10 ANALISIS PENATAAN MEJA KERJA BERDASARKAN ASPEK WORK FLOW DAN

Download itu penataan meja kerja di Sub bagian rekam medik harus disesuaikan dengan aspek work flow dan work space. Penelitian ini .... Ergonomi. Er...

0 downloads 256 Views 1MB Size
INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

ANALISIS PENATAAN MEJA KERJA BERDASARKAN ASPEK WORK FLOW DAN WORK SPACE BAGIAN REKAM MEDIK DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA Oleh: Junaidi Edy Purwanto Apikes Citra Medika Surakarta ABSTRAKSI Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan di sub bagian rekam medik diperlukan sarana kerja yang baik dan sesuai dengan kebutuhan didalamnya. Karena sebagian besar kegiatan di sub bagian rekam medik berhubungan dengan tulis menulis, maka salah satu sarana kerja yang mempengaruhi dalam kegiatan di sub bagian rekam medik adalah meja kerja dan alur kerja. Untuk itu penataan meja kerja di Sub bagian rekam medik harus disesuaikan dengan aspek work flow dan work space. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penataan meja kerja di sub bagian rekam medik berdasarkan aspek work flow dan work space. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Metode penelitiannya adalah observasi dan wawancara. Populasi adalah keseluruhan ruang dan sarana kerja di sub bagian rekam medik, dengan sampel dari keseluruhan populasi. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif, yaitu melakukan analisis penataan meja kerja di sub bagian rekam medik berdasarkan aspek work flow dan work space, serta memaparkan dan mendeskripsikan hasil penelitian untuk diambil kesimpulan. Penataan meja kerja di sub bagian rekam medik Rumah Sakit Panti Waluyo tidak sesuai dengan work flow yaitu dimulai dari meja administrasi 1, meja administrasi 2, meja filing rawat inap, meja assembling, meja analising dan reporting, meja kepala rekam medik. Sedangkan berdasarkan work space yaitu administrasi 1, administrasi 2, filing rawat inap, assembling dan gang utama tidak sesuai dengan ukuran yang direkomendasikan, sedangkan penataan meja kerja harus sesuai dengan alur kerja yang ada agar kinerja petugas lebih efektif dan efisien. Kata kunci: Penataan meja work flow, work space dan sub bagian rekam medik PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan rumah sakit yang canggih terutama di bidang ilmu kesehatan, menuntut adanya informasi yang berkualitas untuk mendukung kelancaran proses pelayanan. Harapan tersebut dapat dipenuhi dengan adanya pelayanan yang baik, cepat dan dapat memuaskan pasien. Pelayanan yang berbelit- belit, lama dan petugas yang tidak cekatan akan sangat mempengaruhi mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien. Mutu pelayanan dalam suatu rumah sakit dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain pelayanan pada rekam medis, pelayanan dalam hal keperawatan baik di poliklinik maupun sampai bangsal dengan berbagai jenis pelayanan medis dan Instalasi Pemeriksaan Penunjang (IPP) seperti laboratorium, rontgen, Computerized Tomo Graph-Scan (CT-Scan), diagnosis, pengobatan dan tindakan. Pelayanan pada rekam medis sendiri terdiri dari beberapa sistem pelayanan diantaranya di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ), Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI), Sub bagian Gawat Darurat (UGD), Assembling,Coding, Indexing, Analising dan Reporting, Filing. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan di sub bagian rekam medik diperlukan sarana kerja yang baik dan sesuai dengan kebutuhan didalamnya, karena sebagian besar kegiatan di sub bagian rekam medik berhubungan dengan tulis menulis, maka salah satu sarana kerja yang mempengaruhi dalam kegiatan di sub bagian rekam medik adalah meja kerja dan alur kerja. Untuk itu peralatan meja di sub bagian rekam medik harus disesuaikan dengan alur kerja di sub bagian rekam medik. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

10

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

Work flow berarti Alur kerja dari bagian unit suatu institusi. Dengan adanya alur kerja yang baik, maka akan didapatkan kejelasan mengenai tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh para petugas yang ada. Alur dokumen di Sub bagian rekam medik pertama kali diserahkan ke bagian assembling, setelah itu ke bagian coding, indexing, setelah itu ke bagian analising dan reporting, kemudian dokumen rekam medik akan disimpan kebagian filing (Shofari, 2002). Masing-masing sub bagian tersebut saling bekerja sama dalam mendokumentasikan dokumen rekam medis. Dokumen rekam medis merupakan dokumen penting yang keberadaannya sangat dibutuhkan di rumah sakit, karena merupakan rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan medik yang diberikan oleh instansi pelayanan kesehatan terhadap pasien. Work space (ruang kerja) harus disesuaikan dengan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat. Salah satu komponen tersebut yaitu sarana kerja atau peralatan kerja. Sarana kerja ini berfungsi untuk memperlancar manusia atau petugas dalam melaksanakan tugas- tugas. KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Rekam Medis Rekam medis diartikan sebagai “Keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam identitas, anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa serta segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat”. (Depkes, 2006). Menurut Huffman EK, 1992 rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana, dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk menemukenali (mengidentifikasi) pasien membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis Tujuan rekam medis adalah menunjang terciptanya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang telah diharapkan. (Depkes, 1997). Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain dari aspek administrasi, aspek medis, aspek hukum, aspek keuangan, aspek penelitian, aspek pendidikan, dan aspek dokumentasi. Unit Rekam Medik Unit rekam medik adalah suatu bagian atau unit yang ada di rumah sakit yang bertugas menangkap dan mengelola data-data pasien menjadi informasi yang bermanfaat bagi yang memerlukan. Adapun pengelolaan data pasien dimulai dari assembling, coding, indexing, analising dan reporting, filing yang masing- masing mempunyai tugas pokok yang berbedabeda. Work flow berarti urutan (alur kerja) dari bagian atau antar unit suatu institusi. Dengan adanya alur kerja yang baik, maka akan didapatkan kejelasan mengenai tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh para petugas yang ada. Work flow memberikan informasi yang tepat dan mendetail mengenai alur kerja yang berlangsung, berbicara tentang work flow tidak telepas dengan adanya lay out dari fasilitas kerja. Tujuan pokok adanya work flow adalah untuk mengevaluasi langkah- langkah proses dalam situasi yang lebih jelas, disamping itu bisa dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan- perbaikan didalam layout kerja yang ada. Urutan kerja dari bagian- bagian atau antar unit rekam medis adalah mulai dari assembling, coding dan indexing, analising dan reporting, filing. Tugas- tugas dari masing- masing unit adalah: assembling, coding dan indexing, analising dan reporting, serta filing. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

11

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

Work space (ruang kerja) harus disesuaikan dengan peranan dan fungsi pokok dari komponen- komponen sistem kerja yang terlibat. Salah satu komponen tersebut yaitu sarana kerja atau peralatan kerja. Sarana kerja ini berfungsi untuk memperlancar manusia atau petugas dalam melaksanakan tugas- tugas. Sarana kerja yang dimaksud adalah meja kerja dan kursi kerja. Sikap tubuh dalam bekerja agar ergonomis, perlu ditentukan kriteria serta ukuranukuran baku tempat duduk dan meja kerja yang berpedoman pada ukuran anthropometri orang Indonesia. Kriteria serta ukuran-ukuran baku tempat duduk dan meja kerja yang berpedoman pada ukuran anthropometri orang Indonesia. Antropometri dan ukurannya adalah sebagai berikut: tempat duduk yang setandar adalah tinggi tempat duduk diukur dari lantai sampai permukaan atas bagian depan alas duduk. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai ke telapak kaki. Ukuran yang ditetapkan adalah 38-48 cm. Panjang alas duduk yang diukur dari permukaan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk sampai permukaan atas alas duduk. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis punggung. Ukuran yang ditetapkan adalah 36 cm. Lebar tempat duduk yang diukur dari garis tengah alas duduk melintang. Lebar tempat duduk ini harus lebih besar dari lebar panggul. Ukuran yang ditetapkan 44-48 cm. Sandaran pinggang, bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul. Sandaran pinggang diukur dari jarak antara tepi dalam kedua sandaran lebih besar dari pinggul dan tidak melebihi lebar bahu dengan ukuran 46-48 cm. Tinggi sandaran tangan adalah sepanjang lengan dengan ukuran 20 cm dari alas duduk dan panjang sandaran tangan 21 cm. Sudut alas duduk, harus memberikan kemudahan pada pemakai untuk melaksanakan pemilihan gerakan dan posisi. Ukuran yang ditetapkan untuk alas duduk adalah horizontal untuk pekerjaan yang tidak memerlukan sedikit membungkuk kedepan, alas duduk miring ke belakang 3-5 derajat. Meja kerja dengan ukuran yang standar adalah tinggi meja kerja yang diukur dari permukaan daun meja sampai ke lantai. Ukuran yang ditetapkan adalah 54-58 cm. Permukaan meja rata tidak menyilaukan. Lebar meja, diukur dari pekerjaan kearah depan tidak melebihi jarak jangkauan tangan. Ukuran yang ditetapkan kurang lebih 80 cm (Nurmianto, 1996). Tabel. 1 Data Anthropometri untuk orang Indonesia Ukuran Kriteria (cm) Tinggi badan (berdiri) 161.3 Tinggi bahu (berdiri) 132.6 Tinggi siku (berdiri) 97.8 Tinggi pinggul (berdiri) 93.8 Lebar bahu (berdiri) 39.8 Lebar panggul 28.9 Panjang lengan (dinding dada-ujung jari tengah, lengan datar 66.7 kedepan) Panjang lengan atas (ketiak-siku, lengan datar kesamping) 34.8 Panjang lengan bawah 44.2 Tinggi jangkauan tangan keatas (berdiri) 202.1 Lebar jangkauan tangan (ujung jari tangan kanan-kiri, datar 165.6 kesamping) Tinggi badan duduk (tinggi alas duduk-ujung kepala) 84.4 Tinggi siku duduk (pantat diatas duduk-siku lengan atas kebadan) 23.0 Tinggi panggul duduk (bagian atas alas duduk-pinggul, badan tegak) 18.4 Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

12

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

Panjang tungkai atas saat duduk (pantat rata punggung lutut, paha datar kedepan) Panjang tungkai atas bawah saat duduk (bagian bawah atas duduktelapak kaki) Tinggi lutut duduk (telapak kaki-lutut)

ISSN : 2086 - 2628

44.8 41.4 49.5

Sumber : Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Pusat Departemen Tenaga Kerja RI, 1998:33

Ergonomi Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/ perancangan (Eko Nurmianto, 1996). Menurut Sritomo Wignjo Soebroto (1995), bahwa ergonomi adalah disiplin keilmuwan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Sedangkan berdasarkan Iftikar Z. Sutalakasana (1979), ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sisitematik untuk memenfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sisstem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. ergonomi adalah suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi, dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian, dan keterbatasan manusia sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien, dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal (Manuaba, 2000). Ruang lingkup ergonomi meliputi aspek biologi, aspek psikologi, aspek fisik dan teknis. Kesehatan tenaga kerja dan produktivitas dapat terjamin dengan adanya keseimbangan yang menguntungkan antara beban kerja, beban tambahan dan kapasitas kerja. Ergonomi juga dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuain antara pekerja dengan pekerjaannya. tujuan utama ergonomi antara lain: memaksimalkan efisiensi karyawan, memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, menganjurkan agar bekerja aman, nyaman dan bersemangat, memaksimalkan bentuk (perfomance) kerja yang meyakinkan (Santosa, 2004). Adapun prinsip-prinsip ergonomi adalah: sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk susunan, ukuran dan penempatan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan).Untuk normalisasi ukuran mesin alat-alat industri, harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimal, yaitu beban dapat dikerjakan dengan pengarahan tenaga paling efisien. Kemampuan seseorang bekerja setiap harinya adalah 6-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kekuatan kerja menurun. Dan Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan seminimal mungkin (Suma’mur, 1995). Tata letak meja kerja harus sesuai dengan urutan kerja dari unit rekam medik lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pelayanan dokumen rekam medik itu sendiri. Selain itu pengelolaan rekam medik perlu memperhatikan ergonomi termasuk pula dalam manajemen ruangnya, karena apabila dalam suatu ruang diperhatikan keergonomisannya maka akan mempermudah tata kerja mencapai efisiensi dan efektifitas kerja. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu masalah yang terjadi pada objek penelitian dilakukan dan dikumpulkan secara simultan. Variabel dalam penelitian ini antara lain subbag rekam medik, work flow (alur kerja) di subbag rekam medik, work space (ruang kerja) di subbag rekam medik, kesesuaian penataan Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

13

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

meja kerja berdasarkan aspek work flow dan work space di subbag rekam medik, dan mendesaian ulang penataan meja kerja berdasarkan aspek work flow dan work space di subbag rekam medik. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ruang serta sarana kerja di subbag rekam medik Rumah Sakit Panti Waluyo, dan sampel dalam penelitian ini meliputi: kursi, meja, lemari, rak dokumen, rak kaca buku dan luas ruangan. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu hasil observasi atau pengamatan terhadap penataan dan ukuran meja, kursi serta luas ruangan di sub subbag rekam medik Panti Waluyo Surakarta dan wawancara untuk mengetahui kegiatan deskripsi kerja subbag rekam medik. Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari prosedur tetap dan profil Rumah Sakit Panti Waluyo. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, tabel observasi, pedoman wawancara. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan hasil penelitian berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis memperoleh data mengenai penataan meja kerja yang sesuai alur dokumen rekam medik di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Assembling sebagai penerimaan pertama kali dokumen rekam medik dari poliklinik, IRD, bangsal. Bagian assembling akan mengurutkan, merapikan, melengkapi data pasien dan pengisian masingmasing lembar rekam medik. Setelah di assembling dokumen rekam medik diserahkan ke bagian coding dan indexing. Dokumen rekam medik selanjutnya akan diolah di bagian analising dan reporting kemudian dokumen rekam medik di map dan disimpan di bagian filing oleh petugas. Penataan meja kerja yang berdasarkan work flow di Sub Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluyo dimulai dari meja administrasi 1, meja administrasi 2, meja filing rawat inap, meja assembling, meja analising dan reporting, meja kepala sub bagian rekam medik yang digambarkan sebagai berikut: Gambar.1 Lay out Sub Bagian Rekam Medik di Rumah Sakit Panti Waluyo Berdasarkan Aspek Work Flow

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

14

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

Keterangan; 1: Meja administrasi 1 9: Meja analising dan reporting 2: Meja administrasi 2 10: Lemari I 3: Meja filing rawat inap 11: lemari 2 4: Meja assembling 12: Bangku I 5: Meja analising dan reporting 13: Bangku 2 6: Meja kepala sub bagian rekam medik 14: Lemarin 3 7: Meja coding dan index R1, R2, R3, R5, R6: Rak dokumen 8:Meja CPU R4: Rak kaca buku Ruang sub bagian rekam medik di Rumah Sakit Panti Waluyo masih berada dalam gedung lama. Ruangan ini mempunyai ukuran 11,10 m x 7,20 m. Ruangan filing rawat inap masih berada satu lokasi dengan ruangan sub bagian rekam medik. Area kerja masing-masing bagian sebagai berikut: Tabel. 2 Ukuran Area Kerja di Sub Bagian Rekam Medik Area kerja Luas area Ruang komputer 5,61 m2 Komputer 1 2,3 m2 Komputer 2 0,96 m2 Ruang Filing Rawat Inap 7,29 m2 Kamar Mandi 4,5 m2 Administrasi 1 1,44 m2 Administrasi 2 1,44 m2 Filing RI 1,44 m2 Assembling 1,8 m2 Analising dan Reporting 2,25 m2 Kepala rekam medik 2,25 m2 Gang utama a 90 cm Gang utama b 60 cm Gang bukan utama 80 cm Gang administrasi 1 dan administrasi 2 60 cm Gang administrasi 2 dan filing RI 60 cm Gang filing RI dan assembling 60 cm Gang assembling, analising dan 60 cm reporting Gang analising reporting dan kepala 0 rekam medik Lemari 1 0,32 m2 Lemari 2 0,27 m2 Lemari 3 0,64 m2 Bangku 1 0,71 m2 Bangku 2 0,24 m2 Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

15

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

Rak dokumen Rak kaca buku

ISSN : 2086 - 2628

0,71 m2 0,3 m2

Sumber : Hasil Penelitian di Sub Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluyo

Gambar. 3 Lay out Sub Bagian Rekam Medik di Rumah Sakit Panti Waluyo Berdasarkan Aspek Work Space

Keterangan : 1 : Meja administrasi 1 2 : Meja administrasi 2 3 : Meja filing rawat inap 4 : Meja assembling 5 : Meja analising dan reporting 6 : Meja kepala sub bagian rekam medik 7 : Meja coding dan index 8 :Meja CPU 16

9: Meja analising dan reporting 10: Lemari I 11: Lemari 2 12: Bangku I 13: Bangku 2 14: Lemari 3 R1, R2, R3, R5, R6: Rak dokumen R4 : Rak kaca buku

Gambar. 4 Lay out Sub Bagian Rekam Medik di Rumah Sakit Panti Waluyo Berdasarkan Aspek Work Flow dan Work Space

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

16

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

Ukuran Sarana Kerja di Setiap Meja Kerja Sub Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Tabel 3 Ukuran Kursi Kerja dan Rekomendasi Kursi Kerja di Sub Bagian Rekam Medik Bahan kursi kerja Ukuran kursi S

R

Ukuran kursi kerja Panjang (cm)

Lebar

Tinggi

(cm)

(cm)

Σ kurs i kerj a

S

R

S

R

S

R

28,9

48

41,4

3

Administrasi

Besi alas busa

Besi alas busa

38

44,8

38

Filing Rawat Inap

Besi alas busa

Besi alas busa

38

44,8

38

28,9

48

41,4

1

Assembling

Besi alas busa

Besi alas busa

38

44,8

38

28,9

48

41,4

1

Analising dan Reporting

Besi alas busa

Besi alas busa

38

44,8

38

28,9

48

41,4

1

Kepala RM

Besi alas busa

Besi alas busa

38

44,8

38

28,9

48

41,4

1

Komputer

Besi alas busa

Besi alas busa

38

44,8

38

28,9

48

41,4

3

-

Kayu

-

80

-

45

-

23

-

1

-

Plastik

-

26

-

26

-

47

-

1

Sumber : Hasil Penelitian di Sub Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluyo

Keterangan : S : Sebenarnya R : Rekomendasi Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat panjang alas duduk disesuaikan dengan panjang tungkai atas saat duduk. Jadi, ukuran panjang landasan tempat duduk yang pendek akan menyebabkan kaki tungkai atas tidak mendapat tumpangan pada alas duduk sehingga menyebabkan pegal-pegal dilutut dan punggung. Lebar alas duduk yang disesuaikan dari lebar panggul petugas. Jadi, lebar alas duduk lebih besar dari lebar panggul dengan demikian petugas akan merasa lebih nyaman dalam bekerja. Tinggi alas duduk lebih tinggi dari panjang tungkai atas bawah bawah saat duduk sehingga menyebabkan tekanan pada paha, peredaran darah menjadi terhambat dan telapak kaki tidak menelapak dengan baik di atas permukaan lantai yang mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh. Bahan alas duduk yang terdapat di Sub bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta terbuat dari busa, rotan, kayu Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

17

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

dan plastik. Agar petugas lebih nyaman lagi saat bekerja sebaiknya semua alas duduk terbuat dari busa sehingga petugas merasakan kenyamanan pada saat duduk terutama pada pantat. Fungsi dari kursi yang terbuat dari kayu di sub bagian rekam medik adalah untuk menyimpan dokumen di assembling sedangkan kursi yang terbuat dari plastik digunakan untuk tempat istirahat pegawai. Tabel. 4 Ukuran Meja Kerja dan Rekomendasi Meja Kerja di Sub Bagian Rekam Medik Bahan meja kerja

Ukuran meja kerja S

R

S

R

S

R

Σ kursi kerja

Permukaan rata dan tidak mengkilau

120

165,6

60

66,7

74

74,5

2

Kayu alas kaca

Permukaan rata dan tidak mengkilau

120

165,6

60

66,7

74

74,5

1

Assembling

Kayu alas kaca

Permukaan rata dan tidak mengkilau

120

165,6

60

66,7

74

74,5

1

Analising dan Reporting

Kayu alas kaca

Permukaan rata dan tidak mengkilau

120

165,6

60

66,7

74

74,5

1

Kepala RM

Kayu alas kaca

Permukaan rata dan tidak mengkilau

120

165,6

60

66,7

74

74,5

1

Komputer A

Kayu alas kaca

Permukaan rata dan tidak mengkilau

192

165,6

59

66,7

75

74,5

1

Komputer B

Kayu alas kaca

Permukaan rata dan tidak mengkilau

80

165,6

45

66,7

73

74,5

2

Ukuran meja

S

R

Administrasi

Kayu alas kaca

Filing Rawat Inap

Panjang (cm)

Lebar (cm)

Tinggi (cm)

Sumber : Hasil Penelitian di Sub bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluyo

Keterangan : S : Sebenarnya R : Rekomendasi Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat di lihat masing-masing ukuran meja. Agar tugas administrasi, filing rawat inap, assembling, analising dan reporting, kepala rekam medik, komputer A, komputer B dapat berjalan dengan baik maka panjang meja tidak melebihi dari lebar jangkauan tangan sehingga petugas masih bisa menjangkau peralatan yang berada dimeja kerjanya. Ukuran lebar meja disesuaikan dengan panjang lengan jadi petugas masih bisa menjangkau peralatan yang berada dimeja tersebut tanpa harus merubah posisi duduk. Tinggi meja di ruang sub bagian rekam medik sudah sesuai dengan tinggi lutut duduk sehingga petugas lebih nyaman dalam bekerja. Meja yang terdapat di Sub bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta semuanya terbuat dari kayu alas kaca sehingga sudah sesuai dengan yang direkomendasikan yaitu permukaannya harus rata dan tidak mengkilau. Berdasarkan aspek work flow, pengaturan meja kerja di sub bagian rekam medik tidak sesuai dengan protap di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yaitu dimulai dari meja administrasi 1, meja administrasi 2, meja filing Rawat Inap, meja assembling, meja analising dan reporting, meja kepala rekam medik. Sehingga penataan meja kerja di sub bagian rekam medik yang sesuai dimulai dari meja administrasi 1, meja administrasi 2, meja assembling, meja coding dan index, meja analising dan reporting, meja filing.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

18

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

Gang atau jalur antar meja yang direkomendasikan yaitu minimal 90 cm. Gang meja administrasi 1 dengan administrasi 2 sebesar 60 cm, administrasi 2 dengan filing sebesar 60 cm, filing dengan assembling sebesar 60 cm, assembling dengan analising dan reporting sebesar 60 cm. Gang atau jalur tersebut belum memenuhi standar, sedangkan antara meja analising dan reporting dengan kepala sub bagian rekam medik berhimpitan sehingga tidak ada gang atau jalur. Hal tersebut akan mengganggu lalu-lintas petugas dalam melaksanakan tugasnya. Setelah didesain ulang penataan meja disana diubah yang dahulu meja filing rawat inap diubah menjadi meja assembling, meja assembling menjadi meja kepala rekam medik, meja kepala rekam medik menjadi meja filing rawat inap. Gambar 5 Desain Ulang Sub Bagian Rekam Medik di Rumah Sakit Panti Waluyo Berdasarkan Aspek Work Flow dan Work Space

KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa sarana kerja di sub bagian rekam medik yang meliputi meja dan kursi belum ergonomis, penataan meja kerja di sub bagian rekam medik tidak sesuai dengan alur kerja, penataan meja kerja di sub bagian rekam medik yang berdasarkan work space yaitu administrasi 1, administrasi 2, filing rawat inap, assembling dan gang utama tidak sesuai dengan ukuran yang direkomendasikan, dan penataan meja kerja di sub bagian rekam medik Rumah Sakit belum sesuai dengan work flow dan work space sehingga perlu didesain ulang.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

19

INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010

ISSN : 2086 - 2628

DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 1997. Pedoman Pengelolan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. , 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis di Rumah Sakit Indonesia, Jakarta. Enda, H. 2000. Staffing and Work Distribution Techniques. Health Information Management, 8 th ED, physician Record Company. Berwin, Illions. Menkes RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PE5R/ 11 /2008. Pengertian Rekam Medis, semarang. Notoatmodjo Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta, Jakarta. Nurminta Eko, 1998. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Institut Teknologi Sepuluh November Guna Widya, Surabaya. Santoso Gempur, 2004. Ergonomi Manusia Peralatan dan Lingkungan. Prestasi Pustaka, Jakarta. Shofari Bambang, 2002. Pengelolaan rekam Medis dan Dokumentasi rekam Medis. Perhimpunan Prifesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia, Semarang. Suma’mur, 1995. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan

20