STUDI RADIOGRAFI KONTRAS PENGARUH ANESTESI TILETAMIN-ZOLAZEPAM TERHADAP MOTILITAS SALURAN PENCERNAAN KUCING LOKAL
AJENG KANDYNESIA
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi Tiletamin-Zolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2012
Ajeng Kandynesia NIM B04080050
ABSTRAK AJENG KANDYNESIA. Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi TiletaminZolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal. Dibimbing oleh DENI NOVIANA. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek anestesi tiletamin-zolazepam (Zoletil®) terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studi radiografi kontras. Hewan coba yang dipakai adalah tiga kucing jantan lokal dengan bobot badan 2.5-3.5 kg. Setiap kucing diberikan dua perlakuan yaitu tanpa anestesi dan selang satu minggu dengan anestesi (Atropin 0.02 mg/kg BB dan Zoletil® 10 mg/kg BB). Sebelum dilakukan radiografi, kucing diberikan bahan kontras positif (BaSO4) secara intra oral sebanyak 12 ml/kg BB (30% w/v). Radiografi dilakukan pada saat 5, 30, 60, 120, 180 menit. Kucing diposisikan secara laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD). Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan intepretasi zona dan kuantitatif menggunakan perbedaan antara diameter usus saat kontraksi dan relaksasi. Diameter usus diukur dan diuji statistik menggunakan Anova. Hasil yang diperoleh pada menit ke-180, pada perlakuan tanpa anestesi BaSO4 telah mengisi zona empat sedangkan dengan perlakuan anestesi masih kosong. Perbedaan diameter usus dari perlakuan tanpa anestesi memiliki hasil yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Hal ini disebabkan kontraksi usus pada perlakuan tanpa anestesi lebih kuat daripada perlakuan anestesi. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa anestesi tiletamin-zolazepam memperlambat kerja motilitas dan menurunkan kekuatan kontraksi saluran pencernaan. Kata kunci: barium sulfat, motilitas gastrointestinal, radiografi kontras, tiletaminzolazepam
ABSTRACT AJENG KANDYNESIA. Contrast Radiography Study for the Effect of Tiletamine-Zolazepam on Gastrointestinal Motility in Domestic House Cat. Supervised by DENI NOVIANA. This research was conducted to figure the effect of tiletamine-zolazepam (Zoletil®) on the gastrointestinal motility in a Domestic House Cat (DHC) through contrast radiography study. Three male DHC weighing between 2.5 and 3.5 kg were used in this study. Radiography procedure was performed twice on each cat: without anesthesia and one week later with anesthesia (0.02 mg/BW Atropine and 10 mg/BW Zoletil®). Cats were given a positive contrast, barium sulphate (BaSO4) (12 ml/kg BW intra orally, 30% w/v) followed by radiography study. Radiography was performed at 5, 30, 60, 120, and 180 minutes after administration of BaSO4. Cats were positioned on laterolateral and ventrodorsal views. Data were analyzed descriptively using zone division and quantitatively by measuring the difference between the intestine’s diameter during contraction and relazation. The intestinal diameter was measured and statistically tested using ANOVA. Result showed that in minute 180, BaSO4 has reached zone four in the
unanesthetized cat while in the anesthetized cat it still empty. The diameter differences of the unanesthetized cat was higher compared to the anesthetized which means the intestinal contraction in the unanesthetized cat was higher. This means that tiletamine-zolazepam anaestetic reduces the motility and strength contraction of the gastrointestinal. Keywords: barium sulphate, contrast radiography, gastrointestinal motility, tiletamine-zolazepam
STUDI RADIOGRAFI KONTRAS PENGARUH ANESTESI TILETAMIN-ZOLAZEPAM TERHADAP MOTILITAS SALURAN PENCERNAAN KUCING LOKAL
AJENG KANDYNESIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa NIM
: Studi Radiografi Kontras Pengaruh Anestesi TiletaminZolazepam terhadap Motilitas Saluran Pencernaan Kucing Lokal : Ajeng Kandynesia : B04080050
Disetujui oleh
Drh. Deni Noviana, Ph.D Pembimbing
Diketahui oleh
Drh. H. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet (K) Wakil Dekan
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Drh. Deni Noviana, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penelitian serta penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drh. Rr. Soesatyoratih, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan masukan dan semangat selama menempuh pendidikan sarjana. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drh. Mokhamad Fakhrul Ulum, M.Si dan Drh. Devi Paramitha dan staf Bagian Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada teman-teman seperjuangan di Avenzoar 45 terutama Maritrana Putri, Khansaa Mirajziana, Ester Br Sembiring dan teman-teman satu bimbingan penelitian (Rio Aditya, Lynn Kaat Laura, Ruri, Nisa, Andi R, Pras, Ayip, Erli, Ka Vully, dkk), atas kebersamaannya, serta semua pihak yang tidak bisa penulis sampaikan satu per satu, terima kasih atas segala dukungan, doa, dan semangat dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Papa, Mama, dan adik tercinta Garyndo atas doa, cinta, dan curahan kasih sayangnya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga perlu kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan, terutama di bidang medis veteriner.
Bogor, November 2012
Ajeng Kandynesia
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Tiletamin-Zolazepam Saluran Pencernaan Kucing Dasar Radiografi Peralatan Radiografi Kamar Gelap Persiapan Pengambilan Gambar Radiografi Posisi atau Standar Pandang Pemotretan secara Umum Faktor- Faktor Pembentuk dalam Radiografi Perubahan yang terjadi dalam Interpretasi Radiografi Bahan Kontras
METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Pemilihan Sampel dan Pengambilan Radiograf Pencucian Film Analisis Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Laju BaSO4 dengan Intepretasi Radiografi Abdomen Ukuran Diameter Usus Kucing Lokal Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
viii viii viii 1 1 2 2 2 2 3 3 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 8 9 9 9 9 16 17 19 19 19 19 21 31
DAFTAR TABEL 1 Waktu transit barium sulfat (BaSO4) 2 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf tanpa anestesi arah pandang laterolateral (LL) 3 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf tanpa anestesi arah pandang ventrodorsal (VD) 4 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah pandang laterolateral (LL) 5 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah pandang ventrodorsal (VD) 6 Diameter usus kucing lokal arah pandang laterolateral (LL) 7 Diameter usus kucing lokal arah pandang ventrodorsal (VD)
7 10 12 14 14 16 17
DAFTAR GAMBAR 1 Skema anatomi lambung dan usus halus dengan posisi laterolateral (LL) pada hewan kecil 4 2 Skema anatomi lambung dan usus halus dengan posisi ventrodorsal (VD) pada hewan kecil 4 3 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal tanpa perlakuan anestesi 10 4 Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal tanpa perlakuan anestesi 11 5 Radiograf usus besar pada zona tiga arah pandang ventrodorsal (VD) tanpa perlakuan anestesi yang terlihat seperti kait 12 6 Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi 13 7 Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi 15 8 Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang laterolateral (LL) antar perlakuan 21 9 Selisih diameter usus terhadap waktu pada arah pandang laterolateral (LL) antar waktu 25 10 Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang ventrodorsal (VD) 26 11 Selisih diameter usus terhadap waktu pada sudut pandang ventrodorsal (VD) 30
DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang laterolateral (LL) 21 2 Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit ke-180 pada sudut pandang laterolateral (LL) 23
3 Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang ventrodorsal (VD) 26 4 Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit ke-180) pada sudut pandang ventrodorsal (VD) 28
PENDAHULUAN Latar Belakang Anestesi menyediakansaranayang handaldan reversibelyang dapat menyebabkan hewan menjadi tidak sadarpada saatoperasidan berbagai prosedur lainyang rumitataupun yangberpotensimenyakitkan. Kombinasi tiletaminzolazepam merupakan salah satu anestesi umum dalam bentuk injeksi. Tiletamin sebagai golongan cyclohexaminebekerja sebagai agen anestetikum dan zolazepam sebagai agen sedativa dan muscle relaxant (Komariah 2008). Zolazepam adalah golongan anestesi benzodiazepinesebagai antikonvulsan tanpa berpengaruh pada jantung secara signifikan (Gorda et al. 2010). Zolazepam membantu kerja tiletamin untuk mendepres sistem saraf pusat dan meningkatkan pemulihan dari pengaruh anestesi.Anestesi tiletamin-zolazepam sangat efektif diberikan kepada hewan karnivora yang memiliki keuntungan yaitu indeks terapeutik yang tinggi, efek pernapasan yang minimal, dan kardiovaskular yang baik seperti halnya pada kucing (Forsyth 1995). Penggunaan anestesi sering dilakukan sebagai tindakan menjaga kesehatan hewan oleh pemilik (owner) dengan tujuan mengurangi penderitaan apabila diharuskan untuk melakukan tindakan medis. Tindakan anestesi tersebut dapat dilakukan sebelum prosedur radiografi dalam mengidentifikasi massa abdominal. Pergerakan massa dengan melihat motilitas saluran pencernaan dapat diidentifikasi secara cepat dan langsung dengan menggunakan radiografi. Radiografi merupakan gambaran yang terbentuk akibat interaksi antara Roentgen (sinar X) dengan bagian atau organ tubuh atau dengan benda lain. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar X untuk meningkatkan daya atenuasi sinar X (bahan kontras positif). Kontras berarti berbeda pada densitas jaringan dapat menghasilkan opasitas yang berbeda pula, yang disebut radiografi kontras (Kealy et al. 2011). Bahan kontras positif yang dipergunakan dalam radiografi adalah barium sulfat (BaSO4) yang merupakan media kontras positif (opaque) yang umum dipergunakan untuk menunjukkan sistem saluran pencernaan. Barium sulfat berbentuk powder (serbuk putih), substansi yang berbentuk kapur dan berfungsi untuk meningkatkan perbedaan densitas struktur anatomi gastrointestinal guna menunjang penglihatan motilitas saluran pencernaan. Motilitas saluran pencernaan dapat dipengaruhi juga oleh anestesi yang digunakan terhadap kucing. Hingga saat ini belum ada penelitian tentang pengaruh anestesi terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal dengan menggunakan studi radiografi kontras. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian anestesi tiletamin-zolazepam terhadap motilitas saluran pencernaan dengan radiografi kontras saluran pencernaan pada kucing lokal.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari efek anestesi tiletamin-zolazepam terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal melalui studiradiografi kontras.
Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan radiografi kontras kucing lokal Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat mengetahui efek yang ditimbulkan dari anastesi kombinasi tiletamin-zolazepam yang umum digunakan pada kucing. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk menjadi data pendukung untuk radiografi kontras kucing lokal dan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA Tiletamin-Zolazepam Anestesi merupakan tahap ketidaksadaran yang diinduksikan pada hewan. Tiga komponen dari anestesi yaitu analgesik berupa hilangnya rasa sakit, amnesia yaitu hilangnya memori, dan immobilisasi. Obat yang biasa digunakan untuk anestesi biasanya memiliki efek yang berbeda-beda pada tiap area. Beberapa obat mungkin digunakan tersendiri untuk menimbulkan efek ketiganya dan beberapa obat lain hanya digunakan untuk anestesi atau sedatif saja atau dikombinasikan dengan obat lain untuk memperoleh efek anestesi secara lengkap (Plumb 2005). Anestesi umum yang sering digunakan pada kucing adalahkombinasi tiletamin-zolazepam yang komposisi dari tiap vial mengandung tiletamin (hydrochloride) sebanyak 125 mg, zolazepam (hydrochloride) sebanyak 125 mg dan pelarut steril sebanyak 5 mL. Zolazepam merupakan derivate benzodiazepinsebagai antikonvulsan yang efeknya dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan golongan Diazepin (Gorda et al. 2010). Kombinasi tiletamin-zolazepam memiliki waktu induksi yang pendek, dosis rendah, tingkat keamanan tinggi, waktu immobilisasi yang relatif konstan, dan pemulihan yang baik. Dosis efektif pada anjing berkisar 6.6-9.9 mg/kg BB IM atau 2-4 mg/kg BB IV dan pada kucing dari 6.0 sampai 11.9 mg/kg IM (Lukasik 1999). Premedikasi(atropine sulfate 0.02 mg/kg SC) diberikan 15 menit sebelum penggunaan tiletamin-zolazepam (Lukasik 1999). Atropin sulfate termasuk dalam golongan antikolinergik mencegah bradycardia, sekresi saliva, bronkodilatator, antidota terhadap efek toksik organophospate (Plumb 2005). Atropin merupakan suatu alkaloid yang diekstrak dari tanaman Atropa belladona L, Datura stramonium L, dan tanaman lain famili Solanaceae. Atropin umumnya diperdagangkan berada dalam sediaan berupa larutan steril dalam pelarut water for injection atau larutan NaCl 0.9%.Pemilihan dosis tergantung pada kebutuhan
waktu operasi dan kondisi hewan seperti umur, berat badan, lemah, gagal hati atau gagal ginjal sehingga diperlukan pemeriksaan fisik sebelum anestesi diberikan.
Saluran Pencernaan Kucing Abdomen merupakan salah satu bagian tubuh hewan, dimana di dalamnya terdapat berbagai macam organ yang berperan penting dalam menjalankan fungsi fisiologis. Organ yang berada didalam rongga abdomen yaitu organ pencernaan yang terdiri atas rongga mulut (cavum oris), kerongkongan (esophagus), lambung (gastrium), usus halus (intestinum), usus besar (colon), rektum, dan anus (Komariah 2008). Kucing termasuk mamalia,sistempencernaan kucing meliputimulut, gigi, kelenjar ludah, kerongkongan, lambung, usus, pankreas, hati, dan kandung empedu.Sistempencernaanmenyerap, mencerna makanan,dan menghilangkanzat buangan padatdari tubuh.
Dasar Radiografi Radiografiatau sinar X telah ditemukanlebihdari satu abadyang lalu dan telah digunakan dalam penanganan terhadap pasien untuk tujuan medis (Reed 2011). Revolusi dalam dunia kedokteran, radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Radiografi adalah penggunaan sinar pengion seperti sinar X dan sinar gamma untuk membentuk bayangan objek yang dikaji pada film. Sinar X merupakan salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar 10 nm–100 pm (Reed 2011). Ada beberapa sifat fisik dan kimia sinar X, yaitu sinar X tidak dipengaruhi oleh medan magnet, bergerak lurus, memiliki daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, serta dapat menghitamkan kertas potret. Adapun manfaat penggunaan sinar Xdalam dunia medis adalah sebagai sarana untuk terapi penyakit tumor serta untuk memberikan pencitraan organ yang mengalami kelainan seperti metastatik pulmonary neoplasia, heart disease, intestinal obstruksi, fraktura. Aplikasisinar X harus hatihati dikarenakan sinar X dapat menimbulkan kelainan biologi seperti kerusakan sel-sel hidup, penghitaman kulit, kerontokan rambut, serta dapat menyebabkan nekrosa yang kemudian berkembang menjadi kanker kulit (Corwin 2001). Radiografi umumnya digunakan untuk mendiagnosa gambaran medikal dari objek yang tidak tembus pandang misalnya bagian dari tubuh hewan atau manusia. Radiografi abdomen dapat bermanfaat ketika kita akan melihat hubungan antar berbagai organ. Salah satunya pembagian berdasarkan zona pada radiografi abdomen. Menurut Thrall (2002), pembagian zona abdomen pada arah pandang laterolateral (LL) terbagi atas lima zona sedangkan pada arah pandang ventrodorsal (VD) terbagi atas empat zona.
4
Gambar 1
Skema anatomi lambung dan usus dengan posisi laterolateral (LL) pada hewan kecil.St: lambung, C: kolon, 1: zona satu, 2: zona dua, 3: zona tiga, 4: zona empat, 5: zona lima (Thrall 2002).
Gambar 2
Skema anatomi lambung dan usus dengan posisi ventrodorsal (VD) pada hewan kecil. St: lambung, Py: pylorus, D: duodenum, C: kolon, 1: zona satu, 2: zona dua, 3: zona tiga, 4: zona empat (Thrall 2002).
Peralatan Radiografi Menurut Thrall 2002, beberapa kelengkapan yang harus dipenuhi dalam radiografi diantaranya adalah mesin sinar X, film, kaset film, alat pelindung anggota badan, markersebagai alat bantu pada saat pengkodean posisi tubuh,illuminatorsebagai alat bantu dalam membaca hasil, alat pengering film, hanger/frame sebagai penjepit film dalam proses pencucian, dan pengeringan film. Mesin sinar X terbagi menjadi tiga bentuk yaituunit mobiledigunakan untuk hewan kecil dan dapat dipindahkan dalam satu areal/tempat praktik yang memiliki kekuatan penetrasi medium. Unit stationer memiliki kekuatan penetrasi paling kuat (sekitar 150 KVP dengan 100 MA), ditempatkan di rumah sakit hewan, dan tidak dapat dipindahkan ketempat lain. Unit portable memiliki kekuatan KVP 90100 dengan 30 MA, berat antara 6-20 kg, mudah dipindahkan, serta tidak boleh dipegang langsung dengan tangan.
Film adalah bagian tipis dari polyester yang dilapisi silver halide crystal dengan bahan perekat adhesif. Kedua sisi film dilindungi dengan lapisan gelatin pada permukaan luarnya. Silver halide crystal bersifat sensitif terhadap paparan sinar X. Kristal halide yang terpapar sinar akan mengendap membentuk silver metalic. Kaset adalah pelindung film dari paparan cahaya tampak dan sangat sensitif terhadap cahaya tampak. Kaset film terdiri dari dua jenis yaitu tipe non screendan tipe image intensifiying screen/rigid(McCurnin 2002). Dalam melakukan radiografi sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu menggunakan alat pelindung anggota badan. Alat pelindung anggota badan yang dimaksud adalah apron yang terbuat dari timbal (Pb) yang mampu menghambat paparan sinar X ke tubuh, eyeprotektor berfungsi sebagai pelindung mata, apron kelenjar tiroid berfungsi untuk melindungi kelenjar tiroid dari paparan sinar X yang mengindikasikan terjadinya tumor tiroid, serta glove berfungsi untuk melindungi tangan dari paparan sinar X(Thrall 2002).
Kamar Gelap Konstruksi kamar gelap berbentuk huruf ‘S’ yang terbagi atas daerah basah dan daerah kering. Daerah basah merupakan ruangan yang digunakan untuk proses pencucian film. Daerah kering merupakan ruangan untuk pemotretan dan penggantian film, yang dilengkapi dengan lemari untuk menyimpan film, kaset film, dan hanger. Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam konstruksi kamar gelap harus memadai serta harus terlindung dari radiasi, sinar matahari, dan bahan kimia lain (Thrall 2002).
Persiapan Pengambilan Gambar Radiografi Menurut Thrall (2002), ada beberapa tahap persiapan dalam pengambilan gambar radiografi diantaranya: 1. Rambut hewan harus bersih dan kering 2. Handling hewan 3. Menggunakan alat pelindung tubuh 4. Tanda identifikasi dari setiap radiografi 5. Teknik pengukuran sebelum pemotretan (jarak pasien dengan mesin, kontrol panel pada mesin, jarak mesin terhadap kaset film, ketebalan objek, serta penggunaan bahan kontras) 6. Menentukan standar pandang pemotretan
Posisi atau Standar Pandang Pemotretan secara Umum Bagian ekstremitas hewan diletakkan di atas karet sesuai dengan posisi pemotretan berdasarkan regio pemeriksaan. Salah satu arah pandang radiografi adalah laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD) (Thrall 2002).
6
Faktor- Faktor Pembentuk dalam Radiografi Faktor-faktor pembentuk dalam radiografi adalah densitas, opasitas, dan kontras radiografi (Thrall 2002).Densitas merupakan istilah yang menunjukan kehitaman film yang ditentukan oleh banyaknya kristal perak yang terbentuk akibat berinteraksi dengan sinar X yang dapat mencapai film setelah melalui tubuh hewan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas atau jumlah sinar X yang terbentuk diantaranya miliamperage (MA) yang merupakan standar satuan jumlah elektro yang keluar dari katoda menuju anoda, lamanya exposure (S) yaitu waktu mengalirnya arus dari katoda menuju anoda, mikroamperage second (MAS) yang merupakan perkalian antara MA dan S, bahan anoda yang mampu menerima pancaran elektron dari katoda.Kilovoltage peak (KVP) merupakan energi yang dihasilkan oleh sinar X untuk melakukan penetrasi melalui bagian tubuh sehingga akhirnya mencapai permukaan film.Focal spot film distance (FFD) merupakan jarak spot tabung sinar X dengan permukaan film, semakin kecil FFD maka densitas film akan semakin meningkat karena intensitas sinar akan meningkat (Thrall 2002). Opasitas merupakan istilah untuk gambaran radiografi yang ditimbulkan dari pasien. Opasitas dibagi menjadi dua yaituradiolucent digunakan jika objek mengabsorbsi sedikit radiasi dan radiopaque digunakan jika objek menahan banyak radiasi. Opasitas sangat dipengaruhi oleh tingkat kerapatan dari suatu media. Media padat umumnya bersifat lebih radiopaque, media cair berada di pertengahan antara radiopaque dan radiolucent, media gas lebih bersifat radiolucent. Kontras radiografi merupakan perbedaan opasitas antara dua area dalam radiografi. Faktor utama yang mempengaruhi kontras radiografi yaitu kilovoltagepeak (KVP) meningkat apabila daya tembus meningkat sehingga menyebabkan kontras film akan rendah dan gradasi bayangan abu-abu akan banyak sedangkan KVP menurun apabila daya tembus menurun sehingga menyebabkan kontras film akan tinggi dan pada bayangan abu-abu akan sedikit.
Perubahan yang terjadi dalam Interpretasi Radiografi Perubahan-perubahan yang terjadi dalam interpretasi radiografi yaitu ukuran, bentuk atau kontur, jumlah, lokasi, marginasi, radiopaque atau radiolucent.Bentukan radiografi normal abdomen itu bervariasi dan banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya spesies, ras, derajat distensi lambung, volume dan tipe lambung, posisi dalam pengambilan radiografi serta medium kontras yang dipakai. Biasanya untuk mengenali abdomen terlihat dari lokasi dan bentukan yang berisi gas, makanan atau keduanya (Thrall 2002).
Bahan Kontras Kontras merupakan perbedaan densitas antar dua titik yang berbeda. Bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik
medik yang dipakai pada pencitraan dengan sinar X untuk meningkatkan daya atenuasisinar X (bahan kontras positif). Bahan kontras barium sulfat (BaSO4), berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Barium sulfat adalah agen kontras yang digunakan dalam bentuk suspensi untuk evaluasi traktus gastrointestinal. Barium sulfat tidak cocok digunakan dalam rongga tubuh atau sendi karena dapat memicu terjadinya reaksi granulomatous (Kealy et al. 2011). Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan, biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feses. Radiografi yang dilakukan menggunakan BaSO4 dengan posisi laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD) untuk melihat perbedaan usus besar dari gas dengan isi usus halus. Selain itu, bahan kontras dapat menunjukan massa kolon atau rektum dan intussusceptio ileocaecocolic. Kontras yang rendah di dalam abdomen menyatakan bahwa jaringan lunak dan cairan tidak dapat dibedakan secara radiografis berarti media kontras dibutuhkan untuk melihat permukaan lumen pada traktus gastrointestinal. Studi pewarnaan kontras sangat umum digunakan untuk mengindentifikasi anatomi yang tidak terlihat tanpa pewarnaan dan dapat juga digunakan untuk meneliti fungsi organ seperti waktu pengosongan lambung dan waktu transit (McConnell 2009). Tabel 1 Waktu transit barium sulfat (BaSO4) Waktu Langsung 5 menit 30 menit 60 menit
Struktur yang terlihat Lambung Lambung, duodenum Seluruh bagian usus halus Usus halus dan kolon
Sumber: Thrall (2002)
Secara umum pada pasien normal, pengosongan lambung seharusnya terjadi dalam waktu 15 menit setelah pemberian BaSO4 berlangsung. Gastrografi menggunakan BaSO4 pada hewan kecil secara general lambung akan kosong dalam waktu 1-4 jam (Thrall 2002). Waktu transit BaSO4 secara umum dapat di lihat pada Tabel 1.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2012 sampai dengan Maret 2012. Kucing lokal dipelihara di kandang Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pengambilan gambar dan intepretasi hasil radiografi dilakukan di Laboratorium Radiologi Bagian Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
8
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, termometer, stetoskop, alat pengukur waktu, tabung erlenmeyer, esophagotube, syringe 20 cc, mesin sinar X unit mobile, illuminator, apron, film, kaset film,hanger/frame, marker, alat pengering film, dan processing machine (mesin pencucian) manual, dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah barium sulfat, sediaan premedikasi atropin, sediaan anestesi tiletamin HCl 2,5% dan zolazepam HCl 2,5% (Zoletyl 50®, Virbac animal health, Caros-Prancis), sediaan antelmintik (Zypiran Plus®), alkohol 70%, film yang terbuat dari bahan tipis polyester yang dilapisi silver halide crystaldengan bahan perekat (adhesif). Bahan pencuci film seperti larutan developer (hidroquinon dan sodium carbonat), larutan rinser, larutan fixer (garam ammonium thiosulfat), dan washer (air keran). Pemilihan Sampel dan Pengambilan Radiograf Radiograf diperoleh dari sampel tiga ekor kucing lokal jantan dengan bobot badan 2.5-3.5 kg. Sampel dikondisikan dengan pemberian antelmintik dan dipelihara dalam kandang selama dua minggu. Hewan percobaan dipuasakan selama 12-24 jam sebelum dilakukan radiografi. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan radiografi kontras tanpa perlakuan anestesi. Tahap kedua dilakukan anestesi dengan menggunakan tiletamin-zolazepam (10 mg/kg BB IM) dengan premedikasiAtropine sulfate secara subkutan (0.02 mg/kg BB) dengan rentan waktu satu minggu setelah perlakuan tanpa anestesi(Lukasik 1999). Radiografi kontras ini dilaksanakan menggunakan esophagotube lalu dimasukkan suspensi BaSO4 (12 ml/kg BB, 30% w/v) (McConnell 2009). Posisi pengambilan radiograf bagian abdomen dilakukan pada posisi laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD) dengan 2 jari setelah rusuk terakhir sebagai titik pusat. Radiografi dilakukan pada saat 5, 30, 60, 120, dan 180 menit. Pengambilan radiograf menggunakan focal spot film distance (FFD) dan nilai kilovoltage peak (KVP) serta milliamperage second (MAS) yang disesuaikan sesuai tebal jaringan dan regio pemeriksaan.
Pencucian Film Setelah melakukan pengambilan radiograf, film dicuci secara manual. Tahapan pencucian film dimulai dengan memasukkan film ke larutan developer selama 3-5 menit pada suhu diantara 15ºC-27ºC, fungsi dari larutan tersebut adalah mengubah ion perak bromida dalam kristal menjadi logam perak. Setelah itu, memasukkan film ke larutan rinser yang dilakukan beberapa detik (16-20 detik) bertujuan menyingkirkan larutan developer agar tidak terbawa kelarutan fiksasi. Tahapan selanjutnya memasukkan film ke dalam larutan fixeryang berbentuk garam ammonium dalam waktu dua kali waktu pencucian pada larutan developer, fungsinya adalah mengubah kristal bromida menjadi tidak berkembang lagi dan menyingkirkan senyawa perak yang tidak tersinari. Pencucian selanjutnya dengan
menggunakan washer(air keran) yang berfungsi untuk membersihkan dari sisasisa perak bromida pada film dengan waktu pencucian 30-40 menit dan selanjutnya film dikeringkan.
Analisis sampel Pembacaan radiograf dilakukan di ruang Laboratorium Radiologi Bagian Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Radiograf yang akan dianalisis digantung pada illuminator sesuai prosedur standar di ruang gelap. Prosedur standar yang harus dipenuhi adalah pada saat membaca radiograf arah pandang laterolateral (LL) bagian cranial hewan harus berada di sebelah kiri dan bagian caudal berada di bagian kiri dari pembaca. Pada arah pandang ventrodorsal (VD), radiograf bagian cranial hewan berada di atas dan bagian caudal hewan berada di bawah sudut pandang pembaca. Pengamatan difokuskan pada daerah abdomen. Analisis sampel menggunakan dua parameter yaitu deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menentukan laju bahan kontras sesuai dengan anatomi traktus gastrointestinal kucing pada setiap waktu pengamatan. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk menentukan laju bahan kontras berdasarkan pembagian zona dalam interpretasi radiografi abdomen dengan melihat derajat opasitas menggunakan satuan presentase (%) dari setiap luasan zona. Menurut Thrall (2002), pembagian zona abdomen pada arah pandang LL terbagi atas lima zona sedangkan pada arah pandang VD terbagi atas empat zona. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengukur diameter usus pada saat kontraksi dan relaksasi pada zona tiga.Pengukuran diameter diambil dengan tiga kali pengulangan pada masing-masing kucing. Pengukuran diameter usus kucing dari hasil radiograf menggunakan Software MacBiophotonicImage-J© (National Institute of Health 2012)dan di uji statistik menggunakan Anova.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Hasil dari penelitian disajikan dengan menggunakan dua parameter yaitu pembagian zona berdasarkan anatomi organ gastrointestinal (GI) dan penilaian derajat opasitas dalam interpretasi radiografi abdomen melalui gambaran laju barium sulfat (BaSO4) pada arah pandang laterolateral (LL) dan ventrodorsal (VD) serta mengukur diameter usus pada keadaan kontraksi dan relaksasi. Laju BaSO4 dengan Intepretasi Radiografi Abdomen Gambar 3 radiograf arah pandang LL menunjukkan laju pergerakan BaSO4 yang mulai memasuki lambung pada menit ke-5 sampai usus besar pada menit ke180 tanpa perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 3A), radiograf terlihat radiopaque dikarenakan BaSO4 yang memenuhi bagian pylorus lambung.
10
Lambung memiliki empat bagian yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Gambar 3B memperlihatkan BaSO4 yang mengisi bagian usus halus. Seiring berjalannya waktu, pada menit ke-60 BaSO4 mulai meninggalkan lambung menuju usus besar yang dapat ditunjukkan pada gambar 3C. Pada menit ke-180 (Gambar 3D), BaSO4 telah meninggalkan lambung sepenuhnya ditandai dengan radiolucent pada daerah g (Gambar 3D).
A
C Gambar 3
B
D Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal tanpa perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B: menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.
Tabel 2 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah pandang laterolateral (LL) Tanpa Anestesi Waktu (menit) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 ++ +++ 5 + +++ ++ 30 + + +++ 60 ++ + 180 - : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GIdalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.
Tabel 2 menunjukkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4pada radiograf arah pandang LL tanpa perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Pada zona satu dari radiograf arah pandang LL organ gastrointestinal yang terlihat adalah lambung dan sebagian usus. Barium sulfat mulai mengisi zona satu pada menit ke-5 sebesar 25-50% dari luas organ gastrointestinal. Jumlahnya akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu pengamatan dan benar-benar tidak ditemukan bahan kontras di menit ke-180. Organ gastrointestinal yang terlihat pada zona dua arah pandang LL tanpa perlakuan anestesi adalah sebagian corpusdan pylorus lambung. Laju pergerakan
BaSO4 memasuki zona dua pada menit ke-5 sebesar 50-75% dari luas organ gastrointestinal dan akan berkurang pada menit ke-60 hingga terlihat radiolucent pada menit ke-180. Pada zona tiga yang dipenuhi oleh usus halus dan usus besar, belum terlihat adanya BaSO4 di menit ke-5 dan baru terlihat pada menit ke-30. Tidak berbeda dengan zona tiga, zona empat yang hanya berisi usus besar yaitu kolon dan rektum baru dilewati BaSO4 pada menit ke-180 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal.
Gambar 4
Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal tanpa perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B:menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung, h: colon ascendens, i: colon transversal, j: colon descendens.
Gambar 4 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD mulai mengisi lambung pada menit ke-5 hingga usus besar pada menit ke-180 tanpa perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 4A), terlihat adanya BaSO4 yang memenuhi bagian cardia, fundus, dan pylorus lambung yang dikarakteristikkan dengan radiopaque. Gambar 4B menunjukkan BaSO4 masih
12
berada pada lambung dan sebagian masuk ke usus halus. Pergerakan BaSO4 mulai meninggalkan lambung menuju usus besar di menit ke-60 terlihat pada gambar 4C. Pada menit ke-180 (Gambar 4D), BaSO4 telah meninggalkan lambung sepenuhnya ditunjukkan dengan radiolucent pada daerah g dan telah melewati usus besar yaitu kolon. Kolon terdiri atas kolon ascendens, kolon transversal, dan kolon descendens yang membentuk seperti kait (Gambar 5) .
Gambar 5
Radiograf usus besar pada zona tiga arah pandang ventrodorsal (VD) tanpa perlakuan anestesi yang terlihat seperti kait. a: colon ascendens, b: colon transversal, c: colon descendens.
Tabel 3 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4)pada radiograf tanpa anestesi arah pandang ventrodorsal (VD) Tanpa Anestesi Waktu (menit) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 +++ ++ 5 ++ +++ ++ 30 + + +++ 60 ++ +++ 180 - : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.
Tabel 3 memperlihatkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD tanpa perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Pada zona satu dari radiograf arah pandang VD organ gastrointestinal yang terlihat hanya pylorus lambung. Barium sulfat mulai mengisi zona satu pada menit ke-5 sekitar 50-75% dari luas organ gastrointestinal sama halnya dengan arah pandang LL yang semakin lama jumlahnya akan semakin berkurang dan benar-benar kosong di menit ke-180.
Tidak berbeda dengan zona satu, pada zona dua juga terdapat lambung. Perbedaannya, zona dua arah pandang VD terdapat lambung bagian corpus dan pylorus. Laju pergerakan BaSO4 memasuki zona dua sebesar 25-50% dari luas organ gastrointestinal dan terlihat radiolucent pada menit ke-180. Sama halnya pada arah pandang LL, pada arah pandang VD zona tiga belum terlihat adanya BaSO4 di menit ke-5. Organ intestinal yaitu kolon dan rektum yang berada pada zona empat baru dilewati BaSO4 pada menit ke-180 sebesar 50-75% dari luas organ gastrointestinal. Gambar 6 menunjukkan radiograf laju pergerakan setelah diberikan BaSO4mulai dari menit ke-5 hingga menit ke-180pada arah pandang LL dengan perlakuan anestesi. Gambar 6A terlihat adanya radiopaque yang memenuhi seluruh bagian lambung. Berbeda pada tanpa perlakuan anestesi, gambar 6B belum memperlihatkan adanya BaSO4 yang mengisi usus halus tetapi perlahan mulai menuruni lambung dan memadat di bagian pylorus. Baru pada menit ke-60 sedikit demi sedikitBaSO4 bergerak menuju usus halus (Gambar 6C).
A
C Gambar 6
B
D Radiograf arah pandang laterolateral (LL) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B:menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.
Secara perlahan pada menit ke-180 BaSO4 mulai meninggalkan lambung dan memenuhi usus halus (Gambar 6D). Pada Gambar 6D belum terlihat adanya pergerakan BaSO4 yang dapat ditandai radiolucent pada daerah kolon di zona empat. Pada perlakuan anestesi ini juga,radiopaque masih terlihat di bagian lambung pada menit ke-180. Fenomena tersebut berbeda saat perlakuan tanpa anestesi yang terlihat radiolucent di lambung pada akhir waktu pengamatan (Gambar 3D). Penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang LL perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona menggunakan satuan presentase (%) ditunjukan pada Tabel 4. Zona satu dari radiograf arah pandang LL perlakuan anestesi disepanjang waktu pengamatan keberadaan BaSO4 selalu terlihat. Barium sulfat sebagian besar ada pada zona dua dengan jumlah presentase (%)berfluktuasi. Laju pergerakan BaSO4 mulaimemasuki zona tiga
14
pada menit ke-60 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal dan jumlahnya bertambah hingga menit ke-180. Zona terakhir yaitu zona empat tidak terlihat adanya BaSO4 yang dikarakteristikkan oleh radiolucent Pergerakan BaSO4 arah pandang LLsecaraperlahan lebih terlihat pada perlakuan anestesi. Terlihat pada zona satu dan zona dua di menit ke-180 masih terdapat adanya BaSO4 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal dan di zona tiga juga masih terlihat radiolucent hingga menit ke-30. Selain itu, pada zona empat perlakuan anestesi sampai akhir waktu pengamatan tidak ditemukan keberadaaan BaSO4. Hal ini berbeda pada perlakuan tanpa anestesi arah pandang LL (Tabel 2) yang sudah menunjukkanradiopaque dari BaSO4di zona empat. Tabel 4 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah pandang laterolateral (LL) Anestesi Waktu (menit) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 ++ +++ 5 + ++++ 30 + +++ + 60 + + ++ 180 - : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona..
Tabel 5 menunjukkan penilaian derajat opasitas dari laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD perlakuan anestesi pada setiap waktu terhadap masing-masing zona mengunakan satuan presentase (%). Barium sulfat mulai memasuki zona satu pada menit ke-5 sebesar 50-75% dari luas organ gastrointestinal. Presentase tersebut semakin berkurang seiring berjalannya waktu pengamatan. Berbeda pada perlakuan tanpa anestesi, pada perlakuan anestesi arah pandang VD zona satu dan dua terlihat masih ada BaSO4 yang tersisa di menit ke-180 yaitu sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal. Tabel 5 Laju pergerakan barium sulfat (BaSO4) pada radiograf dengan anestesi arah pandang ventrodorsal (VD) Anestesi Waktu (menit) Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 +++ +++ 5 ++ ++++ 30 + +++ + 60 + + ++ 180 - : Tidak ditemukan keberadaan BaSO4 , +: Terdapat BaSO4 5-25% dari luas organ GI dalam zona, ++:Terdapat BaSO4 25-50% dari luas organ GI dalam zona, +++: Terdapat BaSO4 50-75% dari luas organ GI dalam zona, ++++: Terdapat BaSO4 75-100% dari luas organ GI dalam zona.
Tidak berbeda pada arah pandang LL perlakuan anestesi (Tabel 3), pada zona dua arah pandang VD perlakuan anestesi jumlah BaSO4 juga berfluktuasi di setiap waktu pengamatan. Jika pada perlakuan tanpa anestesiBaSO4 mengisi zona tiga di menit ke-30 berbeda pada perlakuan anestesi yang baru terjadi di menit ke-
60 sebesar 5-25% dari luas organ gastrointestinal. Pada perlakuan anestesi juga daerah zona empat terlihat radiolucent disepanjang waktu pengamatan.
Gambar 7
A
B
C
D
Radiograf arah pandang ventrodorsal (VD) organ gastrointestinal dengan perlakuan anestesi. A: menit ke-5, B: menit ke-30, C: menit ke-60, D: menit ke-180, a: cardia lambung, b: fundus lambung, c: corpus lambung, d: pylorus lambung, e: usus halus, f: usus besar, g: lambung.
Gambar 7 memperlihatkan radiograf laju pergerakan BaSO4 arah pandang VD mulai dari menit ke-5 hingga menit ke-180 dengan perlakuan anestesi. Pada menit ke-5 (Gambar 7A), seluruh bagian lambung dipenuhi oleh BaSO4 yang ditunjukkan adanya radiopaque. Tidak berbeda jauh dengan Gambar7A, Gambar 7B (menit ke-30) juga masih terlihat radiopaque dan belum mengisi usus halus. Pergerakan BaSO4 sangatlah lamban yang mengakibatkan hanya sedikit BaSO4 yang berada di usus halus terlihat pada gambar 7C. Pada menit ke-180 (Gambar 7D), sedikit demi sedikit BaSO4 telah meninggalkan lambung dan mengisi usus halus (Gambar 7D). Pada perlakuan ini, pada menit ke-180 (Gambar 7D) tidak ditemukannya bentuk kait seperti pada Gambar 4D. Hal ini dapat disebabkan laju
16
BaSO4 yang cukup lama akibat pengaruh anestesi sehingga belum memasuki usus besar. Ukuran Diameter Usus Kucing Lokal Tabel 6Diameter usus kucing lokal arah pandang laterolateral (LL) Waktu (menit)
Tanpa Anestesi
Anestesi
A
B
Selisih A&B
A
B
Selisih A&B
60
7.37±0.28
3.07±0.55
4.30±0.48a
6.72±0.48
2.94±0.50
3.77±0.60a
120
7.02±2.27
3.22±0.40
3.82±0.73a
5.80±2.88
2.69±0.63
3.22±2.25a
180
7.27±0.42
3.22±0.73
3.94±0.48a
7.26±0.63
3.63±0.44
3.62±0.32a
Rataan
7.28±0.27
3.27±0.09
4.02±0.09
6.59±0.74
3.09±0.48
3.50±0.53
huruf superscript (a, b) yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antar perlakuan dan antar waktu pengamatan, A: diameter usus relaksasi (mm), B: diameter usus kontraksi (mm).
Tabel 6 menunjukkan ukuran diameter usus kucing lokal dan hasil uji statistik dari kedua perlakuan pada arah pandang LL. Diameter usus tersebut terbagi atas dua, yaitu diameter usus kucing lokal saat relaksasi (Diameter A) dan saat kontraksi (Diameter B). Pada perlakuan tanpa anestesi rataan diameter Adiperoleh 7.28±0.27 mmyang nilainya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan anestesi yaitu 6.59±0.74 mm. Tidak berbeda pada diameter B yang nilainya lebih kecil daripada diameter A, tanpa perlakuan anestesi juga memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Bila dilihat dari sudut pandang waktunya, nilai rataan diameter usus pada kedua perlakuan juga tidak terlalu berbeda. Hasil uji statistik dari selisih kedua diameter pada zona tiga arah pandang LL pada Tabel 6 menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan yang ditunjukkan dengan huruf superscript yang sama. Begitu pula dengan uji statistik terhadap antar waktu pengamatan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0.05). Akan tetapi, diperoleh rataan selisih diameter usus relaksasi dan kontraksi pada perlakuan tanpa anestesi yaitu 4.02±0.09 mmyang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan anestesi yang hanya sebesar 3.50±0.53 mm. Tabel 7 memperlihatkan ukuran diameter usus kucing lokal dan hasil uji statistik dari kedua perlakuan arah pandang VD. Tidak berbeda dengan arah pandang LL, pada arah pandang VD juga rataan diameter Aperlakuan tanpa anestesi nilainya lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan anestesi yaitu 8.45±0.82mm. Nilai dari rataan diameter A ataupun diameter B pada arah pandang VD sedikit lebih besar dibandingkan pada arah pandang LL. Tidak berbeda pada diameter B yang nilainya lebih kecil daripada diameter A, pada perlakuan tanpa anestesi juga memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan anestesi. Begitu pula bila dilihat dari sudut pandang waktunya juga nilai rataan diameter dikedua perlakuan juga tidak terlalu berbeda. Hasil uji statistik pada Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata (p>0.05) dari kedua perlakuan. Akan tetapi, rataan dari selisih diameter A dengan diameter B pada tanpa perlakuan anestesi lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan anestesi. Uji statistik berdasarkan antar waktu pengamatan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0.05) pada perlakuan anestesi sedangkan pada perlakuan tanpa anestesi menunjukkan hasil berbeda nyata (p<0.05). Tabel 7Diameter usus kucing lokal arah pandang ventrodorsal (VD) Waktu (menit)
Tanpa Anestesi
Anestesi
A
B
60
9.02±2.46
4.72±2.40
Selisih A&B 4.32±2.22abx
A
B
6.76±0.39
3.28±0.54
Selisih A&B 3.48±0.80ax
120
7.52±0.90
4.07±0.84
3.82±0.85ax
6.86±2.82
2.90±0.79
3.74±0.83ax
180
8.82±2.32
3.99±2.24
4.82±0.58cx
7.70±2.23
3.62±2.24
4.08±0.82ax
Rataan
8.45±0.82
4.26±0.39
4.32±0.43
7.20±0.52
3.27±0.36
3.77±0.70
huruf superscript (a, b, c) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antarawaktu, huruf superscript (x, y, z) yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0.05) antaraperlakuan, A: diameter usus relaksasi (mm), B: diameter usus kontraksi (mm).
Pembahasan Pada penelitian kali ini obat anestesi yang dipakai Zoletil® yaitu kombinasi 1:1 dari tiletamin sebagai antagonis reseptor N-metil-d-aspartate (NMDA) dan zolazepam yang biasa digunakan sebagai anestesi hewan (Lee et al. 2012). Kadang-kadang kombinasi suatu senyawa obat dengan obat yang lain dibutuhkan untuk meminimalisir kekurangan masing-masing. Metabolisme obat kombinasi tiletamin-zolazepam dapat menimbulkan efek yang berbeda pada spesies yang berbeda pula. Tiletamin-zolazepam dapat diberikan dengan mudah secara intramuskular (IM) dan akan menghilangkan refleks penderita serta kesadaran penderita hilang dalam waktu ±5 menit (Hilbery et al. 1992; Sardjana 2003). Hasil yang didapat dari laju pergerakan BaSO4 pada perlakuan tanpa anestesi dibutuhkan waktu untuk pengosongan lambung setelah menit ke-60 sedangkan dengan perlakuan anestesi hingga akhir waktu pengamatan belum terjadi pengosongan lambung. Menurut Thrall (2002), setelah pemberian BaSO4 seharusnya pengosongan lambung sudah terjadi dalam 15 menit di sebagian besar pasien normal tetapi tidak pada ketiga kucing yang diamati pada penelitian kali ini terjadi setelah menit ke-60. Laju pengosongan lambung adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti volume isi, unsur kimia, berbagai mekanisme refleks, medikasi tertentu, dan tipe dari media kontras yang digunakan. Faktor psikologis dan penyakit pada pylorus juga dapat menyebabkan keterlambatan. Stres emosional dan lingkungan yang berisik dapat menghambat pergerakan lambung. Rasa gelisah, takut, marah, atau sakit yang diinduksi dari manipulasi fisik pasien, intubasi lambung, dan restrain fisik dapat berkontribusi dengan keterlambatan pengosongan lambung (Thrall 2002). Pasien dengan keterlambatan pengosongan lambung harus diijinkan untuk menenangkan diri di lingkungan tenang sebelum diagnosis diberikan. Adanya keterlambatan pengosongan lambung tersebut juga disebabkanoleh adanya aktivitas antikonvulsan. Hal ini dikarenakan sifat
18
zolazepam yang merilis gamma-aminobutyric acid (GABA) endogenous sebagai inhibitor neurotransmitter di otak yang menyebabkan menurunnya sekresi dan fungsi motoris dari gastrointestinal (Lukasik 1999; McKelvey & Hollingshead2003). Selain itu, perbedaan laju pergerakan BaSO4 dapat terlihat pada pengisian organ usus halus (zona tiga) apabila pada perlakuan tanpa anestesi mulai mengisi usus halus di menit ke-30 berbeda pada perlakuan anestesi baru terjadi di menit ke-60. Berdasarkan hasil yang diperoleh di akhir waktu pengamatan dengan perlakuan anestesi bahan kontras masih berada di usus halus (zona tiga) dan belum mengisi usus besar sedangkan pada perlakuan tanpa anestesi bahan kontras telah mengisi usus besar pada menit ke-60. Perbedaan kecepatan pengisian BaSO4 antar kedua perlakuan tersebut disebabkan dengan perlakuan anestesi general dan transquilizers akan menurunkan pergerakan BaSO4. Kerja daripada kombinasi anestesi tiletaminzolazepam juga menekan kerja susunan saraf pusat (Sardjana 2003). Semua zat anestesi umum menghambat susunan saraf secara bertahap, mula-mula fungsi yang kompleks akan dihambat dan yang paling akhir adalah medula oblongata (MO) yang mengandung pusat vasomotor dan pusat pernapasan yang vital (Rivanda 2011). Kombinasi tiletamin-zolazepam merupakan obat yang bekerja pada sistem saraf otonom yaitu parasimpatolitik atau antikolinergik. Salah satu efek dari parasimpatolitik adalah penurunan motilitas saluran pencernaan.Parasimpatolitik merupakan antagonis kompetitif pada reseptor asetilkolin tipe muskarinik (Schmitz etal.2003). Asetilkolin tersebut merupakan neurotransmitter yang diproduksi oleh parasimpatis (McKelvey & Hollingshead 2003). Perbedaan antar kedua perlakuan juga terjadi pada parameter penilaian kuantatif dari laju pergerakan BaSO4 yang menggunakan selisih diameter usus kucing lokal pada zona tiga. Hal ini disebabkan pada zona tiga berisi sebagian besar usus halus dan usus besar. Terdapat perbedaan hasil rataan diameter A (relaksasi) dan diameter B (kontraksi) yaitu lebih tinggi pada perlakuan tanpa anestesi dibandingkan dengan perlakuan anestesi. Begitu pula dengan rataan selisih dari kedua diameter tersebut nilai yang dihasilkan lebih tinggi pada perlakuan tanpa anestesi daripada dengan perlakuan anestesi. Hal ini dikarenakan menurunnya kekuatan kontraksi usus pada kondisi teranestesi. Penurunan kekuatan kontraksi usus tersebut dikarenakan adanya efek zolazepam yang merelaksasi otot dan menurunkan peristaltik saluran pencernaan(McKelvey & Hollingshead 2003). Tidak hanya efek dari kombinasi tiletamin-zolazepam saja tetapi dengan adanya pemberian atropin sebagai premedikasi juga memiliki mekanisme kerja menghambat saraf vagus dan antagonis reseptor kolinergik. Atropin memblokir asetilkolin yang dikeluarkan oleh saraf postganglion di reseptor muskarinik pada saluran pencernaan. Kombinasi tersebut dapat saling melengkapi antara efek analgesik maupun relaksasi otot dengan baik dan efektif sehingga memiliki rentang keamanan yang lebar (Gorda et al. 2010). Kombinasi tiletamin-zolazepam akan meningkatkan kualitas dari masingmasing zat penyusun dan menghilangkan efek-efek negatif dibandingkan dengan penggunaan secara terpisah (Gorda et al. 2010). Kombinasi tersebut dapat meningkatkan kerja obat penenang lebih baik daripada bekerja sendiri tanpa
menambahkan kerja depresi organ vital yang lain (Riviere & Papich 2009).Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh bahwa pada perlakuan anestesi dapat memperlambat motilitas saluran pencernaan dan menurunkan kekuatan kontraksi usus kucing lokal secara signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan pergerakan BaSO4 yang sangat lamban yang hingga akhir waktu pengamatan (menit ke-180) BaSO4 masih mengisi lambung, usus halus, dan belum mencapai usus besar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Radiografi kontras pada saluran pencernaan kucing lokal dapat digunakan untuk melihat efek anestesi tiletamin-zolazepam. Berdasarkan dari parameter laju pergerakan BaSO4 dan perbedaan dari selisih kedua diameter usus terlihat adanya perlambatan motilitas saluran pencernaan dan penurunan kekuatan kontraksi usus kucing lokal akibat dari kombinasi tiletamin-zolazepam.
Saran Kombinasi tiletamin-zolazepam memperlambat motilitas saluran pencernaan dan menurunkan kekuatan kontraksi usus kucing lokal sehingga disarankan bagi dokter hewan praktisi agar dapat memperhatikan efek yang ditimbulkan oleh obat anestesi tersebut.Penelitian lebih lanjut untuk melihat efek anestesi terhadap motilitas saluran pencernaan secara real time dapat menggunakan fluoroscopy.
DAFTAR PUSTAKA Corwin EJ. 2001. Buku Radiografi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Forsyth S. 1995. Administration of low dose tiletamine-zolazepam combination to cats. NZ Vet J.43(3): 101-3. Gorda IW, Wardhita GY, Dharmayudha GO. 2010. Perbandingan efek pemberian anestesi xylazin-ketamin hidroklorida dengan anestesi tiletamin-zolazepam terhadap capillary refill time (CRT) dan warna selaput lendir pada anjing. Bul Vet Udayana. 1(2): 21-27. Hilbery ADR, Waterman AE, Brouwer GJ. 1992. Manual of Anaesthesia for Small Animals Practise. Ed ke-3. Cheltenham: British Small Animal Veterinary Association. Kealy JK, McAllister H, Graham JP. 2011. Diagnostic Radiology and Ultrasonography of Dog and Cat. 5th ed. Missouri: Elsevier Science.
20
Komariah O. 2008. Teknik operasi hernia inguinalis. Di dalam: Priosoeryanto BP, editor. Proceeding of AZWMC and KIVNAS 2008; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Organization Committee of AZWMC & KIVNAS X PDHI. hlm 331. Lee HC, de la Peña JB,de la Peña IC,Woo TS,Yoon SY,Lee HL,Han JS,Lee JI,Cho YJ,Shin CYet al. 2012. Rewarding and reinforcing effects of the NMDA receptor antagonist-benzodiazepine combination, zoletil®: Difference between acute and repeated exposure. Behav Brain Res. 233(2): 434-42. Lukasik V. 1999. Premedication and sedation. Di dalam: Seymour C, Gleed R, editor. Manual of Small Animal Anaesthesia and Analgesia. UK: BSAVA. hlm 80-84. McConnell JF. 2009. Abdominal radiography. Di dalam: O’Brien R, Barr F, editor.Manual of Canine and Feline Abdominal Imaging. Quedgeley: BSAVA. hlm 5. McCurnin DM. 2002. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. USA: Saunders Elsevier. McKelvey D&Hollingshead. 2003. Veterinary Anesthesia and Analgesia. 3th ed. Philadelphia (US): Saunders. [NIH] National Institute of Health. 2012. Image-J software [internet]. [diacu 2012 Juni 15]. Tersedia dari: http://rsbweb.nih.gov/ij. Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook. 5th ed. USA: Blackwell Pub. Reed AB. 2011. The history of radiation use in medicine. J Vasc Surg.53(1): 3S5S. Rivanda R. 2011. Obat anestesia [Referat]. Padang (ID): Bagian Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Riviere JE & Papich MG. 2009. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 4th ed. USA: Wiley-Blackwell. Sardjana IKW. 2003. Penggunaan zoletil dan ketamine untuk anestesia pada felidae. Berk. Penel. Hayati.(9): 37-40. Schmitz G, Lepper H, Heidrich M. 2003.Farmakologi dan Toksikologi.Setiadi L, penerjemah; Sigit JI, Hanif A, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Terjemahan dari: Pharmacards: Lernkartensystem Pharmakologie und Toxikologie. Ed ke-3. Thrall DE. 2002. Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology. 4th ed. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang laterolateral (LL)
Oneway [DataSet3] G:\data\ajeng\input_LL (perbedaan antar perlakuan).sav
Test of Homogeneity of Variances Menit ke
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
60
.674
1
16
.424
180
2.839
1
16
.111
120
3.735
1
16
.071
B
C
22
Gambar 8Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang laterolateral (LL) antar perlakuan. A: menit ke-60, B: menit ke-120, C: menit ke-180 ANOVA Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
1.280
1
1.280
4.395
.052
Within Groups
4.660
16
.291
Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total
5.940 .467
17 1
.467
2.813
.113
2.658
16
.166
3.125 2.205
17 1
2.205
2.371
.143
14.878
16
.930
17.083
17
Menit ke 60
180
120
Lampiran 2
Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit ke-180) pada sudut pandang laterolateral (LL)
Oneway [DataSet4] G:\data\ajeng\input_LL (perbedaan antar waktu).sav
Test of Homogeneity of Variances Perlakuan
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
1.486 10.585
2 2
24 24
.246 .001
Tanpa anestesi Anestesi
ANOVA Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
1.150
2
.575
1.731
.199
Within Groups
7.971
24
.332
Total Between Groups Within Groups Total
9.121 2.136
26 2
1.068
1.802
.187
14.224
24
.593
16.360
26
Perlakuan Tanpa anestesi
Anestesi
24
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Dependent Variable Tanpa Anestesi
(I) LL
Mean Difference (I-J)
(J) LL
LSD 60'
Upper Bound
-.0718
1.0496
180'
.35556 .27167
.203
-.2052
.9163
-.48889 .27167
.085
-1.0496
.0718
-.13333 .27167
.628
-.6940
.4274
-.35556 .27167
.203
-.9163
.2052
.13333 .27167 .65556 .36292
.628 .083
-.4274 -.0935
.6940 1.4046
.694 .083 .172 .694 .172
-.6046 -1.4046 -1.2601 -.8935 -.2379
.8935 .0935 .2379 .6046 1.2601
120' 120'
180' 120' 60' 180' 180' 60' 120'
.14444 -.65556 -.51111 -.14444 .51111
.36292 .36292 .36292 .36292 .36292
Homogeneous Subsets Tanpa anestesi Subset for alpha = 0.05 Duncana
Lower Bound
.085
180' 60'
LL
Sig.
.48889 .27167
180'
LSD 60'
Std. Error
120'
120' 60'
Anestesi
95% Confidence Interval
N
1
120'
9
3.8111
180'
9
3.9444
60'
9
4.3000
Sig. .101 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size =9,000.
Anestesi Subset for alpha = 0.05 LL a
N
1
Duncan 120'
9
3.1111
180'
9
3.6222
60'
9
3.7667
Sig. .099 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,000.
A
B
Gambar9 Selisih diameter usus terhadap waktu pada arah pandang laterolateral (LL) antar waktu. A: tanpa anestesi, B: dengan anestesi
26
Lampiran 3
Uji Oneway ANOVA post hoc Duncan Perbandingan antar perlakuan (tanpa anestesi dan anetesi) pada sudut pandang ventrodorsal (VD)
Oneway [DataSet1] E:\penelitian 2\input VD 1 antar perlakuan.sav
Test of Homogeneity of Variances Menit ke 60 120 180
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
1.531 1.505 .902
1 1 1
16 16 16
.234 .238 .356
A B C Gambar 10 Selisih diameter usus teranestesi dan tanpa anestesi arah pandang ventrodorsal (VD). A: menit ke-60, B: menit ke-120, C: menit ke180
Menit ke 60
120
180
ANOVA Sum of df Squares
Mean Square
Between Groups
3.125
1
3.125
Within Groups
17.044
16
1.065
Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total
20.169 .027
17 1
.027
8.258
16
.516
8.285 2.494
17 1
2.494
8.051
16
.503
10.545
17
F
Sig.
2.934
.106
.053
.821
4.956
.041
28
Lampiran 4
Uji Statistik perbandingan antar waktu (menit ke-60, menit ke-120, dan menit ke-180) pada sudut pandang ventrodorsal (VD)
Oneway [DataSet7] E:\penelitian 2\input VD antar waktu.sav
Test of Homogeneity of Variances Perlakuan
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.019 3.607
2 2
24 24
.982 .043
Anestesi Tanpaanestesi
Perlakuan Anestesi
Tanpa Anestesi
ANOVA Sum of df Squares
Mean Square
F
Sig.
1.217
.314
3.118
.063
Between Groups
1.627
2
.813
Within Groups
16.033
24
.668
Total Between Groups Within Groups Total
17.660 4.501
26 2
2.250
17.320
24
.722
21.821
26
Post Hoc Test Multiple Comparisons
Dependent Variable Anestesi
(I) (J) VD VD LSD 60'
Mean Difference Std. (I-J) Error
95% Confidence Interval Sig.
-.26667 .38530
.496
-1.0619
.5286
180'
-.60000 .38530
.133
-1.3952
.1952
.26667 .38530
.496
-.5286
1.0619
-.33333 .38530
.396
-1.1286
.4619
.60000 .38530
.133
-.1952
1.3952
.396 .234 .214 .234 .020 .214 .020
-.4619 -.3376 -1.3376 -1.3154 -1.8265 -.3154 .1735
1.1286 1.3154 .3154 .3376 -.1735 1.3376 1.8265
180' 180' 60'
120' .33333 .38530 Tanpaanest LSD 60' 120' .48889 .40046 esi 180' -.51111 .40046 120' 60' -.48889 .40046 180' -1.00000* .40046 180' 60' .51111 .40046 120' 1.00000* .40046 *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Homogeneous Subsets Tanpa anestesi Subset for alpha = 0.05 Duncan 120'
N
1
2
9
3.8222
60'
9
4.3111
180'
9
a
4.3111 4.8222
Sig.
.234
.214
Anestesi Subset for alpha = 0.05 VD a
Duncan 60'
Upper Bound
120'
120' 60'
VD
Lower Bound
N
1 9
3.4778
120'
9
3.7444
180'
9
4.0778
Sig. .153 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
30
Anestesi Subset for alpha = 0.05 VD a
Duncan 60'
N
1 9
3.4778
120'
9
3.7444
180'
9
4.0778
Sig. .153 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,000. Means Plots
Gambar 11 Selisih diameter usus terhadap waktu pada sudut pandang ventrodorsal (VD). A: tanpa anestesi, B: dengan anestesi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 April 1990. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bambang Triasmoro Edy dan Emy Winarni. Pada tahun 1996 penulis masuk ke SDN Harjamukti IV Depok dan lulus tahun 2002. Penulis melanjutkan studinya di SMPN 49 Jakarta hingga tahun 2005. Selanjutnya, penulis masuk ke SMAN 99 Jakarta dan lulus tahun 2008. Penulis melanjutkan studi dengan mengikuti jalur Undangan Seleksi Masuk IPB tahun 2008 dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalamkepanitiaan berbagai kegiatan kampus dan luar kampus. Penulis aktif dalam berbagai organisasi kampus seperti Pengurus Divisi Hewan Kecil pada Himpro Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik (HKSA) periode 2009/2010, Penulis pernah tercatat sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Radiologi pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga terdaftar sebagai penerima beasiswa Yayasan A&A Rachmat IPB selama periode 2011/2012.Penulis juga berkesempatan melakukan presentase oral dalam Konveresi Ilmiah Veteriner Nasional Ke-12 Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (KIVNAS Ke-12 PDHI).