JKK, Tahun 2015, Volume 4(3), halaman 100-106
ISSN 2303-1077
AKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN LADA (Piper nigrum L.) TERHADAP RAYAP Coptotermes sp.
1
Sri Mulyati1*, Afghani Jayuska1, Puji Ardiningsih1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H Hadari Nawawi, Pontianak *e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Tanaman lada (P. nigrum L.) merupakan tanaman dari famili Piperaceae yang mengandung metabolit sekunder berupa minyak atsiri. Minyak atsiri lada memiliki manfaat sebagai obat, dan insektisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen penyusun minyak atsiri daun lada (P. nigrum L.) dan aktivitasnya terhadap rayap Coptotermes sp.. Minyak atsiri daun lada diperoleh menggunakan metode destilasi uap pada suhu 98 selama 4 jam dari daun lada segar sebanyak 11,3 kg. Minyak atsiri yang diperoleh memiliki warna biru kehijauan dengan rendemen 0,073% (w/w). Hasil analisis GC-MS menunjukkan minyak atsiri daun lada mengandung 6 senyawa utama yaitu δ-Elemen 19,39%, Spatulenol 11,77%, γ-Elemen 10,59%, β-Selinen 6,82%, β-Elemen 5,05%, dan Kariofilen 4,27%. Uji aktivitas antirayap minyak atsiri daun lada dilakukan selama 7 hari dengan variasi konsentrasi 0% (kontrol negatif), 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, dan 1,5% (v/v), serta fipronil 0,25% (v/v) (kontrol positif). Minyak atsiri memiliki aktivitas yang sangat kuat untuk menyebabkan kematian pada rayap pada konsentrasi 1,25% dan 1,5%. Hasil uji LSD menunjukkan 1,25% merupakan konsentrasi optimum yang menyebabkan mortalitas sebesar 96%. Minyak atsiri daun lada memiliki aktivitas antifeedant yang paling tinggi pada konsentrasi 1,5% dengan pengurangan berat kertas uji sebesar 1,4%. Berdasarkan hasil penelitian, minyak atsiri daun lada dapat digunakan sebagai antirayap terhadap Coptotermes sp.. Kata Kunci: Piper nigrum L., minyak atsiri, destilasi uap, Coptotermes sp. PENDAHULUAN
rayap tersebut, rayap Coptotermes sp. dikenal sebagai hama perusak tanaman perkebunan dan bangunan yang paling yang utama. (Nandika et al.,2003). Tanaman perkebunan yang sering diserang rayap ini adalah tanaman karet, kelapa sawit dan kelapa. Saat ini pengendalian serangan rayap pada bangunan dan tanaman perkebunan menggunakan termitisida sintetik. Termitisida sintetik yang biasa digunakan untuk mengendalikan rayap yaitu organoklorin, organofosfat, nitro guanidine, permetrin, oftanol, fipronil dan carbofuran (Nandika et al., 2003). Termitisida yang digunakan untuk mengendalikan serangan rayap selama ini mengandung senyawa beracun sehingga membahayakan kelangsungan hidup manusia (Prasetyo dan Yusuf, 2004). Berdasarkan hal tersebut diperlukan biotermitisida yang bersifat ramah lingkungan.
Rayap merupakan serangga yang berperan menjaga keseimbangan alam dengan cara mendekomposisi material organik menjadi material anorganik (unsur hara) yang diperlukan tumbuhan. Namun, bertambahnya jumlah penduduk dan semakin pesatnya pembukaan lahan hutan untuk perumahan dan perkebunan, menyebabkan lingkungan dan komunitas hidup rayap menjadi terganggu. Kondisi ini menyebabkan rayap harus mencari sumber makanan baru berupa kayu atau material berselulosa lain yang terdapat pada tanaman perkebunan maupun pada bangunan. Perubahan kondisi ini menyebabkan rayap berperan sebagai hama terhadap tanaman perkebunan dan bangunan (Nandika et al., 2003). Lebih dari 200 spesies rayap hidup di Indonesia. Hal ini didukung oleh kondisi iklim dan tanah termasuk banyaknya jenis tumbuhan yang ada diindonesia. Diantara 100
JKK, Tahun 2015, Volume 4(3), halaman 100-106
Penelitian yang telah dilakukan Chieng et al., (2008) menunjukkan bahwa minyak atsiri dari daun Piper sarmentosum memiliki aktivitas antirayap dengan mortalitas 100 % dalam waktu 3 hari pada konsentrasi 1 % terhadap rayap tanah (Coptotermes sp.). Minyak atsiri buah lada (Piper nigrum L.) memiliki aktivitas sebagai insektisida terhadap Sitophilus zeamais dengan nilai LD50 = 26.4 ± 1.5 μl/g) (Francois et al., 2009). Bahri dan Rinawati (2005) melakukan isolasi terpenoid pada fraksi kloroform daun lada (Piper nigrum L.), senyawa tersebut diduga sebagai seskuiterpen. Fraksi tersebut menyebabkan kematian dan mengurangi aktivitas makan terhadap Callosobruncus chinensis. Berdasarkan studi literatur belum ditemukannya pemanfaatan minyak atsiri daun lada (P. nigrum L.) sebagai antirayap. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas minyak atsiri daun P. nigrum L. terhadap rayap Coptotermes sp..
ISSN 2303-1077
ditentukan rendemennya persamaan: ( )
menggunakan ( ) ( )
Analisis GC-MS Minyak atsiri Daun Lada Minyak atsiri daun lada dianalisis komponen penyusunnya menggunakan GCMS di Laboratorium Kimia Instrumen Universitas Pendidikan Indonesia. Aklimasi Rayap Uji Rayap yang digunakan sebagai hewan uji diperoleh dari perkebunan karet masyarakat Desa Madusari Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Rayap diambil dengan cara memotong pohon karet yang di dalamnya berisi rayap Coptotermes sp dan dimasukkan kedalam bak hitam yang telah berisi pasir lembab serta ditutup menggunakan kain hitam. Rayap ini dipelihara minimal selama 2 minggu sebelum dilakukan pengujian untuk beradaptasi di lingkungan yang baru. Rayap uji yang digunakan merupakan rayap sehat yang ditandai dengan rayap masih aktif bergerak.
METODOLOGI PENELITIAN Sampel Penelitian Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman lada (Piper nigrum L.) bagian daun. Sampel diambil dari kebun masyarakat Desa Korek Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Sampel diidentifikasi di Herbarium Bogoriense LIPI Bogor.
Persiapan Wadah Uji Wadah uji yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti metode ohmura et al., (2000) yang telah dimodifikasi. wadah terbuat dari plastik dengan diameter bawah 5 cm, diameter atas 6 cm dan tinggi 5 cm. bagian wadah dilubangi dan diberi plaster paris yangtelah dilarutkan menggunakan air dengan perbandingan 1:1 kemudian dicetak dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Wadah uji kemudian disterilkan menggunakan alkohol 70% kemudian diisi 10 gr pasir yang telah disterilkan. Sterilisasi pasir dilakukan dengan cara dicuci hingga bersih kemudian dioven pada suhu 100 kemudian diautoklaf pada suhu 120 selama 15 menit. Kain strimin dibentuk bundar dengan diameter 4 cm dan dilapisi dengan plastik wrapping dan diletakkan diatas pasir.
Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat destilasi uap, seperangkat alat Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS), neraca analitik, pipet mikro 20-200 µL, wadah uji, wrapping, aluminium foil, oven, autoklaf, petridis, botol vial, labu ukur 10 mL, toples, erlenmeyer Bahan yang digunakan natrium sulfat anhidrat, dietil eter, kertas whatman No. 41, rayap Coptotermes sp., pasir, akuades. Prosedur Penelitian Destilasi Uap Minyak Atsiri Daun lada segar sebanyak 11,3 kg yang sudah dibersihkan dan dipotong-potong dilakukan destilasi selama 4 jam secara bertahap. Minyak atsiri yang diperoleh ditambahkan Na2SO4 kemudian disaring. Minyak atsiri disimpan dalam botol vial dan
101
JKK, Tahun 2015, Volume 4(3), halaman 100-106
ISSN 2303-1077
Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah One Way ANOVA (Analysis of Varians) dan jika data yang diperoleh menunjukkan berbeda nyata pada tingkat keyakinan 95% dan P ≤ 0,05, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Least Significance Difference (LSD) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Analisis ini dilakukan menggunakan program IBM SPSS statistics 20.
kain hitam kertas umpan plastik strimin pasir steril plester paris kapas basah alas plastik Gambar 1. Wadah Uji Antirayap
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Aktivitas Antirayap Minyak Atsiri Uji aktivitas antirayap minyak atsiri daun lada dilakukan berdasarkan metode Ohmura et al., (2000) yang telah dimodifikasi. Kertas Whatman No.41 dengan diameter 3 cm dikeringkan dalam oven pada suhu 60 oC selama 12 jam kemudian dimasukkan desikator selama 24 jam. Kertas uji kemudian direndam selama 1 jam dalam minyak atsiri yang telah dilarutkan menggunakan dietil eter pada berbagai variasi konsentrasi (v/v) yaitu 0, 0,5, 0,75, 1, 1,25, dan 1,5%. Sebagai kontrol positif digunakan termitisida sintetik dengan senyawa aktif fipronil dengan konsentrasi 0,25% (v/v). Kertas uji dikeringanginkan dan ditimbang berat kertas awal. Sebanyak 50 ekor rayap tanah Coptotermes sp. (45 kasta pekerja dan 5 kasta prajurit) dimasukkan ke dalam wadah uji. Kertas uji dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup dengan menggunakan kain hitam lalu disimpan di ruang yang gelap. Dibawah wadah uji diberi kapas yang telah dibasahi air untuk menjaga kelembaban wadah selama pengujian. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah rayap yang mati selama 7 hari. Mortalitas rayap pada hari ke-7 dihitung menggunakan persamaan (Indrayani et al., 2012):
Destilasi Uap Minyak Atsiri Destilasi uap dilakukan untuk pemisahan senyawa yang tidak larut dalam air dan titik didihnya tinggi dengan cara mengalirkan uap air kedalam ketel sampel. Minyak atsiri daun lada yang dihasilkan memiliki aroma khas lada dan berwarna biru kehijauan. Rendemen minyak yang dihasilkan sebesar 0,073 %. Analisis GC-MS Minyak Atsiri Daun Lada Hasil analisis GC-MS menunjukkan minyak atsiri daun lada mengandung 6 senyawa utama yaitu δ–elemen 19,39%, spatulenol 11,77%, γ-elemen 10,59%, β– selinen 6,82, β– elemen 5,05%, dan kariofilen 4,27%. Fragmentasi senyawa utama minyak atsiri daun lada dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan fragmentasi pada Gambar 2 ion molekul dengan m/z= 204 menunjukkan berat molekul senyawa δelemen. Ion molekul dengan m/z=204 terfragmentasi dengan melepas gugus radikal metil (CH3) menghasilkan fragmen dengan m/z=189. Selanjutnya ion molekul m/z=189 terfragmentasi dengan melepas molekul CH2 sehingga diperoleh fragmen dengan m/z=175. Kemudian suatu -CH2 lepas menghasilkan fragmen dengan m/z=161. Pola fragmentasi selanjutnya merupakan pelepasan gugus –C=CH2 hingga menghasilkan fragmen dengan m/z= 135. Selanjutnya base peak dengan m/z= 121 diperoleh dari pelepasan -CH2.
( )
Parameter lain yang diamati yaitu pengurangan berat kertas uji. Pengurangan berat kertas uji dihitung menggunakan persamaan (Indrayani et al., 2012): ( ) Keterangan: W 1= berat kertas uji sebelum pengumpanan (gram) W 2= berat kertas uji setelah pengumpanan (gram)
102
JKK, Tahun 2015, Volume 4(3), halaman 100-106
ion klorida melalui Gamma Amino Butyric Acid (GABA). Hal ini menunjukkan bahwa fipronil memiliki sifat antirayap yang sangat kuat.
. CH3
CH3 e
- .CH3
+
+
m/z = 189
m/z = 204
ISSN 2303-1077
- CH2
Tabel 1. Mortalitas Rayap dan Pengurangan Berat Kertas Uji Setelah 7 Hari Penguran Mortalitas Perlakuan gan Berat (%) (%) Minyak atsiri 16,7 10 0,5% Minyak atsiri 32 7,5 0,75% Minyak atsiri 67,3 5,2 1% Minyak atsiri 96 2,7 1,25% Minyak atsiri 99,3 1,4 1,5% kontrol (-) 0 25,1 dietil eter kontrol (+) 100 3,2 fipronil 0,25%
+
m/z = 175 - CH2
H +
m/z = 161 -C=CH2 H
+
m/z = 135
+
- CH2
+
Tabel 2.
Klasifikasi Tingkat Aktivitas Antirayap Mortalitas Tingkat Aktivitas Sangat kuat m 95% Kuat 75% m < 95% Cukup kuat 60% m < 75% Sedang 40% m < 60% Agak lemah 25% m < 40% Lemah 5% m < 25% m < 5% Tidak aktif
m/z = 121
Gambar 2. Pola Fragmentasi Senyawa Elemen
δ-
Aktivitas Antirayap Minyak Atsiri Aktivitas anti rayap minyak atsiri daun lada dapat dilihat dari tingkat mortalitas rayap dan pengurangan berat kertas uji selama 7 hari pengujian. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Tabel 1. menunjukkan pengaruh konsentrasi minyak atsiri terhadap mortalitas rayap serta pengurangan berat kertas uji setelah 7 hari pengujian. semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri yang digunakan, mortalitas juga semakin meningkat. Minyak atsiri daun lada pada konsentrasi 1,5% memiliki aktivitas antirayap tertinggi dengan mortalitas sebesar 99,3%. Sedangkan pada konsentrasi 0,5% merupakan konsentrasi yang memiliki mortalitas paling rendah yaitu 16,7%. Kontrol negatif memberikan mortalitas sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pelarut dietil eter tidak berpengaruh terhadap mortalitas rayap. Mortalitas dari kontrol positif (fipronil 0,25%) yaitu 100%. Fipronil memiliki mekanisme mengganggu sistem syaraf pusat khususnya gangguan pada pertukaran ion-
(Prijono, 1998)
Berdasarkan Tabel 2. konsentrasi 1,5% dan konsentrasi 1,25% memiliki tingkat aktivitas antirayap yang sangat kuat. Konsentrasi 1% memiliki tingkat aktivitas antirayap yang cukup kuat. Konsentrasi 0,75% memiliki tingkat aktivitas agak lemah, sedangkan 0,5% memiliki tingkat aktivitas antirayap yang lemah. Kontrol negatif (dietil eter) bersifat tidak aktif sedangkan kontrol positif memiliki aktivitas antirayap yang sangat kuat. Berdasarkan hal tersebut minyak atsiri daun lada dapat digunakan untuk menggantikan fipronil sebagai antirayap yang lebih ramah lingkungan. Hasil analisis statistik menggunakan One Way Analysis of Varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Post Hoc Test berupa uji Least Significance Difference (LSD). menunjukkan perlakuan kontrol negatif 103
JKK, Tahun 2015, Volume 4(3), halaman 100-106
(konsentrasi 0%) berbeda signifikan dengan konsentrasi minyak atsiri daun lada 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, dan 1,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak atsiri memberikan pengaruh terhadap mortalitas rayap. Konsentrasi minyak atsiri daun lada 1,25% merupakan konsentrasi optimum yang dapat menyebabkan mortalitas rayap. Hal ini disebabkan konsentrasi 1,25% tidak berbeda secara signifikan dengan konsentrasi 1,5%. Namun, berbeda signifikan dengan konsentrasi 0,5%, 0,75% dan 1%. Selama pengujian, rayap yang mati bangkainya dibuang untuk menghindari pertumbuhan jamur dan menghindari sifat neurophagy dari rayap. Neurophagy merupakan perilaku rayap yang memakan bangkai rayap lain yang telah mati. Rayap mati ditandai dengan perubahan pada tubuh rayap menjadi kering, kepala berwarna hitam maupun berwarna merah. Kematian rayap diduga karena terganggunya sistem respirasi rayap selama pengujian. Hal ini disebabkan karena minyak atsiri yang memiliki aroma tajam bertindak sebagai racun pernapasan (fumigasi). Kematian rayap juga diduga karena sifat throfalaxis. Sifat ini merupakan perilaku menjilat, mencium dan menggosokkan anggota tubuh antar rayap untuk menyalurkan makanan, feromon dan protozoa flagellata. Selain itu, rayap juga memiliki sifat kanibalistik. Sifat ini merupakan perilaku rayap yang memakan rayap yang sakit atau lemas, sehingga rayap yang terkontaminasi minyak atsiri dapat juga menyebabkan kematian pada rayap yang memakannya. Kandungan minyak atsiri daun lada memiliki sifat toksik pada rayap. Minyak atsiri daun lada mengandung senyawa terpenoid yang terdiri dari senyawa monoterpen dan seskuiterpen. Senyawa terpenoid dapat menghambat enzim acetylcholinesterase (ACHE) dan dapat melumpuhkan serta membunuh serangga (Ryan dan Byrne, 1988 ; Souza, 2009). Menurut Hadi (2008) senyawa seskuiterpen mampu merusak sistem syaraf pada rayap. Spatulenol merupakan salah satu senyawa mayor pada minyak atsiri daun lada. Senyawa ini termasuk golongan senyawa seskuiterpen alkohol. Menurut Nerio et al., (2009) sebagian besar metabolit yang diisolasi dari minyak atsiri yang memiliki gugus hidroksi menunjukkan aktivitas
ISSN 2303-1077
repellent lebih baik. Selain spatulenol, terdapat pula senyawa kariofilen pada minyak atsiri daun lada. Penelitian yang telah dilakukan Chieng et al., (2008) menunjukkan senyawa kariofilen pada minyak atsiri daun P. sarmentosum memiliki aktivitas antirayap dengan kematian 80% pada konsentrasi 2% setelah 3 hari terhadap rayap Coptotermes sp. Parameter lain yang diamati untuk mengetahui aktivitas antirayap minyak atsiri daun lada adalah pengurangan berat kertas uji. Semakin rendah nilai persentase kehilangan berat kertas uji mengindikasikan semakin tinggi penghambatan makan dan semakin tinggi pula sifat antirayapnya. Gambar 3 menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara meningkatnya konsentrasi dengan pengurangan berat kertas uji. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri yang digunakan menyebabkan penurunan pengurangan berat kertas uji. Konsentrasi minyak atsiri atsiri paling tinggi yaitu 1,5% menyebabkan pengurangan berat kertas uji sebesar 1,4 % sedangkan konsentrasi paling rendah yaitu 0,5% menyebabkan pengurangan kertas uji sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri daun lada dengan konsentrasi yang lebih tinggi mampu menghambat aktivitas makan (Antifeedant) rayap lebih baik daripada konsentrasi yang rendah. Hal ini disebabkan senyawa-senyawa minyak atsiri yang terkandung didalamnya memiliki jumlah lebih banyak. Selain itu minyak atsiri juga bertindak sebagai racun perut. Menurut (Sudrajat, 2012) rayap memiliki protozoa yang mengeluarkan enzim selulase yang dapat mendekomposisi selulosa menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna rayap sehingga senyawa- senyawa tersebut digunakan sebagai sumber energi. Protozoa tersebut terdapat di dalam usus rayap. Apabila protozoa mati maka aktivitas enzim selulase terganggu, Hal ini menyebabkan rayap tidak memperoleh energi yang dibutuhkan sehingga dapat menyebabkan kematian.
104
120
30
100
25
80
20
60
15
40
10
20
5
0
0 0
0.5 0.75 1 1.25 1.5 Konsentrasi (%)
Mortalitas (%)
Gambar
3.
ISSN 2303-1077
Callosobruncus chinensis, J. Sains Tek, 11(3). Chieng T.C., Assim Z.B., dan Fasihuddin B.A., 2008, Toxicity and Antitermite Activities of the Essential Oil from Piper Sarmentosum, The Malaysian Journal of Analitycal Science, 12 (1): 234-239. Francois T., Michel J.D.P., Lambert S.M., Ndifor F, Vyry W.N.A., Henri A.Z.P., dan Chantal M, 2009, Comparative Essential Oils Composition and Insecticidal Effect of Different Tissues of Piper capense L., Piper guineense Schum. et Thonn., Piper nigrum L. and Piper umbellatum L. grown in Cameroon, African Journal of Biotechnology, 8 (3): 424-43. Hadi M., 2008, Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum), Bioma, 6 (2): 12-18. Indrayani. Y., Oramahi. H.A. dan Nurhaida, 2012, Evaluasi Asap Cair Sebagai Bio-Termitisida Untuk Pengendalian Rayap Tanah coptotermes sp, Jurnal Tengkawang. 1(2): 87–96. Nandika D., Rismayadi Y., dan Diba F., 2003, Rayap: Biologi dan Pengendaliannya, Muhammadiyah University Press, Surakarta. Nerio L.S., Verbel J.O., dan Stashenko E., 2009, Repellent Activity of Essential Oils: a Review, Bioresource Technology, 101: 372-378. Ohmura, W., Doi, S., Aoyama, M., dan Ohara, S., 2000, Antifeedant Activity of Flavonoids and Related Compounds against The Subterran Termite Coptotermes formosanus Shiraki, J. Wood Sci, 46: 149-153. Prasetyo K.W. dan Yusuf S., 2004, Mencegah dan Membasmi Rayap secara Ramah Lingkungan dan Kimia, Agro Media Pustaka, Jakarta. Prijono D., 1998, Insecticidal activity of meliaceous seed extracts against Crocidolomia binotalis Zeller, Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan X (1) : 1-7. Ryan M.F. dan Byrne O., 1988, PlantInsect Coevolution and Inhibition of Acetylcholinesterase, Journal of Chemical Ecology, 14(10): 19651975.
Pengurangan Berat Kertas Uji (%)
Mortalitas (%)
JKK, Tahun 2015, Volume 4(3), halaman 100-106
Pengurangan Berat Kertas Uji (%)
Hubungan Konsentrasi Terhadap Mortalitas Rayap dan Pengurangan Berat Kertas Uji
Berdasarkan Gambar 3. pengurangan berat kertas uji berbanding terbalik dengan mortalitas rayap. Semakin tinggi nilai mortalitas rayap, maka nilai pengurangan berat kertas uji semakin menurun. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri daun lada menyebabkan toksisitas pada kertas uji semakin tinggi sehingga rayap mati lebih banyak dan rayap yang memakan kertas uji semakin sedikit sehingga pengurangan berat kertas uji menurun. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri memiliki aktivitas yang sangat kuat untuk menyebabkan kematian pada rayap pada konsentrasi 1,25% dan 1,5%. Hasil uji LSD menunjukkan 1,25% merupakan konsentrasi optimum yang menyebabkan mortalitas sebesar 96%. Minyak atsiri daun lada memiliki aktivitas antifeedant yang paling tinggi pada konsentrasi 1,5% dengan pengurangan berat kertas uji sebesar 1,4%. minyak atsiri daun lada mengandung 6 senyawa utama yaitu δ-Elemen 19,39%, Spatulenol 11,77%, γ-Elemen 10,59%, βSelinen 6,82%, β-Elemen 5,05%, dan Kariofilen 4,27%. DAFTAR PUSTAKA Bahri S., dan Rinawati, 2005, Senyawa Terpenoid Hasil Isolasi dari Daun Lada (Piper nigrum, Linn) dan Uji Bioaktivitasnya Terhadap Hama
105
JKK, Tahun 2015, Volume 4(3), halaman 100-106
Souza A.D., Lopes E.M.C., Cordeiro I., Young M.C.M., Sobral M.E.G.,dan Moreno P.R.H., 2010, Chemical Composition and Acetylcholinesterase Inhibitory Activity of Essential Oils of Myrceugenia myrcioides (Cambess.) O. Berg and Eugenia riedeliana O.
ISSN 2303-1077
Berg, Myrtaceae, Brazilian Journal of Pharmacognosy 20(2): 175-179. Sudrajat, 2012, Toksisitas Ekstrak Batang Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis Becc.) Fraksi Etanol-Air Terhadap Rayap Coptotermes sp. (Isoptera:Rhinotermitidae), Mulawarman Scientific, 11 (1):29-40.
106