1 PERAN KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN

Download dalam komunikasi kelompok sehingga mempengaruhi minat belajar anak dan remaja. .... buku referensi, jurnal, tulisan dan melalui media inter...

0 downloads 600 Views 103KB Size
PERAN KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR (Studi Kualitatif Tentang Program Bantuan Belajar Gratis LSM Yayasan Abdi Satya Di Kecamatan Pantai Cermin) Rossa Dame Hasian Sarumaha 110922030 Abstrak Penelitian yang berjudul Peran Komunikasi Kelompok dalam Meningkatkan Minat Belajar: Sebuah Studi Kualitatif tentang Program Bantuan Belajar Gratis LSM Yayasan Abdi Satya di Kecamatan Pantai Cermin, adalah penelitian yang mengkaji bagaimana peranan komunikasi kelompok dalam meningkatkan minat belajar dikalangan anak dan remaja. Penelitian ini difokuskan pada hubungan persahabatan dengan batasan pada perhatian, perasaan dan motivasi yang terjalin dalam komunikasi kelompok sehingga mempengaruhi minat belajar anak dan remaja.Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma klasik (postpositivisme) yang bebas nilai melalui interview, dan observasi. Pemilihan kesembilan informan dilakukan dengan metode samplingrandom dan dibantu dengan beberapa rekomendasi dari pihak pengajar YAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kesembilan informan utama (peserta kelompok belajar) dan tiga informan tambahan (staff pengajar YAS), hubungan persahabatan melibatkan rasa perhatian dan perasaan senang dengan sesama anggot kelompok belajar dapat meningkatkan minat belajar anak dan remaja. Perubahan sikap dan motivasi dalam belajar ini terlihat dari kerajinan dan kehadiran anak – anak dalam mengikuti kelompok belajar dan seiring nilai prestasi belajar yang meningkat baik di dalam kelompok belajar mereka dan prestasi di sekolah. Minat belajar anak dan remaja juga terlihat tinggi dengan sikap yang antusias dan membiasakan diri untuk berdiskusi dan aktif dalam perlombaan pelajaran yang diadakan intern YAS maupun di luar kelompok belajar YAS. Kata Kunci: Komunikasi Kelompok, Groupthink, Minat belajar, LSM PENDAHULUAN Konteks Masalah Yayasan Abdi Satya merupakan salah satu LSM yang memiliki visi dan misi meningkatkan kualitas pendidikan bagi masyarakat (keluarga) yang kurang mampu. Melalui program belajar gratis yang mereka lakukan, yayasan Abdi Satya menjadi perpanjangan tangan pemerintah bahkan lembaga pendidikan sekolah untuk menggali bakat dan minat belajar anak-anak yang mengikuti program belajar gratis ini. Yayasan Abdi Satya yang berlokasi di kecamatan Pantai Cermin dipilih berdasarkan adanya beberapa desa yang penduduknya masih belum begitu perduli pentingnya pendidikan oleh karena tingkat perekonomian masyarakat yang masih rendah. Lokasi sekolah yang juga cukup jauh dari pemukiman penduduk juga menjadi faktor penghambat untuk anak-anak di kecamatan Pantai Cermin untuk bersekolah. Berdasarkan uraian penjelasan di atas, peneliti merasa 1

1

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peranan komunikasi kelompok dalam meningkatkan minat belajar anak yang menjadi peserta program belajar gratis ini melalui dorongan kelompok kecil dan persahabatan yang terjalin dalam kelompok belajar mereka. Fokus Masalah Perumusan masalah ini bertujuan untuk membatasi pembahasan penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam memfokuskan topik yang telah ditentukan. Berdasarkan latar belakang dari uraian di atas maka fokus masalah penelitian ini adalah berikut: 1. Fokus penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana peranan komunikasi kelompok dalam meningkatkan minat belajar anak dan remaja. 2. Minat belajar yang dimaksudkan dalam penelitiaan ini terbatas pada perhatian, perasaan dan motivasi. 3. Responden penelitian ini adalah kelompok-kelompok belajar yang terdaftar pada Program Belajar Gratis yang berorentasi pada hubungan persahabatan. 4. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai selesai. KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Kelompok Kecil Kelompok kecil seperti kelompok diskusi atau belajar merupakan kelompok yang belum terorganisir misalnya, tiga atau empat orang berdiskusi atau, sepuluh orang yang mengadakan rapat juga merupakan kelompok kecil tetapi bukan organisasional (Arifin, 1998). Kelompok menentukan cara seseorang berbicara, berpakaian, bekerja dan juga mempengaruhi emosi seseorang suka dan duka. Komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran (Rahmat, 2007). Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi. Secara umum Jalaluddin Rahmat (2007) membagi kelompok atas tiga klasifikasi kelompok yaitu: 1. Kelompok Primer dan Sekunder Charles Horton Cooley (1909) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Berdasarkan karakteristik komunikasinya, kelompok dibagi sebagai berikut: a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana private saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

2

c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder sebaliknya. d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. 2. Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan. Theodore Newcomb (1956) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. 3. Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. Groupthink Teori groupthink dikembangkan oleh Irvin L. Janis dan teman-temannya yang diangkat dari sebuah pengujian secara mendetil mengenai efektifitas pengambilan keputusan dalam kelompok.Irving Janis dalam bukunya Victims of Groupthink (1972) mejelaskan apa yang terjadi di kelompok kecil dimana anggota – anggotanya memiliki hubungan baik satu sama lain. Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan suatu mode berpikir sekelompok orang yang sifatnya kohesif (terpadu) ketika usaha-usaha keras yang dilakukan anggotaanggota kelompok untuk mencapai kata mufakat telah mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatif-alternatif tindakan secara realistis (dalam West & Turner, 2008:274). Minat Belajar Kata minat mengandung pengertian yaitu kecendrungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Nasution,

3

1995: 23). Artinya bahwa seseorang yang berminat terhadap suatu aktvitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang. Dalam Kamus Besar Indonesia (KBBI) minat adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri yang disebabkan dalam diri seseorang melalui perubahan tingkah laku. Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang yang menaruh minat pada suatu objek. Demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologi yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap. Guna memperoleh prestasi, selain kecerdasaan dan perhatian juga terdapat minat. pemusatan perhatian yang tinggi pada objek yang sedang dipelajari. Minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, siswa yang berminat terhadap pelajaran yang disenangi akan mempelajari dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran dan bahkan dapat menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar. Apabila segala kegiatan dilakukan tanpa minat, maka kurang efektif dan efisien. Minat seperti yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pencapaian hasil belajr siswa dalam bidang – bidang studi tertentu (Syah, 2003: 151). METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu memusatkan diri secara intensif kepada suatu objek tertentu, dengan mempelajarinya sebagai studi kasus. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan memaparkan hal-hal yang ditanyakan dalam penelitian. Melalui metode penelitian ini, peneliti ingin menggali bagaimana peran komunikasi kelompok dalam sebuah kelompok kecil belajar yang berorientasi pada hubungan antar individu-individu yang memiliki persamaan-persamaan tertentu dalam meningkatkan minat belajar peserta kelompok kecil. Tujuan studi kasus adalah meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa – peristiwa komunikasi yang nyata dalam berbagai konteks. Pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa hal – hal tertentu dapat terjadi dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui “bagaimana peran komunikasi kelompok yang ada dalam kelompok belajar dapat meningkatkan minat anak untuk belajar?” dalam riset ini. Pada dasarnya peneliti mencoba mengetahui proses – proses komunikasi yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar tersebut, kemudian mencoba mencari apakah terdapat hubungan dengan minat anak – anak untuk belajar separti yang dikemukan oleh Daymon (2008): 1. Melakukan analisis mendetail mengenai kasus dan situasi tertentu 2. Berusaha memahami dari sudut pandang individu – individu yang berada dalam kelompok belajar tersebut 3. Mencatat bermacam – macam pengaruh dan aspek – aspek hubungan komunikasi dan pengalaman 4. Membangkitkan perhatian pada faktor yang berhubungan satu sama lain. Dengan mempelajari secara seksama dan wawancara seorang individu,

4

suatu kelompok atau suatu kejadian, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti (Mulyana, 2007: 201). Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah peserta (anak) dari kelompok – kelompok belajar yang berlokasi dibeberapa desa (dusun) yang menerima bantuan Program Belajar Gratis yang dilakukan oleh Yayasan Abdi Satya di Kecamatan Pantai Cermin, Sumatra Utara. Jumlah desa yang dipilih sebanyak tiga desa maupun dusun. Peserta yang dipilih dari kelompok belajar memiliki kriteria yang dianggap berhubungan dengan penelitian seperti: memiliki kecakapan dalam berkomunikasi yang baik, usia minimal tujuh tahun atau sudah duduk dibangku SD kelas I dan maksimum berusia 15 tahun atau yang sudah duduk dibangku SMA dan memiliki kedekatan (kohesitivitas) yang tinggi dengan anggota – anggota kelompoknya. Untuk unit analisis atau sampelnya dipilih beberapa peserta (anak) dari tiap kelompok - kelompok belajar dan beberapa staff pengajar dari YAS. Pemilihan peserta yang menjadi sample berdasarkan pengamatan tingkat keeratan (kedekatan) hubungan dalam kelompok. Jumlah sampel yang dipilih sebanyak dua hingga tiga orang anak dari satu kelompok belajar. Banyaknya kelompok yang akan dipilih sebanyak tiga hingga empat kelompok belajar berdasarkan kebutuhan penelitian sampai informasi yang diperlukan terpenuhi. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif laporan penelitian akan berisi kutipan – kutipan atau untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut, data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Observasi (Pengamatan) Burhan Bungin (2007: 115) menyatakan Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimupun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Adapun bentuk observasi yang dilakukan adalah observasi tak berstruktur dimana observasi dilakukan tanpa guide observasi. b. Wawancara Mendalam (In-Depth Interview) Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data yang meliputi kegiatan wawancara mendalam terhadap informan yang dipilih yaitu beberapa anggota kelompok dari tiap kelompok kecil yang menerima bantuan program Belajar Gratis dari Yayasan Abdi Satya dan guru pengajar. c. Studi Literatur Studi litelatur dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan pengumpulan data melalui berbagai literature yang berkaitan dengan penelitian ini, antara buku – buku referensi, jurnal, tulisan dan melalui media internet. d. Metode Dokumenter Menurut Burhan Bungin (2010: 121-122) metode dokumenter adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi sosial. Pada intinya metode dokumenter digunakan untuk menelusuri data hsitoris. Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, dan laporan.

5

Analisis Data Strategi analisis data yang digunakan adalah deskritif kualitatif, yang pada dasarnya memiliki kesamaan dengan desain deskriftif kuantitatif. Desain deskriptif kualitatif biasa disebut pula dengan kuasi desain kuantitatif semu. Karena itu desain strategi ini belum benar-benar kualitatif karena konstruksinya masih dipengaruhi oleh tradisi kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya. Dikatakan kuasi kualitatif, juga karena sifatnya tidak terlalu mengutamakan makna, sebaliknya penekanannya pada deskriptif menyebabkan format deskriptif kualitatif lebih banyak menganalisa permukaan data, memperhatikan proses kejadian dari fenomena-fenomena bukan kedalaman data atau makna data. Deskriptif kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif untuk mengimbangi cara berpikir deduktif (Bungin, 2010: 146). HASIL DAN PEMBAHASAN Interaksi dalam Kelompok Kecil Melalui Persahabatan Dalam hasil analisis wawancara dari situasi kelompok belajar diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa alasan yang mendominasi dari hampir keselurahan peserta kelompok belajar ini adalah untuk mendapat teman yang lebih banyak dan bervariasi seperti ungkapan dari Putri, Wawan, Shella, Nurlela, Suhendri dan peserta lainnya. Seperti yang telah dituliskan dalam latarbelakang dari penelitian ini bahwa setiap orang membutuhkan orang lain, membutuhkan komunikasi dan interaksi dalam dunia sosial mereka. Hal ini menunjukan bahwasanya dorongan akan kebutuhan berkomunikasi dan bersahabat dengan orang lain adalah salah satu kebutuhan dasar setiap orang, yang pada prosesnya sudah dimulai pada saat seseorang (sejak kecil) membuka diri terhadap lingkungan dan orang – orang disekitarnya. Dorongan untuk memiliki sebuah kelompok dalam kelompok belajar ini terlihat juga dengan adanya persamaan – persamaan diantara kelompok belajar. Hal ini terlihat dari persamaan tingkat kelas, sama – sama berasal dari lingkungan ataupun desa yang sama atau berdekatan, bahkan juga faktor latarbelakang keluarga yang tidak terlalu berbeda dari anggota – anggota kelompok yang lainnya. Hal serupa ini diperkuat oleh Irving Janis, menjelaskan apa yang terjadi dikelompok kecil dimana anggota – anggotanya memiliki nasib yang sama, akan mendorong setiap anggota kedalam suatu hubungan yang kuat dan kebersamaan (West & Turner 2008: 274). Pada umumnya perasaan (dorongan) ini timbul karena persamaan dan juga adanya rasa ketertarikan dan senang terhadap apa – apa yang menjadi bagian dari kelompok Dengan adanya dorongan kebersamaan dalam kelompok belajar ini, maka terbentuk juga perasaan senang, rasa nyaman dan bangga dalam mengikuti proses belajar mengajar. Aktifitas – aktifitas yang terjadi selama berlangsungnya proses belajar mengajar, menimbulkan rasa kebersamaan dan keterikatan perasaan (emotional connection). Pembagian peserta dalam kelompok yang jumlahnya lebih sedikit menciptakan rasa kohesivitas kelompok tersebut. Peneliti merasakan adanya perubahan perasaan seperti rasa empati terhadap teman sekelompok mereka yang

6

memiliki masalah, contoh bila ada yang mengolok – olok teman sekelompok mereka maka anggota yang lain akan memberi pembelaan atau perlindungan, rasa kesetiakawanan yang mereka tunjukkan dengan saling membantu satu sama lain. Anggota – anggota dalam kelompok kecil ini juga semakin meningkatkan komunikasi kelompok mereka ditandai dengan keterbukaan diri, seperti misalnya bila ada yang tidak mengerti tugas yang diberikan dalam kelompok, tidak malu untuk meminta bantuan dan berdiskusi bersama. Hubungan persahabatan mereka pun semakin menjadi lebih akrab karena di dalam kebersamaan mereka terdapat komunikasi interpersonal yang lebih berkualitas. Hal ini ditandai dengan adanya keterbukaan mengenai segala masalah yang dialami oleh masing – masing anggota, pandangan yang positif terhadap teman sehingga rasa percaya akan pendapat yang diberikan akan membangun, adanya kesamaan pemikiran dalam mendiskusikan suatu permasalahan atau tugas tanggung jawab yang diberikan dan rasa kebersamaan untuk mempertahankan persahatan tetap berjalan baik. Dalam bentuk – bentuk aktifitas komukasi interpersonal tersebut, terbentuk jugalah komunikasi kelompok kecil. Dalam komunikasi kelompok kecil ini, para peserta terlihat ingin saling berbagi kesenangan dengan belajar, tertawa bersama dan menjaga persahabatan mereka. Interaksi dalam Kelompok Kecil dan Minat Belajar Komunikasi dalam bentuk diskusi yang ditanamkan YAS dalam diri anak – anak peserta kelompok belajar dalam proses belajar mengajar berlangsung secara konstant dan amat efektif. Hal ini terlihat dari jalinan komunikasi antarpribadi yang akrab, baik diantara sesama anggota – anggota kelompok belajar maupun diantara pengajar dan peserta kelompok tersebut. Mekanisme ini memungkinkan adanya akses yang terbuka dan menyenangkan dalam menciptakan kesenangan dalam belajar dalam diri setiap anak sehingga menimbulkan tingkat minat belajar yang tinggi. Seiring berkembangnya perasaan senang yang ditunjukan oleh setiap anggota – anggota kelompok kecil maka muncul juga minat belajar dikalangan peserta kelompok belajar tersebut. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk memperhatikan secara kontinue baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan Minat belajar merupakan perubahan tingkah laku dari seseorang yang dicerminkan dalam sikap konsentrasi. Kondisi psikologi yang baik yang dirasakan setiap anak dalam kelompok belajarnya akan meningkatkan konsentrasi belajar mereka. Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Dalam hal ini dapat terlihat dari kehadiran anak – anak tersebut yang aktif dan antusias pada setiap kali kelompok belajar dilaksanakan, seperti yang ditunjukkan oleh salah satu peserta kelompok belajar di Ujung Rambung, yaitu Wawan. Di dalam kelompok belajar Wawan sangat aktif dan antusias dalam mengikuti pelajarannya. Dia bahkan menunggu – nunggu giliran untuk dapat maju ke depan mengerjakan soal yang diberikan dalam kelompok. Hal ini juga memberi dorongan besar bagi teman sekompoknya untuk mengikuti pelajaran seperti Wawan. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seorang anak lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,

7

dapat pula di manifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Hal ini telihat dari beberapa pendapat peserta kelompok belajar ketika membandingkan proses belajar di sekolah dengan di kelompok belajar YAS. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari dapat mempengaruhi belajar pada tahap selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru, ini berarti menunjukkan pada anak bagaimana minat sebagai suatu keinginan dalam pengetahuan atau kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi dirinya, dapat mencapai tujuan-tujuannya bahkan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Minat dan motivasi yang kuat pada diri seseorang akan mampu mendorong dirinya untuk berusaha lebih giat untuk memperoleh sukses yang lebih besar. KESIMPULAN Berikut ini adalah kesimpulan yang diambil peneliti berdasarkan pada pengalaman informan – informan yang telah diwawancarai dan pengalaman peneliti yang juga ikut mengajar dan mendampingi anak – anak peserta kelompok belajar dalam program bantuan belajar YAS: 1. Kelompok kecil melalui persahabatan adalah salah satu contoh dimana terjadinya komunikasi kelompok kecil. Hal ini dapat terlihat dari tingkat aktifitas – aktifitas yang terjadi di dalam kelompok tersebut sangat tinggi sehingga remaja semangat dalam belajar, dalam hal seperti contoh: bekerja bersama – sama dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang mereka miliki dalam kelompok pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 2. Dalam penelitian terlihat adanya peningkatan minat belajar yang terbentuk dalam kelompok – kelompok belajar anak – anak dan remaja.Dorongan minat belajar ini timbul dari pengaruh komunikasi yang kuat di dalam kelompok – kelompok belajar tersebut sehingga terjadi perubahan prilaku (dampak komunikasi). Contohnya yang didapat oleh peneliti adalah perubahan sikap anak seperti Nurlela dan Anis yang pada awalnya termasuk anak yang pemalu dan pasif dalam kelompok baru mereka. 3. Ketertarikan dalam diri anak – anak dapat berasal dari berbagai bentuk atau unsur. Seseorang dapat menyukai sesuatu karena sesuatu itu unik dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri mereka. Dua orang anak dapat menjadi teman akrab yang kemudian membentuk satu kelompok ketika mereka memiliki rasa kesenangan yang sama dan mempunyai komitmen yang tinggi. 4. Hal yang paling signifikan untuk mengukur meningkat atau tidak meningkatnya minat belajar anak – anak peserta kelompok belajar YAS, dapat diukur dari tingkat kehadiran setiap peserta dalam hal ini dapat digambarkan dari kesembilan informan yang telah diwawancarai oleh peneliti. Dan sebagai tambahannya adalah nilai prestasi yang mereka terima dalam bentuk rapot per triwulan yang diberikan YAS kepada orang tua anak – anak peserta kelompok belajar YAS. Dari kesembilan informan telihat bahwa nilai rapot mereka sangat memuaskan dan kehadiran mereka yang tidak atau jarang sekali absen.

8

SARAN 1. Dari pengalaman pribadi peneliti ketika menjalani proses belajar di sekolah hingga perguruan tinggi, ketertarikan belajar bukanlah suatu yang penting yang ditanamkan baik oleh keluarga, maupun lingkungan pendidikan. 2. Guru, shadow teacher dalam hal ini adalah staff pengajar YAS, dan orang tua adalah suatu kesatuan yang saling melengkapi dan mendukung dalam perkembangan anak – anak untuk mencintai pelajaran mereka. 3. Untuk meningkatkan penyesuaian diri anak terhadap lingkungan barunya perlu meniciptakan situasi yang kondusif antara pendidik dengan anak dan yang anggota lainnya, sehingga memudahkan dalam merealisasikan kondisikondisi psikologis untuk meningkatkan kecerdasan melalui peningkatan proses pembelajaran yang optimal. 4. Pihak pendidik (staff pengajar YAS) dalam proses pembelajarannya harus mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan sifat pesan yang disampaikan serta kemampuan masing-masing anak – anak yang mengikuti proses belajar. 5. Belajar dan bermain, itu hal yang sudah biasa kita dengar dan tidak asing lagi . Diperlukan suatu pengukur yang tepat, baik berupa evaluasi belajar atau test (ujian) agar antara belajar dan bermain tetap seimbang. Adakalanya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bermain akan menimbulkan pergeseran akan minat belajar atau bahkan sebaliknya bila terlalu banyak belajar akan menimbulkan kebosanan terhadap apa yang dipelajari. Seperti yang dilakukan oleh YAS, sangatlah inovatif. Belajar dengan bermain merupakan ide yang baik untuk anak – anak menimbulkan minat belajar mereka bahkan mengasah kreatifitas mereka. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anwar. 1998. Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar Ringkas. Jakarta: Rajawali Pers. Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif . Jakarta: Kencana Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rahmat, Djalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada West, Richard & Lynn H Turner. 2008. Penghantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

9