79 AGROVETERINER VOL.1, NO.2, JUNI 2013

Download dan Total Digestible Nutrient (TDN) atau bahan makanan yang dapat dicerna tidak kurang dari 75%. Menurut Soetarno dan. Adiarto (2002) pembe...

0 downloads 493 Views 325KB Size
79 PENINGKATAN KADAR LEMAK SUSU SAPI PERAH DENGAN PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT KOMERSIAL DIBANDINGKAN DENGAN AMPAS TAHU IMPROVEMENT OF DAIRY MILK FAT CONTENT WITH FEEDING OF COMMERCIAL CONCENTRATE FEED COMPARED TO A TOFU WASTE Nabila Laryska 1 dan Tri Nurhajati 2 1 Student, 2

Department of Animal Husbandry Faculty of Veterinary Medicine, Airlangga University, Surabaya ABSTRACT

The aim of this research was to know the potential of commercial concentrate feed than waste tofu feedstuff to production milk fat. The research was conducted on eight cross breed Frisian Holstein cows, 3-10 years of age with 400 kg body weight. Four cows were in the second to third lactation and the rest were in the fourth to fifth lactation. The experimental design study was completely randomized design with two factors and two repeatitions. First factor were tofu waste and commercial concentrate feed while the second factor were the second to third lactation and the fourth to fifth lactation. The Data was analysed using Analysis of Variant (Anava), followed by Duncan’s Multiple Range Test to determine the different of factors. The software that used to analyze the data is Windows Statistical Program from Social Science (SPSS) 18. The result showed that milk fat in the afternoon production showed that tofu waste with the fourth to fifth lactation had the highest percentage, while the commercial concentrate feed with the second to third lactation was the lowest. Keyword : tofu waste, commercial concentrate feed, production, milk fat, dairy cows

Pendahuluan Selama ini pemberian pakan hanya

produksi dan kadar lemak susu yang

terbatas pada rumput dan ampas tahu,

rendah.

bertitik

konsentrat komersial menjadi salah satu

tolak

dari

masalah

tersebut

peneliti mencoba dan memberikan pakan

Adanya

tambahan

pakan

pilihannya.

konsentrat komersial sebagai alternatif

Pakan adalah bahan yang dapat

pemberian pakan tambahan. Diharapkan

dimakan dan menyediakan zat pakan

dengan

untuk ternak. Bahan baku pakan adalah

pemberian

pakan

konsentrat

komersial dapat meningkatkan

kadar

satu

bagian

komponen

atau

suatu

lemak susu. Pakan mempunyai pengaruh

penyusun dari suatu kombinasi atau

yang

dan

campuran suatu pakan, mempunyai nilai

kuantitas susu. Pada pemberian ransum

nutrisi maupun tidak dalam pakan ternak,

yang tidak memadai menyebabkan

termasuk pakan tambahan, bahan berasal

besar

terhadap

kualitas

dari tanaman, hewan atau hewan air atau AGROVETERINER

Vol.1, No.2, Juni 2013

80 bahan organik atau anorganik lain. Bahan

bahan baik diolah, setengah jadi atau

pakan adalah satu atau beberapa macam

bahan

bertujuan untuk dibuat menjadi pakan

kandungan protein kasar minimal 18%

atau diberikan langsung kepada hewan

dan Total Digestible Nutrient (TDN) atau

(Lammers and Ishler, 2011).

bahan makanan yang dapat dicerna tidak

baku

yang

Pemberian pakan pada sapi dapat

kurang dari 75%. Menurut Soetarno dan

dilakukan dengan 3 cara, yaitu sistem

Adiarto (2002) pemberian ransum dengan

penggembalaan

fattening),

serat kasar antara 18 – 22% . Sumber

kereman (dry lot fattening), kombinasi cara

utama konsentrat yang lazim diberikan

pertama dan kedua. Pakan yang diberikan

pada sapi perah di daerah sentra produksi

berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan

susu

yang berupa jerami padi, pucuk daun

Koperasi Unit Desa dengan bahan dasar

tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah,

limbah pertanian dan agro industri seperti

rumput benggala atau rumput raja. Pakan

dedak padi, berbagai macam bungkil,

berupa

onggok dan lain-lain. Peternak juga bisa

rumput

(pasture

bagi

sapi

dewasa

adalah

yang

diproduksi

umumnya diberikan sebanyak 10% dari

terbiasa

bobot badan (BB) dan pakan tambahan

ampas kecap dan molasses. Fungsi utama

sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang

konsentrat

menyusui (laktasi) memerlukan pakan

kebutuhan protein, karbohidrat, lemak

tambahan

dan

dan mineral yang tidak dapat dipenuhi

konsentrat dalam ransumnya. Hijauan

oleh hijauan (Eniza, 2004). Konsentrat

yang berupa rumput segar sebaiknya

komersial yang diberikan pada pakan

ditambah dengan jenis kacang-kacangan

mengandung bekatul, kalsium, molasses,

(legum).

bungkil kedelai, garam, pollard, mineral,

sebesar

25%

hijauan

menambahkan

adalah

ampas

oleh

untuk

tahu,

mencukupi

Tambahan bahan konsentrat pada

vitamin, dan aroma. Pakan yang diberikan

pakan diberikan sebagai pilihan peternak

dalam penggunaan ini yaitu kandungan

sapi perah. Pemberian pakan konsentrat

protein seimbang dan diperkaya dengan

yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi

by-pass protein, kandungan vitamin dan

dari

diperkuat dengan vitamin E sebagai

pada

hijauan,

ditujukan

untuk

memberikan peluang kepada ternak agar

antioksidan

dapat

pertumbuhan/

mengontrol keutuhan sel, oksidasi dan

produksi. Pemberian konsentrat yang baik

memiliki aroma yang spesifik sehingga

menurut Siregar (1996) adalah dengan

dapat merangsang nafsu makan dan

memaksimalkan

AGROVETERINER

yang

berfungsi

untuk

Vol.1, No.2, Juni 2013

81 meningkatkan kualitas cerna pakan lokal

Komposisi air susu rata-rata adalah air

dan rumput. Kandungan nutrisi pakan

(87,90%) dan bahan kering (12,10%) yang

konsentrat komersial bentuk pellet untuk

terdiri dari lemak (3,45%) dan bahan

sapi protein 30,4%, lemak 13,5%, serat

kering tanpa lemak (8,65%). Bahan kering

kasar 13,4%, abu 10%, kalsium 2,7%, bahan

tanpa lemak terdiri dari protein (3,20%),

kering 91,3% (hasil analisis proksimat).

laktosa (4,60%), dan vitamin, enzim, gas

Pemberian ampas tahu memiliki nilai

(0,85%). Protein terbagi atas casein (2,70%)

nutrisi yang baik dan digolongkan ke

dan albumin (0,50%) (Eniza, 2004).

dalam bahan pakan sebagai pelengkap

Lemak susu seperti juga lemak-lemak

protein dari hijauan. Ampas tahu apabila

lainnya

diolah atau diawetkan, baik secara kering

merupakan sumber cadangan energi yang

maupun secara basah dapat dimanfaatkan

mudah dicerna. Seperti kita ketahui juga

dan disimpan dalam waktu yang cukup

beberapa vitamin yang terlarut dalam

lama

tahu

lemak antara lain vitamin A, D, E, K dan

memberikan pengaruh yang baik terhadap

beberapa zat lain. Salah satu zat tersebut

performa

adalah karoten yang memberi warna

dan

pemberian

ternak

ampas

ruminansia

sehingga

yang

terdapat

pada

(Foley,

pakan,

menjadikan ampas tahu sebagai salah satu

keemasan

pilihan tepat bagi para peternak sapi perah

Persentase lemak susu bervariasi antara

karena memiliki nutrisi yang baik bagi

2,4% - 5,5%. Lemak susu terdiri atas

performa sapi perah, mudah didapat atau

trigliserida

dibuat sendiri dan juga dapat disimpan

molekul gliserol dengan tiga molekul asam

dan diawetkan. Keuntungan pemberian

lemak melalui ikatan-ikatan ester. Lemak

ampas tahu terhadap pakan sapi perah

susu terbentuk dari kira-kira 12,5% gliserol

karena mempunyai nilai gizi yang cukup

dan 85,5% asam lemak, serta mempunyai

baik, murah dan mudah didapat (Tarmidi,

berat jenis 0,93. Asam lemak susu berasal

2002). Komponen-komponen susu yang

dari aktivitas mikrobiologi dalam rumen

terpenting adalah protein dan lemak.

atau dari sintesis dalam sel sekretori. Asam

Kandungan protein susu berkisar antara 3

lemak disusun rantai hidrokarbon dan

- 5 persen sedangkan kandungan lemak

golongan karboksil. Salah satu contoh dari

berkisar antara 3 - 8 persen. Kandungan

asam lemak susu adalah asam butirat

energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah

berbentuk asam lemak rantai pendek yang

6,7.

akan menyebabkan aroma tengik pada

yang

susu

dalam

tersusun

dari

1998).

satu

susu AGROVETERINER

Vol.1, No.2, Juni 2013

82 ketika asam butirat ini dipisahkan dari

gliserol dengan enzim lipase (Ressang,.

1982), Lemak susu dikeluarkan dari sel

susu/laktasi atau 50 kg susu/hari. Hal ini

epitel ambing dalam bentuk butiran

sangat

lemak

bervariasi

manajemen pakan yang efektif. Bila

antara 0,1 – 15 µm. Butiran lemak

pemberian pakan tidak cukup maka sapi

tersusun atas butiran trigliserida yang

akan memobilisasi cadangan makanan

dikelilingi membran tipis yang dikenal

dalam tubuh untuk produksi susu dan

dengan Fat Globule membran (FGM) atau

akan kehilangan berat badan. Sapi perah

membran butiranlemak susu. Komponen

memerlukan

utama dalam FGM adalah protein dan

produksi susu dari pada yang dia

fosfolipid. FGM salah satunya berfungsi

butuhkan untuk pemeliharaan tubuh.

sebagai stabilisator butiran-butiran lemak

Ransum

susu dalam emulsi dengan kondisi encer

protein, energi, hijauan dan mineral yang

dari susu, karena susu sapi mengandung

dibutuhkan (Hurley,2000).

air sekitar 87% (Ressang, 1982). Lemak

Periode Laktasi pada Sapi Perah,

susu mengandung beberapa komponen

adalah induk

bioaktif yang sanggup mencegah kanker,

kemudian memproduksi susu sekitar 8-

termasuk

10

yang

diameternya

asam

linoleat

konjugasi,

memerlukan

2,5

pakan

bulan.

nutrisi

kali

energi

harus

sapi

untuk

mengandung

setelah

Produksi

dan

susu

beranak

semakin

sphingomyelin, asam butirat, lipid eter,

meningkat dari awal bulan laktasi sampai

b-karoten, vitamin A, dan vitamin D.

dengan bulan laktasi ke 4, mengalami

Lemak susu mengandung asam lemak

penurunan pada laktasi selanjutnya dan

esensial, asam linoleat dan linolenat yang

akhirnya mengalami dry periode (masa

memiliki bermacam-macam fungsi dalam

kering)

metabolisme dan mengontrol berbagai

melahirkan anak lagi. Sapi perah akan

proses fisiologis dan biokimia pada

menghasilkan

manusia (Donald, 2002). Laktasi adalah

melahirkan pedet berikutnya (Romziah,

proses sintesis susu oleh sel-sel epitel

2004). Selama periode laktasi kandungan

glandula lactifera dan proses mengalirnya

protein susu secara umum mengalami

susu dari sitoplasma ke lumen alveoli

kenaikan,

serta pencurahan susu dari alveoli ke

lemaknya mula-mula menurun sampai

sisterna, dan akhirnya keluar melalui

bulan ketiga laktasi kemudian naik lagi.

puting. Pada peternakan modern, sapi

Komposisi air susu berubah pada tiap

perah dapat memproduksi 15.000 kg

tingkat laktasi dimana perubahan yang

AGROVETERINER

selama

2

bulan

susu

sedangkan

sebelum

lagi

setelah

kandungan

Vol.1, No.2, Juni 2013

83 terbesar terjadi pada saat permulaan dan

tempat minum. Lantai kandang terbuat dari

terakhir periode laktasi (Mariyollo, 1991).

beton

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian

pakan

dengan

kemiringan

2-5

kearah

selokan dan beralaskan karpet ban. Ukuran

konsentrat

kandang untuk 8 ekor sapi adalah 10x3 m.

komersial pada produksi dan kadar lemak

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

susu dibandingkan ampas tahu, pengaruh

untuk

periode laktasi berbeda pada produksi dan

lactoscan.

kadar lemak susu dan ada atau tidaknya

Penelitan ini dilakukan selama 3 minggu,

interaksi antara pemberian pakan konsentrat

terdiri dari tahap adaptasi 1 minggu dan

dengan periode laktasi pada produksi dan

tahap percobaan2 minggu.

kadar lemak susu.

diberikan dihitung berdasarkan kebutuhan

analisis

protein

dan

lemak

energi

menggunakan

Ransum yang

pada

sapi

perah

Materi dan Metode

berdasarkan berat badan 400 kg, produksi

Penelitian ini dilakukan di peternakan H.

susu 10 liter/hari, dan kandungan lemak

Huda, desa Taman, kecamatan Sepanjang

susu 3 %. Pakan yang diberikan ada 2

kabupaten Sidoarjo bulan Maret 2012 dan

macam yaitu ampas tahu dan konsetrat

pemeriksaan

penelitian

komersial pada periode laktasi ke 2-3 dan

dilakukan di KUD Kletek, Jl. Raya Kletek 96,

periode laktasi ke 4-5. Perincian mengenai

desa

pemberian pakan terhadap masing-masing

Taman,

sampel

susu

Sidoarjo.

Hewan

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sapi

perlakuan

perah betina peranakan friesian holstein

PAL1:Pakan ampas tahu pada periode

dengan periode laktasi ke 2 – ke 5 dengan

laktasi 2-3, PAL2:Pakan ampas tahu pada

berat badan rata rata 400 kg. Jumlah sapi

periode laktasi 4-5; PKL1:Pakan konsentrat

yang

pada periode laktasi

digunakan

untuk

penelitian

ini

sebanyak 8 ekor, yang terbagi menjadi 4 ekor pada periode laktasi ke 2 – ke 3, dan 4

konsentrat

adalah

sebagai

berikut

:

2-3 dan PKL2:Pkan

pada

periode

Pemberian

pakan

laktasi

4-5

dilakukan

ekor pada periode laktasi ke 4 - ke 5. Bahan

sebanyak 2 kali pada pagi dan sore, untuk

konsentrat yang dipakai adalah pakan

hijauan diberikan setelah proses pemerahan,

konsentrat komersial dari PT. Wirifa Sakti,

sedangkan konsentrat maupun ampas tahu

rumput lapangan dan ampas tahu. Kandang

diberikan

untuk setiap ekor sapi seluas 1 x 3 meter

Pemerahan dilakukan pada jam 5 pagi dan

dengan menggunakan sistem head to head

jam 4 sore

saat

pemerahan

berlangsung.

yang dilengkapi dengan tempat pakan dan AGROVETERINER

Vol.1, No.2, Juni 2013

84 Perincian

mengenai

perlakuan

pakan

dua

kali,

sehingga

ada

8

(2x2x2)

sebagai berikut :

(Kusriningrum, 2011).

P1 : 40 kg rumput grinting + 22 kg ampas

Analisis Data

tahu/hari dan P2 : 40 kg rumput grinting +

Data yang diperoleh dianalisis dengan

2,9 kg konsentrat komersial/hari.

metode ANOVA menggunakan perangkat

Waktu

pemberian kedua perlakuan pakan tersebut

Windows

dilakukan setelah pemerahan. Pemerahan

perbedaan rata-rata diantara perlakuan diuji

dilakukan jam 4 pagi dan jam 3 sore. Ampas

dengan uji jarak Duncan’s (Duncan Multiple

tahu

Range Test) (Kusriningrum, 2008).

dan

diberikan

juga

konsentrat

sebelum

komersial

pemberian

rumput

SPSS,

selanjutnya

untuk

Hasil dan Pembahasan

grinting. Ampas tahu diberikan secara

Berdasarkan Uji F menunjukkan bahwa

comboran sedangkan konsentrat komersial

kadar

diberikan kering. Pemberian air minum

didapatkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

untuk setiap kali makan sebanyak 25

terhadap pakan, tetapi tidak berbeda nyata

liter/ekor sapi.

Pengambilan sampel susu

(p>0,05) terhadap laktasi dan tidak terjadi

dilaksanakan pada 7 hari terakhir masa

interaksi (p>0,05) antara pemberian pakan

percobaan pakan. Sampel susu diambil

dan laktasi. Data kadar lemak susu pada

sebanyak 250 ml pada pagi hari dan sore

pagi dan sore dapat dilihat pada tabel :

hari. Kadar lemak susu dihitung per ekor

Berdasarkan Uji F menunjukkan bahwa

setiap hari dengan menggunakan lactoscan

kadar lemak susu sapi perah pada sore hari

selama tujuh hari

tidak didapatkan perbedaan yang nyata

Rancangan Penelitian

terhadap pakan (p>0,05), tetapi didapatkan

lemak susu pada pagi

hari

adalah

perbedaan yang nyata terhadap laktasi

Rancangan

(p<0,05) dan tidak terjadi interaksi (p>0,05)

Acak Lengkap (RAL). Percobaan terdiri dari

antara pemberian pakan dan laktasi. Setelah

2 faktor yaitu faktor pertama adalah faktor

dilakukan Uji Duncan maka pada tabel

pakan terdiri dari 2 macam yaitu rumpu

dapat dilihat bahwa PAL2 menghasilkan

dengan

kadar lemak yang tertinggi sedangkan PKL1

Rancangan

yang

Percobaan

Faktorial

digunakan dengan

ampas tahu (PA) dan rumput kedua

menghasilkan kadar lemak yang terendah.

adalah periode laktasi terd laktasi 4-5 (L2),

Dari hasil kandungan lemak susu pada sapi

sehingga diperoleh perlakuan sebanyak 2x2

yang diberi pakan konsentrat dibandingkan

dengan masing masing perlakuan diulang

ampastahu

dengan

konsentrat

AGROVETERINER

(PK).

Faktor

dapat

diketahui

bahwa,

Vol.1, No.2, Juni 2013

85 pemberian pakan ampas tahu terbukti dapat

menghasilkan kadar lemak susu tertinggi.

Berdasarkan hasil analisis sampel ampas

lebih singkat dibandingkan dengan hijauan,

tahu dan konsentrat protelis berdasarkan

selain

bahan

produksi saliva sehingga pH rumen menjadi

kering

mengandung

bebas

tahu

komersial

yakni

komposisi asam lemak dalam rumen yang

sebesar 31,10%. Perbedaan kandungan SK

menjadikan asam asetat kurang tersedia

ini menyebabkan kadar lemak susu lebih

dalam

tinggi pada sapi yang diberi ampas tahu

mengalami penurunan.

dibanding dengan konsentrat, sesuai dengan

Dalam

Maheswari

(2004)

yang

rumen

menyebabkan

penurunan

rendah

konsentrat

dan

pada

tinggi

pendapat

kasar

ampas

berakibat

lebih

dibanding

serat

air,

itu

dan

lemak

penelitian

perbedaan

susu

akan

ini

juga

didapatkan perbedaan yang nyata terhadap

menyatakan bahwa lemak susu tergantung

laktasi.

Laktasi

ke

4-5

terbukti

dapat

dari kandungan serat kasar dalam pakan.

menghasilkan kadar lemak yang lebih tinggi

Kadar lemak susu dipengaruhi oleh pakan

dibandingkan laktasi ke2-3. Meningkatnya

karena sebagian besar dari komponen susu

produksi susu sampai dengan sekitar 6 - 8

disintesis dalam ambing dari substrat yang

minggu laktasi, kadar lemak susu akan

sederhana yang berasal dari pakan dan

mengalami penurunan dan akan meningkat

diperkuat dengan pendapat Folley (1998)

kembali pada akhir laktasi.

yang menyatakan bahwa adanya serat kasar

Peningkatan ini adalah sekitar 0,5 -

yang tinggi dalam pakan akan menghasilkan

1,5% dibandingkan dengan kadar lemak

asam asetat dalam jumlah tinggi dalam

susu pada permulaan laktasi. Kadar lemak

rumen. Apabila produksi asam asetat dalam

susupun mengalami perubahan, walaupun

rumen

mengakibatkan

perubahan ini kecil. Perubahan yang terjadi

kadar lemak susu yang rendah . Konsentrat

sekitar 0,03% dari satu laktasi ke laktasi

komersial tidak dapat meningkatkan kadar

berikutnya dan perubahan ini berlangsung

lemak karena pemberian secara kering dan

terus sampai tercapai puncak produksi susu

dalam bentuk pellet sehingga tidak dapat

(Basya, 2004)

berkurang,

akan

merangsang saliva dalam proses ruminasi, hal ini diperkuat oleh pendapat Basya (2004) bahwa konsentrat dalam bentuk pellet tidak akan lama tertahan dalam rumen, hal ini menyebabkan waktu fermentasinya pun

AGROVETERINER

Vol.1, No.2, Juni 2013

86

Tabel :Rata-rata dan Sandart Deviasi Kadar Lemak Susu pada pagi hari (%) PA PK Rumput + Ampas tahu Rumput + Konsentrat komersial 3,86±0,37 L1 (Periode Laktasi 2-3) 3,57±0,50 L2(Periode Laktasi 4-5) 3,83±0,29 3,63±0,24 Tabel : Rata-rata dan Sandart Deviasi Kadar Lemak Susu pada Sore hari %) PA PK Rumput + Ampas tahu Rumput Konsentrat komersial 3,54ab±0,35 L1 (Periode Laktasi 2-3) 3,40b±0,51 L2(Periode Laktasi 4-5) 3,76a±0,27 3,56ab±0,22 Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama, menunjukkan berbedan nyata (P<0,05) Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1 Pemberian pakan konsentrat komersial tidak

dapat

meningkatkan

produksi

maupun kadar lemak susu dibandingkan dengan ampas tahu. 2. Periode laktasi ke 2-3 tidak dapat meningkatkan kadar lemak susu pagi tetapi dapat meningkatkan kadar lemak

Dokumen Dirjen Peternakan, 2008. Pakan dan Produksi Sapi Perah. http://www.deptan dirjennak/litbang/susu.go.id [12 Desember 2011] Donald, P.Mc, RA Edwards, J.F.D. Greenhalgh, and CA Morgan. 2002. Ed. Prentice Hall. London. Eniza Saleh. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sumatera.

susu sore dibandingkan dengan laktasi ke 4-5. 3. Tidak Terjadi interaksi antara pemberian pakan

konsentrat

komersial

dengan

periode laktasi pada kadar lemak susu sapi perah.

Daftar Pustaka Basya anshori. 2004. Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Lemak Susu Sapi Perah. Balai Penelitian Ternak. Bogor

AGROVETERINER

Herman Setyono, Kusriningrum R . S, Mustikoweni, Tri Nurhajati, Romziah Sidik, H . M . Anam Al-Arief, Mirni Lamid, Widya Paramita Lokapirnasari. 2009. Teknologi Pakan Hewan. Departemen Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Kusriningrum, R.S. 2011. Buku Ajar Perancangan Percobaan. Dani Abadi. Surabaya. Hal 31-51

Vol.1, No.2, Juni 2013

87

Lammers, B.P. dan V.A. Ishler. 2011. Use of Total Mixes Relation (TMR) for Dairy Cows. Dairy Cattle Feending and Manajement. Departement of Dairy and Animal Science. The Peninsula state University . http/www,das.spu.edu/ tendairy/pp:1-10[10 Desember 2011]. Maheswari, R.R.A. 2004. Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Mariyollo, M..1991. Efisiensi Pakan Sapi Perah Lokal Pada Empat BulanAwal Laktasi di daerah Grati-Pasuruan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. Sub Balai Penelitian Ternak Grati. Pasuruan .

AGROVETERINER

Ressang, A.A. dan A.M. Nasution. 1982. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Soetarno, T. dan Adiarto. 2002. Pengendalian Mutu Konsentrat Sapi Perah Secara terpadu, Seminar Pengawasan Mutu ternak, Dinas peternakan Propinsi Jawa Timur. Surabaya Tarmidi, Ana R. 2002. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya Pada Pakan Ruminansia. Bandung. hal 11.

Vol.1, No.2, Juni 2013