ISSN 0000-000
AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10) Akhmad Riduwan*)
ABSTRAK Mata uang yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi dan pelaporan informasi keuangan bagi perusahaan di Indonesia adalah Rupiah. Transaksi keuangan yang dinyatakan dalam mata uang asing (selain Rupiah) harus dijabarkan terlebih dahulu ke mata uang Rupiah sesuai dengan ketentuan PSAK No.10. Artikel ini terutama menjelaskan secara ringkas tentang akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan serta pengakuan selisih kurs dalam laporan keuangan. Artikel ini juga menjelaskan secara ringkas tentang transaksi Hedge yang berupa forward contract dan swap. Kata-kata kunci : PSAK No.10, Mata Uang Asing, Selisih Kurs
1. PENDAHULUAN Transaksi-transaksi keuangan bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus dibukukan dengan menggunakan satuan mata uang Rupiah, sehingga mata uang yang harus dijadikan sebagai dasar pelaporan (reporting currency) bagi perusahaan-perusahaan tersebut adalah mata uang Rupiah. Meskipun demikian, dalam praktik sehari-hari, aktivi-tas perusahaan seringkali menyangkut mata uang asing (foreign currency). Aktivitas peru-sahaan yang dimak-sud dapat berupa: (1) melakukan transaksi dalam mata uang asing, atau (2) memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign activities) Agar transaksi dalam mata uang asing dapat dimasukkan dalam laporan keuangan perusa-haan, transaksi tersebut harus terlebih dahulu dicatat dengan menggunakan satuan mata uang Rupiah. Demikian pula, agar kegiatan usaha luar negeri dapat dimasukkan (digabung atau dikonsolidasikan) dalam laporan keuangan perusahaan, maka laporan keuangan kegiatan luar negeri tersebut harus dijabarkan dulu ke dalam mata uang Rupiah. *)
Drs. Akhmad Riduwan, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan)
1
Tulisan ini terutama menjelaskan secara ringkas tentang akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan serta pengakuan selisih kurs dalam laporan keuangan. Sedangkan masalah penjabaran laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri akan diuraikan dalam tulisan lain secara terpisah.
2. TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING Transaksi dalam mata uang asing, dalam konteks ini, adalah suatu transaksi yang nilainya didenominasi (dinyatakan) dalam mata uang asing, atau suatu transaksi yang memerlukan pe-nyelesaian dalam mata uang asing. Transaksi ini meliputi : (a) transaksi meminjam dan meminjamkan dana yang memerlukan penyelesaian dalam mata uang asing. (b) transaksi membeli atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam mata uang asing. (c) perusahaan menjadi suatu pihak dalam suatu perjanjian yang berkaitan dengan valuta asing, misalnya untuk tujuan hedging. (d) transaksi memperoleh atau melepaskan aktiva, yang nilainya didenominasi dalam mata uang asing.
3. PENJABARAN TRANSAKSI DAN POS-POS DALAM MATA UANG ASING Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.10 Tentang “Transaksi Dalam Mata Uang Asing” mengatur penjabaran transaksi dan pos-pos dalam mata uang asing sebagai berikut : (1) Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan -- dalam mata uang Rupiah -dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi (spot rate). (2) Pos-pos dalam valuta asing yang saldonya terbawa ke tanggal neraca, terutama pos ak-tiva dan kewajiban moneter1, harus dijabarkan kembali ke dalam mata uang Rupiah de-ngan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal neraca. 1
Pos Moneter adalah pos-pos yang memerlukan penyelesaian dalam jumlah yang sudah pasti, misalnya pos “utang” dan “piutang”.
2
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 1-14
(3)
Laba-rugi yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing karena adanya perbedaan kurs, atau selisih penjabaran pos-pos moneter dalam valuta asing pada tanggal neraca tersebut di atas, diakui sebagai “laba/rugi selisih kurs” dan dilaporkan sebagai pendapatan atau beban pada laporan laba-rugi periode berjalan.
Contoh 1 : Transaksi Meminjam Dana (a) 1 Juli 1998 PT A meminjam dana dari Bank BNI sebesar USD 10,000. Spot rate pada tanggal ini adalah Rp 6.000 / USD. Kas dalam valuta asing - USD ............................... Utang bank dalam valuta asing - USD ...........
Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
(b) 1 Agustus 1998 PT A meminjam dana lagi dari Bank BNI sebesar USD 20,000. Spot rate pada tanggal ini adalah Rp 6.200 / USD. Kas dalam valuta asing - USD .................. Utang bank dalam valuta asing - USD
Rp 124.000.000 Rp 124.000.000
(c) 1 September 1998 PT A menjual valuta asing yang dimilikinya, sebesar USD 6,000 kepada sebuah money changer. Spot rate USD 1 = Rp 6.500. Kas .............................................................. Kas dalam valuta asing - USD ...........
Rp 39.000.000 Rp 39.000.000
Laba/rugi karena perbedaan kurs pada transaksi penjualan USD ini tidak diakui, karena sulit untuk menentukan kurs historis (historical rate) atau kurs rata-rata (average rate) dari USD yang dijual tersebut. Sebagai konsekuensinya, laba/rugi selisih kurs akan diakui secara ku-mulatif pada tanggal neraca. (d) 1 Oktober 1998 PT A melunasi sebagian pinjamannya kepada Bank BNI sebesar USD 2,000 dan Bank BCA sebesar USD 4,000. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan USD. Spot rate adalah Rp 6.400 / USD. Utang bank dalam valuta asing - USD ...... Kas dalam valuta asing - USD ..........
Rp 38.400.000 Rp 38.400.000
Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan)
3
Dengan pertimbangan untuk kepraktisan dan kemudahan pencatatan, laba/rugi selisih kurs dalam transaksi ini juga tidak diakui. Secara kumulatif, laba/rugi selisih kurs akan dihitung dan diakui pada tanggal neraca. (e) 31 Desember 1998 PT A akan menyusun laporan keuangan. Pos-pos moneter dalam valuta asing disesuaikan/ dijabarkan kembali berdasarkan kurs (exhange rate) pada tanggal neraca. Exchange rate USD 1 = Rp 6.600. Penjabaran kembali pos-pos dalam valuta asing pada tanggal 31 Desember 1998 adalah sebagai berikut : a. Kas Dalam Valuta Asing - USD : Per buku : USD 18,000 ............................................................ Exchange rate : USD 18,000 @ Rp 6.600 ................................. Selisih kurs (laba) ..................................................................... b. Utang Bank Dalam Valuta Asing - USD : Per buku : USD 24,000 ............................................................ Exchange rate : USD 24,000 @ Rp 6.600 ................................ Selisih kurs (rugi) ..................................................................... Total selisih kurs (rugi)
Rp 106.600.000 118.800.000 Rp 12.200.000 Rp 145.600.000 158.400.000 Rp 12.800.000 Rp 600.000 ════════════
Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 1998 adalah sbb.: Kas dalam valuta asing - USD ...................... Laba/rugi selisih kurs ................................... Utang bank dalam valuta asing - USD .
Rp 12.200.000 600.000 Rp 12.800.000
Dalam neraca tanggal 31 Desember 1998, akun “Kas Dalam Valuta Asing - USD” menun-jukkan jumlah Rp 118.800.000, dan “Utang Bank Dalam Valuta Asing - USD” menunjuk-kan jumlah Rp 158.400.000. Sedangkan akun“Laba/Rugi Selisih Kurs” yang bersaldo debit sebesar Rp 600.000, harus dilaporkan sebagai beban dalam laporan labarugi tahun 1998. Bila ayat-ayat jurnal tersebut di atas di-posting ke dalam buku besar, maka buku besar akan tampak sebagai berikut :
4
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 1-14
Kas Dalam Valuta Asing - USD (a). USD 10,000 Rp 60.000.000 (c). USD 6,000 Rp 39.000.000 (b). USD 20,000 124.000.000 (d). USD 6,000 38.400.000 (e). Penyesuaian kurs 12.200.000 Utang Bank Dalam Valuta Asing - USD (d). USD 6,000 Rp 38.400.000 (a). USD 10,000 Rp 60.000.000 (b). USD 20,000 124.000.000 (e). Penyesuaian kurs 12.800.000 Kas (c). Penjualan USD 6,000 Rp 39.000.000
Laba/Rugi Selisih Kurs (e). Selisih penjabaran kurs Rp 600.000
Contoh 2 : Transaksi Pembelian Barang (a) 1 Oktober 1998 PT A membeli barang dagangan secara kredit dari USA, dengan harga USD 10,000. Spot rate USD 1 = Rp 7.000. Pembelian ...................................................... Utang dagang dalam valuta asing - USD
Rp 70.000.000 Rp 70.000.000
(b) 1 Nopember 1998 PT A melunasi utang dagangnya sebesar USD 8,000 melalui Bank BNI dengan mengeluarkan sejumlah Rupiah.. Spot rate USD 1 = Rp 7.200. Utang dagang dalam valuta asing - USD ..... Kas ........................................................
Rp 57.600.000 Rp 57.600.000
Ayat jurnal di atas tidak membukukan selisih kurs yang terjadi karena adanya perbedaan antara kurs pada saat timbulnya utang (historical rate) dengan kurs pada saat penyelesaian utang (spot rate).
Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan)
5
Karena historical rate atas utang dapat ditentukan/diketahui dengan jelas, selisih kurs ter-sebut sebenarnya dapat dibukukan. Jika hal ini dikehendaki, maka ayat jurnal (alternatif) untuk mencatat pelunasan utang dagang tersebut adalah sebagai berikut : Utang dagang dalam valuta asing - USD .... Laba/rugi selisih kurs ................................. Kas .......................................................
Rp 56.000.000 1.600.000 Rp 57.600.000
(c) 31 Desember 1998 PT A akan menyusun laporan keuangan. Pos-pos moneter dalam valuta asing dijabarkan kembali berdasarkan kurs (exchange rate) pada tanggal neraca. Exchange rate Rp 7.800 / USD. Bila transaksi tanggal 1 Nopember 1998 dicatat dengan cara 1 seperti tersebut di atas, maka penjabaran akun “Utang dagang dalam valuta asing - USD” pada tanggal 31 Desember 1998 adalah sbb.: Per buku : USD 2,000 ............................................................ Exchange rate : USD 2,000 @ Rp 7.800 ................................... Selisih kurs (rugi) .....................................................................
Rp 12.400.000 15.600.000 Rp 3.200.000
Ayat jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah : Laba/rugi selisih kurs .................................... Utang dagang dalam valuta asing - USD
Rp 3.200.000 Rp 3.200.000
Sedangkan bila transaksi tanggal 1 Nopember 1998 dicatat dengan cara 2, maka penjabaran akun “Utang dagang dalam valuta asing - USD” pada tanggal 31 Desember 1998 adalah sbb.: Per buku : USD 2,000 ............................................................ Exchange rate : USD 2,000 @ Rp 7.800 ................................... Selisih kurs (rugi) .....................................................................
Rp 14.000.000 15.600.000 Rp 1.600.000
Ayat jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah : Laba/rugi selisih kurs ..................................... Utang dagang dalam valuta asing - USD
Rp 1.600.000 Rp 1.600.000
6
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 1-14
Saldo “laba/rugi selisih kurs” pada cara 2 ini adalah Rp 3.200.000 (sama dengan cara 1). Bedanya, total laba/rugi selisih kurs pada cara 2 ini diperoleh dari dua pencatatan, yaitu pencatatan pada tanggal 1 Nopember sebesar Rp 1.600.000, dan penyesuaian pada tanggal 31 Desember sebesar Rp 1.600.000. Contoh 3 : Transaksi Penjualan Barang (a) 1 Oktober 1998 PT A menjual barang dagangan secara kredit ke USA, dengan harga USD 10,000. Spot rate USD 1 = Rp 7.000. Piutang dagang dalam valuta asing - USD ... Penjualan ...............................................
Rp 70.000.000 Rp 70.000.000
(b) 1 Nopember 1998 PT A menerima pelunasan piutang dagangnya sebesar USD 8,000 (dalam bentuk USD). Spot rate USD 1 = Rp 7.200. Kas dalam valuta asing - USD ....................... Piutang dagang dalam valuta asing - USD
Rp 57.600.000 Rp 57.600.000
Ayat jurnal di atas tidak membukukan selisih kurs yang terjadi karena adanya perbedaan antara kurs pada saat timbulnya piutang (historical rate) dengan kurs pada saat penyelesaian piutang (spot rate). Karena historical rate atas piutang dapat ditentukan/diketahui dengan jelas, selisih kurs tersebut sebenarnya dapat dibukukan. Jika hal ini dikehendaki, maka ayat jurnal (alternatif) untuk mencatat penerimaan piutang dagang tersebut adalah sebagai berikut : Kas dalam valuta asing - USD ......................... Piutang dagang dalam valuta asing - USD Laba/rugi selisih kurs ................................
Rp 57.600.000 Rp 56.000.000 1.600.000
(c) 31 Desember 1998 PT A akan menyusun laporan keuangan. Pos-pos moneter dalam valuta asing dijabarkan kembali berdasarkan kurs (exchange rate) pada tanggal neraca. Exchange rate Rp 7.800 / USD.
Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan)
7
Bila transaksi tanggal 1 Nopember 1998 dicatat dengan cara 1 seperti tersebut di atas, maka penjabaran pos-pos moneter dalam valuta asing pada tanggal 31 Desember 1998 adalah sbb.: Kas dalam valuta asing - USD: Per buku : USD 8,000 ............................................................ Exchange rate : USD 8,000 @ Rp 7.800 ................................... Selisih kurs (laba) ..................................................................... Piutang dagang dalam valuta asing - USD: Per buku : USD 2,000 ............................................................ Exchange rate : USD 2,000 @ Rp 7.800 ................................... Selisih kurs (laba) ..................................................................... Total selisih kurs (laba) ............................................................
Rp 57.600.000 62.400.000 Rp 4.800.000 Rp 12.400.000 15.600.000 Rp 3.200.000 Rp 8.000.000 ════════════
Ayat jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah : Kas dalam valuta asing - USD ................. Piutang dagang dalam valuta asing - USD Laba/rugi selisih kurs ........................
Rp 4.800.000 3.200.000 Rp 8.000.000
Sedangkan bila transaksi tanggal 1 Nopember 1998 dicatat dengan cara 2, maka penjabaran pos-pos moneter dalam valuta asing pada tanggal 31 Desember 1998 adalah sbb.: Kas dalam valuta asing - USD: Per buku : USD 8,000 ............................................................ Rp 57.600.000 Exchange rate : USD 8,000 @ Rp 7.800 ................................... 62.400.000 Selisih kurs (laba) ..................................................................... Rp 4.800.000 Piutang dagang dalam valuta asing - USD: Per buku : USD 2,000 ............................................................ Rp 14.000.000 Exchange rate : USD 2,000 @ Rp 7.800 ................................... 15.600.000 Selisih kurs (laba) ..................................................................... Rp 1.600.000 Total selisih kurs (laba) ............................................................ Rp 6.400.000 ════════════
8
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 1-14
Ayat jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah : Kas dalam valuta asing - USD .................. Piutang dagang dalam valuta asing - USD Laba/rugi selisih kurs .........................
Rp 4.800.000 1.600.000 Rp 6.400.000
Saldo akun “laba/rugi selisih kurs” pada cara 2 ini adalah Rp 8.000.000 (sama dengan cara 1). Bedanya, total laba/rugi selisih kurs pada cara 2 ini diperoleh dari dua pencatatan, yaitu pencatatan pada tanggal 1 Nopember sebesar Rp 1.600.000, dan penyesuaian pada tanggal 31 Desember sebesar Rp 6.400.000.
4. TRANSAKSI HEDGE Transaksi dalam valuta asing, terutama yang berkaitan dengan penyelesaian kewajiban, sa-ngat terbuka kemungkinannya untuk menghadapi risiko kerugian, apabila nilai tukar Rupiah terhadap suatu mata uang asing cenderung mengalami penurunan. Untuk mengurangi atau menghindari risiko kerugian ini, perusahaan dapat melakukan hedging. Hedging adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi atau menghin-dari risiko kerugian akibat fluktuasi kurs valuta asing. Hedging dapat dilakukan dengan cara: (1) Forward Contract, dan (2) SWAP. Forward Contract Forward Contract adalah perjanjian untuk melakukan transaksi pembelian atau penjualan suatu mata uang asing dengan menggunakan forward rate. Forward rate adalah kurs yang ditetapkan sekarang, tetapi diberlakukan untuk waktu yang akan datang. Contoh : PT A memerlukan dana untuk membayar utang pembelian bahan baku dari USA senilai USD 50,000 pada 120 hari yang akan datang. Spot rate saat ini adalah Rp 8.000/USD. Karena tidak memiliki jumlah USD yang cukup pada saat ini, atau tidak memiliki Rupiah yang cukup untuk memperoleh USD saat ini, dan PT A memperkirakan bahwa Rupiah akan mengalami depresiasi terhadap USD, maka PT A melakukan forward contract dengan suatu bank atau forex dealer untuk jangka waktu 120 hari. Forward rate adalah Rp 8.200/USD. Pada waktu jatuh tempo yang telah ditentukan (120 hari kemudian), PT A akan memperoleh USD 50,000 dengan membayar sebesar Rp 410.000.000. Dengan cara ini, PT A terhindar dari kerugian selisih kurs yang lebih besar, terutama jika Rupiah mengalami depresiasi sehingga future spot rate (misalnya Rp 8.500/USD) lebih tinggi dari forward rate yang disepakati (dalam contoh ini Rp 8.200/USD).
Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan)
9
Dalam transaksi hedge melalui forward contract ini, terdapat premi (premium) sebesar Rp 10.000.000 yang dibayar oleh PT A, yaitu selisih antara nilai USD berdasarkan spot rate (Rp 400.000.000) dengan nilai USD berdasarkan forward rate (Rp 410.000.000). Swap Swap adalah transaksi pertukaran valuta asing melalui: (1) pembelian tunai dengan spot rate yang diikuti kontrak penjualan kembali dengan forward rate; atau sebaliknya, (2) penjualan tunai dengan spot rate yang diikuti kontrak pembelian kembali dengan forward rate. Secara umum, transaksi swap merupakan kombinasi antara transaksi spot dan transaksi forward, karena transaksi swap merupakan suatu transaksi pembelian atau penjualan valuta asing dengan spot rate yang diikuti dengan kontrak pembelian atau penjualan valuta asing yang sama dengan forward rate. Tujuan dari swap pada hakikatnya sama dengan forward contract, yaitu untuk mengindari atau mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi kurs valuta asing. Contoh: PT A mendapat pinjaman dana dari Bank sebesar USD 50,000 untuk jangka waktu 180 hari. Dana tersebut kemudian dikonversikan ke dalam Rupiah dengan spot rate Rp 8.000/USD, sehingga memperoleh Rupiah dari Bank sebanyak Rp 400.000.000. Untuk menghindari risiko kerugian atau memproteksi open position utangnya selama 180 hari, yaitu pem-bayaran utang yang lebih besar dalam Rupiah bila USD mengalami apresiasi, maka PT A dapat melakukan transaksi swap. Maksudnya, pada saat yang bersamaan, PTA melakukan forward contract dengan Bank, jangka waktu 180 hari, untuk membeli kembali USD tersebut dengan forward rate, misalnya Rp 8.200/USD. Dengan melakukan swap ini, PT A akan terhindar dari risiko kerugian dari depresiasi Rupiah terhadap USD di kemudian hari, di mana future spot rate lebih tinggi (misalnya Rp 8.500/USD) dari forward rate yang telah disepakati (dalam contoh ini Rp 8.200/USD).
5. AKUNTANSI TRANSAKSI HEDGE PSAK No.10 mengatur perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hedging utang sebagai berikut : (1) Selisih antara spot rate dengan forward rate harus dicatat sebagai “diskonto” atau “premium” yang harus diamortisasi selama jangka waktu kontrak valuta berjangka.
10 14
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 1-
(2) Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk utang dalam valuta asing (yang diproteksi melalui hedging), forward receivable maupun forward payable dalam mata uang asing. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan kurs tanggal neraca dengan kurs pada saat terjadinya transaksi (spot rate), diakui sebagai keuntungan atau kerugian kurs periode berjalan. (3) Dalam neraca, forward receivable atau forward payable, serta diskonto atau premi yang belum diamortisasi yang timbul dari kontrak berjangka yang berhubungan, harus dijadikan satu di bagian aktiva atau kewajiban, tergantung pada posisi neto dari seluruh pos tersebut. Contoh 4 : Transaksi Forward Contract. (a) 1 Nopember 1998 PT A membeli barang dagangan secara kredit dari USA dengan harga USD 10,000 yang harus dibayar tanggal 1 Februari 1999. Spot rate Rp 6.000/USD. Pembelian ...................................................... Utang dagang dalam valuta asing - USD
Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
Pada saat yang sama, untuk mengurangi/menghindari risiko kerugian akibat fluktuasi kurs USD, PT A melakukan forward contract dengan Bank BNI untuk membeli USD 10,000 jangka waktu 90 hari. Forward rate Rp 6.300/USD. Piutang forward contract Bank BNI - USD Premi forward contract ditangguhkan ... Utang forward contract Bank BNI .....
Rp 60.000.000 3.000.000 Rp 63.000.000
Premi forward contract sebesar Rp 3.000.000 tersebut di atas harus diamortisasi selama jangka waktu kontrak, yaitu selama 90 hari atau 3 bulan. (b) 31 Desember 1998 PT A akan menyusun laporan keuangan. Pos-pos moneter dalam valuta asing dijabarkan kembali berdasarkan kurs tanggal neraca. Amortisasi premi forward contract harus diper-hitungkan. Kurs tanggal neraca (exchange rate) Rp 6.100/USD. Laba/rugi selisih kurs ................................. Rp 1.000.000 Utang dagang dalam valuta asing - USD Rp 1.000.000 ( Mencatat kerugian selisih kurs utang dagang dalam valuta asing sebesar USD 10,000. Perubahan kurs dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.100/USD )
Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan)
11
Biaya premi forward contract ..................... Rp 2.000.000 Premi forward contract ditangguhkan Rp 2.000.000 ( Mencatat amortisasi premi forward contract : 2/3 x Rp 3.000.000 ) Piutang forward contract Bank BNI - USD . Rp 1.000.000 Laba/rugi selisih kurs .......................... Rp 1.000.000 ( Mencatat laba selisih kurs atas piutang forward contract sebesar USD 10,000. Perubahan kurs dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.100/USD ) Dari ayat-ayat jurnal di atas, diketahui bahwa tidak ada laba/rugi selisih kurs yang harus dilaporkan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan, karena akun ini bersaldo nol. Rugi selisih kurs sebesar Rp 1.000.000 akibat penjabaran “utang dagang” telah diimbangi dengan laba selisih kurs dalam jumlah yang sama dari penjabaran “piutang forward contract”. Akun “biaya premi forward contract” yang berjumlah Rp 2.000.000 harus disajikan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan sebagai biaya lain-lain di luar usaha, bukan sebagai bagian dari pos luar biasa. Sedangkan forward receivable, forward payable, dan premi forward contract disajikan dalam Neraca 31 Desember 1998 sebesar jumlah neto dari pos-pos ter-sebut, yang dihitung sebagai berikut : Debit : Piutang forward contract Bank BNI - USD .................. Premi forward contract ditangguhkan ..........................
Kredit : Utang forward contract Bank BNI ............................. Kredit (neto) : Utang forward contract Bank BNI ....................
Rp 61.000.000 1.000.000 Rp 62.000.000 63.000.000 Rp 1.000.000
Karena jumlah netonya adalah “utang forward contact” Rp 1.000.000, maka penyajiannya dalam neraca tanggal 31 Desember 1998 adalah sebagai berikut : Kewajiban lain-lain : Utang forward contract Bank BNI ....................................... Rp 1.000.000 (c) 1 Februari 1999 PT A memperoleh USD 10,000 dari Bank BNI sesuai kontrak, yang kemudian digunakan untuk melunasi seluruh utang dagangnya. Spot rate tanggal ini Rp 6.400/USD.
12 14
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 1-
Utang forward contract Bank BNI ............ Rp 63.000.000 Kas .................................................... 63.000.000 ( Mencatat pembayaran utang forward contract sebesar Rp 63.000.000 ) Kas dalam valuta asing - USD ........................ Rp 64.000.000 Piutang forward contract Bank BNI - USD Rp 61.000.000 Laba/rugi selisih kurs ............................. 3.000.000 ( Mencatat penerimaan USD 10,000 @ Rp 6.400 dan mencatat selisih kurs antara spot rate dengan forward rate) Biaya premi forward contract ..................... Rp 1.000.000 Premi forward contract ditangguhkan ( Mencatat amortisasi premi forward contract : 1/3 x Rp 3.000.000 )
Rp 1.000.000
Utang dagang dalam valuta asing - USD ... Rp 61.000.000 Laba/rugi selisih kurs ................................. 3.000.000 Kas dalam valuta asing - USD ........... Rp 64.000.000 ( Mencatat pembayaran utang dagang USD 10,000 @ Rp 6.400 dan mencatat selisih kurs) Selanjutnya, contoh tentang akuntansi transaksi swap tidak diberikan di sini, karena trans-aksi swap pada hakikatnya adalah kombinasi/campuran antara transaksi spot dan trans-aksi forward, sehingga prosedur akuntansinya tidak berbeda dengan prosedur akuntansi un-tuk transaksi spot dan forward sebagaimana telah dijelaskan di muka.
5. PERLAKUAN ALTERNATIF YANG DIIJINKAN Telah disebutkan di muka bahwa laba/rugi selisih kurs, baik yang timbul dari transaksi mata uang asing maupun yang timbul karena penjabaran pos-pos moneter dalam valuta asing pada tanggal neraca, harus dilaporkan sebagai pendapatan atau beban dalam laporan laba-rugi tahun berjalan. Dalam keadaan yang tidak normal (keadaan luar biasa), PSAK No.10 mengijinkan perusahaan untuk mengunakan perlakuan alternatif atas selisih kurs tersebut. Perlakuan alternatif yang diijinkan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Selisih kurs dapat disebabkan oleh suatu devaluasi atau depresiasi Rupiah yang luar biasa. Jika perusahaan membeli aktiva dengan menimbulkan utang yang harus dibayar dengan valuta asing, maka devaluasi atau depresiasi tersebut menimbulkan rugi selisih kurs yang sangat besar dan kemungkinan kewajiban tidak dapat
Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing (Akhmad Riduwan)
13
diselesaikan. Hal ini dapat terjadi jika perusahaan tidak melakukan transaksi hedging. Dalam keadaan ini, selisih kurs tersebut dapat dimasukkan dalam nilai tercatat aktiva atau dikapitalisasi sebagai biaya perolehan (cost), dengan syarat : (a) nilai tercatat atau biaya perolehan aktiva yang telah disesuaikan itu tidak melebihi nilai terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount recoverable) jika aktiva tersebut dijual, (b) perolehan aktiva tersebut baru saja dilaku-kan. (Catatan : PSAK No.10 tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang pengertian istilah “baru saja dilakukan”) (2) Jika utang dalam valuta asing yang timbul karena pembelian aktiva tersebut di atas di-proteksi dengan fasilitas hedging, maka selisih kurs sebagaimana dimaksud di atas tidak boleh dikapitalisasi sebagai biaya perolehan aktiva.
6. PENGUNGKAPAN YANG PENTING Perusahaan harus mengungkapkan dampak atas pos-pos moneter dalam mata uang asing se-hubungan dengan suatu perubahan kurs yang terjadi setelah tanggal neraca jika perubahan tersebut sedemikian besar, sehingga bila tidak diungkapkan akan mempengaruhi ke-mampuan pembaca laporan keuangan untuk membuat evaluasi dan keputusan yang tepat.
7. DAFTAR PUSTAKA Beams, Floyd A., Advanced Accounting, Sixth Edition, Prentice Hall Inc., Upper Sadle River, New jersey, 1996. Boastman, James R., Charles H. Griffin, Don W. Vickrey dan Thomas H. Williams, Advanced Accounting, Seventh Edition, Richard D. Irwin Inc., 1994. Fischer, Paul M., Williams J. Taylor dan J. Arthur Leer, Advanced Accounting, Third Edition, South Western Publishing Co., Cicinnati, Ohio, 1986. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.10, “Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing”, Ikatan Akuntan Indonesia, 1994.
14 14
Ekuitas Vol.3 No.1 Maret 1999 : 1-