ABSTRAK UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA)

Download mengandung senyawa saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid sebagai antibakteri. Hasil tersebut menunjukan ekstrak etanol daun kelor (Moring...

1 downloads 620 Views 223KB Size


ABSTRAK UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI METHISILIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA) SECARA IN VITRO Penyakit infeksi masih menyebabkan tingginya morbiditas dan mortalitas di Indonesia, dimana sebagian besar disebabkan oleh infeksi bakteri. Hal tersebut meningkatkan penggunaan antibiotik yang tidak bijaksana sehingga terjadi resistensi antibiotik. Bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan strain Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap bakteri MRSA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode true experimental post test only group design. Ekstrak daun kelor dibuat dengan metode maserasi yang dilarutkan pada etanol 96%. Bakteri MRSA akan diuji dengan etanol (kontrol negatif), linezolid 30µg (kontrol positif) dan konsentrasi ekstrak (25%, 50%, 75%, 100%) yang diteteskan pada paper disc dengan 6 kali pengulangan. Rata-rata zona bening yang terbentuk pada konsentrasi 25% = 6.67 mm, konsentrasi 50% = 6.80 mm, konsentrasi 75% = 7.20 mm, konsentrasi 100% = 4.80 mm. Berdasarkan uji Kruskal-wallis, rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berbeda secara signifikan (P < 0.05) dan terdapat hasil beda yang signifikan antara kontrol negatif dan kontrol positif dengan kelompok perlakuan pada uji lanjutan Mann-whitney. Hal tersebut disebabkan karena ekstrak uji mengandung senyawa saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid sebagai antibakteri. Hasil tersebut menunjukan ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) mampu menghambat pertumbuhan bakteri MRSA secara in vitro. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih spesifik konsentrasi hambat minimum (KIM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri. Kata Kunci: Bakteri MRSA, daun kelor, etanol 96%



vi



ABSTRACT INHIBITION TEST OF MORINGA OLEIFERA LEAVES ETHANOL EXTRACT TO THE GROWTH OF METHISILIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA) BACTERIA IN VITRO Infectious diseases still cause high morbidity and mortality in Indonesia, which mostly causes by bacterial infection. The unwisely antibiotics use generate antibiotic resistance. Bacteria Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a strain of Staphylococcus aureus that resistants to methicillin. This study aims to determine the effectiveness of Moringa oleifera leaves ethanol extract as antibacterial agent against MRSA bacteria. The method used in this research was the method of true experimental post test only group design. Moringa oleifera leaves extract was prepared by maceration method, which dissolved in 96% of ethanol. MRSA bacteria was tested with ethanol (negative control), linezolid 30µg (positive control) and extract’s concentration (25%, 50%, 75%, 100%) that placed on paper discs with six repetitions. Average clear zone formed at concentration of 25% = 6.67 mm, concentration of 50% = 6.80 mm, concentration of 75% = 7.20 mm, and concentration of 100% = 4.80 mm. Based on Kruskal-Wallis test, the mean ranks diameter of inhibition zone formed significantly different (P < 0.05) and there was a significant difference between the results of negative control and positive control, if it is compared with the group extracts based on Mann-Whitney analytic test. It happened because the extracts contain saponnin, tannin, alkaloid, and flavonoid as antibacterial. The results showed that the Moringa oleifera leaves ethanol extract was able to inhibit the growth of MRSA bacteria in vitro. However, it needs further research to determine minimum inhibition concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) of Moringa oleifera leaves as an antibacterial agents. Keywords: MRSA bacteria, moringa leaves, ethanol 96%



vii



RINGKASAN UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI METHISILIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA) SECARA IN VITRO Resistensi antibiotik merupakan masalah pada penyakit infeksi bakteri yang merupakan masalah kesehatan yang serius. Bakteri Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan salah satu bakteri yang mudah mengalami resistensi yang mampu menyebabkan infeksi kulit, pneumonia dan lainnya. Bakteri ini merupakan strain Staphyloccus aureus Gram positif yang resisten terhadap antibiotik metisilin dan saat ini hanya antibiotik linezolid/zyfox, daptomycin, dan tigecycline yang mampu mengatasi infeksi MRSA, namun antibiotika jenis ini cukup mahal bahkan tidak selalu tersedia di pusat pelayanan kesehatan. Hal tersebut menyebabkan diperlukan suatu alternatif terapi antibakteri, salah satunya dengan menggali potensi tumbuhan herbal sebagai antibakteri. Berdasarkan penelitian diketahui tanaman daun kelor (Moringa oleifera) memiliki komponen antibakteri seperti saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid yang memiliki mekanisme kerja dengan merusak membran sel bakteri. Tanaman ini telah banyak diuji pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif, namun belum terdapat bukti ilmiah yang mendukung keefektifannya terhadap bakteri MRSA secara in vitro dimana tentunya dapat menjadi dasar ilmiah untuk penelitian in vivo selanjutnya. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh daun kelor (Moringa oleifera) yang diekstrak menggunakan pelarut etanol 96% dengan teknik maserasi sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri MRSA secara in vitro. Sampel pada penelitian ini akan dibagi dalam dua kelompok yakni kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P). Kelompok kontrol merupakan kontrol negatif dengan pelarut etanol (K1) dan kontrol positif dengan antibiotik linezolid (K2) sedangkan kelompok perlakuan dibagi atas 4 kelompok berdasarkan konsentrasi penggunaan ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) pada masing-masing isolat MRSA, dengan konsentrasi 25% (P1), 50% (P2), 75% (P3) dan 100% (P4). Metode yang digunakan adalah metode difusi agar dengan rancangan penelitiannya adalah true experimental post test only group design. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan rata-rata zona bening yang terbentuk pada konsentrasi 25% = 6.67 mm, konsentrasi 50% = 6.80 mm, konsentrasi 75% = 7.20 mm, konsentrasi 100% = 4.80 mm. Berdasarkan uji Kruskal-wallis, rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berbeda secara signifikan (P < 0.05) dan terdapat hasil beda yang signifikan antara kontrol negatif dan kontrol positif dengan kelompok perlakuan pada uji lanjutan Mann-whitney. Hasil tersebut menunjukan ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) mampu menghambat pertumbuhan bakteri MRSA secara in vitro. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih spesifik konsentrasi hambat minimum (KIM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri.



viii



SUMMARY INHIBITION TEST OF MORINGA OLEIFERA LEAVES ETHANOL EXTRACT TO THE GROWTH OF METHISILIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA) BACTERIA IN VITRO Antibiotic resistance is a problem in a bacterial infectious disease that is a serious health problem. The bacteria Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a bacteria that is easy to be resistance which capable of causing skin infections, pneumonia and others. This bacteria is a strain of Gram positive Staphylococcus aureus that is resistant to methicillin antibiotic and currently only linezolid / zyfox, daptomycin, and tigecycline antibiotic were able to overcome MRSA infections, but they are is quite expensive and not always available at the health care center. The alternative of antibacterial therapy is needed to develop especially the potential of phytochemical antibacterial herbs. Based on the research known plant Moringa oleifera leaves has antibacterial components such as saponnins, tannins, alkaloids and flavonoids that have a mechanism action to the bacterial cell membrane damage. This plant has been extensively tested on Gram positive and Gram negative, but there has been no scientific evidence to support its effectiveness against MRSA bacteria in vitro which can be a scientific basis for further in vivo studies. This study is an experimental research to determine the effect of Moringa oleifera leaves which is extracted using ethanol 96% with maceration technique as an antibacterial in inhibiting the growth of MRSA bacteria in vitro. Samples in this study will be divided into two groups: the control group (K) and the treatment group (P). The control group is a negative control with ethanol (K1) and a positive control with linezolid antibiotic (K2) while the treatment group were divided into four groups based on the concentration of Moringa oleifera leaves ethanol extract such as concentration of 25% ( P1), 50% (P2), 75% (P3) and 100% (P4). The method used is agar diffusion method with the design of the study was true experimental post test only group design.. The result is average clear zone formed at concentration 25% = 6.67 mm, concentration 50% = 6.80 mm, concentration 75% = 7.20 mm, and concentration 100% = 4.80 mm. Based on the Kruskal-Wallis test, the mean ranks diameter of inhibition zone formed significantly different (P < 0.05) and there is a significant difference between the results of negative control and positive control compared with extract groups based on Mann-Whitney analytic test. The results showed that the Moringa oleifera leaves ethanol extract is able to inhibit the growth of MRSA bacteria in vitro. However, it needs further research to determine minimum inhibition concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) of Moringa oleifera leaves as an antibacterial agents.



ix



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya, sehingga penyusunan penelitian elective study dengan judul “Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Methisilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Secara In Vitro” dapat selesai tepat waktu. Dalam penyusunan penelitian ini penulis dibantu oleh banyak pihak. Penulis ucapkan terima kasih kepada: 1.

Prof. DR. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas segala fasilitas yang telah disediakan,

2.

dr. Komang Januarta Putra Pinatih, M.Kes sebagai pembimbing utama atas segala masukan yang bermanfaat dalam penyusunan usulan penelitian,

3.

Ida Ayu Alit Widhiartini sebagai pembimbing yang juga memberikan berbagai masukan dalam usulan penelitian ini.

4.

dr. Made Agus Hendrayana, M. Ked sebagai penguji utama skripsi, yang telah banyak memberikan masukan.

5.

Orang tua, Ayahanda I Wayan Nody Karmawan dan Ibunda Ni Wayan Soniati atas dukungan, baik moral maupun material sehingga penulis senantiasa bersemangat untuk menyelesaikan pendidikan.

6.

Serta semua pihak yang mendukung terselesaikannya usulan penelitian ini. Penulis menyadari usulan penelitian ini jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Denpasar, 21 Desember 2016

Penulis



x



DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ................................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ......................................................... v ABSTRAK .............................................................................................................. vi ABSTRACT .......................................................................................................... vii RINGKASAN .......................................................................................................viii SUMMARY ............................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ............................................................................................. x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelor (Moringa oleifera) ....................................................... 7 2.2 Kandungan Daun Kelor (Moringa oleifera) sebagai Antibakteri .......... 9



xi



2.3 Staphylococcus aureus ......................................................................... 10 2.4 Methicilin Resistant Staphylococcus aureus ........................................ 13 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir............................................................................... 16 3.2 Kerangka Konsep................................................................................ 17 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Racangan Penelitian............................................................................. 18 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 19 4.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 19 4.3.1 Waktu Penelitian....................................................................... 20 4.3 Subjek dan Sampel ............................................................................. 20 4.3.1 Sampel dan Besar sampel ......................................................... 20 4.3.2 Kriteria Sampel ......................................................................... 20 4.3.3 Variabilitas Sampel................................................................... 20 4.3.4 Teknik Pengulangan pada Subjek Penelitian............................ 21 4.3.5 Definisi Operasional Variabel .................................................. 22 4.4 Alat dan Bahan Penelitian................................................................... 23 4.5 Protokol Penelitian.............................................................................. 23 4.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan.......................................................... 23 4.5.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) ...... 24 4.5.3 Uji Komponen Senyawa Aktif Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) ..................................................................... 24



xii



4.5.4 Persiapan Media Agar ............................................................... 27 4.5.5 Rejuvenasi Bakteri ..................................................................... 27 4.5.6 Persiapan Suspensi Bakteri MRSA ........................................... 27 4.5.7 Pengujian Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) ........ 28 4.6 Analisis Data ....................................................................................... 29 4.7 Kelemahan Penelitian ......................................................................... 29 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 30 5.1.1 Hasil Ekstraksi Daun Kelor (Moringa oleifera) ........................ 30 5.1.2 Hasil Uji Komponen Senyawa Bioaktif Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) ........................................................... 31 5.1.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri MRSA ........................................................................... 32 5.1.4 Hasil Uji Normalitas Data ......................................................... 34 5.1.5 Hasil Uji Homogenitas Data ...................................................... 35 5.1.6 Analisis Zona Hambat Pada Bakteri MRSA ............................. 35 5.2 Pembahasan Penelitian ........................................................................ 38 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan .............................................................................................. 45 6.2 Saran .................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 47 LAMPIRAN .......................................................................................................... 55 Lampiran 1. Proses Pembuatan Ekstrak Etanol daun Kelor (Moringa oleifera) ... 55



xiii



Lampiran 2. Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) .......... 56 Lampiran 3. Uji Spektrofotometri Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) ............................................................................ 57 Lampiran 4. Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Bakteri MRSA yang Terbentuk Pada 6 Cawan Petri ....... 58 Lampiran 5. Rata-Rata Zona Hambat Setiap Kelompok Kontrol (K) dan Kelompok Konsentrasi (P) Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) ............................................................................................ 59 Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Tes Saphiro-Wilk............ 61 Lampiran 7. Hasil Uji Homogenitas Data Diameter Zona Hambat Bakteri MRSA antara Kelompok Perlakuan Dengan Uji levene .............................. 62 Lampiran 8. Uji Kruskall-Wallis ........................................................................... 63 Lampiran 9. Perbandingan Antara Kontrol Negatif dengan Kelompok Perlakuan Menggunakan Uji Mann-Whitney .................................................... 64 Lampiran 10. Perbandingan Antara Kontrol Positif dengan Kelompok Perlakuan Menggunakan Uji Mann-Whitney .................................................. 67



xiv



DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Data Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Pertumbuhan Bakteri Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) ........................................... 33



xv



DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Kelor (Moringa oleifera) Beserta Klasifikasinya .................. 8 Gambar 2.2 Isolat MRSA dengan Metode Scanning Electron Micrograph.............. 14 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 17 Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ................................................................. 18 Gambar 5.1 Hasil Maserasi dan Evaporasi Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) ................................................................................................... 30 Gambar 5.2 Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor Terhadap Bakteri MRSA secara In Vitro ................................................................ 32 Gambar 5.3 Rata-Rata Zona Hambat yang Dihasilkan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) pada setiap Konsentrasi ........................................... 34



xvi



DAFTAR SINGKATAN

MRSA

: Methicilin Resistant Staphylococcus aureus

WHO

: World Health Organisation

NNIS

: The National Nosocomial Infection Surveillance

CLSI

: Clinical and Laboratory Standards Institute

MHA

: Mueller-Hinton Agar



xvii





vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang serius dimana masih

menyebabkan tingginya morbiditas dan mortalitas di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, masalah kesehatan khususnya infeksi akibat bakteri merupakan masalah kesehatan utama di lingkungan masyarakat dimana dapat terjadi akibat faktor lingkungan tempat tinggal yang tidak memadai, kumuh, kepadatan penduduk yang tinggi, sanitasi rendah, serta sistem imun yang rendah menyebabkan tingginya angka penyakit infeksi akibat bakteri di Indonesia (Harniza, 2009). Infeksi yang didapatkan di rumah sakit (infeksi nosokomial) juga masih sering terjadi, dimana biasanya terjadi pada pasien yang berisiko tinggi seperti pasien dengan umur tua, berbaring lama, penggunaan obat-obatan imunosupresan dan steroid, daya tahan tubuh yang menurun pada luka bakar, pada pasien yang dilakukan prosedur diagnostik invasif, penggunaan infus dalam jangka lama, dan pasien setelah operasi (Aulia, 2009; Zulkarnain, 2009). Berdasarkan Dewan Penasehat Aliansi Dunia untuk keselamatan pasien, sekitar 1,5 juta kematian terjadi setiap harinya di seluruh dunia akibat infeksi nosokomial. Penelitian yang dilakukan WHO pada 55 rumah sakit di 14 negara di seluruh dunia juga menunjukkan bahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, 10 % pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi baru selama dirawat, sekitar sebanyak 1,4 juta infeksi setiap tahunnya. Diketahui lebih dari 40% pasien di



1





2

rumah sakit di negara berkembang terserang infeksi nosokomial, seperti di Indonesia, dimana 9,8 % pasien rawat inap di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004 mendapat infeksi yang baru selama perawatan. Hal tersebut juga terjadi di negara maju dimana infeksi nasokomial memiliki angka kejadian cukup tinggi, seperti diketahui terjadi sebanyak 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial di AS (Noer, 2012). Penyakit Infeksi bakteri ini sering disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Proteus, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas. Pengobatan pasien dengan infeksi bakteri adalah antibiotik. Pemilihan antibiotik sebagai terapi infeksi memiliki peran penting dalam mencapai kesembuhan pasien. Tingginya masalah kesehatan karena infeksi dimasyarakat akan sebanding pula dengan penggunaan antibiotika, dimana apabila antibiotik tidak digunakan dengan bijaksana dapat menyebab terjadinya resistensi antibiotik. Hal tersebut juga dinyatakan dalam penelitian sistem NNIS (The National Nosocomial Infection Surveillance) dimana pemberian terapi yang tidak sesuai, dosis yang tidak adekuat, serta durasi pemberian antibiotik yang tidak benar dapat berakibat pada perubahan pola bakteri penyebab infeksi dan resistensinya terhadap berbagai antibiotik (Harniza, 2009). Penggunaan antibiotika yang berulang pada beberapa strain bakteri tertentu juga mampu menyebabkan terjadinya resistensi. Resistensi antibiotika ini merupakan suatu permasalahan global dimana terjadinya penurunan efektifitas antibiotik pada suatu bakteri yang tidak hanya terjadi di Indonesia namun terjadi di seluruh dunia. Terjadinya resistensi antibiotika ini merupakan masalah kesehatan yang serius karena antibiotik yang telah kehilangan keefektifitasannya pada suatu infeksi bakteri akan sulit untuk ditangani (Harniza,





3

2009; Hadi, 2009). Dewasa ini, bakteri yang mengalami resistensi antibiotik sudah banyak dikenal dan menimbulkan berbagai masalah di seluruh dunia, salah satunya yaitu Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (Hadi, 2009). Bakteri MRSA merupakan strain Staphyloccus aureus yang resisten terhadap meticillin, kloxasillin,

flukloxasillin

yang

menyebabkan

infeksi

kulit,

pneumonia,

bakterinemia, infeksi pasca operasi maupun infeksi nosokomial lainnya. Antibiotik linezolid/zyfox, daptomycin, dan tigecycline merupakan penemuan terakhir obat yang terbaik untuk mengatasi infeksi MRSA, namun antibiotika jenis ini cukup mahal bahkan tidak selalu tersedia di pusat pelayanan kesehatan (Nurkusuma, 2009; Rahmawati dkk., 2014). Hal tersebut menyebabkan diperlukan suatu alternatif terapi zat antibakteri yang lebih terjangkau dan juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri MRSA. Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dengan tanaman berkhasiat, dimana pemanfaatan tanaman sebagai obat diketahui lebih aman, efektif dan murah. Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan dan digali potensinya yaitu daun kelor (Moringa oleifera). Tanaman kelor ini mudah dijumpai dan berumur panjang serta dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga ketinggian ±1000 dpl. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fuglie (2001), daun kelor (Moringa oleifera) memiliki senyawa aktif yang dapat berperan sebagai zat antibakteri seperti saponin, flavonoid, alkaloid, dan tanin, dimana senyawa-senyawa tersebut memiliki mekanisme kerja dengan merusak membran sel bakteri (Krisnadi, 2015).





4

Diketahui senyawa aktif tanin dan flavonoid pada ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan pelarut etanol mampu menghambat pembentukan biofilm Staphylococcus aureus, memiliki sifat antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli, namun belum terdapat bukti ilmiah yang mendukung keefektifan ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) terhadap bakteri MRSA (Kurniawati dkk., 2012; Loresta dkk., 2012; Widowati dkk,. 2014). Berdasarkan hal tersebut, penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) terhadap bakteri MRSA secara in vitro perlu dilakukan dimana diharapkan mampu menjadi dasar ilmiah dalam pengaplikasian secara klinis untuk selanjutnya.

1.2.1 Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu : 1.

Apakah ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 25% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro?

2.

Apakah ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 50% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro?

3.

Apakah ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 75% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro?





4.

5

Apakah ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 100% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penetian ini yaitu untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dalam menghambat pertumbuhan Bakteri Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 1.

Mengetahui ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 25% dapat menghambat pertumbuhan bakteri MethicillinResistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro.

2.

Mengetahui ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 50% dapat menghambat pertumbuhan bakteri MethicillinResistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro.

3.

Mengetahui ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 75% dapat menghambat pertumbuhan bakteri MethicillinResistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro.





4.

6

Mengetahui ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan konsentrasi 100% dapat menghambat pertumbuhan bakteri MethicillinResistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah Adapun kegunaan ilmiah dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan mengenai daya antibakteri ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dalam menghambat pertumbuhan Bakteri Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara in vitro dan data penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Klinis Adapun kegunaan klinis dari penelitian ini adalah diharapkan mampu dijadikan sebagai antibiotik alternatif dalam penatalaksanaan Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). 1.4.3 Manfaat Sosial Adapun kegunaan sosial dari penelitian ini adalah mampu memberikan kontribusi dalam bentuk penggalian potensi dalam bidang kesehatan dan farmasi dari keanekaragaman hayati di Indonesia.