ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DAN TEKANAN PENDUDUK

Download ABSTRAK. Arie Agustina Fitriani, 2005, ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN. PERTANIAN DAN TEKANAN PENDUDUK (Studi kasus Kabupaten Propinsi. Jawa T...

0 downloads 431 Views 244KB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika a.

Pengertian Prestasi Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “presesatie” yang

kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” berarti hasil usaha. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 787), ”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb)”. Menurut W. S. Winkel (1996:165), “Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai”. Pendapat yang lain, pengertian prestasi menurut A. Tabrani (1991:22) “Prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha”. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu usaha yang telah dilakukan atau hasil yang dicapai setelah melakukan usaha sebaik-baiknya sesuai dengan batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika dia berada di lingkungan sekolah, di lingkungan rumah atau keluarganya. Menurut Slameto (2003: 2), “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Chaplin dalam Muhibbin Syah (2005: 90), belajar adalah “...acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience ” yakni belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku commit userpengalaman”. yang relatif menetap sebagai akibat latihantodan

7

8 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Winkel (1996: 53) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilaisikap. Perubahan ini bersifat relarif konstan dan berbekas. Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat mengenai pengertian belajar seperti Cronbach (1954) yang menyatakan ”Learning is shown by change in behaviour as result of experience ” atau dapat dikatakan bahwa belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Spears (1955) menyatakan bahwa ”Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction ” atau pada intinya belajar adalah proses untuk mengobservasi, membaca, mendengarkan, serta mengikuti petunjuk sehingga kemudian dapat dipraktekkan untuk diri sendiri. (Sumadi Suryabrata, 2004:231). c.

Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti

suatu proses pembelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui melalui evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Suharsimi Arikunto (1999:24) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Nana Sudjana (1999:22) berpendapat, ”prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat dalam periode tertentu dan mencerminkan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari. commit to user

9 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d. Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:386) matematika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang olah angka (bilangan-bilangan). Dari pengertian ini, matematika hanya dipandang berdasarkan salah satu objeknya, yaitu bilangan. Selanjutnya Johnson dan Myklebust menyatakan pendapatnya bahwa matematika

adalah

bahasa

sombolis

yang

fungsi

praktisnya

untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Kline (1981:172) juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar dedukif, tetapi juga tidak meninggalkan cara befikir induktif (Mulyono Abdurrahman, 2003:252). e.

Prestasi Belajar Matematika Proses belajar mengajar menghasilkan perubahan bagi siswa, yang berupa

kemampuan di berbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Keaktifan Siswa a.

Pengertian Keaktifan Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan

aktifitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subyek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Dimyati dan Mudjono (1999 : 51) menyatakan bahwa ”siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pelajar harus dituntut aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.” to user Menurut Anton M.Mulyono (2001commit : 26) “Keaktifan adalah kegiatan atau aktifitas

perpustakaan.uns.ac.id

10 digilib.uns.ac.id

atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik” Dari pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan adalah aktifitas fisik maupun nonfisik dari siswa dalam proses pembelajaran sehingga tercipta suasana belajar yang dapat mentransformasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal. Aktifitas tersebut dapat berupa menulis, mendengarkan, bertanya, menjawab, berfikir, memecahkan masalah, atau mengambil keputusan. b. Jenis-jenis Keaktifan Menurut Paul D. Dierech (dalam Oemar Hamalik 2003 : 90) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok yaitu : 1) Kegiatan-kegiatan visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2) Kegiatan-kegiatan lisan Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4) Kegiatan-kegiatan menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. 5) Kegiatan-kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola 6) Kegiatan-kegiatan metric Melakukan percobaan, memilih alat-alat, pameran, menari, dan berkebun 7) Kegiatan-kegiatan mental Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisi factor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8) Kegiatan-kegiatan emosional Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain. Jenis-jenis kegiatan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah kegiatan visual, kegiatan lisan dan kegiatan menulis. Hal ini didasarkan pada materi pembelajaran matriks yang lebih menekankan pada ketiga kegiatan commit to user tersebut.

11 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Metode Pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mempunyai strategi agar tujuan pengajaran tercapai dan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Salah satu strategi yang harus dimiliki adalah kemampuan memilih metode mengajar yang tepat. “Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan” (Mulyani Sumantri, 2001:114). “Metode pembelajaran adalah cara yang merupakan alat untuk menyajikan materi pelajaran guna mencapai tujuan pengajaran” (Winarno Surakhmad, 1986: 96). Metode merupakan cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya hasil belajar yang memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien, serta efektif sesuai dengan materi yang diajarkan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Makin tepat metodenya, makin efektif pula untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

4. Model Pembelajaran Dalam peroses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Model

pembelajaran

diartikan

sebagai

prosedur

sistematis

dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga commit to user dalam kegiatan pembelajaran. diartikan suatu pendekatan yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id

12 digilib.uns.ac.id

Suprijono (2009:46) mengemukakan bahwa: “model pemebelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.” Sedangkan menurut Arends dalam Suprijono (2009:46): Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Dalam sebuah model pembelajaran biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang relatif tetap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran secara berurutan. Oleh karena itu, sebuah model pembelajaran dapat dianggap sebagai teori mini yang bersifat mekanis dalam arti berjalan secara tetap seperti mesin. Jadi, model pembelajaran dapat membantu guru menentukan apa yang harus dilakukan dalam proses belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar matematika.

5. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang merupakan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Landasan teori pembelajaran berbasis masalah adalah kolaborativisme, yaitu perspektif yang berpendapat bahwa peserta didik akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimiliknya, dan dari semuanya itu akan memperoleh hasil dari kegiatan berinteraksi dengan sesama individu (Suyadi, 2013: 130). Pembelajaran berbasis masalah ini menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari commit to user

13 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan seperti tabel 2.1. Tabel 2.1 Peran guru, peserta didik dan masalah Guru sebagai pelatih Peserta didik Masalah sebagai sebagai problem awal tantangan solver dan motivasi  Asking about thinking (bertanya  Peserta yang  Menarik untuk tentang pemikiran) aktif dipecahkan  Memonitor pembelajaran  Terlibat  Menyediakan langsung dalam kebutuhan yang  Probing (menantang peserta pembelajaran ada didik untuk berfikir) hubungannya  Membangun  Menjaga agar peserta didik dengan pembelajaran terlibat pelajaran yang  Mengatur dinamika kelompok dipelajari  Menjaga berlangsungnya proses Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut: 1) Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat. 2) Responsibility

: PBL menekankan responsibility dan answerability para

peserta didik ke diri dan penganutnya. 3) Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya, aktivitas ini menginegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap professional. 4) Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri. commit to user

14 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5) Umpan balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman. 6) Keterampilan umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management. 7) Driving Questions : PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai. 8) Constructive Investigations : sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan peserta didik. 9) Autonomy : proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting. Menurut Suyadi (2013 : 142) penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya : 1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik, sehingga memberikan keleluasaan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. 4) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan. 6) Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana yang aktif menyenangkan. 7) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan baru.

commit to user

15 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9) PBM dapat mengembangkan minat peserta didik untuk mengembangkan konsep belajar secara terus menerus, karena dalam praksisnya masalah tidak akan pernah selesai artinya, ketika satu masalah selesai diatasi masalah lain muncul dan membutuhkan penyelesaian secepatnya. Selain memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah. 2) Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada peserta didik. 3) Proses pelaksanaan PBL membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang, itupun belum cukup, karena sering kali peserta didik masih memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum yang ada. b. Langkah-langkah Penerapan Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan dalam tabel 2.2 (Suprihatiningrum, 2013: 222).

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL) Tahap Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah

Tingkah laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, demonstrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang commit to user dipilih.

16 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tahap Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Tingkah laku Guru Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk Membimbing penyelidikan individual mengumpulkan informasi yang sesuai, maupun kelompok melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya hasil karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Tahap-5 Guru membantu siswa untuk Menganalisis dan mengevaluasi melakukan refleksi atau evaluasi proses pemecahan masalah terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Sintaksis PBL dalam penelitian ini meliputi lima tahapan, yaitu: 1) Mengorientasikan siswa pada masalah Pada tahap ini guru mengawali pembelajaran dengan menyampaikan topik materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Selanjutnya guru memberikan suatu masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari berupa pertanyaan untuk memancing rasa ingin tahu siswa dan memancing siswa untuk berpikir. 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada tahap ini guru mengorganisasikan kondisi kelas, apakah siswa dikondisikan secara berpasangan atau secara berkelompok tergantung tingkat masalah yang diberikan kepada siswa untuk didiskusikan. Apabila dikondisikan secara berpasangan, akan lebih efektif dan efisien apabila dipasangkan

dengan

teman

semejanya.

Seandainya

dikondisikan

berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan memperhatikan heterogenitas anggotanya, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah).Selanjutnya guru memberikan lembar aktivitascommit siswa to yang userberisi masalah berkaitan dengan

perpustakaan.uns.ac.id

17 digilib.uns.ac.id

materi yang akan dipelajari serta media pembelajaran pendukung dalam diskusi. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Pada tahap ini guru meminta siswa mencermati masalah dalam lembar kerjasiswa. Selanjutnya guru melakukan monitoring dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan baik secara individual maupun kelompok, bertanya tentang pemikiran siswa dalam menyelesaikan masalah, serta memotivasi semua siswa agar terlibat aktif dalam penyelesaian masalah. Sedangkan kegiatan siswa adalah melakukan penyelidikan, mengembangkan cara berpikir mereka dengan menemukan masalah, membangun pemahamannya sendiri terhadap konsep, serta mencari penyelesaian masalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka agar ditanggapi oleh siswa lain. Tahap ini dilakukan agar terjadi tukar ide atau pendapat antar siswa sehingga memungkinkan dapat membantu meminimalkan perbedaan ataupun kesalahan dalam penyelesaian masalah siswa. Sehingga guru berperan untuk membimbing dialog dan tanya jawab antar siswa serta mengarahkan kepenyelesaian yang diinginkan sebelum adanya evaluasi. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk mengevaluasi proses penyelesaian masalah yang telah mereka diskusikan dan presentasikan. Selanjutnya guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah dipelajari. Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. b. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. commit to user

18 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. e. Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. B. Hasil Penelitian yang Relevan Leonardus Baskoro Pandu Y (2013) telah melakukan penelitian yang merupakan tindakan kelas. Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model Problem Based Learning pada pembelajaran matematika di kelas X SMK N 2 Wonosari ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang menunjukkan meningkatnya rata-rata presentase keaktifan siswa, diantaranya kegiatan listening dari 86% menjadi 88%, oral dari 45% menjadi 61%, emotional dari 65% menjadi 84%, visual dari 35% menjadi 78%, writing dari 65% menjadi 73%, motor dari 39% menjadi 69%, dan mental dari 66% menjadi 68%. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 4,16% yaitu dari 91 menjadi 95. Pada siklus 2 kategori nilai sangat tinggi siswa meningkat sebesar 11,11% yaitu dari 27 siswa menjadi 30 siswa. Fajar Ika Kurniawati (2010) telah melakukan penelitian yang merupakan tindakan kelas. Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model Prolem Based Learning. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus ini menunjukkan bahwa keaktifan

mengalami

peningkatan.

Hal

ini

dapat

ditunjukkan

dengan

meningkatnya persentase keaktifan yang cukup signifikan untuk tiap siklus, yaitu untuk siklus I keaktifan siswa sebesar 45,83 % dengan kategori sedang, untuk siklus II sebesar 62,68 % dengan kategori tinggi, dan siklus III sebesar 63,54 % commit to user dengan kategori tinggi.

19 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C. Kerangka Berfikir Berdasarkan

latar

belakang

masalah

dapat

diidentifikasi

bahwa

permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya siswa tidak terbiasa bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan belajar, rendahnya kesadaran siswa untuk berdiskusi dengan teman yang lain, dan masih sering ditemukan siswa yang tidak memperhatikan ketika guru mengajar. Selain itu, penerapan metode ceramah tanpa adanya variasi metode mengajar mengakibatkan pembelajaran terpusat kepada guru dan aktifitas siswa hanya mendengarkan serta mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan peran aktif siswa sangat rendah sehingga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika. Oleh karenanya, perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran, agar prestasi dan keaktifan siswa meningkat. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada materi matematika. Salah satu pembelajaran yang diharapkan dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa terhadap pembelajaran dan prestassi belajar siswa pada proses pembelajaran matematika adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Dalam pembelajaran Problem Based Leraning, siswa dituntut agar lebih aktif dalam pembelajaran, lebih banyak untuk bertanya, berdiskusi memecahkan masalah dengan anggota kelompok agar dapat menguasai materi pelajaran yang diberikan. Sehingga diharapkan keaktifan siswa terhadap pembelajaran lebih baik. Dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 tahap pembelajaran, diantaranya tahap-1 (orientasi siswa pada masalah), tahap-2 (mengorganisasi siswa untuk belajar), tahap-3 (membimbing penyelidikan individual maupun kelompok), Tahap-4 (mengembangkan dan menyajikan hasil karya), Tahap-5 (menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah). Pada

tahap

orientasi

siswa

pada

masalah,

diharapkan

dapat

membangkitkan ketertarikan siswa untuk belajar, memancing siswa untuk berpikir menjawab pertanyaan guru, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam commitdari to user menanggapi dan menjawab pertanyaan guru. Tahap 2 yaitu mengorganisasi

20 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

siswa untuk belajar, diharapkan dengan adanya pengelompokan siswa untuk berdiskusi memecahkan masalah serta penjelasan dari guru tentang masalah tersebut, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa pada indikator siswa memperhatikan saat guru menjelaskan pembelajaran matematika di depan kelas. Pada tahap 3 yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, diharapkan guru berkeliling memantau siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat dalam mencari penyelesaian dari masalah, dalam mengorganisasikan anggota kelompoknya untuk membagi tugas dalam memecahkan masalah dan membantu apabila ada siswa yang mengalami kesulitan, sehingga diharapkan keaktifan siswa dalam diskusi menyelesaikan lembar kerja kelompok maupun lembar individu siswa dapat meningkat. Pada tahap 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan temannya menyelesaikan masalah, siswa mempunyai inisiatif untuk bertanya dan menjawab pertanyaan saat diskusi maupun memberikan tanggapan berupa pendapat atas jawaban dari temannya. Pada tahap 5 dapat dilihat apakah siswa dapat menanggapi dan menjawab dengan baik pertanyaan guru tentang hasil evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Serta siswa dapat menanyakan hal belum mereka mengerti selama proses pembelajrana berlangsung, dan terjadi proses tanya jawab agar memperoleh kesimpulan pembelajaran hari itu. Kondisi akhir yang diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam proses belajar mengajar adalah keaktifan siswa terhadap pembelajaran dalam belajar matematika dapat meningkat, sehingga siswa akan memenuhi dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.

D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran tersebut maka penulis merumuskan hipotesis hipotesis tindakan yaitu bahwa “Model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi matriks di SMK Taruna Farma Jaten Karanganyar tahun ajaran 2014/2015”. commit to user