Analisa Upah dan Kesejahteraan Pekerja Industri Kecil Menengah Pakaian Jeans XYZ di Pondok Aren, Tangerang 1
2
Dwi Krisnarini , Musa Hubeis dan Ma’mun Sarma
2
Abstract Ready wear industry, especially jeans, is one of industry which has fairly specific phenomena. Jeans industry is not only capable to absorb a lot of workers (padat karya) but also one of business and primary product export which is the growth from year to year surely convincing. The objectives of this study are to analyze correlation between salary accepted by the workers with their degree of prosperity which is illustrated by the degree of satisfaction, and also to look for alternatives to increase their salary and others prosperities. This study was using study case approachment based on survey using questioners with purposive sampling (n = 24) and field observatory. Data analysis using descriptive method by counting mean percentage of the workers satisfaction degree to basic salary and some others salary’s components which had been accepted, and also Rank Spearman Correlation analysis method to find out in how far the correlation between salary and satisfaction. Beside that, it was needed to count the workers’ productivity degree on 2000-2002 using productivity formula, so it could be known how far the effect of salary and component that had been given by XYZ small and medium industry for the workers, that is by counting comparison between total sales point for one year to total salary and salary’s components that had been given in one year. The result of this study showed that mean percentage of the workers’ satisfaction to the accepted salary is 2.97 and Rank Spearman Correlation is -0.160 from salary variable (P1) with satisfaction variable (P2). This result meaned that given salary can not reflect the workers’s satisfaction degree, yet. Prosperities had been given by XYZ small and medium industry still felt unsufficient, because the salary and their components can not give satisfaction yet. Whereas, in order to make their workers prosperous, XYZ small and medium industry hope for the workers able to work better and also have high loyalty and confidence so afford to do their tasks and jobs properly. Beside that, after counting the workers’s productivity degree on 2000-2002, so it had been known that the productivity degree increase unstablely compare with moving year standard, shown by the productivity degree on 2000-2001 which increase 110.99%, while on 2001-2002 only increase 83.10%. Keywords: Jeans industry, workers productivity, salary
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia selalu berusaha mempertahankan eksistensinya di dunia dengan bekerja untuk memperoleh nafkah guna membiayai segala kepentingan hidupnya. Menurut Peterson dan Plowman dalam Hasibuan (1995), upaya untuk memperoleh nafkah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu the desire to live, the desire for possession, the desire for power dan the desire for recognition. Selain itu, Anogoro dan Widiyanti (1993) mengatakan bahwa manusia hidup perlu bekerja, karena dengan bekerja manusia akan memperoleh upah. Upah dapat digunakan untuk mencapai semua kebutuhannya yang banyak dan bermacam-macam. Dari uraian tersebut, dapat dilihat bahwa setiap pekerja mempunyai kebutuhan tertentu dan mengharapkan kepuasan dari hasil pekerjaannya. Dalam hal ini kegiatan para pekerja yang bekerja di perusahaan industri untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi, merupakan salah satu bidang kegiatan ekonomi, yaitu terdiri dari industri besar, industri sedang dan industri kecil (IK). Pekerja, pengusaha, pemerintah dan masyarakat pada umumnya sama-sama memiliki kepentingan atas sistem dan kebijaksanaan pengupahan. Kebijakan pengupahan dan penggajian, disamping harus memperhatikan produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi, perlu diarahkan pula pada peningkatan kesejahteraan dan peningkatan daya beli penerima upah dan gaji rendah. Upah merupakan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan (Rokhani, 2002).
1 2
Alumni PS MPI, SPs IPB Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB
2 Pada awalnya, IK pakaian jeans ini merupakan usaha kecil-kecilan, yaitu konfeksi yang hanya menggunakan 5 orang tenaga kerja penjahit, 2 orang wanita dan 3 orang pria. Tahun 1980, pemasaran pakaian jeans XYZ bukan hanya di wilayah Jakarta, melainkan wilayah Bogor dan Serang. Kegiatan IK ini memproduksi pakaian yang berasal dari bahan jeans menjadi berbagai macam pakaian jadi, baik untuk orang dewasa maupun untuk anak-anak. Pakaian yang telah diproduksi biasanya dijual ke beberapa pasar di Jakarta, Pasar Cipulir, Mangga Dua, Tanah Abang dan beberapa tempat lainnya yang menjual dengan berdasarkan pesanan. Lokasi tempat Industri Kecil Menengah (IKM) berada, ada beberapa IKM lain yang juga memproduksi produk pakaian jadi yang mempekerjakan penduduk sekitar lokasi, baik yang sudah berumah tangga maupun yang belum berkeluarga (lajang). Pada IKM yang sama menghasilkan seperti IKM XYZ, melakukan persaingan sehat untuk meningkatkan penjualan kepada konsumen. 2. Permasalahan Akhir-akhir ini masalah upah minimum sering diberitakan media massa yang mengemukakan bahwa belakang ada masalah, yaitu perusahaan mulai mengeluh Upah Mimimum Regional (UMR) dan masalah birokrasi yang mengakibatkan biaya tinggi. Upah minimum adalah upah pokok terendah yang belum termasuk tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada pekerja sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Upah Minimum (Manullang, 2001). Oleh karena itu, pihak pemerintah mengambil langkah untuk mengatasinya, antara lain mengajukan para pengusaha yang tidak patuh dengan mengenakan denda. Namun demikian, denda tersebut dinlai kurang efektif, karena pihak pengusaha justru lebih memilih membayar denda daripada harus membayar upah minimum yang ditentukan (nilai denda lebih ringan daripada menaikkan upah) untuk membayar sejumlah pekerja sesuai dengan upah minimum. Selain itu, agar tercapai suasana kerja yang tertib dan berdisiplin sebagai suatu kondisi untuk mencapai tujuan perusahaan, maka diperlukan adanya suatu bentuk pemberian kesejahteraan, bagi setiap pekerja di dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sehari-hari. Dalam hal ini, bentuk kesejahteraan dititikberatkan pada masalah upah. Dari hal yang telah diuraikan, maka masalah pada kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Mengapa sampai saat ini upah dan kesejahteraan sebagian besar para pekerja, khususnya di IKM pakaian jeans masih sangat rendah ? b. Sejauhmana upaya yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait, untuk menaikkan upah dan kesejahteraan para pekerja tersebut ? c. Sejauhmanakah pengaruh upah terhadap peningkatan produktivitas para pekerja ? 3. Tujuan a. Mempelajari tingkat kesejahteraan para pekerja. b. Menganalisa hubungan antara upah yang diterima olah para pekerja dengan tingkat kesejahteraan dan mencari alternatif cara menaikan upah para pekerja pada IKM pakaian jeans XYZ di Pondok Aren, Tangerang.
METODOLOGI 1. Lokasi Lokasi penelitian merupakan sebuah IKM pakaian jeans yang berdiri sejak tahun 1973 dan berlokasi di Jl. Wahid Hasim No. 50, Desa Pondok Aren, Tangerang. 2. Metode Kerja Dalam pengumpulan data dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penyusunan kajian ini, digunakan metode kerja berikut : a. Pengumpulan data 1) Penelitian kepustakaan, dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang bersumber dari hasil catatan kuliah dan bahan kepustakaan yang dijadikan perbandingan teori dan praktek. 2) Penelitian lapangan sebagai data primer, dilakukan dengan pengumpulan data dan bahan yang diperlukan, melalui observasi dan pengamatan langsung ke lokasi kajian, penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara langsung dengan para pekerja.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
3 b. Pengolahan dan analisis data Metode yang digunakan adalah metode kualitatif untuk menganalisa data yang diperoleh secara deskriptif. Data yang digunakan bukan dalam bentuk skala nominal. Metode statistik deskriptif yang dicari adalah persentase tingkat kepuasan terhadap upah yang telah diterima, berdasarkan pendapat Gary dalam Umar (2003), sebagai berikut : Persentase kepuasan karyawan terhadap upah dan komponennya
Tingkat kepuasan Upah dan komponen upah
x100%
Selain itu, juga digunakan analisa korelasi Rank Spearman (Sugiarto, 2002) untuk mengetahui hubungan antar upah yang diberikan dengan kesejahteraan yang digambarkan melalui tingkat kepuasan, dengan rumus :
rs 1
6 di 2
n(n 2 1)
Dimana : rs : koefisien korelasi spearman di : selisih ranking tiap pengamatan n : banyaknya pengamatan Pemberian upah pada para pekerja yang selain diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Untuk itu, penghitungan produktivitas digunakan rumus produktivitas (Ishiwara, 1990), berikut : Produktivitas pekerja =
Modal Output Pe ker ja Pe ker ja mod al
Dimana : Output : Jumlah total barang yang dihasilkan dalam waktu satu tahun Modal : Jumlah total modal yang dikeluarkan untuk usaha dalam waktu satu tahun Pekerja : Jumlah tenaga kerja pada satu tahun tertentu
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Pada awalnya, orang-orang bekerja pada tanah pertanian dan usaha tradisional yang dikerjakan secara perseorangan atau dalam bentuk usaha keluarga, dimana hasilnya juga akan dikonsumsi bersama-sama pula. Dalam perkembangannya, banyak penduduk yang tidak memiliki tanah pertanian juga yang memiliki tanah terbatas menyediakan tenaga untuk bekerja membantu pemilik tanah luas, dengan harapan dapat memperoleh penghasilan tambahan, biasanya dalam bentuk bagi hasil. Perkembangan selanjutnya, kegiatan di luar sektor pertanian mulai berkembang seperti kerajinan rumah tangga dan IK yang mempekerjakan orang lain di luar anggota keluarganya, imbalan yang didapat pekerja berupa upah dan gaji dalam bentuk uang. Pada masa kini, upah diberikan dalam bentuk uang kepada pekerja yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, perusahaan juga memerlukan karyawan untuk bekerja sesuai kebutuhan perusahaan. Selain itu, perlu adanya rangsangan yang dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik dan penuh pengabdian, diantaranya berupa gaji beserta tunjangannya. Pelaksanaan pemberian upah pada industri garment, khususnya industri rumah tangga milik Bapak XYZ tidak dikategorikan menurut pendidikan para pekerja, tetapi digolongkan menurut : a. Kelompok pekerja yang baru masuk, diberi upah Rp. 300.000 per bulan dan tidak ada tambahan tunjangan lainnya. b. Pekerja yang sudah menjadi pekerja tetap, merupakan pekerja yang sudah memiliki masa kerja satu tahun dan telah memenuhi syarat, diantaranya memiliki prestasi kerja telah mencapai hasil kerja dengan produksi telah memenuhi target dan pekerja tidak pernah mangkir dan disiplin. Bagi pekerja yang telah bekerja lebih dari satu tahun, maka selain gaji pokok, juga diberikan tunjangan, antar lain tunjangan keluarga, transportasi, uang makan, biaya pengobatan, jaminan keselamatan kerja, cuti tahunan, tunjangan hari raya dan santunan kepada pekerja atau keluarga yang meninggal dunia.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
4 Pengusaha garment masih banyak yang membayar pekerjanya dengan upah minimum yang belum sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan pemerintah dan para pekerja sendiri sudah mengakui dan merasakannya. Pengaruh upah yang rendah sangat dirasakan oleh para pekerja, juga pihak pemerintah sebagai mediator, kontroler dan stabilisator. Sebagian pekerja tidak merasa kecewa, mengeluh atau berontak dan para pekerja tetap melaksanakan kewajibannya secara baik-baik, karena pada saat melamar para pekerja tidak memikirkan besar kecil upah yang diterima, namun yang lebih penting dapat diterima bekerja. Di laih pihak, ada pula sebagian pekerja yang merasa kecewa karena upah yang diterima tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelompok inilah yang akhirnya melampiaskan kekecewaannya dengan cara melakukan tuntutan kepada pihak pengusaha untuk mengadakan kenaikan upah. Menurut Purba (1995), struktur gaji yang adil dan sebanding mempunyai dampak positif di dalam perusahaan, dengan memberi perilaku adil bagi karyawan karena penggajian dan penghargaan didasarkan pada suatu sistem rasional. Pemerintah sendiri sudah mengetahui kondisi upah para pekerja yang masih rendah, maka dari itu adanya dukungan pemerintah merupakan faktor utama yang mendasari dan juga mendukung suksesnya gerakan kaum buruh (Saputro, 2003). Dukungan tersebut berupa bentuk regulasi dan perundangan yang memungkinkan proses gerakan buruh secara lebih lanjut. Selama ini bentuk perundangan yang dirumuskan sebenarnya telah berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kepentingan kaum buruh. Sayangnya, dalam prakteknya ternyata semua perundangan itu tidak bisa direalisasikan secara konkrit. Bahkan seringkali perundangan itu dikebiri atau disiasati dan bukannya ditaati, namun kenyataannnya pemerintah tidak berani untuk menegor pelanggarnya. Pada masa terjadinya krisis ekonomi, banyak perusahaan yang terkena dampak negatif, baik perusahaan besar, menengah maupun kecil. Namun keberadaan IKM dapat menekan dampak negatif itu dengan berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Begitu pula pada IKM XYZ yang berdiri sejak tahun 1973, dapat bertahan dari goncangan krisis dan terus melakukan kegiatan usahanya, bahkan turut berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tangerang. 2. Hal yang Dikaji a. Pelaksanaan pengupahan pada Industri Kecil Menengah XYZ IKM rumah tangga milik Pak XYZ memberikan upah pokok dan komponen upah kepada para pekerja. Besarnya upah pokok per bulannya adalah sebagai berikut : 1) Kelompok pekerja dengan masa kerja di bawah satu tahun Rp. 300.000, tanpa tunjangan 2) Kelompok pekerja yunior Rp. 300.000 ditambah tunjangan 3) Kelompok pekerja senior Rp. 400.000 ditambah tunjangan 4) Kelompok pekerja mandor Rp. 450.000 ditambah tunjangan Komponen upah yang diterima para pekerja sebagai berikut : 1) Tunjangan-tunjangan, merupakan tambahan penerimaan yang dikaitkan dengan pelaksanaan tugas, dapat diberikan dalam bentuk persentasi gaji atau jumlah tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu (Simanjuntak, 1995), terdiri atas : a) Tunjangan jabatan, merupakan tambahan penghasilan yang diberikan kepada karyawan yang memiliki jabatan, dalam hal ini kepada tiga orang mandor, yaitu mandor potong, mandor jahit dan mandor finishing b) Tunjangan keluarga, mencerminkan fungsi sosial upah dan yang menerima hanya para pekerja laki-laki, yaitu tunjangan istri 5% dari gaji pokok c) Tunjangan transport, diberikan sama kepada semua karyawan (mandor, karyawan senior dan yunior) sebagai pengganti fasilitas sarana transportasi Rp. 75.000 per bulan d) Pemberian uang makan, diberikan pada saat karyawan menerima upah bulanannya, dengan besaran disesuaikan dengan biaya makan siang pada rumah makan di sekitar lokasi IKM Rp. 3.500 per hari selama satu bulan (25 hari kerja) 2) Jaminan sosial, meliputi : a) Pemberian bonus, pada dasarnya merupakan bagian dari upah yang diberikan sesuai perhitungan sisa hasil usaha pada akhir tahun. IKM ini membagi bonus kepada para pegawai jika telah menghasilkan melebihi target produksi yang telah ditetapkan dan dilakukan setiap akhir tahun. b) Penggantian biaya pengobatan, diberikan yang bukan asuransi, namun sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan pekerja pada saat sakit. Besarnya penggantian ini ditentukan pihak perusahaan dengan melihat pertimbangan tertentu dan besarnya maksimal satu bulan gaji minimum yang diterima.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
5 c) Jaminan kesehatan kerja, diberikan dalam bentuk biaya pengobatan atas gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Selain itu, kecelakaan kerja dimana pekerja akan mendapat perawatan dari klinik terdekat dengan biaya dari perusahaan, namun tetap memperhatikan tingkat parahnya kecelakaan, yaitu maksimal 0,24% dari upah sebulan. d) Pemberian tunjangan meliputi cuti tahunan diberikan selama 10 hari per tahun beserta tunjangannya dan hari raya yang besarnya satu bulan dari gaji pokok. e) Pemberian santunan kepada pekerja atau keluarga yang meninggal dan yang berhak menerimanya adalah suami atau istri, anak dan orang tua dengan jumlah santunan sebesar satu bulan dari gaji pokok. Selain itu, pelaksanaan pengupahan pada IKM XYZ bukan hanya pada jumlah upah yang diberikan, namun juga pada sistem pengupahan yang fleksibel dengan komponen upah variabel, dimana besarnya upah yang diberikan tergantung pada kondisi perusahaan dan prestasi kerja masing-masing pekerja (Simanjuntak, 1995). b. Kepuasan pekerja terhadap upah Adanya perbedaan usia antara para pekerja dan lamanya masa kerja mengakibatkan adanya perbedaan kepuasan antara pekerja yang sudah berkeluarga dengan pekerja lajang dan perbedaan kepuasan antara pekerja lama dengan pekerja baru. Tingkat kepuasan dapat dianggap sebagai wujud dan gambaran tingkat kesejahteraan pekerja. Tingkat kepuasan kelompok pekerja di IKM XYZ dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat kepuasan kelompok pekerja di IKM XYZ Kelompok jabatan Jumlah pekerja Mandor 3 Pekerja senior 12 Pekerja yunior 9 Rataan kepuasan seluruh pekerja *) tingkat kepuasan : 1 : sangat kurang puas 2 : kurang puas 3 : cukup puas
Tingkat kepuasan rata-rata* 3,30 2,69 2,91 2,97 4 : memuaskan 5 : sangat puas
Dari hasil perhitungan tingkat kepuasan (Tabel 1), diperoleh nilai tingkat kepuasan 2,97 atau mendekati 3, yang menunjukkan bahwa upah dan komponen upah yang telah diberikan perusahaan mendekati kepuasan yang diharapkan pekerja secara rataan. Selain itu, pemberian upah, serta komponennya yang dilakukan IKM XYZ kepada para pekerja diharapkan dapat memberikan kesejahteraan dan selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan semangat, serta dorongan kerja yang tinggi yang pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas kerja kepada perusahaan (Tabel 2). Sebagai ilustrasi, tingkat produktivtas kerja para pekerja diperoleh dengan cara mengukur perbandingan antara jumlah total produksi yang dihasilkan dengan total modal dan jumlah pekerja yang telah dipergunakan dalam produksi dalam satu tahun tertentu (Ishiwara, 1990). Tabel 2. Tingkat produktivitas pekerja pada tahun 2000-2002 Output Produktivitas* Kenaikan produk (a) (b) (c) (e=ti/to) d=a/b+c/(b+a) 2000 204.000.000 20 40.800 10.200.000,000199 2001 495.000.000 23 66.000 21.521.739,000133 110,99% 2002 945.750.000 24 94.500 39.406.250,000099 83,10% *) standar tahun (to) bersifat tidak tetap/bergerak untuk menentukan persentase kenaikan berikutnya (ti, d=1, 2, ... n) Output : jumlah total barang yang dihasilkan dalam waktu satu tahun Modal : jumlah total modal yang dikeluarkan untuk usaha dalam waktu satu tahun Pekerja : jumlah tenaga kerja pada satu tahun tertentu Tahun
Modal
Pekerja
Dari Tabel 2 terlihat bahwa ada kenaikan modal dan jumlah pekerja pada setiap tahun. Peningkatan yang paling tinggi dari tahun 2001 ke 2002, dengan jumlah pekerja 24 orang dan kenaikan jumlah modal Rp. 450.750.000 diakibatkan adanya perubahan Peraturan Pemerintah tentang UMP yang cukup tinggi, yaitu dari Rp. 344.257 menjadi Rp. 590.000. Hal ini membuat
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
6 para pengusaha IK termasuk IKM XYZ berniat menaikkan tingkat produksinya agar dapat mengembangkan perusahaan yang pada akhirnya dapat memberikan upah yang memadai, sesuai keputusan peraturan pemerintah tentang kenaikan tingkat UMP. Selain itu, pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa jumlah produktivitas dari tahun 2000 hingga 2002 mengalami kenaikan yang berfluktuasi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya tingkat modal dan pekerja, maka mengakibatkan kenaikan pada hasil produksi, tetapi tidak bersifat proporsional atau dengan kata lain kenaikan modal dan jumlah pekerja yang terlalu besar hanya menaikkan output secara relatif (tidak proporsional).
c.
Hubungan antara upah dan kesejahteraan para pekerja Dari data yang dianalisis didapatkan bahwa rata-rata pengaruh upah pokok dan komponen upah terhadap kesejahteraan yang dijabarkan melalui tingkat kepuasan para pekerja IKM pakaian jeans XYZ memiliki korelasi -0,160, maka dengan menggunakan koefisien uji non parametrik Rank Spearman pada n=24, didapatkan hitung data statistik ada di bawah nol (Ts<0), maka Hi ditolak, atau dengan kata lain tidak ada hubungan yang signifikan antara upah dengan tingkat kepuasan. Kepuasan pekerja terhadap upah dan komponennya harus terus terjaga dengan baik, karena akan mempengaruhi produktivitas pekerja dan tentunya akan meningkatkan laba perusahaan. Dengan meningkatnya laba perusahaan, akan memberi nilai positif terhadap para pekerja, yang akhirnya meningkatkan penghasilan serta kesejahteraannya. Dalam hal ini, terhadap hubungan negatif antara upah (P1) dengan kepuasan (P2) dan korelasi antara P1 dan P2 sangat rendah dan bahkan tidak nyata (korelasi lemah).
d. Alternatif cara menaikan upah dan kesejahteraan pekerja Nasib pekerja garment perlu diupayakan peningkatannya, untuk itu perlu diikutsertakan beberapa pihak yang memiliki peranan penting, diantaranya pengusaha, pekerja, pemerintah dan organisasi/serikat pekerja. Peran dari pihak-pihak tersebut harus dilakukan secara terpadu sehingga akan tercapai stabilitas kehidupan sosial ekonomi. Melihat kepentingan 4 pihak yang berbeda, maka peningkatan kesejahteraan pekerja perlu diberikan pembobotan dari masingmasing peran beserta kontribusi yang diberikan (Tabel 3). Hal tersebut didasarkan atas peran pengusaha dan pekerja yang dominan di dalam kegiatan produksinya. Tabel 3. Matriks peran dan bobot beberapa pihak terhadap upah dan kesejahteraan pekerja Pihak a.
Peran Bobot (%) Meningkatkan volume pemasaran hasil produksi Menaikan target produksi 35 Menciptakan pergaulan hidup yang harmonis b. Meningkatkan produktivitas 30 Memiliki tanggungjawab yang tinggi c. Melaksanakan pengawasan terhadap pengusaha Memberikan kemudahan dan mengurangi pungutan kepada 25 pengusaha 3. Melindungi pekerja dan pengusaha secara adil d. Memperjuangkan hak dan kesejahteraan pekerja 10 Keterangan : a : Pihak pengusaha c : Pihak pemerintah b : Pihak pekerja d : Pihak organisasi/serikat pekerja 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2.
Untuk menentukan prioritas alternatif cara menaikkan upah dan kesejahteraan pekerja, maka kewenangan dan peranan masing-masing pihak dalam upaya meningkatkan upah, kesejahteraan dan jaminan sosial para pekerja dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Peranan pengusaha Pengusaha pada dasarnya tidak sulit memenuhi harapan pekerja mengenai peningkatan upah, serta perbaikan tunjangan dan fasilitas bila pekerja dapat memberikan kontribusi lebih besar dan sebanding. Ini dimaksudkan agar para karyawan tertarik untuk turut memberikan kontribusi maksimal dalam memasarkan layanan kepada pelanggan, maka diharapkan pengusaha dapat memberikan tambahan upah dan tunjangan bagi pekerja. Dengan kata lain, setiap peningkatan upah dan tunjangan perlu diikuti dengan peningkatan produktivtas pekerjaan secara proporsional. Peranan yang dilakukan pengusaha, antara lain :
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
7 i.
Meningkatkan volume pemasaran hasil produksi Dimaksudkan untuk memajukan perusahaan dalam memperoleh hasil keuntungan yang lebih besar, dengan pasar sasaran konsumen dalam maupun luar negeri (ekspor). Dalam hal ini konsep pemasaran berlaku untuk semua jenis usaha besar atau kecil, usaha jasa atau bidang lainnya. Oleh sebab itu, perusahaan harus selalu mencari informasi tentang situasi pasar dalam mendukung kegiatan peningkatan pemasaran hasil produksi melalui tenaga-tenaga berkualifikasi dibidang pengetahuan yang berkaitan dengan hasil produksi, bidang pengetahuan bahasa dan kebiasaankebiasaan, serta ketentuan-ketentuan yang berlaku di negara calon pembeli dan prosedur jual beli. Peningkatan pemasaran hasil produksi, khususnya yang ke luar negeri, maka negara memperoleh devisa dalam jumlah lebih besar. Keuntungan besar dapat diperoleh perusahaan sebagai akibat dari meningkatnya hasil produksi, disamping digunakan untuk mengembangkan perusahaan, juga untuk meningkatkan penghasilan para pekerjanya. Dengan demikian, pelaksanaan pembagian keuntungan secara wajar dapat dilakukan oleh pihak perusahaan. ii. Meningkatkan target produksi Semakin meningkatnya permintaan kebutuhan pasar, maka secara otomatis akan berpengaruh terhadap target produksi, sehingga peranan para pekerja sangat menentukan, misal dengan menambah jam kerja melalui lembur. Dari jumlah jam kerja lembur, para pekerja seharusnya akan memperoleh tambahan penghasilan dalam bentuk upah lembur yang ditentukan oleh pihak perusahaan. Upaya menaikkan target produksi dapat memberikan keuntungan dari pihak perusahaan dan penghasilan pekerja, dapat ditempuh dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang diganti dengan sejumlah peralatan baru. Namun penyusutan jumlah tenaga kerja dapat menimbulkan permasalahan baru, timbulnya pengangguran. Sementara untuk memperoleh produksi yang baik, agar dapat bersaing di pasaran ekspor, faktor keterampilan para pekerja sangat menentukan. Untuk itu, perusahaan diharapkan dapat menyelenggarakan pelatihan kerja secara khusus, hal ini akan berpengaruh positif terhadap moral dan sikap para pekerja, serta peningkatan mutu hasil produksi dan citra perusahaan, yang pada akhirnya dapat membuat perusahaan menjadi terkenal (Bruce, 2003). iii. Menciptakan pergaulan hidup yang harmonis dengan para pekerja di lingkungan perusahaan Nilai materi (upah) yang diberikan perusahaan akan dapat dirasakan lebih berarti oleh para pekerja bersama keluarganya, apabila ditunjang dengan suasana pergaulan hidup sehari-hari di lingkungan perusahaan yang harmonis. Keadaan tersebut akan membawa dampak positif terhadap motivasi dan dedikasi para pekerja terhadap kemajuan dan perkembangan perusahaan. Dalam hal ini pihak perusahaan memegang peranan kunci untuk mewujudkan terciptanya suasana itu. Pada umumnya, pekerja Indonesia sangat penurut dan mudah diarahkan, maka bila pihak perusahaan mampu mewujudkan hubungan dengan segenap pekerjanya, diperkirakan para pekerja akan betah dan merasa tenteram hidupnya. Sesekali berbicara dengan para pekerja atau mendengar keluh kesahnya dapat menambah keakraban hubungan antara pihak perusahaan dengan pekerja. Hal itu dapat membuat para pekerja dengan sepenuh hati dan kesadarannya untuk ikut memiliki perusahaan dan akan memperjuangkan sekuat tenaga demi kepentingan perusahaan. 2) Peranan pekerja Peranan pekerja merupakan tulang punggung perusahaan, disamping faktor-faktor lainnya. Berkaitan dengan itu, para pekerja harus menunjukkan sikap dan tindakan yang positif, dapat diwujudkan melalui : i. Meningkatkan produktivitas kerja Produktivitas kerja yang tinggi perlu dimiliki segenap pekerja, melalui sikap mental dan disiplin pribadi yang baik. Dalam hal ini para pekerja cukup berpikir praktis, yaitu bagaimana melaksanakan kewajibannya dengan baik atau dalam pikirannya harus selalu terlintas untuk melaksanakan kegiatan semaksimal mungkin, dengan harapan pihak perusahaan akan memperhatikan nasibnya dengan baik. Pihak pekerja juga harus mengetahui situasi perkembangan dan kehidupan perusahaan. Hal ini bertujuan agar pihak pekerja jangan sampai karena ketidaktahuan-
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
8
ii.
nya, menimbulkan salah duga. Untuk itu perusahaan secara terbuka harus dapat menjelaskan kepada pihak pekerja, tentang jumlah produksi yang dihasilkan, biaya lainlain dan keuntungan bersih. Memiliki tanggungjawab yang tinggi Disamping memiliki sikap mental positif dan semangat produktivitas yang tinggi, para pekerja juga harus memiliki tanggungjawab yang besar terhadap tugas, serta menciptakan suasana yang aman dan nyaman di lingkungan kerjanya. Hal ini dapat dilakukan melalui pemupukan dan peningkatan kreativitas pribadi. Perkembangan berakibat pada penemuan berbagai mesin canggih yang memungkinkan adanya peningkatan produksi karena kemampuan yang besar dan kecepatan yang tinggi, dimana pekerja dalam menggunakan mesin tersebut harus tertib dan teratur membersihkan serta merawatnya, agar usia mesin tersebut menjadi panjang dan tidak lekas mengalami kerusakan (Siagian, 2001). Selain itu, untuk memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hal-hal kerja yang telah ditetapkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, diantaranya dengan bertingkah laku, di dalam maupun di luar perusahaan dapat mewujudkan dan menjaga nama baik perusahaan.
3) Peranan pemerintah Peran pemerintah sangat menentukan dalam upaya meningkatkan upah, jaminan sosial dan kesejahteraan pekerja. Campur tangan pemerintah dalam menangani masalah ini disebabkan telah terjadi tindakan penindasan oleh pihak majikan atau pengusaha terhadap pekerja, dengan tujuan melindungi pihak yang lemah. Kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi operasi bisnis dan tingkat upah, kemudahan-kemudahan bisnis yang diberikan kepada perusahaan akan memberikan dampak positif terhadap perbaikan upah dan jaminan sosial, antara lain : i. Melaksanakan pengawasan Kebijaksanaan pemerintah sangat mempengaruhi operasi bisnis dan tingkat upah dengan dibentuknya badan pemerintah, yaitu Departemen Tenaga Kerja Transmigrasi (Depnakertrans) dan jajarannya, merupakan bentuk perwujudan dalam rangka ikut campur tangan tersebut di bidang ketenagakerjaan. Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap perusahaan yang banyak menggunakan tenaga kerja, pihak kantor wilayah maupun kantor pusat Depnakertrans yang berkedudukan di wilayah perusahaan tersebut, harus aktif melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang ketenagakerjaan, khususnya yang mengatur masalah pengupahan, jaminan sosial dan penyediaan fasilitas kesejahteraan. Dengan masih adanya pekerja yang melakukan aksi mogok/unjuk rasa, terutama di perusahaan garmen, hal ini membuktikan bahwa pihak perusahaan telah memperlakukan pekerja secara tidak wajar. Kegiatan mogok/unjuk rasa yang dilakukan oleh pekerja, disebabkan karena pemberian upah tidak layak, termasuk juga pembayaran upah minimum yang belum dilaksanakan oleh pihak pengusaha menurut ketentuan yang berlaku. ii. Memberikan kemudahan dan mengurangi pungutan kepada pengusaha Pungutan pemerintah berupa pungutan pajak, biaya pengurangan perijinan maupun pungutan di luar dugaan. Pengeluaran biaya seperti itu akan berpengaruh terhadap biaya produksi dan sekaligus terhadap pengupahan. Pihak pengusaha kadang ada yang merasa keberadaan untuk memenuhi ketentuan yang ada, diantaranya pajak yang telah ada peraturan dan perundang-undangannya. Dalam menghadapi kenyataan tersebut, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah alternatif, misalnya memberlakukan ketentuan khusus mengenai kewajiban membayar pajak bagi perusahaan garmen agar lebih ringan. Ketentuan khusus itu perlu ditempuh engan alasan, perusahaan garmen pada umumnya banyak mempekerjakan tenaga-tenaga kerja rendahan. Pungutan pemerintah lainnya dari pemasukan proses perijinan pengurusan ekspor hasil produksi, maupun impor barang/bahan baku industri. Dalam hal ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, untuk memberikan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, meliputi prosedur perijinan yang tidak berbelit-belit dan mencegah pungutan-pungutan yang memberatkan. Upaya tersebut bertujuan agar perusahaan tersebut dapat segera meningkatkan pemasaran hasil produksi, baik ekspor maupun impor untuk kebutuhan
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
9 dalam negeri yang dapat memberikan keuntungan besar, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan penghasilan upah dan kesejahteraan para pekerja. iii. Melindungi pekerja dan pengusaha secara adil Hubungan kerja atau hubungan kepentingan antara pemerintah, pengusaha dan para pekerja saling berkaitan erat. Sebagai perwujudan hubungan dimaksud, khususnya untuk pihak pekerja harus memiliki kesadaran dan disiplin tinggi terhadap tugas yang diberikan pengusaha. Untuk itu pihak pekerja harus mampu menjaga stabilitas produksi dan menjamin mutu dengan disiplin terhadap tugas yang pada akhirnya akan membawa dampak positif terhadap ketenangan usaha. Oleh sebab itu pihak perusahaan harus memperlakukan para pekerja secara manusiawi, khususnya dalam pemberian upah maupun kesejahteraan lainnya. Upaya pemerintah yang telah dilakukan selama ini dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang dibuat dalam rangka melindungi kepentingan pengusaha, para pekerja dan pemerintah sendiri. Contohnya deregulasi dan debirokratisasi, antara lain mengatur kemudahan dalam perijinan dan mencegah adanya pungutan yang memberatkan, bertujuan melindungi kepentingan pengusaha. Adanya upah minimum adalah untuk melindungi pihak pekerja terhadap kewenang-wenangan pengusaha, walaupun isi dari ketentuan mengenai upah minimum itu belum dapat dirasakan pekerja secara wajar. 4) Peranan organisasi pekerja Organisasi pekerja atau buruh sebagai bagian dari organisasi kerja adalah kelompok yang berpotensi. Agar kekuatan itu dapat mendatangkan manfaat maka perlu ditata dalam suatu perkumpulan (serikat buruh) yang dapat memperjuangkan hak dan kesejahteraannya sebagai manusia. Kehadiran serikat buruh membuat para buruh harus diperlakukan sebagaimana adanya, yaitu diperlakukan secara wajar dan jujur, dihargai dan dihormati sebagai manusia yang mempunyai harga diri. Dalam hal ini, memiliki hak untuk diminta pendapat dan hak suara untuk menetapkan upah, jam kerja, syarat-syarat kerja dan kondisi kerjanya, sesuai dengan PS 9 UU No.14/69 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja. Di dalam perusahaan, organisasi para pekerja sangat bermanfaat, karena dapat mendukung tercapainya suasana ketertiban, keamanan dan ketenangan usaha bagi pekerja, serta merupakan penghubung antara pengusaha dan pekerja dengan pemerintah. Peranan sebagai penghubung dalam upaya menyelenggarakan musyawarah yang berkaitan dengan hubungan kerja, menyangkut masalah hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Sebagai ilustrasi, apabila timbul suatu masalah antara perusahaan dan pekerja, maka organisasi pekerja dapat mencarikan jalan pemecahan secara baik dan adil.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Lama masa kerja, usia dan posisi di dalam perusahaan menjadi faktor yang mempengaruhi cara pandang para pekerja terhadap pentingnya upah. Walaupun masing-masing pekerja merasakan adanya ketidakpuasan pada beberapa bagian upah dan komponennya yang diberikan oleh perusahaan, tetapi dapat terlihat bagian yang dirasakan tidak puas adalah berbeda. Hal tersebut dipengaruhi juga oleh lamanya masa kerja, faktor usia dan kedudukan pekerja pada perusahaan. b. Dari kajian diperoleh hasil skor rata-rata tingkat kepuasan pekerja terhadap upah dan komponen yang telah diterima pekerja sebesar 2,97, berarti hubungan antara upah dan kepuasan mendekati puas. Akan tetapi dari hasil analisa korelasi rank Spearman dengan korelasi -0,160, dapat diartikan bahwa upah pokok dan komponennya yang telah diberikan perusahaan belum dapat mencerminkan tingkat kepuasan pekerja. c. Tingkat produktivitas para pekerja IKM XYZ selama beberapa tahun mengalami kenaikan, walaupun peningkatannya masih belum memuaskan, karena berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan adalah produktivitas tahun 2000 sebesar 10.200.000,000199, produktivitas tahun 2001 sebesar 21.521.739,000133 (kenaikan 110,99%) dan tahun 2002 produktivitas sebesar 39.406,250,000099 (kenaikan 83,10%).
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
10 2. Saran a. Perusahaan disarankan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan pekerja melalui pelaksanaan analisis kepuasan pekerja secara rutin dan berkala, yaitu melalui angket/kuesioner. b. Sistem pengupahan perlu ditinjau kembali, khususnya yang berkaitan dengan penggantian biaya pengobatan, biaya keselamatan kerja dan tunjangan keluarga, agar pekerja merasa tenang dan puas di dalam bekerja. c. Perusahaan hendaknya lebih jeli melihat kemungkinan atau peluang yang dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan, dengan cara bekerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun dengan pengusaha lainnya di sekitar lokasi IKM XYZ.
DAFTAR PUSTAKA
Anogoro, P. dan N. Widiyanti. 1993. Psikologi dalam Perusahaan. Rineka Cipta, Jakarta. Bruce, A. 2003. How to Motivate Every Employee. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Hasibuan, S.S.P. 1995. Manajemen Dasar. CV. Haji Masagung, Jakarta. Ishiwara, A. 1990. An Introduction to Labor-Management Consultation : A Basic Approach Towards Productivity Improvement. PDC, Development Academy of the Philippines, Manila. Manullang, M. 2001. Manajemen Personalia. Gadjah mada Universitas Press, Yogyakarta. Purba, A. 1995. Sistem Penggajian Imbal Jasa. PT. Gramedia Widisarana Indonesia, Jakarta. Rokhani, E. 2002. Pengetahuan Dasar Tentang Hak-Hak Buruh. Yakoma-PGI, Jakarta. Saputro, P.E. 2003. Ironi Nasib Kaum Buruh. Republika, Kamis 8 Mei 2003, Jakarta. Siagian, S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bhumi Aksara, Jakarta. Simanjuntak, P.J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sugiarto, D.S. 2002. Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, H. 2003. Kewirausahaan. Universitas Gunadarma, Jakarta.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008