ِاﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔِ ، ﻓـَﻘَﺎلَ : أَﻧَ

Download 4 Di dalam Kitab Hadis Al-Mustadrak karya Al-Hakim jilid 1 hlm. 1 disebutkan: ... al-Jawziyyah (691- 751/1292-1350) di dalam Ahkam Ahli az-...

0 downloads 283 Views 153KB Size
ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN: TANTANGAN DAN HARAPAN 1 oleh: Ismail Yahya 2

Pendahuluan Keberhasilan penyebaran Islam di wilayah Arab yang hanya dalam rentang waktu 22 tahun merupakan capaian terbesar dalam waktu paling singkat dalam sejarah umat manusia. Keberhasilan yang fenomenal itu lahir dari sosok pribadi yang sangat sederhana, santun, penyayang, yang melaluinya Allah menginginkan beliau dan agama yang dibawanya (Islam) menjadi rahmat bagi semesta alam. 3 Sosok tersebut tidak lain adalah Nabi Muhammad ρ. Bahkan di dalam sebuah Hadis disebutkan bahwasanya beliau ρ adalah rahmat yang dihadiahkan [oleh Allah kepada seluruh alam semesta]. 4 Makakah disampaikan pada kegiatan “Wawasan Islam Rahmatan Lil’alamin bagi Guru PAI SD”, diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar, 29 Agustus 2015. 2 Dosen Fakultas Syariah IAIN Surakarta, Ketua Komisi Fatwa dah Kajian Hukum Islam, MUI Karanganyar, dan Ketua Komisi Pendidikan, MUI Kota Surakarta. 1

3 4

ِ ِ Lihat QS Al-Anbiya’ (21): 107 ‫ﲔ‬ َ َ‫َوَﻣﺎ أ َْر َﺳﻠْﻨ‬ َ ‫ﺎك إِﱠﻻ َر ْﲪَﺔً ﻟﻠْ َﻌﺎﻟَﻤ‬

Di dalam Kitab Hadis Al-Mustadrak karya Al-Hakim jilid 1 hlm. 1 disebutkan:

‫ ﺛﻨﺎ أﺑﻮ اﳋﻄﺎب زﻳﺎد ﺑﻦ ﳛﲕ‬: ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ اﳌﺰﱐ ﺛﻨﺎ إﺑﺮاﻫﻴﻢ ﺑﻦ أﰊ ﻃﺎﻟﺐ و ﳏﻤﺪ ﺑﻦ إﺳﺤﺎق ﺑﻦ ﺧﺰﳝﺔ ﻗﺎﻻ‬ ‫ ﺛﻨﺎ زﻳﺎد ﺑﻦ ﳛﲕ اﳊﺴﺎﱐ أﻧﺒﺄ‬:‫اﳊﺴﺎﱐ و ﺛﻨﺎ أﺑﻮ اﻟﻔﻀﻞ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ إﺑﺮاﻫﻴﻢ ﺛﻨﺎ اﳊﺴﲔ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ زﻳﺎد و إﺑﺮاﻫﻴﻢ ﺑﻦ أﰊ ﻃﺎﻟﺐ ﻗﺎﻻ‬ ‫ ﻳﺎ أﻳﻬﺎ اﻟﻨﺎس إﳕﺎ أﻧﺎ رﲪﺔ ﻣﻬﺪاة‬: ‫ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ‬: ‫ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺳﻌﲑ ﺛﻨﺎ اﻷﻋﻤﺶ ﻋﻦ أﰊ ﺻﺎﱀ ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة ﻗﺎل‬ .‫ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻃﻬﻤﺎ ﻓﻘﺪ اﺣﺘﺠﺎ ﲨﻴﻌﺎ ﲟﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺳﻌﲑ و اﻟﺘﻔﺮد ﻣﻦ اﻟﺜﻘﺎت ﻣﻘﺒﻮل‬ Di Hadis lain disebutkan dalam Al-Musnad al-Jami’ karya Abul Fadhl nomor 3348:

ِ َ َ‫ ﻗ‬، َ‫ ﻋﻦ ﺣ َﺬﻳـ َﻔﺔ‬، ‫ﻋﻦ أَِﰊ واﺋِ ٍﻞ‬ ِ ‫ﱠﱯ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ِﰲ ﺑـَ ْﻌ‬ , ‫ أَﻧَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ٌﺪ‬: ‫ﺎل‬ َ ‫ ﻓَـ َﻘ‬، ‫ﺾ ﻃُُﺮِق اﻟْ َﻤ ِﺪﻳﻨَ ِﺔ‬ ‫ﻴﺖ اﻟﻨِ ﱠ‬ ُ ‫ ﻟَﻘ‬:‫ﺎل‬ ْ ُ َْ َ َْ ِ َ‫ وﻧَِﱯ اﻟْﻤﻼ‬، ‫ﺎﺷﺮ‬ ِ ْ ‫ وأَﻧَﺎ‬، ‫ وأَﻧﺎ اﻟْﻤ َﻘﻔﱠﻰ‬، ‫ وﻧَِﱯ اﻟﺘـﱠﻮﺑ ِﺔ‬، ‫ وأَﻧَﺎ ﻧَِﱯ اﻟﱠﺮ ْﲪ ِﺔ‬, ‫َﲪ ُﺪ‬ .‫ﺣ ِﻢ‬ َ ‫اﳊَ ُ َ ﱡ‬ َ ُ َ َ ْ ‫َوأَﻧَﺎ أ ْ َ َ ﱡ َ َ ﱡ‬

Memang ada di dalam Hadis lain disebutkan bahwa Nabi Muhammad diutus oleh Allah dengan pedang:

‫ وﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻘﻮم ﻓﻬﻮ‬،‫ وﺟﻌﻞ اﻟﺬل واﻟﺼﻐﺎر ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺧﺎﻟﻔﲏ‬،‫ وﺟﻌﻞ رزﻗﻲ ﲢﺖ ﻇﻞ رﳏﻲ‬،‫إن اﷲ ﺑﻌﺜﲏ ﺑﺎﻟﺴﻴﻒ ﺑﲔ ﻳﺪي اﻟﺴﺎﻋﺔ‬ ‫ﻣﻨﻬﻢ‬

Namun menurut As-Sarkhasi bahwa makna “mengutusku dengan pedang” yaitu mengutusku dengan berperang di jalan Allah, sesuai dengan Hadis Nabi yang lain:

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ اﳌﺴﻨﺪي ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ روح اﳊﺮﻣﻲ ﺑﻦ ﻋﻤﺎرة ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺷﻌﺒﺔ ﻋﻦ واﻓﺪ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﻗﺎل ﲰﻌﺖ أي ﳛﺪث ﻋﻦ‬ ‫ أﻣﺮت أن أﻗﺎﺗﻞ اﻟﻨﺎس ﺣﱴ ﻳﺸﻬﺪوا أن ﻻ إﻟﻪ إﻻ اﷲ وأن ﳏﻤﺪا رﺳﻮل اﷲ وﻳﻘﻴﻤﻮا‬:‫اﺑﻦ ﻋﻤﺮ أن رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬ .‫اﻟﺼﻼة وﻳﺆﺗﻮا اﻟﺰﻛﺎة ﻓﺈذا ﻓﻌﻠﻮا ذﻟﻚ ﻋﺼﻤﻮا ﻣﲏ دﻣﺎءﻫﻢ وأﻣﻮاﳍﻢ إﻻ ﲝﻖ اﻹﺳﻼم وﺣﺴﺎﻬﺑﻢ ﻋﻠﻰ اﷲ‬

1

Empat Khalifah Rasyidun τ meneruskan pembebasan (futuh) wilayahwilayah lain semisal Persia, India, dan Afrika Utara. Usaha pembebasan ini kemudian diikuti oleh khilafah Umayah, Abbasiyah, dan Usmaniyah ke wilayah-wilayah lain seperti Andalusia (Spanyol), dan Asia Tengah. Berbeda dengan wilayah-wilayah Islam yang disebutkan di atas yang kebanyakan dibebaskan melalui peperangan, wilayah Asia Tenggara (Nusantara atau Kepulauan Melayu-Indonesia), sebagaimana kebanyakan sejarahwan menyebutkan, menikmati perkembangan Islam lewat cara damai (pénétration pacifique) 5 yaitu melalui usaha dakwah para sufi pengembara (the wandering derwishes). Bahkan lewat para sufi ini, sesungguhnya Islam berkembang secara luas di kepulauan ini (Al-Attas, 1963: 22; Johns, 1961: 13-17; dan Azra, 2004: 14-19). Tasawuf, bahkan merupakan elemen aktif di dalam penyebaran Islam. Memang para sufi bersedia untuk menerima dan menggunakan elemen-elemen budaya lokal masyarakat Nusantara, namun mereka tetap menjaga prinsip-prinsip moral: mendorong berbuat kebajikan dan menahan diri dari melakukan kejahatan (Johns, 1961: 22). Keberhasilan para sufi dalam mengislamkan penduduk Nusantara ini juga disebabkan oleh “kemampuan mereka menyajikan Islam dalam bentuk yang atraktif, khususnya dengan menekankan kesesuaian budaya-budaya lokal penduduk dengan ajaran Islam (continuity), ketimbang melakukan perubahan (change) terhadap kepercayaan dan praktik keagamaan lokal” (Azra, 2004: 14). Sementara menurut Al-Qaradhawi (2011: 214-218), walaupun Hadis “Sesungguhnya Allah mengutusku dengan pedang” dari segi sanadnya sahih, namun dari segi matannya tidak sejalan dengan ajaran Al-Qur’an yang tidak pernah mengatakan bahwa Nabi diutus dengan pedang, melainkan beliau diutus untuk memberikan petunjuk dengan agama kebenaran, penuh cinta dan kasih sayang, memberikan obat dan nasehat kepada seluruh manusia. Begitu pula Hadis “Aku diutus untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi tidak ada tuhan selain Allah,” menurut Ibnu Hajar seperti yang dikutip oleh Al-Qaradhawi bahwa mayoritas ulama cenderung menafsirkan kata “an-naas” dalam Hadis ini dengan “am yuraadu bih al-khash” yaitu lafaz umum namun yang dimaksud adalah khusus. Oleh karena itu yang dimaksud dengan manusia di sini adalah kaum musyrik Arab yang menantang dakwah Islam sejak kedatangannya, bukan seluruh manusia. 5 Implikasi masuknya Islam ke dalam suatu wilayah dengan cara damai menimbulkan persoalan hukum misalnya bagaimana hukum membangun rumah ibadah oleh orangorang non-muslim di wilayah yang dikuasai Islam dengan cara damai? Lihat Ibnu Qayyim al-Jawziyyah (691- 751/1292-1350) di dalam Ahkam Ahli az-Zimmah hlm. 1202.

2

Keberhasilan Islam tasawuf ini dengan segala pemahaman dan penafsiran mistisnya terhadap Islam dalam beberapa segi tertentu “cocok” dengan latar belakang masyarakat lokal yang dipengaruhi oleh asketisme Hindu-Budha

dan

sinkretisme

kepercayaan

lokal.

Di

samping

kecenderungan tarekat sufi bersikap toleran terhadap pemikiran dan praktik lokal tersebut (Azra, 1989: XV). Kombinasi paham Sunni (Ahlussunnah waljamaah) ala teologi (kalam) Al-Asy’ari, fiqh mazhab Syafi’i dan tasawuf Al-Ghazali ini berkembang dan mengakar kuat di wilayah Nusantara hingga sekarang. 6 Namun pada awal abad ke-19 M tepatnya pada akhir tahun 1803 atau di tahun 1804, tiga orang haji kembali dari Mekkah ke Minangkabau, Sumatera Barat. Mereka menyaksikan penaklukan Mekkah oleh Wahabi, sebuah kelompok puritan di dalam Islam di awal tahun 1803, yang satu abad kemudian menaklukan Mekkah kembali dan mendirikan negara Arab Saudi. 7 Dari perspektif sejarah, gerakan Padri pada abad ke-19 M di Minangkabau mengawali gerakan radikal Muslim di Indonesia. Dewasa ini pun berbagai pemahaman, pemikiran, ideologi, dan gerakan-gerakan yang terkait dengan Islam berkecambah bak jamur di musim hujan. “Kedamaian” masyarakat muslim Nusantara yang dulunya bangga dengan sejarah Islamisasi Nusantara dengan cara damai dan menghargai budaya lokal, mulai tergoyahkan. Kombinasi seperti ini yang disebut oleh Azyumardi Azra sebagai karakteristik “Islam Nusantara.” Lihat artikelnya di Republika http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/15/06/17/nq3f9n-islam-nusantara-1 7 M.C. Ricklefs, “Islamizing Indonesia: Religion and Politics in Singapore’s Giant Neighbor,” paper dipresentesaikan pada Public Lecture di Asian Civilizations Museum, 23 September 2004, hlm. 1. Tiga orang haji itu yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang. Mereka dikenal dengan sebutan orang pidari yakni orang Pedir (Pidie), sebuah pelabuhan di Aceh tempat berangkat para haji ke Mekkah. Kemudian mereka menyebut diri mereka sebagai orang putih dan lawan mereka dengan sebutan orang hitam, sebuah istilah yang memiliki implikasi moral, Christine Dobbin, Islamic Revivalism in Minangkabau at the Turn of the Nineteenth Century, Modern Asian Studies, vol. 8, no. 3 (1974), 319-345, hlm. 330-331. Sebutan sebagai orang putih ini sering dihubungkan dengan simbol yang biasa mereka gunakan yaitu pakaian putih dan memakai surban sebagai lambang kesucian dan kebersihan, sedang orang hitam sering menggunakan pakaian hitam yakni pakaian tradisional yang dipakai seorang penghulu. Tiga haji ini yang kemudian menjadi penggerak –yang kemudian di kenal sebutan- gerakan Paderi. Walaupun bergabung belakangan, Tuanku Nan Renceh lah yang menjadi arketip (peletak dasar) gerakan Paderi. 6

3

Di awal orde reformasi secara massif gerakan-gerakan radikal Muslim kembali bermunculan tidak hanya di Jawa, namun juga melebar ke Sulawesi dan Ternate, Maluku (Yahya, 2008: 142-143). Peristiwa bom Bali I 12 Oktober 2002, bom Bali II 1 Oktober 2005 dan aksi-aksi pemboman lainnya menyentakkan publik Indonesia khususnya umat Islam tentang apa yang sedang terjadi dalam pemahaman dan pemikiran sebagian umat Islam di Indonesia. Doktrin takfiri yaitu mengkafirkan orang Islam yang tidak sepaham dengan kelompok orang Islam lainnya berkembang di tengah masyarakat hingga masuk ke dalam buku pelajaran siswa sekolah menengah. 8 Para ulama dan cendikiawan yang mengkhawatirkan perkembangan pemahaman dan pemikiran takfiri dan semisalnya ini di Indonesia yang kebanyakan diimpor dari wilayah-wilayah konflik di Timur Tengah berusaha mengembangkan pemahaman dan pemikiran Islam yang mengedepankan kasih sayang, kesantunan, toleransi, keseimbangan yang sejak dahulu sudah menjadi gerakan mainstream (utama) di Indonesia. Salah satu gagasan tersebut adalah Islam Rahmatan Lil’alamin. Kehadiran gagasan Islam Rahmatan Lil’alamin ini menjadi penting di tengah menguatnya kontestasi wacana dan aksi di antara gerakan Islam di Indonesia. Untuk itu sebelumnya perlu kiranya diketengahkan penjelasan tentang makna Islam Rahmatan Lil’alamin tersebut. Pengertian Islam Rahmatan Lil’alamin Kata orang, sebuah pemikiran atau konsep merupakan anak zamannya, at-turats ibn ‘ashrih, lahir dari konteks zamannya. Demikian pula dengan gagasan Islam Rahmatan Lil’alamin ini. Secara bahasa kata Islam berasal dari kata salama atau salima yang berarti damai, keamanan, kenyamanan, dan perlindungan. Menurut Muhammad Tahir-ul-Qadri (2014: 74) dalam Fatwa tentang Terorisme dan Bom Bunuh Diri, “seperti makna literalnya, Islam adalah pernyataan 8http://nasional.tempo.co/read/news/2015/03/24/079652372/dinas-pendidikan-tarik-

buku-agama-sma-berisi-ajaran-radikal melaporkan Kumpulan Lembar Kerja Peserta Didik Pendidikan Agama Islam Kelas XI SMA yang digunakan siswa SMA di Jombang, Jawa Timur, disusupi ajaran radikal atau ISIS.

4

absolut tentang perdamaian. Dan sebagai agama, Islam adalah manifestasi damai itu sendiri. Dia mendorong manusia untuk menciptakan hidup proporsional, damai, penuh kebaikan, keseimbangan, toleransi, sabar, dan menahan marah.” Dari kata salima menjadi yaslaamu, salaaman, dan salaamatan, serta kata turunan lainnya, yang di dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa setiap kata berasal, terderivasi, serta terkonjungasi dari kata Islam, secara esensial merujuk kepada pengertian damai, perlindungan, keamanan, dan kenyamanan (Tahir-ul-Qadri, 2014: 82). Hadis-hadis Nabi Muhammadρ banyak yang mengilustrasikan makna Islam sebagaimana pengertian di atas, antara lain:

... ‫اﳌﺴﻠﻢ ﻣﻦ ﺳﻠﻢ اﳌﺴﻠﻤﻮن ﻣﻦ ﻟﺴﺎﻧﻪ وﻳﺪﻩ‬

“Seorang muslim itu adalah orang yang orang-orang muslim lainnya merasa aman dari [kejahatan] lisan dan tangannya” (HR Bukhari).

‫ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮو رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ أن رﺟﻼ ﺳﺄل اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ أي اﻹﺳﻼم ﺧﲑ ؟‬ . ‫ ﺗﻄﻌﻢ اﻟﻄﻌﺎم وﺗﻘﺮأ اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻋﺮﻓﺖ وﻣﻦ ﱂ ﺗﻌﺮف‬:‫ﻗﺎل‬ “Seseorang bertanya kepada Nabi ρ apakah [amalan-amalan] yang baik di dalam Islam? Nabi ρ menjawab: engkau memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan kepada orang yang engkau tidak kenal” (HR Bukhari).

‫ اﳌﺴﻠﻢ ﻣﻦ ﺳﻠﻢ اﻟﻨﺎس ﻣﻦ ﻟﺴﺎﻧﻪ وﻳﺪﻩ‬:‫ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬ . ‫واﳌﺆﻣﻦ ﻣﻦ أﻣﻨﻪ اﻟﻨﺎس ﻋﻠﻰ دﻣﺎﺋﻬﻢ وأﻣﻮاﳍﻢ‬

“Seorang muslim itu adalah orang yang orang-orang manusia lainnya merasa aman dari [kejahatan] lisan dan tangannya dan orang mukmin adalah orang yang manusia lainnya merasa aman atas darah [jiwa] dan harta mereka” (HR An-Nasa’i).

‫ ﻟﻴﺲ اﳌﺆﻣﻦ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎن وﻻ اﻟﻠﻌﺎن وﻻ‬:‫ﻋﻦ ﻋﻠﻘﻤﺔ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﻋﻦ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬ ‫اﻟﻔﺎﺣﺶ وﻻ اﻟﺒﺬى‬ Abdullah τ meriwayatkan bahwa Nabi ρ bersabda: seorang mukmin itu bukan orang yang suka mencaci, mengutuk, berperilaku mesum, dan berkata kotor (HR Bukhari dalam Adabul Mufrad).

Dengan empat Hadis ini cukuplah untuk mengatakan dari kajian bahasa bahwa Islam sebagai agama secara normatif memastikan terwujudnya kedamaian dan keselamatan untuk seluruh umat manusia, 5

dan orang muslim tidak lain adalah mereka yang mewujudkan nilai-nilai luhur Islam tersebut. Istilah rahmatan lil’alamin terdiri atas dua kata rahmat yang berarti kasih sayang, dan lil’alamin yang berarti seluruh alam. Istilah ini sebagaimana tercantum di dalam surat Al-Anbiya’ (21): 107. Menurut Ath-Thabari (224-310/838-923) di dalam Jami’ul Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maksud ayat ini, apakah rahmat itu [diutusnya Nabi Muhammad] ditujukan kepada seluruh alam, termasuk orang-orang kafir? atau hanya kepada orang-orang beriman? Menurut Ath-Thabari yang paling benar adalah pendapat pertama. Adapun [rahmat] bagi orang beriman maka sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepadanya dan memasukkan keimanan ke dalam dirinya dan memasukkanya ke dalam surga dengan mengerjakan amal yang diperintahkan Allah. Adapun bagi orang kafir [maka rahmat] itu berupa penundaan bala’ sebagaimana yang diturunkan kepada umat-umat yang mendustakan rasul-rasul Allah sebelumnya. 9 Bisa dikatakan gagasan Islam Rahmatan Lil’alamin ini masih konsep abstrak. Agar lebih operasional, pengertian berikut ini bisa menjelaskan gagasan Islam rahmatan lil’alamin tersebut, yaitu gagasan dan upaya orang Islam khususnya di Indonesia menjadikan: Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya keselamatan bagi manusia tetapi juga untuk alam lainnya. Yang diselamatkan adalah hablum minallah, hablum minan nas dan juga hablum minal alam. Keselamatan manusia tidak ada artinya jika alam tidak dalam keselamatan. Makanya Islam yang menyelamatkan adalah Islam yang memberikan keselamatan bagi semuanya. 10

9

Ath-Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wil al-Qur’an:

‫ وﻫﻮ أن اﷲ أرﺳﻞ ﻧﺒﻴﻪ ﳏﻤﺪا ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬، ‫اﻟﻘﻮل اﻟﺬي ُروي ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬. ‫وأوﱃ اﻟﻘﻮﻟﲔ ﰲ ذﻟﻚ ﺑﺎﻟﺼﻮاب‬ ‫ وﺑﺎﻟﻌﻤﻞ ﲟﺎ ﺟﺎء‬، ‫ وأدﺧﻠﻪ ﺑﺎﻹﳝﺎن ﺑﻪ‬، ‫ ﻓﺄﻣﺎ ﻣﺆﻣﻨﻬﻢ ﻓﺈن اﷲ ﻫﺪاﻩ ﺑﻪ‬. ‫ ﻣﺆﻣﻨﻬﻢ وﻛﺎﻓﺮﻫﻢ‬، ‫وﺳﻠﻢ رﲪﺔ ﳉﻤﻴﻊ اﻟﻌﺎﱂ‬ .‫ وأﻣﺎ ﻛﺎﻓﺮﻫﻢ ﻓﺈﻧﻪ دﻓﻊ ﺑﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﺎﺟﻞ اﻟﺒﻼء اﻟﺬي ﻛﺎن ﻳﻨﺰل ﺑﺎﻷﻣﻢ اﳌﻜ ّﺬﺑﺔ رﺳﻠﻬﺎ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻪ‬.‫ﻣﻦ ﻋﻨﺪ اﷲ اﳉﻨﺔ‬ Dalam buku Rahmatan Lil’alamin karya Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani dijelaskan bagaimana pengejawantahan Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh alam: jin, manusia, alam, tumbuhan, hewan, musuh Islam, dll. 10 Nur Syam, Merumuskan Islam Rahmatan Lil’alamin di laman http://nursyam.uinsby.ac.id/?p=514 lihat juga Nur Syam, Membangun Pendidikan Berbasis Islam Rahmatan Lil’alamin, ppt.

6

Lebih lanjut Syam mengatakan bahwa gagasan Islam rahmatan lil’alamin mengembangkan pola hubungan antar manusia yang pluralis, humanis, dialogis dan toleran, serta mengembangkan pemanfaatan dan pengelolaan alam dengan rasa kasih sayang. Pluralis dalam arti memiliki relasi tanpa memandang suku, bangsa, agama, ras ataupun titik lainnya yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Humanis dalam arti menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menghargai manusia sebagai manusia. Dialogis dalam arti semua persolan yang muncul sebagai akibat interaksi sosial didiskusikan secara baik dan akomodatif terhadap beragam pemikiran. Dan toleran dalam arti memberi kesempatan kepada yang lain untuk melakukan sebagaimana yang diyakininya, dengan penuh rasa damai. Kaitannya dengan profil manusia/siswa yang dihasilkan oleh institusi pendidikan agama Islam ke depan adalah bangunan Islam Indonesia yang berwajah menyelamatkan relasi antar manusia dan relasi antar manusia dengan alam, sebagai perwujudan Islam yang rahmatan lil alamin, yang dalam konteks dunia Islam pada umumnya dan Indonesia pada khususnya sedang mengahadapi persoalan yang berkebalikan dengan gagasan Islam rahmatan lil’alamin seperti kekerasan, ekstremisme, radikalisme, dan terorisme. Ekstremisme/Ghuluw Tantangan Islam Rahmatan Lil’alamin Centre for Religious Freedom, sebuah lembaga yang menekuni bidang kebebasan beragama di Amerika Serikat, mengeluarkan hasil penelitian tentang kurikulum dan buku-buku yang diajarkan di sekolah-sekolah Arab Saudi. Salah satu temuan penting penelitian itu adalah bahwa kurikulum dan buku-buku Islam yang diajarkan sekolah-sekolah Arab Saudi penuh dengan kebencian dan permusuhan terhadap agama Yahudi, Kristen, dan kaum Muslim yang tidak sepaham dengan ajaran Wahabi. 11 In May 2006, the Center for Religious Freedom, with the Institute for Gulf Affairs, released a ground-breaking report that analyzed excerpts from a dozen textbooks published by the Saudi Ministry of Education and used at that time in the Saudi 11

Lihat http://www.hudson.org/research/5729-2008-update-saudi-arabia-s-curriculumof-intolerance

7

public school curriculum. Saudi Arabia also disseminated these texts internationally, including to some 19 academies founded by Saudi Arabia and chaired by the local Saudi ambassadors in or near major foreign cities, one of which is the Islamic Saudi Academy (ISA) outside Washington, D.C. … The Saudi public school religious curriculum continues to propagate an ideology of hate toward the ‘unbeliever,’ that is, Christians, Jews, Shiites, Sufis, and Sunni Muslims who do not follow Wahhabi doctrine, Hindus, atheists, and others. This ideology is introduced in a religion textbook in the first grade and reinforced and developed in following years of the public education system, culminating in the twelfth grade, where a text instructs students that it is a religious obligation to do ‘battle’ against infidels in order to spread the faith.

Sejak kasus serangan ke menara kembar WTC 9 September 2001, label radikal dan bahkan teroris sering dikaitkan tidak saja kepada orang Islam, bahkan kepada Islam itu sendiri. Ada yang beranggapan bahwa AlQur’an dan Hadis Nabi memang mengajarkan orang Islam untuk melakukan kekerasan kepada orang lain. 12 Namun faktanya menyebutkan sebaliknya bahwa mayoritas masyarakat Islam di seluruh dunia tetap dalam pemahaman yang sama bahwa Islam adalah agama cinta perdamaian. Lahirnya pemahaman yang “menyelisihi” pemahaman mayoritas orang Islam tentang pesan damai Islam yang akhirnya membentuk pemahaman radikal/ekstrem (Arab: ghuluw) oleh sebagian kecil umat Islam, sebenarnya dari perspektif sejarah, sudah dimulai pada zaman Nabi masih hidup dilanjutkan oleh mereka-mereka yang membelot pada zaman Khalifah Usman dan Khalifah Ali yang kemudian disebut dengan Khawarij.

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ اﻟﻴﻤﺎن أﺧﱪﻧﺎ ﺷﻌﻴﺐ ﻋﻦ اﻟﺰﻫﺮي ﻗﺎل أﺧﱪﱐ أﺑﻮ ﺳﻠﻤﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﲪﻦ أن أﺑﺎ ﺳﻌﻴﺪ‬ ‫ ﺑﻴﻨﻤﺎ ﳓﻦ ﻋﻨﺪ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ وﻫﻮ ﻳﻘﺴﻢ ﻗﺴﻤﺎ‬:‫اﳋﺪري رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل‬ ‫أﺗﺎﻩ ذو اﳋﻮﻳﺼﺮة وﻫﻮ رﺟﻞ ﻣﻦ ﺑﲏ ﲤﻴﻢ ﻓﻘﺎل ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ اﻋﺪل ﻓﻘﺎل )وﻳﻠﻚ وﻣﻦ ﻳﻌﺪل إذا‬ ‫ ﻓﻘﺎل ﻋﻤﺮ ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ اﺋﺬن ﱄ ﻓﻴﻪ ﻓﺄﺿﺮب‬.(‫ﱂ أﻋﺪل ﻗﺪ ﺧﺒﺖ وﺧﺴﺮت إن ﱂ أﻛﻦ أﻋﺪل‬ ‫ﻋﻨﻘﻪ؟ ﻓﻘﺎل )دﻋﻪ ﻓﺈن ﻟﻪ أﺻﺤﺎﺑﺎ ﳛﻘﺮ أﺣﺪﻛﻢ ﺻﻼﺗﻪ ﻣﻊ ﺻﻼﻬﺗﻢ وﺻﻴﺎﻣﻪ ﻣﻊ ﺻﻴﺎﻣﻬﻢ‬ .( ... ‫ﻳﻘﺮؤون اﻟﻘﺮآن ﻻ ﳚﺎوز ﺗﺮاﻗﻴﻬﻢ ﳝﺮﻗﻮن ﻣﻦ اﻟﺪﻳﻦ ﻛﻤﺎ ﳝﺮق اﻟﺴﻬﻢ ﻣﻦ اﻟﺮﻣﻴﺔ‬ Suatu hari ketika kami bersama Rasulullah dan Beliau ρ sedang melakukan pembagian harta, berkatalah Zul-Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamin, “Wahai Rasulullah, berlaku adillah!” Rasulullah menjawab, “Celakalah engkau, siapa Ayat as-Saif atau ayat al-Qital (ayat-ayat perang) sering digunakan sebagai pembenar pernyataan ini. Abdullah Azzam (1941 – 24 November 1989), orang menyebutnya “Father of Global Jihad” menyebut surat At-Tawbah ayat 5 dan 36 sebagai ayat as-saif, sedang Ibnu al-Mubarak (118-181/736-797) menyebut surat Al-Baqarah ayat 216 sebagai ayat al-qital. 12

8

yang akan berlaku adil jika aku dianggap tidak berlaku adil?” Umar berkata: “Izinkanlah saya memenggal lehernya!’ Nabi menjawab: “Jangan, sesungguhnya dia memiliki teman-teman yang salah seorang di antara kalian akan minder dengan shalat dan puasanya jika dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka. Mereka membaca Al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama seperti terlepasnya anak panah dari busurnya…). 13

Menghindari sikap ekstrem ini sudah diingatkan oleh Nabi ρ:

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ أﺳﺎﻣﺔ ﻋﻦ ﻋﻮف ﻋﻦ زﻳﺎد ﺑﻦ اﳊﺼﲔ ﻋﻦ أﰊ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ ﻋﻦ اﺑﻦ‬ ‫ ﰒ ﻗﺎل )ﻳﺎ أﻳﻬﺎ اﻟﻨﺎس إﻳﺎﻛﻢ‬... ‫ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻏﺪاة اﻟﻌﻘﺒﺔ‬:‫ﻋﺒﺎس ﻗﺎل‬ . (‫واﻟﻐﻠﻮ ﰲ اﻟﺪﻳﻦ ﻓﺈﻧﻪ أﻫﻠﻚ ﻣﻦ ﻛﺎن ﻗﺒﻠﻜﻢ اﻟﻐﻠﻮ ﰲ اﻟﺪﻳﻦ‬ Nabi bersabda: “Wahai manusia berhati-hatilah kalian dari sikap ekstrem dalam beragama, (karena) sesungguhnya sikap seperti itu yang telah menghancurkan umat sebelum kamu. 14

Secara umum bentuk ghuluw itu menurut Abdurrahman bin Mu’alla al-Luwaihiq (1992: 70-77) di dalam “Al-Ghuluw fi ad-Din fi Hayah alMuslimin al-Mu’ashirah” terbagi ke dalam dua bentuk: al-ghuluw al-kulli al-i’tiqadi (terkait masalah akidah) dan al-ghuluw fi al-juz’i al-‘amali (terkait masalah perilaku). Yusuf al-Qardhawi dalam Ash-Shahwah al-Islamiyyah bayna alJuhud wa at-Tatharruf (terjemahan Indonesia: Membedah Islam “Ekstrem” 2001: 29-49) menjelaskan kriteria seseorang dapat dianggap ekstrem dalam beragama: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Fanatik pada suatu pendapat dan tidak mengakui pendapat-pendapat lain. Mewajibkan atas manusia sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah atas mereka. Memperberat yang tidak pada tempatnya. Sikap kasar dan keras (kecuali di tengah medan perang dan dalam rangka pelaksanaan sanksi hukum). Buruk sangka terhadap manusia. Terjerumus dalam jurang pengafiran (takfiri). Melihat fenomena ekstremisme yang marak belakangan ini di dunia

Islam, para peneliti telah banyak melakukan pengkajian terhadap fenomena ini. Dan banyak yang menyamakan perilaku ekstremisme HR Bukhari nomor 3414 HR Ibnu Majah nomor 3029. Di dalam Al-Qur’an Allah telah melarang Ahlul Kitab untuk tidak berlaku ekstrem dalam agama (lihat surat An-Nisa’: 171, Al-Maidah: 77). 13

14

9

sebagian orang Islam sekarang ini dengan apa yang dilakukan oleh Khawarij pada masa lalu. Hasil penelitian terhadap faktor-faktor penyebab ektremisme dalam beragama ini misalnya ditulis oleh Yusuf al-Qardhawi dalam Ash-Shahwah al-Islamiyyah bayna al-Juhud wa at-Tatharruf (terjemahan Indonesia: Membedah Islam “Ekstrem” 2001: 50-95). Menurutnya faktor-faktor ekstremisme itu: 1. Lemahnya pandangan terhadap hakikat agama 2. Kecenderungan zahiriyah/harfiyah dalam memahami nash-nash 3. Sibuk mempertetangkan hal-hal sampingan seraya melupakan problem-problem pokok 4. Berlebih-lebihan dalam mengharamkan 5. Pemahaman keliru dalam beberapa pengertian/istilah 6. Mengikuti yang tersamar (mutasyabihat) dan meninggalkan yang jelas (muhkamat) 7. Mengambil ilmu bukan dari ahlinya 8. Berpaling dari ulama 9. Lemahnya pengetahuan tentang sejarah Menjadi penting untuk mengupayakan langkah-langkah antisipatif menahan lajunya masalah ekstremisme ini, terutama di sekolah-sekolah. Sekolah dan Pendidikan Islam Rahmatan Lil’alamin Para pemuda merupakan target strategis untuk disusupi dan diindoktrinasi oleh ekstremis. Nabi Muhammad ρ sudah memberikan sinyalemen ke arah tersebut:

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻏﻴﺎث ﺣﺪﺛﻨﺎ أﰊ ﺣﺪﺛﻨﺎ اﻷﻋﻤﺶ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺧﻴﺜﻤﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻮﻳﺪ ﺑﻦ‬ ‫ وإﱐ ﲰﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮل‬... :‫ﻏﻔﻠﺔ ﻗﺎل ﻋﻠﻲ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ‬ ‫)ﺳﻴﺨﺮج ﻗﻮم ﰲ آﺧﺮ اﻟﺰﻣﺎن أﺣﺪاث اﻷﺳﻨﺎن ﺳﻔﻬﺎء اﻷﺣﻼم ﻳﻘﻮﻟﻮن ﻣﻦ ﺧﲑ ﻗﻮل اﻟﱪﻳﺔ ﻻ‬ ‫ﳚﺎوز إﳝﺎ�ﻢ ﺣﻨﺎﺟﺮﻫﻢ ﳝﺮﻗﻮن ﻣﻦ اﻟﺪﻳﻦ ﻛﻤﺎ ﳝﺮق اﻟﺴﻬﻢ ﻣﻦ اﻟﺮﻣﻴﺔ ﻓﺄﻳﻨﻤﺎ ﻟﻘﻴﺘﻤﻮﻫﻢ ﻓﺎﻗﺘﻠﻮﻫﻢ‬ . (‫اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬

‫ﻓﺈن ﰲ ﻗﺘﻠﻬﻢ أﺟﺮا ﳌﻦ ﻗﺘﻠﻬﻢ ﻳﻮم‬

“Akan muncul pada akhir zaman suatu kaum yang terdiri dari generasi muda, dangkal pemikirannya, mereka berkata dengan sebaik-baik perkataan manusia yang hanya sebatas kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah yang melesat dari busurnya. Di mana saja kalian menjumpai mereka, maka bunuhlah, sesungguhnya membunuh mereka akan mendapat pahala di hari Kiamat.” 15

15

HR Bukhari nomor 6531

10

Menurut Muhammad Tahir-ul-Qadri (2014: 337) kata ahdas al-asnan dan sufaha al-ahlam dalam Hadis di atas bisa jadi bahwa Khawarij merupakan orang-orang muda atau menggunakan orang muda untuk mewujudkan tujuan-tujuan mereka. Agar terhindar dari infiltrasi dan indoktrinasi paham ini, oleh karena itu, sekolah –dalam hal ini gurumerupakan benteng kedua setelah orang tua dalam menyemai Islam Rahmatan Lil’alamin. Peran

guru

menjadi

penting

di

dalam

menjelaskan

dan

mencontohkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta dalam melahirkan generasi yang berkarakter pluralis, humanis, dialogis, dan toleran, serta menghargai alam. Guru (Arab: mu’allim, muaddib, mudarris, syekh, imam) sebagai sumber belajar bagi para siswa merupakan faktor paling penting dalam tradisi keilmuan Islam pada masa klasik. Mereka yang belajar tanpa guru, hanya melalui media tertulis atau audio-visual, diibaratkan oleh Kuntowijoyo sebagai “Muslim tanpa masjid” bahkan di dalam tradisi Sufi dikenal ungkapan “Man la syaikha lahu fa asy-syaithan syaikhun lah.” Kitab-kitab klasik dalam dunia pendidikan Islam seperti Ta’lim al-Muta’allim karya Az-Zarnuji (w. 591/1195) dan Tazkirah as-Sami’ wa al-Mutakallim karya Ibnu Jamaah (639-723/1241-1325) menempatkan arti penting guru dalam pendidikan siswanya. Az-Zarnuji (1995: 19) mengutip Imam Abu Hanifah yang belajar kepada gurunya Hammad bin Abu Sulaiman:

‫ ﺛﺒﺖ ﻋﻨﺪ ﲪﺎد ﺑﻦ‬:‫ وﻗﺎل‬.‫ وﺟﺪﺗﻪ ﺷﻴﺨﺎ وﻗﻮرا ﺣﻠﻴﻤﺎ ﺻﺒﻮرا‬:‫وﻗﺎل أﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ رﲪﻪ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬ .‫أﰊ ﺳﻠﻴﻤﺎن ﻓﻨﺒﺖ‬

Abu Hanifah berkata: “Saya dapati Hammad guru yang tenang berwibawa, santun dan sabar. Dan beliau berkata: “Saya bertahan ngaji bersamanya hingga saya seperti sekarang ini.”

Setelah guru, metode pengajaran yang digunakan pada masa klasik Islam dengan membiasakan menghargai perbedaan pendapat, mengikuti dan mempelajari mazhab/aliran pemikiran tertentu yang masih berada dalam koridor agama dengan tidak fanatik, 16 menempatkan wahyu dan akal Penelitian Muh. Nashiruddin tentang Implikasi Matakuliah Perbandingan Mazhab dalam Ushul Fiqh terhadap Kearifan Mahasiswa dalam Beragama dan Interaksi Sosial 16

11

secara proporsional, serta terdidik di dalam kehalusan budi dan batin di dalam

akhlak/tasawuf,

telah

menjadi

bukti

dalam

sejarah

bagi

perkembangan Islam yang toleran dan damai. 17 Wallaahu a’lam…

Bibliografi Al-Qur’an dan Terjemahnya Kitab-kitab Hadis di dalam Al-Maktabah al-Syamilah Al-Attas, Syed Muhammad Naguib, Some Aspects of Sufism: as Understood and Practised Among the Malays. Singapore: Malaysian Sociological Research Institute, 1963. Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII: Akar Pembaruan Islam Nusantara, edisi revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004. ......................., Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989. …………………, http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/15/06/17/nq3f9nislam-nusantara-1 Al-Qaradhawi, Yusuf, Ringkasan Fikih Jihad. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011. Al-Qardhawi, Yusuf, Membedah Islam “Ekstrem. Bandung, Mizan, 2001. Dobbin, Christine, Islamic Revivalism in Minangkabau at the Turn of the Nineteenth Century, Modern Asian Studies, vol. 8, no. 3 (1974), 319-345, hlm. 330-331. Ibnu al-Mubarak, Abdullah, Kitab al-Jihad. Jedah: Dar al-Mathbu’at al-Haditsah, tt. Ibnu Jamaah, Tazkirah as-Sami’ wa al-Mutakallim. Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyyah, 2012. Ibnu Qayyim al-Jawziyyah (691- 751/1292-1350), Ahkam Ahli az-Zimmah. Saudi Arabia: 1997. Johns, A.H., “Sufism as a Category in Indonesian Literature and History.” JSAH, Vol. 2, No. 2 (Jul. 1961): 10-23. Al-Luwaihiq, Abdurrahman bin Mu’alla, Al-Ghuluw fi ad-Din fi Hayah al-Muslimin alMu’ashirah. Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1992. Muh. Nashiruddin tentang Implikasi Matakuliah Perbandingan Mazhab dalam Ushul Fiqh terhadap Kearifan Mahasiswa dalam Beragama dan Interaksi Sosial, hasil penelitian, 2006. Ricklefs, M.C., “Islamizing Indonesia: Religion and Politics in Singapore’s Giant Neighbor,” paper dipresentesaikan pada Public Lecture di Asian Civilizations Museum, 23 September 2004. Syam, Nur, Merumuskan Islam Rahmatan Lil’alamin di http://nursyam.uinsby.ac.id/?p=514 …………………., Membangun Pendidikan Berbasis Islam Rahmatan Lil’alamin, ppt. Tahir-ul-Qadri, Muhammad, Fatwa tentang Terorisme dan Bom Bunuh Diri. Jakarta: LPPI, 2014.

menunjukkan ada keterkaitan kuat bahwa suatu matakuliah yang diajarkan bisa membentuk karakter mahasiswa, terlebih yang sifatnya perbandingan. 17 NU telah menempatkan tawassuth, tawazun, i’idal, dan tasamuh dalam kriteria Ahlussunnah wal-jamaah.

12

Ath-Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, (Beirut: Mua’assasah ar-Risalah, 2000), Al-Maktabah asy-Syamilah. Yahya, Ismail, Ancaman Kelompok Radikal: Mitos atau Realitas? Belajar dari Pengalaman Surakarta, dalam Generasi Baru Peneliti Muslim Indonesia: Mencari Ilmu di Australia. Canberra: Australia-Indonesia Institute, 2008. Az-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim. Surabaya: Suara Ilmu, 1995. http://nasional.tempo.co/read/news/2015/03/24/079652372/dinas-pendidikan-tarikbuku-agama-sma-berisi-ajaran-radikal http://www.hudson.org/research/5729-2008-update-saudi-arabia-s-curriculum-ofintolerance

13