ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME DI KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU
YUNI KRISTINA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Yuni Kristina NIM H44090001
ABSTRAK YUNI KRISTINA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh NOVINDRA. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Udang merupakan komoditas ekspor utama produk perikanan Indonesia. Udang vaname di Indonesia dibudidayakan secara intensif dan tradisional. Salah satu kawasan Indonesia penghasil udang vaname adalah Kabupaten Indramayu. Di Kecamatan Pasekan udang vaname banyak dibudidayakan secara tradisional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktorfaktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional dan menganalisis perbandingan pendapatan budidaya udang vaname berdasarkan sumber modal, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak. Berdasarkan hasil estimasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi budidaya udang vaname(kg/Ha/musim tanam) adalah pakan (kg/Ha/musim tanam), solar (liter/Ha/musim tanam), dan periode pemeliharaan (hari/musim tanam). Berdasarkan analisis pendapatan didapatkan nilai R/C rasio > 1 untuk semua pembudidaya, baik pembudidaya dengan modal sendiri maupun pembudidaya peminjaman kepada tengkulak. R/C rasio pembudidaya modal sendiri lebih kecil jika dibanding pembudidaya dengan modal pinjaman dari tengkulak, sehingga pembudidaya modal pinjaman lebih efisien. Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan produksi udang vaname, pembudidaya udang vaname dapat menambah pengunaan pakan, solar dan lamanya pemeliharaan udang vaname. Sesuai dengan program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu mengenai penyuluhan, pengarahan mengenai penambahan pengunaan pakan, solar, dan pemeliharaan dalam usaha budidaya udang vaname dapat dilakukan secara intensif. Kerjasama antara penyuluh dari dinas perikanan dengan tengkulak dalam hal pengunaan input produksi dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi udang vaname ditingkat pembudidaya. Kata kunci: analisis pendapatan (R/C), faktor produksi, tambak tradisional, udang vaname
ABSTRACT YUNI KRISTINA. Analysis of the Factors that Influence the Production and Income of Vannamei Shrimp Fishpond in Pasekan Subdistrict, Indramayu Regency. Supervised NOVINDRA. Vannamei Shrimp (Litopeanus vannamei) is one of shrimp variety that cultivated in Indonesia. Shrimp is the main export commodity of fishery production in Indonesia. In this country, Vannamei Shrimp is cultivated intensively and traditionally. One of productive regional that yields Vannamei Shrimp is in Indramayu Regency. In one of Subdistrict of Indramayu, Pasekan, Vannamei Shrimp are most traditionally cultivated. The aims of this research are the production factors that have influences toward Vannamei Shrimp fishpond’s production and to analyze the ratio of Vannamei Shrimp fishpond’s income based on the capital finance sources, theyare personal capital finance and capital finance that debt from middleman. Based on the double linier regretion estimate, the factor that influence Vannamei Shrimp fishpond’s production are feed (kilograms), fuel (liter), and the period of cultivation (days). According to the income analysis, in found that the value of R/C ratio > 1 for all cultivations, either of cultivation by personal capital finance or cultivation by personal capital finance or cultivation whit financial source by lending from middleman. The R/C ratio value of farmers who cultivate shrimp by their one capital finance are smaller than farmers who get their capital finance fram middleman. It means that farmwe who use financial from middleman are more afficient. Based on the results of research, to increase production Vannamei Shrimp, increase the use of feed vaname, solar and duration of maintenance Vannamei Shrimp. In accordance with the Department of Fisheries and Marine programs Indramayu Regency regarding counseling, guidance regarding the use of the addition of feed, fuel, and period of cultivation in Vannamei Shrimp can be intensively. Cooperation between the Department of Fisheries and Marine programs Indramayu District to middleman in terms of the use of production inputs can be done to increase the production level Vannamei Shrimp cultivators. Keyword: income analysis, production factor, traditionally fishpond, Vannamei Shrim
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME DI KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU
YUNI KRISTINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Nama : Yuni Kristina NIM : H44090001
Disetujui oleh
Novindra, S.P., M.Si Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena hanya berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu” dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan baik bantuan dan dukungannya kepada: 1. Keluarga tercinta atas doa, dukungan, dan kasih saying selama ini, untuk Mamak (Yustina Rustiyem), Bapak (Robertus Bejo), Mas Yulius Minarso, dan Mbak Tabitha Dwi Parwati. 2. Bapak Novindra, SP., M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan semangat, motivasi, dan pengarahan kepada penulis. 3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Nuva, SP, M.Sc atas ketersedian menjadi dosen penguji, terima kasih atas kritik dan sarannya. 4. Bapak Benny Osta Nababan S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, seluruh dosen, dan staf di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 5. Ibu Tosiba, Mbak Fenta, dan Pak Ari, dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Bapak dan Ibu pembudidaya tambak udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan atas ketersediaan waktu dan informasinya, terutama kepada Pak Idris dan sekeluarga yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data dan tempat tinggal selama pengambilan data di lokasi penelitian. 6. Teman-teman satu bimbingan, buat Naelis, Rere, Fitri, Intan, Astari, Alfi, Reina, Diena, dan Anggi. 7. Embet, Putri, Laila, Cimi, Sarah, Nissa, Chara dan temen-teman ESL 46 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaanya dan dukungannya selama ini. Teman-teman di KeMaKI terima kasih buat Amel, Eta, Vinsen, Wiwik dan teman-teman lainnya khususnya KeMaKI 46. 8. Penghuni Pondok Emperor 103, terutama kepada Ibu Kost (Uti dan Mbak Eni), Evi, Tata, dan Firaz, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, terima kasih.
Bogor, Mei 2014 Yuni Kristina
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii I.
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 5 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8 2.1. Udang Vaname ................................................................................... 8 2.2. Usaha Budidaya Tambak .................................................................... 10 2.2.1. Penetapan Lokasi Tambak ........................................................ 11 2.2.2. Kontruksi Tambak .................................................................... 11 2.2.3. Persiapan Tambak..................................................................... 12 2.3. Budidaya Tambak Udang Vaname Tradisional .................................. 12 2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ............................ 13 2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi Udang ................................................................................................. 13 2.6. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 14
III.
KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................... 19 3.1. Kerangka PemikiranTeoritis ............................................................... 19 3.1.1. Konsep Usaha Fungsi Produksi ................................................ 19 3.1.2. Konsep Usahatani ..................................................................... 20 3.1.2.1. Biaya Usahatani ........................................................... 21 3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani ..................................... 21 3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost Ratio (R/C) .................................................................. 21 3.2.Kerangka Pemikiran Oprasional .......................................................... 22
IV.
METODE PENELITIAN .......................................................................... 24 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 24 4.2. Jenisd an Sumber Data........................................................................ 24 4.3. Metode Pengambilan Sample ............................................................. 24 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 25 4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ........................................... 25 4.4.1.1. Spesifikasi Model ......................................................... 26 4.4.1.2. Tahapan Pengujian Model............................................ 26 4.4.2. Analisis Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan .................................... 32
V.
GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 35 5.1. Keadan Geografis Lokasi Penelitian .................................................. 35 5.2. Kependudukan Lokasi Penelitian....................................................... 35 5.3. Potensi Perikanan di Kecamatan Pasekan .......................................... 36 5.4. Karakteristik Responden Tambak Udang Vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan ....................................................... 36 5.4.1. Jenis Kelamin ........................................................................... 36 5.4.2. Tingkat Umur ........................................................................... 37 5.4.3. Tingkat Pendidikan .................................................................. 37 5.4.4. Jenis Pekerjaan ......................................................................... 38 5.4.5. Luas Tambak ............................................................................ 38 5.4.6. Kepemilikan Lahan Tambak .................................................... 39 5.4.7. Pengalaman Menambak ........................................................... 39 5.4.8. Modal Usaha ............................................................................ 40 5.5. Kondisi Budidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian ...... 40 5.5.1. Sistem Budidaya ...................................................................... 41 5.5.2. Sistem Pemeliharaan Udang Vaname ...................................... 41
VI.
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME ......................................... 6.1. Uji Ekonomi ....................................................................................... 6.2. Uji Statistika ....................................................................................... 6.3. Uji Ekonometrika ...............................................................................
44 44 47 47
VII. ANALISIS PENDAPATAN BUDIDAYA UDANG VANAME MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ............................................ 49 7.1. Analisis Biaya Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname .............. 50 7.2. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname dan R/C Rasio ........................................................................................ 52 VIII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 56 8.1. Simpulan .......................................................................................... 56 8.2. Saran ................................................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 58 LAMPIRAN ....................................................................................................... 61 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 70
DAFTAR TABEL 1
Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama tahun 20072011 (1 000 US$)........................................................... ......................... 1
2
Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010 (Ton) ......................................................................................................... 3
3
ProduksiBudidayaTambakUdangVaname di Indonesia Menurut PropinsiTahun 2011 ................................................................................... 3
4
Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010 (Ton) .......................................................................................................... 4
5
Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011 ......................... 4
6
Perkembangan Produksi Udang Budidaya Tambak di Jawa Barat Tahun 2006-2011 (Ton) ....................................................................................... 9
7
Produksi Perikanan di Jawa Barat Menurut Jenis Budidaya Tahun 20082011 (Ton) ................................................................................................. 10
8
Tinjaun Pustaka Penelitian Terdahulu, Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian yang akan dilakukan ................................................................. 18
9
Matriks Analisis Data ................................................................................ 25
10
Jenis Kelamin Responden Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian ...................................................................................... 37
11
Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Umur di Lokasi Penelitian ................................................................................................... 37
12
Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Tingkat Pendidikan di Lokasi Penelitian ................................................................ 38
13
Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Jenis Pekerjaan Utama di Lokasi Penelitian ........................................................................ 38
14
Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Luas Lahan di Lokasi Penelitian ....................................................................................... 39
15
Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Kepemilikan Lahan Lokasi Penelitian ............................................................................ 39
16
Sebaran Pembudidaya Menurut Pengalaman Bertambak di Lokasi Penelitian ................................................................................................... 40
17
Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Berdasarkan Modal Usaha di Lokasi Penelitian ....................................................................................... 40
18
Hasil Estimasi Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ......... 44
19
Pengunaan Input dan Output Produksi Pembudidaya Modal Sendiri dan
Modal Pinjaman......................................................................................... 49 20
Perbandingan Harga Input Produksi ......................................................... 50
21
Perbandingan Total Biaya Budidaya UdangVaname/Hektar/Musim Tanam ........................................................................................................ 51
22
Perhitungan Penerimaan, Pendapatan Rata-Rata dan R/C Rasio Usaha Budidaya Tambak Udang dan Ikan Bandeng ........................................... 52
23
Perbandingan Pendapatan Masing-Masing Jenis Budidaya/Hektar/bulan. 53
DAFTAR GAMBAR 1
Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 23
DAFTAR LAMPIRAN 1
Pendapatan Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2007-2011 ........................................... 63
2
Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (ANOVAb) ........ 64
3
Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang (Model Summary) ............ 64
4
Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Coefficients) ..... 64
5
Hasil Estimasi dalam Model Udang Produksi Vaname (One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test) ........................................................................ 65
6
Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Model Summary abs_res) ..................................................................................................... 65
7
Uji Heteroskedastisitas untuk Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname (Coefficientsa) ............................................................................. 65
8
Karekteristik Responden Pembudidaya Udang Vaname .......................... 66
9
Penggunaan Input dan Output Produksi Udang Vaname .......................... 67
10
Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Sendiri (Rp/Ha/Musim) ..... 68
11
Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Pinjaman kepada Tengkulak (Rp/Ha/Musim) ......................................................................................... 69
1
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi yang sangat besar dalam hal pengembangan industri perikanan baik untuk tujuan ekspor maupun untuk memenuhi gizi nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap sektor pertanian adalah subsektor perikanan. Pada tahun 2011 sumbangan subsektor perikanan sebesar 2.19%, dibawah subsektor tanaman pangan dan hortikultura (6.22%) dan mengungguli subsektor kehutanan (0.70%), peternakan (1.62%), dan perkebunan (1.98%). Udang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia di sektor perikanan. Untuk nilai ekspor produk perikanan sendiri udang menyumbang angka terbesar. Pada Tabel 1 dapat dilihat tahun 2006-2011 rata-rata kontribusi nilai ekspor udang Indonesia menunjukan nilai yang terbesar dibandingkan produk ekspor perikanan lainnya, yaitu sebesar 40.74%. Tabel 1. Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama Tahun 2007-2011 (1 000 US$) Tahun Komoditi Udang Tuna, Cakalang Tongkol Ikan Lainnya Kepiting Lainnya Total
2007
2008
2009
2010
2011
1 029 935
1 165 293
1 007 481
1 056 399
1 309 674
304 348
347 189
352 300
383 230
498 591
568 420
734 392
723 523
898 039
1 100 576
179 189 177 028 2 258 920
214 319 238 490 2 699 683
156 993 225 904 2 466 201
208 424 317 738 2 863 830
262 321 349 930 3 521 092
Rata-Rata Kontribusi (%) 40.74
13.63 28.86 7.39 9.37 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2012)
Menurut data statistik konsumsi ikan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan. Tahun 2006 konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk Indonesia adalah 25.03 kg dan tahun 2011 konsumsi ikan per kapita per tahun 31.64 kg. Konsumsi ikan termasuk didalamnya udang, jadi peluang pasar untuk udang cukup menjanjikan (BPS, 2012).
2
Indonesia menempati posisi keempat di dunia berada di bawah China, Thailand, dan Vietnam sebagai negara yang terbanyak dalam hal produksi komoditas udang. Produksi udang China pada 2010 diperkirakan sebanyak 1.3 juta ton, Thailand 560 ribu ton, dan Vietnam 370 ribu ton dan Indonesia sebesar 350 ribu ton. Indonesia pada 2008 pernah mencapai ranking tiga dunia dengan produksi udang 410 ribu ton dan total ekspor mengalami kenaikan hingga 21%. Indonesia telah berupaya meningkatkan jumlah ekspor dengan membuka peluang komoditas tersebut ke sejumlah negara sasaran baru antara lain Rusia, Arab Saudi, dan Kanada (Okezone.com, 2011). Udang dihasilkan dari kegiatan penangkapan dan budidaya, pada kurun waktu 2000-2004, produksi dari kegiatan penangkapan meningkat sebesar 7% dan budidaya dari budidaya meningkat 28%, dengan demikian produksi udang dari kegiatan budidaya semakin besar peranannya. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi udang antara lain melalui ekstensifikasi usaha budidaya udang pada lahan baru yang berpotensial, revitalisasi tambak yang terbengkalai, dan melakukan pembudidayaan udang jenis unggul, yaitu jenis udang yang mempunyai peluang keberhasilan tinggi dengan masa pemeliharaan yang relatif pendek. Selain bertujuan meningkatkan produksi, revitalisasi tambak juga bertujuan untuk membangkitkan usaha budidaya tambak, memanfaatkan lahan tambak yang terbengkalai dan membuka lapangan kerja (Purnomo dan Siti, 2007). Udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis udang vaname dan udang windu. Udang Windu banyak dibudidayakan secara tradisional akan tetapi lebih rentan terhadap penyakit dan pertumbuhan yang lambat dibandingkan udang vaname. Udang vaname telah berhasil dibudidayakan dengan menerapkan teknologi intensif maupun secara tradisional atau tradisional modern, sedangkan udang windu masih dibudidayakan dengan menggunakan teknologi sederhana atau tradisional. Udang vaname termasuk dalam konsumsi rumah tangga. Berdasarkan data pada Tabel 2, terjadi peningkatan produksi udang hasil budidaya. Berdasarkan varietas, sampai dengan tahun 2006 produksi udang windu mengalami mengalami masih peningkatan, tetapi sejak tahun 2007 produksi udang vaname telah melampaui produksi udang windu.
3
Tabel 2. Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010 (Ton) Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Udang Windu 93 759 103 603 112 840 133 836 131 399 134 682 147 867 133 113 134 930 124 564 125 519
Udang Putih 28 965 25 862 24 708 35 249 33 797 27 088 36 187 16 995 22 365 16 424
Udang Vannamei 53 217 103 874 141 649 179 966 208 648 170 971 206 578
Udang Api-Api 20 453 19 093 21 634 22 881 19 928 13 731 -
Udang Lainnya 66 012 32 549 30 804
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya (dalam Juarno, 2012)
Udang vaname banyak dibudidayakan oleh petani tambak udang di Indonesia karena udang vaname memiliki sejumlah keunggulan. Keungulan yang dimiliki udang vaname antara lain lebih tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap lingkungan, dan waktu pemeliharaan yang lebih singkat, rata-rata 30-120 hari per siklus, udang vaname juga hemat pakan (Haliman dan Adijaya, 2005). Tabel 3. Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname di Indonesia Menurut Propinsi Tahun 2011 Provinsi Sumatera Utara
Jumlah (Ton) 19 438
Persentase kontribusi (%) 7.89
41 309
16.76
44 161 30 600 35 058 43 077 5 272 13 056 1 985 246 419
17.92 12.42 14.23 17.48 2.14 5.30 5.86 100.00
Sumatera Selatan Lampung Jawa Barat Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Lainnya Total
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012)
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil udang vaname yang cukup besar. Pada tahun 2011 Jawa Barat menghasilkan lebih dari 30 000 ton udang vaname hasil budidaya tambak, dapat dilihat pada Tabel 3. Petambak
4
udang vaname di Jawa Barat pada tahun 2010 sudah mulai menerapkan budidaya tambak dengan teknik insentif. Tabel 4. Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Udang Vaname Kabupaten/Kota Jawa Barat (Ton) Tahun 2009-2012 Tahun Kabupaten/Kota
2009
2010
2011
Kab. Ciamis Kab. Tasikmalaya Kab. Garut Kab. Cianjur Kab. Sukabumi Kab. Subang Kab. Indramayu Kab. Cirebon Total
0.00 13.20 192.98 0.00 780.00 150.00 2 263.97 0.00 3 400.15
701.81 20.57 131.02 33.65 543.40 174.72 18 386.06 5 223.66 25 214.89
450.00 29.31 147.43 192.00 553.90 620.42 23 710.05 4 777.51 30 480.62
2012* 450.00 32.72 192.14 106.00 577.39 715.70 22 790.37 4 669.75 29 534.07
Rata-Rata Kontribusi (%) 1.45 0.17 1.83 0.28 7.22 2.39 73.61 13.05 100.00
*Angka Sementara Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat (2013)
Kabupaten Indramayu adalah penghasil udang vaname terbesar di Jawa Barat (Tabel 4). Kontribusi produksi udang vaname Indramayu di Jawa Barat mencapai 73.61%. Produksi udang vaname di Indramayu besar karena 11 kecamatan di Indramayu berada dipesisir dan merupakan wilayah yang berpontesi sebagai area budidaya tambak. Udang vaname merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan dipesisir Indramayu selain ikan bandeng. Tabel 5. Luas Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011 Kecamatan Krangkeng Pasekan Sindang Cantigi Arakan Indramayu Lohsarang Lainnya Total
Luas (Ha)
Persentase Kontribusi (%)
1 181.00 5 059.00 1 109.00 6 595.11 1 038.50 1 654.46 4 595.00 1 089.74
5.29 22.66 4.97 29.55 4.65 7.41 20.59 4.88
22 321.81
100.00
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2012
Dapat dilihat pada Tabel 5, kontribusi luas tambak kecamatan Pasekan menyumbang 22.66% dari jumlah seluruh tambak yang ada di Kabupaten Indramayu. Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan desa tambak di
5
Kecamatan Pasekan, hampir sebagian besar penduduknya adalah nelayan dan petani tambak, petani tambak ikan, udang dan petani tambak polikultur (tumpang sari antara tambak bandeng dan udang). 1.2. Perumusan Masalah Sebagian tambak udang di daerah pantura termasuk kawasan pesisir Kabupaten Indramayu menjadi salah satu kawasan revitalisasi. Revitalisasi tambak bertujuan
untuk meningkatkan produksi tambak udang, peningkatan
produksi udang dapat dilakukan dengan menerapkan teknik intensif. Budidayakan udang vaname secara tradisional tetap menjadi pilihan petambak udang dengan skala modal dan usaha kecil karena budidaya udang secara intensif membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Pembudidaya tambak udang secara tradisional hanya mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit udang, pembudidaya udang tradisional sebagian juga tidak membeli kualitas benur yang bagus. Pemberian pakan pada tambak tradisional juga diberikan ketika umur udang memasuki umur 25 hari, karena masih tersedianya pakan dari alam, hal ini dimaksud untuk menekan biaya produksi karena produksi tambak tradisional jauh dibanding tambak intensif. Pengelolaan tambak udang vaname secara tradisional lebih sederhana dibandingkan dengan pengelolaan tambak intensif.
Pada budidaya tambak
intensif, pakan, probiotik, padat tebaran benur, bahan bakar, pasokan
listrik
sebagai pengerak kincir sangat dibutuhkan, sedangkan budidaya udang vaname tradisional probiotik dan kincir tidah dibutuhkan, bahkan ada pembudidaya udang vaname yang tidak memberikan pakan. Pembudidaya tambak tradisional rata-rata merupakan petambak dengan modal kecil yang dilakukan oleh perorangan. Udang
vaname
dapat
dibudidayakan
secara
tradisional.
Bahkan
membudidayakan udang vaname secara tradisional dapat menghasilkan ukuran panen udang vaname yang lebih besar sehingga harga per kilo gram udang vaname menjadi lebih mahal, semakin besar ukuran udang ketika dipanen harga jual udang semakin mahal. Luas area pertambakan di Indonesia yang mencapai sekitar 360 000 hektar, 80% digarap oleh petambak yang kurang mampu dan mengelola tambak secara tradisional (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012).
6
Udang vaname
merupakan udang yang banyak dibudidayakan oleh
pembudidaya udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan di Kecamatan Pasekan. Pembudidaya membudidayakan Udang vaname bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Sebagian besar pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Pagirikan mengelola tambak udang secara tradisional, hal ini disebabkan minimnya modal yang dimiliki oleh petambak. Produksi udang vaname dengan sistem tradisional bisa mencapai 835–1 050 kg/ha/musim tanam (KKP, 2012) sedangkan di tempat penelitian
produksi udang vaname masih
rendah yaitu rata-rata kurang dari 500 kg/ha/musim tanam. Keterbatasan modal yang dimiliki untuk biaya produksi menyebabkan banyak petambak yang mengunakan sistem peminjaman modal kepada tengkulak. Peminjaman modal usaha yang diperoleh dari tengkulak memiliki konsekuensi, yaitu harga bahan (benur, solar, pakan dan obat-obatan) lebih tinggi dari harga di pasar. Dengan skala usaha kecil, modal yang kecil dan sistem budidaya tambak udang vaname yang dilakukan secara sederhana apakah pembudidaya udang di kedua desa ini menguntungkan. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional? 2. Bagaimana perbandingan pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname secara tradisional oleh pembudidaya dengan modal sendiri dan pembudidaya modal pinjaman dari tengkulak? 1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan, ada beberapa tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah: 1.
Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional.
2.
Menganalisis perbandingan pendapatan petani usaha budidaya tambak udang vaname tradisional dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak.
7
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk banyak pihak, antara lain: 1.
Bagi mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat khususnya dibidang ekonomi pertanian, meningkatkan kemampuan dan keterampilan penulis dalam menganalisis faktor-faktor dan analisis pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname .
2.
Bagi pengusaha dan pembudidaya tambak udang, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam hal pengunaan input produksi budidaya tambak udang vaname dan
pertimbangan pembudidaya tambak dalam hal
peminjaman modal demi tercapainya usaha budidaya tambak udang yang lebih menguntungkan. 3.
Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian bisa menjadi bahan masukan dalam pengambilan keputusan pengembangan budidaya udang vaname khususnya, serta pengembangan budidaya tambak udang dan ikan pada umumnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Pengambilan data primer dilakukan di Desa Karanganyar dan Desa
Pagirikan, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Komoditas yang diteliti adalah udang vaname yang dibudidayakan secara tradisional dengan masa pemeliharaan 1-3 bulan. Tambak tradisional dalam penelitian ini bukan sepenuhnya tambak yang mengandalkan dari alam saja, karena sudah ada perlakukan penambahan
tambahan pakan untuk udang. Responden dalam
penelitian ini merupakan pembudidaya udang vaname yang membudidayakan udang dengan periode pemeliharan udang vaname dari Januari sampai dengan Juni 2013. Pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan pembudidaya yang membudidayakan udang dengan sumber modal sendiri dan dipinjam kepada tengkulak. Peminjaman modal kepada tengkulak berupa bibit, pakan, solar, dan obat-obatan. Analisis pendapatan budidaya tambak udang vaname dibedakan berdasarkan sumber modal usaha, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman kepada tengkulak.
II. 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyaknya petani tambak berminat untuk membudidayakan udang vaname karena udang vaname memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat, masa pemeliharaan 60110 hari (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012). Menurut (Haliman, 2005) taksonomi udang vannamei adalah sebagai berikut: Filum
: Arthropoda
Subfilum
: Crustacea
Kelas
: Malacostraca
Subkelas
: Eumalacostraca
Superordo
: Eucarida
Ordo
: Decapoda
Subordo
: Dendrobrachiata
Infraorder
: Peneidea
Famili
: Penaeidae
Genus
: Litopenaeus
Species
: Litopenaeus vannamei
Morfologi udang vaname terdiri atas kepala udang vaname terdiri atas antenula, antena, madibula dan 2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Abdomen terdiri dari dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sifat-sifat penting udang vaname adalah sebagai berikut : aktif pada kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada kisaransalinitas lebar (euryhaline), suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus (continousfeeder), menyukai hidup didasar tambak (bentik), mencari makan lewat organ sensor (chemoreseptor). Udang vaname diintroduksi ke Indonesia pada tahun 2000 dari Hawai (Amerika Serikat). Udang vaname merupakan udang asli perairan Hawai dan
9
Amerika Selatan. Udang vaname telah berhasil dikembangkan di beberapa negara Asia, seperti Cina, Thailand, Vietnam, Taiwan dan Indonesia. Menurut Ghufran (2011), Udang vaname memiliki beberapa keunggulan , yaitu: 1.
Pakan yang diberikan kandungan proteinya lebih rendah dibanding dengan pakan untuk udang windu, sehingga harga pakan lebih murah.
2.
Produktivitasnya tinggi, karena tinggkat kematian rendah, atau tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tinggi, yaitu mencapai 90%.
3.
Lebih mudah dibudidayakan, tidak serumit budidaya udang windu.
4.
Waktu pemeliharaan relatif lebih pendek.
5.
Relatif lebih tahan penyakit dibandingkan udang jenis lain.
6.
Pertumbuhan cepat hingga mencapai size 20, pertumbuhan per minggu bisa mencapai 3 gram meski kepadatan mencapai 100ekor/m2.
7.
Tahan hidup pada kisaran salinitas yang luas dan bisa hidup dengan baik pada salinitas rendah.
8.
Induknya dapat didomestikasi.
9.
Rasa udang yang tumbuh pada salinitas tinggi kandungan asam amino bebasnya lebih tinggi, sehingga rasa dagingnya manis. Perkembangan produksi udang vaname di Jawa Barat juga mengalami
peningkatan setiap tahun. Pada Tabel 6, produksi udang vaname tahun 2006 hanya 1 290 ton dan pada tahun 2011 produksi udang vaname paling besar dibandingkan produksi udang jenis lain. Udang windu yang dulu banyak dibudidayakan oleh petani tambak, saat ini di Jawa Barat produksi udang windu dibawah udang vanname. Tabel 6. Perkembangan Produksi Udang Barat Tahun 2006-2011 (Ton)
Budidaya Tambak di Jawa
Tahun 2009
Jenis Udang
2006
2007
2008
Udang Windu
14 248
15 953
17 981
18 881
19 371
25 935
Udang Vaname
1 290
1 366
3 451
3 428
25 353
30 600
11 563
4 716
6 829
5 326
3 715
-
-
8 116
8 053
-
4 982
-
Udang putih Udang lainnya
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012)
2010
2011
10
2.2.
Usaha Budidaya Tambak
Menurut Soeseno (1983) budidaya merupakan kegiatan usaha produksi suatu komoditi. Budidaya ikan meliputi budidaya ikan kolam air tawar dan tambak air payau. Saat ini budidaya ikan tidak hanya kolam air tawar dan tambak air payau tapi juga budidaya di laut dan jaring apung di waduk atau danau. Tambak adalah membendung air dengan pemantang sehingga air terkumpul pada suatu tempat dan dijadikan tempat memelihara ikan, udang atau hewan laut lainnya. Produksi perikanan budidaya di Jawa Barat menurut data statistik dinas perikanan dan kelautan Jawa Barat dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10.39%. Peningkatan perikanan budidaya dikarenakan seiring meningkatnya permintaan pasar seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Tambak merupakan salah satu budidaya perikanan di Jawa Barat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan produksi, rata-rata kenaikan produksi perikanan hasil budidaya tambak dari tahun 2008 sampai tahun 2011 adalah sebesar 24,45% dibawah kenaikan rata-rata perikanan budidaya kolam darat. Tabel 7. Produksi Perikanan di Jawa Barat Menurut Jenis Budidaya Tahun 2008 - 2011 (Ton) Sub Sektor
Tahun
Kenaikan (%)
2009
2010
2011
11 522.61
8 422.45
8 260.59
8 001.74
(10.65)
Tambak
102 293.33
126 464.36
170 805.96
195 875.29
24.45
Kolam
137 635.09
151 207.36
233 891.11
283 861.52
28.63
922.50
225.08
346.10
491.27
6.70
Sawah
23 309.25
31 885.70
32 436.80
25 567.43
5.78
KolamAir Deras
10 669.45
9 320.74
11 476.51
13 431.42
9.17
147 422.75
135 020.20
157 195.10
185 413.46
8.65
Budidaya laut
Karamba
Jaring Apung
2008
Rata-Rata laju
Sumber : Dinas Perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Barat, 2012
Tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng, rumput laut, rajungan, kepiting, udang laut, dan hewan laut lainnya yang dapat hidup di air payau. Pada tambak tradisional air yang masuk kedalam tambak sebagian besar berasal dari laut saat terjadi pasang. Keberhasilan usaha pertambakan sangat ditentukan oleh ketepatan pemilihan lokasi. Lokasi tambak harus menjanjikan masa depan yang baik untuk
11
budidaya secara berkelanjutan. Untuk memperoleh lokasi yang tepat bagi usaha ini, perlu memperhatikan faktor teknis, ekonomi dan sosial (Sudarmo, 1992). Udang vaname merupakan salah jenis hasil perikanan budidaya tambak di Jawa Barat. Budidaya tambak udang vaname dilakukan secara tradisional, semiintensif, intensif dan super intensif. Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tambak udang vaname secara tradisional, semi-intensif, intensif maupun super insentif adalah sebagai berikut: 2.2.1. Penetapan Lokasi Tambak Menurut Haliman dan Adijaya (2005), lokasi tambak udang vaname harus memenuhi persyaratan tambak yang ideal, baik secara teknis maupun nonteknis. Persyaratan lokasi tambak udang vaname secara teknis sabagai berikut: 1. lokasi di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang dan surut 2-3 meter. 2. Jenis tanah sebaiknya liat berpasir unutk menghindari kebocoran air. jenis tanah gambut akan menyebabkna pH air menjadi asam. 3. Mempunyai sumber air tawar dengan debit dan kapasitas yang cukup besar sehingga kebutuhan air tawar terpenuhi. Minimal 15% air kolam harus diganti dengan air baru setiap hari. Udang vaname umumnya tumbuh optimal pada salinitas 15-20 ppt. 4. Lokasi tambak harus memiliki green-belt yang berupa hutan mangrove di antara lokasi tambak dan pantai. Sementara persyaratan nonteknis lokasi tambak yang mendukung produksi tambak udang vannamei sebagai berikut: 1. dekat dengan produsen benih udang vaname. 2. Dekat dengan sumber tenaga kerja. 3. Dekat sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan bahan pokok untuk produksi udang. 4. Lokasi bisa dijangkau oleh saluran listeri atau penerangan dan alat komunikasi. 2.2.2. Kontruksi Tambak Kontruksi tambak menjadi faktor yang sangat diperlukan. Terutama untuk tambak intensif dan super intensif, tetapi tambak tradisional juga harus
12
memperhatikan bentuk kedalaman dan saluran pembuangan. Kedalaman dan saluran pembungan yang diajurkan adalah sebagai berikut: 1. Bentuk petakan yang idelal yaitu bujur sangkar dengan ukuran disesuaikan. 2. Kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya udang vannamei sekitar 150-180 cm. 3. Saluran air tambak budidaya udang vaname terdiri dari dua saluran, yaitu saluran masuk dan saluran keluar. Kedua saluran tersebut harus terpisah satu sama lain. Kemiringan saluran air masuk sekitar 5-10% ke arah saluran air keluar. 4. Saluran pembungan tengah berfungsi membuang lumpur dan kotoran dari dasar tengah kolam. 2.2.3. Persiapan Tambak Menurut Haliman dan Adijaya (2005), persiapan tambak baru dilakukan dengan membuang semua jenis kotoran yang membahayakan kelangsungan hidup udang, diantaranya lumpur hitam yang terbentuk dari sisa pakan dan bahan lain yang tidak terdekomposisi secara sempurna. Jika tambak yang akan digunakan merupakan tambak yang sebelumnya merupakan tambak yang digunakan budidaya udang vaname makan yang harus dilakukan adalah membersihkan dan pengeringan tambak dengan bantuan sinar matahari. Pembersihan dilakukan dengan membuang lumpur dan sampah. Sarana pendukung pada yang digunakan pada budidaya tambak udang vaname (Haliman dan Adijaya, 2005) yang harus dilakukan pengecekan setiap akan dilakukan penebaran benih adalah tutup filter, jala pada saluran masuk dan keluar air, paku atau pengunci, pemeriksaan instalansi kincir air dan pompa. 2.3. Budidaya Tambak Udang Vaname Tradisional Tambak ekstensif atau tambak tradisional merupakan cara budidaya perikanan tambak yang dilaukan secara tradisional tanpa atau hanya sedikit dengan mengunakan teknologi modern. Pemilik tambak tradisional sebagian besar adalah petani tambak kecil dengan modal dan biaya produksi yang rendah. produksi atau output yang dihasilkan sangat tergantung dengan alam, keadaan iklim dan cuaca. Tambak tradisional tidak memerlukan pemupukan sebelum tambak digunakan. Budidaya udang secara tradisional tidak memerlukan
13
perawatan seperti perlakuan pada tambak intensif, sehingga tenaga kerja tidak begigu dibutukan atau jam kerja tenaga kerja pada tambak teadisional relatif singkat. Ukuran tambak-tambak udang tradisional umumnya luas, atau lebih dari 1 ha/petakan kolam. Udang hidup dari pakan alami, tapi saat ini tambak tradisional tetap memerlukan pakan tambahan, biasanya pada umur 25 hari pemberian pakan tambakan diberikan. Padat penebaran benur untuk tambak tradisional biasanya 10 000 - 70 000 ekor/ha atau 1-7 ekor/m2. Produktivitas tambak tradisional hanya dapat menghasilkan 0,5-2 ton/ha permusim tanam. 2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname Dalam usaha budidaya tambak udang vaname membutuhkan faktor-faktor input untuk berproduksi. Input produksi sering disebut sebagai faktor produksi, faktor produksi pada budidaya udang vaname berupa benur, pakan, bahan bakan dan laman periode pemeliharan udang vaname. Benur merupakan bibit udang yang akan dibudidayakan, usia benur ditebar antara 3-7 hari. Pakan udang yang digunakan dalam membudidayakan udang vaname adalah pakan pelet dan pakan alami seperti siput. Bahan bakar digunakan untuk mesin sirkulasi air tambak, bahan bakar berupa solar. Sebagaian besar pembudidaya udang vaname yang membudidayakan udang secara tradisional mengelola tambak sendiri atau hanya dengan bantuan anggota keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya dibutuhkan ketika penamanenan udang vaname. Pemanenan udang dilakukan ketika umur udang sudah mencapai satu bulan atau lebih. 2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi Udang Udang merupakan komoditas unggulan ekpor produk perikanan Indonesia. Udang vaname merupakan salah satu udang yang dibudidayakan di Indonesia dan sebagai komoditas ekspor dan untuk pasar dalam negeri. Program revitalisasi tambak udang yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak tahun 2012, berhasil meningkatkan produksi udang secara signifikan. Untuk menggenjot produksi udang nasional, KKP melalui program revitalisasi berhasil mengoptimalkan lahan tambak dengan membuat model percontohan berupa
14
demontrasi farm atau demfarm. Hasilnya, produksi udang nasional per September 2013 telah mencapai 480 ribu ton. Jumlah ini telah melebihi capaian produksi tahun 2012 yang mencapai 457 600 ton. Program Revitalisasi tambak dengan demfarm juga telah memberikan efek bagi petambak udang tradisional maupun masyarakat di sekitar lokasi tambak demfarm. Dimana, tambak yang sebelumnya mangkrak dan kurang produktif, kini mulai produksi. Peningkatan produksi tersebut berkorelasi positif dengan bertambahnya luasan tambak budidaya udang, di sekitar tambak demfarm. Tercatat ada penambahan luasan tambak baru yang mencapai 675 ha di 6 lokasi tambak demfarm yakni Serang, Tangerang, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Penambahan areal pertambakan secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan petambak dan pekerja tambak. Program revitalisasi tambak juga mampu menyerap tenaga kerja baik musiman maupun pekerja tetap sebanyak 130 ribu orang (KKP, 2013). Rencana kerja atau program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Program Penyuluhan Perikanan dan Kelautan tahun 2014 diantaranya Safari penyuluhan, penilaian kelas kelompok, dempond pakan tenggelam untuk budidaya lele dan gurame, dempond garam dengan geo membran, backyard garam, dempond budidaya udang vaname tradisional plus, dan pendampingan. (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2014). Salah satu program dari Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Indramayu adalah dempond untuk budidaya udang vaname tradisional plus. Dempond atau tambak percontohan ini berfungsi sebagai tambak percontohan bagi pembudidaya udang vaname secara tradisional agar produksi udang vaname lebih besar. 2.6. Penelitian Terdahulu Arifianty (2008) melakukan penelitian optimalisasi produksi budidaya udang vanname di UD JHD kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil penelitian total produksi udang vannamei yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar 125 854.5 kg. Untuk menghasilkan udang tersebut, biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh UD JHD mencapai Rp 842 427 290. Penggunaan input produksi belum berada pada kondisi optimum. Berdasarakan kajian linier, penggunaan
15
input optimum untuk benih sebesar 7 830 667 ekor, 204 387.7 kg pakan, 25 170.9 kg kapur, 503.4 kg pupuk, 75.5 kg vitamin, 683.4 kg probiotik, 4 279.1 kg obat, 1 258.5 jam kerja panen, 104 459.2 liter solar dan 1 200 liter bensin. Dengan penggunaan input produksi bedasarkan hasil kajian linier, besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2 403 220 000. Dengan demikian, besarnya biaya yang dapat dihemat oleh UD JHD dalam memproduksi udang vannamei sebesar 125 854.5 kg adalah Rp 439 207 294. kajian linier menunjukan bahwa alokasi pembiayaan produksi setiap petak tambak belum optimal, hal ini ditunjukan dari harga bayangan yang sama dengan nol. Penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2007), dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pendapatan petani udang windu di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara dan mengevaluasi apakah budidaya udang di tambak di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara menguntungkan atau tidak dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi budidaya udang. Hasil ini penelitian menunjukkan bahwa seluruh pendapatan petani udang di Desa Sepatin adalah Rp 5 798 235 667 permusim tanam. Berdasarkan analisis biaya rasio pendapatan itu menunjukkan bahwa nilai RCR > 1, yang berarti produksi udang windu di daerah penelitian menguntungkan. Analisis Cobb Douglas menunjukkan bahwa model estimasi fungsi produksi adalah Y= 2.645X10.746. X2-5.10E-02. X30.197. X4-4.46E-02, variabel-variabel bebas (luas tambak, padat penebaran, jumlah tenaga kerja dan lama usaha) terhadap variabel tidak bebas (produksi) secara simultan dalam model diketahui dengan mengunakan teknik analis ragam(ANOVA). Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 sampai September 2011 di Usaha tambak udang Kurnia Subur kabupaten Takalar. Bertujuan untuk Menganalisis keuntungan dan manfaat serta kelayakan suatu usaha udang vannamei (Litopaneaus Vannamei) pada tambak Intensif. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Sensus. Sampel yang diambil berjumlah 26 orang. Hasil penelitian Usaha budidaya udang vannamei dinyatakan layak secara finansial dengan criteria Net Present value (NPV) yang diperoleh Rp 1 795 791 822, lebih besar dari Nol, Net B/C sebesar 1.18% lebih besar dari 1 maka layak untuk dikembangkan dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 26% (lebih besar dari
16
tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini) maka usaha ini layak dikembangkan. Ekonomi Budidaya Perairan : Kasus Ikan Lele di Thailand (Wattanutchariya dan Panayotou, 1981). Tujuan penelitian ini salah satunya adalah menentukan keuntungan pemeliharaan lele yang dihubungakan dengan besaran usahatani (budidaya intensif dan ekstensif) di dua propinsi yaitu Propinsi Suphan Buri (budidaya
intensif) dan Propinsi
Nakhon Nayoh
(budidaya
ekstensif).
Berdasarkan hasil penelitian penerimaan keuntungan tiap kilogram di Nakhon Nayok lebih tinggi dari pada di Suphan Buri. Tapi keuntungan tiap satuan tanah lebih tinggi di Suphan Buri, 26.50 baht/m2 dibandingkan dengan di Nakhon Nayok yaitu 20.72 bath/m2. Biaya untuk tiap meter persegi di Suphan Buri lebih dua kali dari biaya di Nakhon Nayok tiap meter perseginya, tetapi biaya tiap satuan keluaran hanya sedikit lebih tinggi, di Suphan Buri yang menerapkan budidaya intensif sebesar 16.66 bath/kg dan di Nakhon Nayok dengan teknik ekstensif 14.9 bath/kg, oleh karena itu lebih murah menghasilkan satu kilogram lele dengan cara budidaya ekstensif. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Mustafa dan Ratnawati (2007) adalah melihat faktor-faktor yang dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah produktivitas tambak, sedangkan peubah bebasnya adalah faktor-faktor status pembudidaya tambak, kondisi tambak, pengelolaan tambak, kualitas air tambak, dan kualitas tanah tambak yang masing-masing terdiri dari 9, 11, 31, 11, dan 17 peubah. Hasil penelitian menunjukan bahwa produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang rata-rata 499 kg/ha/musim, produksi merupakan total produksi yaitu produksi udang windu dan ikan bandeng yang dipolikulturkan. Pada penelitian ini total ada 79 peubah dan hanya 37 peubah yang secara nyata dapat digunakan unutk memprediksi produktivitas tambak. Penelitian yang dilakukan oleh Juarno pada tahun 2011 mengkaji produktivitas dan faktor yang mempengaruhi terhadap Total Factor Produktivity (TFP) tambak udang di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa pertumbuhan udang tambak Indonesia periode 1989-2008 lebih karena pertumbuhan input/faktor produksi bukan karena pertumbuhan TFP. TFP berfluktuasi
17
disebabkan belum berhasil diatasinya permasalahan penyakit. Hasil konfirmasi pada tingkat lapang menggunakan data primer dari 163 petak tambak menunjukkan bahwa serangan penyakit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TFP. Intensifikasi, benur bersertifkat, dan lamanya pendidikan berkorelasi positif, akan tetapi kondisi riil Indonesia berbeda yaitu mayoritas tambak dikelola secara non intensif. Studi ini juga menunjukkan bahwa luas pengusahaan dan sistem kerjasama antara pembudidaya dengan lembaga pemasaran lainnya berpengaruh negatif terhadap TFP. Terkait dengan hal itu, pemerintah perlu memprioritaskan meningkatkan produktivitas dengan mengatasi serangan penyakit melalui penambahan anggaran riset bidang penyakit, penyediaan benur bermutu, peningkatan sumber daya manusia (SDM). Selain itu, diperlukan regulasi dalam hal pengaturan pola tanam dengan penggantian species yang dapat memutus rantai penyakit. Disamping itu, direkomendasikan agar mengurangi padat penebaran. Penelitian yang dilakukan oleh Poetry (2011) bertujuan untuk menganalisis perbandingan efisiensi usahatani, mengestimasi perbandingan pendapatan, serta mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya produksi dan pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah efisiensi usahatani, analisis pendapatan usahatani, dan analisis regresi. Penelitian ini membandingkan biaya dan pendapatan usahatani padi organik dan padi anorganik pada satu musim tanam periode SeptemberDesember 2010 per hektar. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa usahatani organik lebih efisien dari segi biaya dan pendapatan, nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi organik adalah sebesar 5.87, sedangkan R/C rasio atas biaya total usahatani padi anorganik sebesar 3.43. R/C rasio atas biaya tuni dari usahatani padi organik dan anorganik masing-masing 5.96 dan 3.47. Hasil pendapatan menujukan bahwa pendapatan total rata-rata usahatani padi organik lebih besar dari usahatani padi anorganik, yaitu masing-masing sebesar Rp 7.90 juta dan Rp 6.81 juta. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi organik adalah produksi gabah organik dan harga gabah organik. Pada usahatani padi anorganik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biayanya
18
adalah jumlah pupuk urea, jumlah tenaga kerja, dan jumlah pestisida kimia. Pada udahatani padi organik, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah biaya tenaga kerja dan produksi gabah anorganik. Tabel 8. Tinjaun Pustaka Penelitian Terdahulu, Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian yang Dilakukan No
Penulis
Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
1.
Arifianty, S dkk (2008)
Optimalisasi Input Produksi Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada UD Jasa Hasil Diri(JHD) Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat
Komoditas diteliti
2.
Heru (2007)
Susilo
Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Tambak dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Produksi
Komoditas, tujuan Tempat Penelitian penelitian, skala penelitian
3.
Lawaputri, Andi Tenri (2011)
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopaneaus vannamei) pada Tambak Intensif di Kabupaten Indramayu
Komoditas penelitian
Metode penelitian
4
Sarun Wattanutchariya dan Theodore Panayotou (1981)
Ekonomi Budidaya Perairan : Kasus Ikan Lele di Thailand
Tujuan Penelitian
Komoditas penelitian
5
Akhmad Mustafa dan Erna Ratnawati (2007)
Faktor-Faktor Dominan yang mempengaruhi Produktivitas Tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan
Tujuan penelitian
Tempat penelitian, alat analisis
6
Ono (2011)
Jurno
Kinerja Produktivitas dan Faktor yang Berpengaruh Terhadap Total Factor Productivity (TFP) Tambak Udang Indonesia
Tujuan penelitian
Cangkupan wilayah penelitian
7
Antari Poetryani (2011)
Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik dengan Anorganik
Tujuan penelitian mengenai analis perbandingan pendapatan
yang Tujuan penelitian, tempat pengambilan data primer
Komoditas penelitian
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain konsep fungsi produksi konsep usahatani, konsep biaya usaha tani, konsep pendapatan usahatani dan konsep pengukuran keuntungan. 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa sering disebut faktor produksi. Fungsi produksi adalah hubungan antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan adalah output produksi dan variabel yang menjelaskan adalah output produksi. Fungsi produksi yang baik mempunyai dasar yang logis dan dapat dijelaskan, mudah dianalisis dan mempunyai implikasi ekonomi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 1990): Yi = f(Xi1,Xi2,...Xin) Keterangan : Yi
= Output produksi sampel ke-i
Xi1,Xi2,...Xin
= Input ke-1 sampai ke-n yang digunakan dalam proses produksi sampel ke-i
Fungsi produksi telah dikenal dan digunakan dalam berbagai penelitian, tetapi yang umum digunakan fungsi linier terdiri atas fungsi produksi linier sederhana dan berganda. Perbedaan terletak pada jumlah variabel X yang dipakai dalam model. Fungsi produksi linier dikatakan sederhana jika di dalam model hanya terdiri atas satu input variabel X. Pengunaan fungsi produksi linier sederhana banyak dipakai unutk menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan hubungan dua variabel. Funsi produksi linier sederhana sering digunakan karena analisanya dengan mudah dikaukan dan hasilnya lebih mudah dimengerti secara cepat. Kelemahan fungsi ini terletak pada jumlah variabel X yang digunakan hanya satu saja sehingga tidak memasukkan variabel yang lain, maka penelitian akan kehilangan informasi tentang variabel yang tidak dimasukan kedalam model tersebut (Soekartawi, 1990):
20
Yi = f(Xi1|Xi2) Yi = a + b Xi1 Keterangan: Yi
= Output dari sampel ke-i
Xi1
= Input Variabel ke-1 dari sampel ke-i
Xi2
= Input Tetap ke-2 dari sampel ke-i
a
= Intersep
b
= koefisien
Kelemahan dalam funsi linier sederhana dapat diatasi dengan mengunakan fungsi linier berganda atau model regresi linier berganda. Model linier berganda mengunakan variabel X lebih dari satu. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Yi = f (Xi1,Xi2,...Xin) Yi = b0 + b1Xi1 + b2Xi2 + bnXin Keterangan: Yi
= Output dari sampel ke-i
Xi1, Xi2,... Xin
= Input variabel ke-1 sampai ke-n dari sampel ke-i
b0
= Intersep
b1,b2...bn
= Koefisien variabel bebas ke-1 sampai ke-n
Estimasi model regresi linier berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan model estimasi tertentu sehingga diperoleh model estimasi yang baik. 3.1.2. Konsep Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari pengelolaan input atau faktorfaktor-faktor produksi (lahan atau tanah, modal, pakan, tenaga kerja, pupuk, bibit, dan pestisida) secara efektif dan efisien serta kontinyu agar menghasilkan tingkat produksi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan (Hastuti dan Rahim, 2007). Usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara seseorang atau pelaku usahatani untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal
21
pada waktu tertentu. Pengalokasian input produksi dikatakan efektif apabila dilakukan sebaik-baiknya dan mampu menghasilkan output produksi yang maksimal (Soekartawi, 2002). 3.1.2.1. Biaya Usahatani Biaya usahatani adalah penjumlahan pengeluaran yang dikeluarkan untuk menghasikan suatu produk atau output dalam suatu proses produksi. Jadi biaya usahatani adalah biaya produksi dari suatu proses produksi. Hernanto (1991) dalam Velayati (2013), membedakan biaya produksi menjadi dua yaitu: 1) Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahatani. Biaya tunai terdiri dari biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunia tetap diantaranya pajak lahan, dan sewa lahan. Biaya tunai variabel adalah biaya tunai yang pengunaanya tergantung output produksi, contoh biaya tunai variabel diantaranya biaya pembelian bibit, pakan, pupuk, dan obat-obatan. 2) Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan dalam melakukan usahatani. Biaya tidak tunia terdiri atas biaya tidak tunai tetap dan biaya tidak tunai variabel. Contoh biaya tidak tunai tetap dalam usahatani adalah penyusutan lahan, penyususutan alat, bunga kredit bank, dan lainnya, sedangkan biaya tidak tunia variabel adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga. 3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani Pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja dan pengelolaan. Soekartawi (2002) mendefinisikan pendapatan sebagai selisih penerimaan dan semua biaya. Setiap kegiatan usahatani bertujuan agar mencapai produksi dalam bidang pertanian dan pada akhirnya produksi tersebut akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan selama masa produksi. Konsep ini yang dikenal dengan konsep pendapatan usahatani. 3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost Ratio (R/C) Analisis Revenue Cost Ratio (R/C rasio) merupakan perbandingan rasio antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost) (Hastuti dan Rahim, 2007). R/C rasio digunakan untuk mengukur efisiensi usahatani, seberapa besar nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani sehingga memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaat, dan nilai R/C rasio tidak memiliki satuan (Soeharjo
22
dan Patong, 1997) dalam Sagala (2012). Apabila R/C rasio > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan unutk memperoleh penerimaan atau untung. Jika R/C rasio < 1 berarti tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh atau usaha yang dilakukan mengalami kerugian. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Produktivitas yang tinggi merupakan salah tujuan utama dalam budidaya tambak udang sehingga dapat meningkatkan pendapatan petambak. Pada analisis ini dikaji tingkat penggunaan input faktor-faktor
produksi budidaya tambak
udang tradisional yang bertujuan untuk melihat faktor produksi apa saja yang perpengaruh perhadap produksi budidaya udang vaname. Adapun kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini adalah mengkaji budidaya udang dari sisi produksi, penggunaan input produksi dan pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu. Dalam analisis usaha budidaya tambak udang vaname dilakukan secara tradisional, yaitu dengan cara mengkaji pendapatan dengan penerimaan dan biaya dilihat dari modal usaha pembudidaya. Tingkat pendapatan yang dibandingkan terdiri dari dua komponen, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Selain itu perbandingan R/C rasio juga dilihat jika lahan tambak digunakan unutk budidaya ikan bandeng. Selanjutnya nilai R/C yang diperoleh dianalisis yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sistem usaha tani ini menguntungkan secara ekonomi dan efisien dalam penggunaan biaya tunai dan biaya total. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
23
Budidaya udang vaname yang terus meningkat di Indonesia
Budidaya udang vaname tradisional di Kecamatan Pasekan IV. Produksi udang vaname V. rendah (< 500 kg/ha/musim tanam) VI.
Modal usaha minim dan peminjaman modal kepada tengkulak Analisis produksi dan pendapatan
Faktor-faktor produksi yang VII. mempengaruhi produksi udang VIII. vaname mengestimasi model dengan mengunakan Model Regresi Linier Berganda dengan alat bantu software SPSS 16
Perbandingan analisis pendapatan dilihat dari modal usaha sendiri dan pinjaman dengan pengukuran penerimaan, biaya, tingkat pendapatan, dan R/C rasio mengunakan analisis usaha tani dengan alat bantu software Microsoft Office Excel 2007.
Rekomendasi Sumber : Penulis (2013)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
24
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data primer penelitian dilakukan di dua Desa, yaitu Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan, Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada usaha budidaya tambak udang vaname milik petambak, tambak udang vaname yang dikelola secara tradisional. Lokasi pengambilan data dilakukan secara sengaja dengan memperhatikan bahwa Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan desa sentral penghasil udang vaname yang sebagian petambak masih melakukan tambak udang secara tradisional, informasi kedua desa diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dan internet. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Juli 2013. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik usaha budidaya tambak udang, tenaga kerja, dan pengamatan secara langsung di area tambak udang Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Data primer yang dikumpulkan meliputi pengunaan sarana produksi, biaya produksi yang dikeluarkan selama satu musim tanam, penerimaan usaha budidaya udang vaname dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, dan literatur yang terkait dengan penelitian. 4.3. Metode Pengambilan Sampel Pemilihan responden (sampel) dilakukan dengan teknik Purposive sampling, yaitu dilakukan dengan sengaja. Peneliti memilih pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan sebagai responden dalam penelitian ini. Pengambilan responden di kedua desa dilakukan secara purposive sampling sebanyak 39 responden yang membudidayakan udang vaname secara tradisional dan monokultur. Responden terdiri dari 21 pembudidaya dengan modal sendiri (mandiri) dan 18 responden merupakan pembudidaya dengan modal
25
pinjaman kepada tengkulak. Jumlah 39 orang dianggap dapat mewakili keseluruhan pembudidaya udang vaname di kedua desa. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor produksi dan pendapatan usaha pembudidaya udang vaname. Pengolahan data dengan mengunakan alat bantu yaitu software SPSS 16 dan software Microsoft Office Excel 2007. Penjelasan secara lengkap mengenai metode pengolahan dan analisis data ditunjukan pada Tabel 9. Tabel 9. Matriks Analisis Data No
Tujuan Penelitian
1.
Menganalisis faktor-faktor
Wawancara dengan
Estimasi model dengan
produksi yang
pembudidaya udang
mengunakan Model
mempengaruhi produksi
vaname di Desa
Regresi Linier Berganda
budidaya tambak udang
Karanganyar dan
dengan alat bantu
vaname secara tradisional.
Desa Pagirikan
software SPSS 16.
Menganalisis perbandingan
Wawancara dengan
Pengukuran penerimaan,
pendapatan petani usaha
pembudidaya udang
biaya, tingkat pendapatan,
budidaya tambak udang
vaname di Desa
dan R/C rasio
vaname tradisional dengan
Karanganyar dan
mengunakan analisis
modal sendiri dan modal
Desa Pagirikan
usaha tani dengan alat
2.
pinjaman dari tengkulak
Sumber Data
Analisis Data
bantu software Microsoft Office Excel 2007.
Sumber : Penulis (2013)
4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname Guna
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang
vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan digunakan model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda digunakan untuk menduga bagaimana pengaruh jumlah benur atau bibit yang digunakan, pakan, solar dan lamanya periode pemeliharaan udang vaname terhadap produksi budidaya udang vaname
26
per hektar permusim tanam. Model regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah: Yi
= b0 + b1Xi1 + b1Xi2 + b3 Xi3+ b4 Xi4 + εi
Keterangan : Yi
= Produksi udang vaname dari sampel ke-i (Kg/Ha/musim tanam
Xi1
= Jumlah benur dari sampel ke-i (Benur/Ha/musim tanam)
Xi2
= Jumlah pakan dari sampel ke-i (Benur/Ha/musim tanam)
Xi3
= Solar dari sampel ke-i (liter/Ha/musim tanam)
Xi4
= Umur panen dari sampel ke-i (hari/musim tanam)
b0
= Variabel intersep
b1, b2, b3, b4
= Koefisien regresi masing-masing variabel
εi
= Error term dari sampel ke-i
4.4.1.1. Spesifikasi Model Model adalah representasi dari fenomena aktual yang berupa sistem aktual atau proses aktual. Fenomena aktual adalah reprensentasi dari model untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrolnya (Intriligator, 1996). Spesifikasi model meliputi: (1) penentuan variabel bebas dan variabel tak bebas yang termasuk kedalam persamaan dalam model, (2) harapan secara teori mengenai tanda dan persamaan parameter estimasi dari setiap persamaan, dan (3) bentuk model matematis terkait dengan jumlah persamaan, bentuk persamaan linier atau non linier, dan lain-lain. Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomi, kriteria statistika, dan kriteria ekonometrika. 4.4.1.2. Tahapan Pengujian Model Pengujian model dalam penelitian ini meliputi uji secara ekonomi, uji statistika dan uji ekonometrika. Uji ekonomi dilakukan berdasarkan tanda pada setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Uji statistika terdiri dari uji t, uji F, dan R2. Kemudian uji secara ekonometrika terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedasitas, dan uji multikolinearitas.
27
a.
Uji Ekonomi Uji ekonomi dalam penelitian ini adalah melihat kesesuaian tanda untuk
setiap variabel bebas dalam pendugaan model produksi. Tanda pada setiap variabel bebas dalam penelitian ini harus bernilai positif. Tanda positif artinya penambahan pengunaan setiap input produksi setiap satu unit (sampai kondisi optimal) akan meningkatkan produksi udang vaname. b.
Uji Statistika Uji statistika dilakukan terhadap parameter dari model produksi dalam
penelitian ini. Uji statistika dalam penelitian ini terdiri atas uji F, uji t, dan uji R2 (R-squared) . b.1. Uji Statistika-F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent (bebas) secara bersama-sama terhadap variabel dependent (tak bebas). Hipotesis yang dilakukan untuk uji F, secara matematis adalah sebagai berikut: H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 ; artinya tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname H1 : minimal ada satu bj ≠ 0 ; artinya minimal satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. Rumus untuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut: F Hitung =
𝑅 2 /(𝑘−1) (1−𝑅 2 )/(𝑚−𝑘)
Keterangan: m = jumlah pengamatan (i = 1, 2, ..., m) k
= jumlah variabel termasuk intersep (n+1)
Kriteria pengujian: P-value uji F > α (0.05), maka terima H0, variabel bebas dalam model secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname.
28
P-value uji F < α (0.05), maka tolak H0, variabel bebas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. b.2. Uji Statistika-t Uji t dilakukan guna mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent (bebas) terhadap variabel dependent (tidak bebas) (Juanda, 2009). Hipotesis yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut: H0 : bj = 0 ; artinya suatu variabel bebas tidak memiliki pengaruh nyata terhadap produksi udang vaname H1 : bj > 0 ; j = 1,2,3,..., n ; artinya suatu variabel bebas memiliki pengaruh nyata terhadap produksi udang vaname Rumus dalam menghitung t-hitung adalah sebagai berikut:
𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
̅̅̅ b𝑗 −0 𝑠𝑏𝑗
Keterangan : b𝑗
= Koefisien variabel bebas ke-j yang diduga
𝑠𝑏𝑗
= Standar deviasi koefisien variabel bebas ke-j yang diduga
Kriteria pengujian : P-value uji t > α (0.05), maka terima H0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. P-value uji t < α (0.05), maka tolak H0, artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. b.3.
Koefisien Determinasi (R-squared) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
keragaman variabel dependen (tidak bebas) dapat dijelaskan oleh variabel-
29
variabel independen (bebas) di dalam (Gujarati, 2007). Besarnya nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka model semakin baik, karena semakin sedikit keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah sebagai berikut (Juanda, 2009): R2 =
𝐽𝐾𝑅 𝐽𝐾𝑇
̅ )2 JKR = ∑ni=1(Ŷt – Y ̅ )2 JKT = ∑ni=1(Yi – Y keterangan: R2
= Koefisien determinasi
JKR
= Jumlah Kuadrat Regresi
JKT
= Jumlah Kuadrat Total
Ŷ
= Nilai Variabel Terikat Dugaan
Yi
= Nilai Variabel Terikat Aktual
̅ Y
= Nilai Rata-rata Variabel Terikat
c.
Uji Ekonometrika Pengujian ekonometrika yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga
jenis pengujian. Pengujian tersebut meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas. Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data cross section.
c.1.
Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah residual
(error term)
terdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan uji KolmogorovSmirnov untuk menguji kenormalitasan data. Tujuannya adalah untuk melihat
30
apakah residual tersebar normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan SPSS 16.0 dengan menentukan nilai Asymp.sig 1 tailed pada uji sampel KolmogorovSmirnov (Gujarati 2006). Prosedur pengujian parametrik umumnya mensyaratkan kenormalan dari sebaran : Fn (x) =
1 𝑛
∑𝑛𝑖=1 𝐼𝑥𝑖 ≤ x
Persamaan Kumulatif Distribusi Normal : 𝑧
𝐹(𝑥) = ∫
−∞
1 𝜎√2𝜋
𝑒
𝑡2 2 𝜎 2 𝑑𝑡
Persamaan Kolmogorov : 𝐷𝑛 = 𝑠𝑢𝑝𝑥 | 𝐹𝑛 (𝑥) − 𝐹 (𝑥)|
Hipotesis pada uji normalitas adalah sebagai berikut: H0 : Error term terdistribusi normal H1 : Error term tidak terdistribusi normal Kriteria pengujian: Jika nilai P-value uji normalitas > α (0.05) maka terima H0; error trem terdistribusi normal Jika nilai P-value uji normalitas < α (0.05) maka tolak H0; error term tidak terdistribusi normal. c.2.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasitas merupakan error term yang memiliki varian tidak
konstan. Penelitian ini mengunakan uji Glejser sebagai deteksi terhadap masalah heteroskedastisitas. Uji Glajser dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen (bebas). rumus Uji Glejser adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003):
31
|Uj| = α + βχj + vj Keterangan: |Uj|
= nilai absolute residual
Χj
= variabel independen
Apabila variabel independen dalam persamaan regresi ini signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen (nilai absolute residual), maka ada indikasi heteroskedastsitas (Gujarati, 2003). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas) H1 : terdapat heteroskedastisitas Kriteria pengujian: P-value uji heteroskedastisitas < α (0.05), maka tolak H0; artinya terdapat heteroskedastisitas P-value uji heteroskedastisitas > α (0.05), maka terima H0 ; artinya tidak terdapat
heteroskedastisitas
(homoskedastisitas). c.3.
Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan korelasi antara variabel independen pada
model. Multikolinieritas yang kuat pada persamaan regresi akan mengakibatkan varian penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan. Kuat atau rendahnya multikolinieritas dalam suatu persamaan dapat dilihat dengan melakukan pengujian Variancde Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas yang kuat (Gujarati, 2003). R j2 adalah koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-n dengan variabel bebas lainnya. Rumus FIV adalah sebagai berikut: VIF = [
1
]
(1−𝑅𝑗2 )
32
4.4.2. Analisis Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Desa Karangnyar dan Desa Pagirikan Pendekatan
yang
digunakan
unutk
membandingkan
pendapatan
pembudidaya tambak udang vaname dengan modal sendiri dan modal pinjamna dari tengkulak dengan mengunakan pendekatan analisis pendapatan. Analisis pendapatan budidaya tambak udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan dilakukan dengan metode pengukuran biaya usahatani dan R/C rasio. Menurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual hasil produksi. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut: TR = Py. Y Keterangan: TR
= Total penerimaan
Py
= Harga udang vaname (Rp/kg)
Y
= Produksi budidaya udang vaname (kg)
Biaya yang dikeluarkan dalam budidaya tambak udang vaname terdiri dari biaya tunai tetap, biaya tunai variabel, biaya non tunai tetap, dan biaya non tunai variabel. Biaya tunai tetap yaitu biaya sewa lahan dan pajak lahan. Biaya tunai variabel yaitu biaya pembelian benur, pakan, bahan bakar, obat-obatan, dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya non tunai tetap terdiri dari penyusutan lahan dan penyusutan alat produksi, sedangkan biaya non tunai variabel adalah upah tenaga kerja dalam keluarga. Secara matematis biaya budidaya tambak udang dapat ditulis sebagai berikut (Hastuti dan Rahim, 2007): TC = BT + BNT Keterangan: TC
= Biaya total (Rp/Ha/musim tanam)
BT
= Biaya tunai (Rp/Ha/musim tanam)
BNT
= Biaya non tunai (Rp/Kg/Ha/musim tanam)
33
Pendapatan dalam usaha budidaya tambak udang vaname dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan yang diperoleh dari pengurangan penerimaan budidaya tambak udang vaname dengan biaya tunai yang dikeluarkan selama melakukan budidaya tambak udang vaname. Pendapatan atas biaya total diperoleh dengan memperhitungkan input keluarga sebagai biaya. Secara matematis, pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname dapat ditulis sebagai berikut (Hastuti dan Rahim, 2007): PD = TR – TC Keterangan: PD = Pendapatan budidaya udang vaname (Rp/Ha/musim tanam) TR = Total penerimaan (Rp/Ha/musim tanam) TC = Total biaya yang dikeluarkan (Rp/Ha/musim tanam) P endapatan usaha budidaya tambak udang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Jika TR > TC maka usaha budidaya tambak udang vaname untung 2. Jika TR = TC maka usaha budidaya tambak udang vaname impas 3. Jika TR < TC maka usaha budidaya tambak udang vaname rugi Selanjutnya analisis usaha budidaya tambak udang vaname dengan mengunakan analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C). Analisis R/C rasio bertujuan unutk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha budidaya tambak udang vaname (selama satu periode) cukup menguntungkan. Seberapa jauh setiap biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha budidaya tambak udang vaname memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Analisis R/C rasio budidaya tambak udang vaname dapat dinyatakan dengan rumus: Rasio atas biaya tunai (R/C) = Rasio atas biaya total (R/C) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
=
𝑇𝑅 𝐵𝑇
Keterangan : TR
𝑇𝑅
= 𝑇𝐶(𝐵𝑇+𝐵𝑁𝑇)
= Total penerimaan (Rp/Ha/musim tanam)
34
TC
= Total biaya (Rp/Ha/musim tanam)
BT
= Biaya tunai (Rp/Ha/musim tanam)
BNT
= Biaya non tunai (Rp/Ha/musim tanam)
Jika nilai R/C > 1 maka usaha budidaya tambak udang vaname tersebut menguntungkan atau sudah efisien, sedangkan jika R/C < 1 maka usaha budidaya tambak tersebut tidak menguntungkan atau inefisiensi. Analisis R/C rasio akan membandingankan usaha pembudidaya berdasarkan sumber modal, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman kepada tengkulak. Selain itu analisis R/C ratio juga akan dibandingkan dengan usaha budidaya tambak ikan bandeng. Usaha budidaya ikan bandeng digunakan sebagai perbandingan analisis pendapatan
karena
budidaya ikan bandeng adalah usaha budidaya yang dapat dilakukan di lahan yang sama.
V.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadan Geografis Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data dilakukan di Kabupaten Indramayu, Kecamatan Pasekan, Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Kabupaten Indramayu secara geografis terletak membujur pada posisi 107o52’- 108o36’ Bujur Timur dan 6o15’- 6o40’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Indramayu seluas 204 011 Ha, dengan panjang garis pantai 147 Km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon sampai dengan Subang. Wilayah Kabupaten Indramayu terdiri atas 31 kecamatan dengan 315 desa dan kelurahan. Sebanyak 36 desa dari 11 kecamatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa bagian utara
(Pemerintah
Daerah Indramayu, 2012). Secara administrasi Kecamatan Pasekan berbatasan dengan 3 kecamatan dan Laut Utara Jawa, yaitu : - Sebelah Utara
: Laut Utara Jawa
- Sebelah Selatan
: Kecamatan Sindang dan Kecamatan Indramayu
- Sebelah Barat
: Kecamatan Cantigi
- Sebelah Timur
: Luat Utara Jawa
Kecamatan Pasekan terdiri dari 6 desa, penelitian dilakukan di dua desa yaitu Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Secara geografis Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan berada pada ketinggian + 2 meter, tidak jauh dari garis pantai. Curah hujan mencapai 2 000 mm/tahun. Suhu berkisar antara 210C-300C. Sebagian besar lahan di Desa Karanganyar merupakan tambak atau masyarakat setempat menyebut dengan empang, 1 878.02 Ha dari 1 982.02 Ha adalah lahan tambak. Desa pagirikan berbatasan langsung dengan Desa Karanganyar, untuk lahan tambak di Desa Pagirikan adalah 663.00 Ha dari luas wilayah desa yaitu 804.89 Ha. 5.2. Kependudukan Lokasi Penelitian Berdasarkan data profil Desa Karanganyar tahun 2012, jumlah penduduk Desa Karanganyar adalah 4 461 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 2 235 jiwa dan perempuan 2 226 jiwa. Desa Pagirikan jumlah penduduknya lebih sedikit, yaitu 3 487 jiwa dengan jumlah laki-laki 1 753 dan perempuan 1 734 jiwa.
36
Mata pencarian pokok Kedua desa yaitu sebagian besar adalah sebagai pembudidaya tambak, petani dan buruh tani. 5.3. Potensi Perikanan di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu memiliki 14 kecamatan yang berpotensi dan memproduksi perikanan hasil tambak. Menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Kecamatan Pasekan merupakan salah satu kecamatan yang produksi perikanan tambaknya terbesar kedua dengan luas 5 059.00 hektar atau 22.66% dari luas tambak di Seluruh Kabupaten Indramayu. Secara lengkap kontribusi luas lahan tambak di kabupaten Indramayu dapat di lihat pada Tabel 5. Tambak yang berproduksi sebagian besar adalah tambak udang vaname, udang windu dan ikan bandeng. Penggunaan lahan tambak tradisional bergilir antara tambak udang dan tambak ikan bandeng. Dalam satu tahun rata-tara penanaman udang vaname antara 2 samapi 3 kali. Kurang lebih 6 bulan di gunakan unutuk menanam udang dan 6 bulan berikutnya penanaman ikan bandeng. Tapi ada juga tambak khusus hanya untuk udang saja dan ikan bandeng saja. Penanaman udang vaname biasanya dilakukan pada November-Mei. 5.4. Karakteristik Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Desa Karanganyar dan Pagirikan 5.4.1. Jenis Kelamin Jumlah responden (sampel) pada penelitian ini sebanyak 39 orang. Responden merupakan penduduk Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan yang memiliki atau mengarap tambak udang vaname. Persentase jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 38 responden berjenis kelamin laki-laki dan 1 responden berjenis kelamin perempuan. Rata-rata petani tambak di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan berjenis kelamin laki-laki atau suami. Biasanya istri pembudidaya udang hanya membantu pada saat panen. Karakteristik pembudidaya berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10.
37
Tabel 10. Jenis Kelamin Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Laki-laki 38 97.44 2 Perempuan 1 2.56 Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.2. Tingkat Umur Hasil penelitian menunjukan bahwa usia pembudidaya udang vaname beragam. Tingkat umur responden antara 20 sampai 70 tahun. Tingkat umur dapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu (1) 20-29 tahun, (2) 30-39 tahun, (3) 40-49 tahun, (4) 50-59 tahun, dan (5) > 60. Dari keseluruhan responden sebagian besar usia responden pada kisaran 30 sampai dengan 39 tahun (Tabel 11). Tabel 11. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Umur di Lokasi Penelitian No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 20-29 3 7.69 2 30-39 15 38.46 3 40-49 11 28.21 4 50-59 8 20.51 5 >60 2 5.13 Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.3. Tingkat Pendidikan Pendidikan menunjukan pendidikan formal yang pernah ditempuh pembudidaya udang vaname. Pengelompokan pembudidaya berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian ini menjadi 5 kelompok yaitu Tidak Sekolah (TS), SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi. Keragaman tingkat pendidikan pada responden di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan adalah seperti pada Tabel 12. Dapat dilihat bahwa sebagian besar petambak udang di lokasi penelitian merupakan tamatan SD, sebanyak 69.23% atau sebanyak 27 responden, ini menunjukan bahwa pendidikan formal yang ditempuh pembudidaya udang vaname di lokasi penelitian masih tergolong rendah. Hanya ada 2 responden yang mengenyam pendidikan tingkat perguruan tinggi.
38
Tabel 12. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Tingkat Pendidikan di Lokasi Penelitian No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 4 10.26 2 SD 27 69.23 3 SMP 2 5.13 4 SMA 4 10.26 5 Perguruan tinggi 2 5.13 Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.4. Jenis Pekerjaan Mayoritas jenis pekerjaan utama masyarakat di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan adalah pembudidaya ikan dan udang di tambak atau empang. Beberapa pembudidaya udang vaname yang bekerja ditambak merupakan kerja sampingan, tetapi sebagian mayoritas pekerjaan utama pembudidaya udang vanmae adalah petani tambak, tambak udang maupun tambak bandeng. Dari hasil penelitian sebanyak 58.97% responden pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani tambak (Tabel 13). Tabel 13. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Jenis Pekerjaan Utama di Lokasi Penelitian No Jenis Pekerjaan Utama Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Petani 4 10.26 2 Tambak (pembudidaya tambak) 23 58.97 3 PNS 2 5.13 4 Pedagang 8 20.51 5 Lainnya 2 5.13 Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.5. Luas Tambak Luas lahan yang digunakan oleh 39 responden petani tambak udang vaname, beragam yaitu antara 1 650 - 2 5000 m2. Berdasarkan Tabel 14, data menunjukan bahwa luas lahan tambak sebagian besar responden pembudidaya udang vaname di lokasi penelitian adalah ≥ 3 488.58 - 8 087.18 m2 sebanyak 22 orang atau 56.41% responden luas tambak pada luasan tersebut, dengan jumlah petakan 1 petak atau 2 petak. Pembudidaya di lokasi penelitian merupakan
39
pembudidaya dengan modal yang relatif kecil. Sebagian besar tambak dikelola sendiri atau hanya dengan bantuan oleh keluarga. Tabel 14. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Luas Lahan di Lokasi Penelitian No Luas (m2) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 < 3488.58 3 7.69 2 ≥ 3488.58-8087.18 22 56.41 3 ≥ 8087.18 – 12685.77 9 23.08 4 ≥ 12685.77 – 17284.37 4 10.26 5 ≥ 17284.37 1 2.56 Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.6. Kepemilikan lahan Tambak Berdasarkan status kepemilikan lahan
sebanyak 71.79% pembudidaya
lahan yang digunakan untuk membudidayakan udang vaname merupakan lahan milik sendiri, sisanya lahan yang mereka garap merupakan lahan sewaan dan lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil (Tabel 15). Biaya sewa lahan 1/ha/tahun rata-rata 2-4 juta rupiah. Tabel 15. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Kepemilikan Lahan di Lokasi Penelitian No Jenis Kepemilikan Lahan Tambak Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Milik sendiri 28 71.79 2 Sewa 10 25.64 3 Lainnya 1 2.56 Total 39 100.00 Sumber : Data primer diolah (2013)
5.4.7. Pengalaman Menambak Pengalaman petani tambak di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan berkisar antara 1 tahun sampai dengan 35 tahun, tapi bukan tambak khusus tambak udang vaname. Petani-petani tambak tersebut sudah lama berpengalaman untuk tambak udang windu. Dapat dilihat bahwa mayoritas petani tambak responden memiliki pengalaman melakukan budidaya di tambak selama 5 sampai dengan 10 tahun. Sedangkan unutk pengalaman melakukan usaha budidaya tambak udang vaname rata-rata berpengalaman sejak tahun 2010 atau 2 sampai 3 tahun belakangan setelah adanya program dari pemerintah.
40
Tabel 16. Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Menurut Pengalaman Bertambak di Lokasi Penelitian No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 0.00 ≥ 5.00 7 17.95 2 >5.00 ≥ 10.00 13 33.33 3 >10.00 ≥15.00 10 25.64 4 >15.01 ≥20.00 5 12.82 5 >20.00 4 10.26 Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013) 5.4.8. Modal Usaha Sebagian besar sumber modal usaha budidaya udang vaname berasal dari modal sendiri. Sebanyak 21 pembudidaya udang vaname atau sebesar 53.85% modal budidaya udang vaname berasal dari modal sendiri. Modal tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan input produksi. Sisanya sebanyak 18 pembudidaya udang vaname memperoleh modal dari tengkulak berupa pakan, benur udang, dan obat-obat-obatan, dengan sistem pembayaran ketika pemanenan udang vaname sudah dilakukan dan harus menjual kepada tengkulak yang sudah memberikan modal pinjaman, konsekuensi harga produk-produk tersebut lebih mahal dari harga pasaran. Secara tidak langsung antara pembudidaya yang meminjam modal dan tengkulak memiliki perjanjian bahwa udang vaname yang dijual kepada tengkulak harus memiliki ukuran yang sudah besar agar tengkulak dan pembudidaya udang vaname tidak rugi. Tabel 17. Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Berdasarkan Modal Usaha Bertambak di Lokasi Penelitian No Modal Usaha Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Modal Sendiri 21 53.85 2 Peminjaman 18 46.15 Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.5. Kondisi Budidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian Kecamatan Pagirikan merupakan kecamatan di utara Pulau Jawa Barat dengan sebagian wilayahnya merupakan daerah pesisir. Kecamatan Pagirikan salah satu sentra perikanan budidaya di Kabupaten Indramayu. Udang vaname, udang windu dan ikan bandeng adalah komoditas yang dibudidayakan di tambak.
41
5.5.1. Sistem Budidaya Petambak udang vaname di lokasi penelitian membudidayakan udang vaname secara ekstensif atau tradisional. Tambak tradisional umumnya luas, perpetakan tambak bisa mencapai 1 ha. Udang hidup dari pakan alami, tapi saat ini tambak tradisional tetap memerlukan pakan tambahan pada umur satu minggu atau lebih. Padat penebaran tambak tradisional pada lokasi penelitian 5-9 ekor/m2. Produktivitas tambak tradisional hanya dapat menghasilkan rata-tara kurang dari 500 kg/Ha/permusim tanam. Padat penebaran udang vaname untuk pola tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal adalah 1-7 ekor/m² (KKP,2012). Lahan yang digunakan untuk membudidayakan udang vaname di lokasi penelitian adalah tambak (dilokasi penelitian biasanya disebut dengan empang) adalah kolam yang terbuat dari tanah dengan kebanyakan berbentuk persegi panjang, dengan kedalaman rata-rata 0.75 sampai dengan 1.00 meter. Lokasi tambak yang ada tidak jauh dari sumber air payau, air payau berasal dari sungai dan parit-parit yang mengelilingi tambak. Sehingga pasokan air untuk tambak mundah diperoleh.
Air tambak ditambah sebanyak 1 sampai 2 kali dalam
seminggu atau sesuai kebutuhan. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-320 C, suhu rata-rata di Kecamatan Pasekan adalah 21-310C. Udang berumur 1-2 bulan memerlukan kadar garam 15-25 ppt agar pertumbuhan dapat optimal. 5.5.2. a.
Sistem Pemeliharaan Udang Vaname Persiapan Lahan Lahan yang digunakan untuk membudidayakan udang vaname oleh
pembudidaya udang vaname di lokasi penelitian adalah lahan yang juga digunakan sebagai lahan budidaya udang windu maupun ikan bandeng. Biasanya budidaya udang vaname dilakukan 2 sampai dengan 3 kali dalam setahun, sisanya tambak atau empang digunakan untuk membudidayakan ikan bandeng atau udang windu. Tapi ada juga sebagian petambak udang vaname yang mengunakan lahan tambaknya hanya sebagai lahan budidaya udang vaname. Sebelum lahan tambak ditebar benih, biasanya lahan diberi perlakuan khusus, misal penebaran pupuk
42
atau hanya sekedar mengeringkan beberapa hari sebelum diisi air dan benur udang vaname di tebar. b.
Penebaran Benur Sebagian pembudidaya udang vaname memperoleh bibit atau benur udang
dari pedagang atau tengkulak yang ada di desa, pedagang dan juga tengkulak ini mendatangkan benur udang dari pembibitan di Jawa Timur. Pedagang dan tengkulak ini juga menjual keperluaan budidaya udang misal pakan dan obatobatan. Penebaran benih dilakukan pada pagi hari, atau saat suhu air masih relatif dingin. Biasanya umur benur yang ditabar antara 2 sampai dengan 7 hari. c.
Pemeliharaan Pemeliharaan udang vaname secara tradisional tidak rumit jika dibanding
pemeliharaan udang secara intensif. Petani tambak atau pembudidaya udang cukup mengontrol keadaan tambak pada pagi dan sore hari sekaligus memberi pakan udang. Sesekali membersihkan pematang tambak dari rumput liar, memeriksa saluran air dan menambah air jika air di tambak mulai surut dan mengurangi air dalam tambak jika sering turun hujan, agar pH air dalam tambak tetap ideal digunakan untuk membuidayakan udang vaname. Pemberiaan pakan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Pagi hari pakan diberikan pada pukul 06.00-07.00 WIB, dan pada sore hari pakan diberikan pada pukul 17.00 WIB. Jenis pakan yang banyak digunakan adalah “manggalindo”, pelet dan “raja bandeng”. Budidaya udang vannamei secara tradisional pakan diberikan ketika umur udang lebih dari 2 minggu, bahkan ada beberapa petani udang vannamei yang memberikan pakan pada udang umur 1 bulan atau tidak sama sekali, pakan hanya mengandalkan dari pakan alam. d.
Pemanenan dan Pemasaran Di lokasi penelitian, udang vaname di panen rata-rata ketika umur 49 hari
bahkan ada beberapa pembudidaya udang yang harus memanen udangnya kurang dari 30 hari, hal ini disebabkan banyak udang vaname yang mulai terserang penyakit dan mati. Pembudidaya udang vaname memutuskan memanen pada udang yang masih relatif muda dengan ukuran yang kecil dibandingkan harus menerima kerugian yang lebih besar. Udang dengan ukuran 100/Kg atau kurang
43
dari itu akan dihargai murah, karena hanya udang-udang yang berukuran besar yang dapat diekspor. Umur pemanenan udang sangat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan yang diperoleh oleh pembudidaya udang vaname. Pembudidaya udang akan memanen udang di mulai pada pagi hari atau sore hari. Hal pertama yang harus dilakukan adalah “menyedot” air kolam sampai ketinggian air hanya kurang lebih 20 sentimeter dibagian pingiran kolam. Hal ini dilakukan unutk memudahkan penangkapan udang. Udang vaname ditangkap mengunakan serokan, dibersihkan dulu dari lumpur, setelah itu dikumpulkan ke dalam drum telah yang nantinya akan dicampur dengan balokan es. Balokan es berfungsi untuk menjaga gar udang vaname tetap dalam keadaan segar. Udang vaname yang telah dipanen oleh pembudidaya akan di jual ke pedagang atau tengkulak yang ada di desa tersebut. Pembudiaya udang yang memperoleh modal usaha, benur, pakan, bahan bakar dan obat-obatan harus menjual kepada tengkulak yang memberikan pinjaman kepada mereka. Tengkulak akan memotong hutang pembudidaya dari hasil penjualan. Harga benur, pakan, bakan bakar dan obat-obatan yang diperoleh dengan cara membayar setelah pemenan akan dihargai lebih tinggi. Misalnya, harga benur yang dibayar setelah panen adalah Rp 28.00/ekor sampai dengan Rp 30.00/ekor, dibandingkan yang dibayar tunai, harganya Rp 23.00/ekor sampai dengan Rp 25.00/ekor.
44
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap budidaya tambak udang vaname yang dibudidayakan secara tradisional yaitu, jumlah benur atau bibit yang ditanam per hektar (X1), jumlah pakan yang digunakan per hektar(X2), bahan bakar (solar) yang digunakan per hektar (X3), dan umur panen udang vaname (X4). Dalam penelitian ini input produksi diukur dalam satu musim tanam. Hasil estimasi model faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang vaname dalam penelitian ini diuji dengan tiga kriteria uji, yaitu : uji ekonomi, uji statistika dan uji ekonometrika. Hasil estimasi model adalah sebagai berikut: Y = -88.552 + 0.001 X1 + 0.379 X2 + 1.576 X3 + 4.866 X4 Tabel 18. Hasil Estimasi Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname Variabel Parameter estimasi Prob > |T| VIF (Constant) -88.552 .385 Benur/ha/musim (X1) .001 .204 1.064 Pakan/ha/musim (X2) .379 .003** 1.250 Solar/ha/musim (X3) 1.576 .019* 1.727 Umur (X4) 4.866 .020* 1.736 Koefisien Determinasi R-Sq Keterangan Sumber
= 0.654
Prob (Uji F) = 0.000
: **Nyata pada taraf α = 0.01 *Nyata pada taraf α = 0.05 : Data primer diolah (2014)
6.1. Uji Ekonomi Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan tanda yang ada pada setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Hasil estimasi model diperoleh bahwa tanda setiap parameter setiap variabel penjelas bernilai positif, yang sesuai dengan hipotesis. Hal ini berarti perubahan input produksi berbanding lurus terhadap perubahan produksi budidaya tambak udang vaname. a.
Benur Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa
jumlah tebaran benur per
hektar permusim tanam tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi udang vaname per hektar permusim tanam. Dapat dilihat bahwa P-value uji t (0.204)
45
lebih besar dari (α = 0.05). Hal ini karena padatan tebaran benur oleh pembudidaya udang vaname rata-rata 7.52/ekor/m2. Artinya penambahan jumlah padatan benur tidak akan meningkatkan produksi udang vaname. Menurut (KKP, 2012) padat penebaran untuk budidaya tambak udang vaname secara tradisional adalah 1-7 ekor/m2. b.
Pakan Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa jumlah pakan yang digunakan
dalam budidaya udang vaname berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. Dapat dilihat bahwa P-value uji t (0.003) kurang dari (α = 0.05). Adapun koefisien pakan adalah 0.379 (bernilai positif) penambahan pakan akan meningkatkan produksi udang vaname. Setiap penambahan rata-rata pakan sebanyak 1 kg per hektar permusim tanam akan meningkatkan produksi udang vaname sebanyak 0.379 kg udang per hektar permusim tanam. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tahe (2011), menunjukan bahwa kombinasi pakan berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap pertumbuhan, sinasitas, rasio konversi pakan, dan produksi udang vaname. Menurut Soemardjati dan Suriwan (2006) dalam Tahe (2011) menyatakan bahwa kegiatan paling penting dalam budidaya udang vaname adalah pemberian pakan. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan udang dibudidayakan serta harus disesuaikan dengan kebiasaan makan dan tingkah laku udang itu sendiri. Agar pertumbuhan udang vaname yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik, maka pakan yang diberikan harus memenuhi kualitas dan cukup jumlahnya. Pemberian pakan dalam jumlah yang tepat akan memberikan pertumbuhan optimum bagi pembudidaya serta limbah yang terkendali. c.
Solar Bakar bakar digunakan untuk mengoperasikan mesin penyedot air,
penyedotan air berfungsi menatur sirkulasi air tambak. Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa jumlah bahan bakar yang digunakan
dalam budidaya udang
vaname berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. Dapat dilihat bahwa P-value uji t (0.019) kurang dari (α = 0.05). Adapun koefisien pakan adalah 1.576 (bernilai positif) penambahan bahan secara tidak langsung akan meningkatkan produksi udang vaname. Setiap penambahan rata-rata solar sebanyak 1 liter per
46
hektar permusim tanam akan meningkatkan produksi udang vaname sebanyak 1.576 kg udang per hektar permusim tanam. Secara tidak lansung solar mempengaruhi produksi udang vaname. d.
Umur Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa lamanya pemeliharaan udang
vaname dalam budidaya udang vaname berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. Dapat dilihat bahwa P-value uji t (0.020) kurang dari (α = 0.05). Adapun koefisien pakan adalah 4.866 (bernilai positif) penambahan umur pemeliharaan udang akan meningkatkan produksi udang vaname. Setiap penambahan rata-rata umur pemeliharaan selama 1hari per hektar permusim tanam akan meningkatkan produksi udang vaname sebanyak 4.866 kg udang per hektar permusim tanam. Penelitian yang dilakukan oleh Mansyur (2011) menyatakan bahwa selama 96 hari pemeliharaan, udang vaname meningkat seiring dengan waktu pemeliharaan. Umur 96 udang vaname masih bisa tumbuh. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrajat dan Mangampa (2007), Rachmansyah (2006), dan Arifin (2007) dalam Masyur (2011) masing-masing mendapatkan laju pertumbuhan harian udang vaname pola tradisional plus dengan kepadatan 4, 6, dan 8 m2 masing-masing 9.23, 9.19, dan 19.05% per hari, laju pertumbuhan harian udang vaname berkisar antara 9.48-9.52% per hari selama 100 hari pemeliharaan, dan
laju pertumbuhan harian udang vaname pola sederhana selama 60 hari
pemeliharaan sebesar 14.01%. Perbedaan laju pertumbuhan disebabkan oleh perbedaan ukuran awal, kepadatan tebar, lama pemeliharaan dan wadah atau tempat pemeliharaan udang vaname. Laju pertumbuhan udang vaname pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada pemeliharaan selama 60 hari laju pertumbuhan udang vaname tertinggi. Jika hanya melihat laju pertumbuhan sebaiknya udang vaname dipelihara selama 60 hari, tapi jika ingin mendapatkan harga udang vaname lebih tinggi
udang
vaname
dipelihara
selama
90
atau
100
hari.
47
6.2. Uji Statistika Berdasarkan uji F, hasil estimasi model produksi udang vaname tradisional diketahui bahwa nilai P-value sebesar 0.000. Nilai P-value tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0.05, nilai ini menunjukan keragaman produksi udang vaname dapat dijelaskan secara nyata oleh keragaman variabel benur, pakan, solar, dan umur pemeliharaan udang. Kemudian diketahui koefisien deternimasi (R-Sq) sebesar 0.654. Hal itu berarti, 65.4% keragaman produksi udang vaname dapat dijelaskan oleh varibael benur, pakan, solar, dan umur pemeliharaan, sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar model (Tabel 18). Berdasarkan uji t diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname adalah pakan, solar, dan lamanya pemeliharan udang vaname. Variabel bebas yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname adalah benur (Tabel 18). 6.3. Uji Ekonometrika Hasil estimasi dalam penelitian ini model juga perlu diuji secara ekonometrika, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskdastisitas. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai asymp. Nilai asymp Sig (1tailed) uji Kolmogrov-Smirnov (0.337) lebih besar dari (α = 0.05), maka galat menyebar normal (Lampiran 5). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF. Apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 pada model tidak terjadi multikolinearitas yang serius. Nilai VIF hasil estimasi dalam penelitian ini menunjukan bahwa semua input produksi kurang dari 10, berarti bahwa model tidak mengalami multikolinearitas yang serius (Tabel 18). Uji yang digunakan dalam penelitian adalah uji glejser, dengan melihat nilai absolut residual fungsi produksi. Dari hasil estimasi regresi absolut residual diperoleh salah satu variabel bebas (benur) berpengaruh nyata pada (α = 0.05), dapat dikatakan terjadi heteroskedasitas kecil, karena tidak semua variabel bebas perpengaruh secara signifikan, variabel lain memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Dengan demikian uji heteroskedastisitas mengunakan uji glejser masih terpenuhinya asumsi model tidak terjadi heteroskedastisitas (Lampiran 7).
48
Hetoroskedasitas selanjutnya diuji dengan uji White untuk memastikan tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji White dilakukan dengan melihat nR2 dengan Chi-square (χ2), jika nR2 < χ2 maka hipotesis adanya heteroskedastisitas ditolak. Berdasarkan hasil pengujian model diperoleh nR2 = 15.33 dan χ20.05(43) = 48.602 (nR2 < χ2), maka dugaan model menghasilkan ragam sisaan tidak terjadi heteroskedastisitas.
49
VII. ANALISIS PENDAPATAN PEMBUDIDAYA UDANG VANAME MODAL SENDIRI DAN MODAL PINJAMAN Pada penelitian yang dilakukan, pembudidaya tambak udang vaname dikelompokan menjadi dua kelompok. Pengelompokan pembudidaya berdasarkan modal usaha dalam membudidayakan tambak udang vaname, pembudidaya dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak. Sebelum menganalisis biaya dan pendapatan dapat dilihat rata-rata pengunaan input dan output pada kedua kelompok pembudidaya. Tabel 19. Pengunaan Input dan Output Produksi Pembudidaya Modal Sendiri dan Modal Pinjaman Pembudidaya Udang Vaname Uraian Modal Sendiri Modal Pinjaman 2 Luas lahan (m ) 9 126.19 6 875.00 Benur (ekor) 84 761.90 39 555.56 2 Padat tebaran (ekor/m ) 9.29 5.75 Solar (liter) 56.38 63.06 Pakan (kg) 216.19 141.94 Umur panen (hari) 42.00 57.00 Produksi (kg) 398.00 314.44 Harga udang (Rp/kg) 30 952.38 40 000.00 Sumber : Data primer diolah (2014)
Dapat dilihat pada Tabel 19 bahwa rata-rata luas lahan, jumlah benur yang ditebar, padat tebaran, solar yang digunakan dan pengunaan pakan pada pembudidaya modal sendiri lebih besar dibanding pembudidaya peminjam. Lama pemeliharaan pada pembudidaya modal pinjaman rata-rata pemeliharaannya lebih lama, yaitu selama 57 hari dibandingkan dengan pembudidaya modal sendiri yang hanya 42 hari. Produksi rata-rata pembudidaya modal sendiri lebih tinggi yaitu 398.00 kg permusim tanam sedangkan produksi rata-rata pembudidaya modal sendiri hanya 314.44 kg permusim tanam, dengan rata-rata harga per kg udang pada pembudidaya modal sendiri sebesar Rp 30 952.38/kg dan pembudidaya modal pinjaman sebesar Rp 40 000.00/kg. Rata-rata harga jual udang vaname pada pembudidaya modal pinjaman lebih tinggi dikarenakan size udang vaname besar dibandingkan size udang vaname pembudidaya modal sendiri.
50
7.1. Analisis Biaya Usaha Budidaya Udang Vaname Pembudidaya peminjam modal meminjam modal dari tengkulak berupa benur, pakan, solar, dan obat-obatan. Pembayaran akan dilakukan setelah udang dipanen dan dijual kepada tengkulak yang meminjamkan modal. Dari 39 responden 18 responden merupakan pembudidaya modal pinjamn kepada tengkulak dan 21 pembudidaya modal sendiri. Perbandingan harga input produksi antara pembudidaya modal sendiri dan peminjam modal dapat dilihat pada Tabel 20. Harga pakan yang dibeli tunai oleh pembudidaya modal sendiri sebesar Rp 7 298.81/kg dan pembudidaya modal pinjaman sebesar Rp 8 966.67/kg. Selisih untuk harga untuk benur rata-rata adalah Rp 3.70/ekor, benur yang dibeli secara tunai adalah Rp 24.00 per kg dan benur yang dibeli secara tidak tunai adalah Rp 27.70 per kg. Untuk harga salor selisih jika dibeli secara tunai dan tidak tunai adalah Rp 500.00/liter. Tabel 20. Perbandingan Harga Input Produksi Pembudidaya Udang Vaname Uraian Modal Sendiri Modal Pinjaman Harga pakan (Rp/kg)
7 298.81
8 966.67
Harga benur (Rp/kg)
24.00
27.70
Harga solar (Rp/liter)
5 000.00
5 500.00
Sumber : Data primer diolah (2014)
Biaya pembelian benur pada pembudidaya modal sendiri merupakan komponen biaya terbesar, yaitu sebesar Rp 2 161 703, sedangkan pada pembudidaya modal pinjaman biaya yang dikeluarkan untuk benur hanya sebesar Rp 1 639 022. Walaupun harga satuan benur pembudidaya modal pinjaman lebih tinggi, tetapi jumlah benur yang ditebar per hektar permusim tanam lebih sedikit (57 535 ekor/hektar/musim tanam) dibandingkan pembudidaya udang modal sendiri (92 877 ekor/hektar/musim tanam). Biaya tunai yang dikeluarkan oleh pembudidaya modal pinjaman terbesar adalah biaya pembelian pakan, yaitu sebesar Rp 2 155 893 per hektar permusim tanam. Biaya pembelian pakan oleh pembudidaya modal pinjaman lebih tinggi dibandingkan pembudidaya modal sediri dikarenakan pengunaan pakan lebih
51
banyak dan harga per kg pakan juga lebih tinggi. Pemeliharaan udang lebih lama akan membutuhkan pakan udang lebih banyak (Tabel 21). Tabel 21. Perbandingan Total Biaya Pembudidaya Udang Vaname/ Hektar/Musim Tanam Uraian
Nilai Rata-Rata Biaya/Hektar/Musim Tanam Modal Sendiri Modal Pinjaman (%) (%) Nilai (Rp) Nilai (Rp)
Biaya Budidaya Udang Vaname A. Biaya Tunai A.1. Biaya Tunai Variabel 1. Benur 2. Pakan 3. Bahan Bakar 4. Obat-obatan 5. Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) A.2. Biaya Tunai Tetap 1. Sewa lahan 2. Pajak lahan Total Biaya Tunai B. Biaya Non Tunai B.1. Biaya Non Tunai Variabel 1. Tenaga Kerja dalam Keluarga (TKDK) B.2. Biaya Non Tunai Tetap 1. Penyusutan alat 2. Penyusutan Lahan Total Biaya Non Tunai TOTAL BIAYA Sumber
2 161 703 2 101 584 310 765 82 619
29.09 28.28 4.18 1.11
1 639 022 2 15 8593 576 481 184 722
19.35 25.48 6.80 2.18
928 508
12.49
433 333
5.12
188 041
2.53 0.08
397 605
3.69
6 292 5 779 512 77.78
7 213 0.09 5 396 969 63.71
1 310 818
2 678 333
17.64
2.97 220 876 1.61 119 852 1 651 546 22.22 100.00 7 431 058
31.06
3.06 258 819 1.62 137 392 3 074 544 36.29 8 471 513 100.00
: Data Primer Diolah (2014)
Rata-rata biaya TKLK pada pembudidaya modal lebih besar dibanding yaitu Rp 928 508/hektar/musim tanam dibanding pembudidaya modal pinjaman yaitu Rp 433 333/hektar/musim tanam, dikarenakan beberapa pembudidaya modal sendiri mengunakan tenaga kerja harian luar keluarga untuk mengelola tambak, sedangkan pembudidaya modal sendiri tidak mengunakan tenaga kerja luar keluarga untuk mengelola tambak. Pembudidaya
modal sendiri
hanya
mengeluarkan biaya tenaga kerja luar keluarga ketika pemanenan udang vaname. Total rata-rata biaya tunai pada pembudidaya modal sendiri lebih besar dibandingkan pada pembudidaya modal pinjaman karena rata-rata biaya tenaga
52
kerja dalam keluarga dan biaya pembelian benur lebih tinggi dibanding pembudidaya peminjam modal dari tengkulak. Biaya tidak tunai yang dikeluarkan oleh pembudidaya modal pinjaman lebih besar dibandingkan pembudidaya modal sendiri. Biaya non tunai terbesar yang dikeluarkan oleh pembudidaya modal pinjaman adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga, ini berhubungan dengan lamanya periode pemeliharaan udang itu sendiri dan pengelolaan tambak yang hanya dilakukan anggota keluarga. Lebih lengkapnya rincian biaya tunai dan biaya tidak tunai pembudidaya modal sendiri dan pinjaman dapat dilihat pada Tabel 21. 7.2. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Udang Vaname dan R/C Rasio Analisis pendapatan usaha budidaya udang vaname dilihar dari R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya tunai. Analisis R/C rasio digunakan untuk melihat seberapa besar pendapatan dalam rupiah yang dihasilkan dari biaya dalam rupiah yang dikeluarkan. Tabel 22. Perhitungan Penerimaan, Pendapatan Rata-rata dan R/C Rasio Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname dan Ikan Bandeng Uraian Penerimaan (Rp) Biaya Tunai (Rp) Biaya Non Tunai (Rp) Biaya Total (Rp) Pendapatan atas biaya tunai (Rp) Pendapatan atas biaya total (Rp) R/C atas Biaya Tunai R/C atas Biaya Total Sumber
Udang Modal Sendiri 12 619 957 5 779 502 1 651 546 7 431 048 6 840 455
Rata-Rata Nilai Udang Modal Pinjaman 20 481 667 5 396 969 3 074 544 8 471 513 15 084 698
Budidaya Bandeng 19 500 000 7 566 666 5 583 333 13 150 000 11 933 333
5 188 909
12 010 154
6 350 000
2.18 1.69
3.79 2.41
2.57 1.48
: Data Primer Diolah (2014)
Usaha budidaya tambak udang vaname juga akan dibandingkan dengan usaha budidaya tambak ikan bandeng. Perbandingan ini untuk melihat apakah lahan
yang
digunakan
untuk
budidaya
tambak
udang
vaname
lebih
menguntungkan dibandingkan jika lahan digunakan untuk budidaya tambak ikan bandeng. Usaha budidaya tambak ikan bandeng digunakan sebagai perbandingan, karena di kedua desa usaha budidaya yang banyak dilakukan oleh pemilik tambak
53
adalah budidaya udang dan ikan bandeng, selain itu lahan tambak yang biasanya digunakan sebagai budidaya udang juga dapat digunakan untuk budidaya ikan bandeng. Pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname merupakan manfaat langsung yang diperolah pembudidaya di Kecamatan Pasekan Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Dari hasil analisis pendapatan, pendapatan atas biaya total yang diperoleh oleh pembudidaya modal sendiri dan pinjaman masing-masing sebesar sebesar Rp 5 188 909/hektar/permusim tanam dan Rp 12 010 151/hektar/ musim tanam, sedangkan pendapatan atas biaya tunai Rp 6 840 455/hektar/musim tanam dan Rp 15 084 698/hektar/musim tanam.
Hasil analisis pendapatan
tersebut menunjukan bahwa total penerimaan pembudidaya modal sendiri dan modal pinjaman atas biaya tunai dan biaya total lebih dari nol, sehingga budidaya tambak udang vaname dari kedua kelompok pembudidaya menguntungkan. Jika lahan tambak digunakan untuk budidaya tambak ikan bandeng pendapatan atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar Rp 6 350 000/hektar/musim tanam dan pendapatan atas biaya tunai Rp 11 933 333/hektar/musim tanam. Tabel 23. Perbandingan Pendapatan Masing-Masing Jenis Budidaya/Hektar/Bulan Rata-Rata Pendapatan Budidaya (Bulan) Udang Vaname Udang Vaname Uraian Ikan Bandeng Modal Sendiri Modal Pinjaman (Rp) (Rp) (Rp) Pendapatan atas Biaya Tunai/Bulan 4 560 303 7 593 699 1 704 762 Pendapatan atas Biaya Total/Bulan 3 459 273 6 056 427 907 142 Sumber
: Data Primer Diolah (2014)
Pendapatan perbulan budidaya ikan bandeng memperoleh nilai terkecil, pendapatan atas biaya tunai Rp 1 704 762/hektar/musim tanam dan Rp 907 142/hektar/musim tanam pendapatan atas biaya total. Rendahnya pendapatan rata-rata pada budidaya ikan bandeng karena satu musim tanam ikan bandeng selama 7 bulan, udang vaname oleh pembudidaya modal sendiri hanya dibudidayakan selama 42 hari (1.5 bulan) dan pembudidaya modal pinjaman selama 57 hari (2 bulan). Analisis R/C rasio terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Hasil perhitungan nilai R/C rasio atas biaya tunai pembudidaya modal
54
sendiri adalah 2.18 dan pembudidaya modal pinjaman adalah 3.79. Nilai R/C rasio atas biaya total pembudidaya modal sendiri adalah 1.69 dan pembudidaya modal pinjaman adalah 2.41, artinya
jika pembudidaya modal sendiri
mengeluarkan biaya tunai sebesar Rp 1.00 dan maka dari usaha budidaya udang vaname menghasilan penerimaan Rp 1.69 dan untuk pembudidaya modal pinjaman jika mengeluarkan uang tunai senilai Rp 1.00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2.41. Harga rata-rata input produksi seperti pakan, benur, obat-obatan dan bahan bakar yang dibeli (hutang) dari tengkulak diatas rata-rata harga input produksi yang dibeli secara tunai. Akan tetapi dari hasil analisis pendapatan, dapat melihat R/C ratio pembudidaya peminjam modal lebih besar dari R/C ratio pembudidaya modal sendiri, hal ini dikarenakan harga output produksi (harga udang per kilogram) pembudidaya modal pinjaman lebih tinggi rata-rata Rp 40 000/kg udang (Tabel 22). Harga udang vaname pada pembudidaya modal pinjaman kepada tengkulak karena ukuran udang ketika dijual rata-rata lebih besar, secara tidak langsung antara pembudidaya udang dengan tengkulak memiliki perjanjian ketika pembudidaya meminjam modal nantinya udang yang dijual kepada tengkulak harus dalam ukuran besar agar tengkulak dan pembudidaya mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Jika lahan tambak digunakan untuk usaha budidaya tambak ikan bandeng nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total masing-masing sebesar 2.57 dan 1.48. Berdasarkan analisis pendapatan, usaha budidaya tambak udang vaname oleh pembudidaya peminjam modal lebih efesien, R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total usaha budidaya tambak udang vaname lebih besar dibandingkan R/C rasio budidaya tambak ikan bandeng. Sedangkan untuk pembudidaya modal sendiri, R/C rasio yang didapat atas biaya tunai tunai lebih kecil. Tetapi untuk R/C rasio atas biaya total pembudidaya modal sendiri lebih besar dibanding budidaya ikan bandeng, dikarenakan lamanya periode pemeliharaan pada budidaya ikan bandeng, yaitu mencapai 7 bulan. Biaya non tunai untuk tenaga kerja harian, biaya Tenaga Kerja dalam Keluarga (TKDK) yang dibutuhkan perhektar permusim tanam tinggi, yaitu mencapai
Rp 5 250 000/hektar/musim
tanam, jika dibandingkan dengan biaya TKDK
pembudidaya udang vaname
55
modal
sendiri
dan
modal
pinjaman
masing-masing
hanya
sebesar
Rp 1 310 818/hektar/musim tanam dan Rp 2 678 333/hektar/musim tanam (Tabel 22). Dengan meminjam kepada tengkulak ternyata usaha budidaya udang vaname di Desa Karangnyar dan Desa Pagirikan Kecamatan Pasekan lebih menguntungkan dilihar dari R/C rasio pembudidaya modal pinjaman lebih besar. Disini peran tengkulak sebagai penyedia modal, penyedia input produksi sekaligus pembeli hasil produksi budidaya udang. Biasanya tengkulak juga sekaligus pembudidaya udang vaname. Penelitian yang dilakukan oleh Oktavia (2013), tentang analisis pendapatan budidaya jamur merang antara petani mandiri dan peminjam modal, dari segi pendapatan petani mandiri memperoleh keuntungan yang lebih besar karena harga jual lebih tinggi, tetapi rata-rata produksi jamur oleh petani peminjam modal lebih tinggi. Kecenderungan petani atau pembudidaya udang peminjam modal untuk memperoleh keuntungan yang tinggi dan tuntutan kerjasama dengan tengkulak akan meningkatkan produksi.
56
VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Faktor-faktor produksi yang signifikan atau perpengaruh secara nyata terhadap produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional adalah pakan, solar dan lamanya pemeliharaan udang. Selain meningkatkan produksi masa pemeliharaan akan mempengaruhi size per kilogram udang vaname yang dihasilkan
dan
akan
mempengaruhi
pendapatan.
Solar
gunakan
untuk
mengoperasikan mesin pengatur sirkulasi air, kondisi air sangat mempengaruhi produksi udang vaname. Berdasarkan analisis pendapatan R/C ratio, usaha budidaya udang vaname secara tradisional pembudidaya modal sendiri dan pembudidaya modal pinjaman dari tengkulak dapat dikatakan menguntungkan untuk dijalankan (R/C ratio > 1). Pembudidaya modal pinjaman dari tengkulak lebih menguntungkan karena R/C ratio lebih besar dibandingkan pembudidaya modal sendiri. Pembudidaya udang vaname yang meminjam modal kepada tengkulak akan menghasilkan produksi udang lebih tinggi karena tengkulak mengharapkan panen udang vaname dengan ukuran yang besar agar harga jual udang vaname lebih tinggi, semakin besar ukuran udang vaname yang dipanen semakin tinggi harga udang vaname per kilogramnya sehingga produksi udang vaname yang dihasilkan pembudidaya udang vaname lebih besar. 8.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan produksi udang vaname, pembudidaya udang vaname dapat menambah pengunaan jumlah pakan, jumlah solar dan lamanya pemeliharaan udang vaname. Udang vaname harus dipelihara minimal umur 60 hari agar menghasilkan produksi udang vaname yang lebih besar dan keuntungan yang didapatkan pembudidaya udang vaname lebih tinggi. Sesuai dengan program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, yaitu penyuluhan dan program dempond budidaya udang vaname tradisional plus, pengarahan mengenai penambahan pengunaan pakan, solar, dan pemeliharaan dapat dilakukan secara intensif oleh penyuluh dari dinas perikanan.
57
Kerjasama antara penyuluh dari dinas perikanan dengan tengkulak dalam hal pengunaan input produksi dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi udang vaname ditingkat pembudidaya. Hal ini
dikarenakan tengkulak memiliki
pengaruh yang besar terhadap budidaya tambak udang dilokasi penelitian.
58
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Budidaya Udang Vannamei (litopenaeus vannmaei) Pola Tradisional Plus. Jakarta (ID): Jurnal Kelautan dan Perikanan. [internet]. http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7519/BUDIDAYA-UDANGVANNAMEI-litopenaeus-vannamei-POLA-TRADISIONALPLUS/?category_id=107. Tersedia: diakses pada tanggal 07 Februari 2013. Arifianty, S. dkk. 2008. Optimalisasi Input Produksi Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada UD Jasa Hasil Diri (JHD) Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. [Jurnal]. Bogor (ID): Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1) 39-49. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. Indonesia dalam Angka 2004-2011. Jakarta : PBS Indonesia Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. 2013. Luasan Tambak di Kabupaten Indramayu. Indramayu : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. ____________________________________________. 2014. Rencana Kerja Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. [internet] Tersedia: http://diskanla.indramayukab.go.id/component/content/article/12warta/69-pengesahan-programa-penyuluhan-perkanan-dan-kelautantahun-2014-dinas-perikanan-dan-kelautan-kab-indramayu.html. diakses pada tanggal 05 April 2014. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. 2013.Produksi Perikanan Menurut Jenis Budidaya tahun 2005-2011. Bandung : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Finanda, I. T. 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembesaran Lele Dumbo: Studi Kasus CV Jumbo Bintang Lestari. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gujarati, D.N. 2003. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta (ID): Erlangga Gujarati, D.N. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Erlangga Haliman, R. dan Dian A. 2005. Udang Vannamei. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hastuti dan Rahim. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
59
Intriligator, M.D. 1996. Econometrik Models, Technigues, and Applications. Second Edition. Prentice-Hal. Inc, New Jersey. Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. Juarno, O. 2012. Daya Saing dan Strategi Peningkatan Ekspor Udang Indonesia di Pasar Internasional. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Juarno, O. dkk. 2011. Kinerja Produktivitas dan Faktor yang Berpengaruh Terhadap Total Factor Produktivity (TFP) Tambak udang Indonesia. J. Sosek KP Vol. 6 No.2. Karina, S. 2011. Ekspor Udang Capai 50.313 ton. Economy Okezone.com. [internet]. Tersedia pada: http://economy.okezone.com/read/2011/09/20/320/504997/eksporudang-capai-50-313-ton. diakses pada tanggal 14 Desember 2012. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Kelautan dan Perikanan dalam angka 2011. Jakarta (ID) : KKP Kordi, M. G. H. 2011. Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis. Yogyakarta (ID): Lily Publisher. Masyur, A. Dkk. Pengaruh Pengurangan Pakan Secara Periodik Terhadap Pertumbuhan, Sintasan, dan Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Pola Semi Intensif di Tambak. Jurnal Riset Akuakultur. Volume 6 Nomor 1, April 2011. Hal: 71-80. Jakarta. Nicholson, 1991. Teori Mikro Ekonomi: Prinsip dasar dan Perluasa. [terjemahan] Deniel W. Jakarta: Binarupa aksara. Oktaviana, T. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani dan Tataniaga Jamur Merang (Volvariella volvaceae) di Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang. [skripsi]. IPB (ID): Institut Pertanian Bogor. Poetryani, A. 2011. Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik dengan Anorganik. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purnomo, H. dan Siti H.S. 2007. Permintaan Komoditas Perikanan Indonesia: Trend Produksi, Sentra Produksi, dan Teknologi Pengelolaan. Potret dan Strategi Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumput Luat Indonesia. Jakarta (ID): Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
60
Sagala, P.A. 2012. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Anggrek Vanda Douglas di Kelurahan Pondok Benda, Kota Tangerang Selatan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Ed ke-4. Jakarta (ID): PT Raja GrafindoPersada. Soeseno, S. 1983. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta(ID): Gramedia. Susilo, H. 2007. Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Tambak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi. EPP.Vol.4.No.2.2007:19-23 Tahe, S. dan Hidayat S. 2011. Pertumbuhan dan Sintasan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Kombinasi Pakan Berbeda dalam Wadah Terkontrol. Jakarta (ID) : Jurnal Riset Akuakultur. Vol. 6 No. 1 Hal. 3140. Velayati, R. 2013. Analisis Efisiensi dengan Pendekatan Data Envelopment Anlysis (DEA) dan Pendekatan Usahatani di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Wattanutchariya, S. dan Theodore P. 1981. Ekonomi Budidaya Perairan: Kasus Ikan Lele* di Thailand. Penelitian Ekonomi Budidaya Perairan di Asia. 1986. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia. Yusuf, R. dan Tajerin. 2007. Sistem Pemasaran Komoditas Perikanan Indonesia. Potret dan Strategi Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumuput Luat Indonesia. Jakarta (ID): Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
61
LAMPIRAN
62
63
Lampiran 1. Pendapatan Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2007-2011 Jenis Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Tahun 2007
2008
2009
2010*
2011**
271 509.3
284 619.1
295 883.8
304 736.7
313 727.8
133 888.5
142 000.4
149 057.8
151 500.7
153 408.5
Tanaman Perkebunan
43 199.2
44 783.9
45 558 4
47 110.2
48 964.0
Peternakan
34 220.7
35 425.3
36 648.9
38 214.4
39 929.2
Kehutanan
16 548.1
16 543.3
16 843.6
17 249.6
17 361.8
Perikanan
43 652.8
45 866.2
47 775.1
50 661.8
54 064.3
Pertambangan dan Penggalian
171 278.4
172 496.3
180 200.5
186 634.9
189 179.2
Industri Pengolahan
538 084.6
557 764.4
570 102.5
597 134.9
634 246.9
13 517.0
14 994.4
17 136.8
18 050.2
18 920.5
121 808.9
131 009.6
140 267.8
150 022.4
160 090.4
340 437.1
363 818.2
368 463.0
400 474.9
437 250.7
142 326.7
165 905.5
192 198.8
217 977.4
241 285.2
Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
183 659.3
198 799.6
209 163.0
221 024.2
236 076.7
Jasa-jasa
181 706.0
193 049.0
205 434.2
217 782.4
232 464.6
Tanaman Bahan Makanan dan Hortikultura
Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi
Produk Domestik Bruto (PDB)
1 964 327.3
2 082 456.1
*Angka Sementara Sumber :Badan Pusat Statistik Indonesia, 2012
2 178 850.4
2 313 838.0
2 463 242.0
64
Lampiran 2. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname ( ANOVAb) ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Mean Square
1611981.919
4
402995.480
853619.671
34
25106.461
2465601.590
38
Residual Total
df
F
Sig. .000a
16.051
a. Predictors: (Constant), umur, Benur, pakan, solar b. Dependent Variable: Pro
Lampiran 3. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname Model Summary Model Summaryb Change Statistics Model
R
R Square .809a
1
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square .613
.654
Sig. F Change
158.450184
.000
a. Predictors: (Constant), umur, Benur, pakan, solar b. Dependent Variable: Pro
Lampiran 4. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Coefficients) Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
-88.552
100.546
Benur
.001
.001
Pakan
.379
Solar Umur
(Constant)
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.881
.385
.135
1.294
.204
.940
1.064
.120
.356
3.154
.003
.800
1.250
1.576
.641
.326
2.461
.019
.579
1.727
4.866
1.987
.326
2.449
.020
.576
1.736
a. Dependent Variable: Pro
65
Lampiran 5. Hasil Estimasi dalam Model Udang Produksi Vaname (One-Sample Kolmogrov- Smirnov Test) One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
39
Normal Parametersa
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.49878870E2
Absolute
.116
Positive
.116
Negative
-.064
Kolmogorov-Smirnov Z
.722
Asymp. Sig. (2-tailed)
.674
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 6. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Model Summary abs_res) Model Summaryb Change Statistics
Model 1
R
R Square .627a
Adjusted R Square .322
.393
Std. Error of the
R Square
Estimate
Change
77.36010
Sig. F Change .393
.002
a. Predictors: (Constant), umur, Benur, pakan, solar b. Dependent Variable: abs_res
Lampiran 7. Uji Heteroskedastisitas untuk Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname (Coefficientsa) Collinearity Statistics Model
Sig. VIF
(Constant)
.126
Benur
.010
1.064
Pakan
.151
1.250
Solar
.572
1.727
Umur
.075
1.736
a. Dependent Variable: abs_res
66
Lampiran 8. Karekteristik Responden Pembudidaya Udang Vaname No
Nama Responden
Umur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Warsa Carmadi Sarwan Asiran Casdi Duryana Suja V'on Hari Tasman Desi Roedi Ba'da Suwandi Tahono Answar Wargan Nur Hasan Didi Dawud Carmin Jai'di Daskam Tarjan Humaidi Uman Kadori Castiman Warli Ahmad B. Deden A. S. Hasan Bisri M. Iskandar Umaya Idris Juanaidi Sukardi Jainudin Anto
50 60 45 42 36 39 39 45 55 60 40 65 40 45 50 40 45 31 35 70 31 29 45 33 50 38 38 50 35 38 20 38 25 42 35 30 50 36 42
Jenis Kelamin L L L L L L L L L L P L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
Pendidikan
Kepemilikan Lahan
Sumber Modal Usaha
TS SD SD SD SD SD SD SD D3 TS SD SD SD SD TL SD SD D3 SMA SD SD SD SD SD SD SD SD SD SMP SMA SMA SD SMA SD SD SMP TS SD SD
Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri milik Sendiri milik Sendiri Sewa Sewa Sewa Sewa Milik Sendiri Sewa Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Sewa Milik Sendiri Milik Sendiri Bagi Hasil Milik Sendiri Sewa Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Sewa Milik Sendiri Sewa Milik Sendiri Milik Sendiri Sewa Sewa Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri
Tengkulak Tengkulak Sendiri Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Sendiri Sendiri Sendiri Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Tengkulak Sendiri Tengkulak Sendiri Tengkulak Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Tengkulak Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Tengkulak Sendiri Tengkulak Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri
67
Lampiran 9. Penggunaan Input dan Output Produksi Udang Vaname Input Produksi No
Nama Responden
Benur (Ekor)
Pakan (Kg)
Solar (Liter)
Luas Tambak (m2)
Umur Udang (Hari)
Produksi (Kg)
1
Warsa
10 000
100
50
3 750
60
200
2
Carmadi
10 000
200
75
3 750
90
250
3
Sarwan
100 000
800
200
15 000
90
1000
4
Asiran
20 000
150
120
5 000
90
550
5
Casdi
60 000
250
50
12 500
40
450
6
Duryana
40 000
200
35
5 000
55
350
7
Suja
40 000
200
40
5 000
58
370
8
V'on
50 000
50
45
15 000
40
245
9
Hari
20 000
320
30
2 500
50
180
150 000
150
100
10 000
25
250
100
15
5 000
28
85
10
Tasman
11
Desi
10 000
12
Roedi
30 000
75
50
3 750
45
100
13
Ba'da
50 000
300
50
7 500
40
500
14
Suwandi
50 000
0
50
7 500
50
160
15
tahono
40 000
100
40
7 500
30
200
16
Answar
14 000
75
30
3 750
70
150
17
Wargan
20 000
100
50
5 000
60
130
18
Nur Hasan
100 000
400
60
7 500
37
421
19
Didi
75 000
400
100
12 500
48
455
20
Dawud
50 000
80
10
2 500
60
80
21
Carmin
30 000
75
50
5 000
60
325
22
Jai'di
100 000
100
50
10 000
50
300
23
Daskam
50 000
100
50
10 000
30
300
24
Tarjan
200 000
1 100
100
15 000
60
1 800
25
Humaidi
100 000
120
20
10 000
30
425
26
Uman
50 000
80
30
7 500
40
200
27
Kadori
50 000
80
50
7 500
60
400
28
castiman
70 000
80
22
15 000
30
170
29
Warli
30 000
100
22
7 500
40
160
30
Ahmad B
40 000
0
30
5 000
47
130
31
Deden Agus
150 000
180
40
10 000
45
300
32
Hasan Bisri
30 000
0
10
5 000
27
52
33
M. Iskandar
53 000
160
50
6 250
64
325
34
Umaya
60 000
60
80
10 000
38
255
35
Idris
70 000
40
150
7 500
60
500
36
Juanaidi
50 000
250
25
7 500
50
320
37
Sukardi
300 000
350
100
25 000
50
1 700
38
jainudin
100 000
150
70
10 000
40
180
39
Anto
20 000
20
20
1 650
24
50
68
Lampiran 10. Penerimaan dan Biaya oleh Pembudidaya Modal Sendiri (Rp/Ha/Musim Tanam) Penerimaan Udang (Rp/Ha/Musim)
No.
Biaya Tunai Tetap (Rp/Ha/Musim)
Biaya Tunai Variabel (Rp/Ha/Musim) Benur
Pakan
Solar
Obatobatan
TKLK
Sewa Lahan
Biaya Non tunai Variabel (Rp/Ha/Musim)
Biaya Pajak
TKDK
Biaya Non Tunai Tetap (Rp/Ha/Musim) Penyusutan Alat
Penyusutan Lahan
1
33333333
1533333
4333333
666667
41667
233333
0
17260
1566667
115982
328767
2
25200000
1840000
11200000
600000
0
6840000
1150685
0
0
564384
0
3
6250000
3450000
1200000
500000
0
420000
0
4795
1300000
120548
91324
4
3910000
460000
1500000
150000
0
300000
613699
0
1600000
246027
0
5
19646667
3066667
4666667
400000
893333
4188667
0
7096
66667
173881
135160
6
12800000
4600000
2800000
200000
0
800000
0
11507
6200000
597260
219178
7
10500000
2400000
820000
250000
0
1600000
0
9589
0
141096
182648
8
6000000
1200000
820000
250000
0
1010000
0
5753
0
124658
109589
9
42000000
3200000
6013333
666667
0
1246667
0
11507
0
99543
219178
10
8500000
2400000
780000
100000
0
250000
0
5753
800000
124658
109589
11
9600000
1600000
874667
200000
0
266667
0
7671
1400000
177169
146119
12
2493333
1073333
426667
73333
0
133333
0
5753
533333
83105
109589
13
6826667
960000
960000
146667
200000
266667
0
7671
1400000
177169
146119
14
9360000
1920000
0
300000
300000
100000
901370
0
2080000
277260
0
15
10500000
3450000
1575000
200000
0
400000
0
8630
1175000
136986
164384
16
2600000
1380000
0
100000
0
200000
369863
0
1180000
244384
0
17
7650000
1260000
525000
400000
0
150000
0
7288
1000000
131233
138813
18
13653333
1533333
2266667
166667
0
333333
913242
0
1733333
188128
0
19
21760000
2760000
1148000
200000
100000
360000
0
9589
624000
56438
182648
20
4860000
2400000
1230000
350000
200000
400000
0
7671
1050000
132877
146119
21
7575758
2909091
993939
606061
0
0
0
4603
3818182
725612
12619957
2161703
2101584
310765
82619
928508
188041
6292
1310818
220876
87671 119852
Rata-rata
69
Lampiran 11. Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Pinjaman/Ha/Musim Tanam
No
Penerimaan (Rp/Ha/Musim)
Benur
Bahan Bakar
Pakan
Biaya Non Tunai Variabel (Rp/Ha/Musim)
Biaya Tunai Tetap (Rp/Ha/Musim)
Biaya Tunai Variabel (Rp/Ha/Musim) Obatobatan
TKLK
Sewa Lahan
Pajak Lahan
TKDK
Biaya Non Tunai Tetap (Rp/Ha/Musim) Penyusutan Alat
Penyusutan Lahan
1
18666667
720000
2453333
733333
853333
933333
0
11507
4133333
398174
219178
2
33333333
720000
4906667
1100000
853333
933333
0
17260
6133333
463927
328767
3
55000000
1080000
3000000
1320000
125000
400000
0
17260
4600000
347945
328767
4
12600000
1296000
1840000
220000
0
400000
0
7671
840000
106301
146119
5
24500000
2240000
3700000
385000
0
500000
1205479
0
2850000
290411
0
6
25900000
2240000
3700000
440000
0
400000
1271233
0
3000000
295342
0
7
6043333
866666
400000
165000
100000
200000
730594
0
706666
88584
0
8
13333333
2400000
1840000
733333
213333
266667
0
8630
3133333
365297
164384
9
26666667
1800000
3800000
733333
0
266667
0
7671
1400000
177169
146119
10
8533333
2000000
0
366667
106667
133333
0
9589
1466667
188128
182648
11
9333333
1493333
1200000
293333
133333
200000
0
5753
1133333
166210
109589
12
20000000
1045333
1840000
440000
0
533333
1703014
0
4800000
420091
0
13
9360000
1200000
1840000
550000
300000
400000
0
11507
3100000
298630
219178
14
12740000
1620000
3040000
440000
0
280000
0
9205
1040000
111562
175342
15
27300000
1740000
1380000
550000
0
500000
1150685
0
3100000
298630
0
16
17066667
1866667
1040000
366667
0
333333
0
11507
2066667
199087
219178
17
24960000
2374400
2368000
440000
640000
320000
0
12274
2640000
244164
233790
18 Ratarata
23333333
2800000
506666
1100000
0
800000
1095890
0
2066667
199087
0
20481667
1639022
2158593
576481
184722
433333
397605
7213
2678333
258819
137392
70
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Yuni Kristina lahir di Sarko, Jambi pada tanggal 01 Juni 1991. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Robertus Bejo dan Yustina Rustiyem. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1996 di TK Tunas Mulya. Pada tahun 1997-2003 penulis menempuh pendidikan di SD Negeri 257/IV Air Batu 1, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 5 Tabir Ilir lulus pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Pelepat Ilir dan lulus pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan ke di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti beberapa kepanitian kegiatan seperti Bina Desa FEM, FEM Mengajar, ESLday,dan MPD dan mengikuti unit kemahasiswaan yaitu Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KeMaKI) sebagai pengurus pada periode 2011-2012. Penulis pernah mengikuti kegiatan yang diadakan oleh LPPM IPB, “IPB goes to field” pada tahun 2011 di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dan mengikuti lomba karya tulis ilmiah seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul Pengembangan Kawasan Wisata Candi Gedung Songo Berbasis Co-Management dalam Rangka Pelestarian Cagar Budaya dan Income Generating dengan Pendekatan Multiplier Effect.