Nosocomial infections associated with invasive procedures, which is intravenous therapy. The most frequent complication is phlebitis, occurring up to 75% in treated patients. Intravenous therapy is not only done by nurses, but also by nursing students undergoing the practice in the hospital. The purpose of this research was to reveal the knowledge and attitude of nursing students who are undergoing the practice about the prevention of phlebitis in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. This research design was quantitative descriptive research. The research was conducted with a sample of 63 respondents, with the proportionate random sampling technique. Technique of data collecting was by questionnaires. The result showed that respondents have less knowledge (66.67%), enough knowledge (26.98%), and good knowledge (6.35%). While for attitude category of favorable (53.97%) and unfavorable (46.03%). It is recommended for nursing institution to deliver more information and teaching materials related to nosocomial infection, especially phlebitis. While for the hospital, is also expected to socialize nursing students about the prevention of phlebitis. Keywords: nosocomial infection, phlebitis, nursing students, knowledge, attitude

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

1  

 

PENDAHULUAN Infeksi nosokomial biasa disebut juga sebagai infeksi rumah sakit (hospitalacquired infection) yaitu infeksi yang bukan terjadi atau tidak sedang dalam masa inkubasi ketika seseorang masuk rumah sakit, melainkan infeksi yang diperoleh saat sudah di rumah sakit (Hindley, 2004). Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0% (Ducel, G. et al, 2002). Sedangkan di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Robert Utji (2004) di sebelas rumah sakit di DKI Jakarta, menunjukkan bahwa 9,8 % pasien dirawat inap mendapat infeksi baru selama dirawat. Infeksi rumah sakit berkaitan dengan berbagai prosedur tindakan invasif. Salah satu tindakan invasif yang paling sering dilakukan di rumah sakit ialah pemasangan infus. Infus sebagai salah satu terapi intravena merupakan prosedur yang paling sering dilakukan di seluruh rumah sakit di dunia (Uslusoy, 2006). Menurut Wilson tahun 2001, lebih dari 60% pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi melalui jalur intravena (Hindley, 2004). Tujuan dilakukannya intervensi pemasangan kateter intravena (infus) adalah untuk mengatasi keadaan dehidrasi, pemberian makanan, atau jalan untuk memasukkan obatobatan (Dougherty, 2008). Apabila pemberian cairan IV dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memulai, mengatur, dan mempertahankan sistem. Perawat juga harus mengoreksi masalah serta menghentikan infus (Potter & Perry, 2005 : 1647). Adapun berbagai komplikasi dalam pemasangan infus yang sering terjadi antara lain : (a) Hematoma, yaitu darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

2  

 

pembuluh darah arteri, vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah. (b) Infiltrasi, yaitu masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. (c) Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar. (d) Emboli udara, yaitu masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah. (e) Flebitis, yaitu inflamasi pada vena (Smeltzer & Bare, 2002). Komplikasi yang paling sering terjadi akibat pemasangan infus adalah flebitis, terjadi hingga 75% pada pasien yang dirawat (Sutariya & Berk, 2002). Uslusoy, 2008 juga mengatakan bahwa angka kejadian flebitis akibat kateterisasi intravena mencapai 41,8 % (Maki & Ringer, 1991) ; 64,7 % (Kocaman & Sucuoglu, 1992) ; 62 % (Lundgren, et al, 1993) ; 67,2 % (Karadeniz, et al, 2003) ; dan 68,8 % (Selimen, et al, 1995). Terapi IV menimbulkan resiko yang berpotensial pada patient safety, terkait dengan resiko yang berbeda-beda dari komplikasi kecil hingga kematian. Untuk menekan resiko terkait dengan terapi infus, resiko-resiko perlu untuk diidentifikasi dan dikelola (Ingram, 2005). Dalam Prevention of Bloodstream Infections, 2008 dijelaskan lebih terperinci mengenai hal-hal apa saja yang direkomendasikan untuk dilakukan dan tidak dilakukan berkaitan dengan pemasangan infus yang meliputi mengikuti pendidikan dan pelatihan mengenai terapi infus, kebersihan tangan, pemilihan lokasi vena, mempertahankan teknik aseptik selama insersi kateter, monitoring area dipasangnya infus, dan penggantian infus serta balutan. Penting bagi para petugas kesehatan untuk mengetahui tindakan-tindakan spesifik untuk mencegah infeksi nosokomial flebitis yang berhubungan dengan IV, termasuk mahasiswa keperawatan

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

3  

 

yang sedang praktik, bahkan pada ruangan-ruangan perawatan tertentu dimana banyak terdapat mahasiswa dari berbagai institusi yang sedang menjalani praktik, pemasangan infus lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa keperawatan yang sedang praktik dibanding oleh perawat. Berbagai intervensi atau tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial flebitis pada pasien yang akan atau sudah terpasang infus merupakan suatu bentuk dari perilaku. Menurut L. Green tahun 1980 dalam Notoatmodjo (2003) perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh faktor predispoding, faktor enabling, dan faktor reinforcing. Faktor predisposing yaitu meliputi pengetahuan, sikap, tradisi, dan nilai. Faktor enabling terdiri dari ketersediaan sarana prasarana, sedangkan faktor reinforcing berupa peraturan, UU, sikap dan perilaku tenaga kesehatan lain. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran serta sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003). Kurangnya pengetahuan terhadap suatu objek tertentu karena kurangnya informasi yang didapatkan, menyebabkan seseorang tidak dapat memprediksi arah kejadian selanjutnya sehingga mempengaruhi sikap yang ia tentukan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, bahwa data yang peneliti temukan dari Tim Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah Sakit pada tahun 2010 yaitu kejadian flebitis menempati infeksi nosokomial tertinggi dengan proporsi 53,42% dari semua infeksi di rumah sakit tersebut. Data yang peneliti temukan di ruang rawat bedah umum kelas III (KANA) yaitu pada tahun 2010 pada enam bulan terakhir kejadian flebitis terjadi sekitar 8,46%, dan pada tahun 2011 sekitar 2,25%. Sedangkan angka kejadian flebitis di ruang rawat bedah wanita (Kemuning Lantai 3) pada tahun 2010 selama enam bulan terakhir yaitu

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

4  

 

1,87%. Angka ini masih berada di atas standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI yaitu dibawah atau sama dengan 1,5% (Depkes RI, 2008). Dari hasil studi deskriptif Lubis, Chyntria tahun 2011, bahwa dari 48 kegiatan proses pemasangan infus yang diteliti, 37 pemasangan infus dilakukan oleh mahasiswa, dan 11 pemasangan infus dilakukan oleh perawat, di ruang rawat bedah wanita, gedung Kemuning RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, dan didapatkan 100% pelaksanaan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh rumah sakit itu sendiri. Berdasarkan penelitian tersebut, didapatkan bahwa kegiatan pemasangan infus lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa dibandingkan oleh perawat ruangan. Setelah melakukan observasi lanjutan, peneliti menemukan bahwa empat dari delapan mahasiswa keperawatan yang sedang praktik lupa mencuci tangan pada saat sebelum melakukan tindakan ataupun sesudah tindakan, dua mahasiswa tidak mencatat tanggal pemasangan infus pada balutan, lima mahasiswa mengabaikan teknik aseptik saat mengoplos obat. Pada saat diwawancarai, empat mahasiswa mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa itu flebitis, dua mahasiswa lainnya mengatakan bahwa flebitis itu adalah gumpalan darah yang menyumbat aliran infus, sedangkan yang menjawab flebitis adalah pembengkakan pada vena hanya satu mahasiswa. Lima mahasiswa tersebut juga mengatakan tidak pernah mengganti balutan IV karena tidak tahu bahwa jika balutan IV tidak secara rutin diganti akan meningkatkan resiko terjadinya flebitis. Mereka juga mengatakan hanya mengetahui cara memasang infus sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) dan cara-cara membenarkan aliran infus yang macet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa D-III keperawatan yang sedang menjalani praktik terhadap pencegahan infeksi nosokomial flebitis di ruang rawat bedah umum kelas III (KANA), ruang rawat

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

5  

 

bedah saraf (Kemuning Lantai 2) dan ruang rawat bedah wanita (Kemuning Lantai 3) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan sampel berjumlah 63 responden. Pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling dengan menggunakan rumus Slovin. Kriteria sampel yang menjadi responden peneliti adalah: 1. Mahasiswa Keperawatan yang sedang menempuh jenjang D-III. 2. Mahasiswa Keperawatan yang telah menempuh minimal tingkat 2 (tahun kedua). Instrumen yang digunakan berupa angket/kuesioner. Kuisioner untuk variabel pengetahuan diukur dengan menggunakan daftar pertanyaan multiple choice dengan masing-masing pertanyaan memiliki 1 jawaban benar dari 3 pilihan jawaban yang tersedia. Untuk setiap jawaban benar mendapat skor 1 dan setiap jawaban yang salah bernilai 0. Hasil lalu dipresentasikan dan selanjutnya data hasil persentasi dimasukkan dalam kategori menurut Arikunto, 2002 yaitu baik (76% - 100), cukup (60% - 75%), dan kurang (< 60%). Sedangkan untuk variabel sikap diukur dengan menggunakan skala likert. Dimana pengolahannya menggunakan skoring menurut Azwar, 2003 dengan ketentuan sebagai berikut: •

Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Entahlah = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1 untuk pernyataan positif (favorable).



Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Entahlah = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat Tidak Setuju = 5 untuk pernyataan negatif (unfavorable).

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

6  

 

Setelah dihitung nilai mean, selanjutnya dimasukkan kedalam kategori mendukung atau favorable (nilai T ≥ mean) dan tidak mendukung atau unfavorable (nilai T < mean). Kuesioner untuk variabel pengetahuan menggunakan uji validitas isi, dari 33 soal pertanyaan yang diajukan, didapatkan 32 soal pertanyaan penelitian setelah dilakukan perbaikan. Sedangkan untuk variabel sikap dilakukan validitas konstruk, yaitu menggunakan rumus Pearson Product Moment. Hasil uji konstruk pada 30 soal pernyataan didapatkan 26 soal yang dinyatakan valid, dengan nilai koefisien validitasnya adalah dari rentang nilai 0,304 hingga 0,743. Setelah itu dilakukan perbaikan dan didapatkan 30 soal pernyataan penelitian. Uji reliabilitas untuk variabel sikap dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach. Hasil uji Reliabilitas didapatkan hasil yang reliabel yaitu pada hasil 0,779. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis univariat. Lokasi penelitian yang digunakan adalah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 s/d 18 Juni 2012.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pernah Memasang Infus atau Tidak No.

Tingkat Pendidikan

F

%

Pernah Memasang Infus

F

%

1.

Tingkat II

25

39.68

Sudah Pernah

55

87.30

2.

Tingkat III

38

60.32

Belum Pernah

8

12.70

Total

63

100

Total

63

100

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

7  

 

2. Pengetahuan dan Sikap Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Sikap Responden No.

Pengetahuan

F

%

Sikap

F

%

1.

Baik

4

6.35

Mendukung

34

53.97

2.

Cukup

17

26.98

Tidak 29

46.03

3.

Kurang

42

66.67

Mendukung

63

100

Total

63

100

Total

Hasil penelitian pada bulan Juni 2012 terhadap 63 orang mahasiswa D-III keperawatan yang sedang menjalani praktik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, didapatkan gambaran pengetahuan responden tentang pencegahan infeksi nosokomial flebitis yaitu dalam kategori kurang (42 responden atau 66.67%). Hasil ini Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriya, Ade (2011) dengan jumlah sampel sebanyak 59 mahasiswa keperawatan di Universitas Sumatera Utara sebagai responden yang memiliki pengetahuan tentang pemasangan terapi intravena mencegah flebitis dalam kategori baik sebanyak 74,6% dan kategori sedang sebanyak 25,4%. Banyak faktor yang memungkinkan kurangnya pengetahuan mahasiswa D-III keperawatan yang sedang menjalani praktik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pendidikan dan informasi pendukung tentang pencegahan infeksi nosokomial flebitis di perkuliahan. Institusi pendidikan memiliki kewajiban untuk mendidik dan memberikan informasi secara spesifik kepada mahasiswanya tentang pencegahan infeksi nosokomial, salah satunya adalah flebitis, sebagai bekal yang mendasar sebelum mahasiswa terjun untuk praktik di rumah sakit dan berhubungan langsung dengan pasien. Hal inilah yang perlu di evaluasi oleh

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

8  

 

institusi pendidikan agar para mahasiswanya mengetahui pencegahan infeksi nosokomial flebitis yang meliputi hand hygiene, tindakan aseptik pada saat pemasangan infus, tindakan aseptik pada saat pemberian obat melalui infus, pemilihan dan pergantian lokasi infus dan balutan, monitoring area dipasangnya infus, dan tindakan aseptik pada saat mengganti balutan IV. Pendidikan tentang pengetahuan tersebut harus diberikan secara jelas dan lengkap oleh pihak institusi keperawatan, dan disosialisasikan kembali oleh pihak Tim PPIRS pada saat penerimaan mahasiswa keperawatan yang akan menjalani praktik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, mengingat sangat pentingnya pencegahan infeksi nosokomial, khususnya flebitis, yang masih menjadi trend issue di dunia pelayanan kesehatan. Hasil penelitian yang menunjukkan banyaknya mahasiswa keperawatan yang belum tahu tentang standar pencegahan infeksi nosokomial flebitis, dapat disimpulkan bahwa masih perlunya upaya peningkatan pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani praktik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tentang pencegahan infeksi nosokomial flebitis. Faktor pencetus kedua yang dianggap menjadi dasar seseorang dalam berperilaku adalah sikap. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Berdasarkan hasil penelitian dari 63 responden, sebagian responden yaitu sebanyak 34 orang (53.97%) memiliki sikap yang mendukung terhadap pencegahan infeksi nosokomial flebitis. Sikap yang mendukung tersebut, mungkin dipengaruhi oleh pengetahuan, kebijakan, fasilitas, komitmen, niat, keyakinan, nilai yang dianut, motivasi, faktor budaya, serta tuntutan pekerjaan yang menuntut setiap calon perawat untuk bersikap profesional. Dalam hal ini lebih banyaknya responden yang memiliki pengetahuan kurang tidak bisa dijadikan dasar yang kuat,

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

9  

 

tidak selalu pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang positif (mendukung) pada seseorang. Selain itu, sikap yang mendukung tidak hanya diperoleh melalui pengetahuan saja namun diperlukan proses yang meliputi kesediaan dan internalisasi (Azwar, 2003). Hasil analisis tentang komponen-komponen sikap pada instrumen penelitian yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan konatif menunjukkan bahwa dari ketiga aspek tersebut, responden kurang dalam aspek kognitif sikap. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek afektif dan konatifnya sendiri sudah cukup baik sehingga yang harus diperbaiki adalah dari aspek kognitif sikapnya. Untuk memperbaiki aspek kognitif sikapnya, maka hal ini berkaitan dengan aspek pengetahuan, dimana pengetahuan responden akan mempengaruh sikap yang ia tentukan. Karena itu, pemberian informasi yang mendukung akan sangat membantu untuk kurangnya aspek kognitif ini. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran serta sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003). Begitu pula dalam menerapkan standar pencegahan infeksi nosokomial flebitis, dengan didasari sikap yang positif maka mahasiswa cenderung untuk mengikuti seluruh aturan dan anjuran dalam menerapkan standar tersebut di rumah sakit. Untuk itu, agar program pencegahan infeksi nosokomial, khususnya flebitis, bisa berjalan dengan baik maka sikap mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani praktik di rumah sakit harus ditingkatkan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pencegahan infeksi nosokomial flebitis. Dalam penelitian yang telah dilakukan, terdapat keterbatasan pada saat penelitian yaitu dalam menentukan responden, peneliti hanya mengambil responden pada tingkat pendidikan jenjang D-III keperawatan saja, hal ini dikarenakan karena

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

10  

 

tidak adanya responden pada tingkat pendidikan jenjang S1 keperawatan pada saat penelitian.

SIMPULAN Pengetahuan mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani praktik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung terhadap pencegahan infeksi nosokomial flebitis, dari 63 responden hanya sebagian kecil dari responden atau sebanyak 4 orang (6.35%) yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik, sebagian kecil dari responden atau sebanyak 17 orang (26.98%) memiliki pengetahuan dalam kategori cukup, dan sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 42 orang (66.67%) memiliki pengetahuan yang kurang. Sikap mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani praktek di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, dari 63 responden, sebagian responden yaitu sebanyak 34 orang (53.97%) mendukung terhadap pencegahan infeksi nosokomial flebitis dan hampir setengahnya dari responden atau sebanyak 29 orang (46.03%) lainnya tidak mendukung terhadap pencegahan infeksi nosokomial flebitis.

SARAN 1. Untuk Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan agar sistem pendidikan dapat menyiapkan lulusan perawat yang memenuhi kompetensi dengan cara meningkatkan informasi secara lebih spesifik mengenai materi pencegahan infeksi nosokomial, khususnya flebitis, dan meningkatkan kompetensi skill lab mahasiswa mengenai standar praktek pemasangan infus, meliputi cara pemasangan infus sesuai

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

11  

 

Standar Operasional Prosedur (SOP) dan pengelolaannya dalam upaya pencegahan komplikasi akibat pemasangan infus. 2. Untuk Pihak RSHS Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak rumah sakit untuk mengoptimalkan pelayanan keperawatan terhadap pasien dengan mensosialisasikan kembali pencegahan infeksi nosokomial kepada semua staff tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien, termasuk mahasiswa keperawatan,

mengevaluasi

pelaksanaan

standar

operasional

prosedur

(SOP)

pemasangan infus, membuat standar operasional prosedur (SOP) tentang perawatan kateter intravena (pengelolaan infus), mencantumkan informasi pendukung berupa poster dan menyosialisasikan kembali kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya, khususnya mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat. 3. Untuk Mahasiswa keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk mahasiswa keperawatan agar meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan infeksi nosokomial flebitis. Bagi mahasiswa

yang

memiliki

sikap

yang

mendukung

diharapkan

bisa

terus

mempertahankan dan meningkatkannya untuk meminimalisir kejadian infeksi nosokomial, khususnya flebitis. 4. Untuk Penelitian Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan evaluasi terhadap pencegahan infeksi nosokomial flebitis di rumah sakit.

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

12  

 

UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyelesaian artikel ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan yang baik ini perkenankan penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Ibu Hana Rizmadewi Agustina S.Kp., M.N., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan arahan serta motivasi. Terima kasih untuk segala kebaikan yang diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melapangkan dan memudahkan jalan kebaikan kepada Ibu dalam menghadapi segala urusan. 2. Bapak Afif Amir Amarullah S.Kp., M.Kes., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, pengarahan & saran. Semoga Allah SWT melimpahkan kebahagiaan kepada Bapak dan keluarga. 3. Ibu Maria Komariah S.Kp., M.Kes., Bapak Irman Somantri S.Kp., M.Kep., dan Ibu Wiwi Mardiah, S.Kp., M.Kes, selaku dosen pembahas yang telah memberikan banyak masukan, saran serta kritik yang membangun dalam penyusunan penelitian ini. 4. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan izin sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini, serta kepada Kepala Ruangan Ruang Rawat Bedah Umum Kelas III (Kana), Kepala Ruangan Ruang Rawat Bedah Saraf, dan Kepala Ruangan Ruang Rawat Bedah Wanita, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini. 5. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. 6. Keluarga tercinta, Mama dan Alm. Papa serta kedua Adikku tersayang. Terima kasih atas doa dan dukungannya selama penulis menyusun penelitian ini. 7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 dan sahabat-sahabat serta teman-teman yang penulis sayangi. 8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala kontribusi, motivasi, bimbingan dan saran selama penulis menyelesaikan penelitian ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan.

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

13  

 

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, S. 2002. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dougherty, L. 2008. Peripheral cannulation. Nursing Standard. 22, 52, 49-56. Date of acceptance: July 21 2008. Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response : 2002 Hindley, G. 2004. Infection Control in Peripheral Cannulae. Nursing Standard. 18, 27, 37-40. Date of Acceptance: December 18 2002. Indriya, Ade. 2010. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tentang Teknik Pemasangan Dan Perawatan Kateter Intravena Mencegah Flebitis. Ingram, Paula; Lavery, Irene. Peripheral intravenous therapy: key risks and implications for practice. Nursing Standard 19. Â46 (Jul 27-Aug 2, 2005): 55-64; quiz 66. Kozier, Barbara, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC. Lubis, Chyntria. 2011. Gambaran Proses Pemasangan Infus di Ruang Bedah Umum Wanita, Gedung Jamkesmas RSUP Hasan Sadikin Bandung. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia. http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pdf_rs/kepmenkes%20129%20tahun% 20200 8%20-%20spm%20rs.pdf. (diakses tanggal 26 Januari 2012). Notoatmodjo, S. 2003b. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : P.T. Rineka Cipta. Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC. Prevention of bloodstream infections. In : Betsy Lehman Center for Patient Safety and Medical Error Reduction, JSI Research and Training Institute, Inc. Prevention and control of healthcare-associated infections in Massachusetts. Part 1: final recommendations of the Expert Panel. Boston (MA): Massachusetts Department of Public Health; 2008 Jan 31. p. 69-82. Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC. Sutariya B, Berk W. Vascular access. In: Tintinally J, Kelen G, Stapczynski S, eds. Emergency Medicine. 5th ed. New York : McGraw-Hill, 2000:103-4. Uslusoy, Esin & Mete, Samiye. Predisposing factors to phlebitis in patients with peripheral intravenous catheters: A descriptive study. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners 20. 4 (Apr 2008): 172-80.

Sella Gita Aditi, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21) [email protected]

14