ANALISIS HUBUNGAN SARAPAN PAGI, KONSUMSI PANGAN

Download teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. .... sarapan pagi. 36. 28 Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan day...

0 downloads 426 Views 2MB Size
ANALISIS HUBUNGAN SARAPAN PAGI, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAPANDAYAN BOGOR

FEBRIYENI AGUS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan Sarapan Pagi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014

Febriyeni Agus NIM I14114027

__________________________ *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK FEBRIYENI AGUS. Analisis Hubungan Sarapan Pagi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR dan YAYAT HERYATNO. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar negeri Papandayan Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study terhadap 60 siswa. Siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini terdiri dari 30 siswa yang jarang sarapan pagi dan 30 siswa yang selalu sarapan pagi. Sarapan pagi dan konsumsi pangan diperoleh dari data yang dikumpulkan dengan metode FFQ dan recall 1x24 jam selama dua kali (hari sekolah dan hari libur). Status gizi dihitung berdasarkan data tinggi badan dan berat badan anak sedangkan prestasi belajar diperoleh dari rata-rata nilai rapor dan hasil tes daya ingat sesaat. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa belum terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi, konsumsi (energi dan protein) dan status gizi terhadap prestasi belajar (p>0.05). Kata kunci: sarapan pagi, konsumsi pangan, status gizi, prestasi belajar

ABSTRACT FEBRIYENI AGUS. Analyze the correlation between breakfast, food consumption and nutritional status with learning achievement of student in Papandayan elementary school Bogor. Supervised by FAISAL ANWAR and YAYAT HERYATNO. The purpose of this research were to analyze the correlation between breakfast, food consumption and nutritional status with learning achievement of student in Papandayan elementary school Bogor. This research used cross sectional study for 60 students. The students of this research consisted of 30 students who seldom have breakfast and 30 students who always have breakfast. The data of breakfast and food consumption was collected by FFQ and recall method for twice (weekday and weekend). Nutritional status was measured by body weight and height of subject while learning achievement taken from average grade of school report and instantaneous memory test. The statistical analysis showed that there was no correlation between breakfast,consumption (energy and protein) and nutritional status with learning achievement (p>0.05). Key words: breakfast, food consumption, nutritional status, learning achievement

ANALISIS HUBUNGAN SARAPAN PAGI, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAPANDAYAN BOGOR

FEBRIYENI AGUS

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Judul : Analisis Hubungan Sarapan Pagi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor Nama : Febriyeni Agus NIM : I14114027

Disetujui Oleh

Prof Dr Ir Faisal Anwar MS Pembimbing 1

Yayat Heryatno SP MPS Pembimbing 2

Diketahui Oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Analisis Hubungan Sarapan Pagi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Papandayan Bogor” dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS dan Bapak Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran selama penyusunan karya ilmiah ini, serta terimakasih kepada Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S. Ked selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberi saran. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah SD Negeri Papandayaan Bogor yang telah memberikan izin diadakannya penelitian di lokasi yang dipimpin. Terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada Papa (Aspidar Muas), Mama (Gusni Afrida), Adik ( Herdiansyah Agus) atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang selalu diberikan. Teimakasih kepada semua keluarga yang ada di Jakarta (Bapak Darma Sutra), (Ibu Masdawati) (Dian Anggriawan dan Rizky Relygia) serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk dukungan dan semangat yang diberikan. Terimakasih pula kepada teman-teman alih jenis angkatan 5, teman-teman kosan Asyita Graha 1 (2013-2014) yang juga tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih telah memberikan semangat dan membantu selama pengumpulan data sampai terselesaikannya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2014 Febriyeni Agus

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pemilihan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Karakteristik Keluarga Karakteristik Anak Kebiasaan Sarapan Konsumsi Pangan Status Gizi Prestasi Belajar Hubungan Antar Variabel SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi vii vii 1 1 2 2 3 5 5 5 6 8 14 16 16 16 18 22 25 35 35 36 39 39 40 40 42 55

DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Jenis dan cara pengumpulan data Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga Pengkategorian variabel penelitian karakteristik anak Pengkategorian variabel penelitian sarapan pagi Pengkategorian variabel penelitian konsumsi pangan Kategori status gizi berdasarkan Z-skor Pengkategorian variabel penelitian prestasi belajar Jenis variabel dan teknik analisis data Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga Sebaran berdasarkan karakteristik anak Sebaran kelengkapan fasilitas belajar anak Sebaran dukungan pada anak dan keikutsertaan anak dalam bimbingan belajar Deskriptif statistik alokasi waktu belajar anak Sebaran kebiasaan sarapan anak Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber karbohidrat Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber protein nabati Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi pangan sumber protein hewani Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sayur Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi buah Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi susu dan olahannya Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi makanan siap saji Rata-rata dan standar deviasi konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan anak Sebaran berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein anak Sebaran rata-rata kontribusi energi dan protein anak Sebaran status gizi anak Sebaran rata-rata nilai rapor dan tes daya ingat sesaat anak Sebaran nilai rapor dan tes daya ingat sesaat anak yang tidak pernah sarapan pagi Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan daya ingat sesaat anak Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan nilai rapor anak Hubungan konsumsi pangan dengan daya ingat sesaat anak Hubungan konsumsi pangan dengan nilai rapor anak Hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak

7 8 9 9 10 11 12 13 18 19 20 21 21 24 25 26 27 28 30 31 32 33 34 34 35 36 36 37 37 38 38 38

DAFTAR GAMBAR 1

2 3

Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi anak sekolah dasar serta hubungannya dengan prestasi belajar Proses penarikan contoh Rangkaian huruf yang ditayangkan untuk mengukur daya ingat sesaat

4

6 12

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3

Lampiran 1. Kuesioner penelitian Lampiran 2. Hasil uji beda Mann-Whitney Lampiran 3. Hasil uji korelasi Rank Spearman

42 54 54

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Secara etimologi, gizi memiliki makna makanan dan manfaatnya bagi tubuh atau dapat diartikan juga sebagai makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Suatu makanan dikatakan bergizi jika memiliki fungsi yang positif bagi tubuh. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental (Soekirman et al. 2008). Konsumsi pangan sangat penting dan mempengaruhi status gizi seseorang serta merupakan modal utama bagi kesehatan. Asupan gizi yang tidak sesuai dengan tubuh akan menimbulkan masalah kesehatan, baik berupa gizi lebih maupun gizi kurang. Selain itu, gizi juga sangat mempengaruhi perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja yang optimal dan produktivitas serta daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Sulistyoningsih 2011). Secara umum rata-rata tingkat kecukupan konsumsi energi penduduk di Kota Bogor sebesar 1 756 kkal/kap/hari. Tingkat kecukupan tersebut masih belum memenuhi standar angka kecukupan energi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004, yaitu sebesar 2 000 kkal/kap/hari. Sarapan pagi dapat menjadi salah satu aspek kegiatan konsumsi pangan yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan harian (Riskesdas 2010). Sarapan pagi dapat menyumbang kontribusi energi sebesar 25% dari tingkat kebutuhan total energi harian. Sarapan pagi memiliki peranan penting untuk mengisi lambung yang telah mengalami kekosongan selama 8-10 jam karena pada saat tersebut kadar glukosa yang semula turun akan kembali meningkat. Peningkatan glukosa akan bermanfaat bagi kerja otak dan akan membuat tubuh menjadi lebih produktif (Khomsan 2002). Menurut Bappenas (2009) kualitas sumberdaya manusia (SDM) sangat berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan kini sangat cepat dan menjadi salah satu barometer atau ukuran kemajuan suatu bangsa, maka dari itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Seiring dengan hal itu, peningkatan derajat kesehatan yang didukung dengan status gizi yang baik menjadi investasi penting guna membangun keunggulan yang kompetitif. Prestasi belajar yang baik menjadi salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia dalam bidang pendidikan. Pendidikan dan hasil prestasi belajar di sekolah merupakan bentuk penilaian kemampuan siswa selama melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal salah satunya yaitu kesehatan. Gizi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kesehatan individu dan pada anak sekolah defisiensi zat gizi dapat berpengaruh pada tingkat kehadiran dan kemampuan belajar. Faktor eksternal yaitu lingkungan yang ada di sekitar anak tersebut.

2

Melihat adanya hubungan yang berkaitan antara sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi dengan tingkat kecerdasan, maka peneliti tertarik untuk mengamati seberapa besar hal tersebut berhubungan dengan prestasi belajar anak sekolah dasar pada anak yang selalu sarapan pagi dengan anak yang jarang sarapan pagi. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi dengan prestasi belajar pada anak sekolah dasar. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga anak sekolah dasar (besar keluarga, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan umur orang tua). 2. Mengidentifikasi karakteristik anak sekolah dasar (umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan). 3. Mengidentifikasi kebiasan sarapan pagi anak sekolah dasar. 4. Mengidentifikasi konsumsi pangan anak sekolah dasar. 5. Mengidentifikasi status gizi anak sekolah dasar. 6. Mengidentifikasi prestasi belajar anak sekolah dasar. 7. Menganalisis hubungan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara sarapan pagi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tambahan rujukan atau referensi dalam menyelesaikan tugas kuliah ataupun dalam pengajuan judul penelitian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun pihak sekolah dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan juga agar orang tua mengetahui betapa pentingnya makanan bergizi, berimbang dan beragam untuk kesehatan dan kecerdasan terutama pada anak yang sedang mengalami pertumbuhan.

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Pola konsumsi pangan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kebiasaan konsumsi pangan merupakan cara individu atau kelompok dalam memilih dan mengkonsumsi pangan tersebut sebagai respon/tanggapan terhadap pengaruhperbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama, kepercayaan dan tingkat kemajuan teknologi. Menurut data Riskesdas (2010) masyarakat di Kota Bogor belum dapat memenuhi kecukupan kalorinya sesuai dengan WNPG 2004 yaitu sebesar 2 000 kkal/kap/hari, hal tersebut diduga disebabkan oleh belum terbentuknya kebiasaan makan yang optimal dalam masyarakat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sarapan pagi merupakan kegiatan yang penting dilakukan setiap pagi hari agar terciptanya produktivitas kerja yang baik terlebih untuk daya tangkap saat belajar agar dapat meningkatkan prestasi belajar. Konsumsi sarapan pagi dapat menyumbang 25 persen dari total kebutuhan sehari. Anak usia sekolah memiliki tingkat aktivitas yang tinggi oleh karena itu dibutuhkan pula asupan gizi yang dapat mendukung kegiatan mereka. Menurut Worthington (2000) kebiasaan makan anak akan dipengaruhi oleh keragaman dari karakteristik individu dan pengaruh faktor eksternal dari lingkungan. Karakteristik anak seperti usia dan jenis kelamin merupakan faktor internal dalam memenuhi kebutuhan gizi pada seseorang. Terdapat dua faktor dalam mempengaruhi kebiasaan makan anak yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Gambar 1 menjelaskan tentang bagaimana faktor-faktor sarapan, konsumsi pangan dan prestasi belajar sangat berpengaruh antara yang satu dengan yang lainnya. Karakteristik keluarga dan karakteristik anak akan mempengaruhi pola konsumsi pangan anak tersebut, salah satunya adalah mengenai kegiatan kebiasaan sarapan pagi anak. Kebiasaan sarapan pagi berperan penting dalam menyumbang energi sehari. Kebiasaan sarapan pagi berdasarkan aspek konsumsi sarapan dapat diamati dari kategori sarapannya, jenis menu dan pangan yang dikonsumsi, keragaman jenis pangan sarapan, waktu dan lokasi penyediaan atau dalam mengkonsumsi sarapan serta pemanfaatan makanan siap saji. Kebiasaan sarapan pagi tersebut berpengaruh pada konsumsi pangan anak dan konsumsi pangan akan mempengaruhi status gizi (gizi baik, gizi lebih atau normal). Asupan yang beragam serta seimbang akan membuat pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi lebih baik. Masalah gizi yang tejadi pada anak sekolah dasar akan mempengaruhi proses belajar di sekolah dan akan berdampak pula terhadap prestasi belajarnya di sekolah. Selain status gizi terdapat beberapa hal lain yang mendukung prestasi belajar anak diantaranya dukungan keluarga, fasilitas belajar yang dimiliki dan keikutsertaan anak dalam bimbingan belajar. Hal-hal yang mendukung prestasi belajar tersebut dipengaruhi oleh karakteristik keluarga.

4

Karakteristik Anak : Umur Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan Status Kesehatan

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendapatan Keluarga Pendidikan Orangtua Pekerjaan Orangtua Umur Orangtua

Kebiasaan Sarapan Anak : Waktu dan lokasi sarapan Kategori sarapan Jenis menu sarapan Jenis pangan sarapan Keberagaman jenis sarapan Makanan siap saji

Konsumsi Pangan Anak

Status Gizi Anak 1. Dukungan Keluarga 2. Fasilitas Belajar di Rumah 3. Keikutsertaan Bimbingan Belajar

Prestasi Belajar Anak

Keterangan : = Variabel yang diteliti

= Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1

Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan pagi, konsumsi pangan dan status gizi anak sekolah dasar serta hubungannya dengan prestasi belajar.

5

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengumpulan data yang dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik contoh dan hubungan antar variabel. Penelitian dilakukan pada siswa sekolah dasar. Pemilihan sekolah dasar dilakukan dengan pertimbangan kemudahan akses menuju lokasi dan belum banyak penelitian yang membahas tentang hubungan sarapan pagi dengan prestasi belajar pada anak sekolah dasar di lokasi tersebut. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Papandayan Bogor. Sekolah ini memiliki status akreditasi A. Penelitian ini dilakukan pada bulan NovemberDesember 2013. Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Unit analisis dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 dari sekolah dasar yang terpilih yaitu Sekolah Dasar NegeriPapandayan yang terletak di perkotaan di wilayah Bogor. Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar yang belajar pada waktu pagi hari. Pemilihan dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa pada usia ini tingkat perkembangan kognitif anak berada pada masa konkrit operasional, sehingga anak-anak sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mampu mengingat kegiatan 24 jam yang lalu dan sudah diikutkan dalam kegiatankegiatan sekolah yang menuntut tanggung jawab (Piaget, diacu dalam Hidayat 2004). Penentuan jumlah anak minimal didasarkan pada rumus perhitungan secara cross sectional (estimasi proporsi) dimana didasarkan pada jumlah minimal anak dapat tersebar normal dengan jumlah anak minimal 30 orang per kategori sampel. Proses penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2. Sebelum penarikan contoh, peneliti melakukan screening terlebih dahulu pada seluruh anak kelas 4 dan 5 yang terdiri dari 330 orang siswa dan diperoleh 77 anak yang jarang melakukan sarapan pagi dan 253 anak yang selalu sarapan pagi, setelah itu dilakukan pengambilan contoh sebanyak masing-masing 40 orang anak yang jarang sarapan pagi dan 40 orang anak yang selalu sarapan pagi dengan cara random. Total anak yang diambil pada saat awal penelitian lebih dari jumlah yang akan diteliti. Hal tersebut untuk menghindari adanya hambatan-hambatan yang tidak di inginkan seperti tidak dikembalikannya kuesioner yang telah dibagikan, anak tidak membawa kuesioner kembali pada hari yang ditentukan, atau pengisian kuesioner yang dianggap kurang lengkap dan sebagainya. Penelitian kemudian dilaksanakan dan kuesioner yang dikembalikan oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi terdapat kesamaan yaitu hanya kembali 34 kuesioner dan kemudian dilakukan random kembali dan anak yang benar-benar diteliti hanya 30 orang yang jarang sarapan pagi dan 30 orang yang selalu sarapan pagi.

6

Kelas 4 & 5 (N= 330)

Screening Jarang Sarapan (N= 77)

Selalu Sarapan (N= 253)

Random

40 orang

40 orang Mengembalikan Kuesioner 34 orang

34 orang Random

30 orang

30 orang Gambar 2 Proses penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan yaitu menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan umur orang tua) diperoleh dengan cara pengisian kuesioner yang diisi oleh orang tuadan kuesioner dikirim melalui anak sekolah dasar tersebut. Data karakteristik anak sekolah dasar (usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan status kesehatan) diperoleh dengan cara wawancara, pengamatan dan pengukuran langsung ditempat pengambilan data. Data mengenai kebiasaan sarapan pagi, konsumsi pangan anak (food recall1x24 jam (dilakukan sebanyak dua kali) yaitu 1 kali waktu hari libur dan 1 kali waktu hari sekolah diperoleh dengan cara pengisian kuesioner yang langsung ditanyakan oleh peneliti kepada anak tersebut (wawancara). Food frecuency questionnaire ditulis oleh orang tua anak tersebut di rumah. Status gizi anak diketahui dengan metode antropometri indeks massa tubuh menurut umur. Data mengenai dukungan keluarga, fasilitas belajar di rumah dan keikutsertaan bimbingan belajar di luar sekolah diperoleh dengan pengisian formulir yang dilakukan oleh anak sekolah dasar tersebut dengan cara memberi tanda checklist (√) pada fasilitas belajar dan les/bimbingan belajar yang mereka ikuti.

7

Nilai prestasi belajar diperoleh dari nilai rapor kelas 3 semester 1 dan semester 2 untuk anak yang sedang belajar di kelas 4 dan nilai rapor kelas 4 semester 1 dan semester 2 untuk anak yang sedang belajar di kelas 5 yang terdiri dari 12 mata pelajaran yaitu Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Penjaskes, Bahasa Inggris dan Muatan Lokal. Namun selain itu juga dilihat dari nilai tes yang dilakukan yaitu nilai daya ingat sesaat. Data sekunder yang dikumpulkan adalah mengenai keadaan umum sekolah dan nilai hasil ujian/rapor dari masing-masing anak sekolah dasar tersebut untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik 1. Besar keluarga Pengisian kuesioner dilakukanoleh keluarga 2. Pendapatan orang tua 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Umur 2 Karakteristik 1. Umur 1. Wawancara langsung anak 2. Jenis kelamin 2. Kuesioner dengan wawancara 3. Berat badan 3. Pengukuran langsung 4. Tinggi badan menggunakan timbangan injak 5. Status kesehatan 4. Pengukuran langsung menggunakan microtoise 5. Kuesioner dengan wawancara 3 Faktor-faktor 1. Kebiasaan 1. Kuesioner dengan wawancara yang sarapan pagi 2. Pengisian kuesioner (FFQ dan mempengaru 2. Konsumsi recall 1x24 jam) hi prestasi pangan 3. Pengukuran antropometri belajar 3. Status gizi (pengukuran langsung 4. Fasilitas belajar menggunakan timbangan injak dan 5. Keikutsertaan microtoise) dalam 4. Kuesioner dengan wawancara bimbingan 5. Kuesioner dengan wawancara belajar 4 Prestasi 1. Daya ingat 1. Tes daya ingat menggunakan huruf belajar sesaat yang ditayangkan 2. Nilai rapor 2. Melihat hasil nilai berdasarkan buku rapor kelas tiga dan kelas empat semester satu dan semester dua yang terdiri dari duabelas mata pelajaran yaitu Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Penjaskes, Bahasa Inggris dan Muatan lokal. 5 Profil sekolah Keadaan umum Arsip sekolah sekolah

8

Pengolahan dan Analis Data Pengolahan data Data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder selanjutnya dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut secara statistik. Data yang diperoleh kemudian dilakukan proses coding, entry, editing, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Setelah itu dilakukan entry data sesuai kode yang telah dibuat kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program computer Microsoft Excell 2007 dan SPSS (Statistical Program for Social Science) 16.0 for Windows. Data kebiasaan sarapan, karakteristik keluarga, karakteristik anak, konsumsi pangan anak, status gizi anak dan nilai prestasi anak dianalisis secara deskriptif. Karakteristik keluarga meliputi data besar keluarga, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan umur orang tua. Pengkategorian mengenai karakteristik keluarga dapat dilihat pada Tabel 2. Besar keluarga diketahui dengan menanyakan kepada keluarga responden melalui kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan Hurlock (1998) menjadi beberapa kriteria yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga besar. Pendapatan keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi. Pendidikan ibu dan ayah dibagi menjadi enam kategori yaitu (1) Tidak tamat SD (2) SD, (3) SMP (4) SMA (5) Perguruan tinggi. Pekerjaan ibu dan ayah dibagi kedalam enam kategori (1) tidak bekerja (2) PNS (3) pegawai swasta (4) wiraswasta (5) buruh dan (6) lainnya. Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga No Variabel Kategori pengukuran Sumber 1 Pendidikan 1. Tidak tamat SD Riskesdas 2. SD/sederajat (2010) 3. SMP/sederajat 4. SMA/sederajat 5. Perguruan tinggi 2 Pekerjaan 1. Tidak bekerja Riskesdas 2. PNS (2010) 3. Pegawai swasta 4. Wiraswasta 5. Buruh 6. Lainnya, sebutkan…………………… 3 Besar Keluarga 1. Kecil (≤ 4 orang) Hurlock 2. Sedang (5-7 orang) (1999) 3. Besar (≥ 8 orang) 4 Pendapatan 1. Rendah (kurang dari Rp 1 000 000) BPS (2010) Keluarga 2. Sedang (Rp 1 000 0000 – Rp 3 999 999) 3. Tinggi (lebih dari Rp 4 000 000) 5 Umur Orang 1. ≤ 29 tahun tua 2. 30-49 tahun 3. ≥ 50 tahun

9

Karakteristik anak meliputi data umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Umur dibagi menjadi 9 tahun, 10 tahun dan 11 tahun. Data jenis kelamin terbagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan. Data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan anak. Pengkategorian contoh secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik anak No Variabel Kategori pengukuran Sumber 1 Umur 9-11 tahun Mahan (2004) 2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 3 Berat badan 4 Tinggi badan 5 Status kesehatan Data sarapan pagi anak meliputi kebiasaan sarapan pagi, kategori sarapan pagi, waktu dan lokasi sarapan pagi, jenis menu sarapan pagi, jenis pangan sarapan pagi, keberagaman jenis menu sarapan pagi dan pemanfaatan makanan siap saji. Pengkategorian sarapan pagi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian sarapan pagi No Variabel Kategori pengukuran Sumber 1 Kategori 1. Tidak pernah Darmayanti sarapan pagi 2. Jarang :1-3 kali/minggu (2010) 3. Selalu (setiap hari) 2 Keragaman jenis 1. Rendah (1-3 jenis kerangka menu) FAO (2007) pangan sarapan 2. Sedang (4-6 jenis kerangka menu) pagi 3. Tinggi (7-8 jenis kerangka menu) 3 Waktu dan 1. Sebelum berangkat sekolah/ di Darmayanti Lokasi sarapan rumah (2010) 2. Saat berada di sekolah / di sekolah 4 Jenis kerangka 1. Makanan pokok Harahap et menu sarapan 2. Makanan pokok + Lauk hewani al (1998) pagi 3. Makanan pokok + Lauk nabati dalam 4. Makanan pokok + Lauk hewani + Faridi Lauk nabati (2002) 5. Makanan pokok + lauk hewani + sayur 6. Makanan pokok + Lauk nabati + sayur 7. Makanan pokok + Lauk hewani + Lauk nabati + Sayur 8. Makanan jajanan/ makanan siap saji 5 Makanan siap 1. Tidak pernah saji 2. Jarang : 1-3 kali/minggu 3. Sering : 4-6 kali/minggu 4. Selalu (setiap hari) 6 Kontribusi 1. Baik (≥ 25%) Khomsan energi sarapan 2. Kurang (< 25%) (2006)

10

Data kebiasaan dan kategori sarapan pagi digambarkan dalam 6 hari sekolah terakhir/seminggu terakhir. Keragaman jenis pangan terdiri dari 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Data waktu sarapan dapat dikategorikan menjadi sebelum berangkat sekolah dan setelah berangkat sekolah. Data lokasi sarapan dapat dikategorikan menjadi di rumah, di perjalanan dan disekolah. Data konsumsi pangan yang dikonsumsi didapat dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dikonversikan kedalam satuan energi (kalori), protein (gram) dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Pengukuran konsumsi pangan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian konsumsi pangan No Variabel Kategori pengukuran Sumber 1. Food Recall 1x24 Pengisian kuesioner dengan cara jam wawancara langsung dengan siswa 2. Food Frequency 1. Tidak pernah Widajanti questioner (FFQ) 2. Jarang (1-3 kali seminggu) (2009) 3. Sering (4-6 kali seminggu) 4. Setiap hari 3. Tingkat 1. Defisit tingkat berat (< 70% AKE) Depkes Kecukupan 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKE) (1996) Energi (TKE) 3. Defisist tingkat rendah (80-89% AKE) 4. Normal (90-119% AKE) 5. Lebih (≥ 120% AKE) 4. Tingkat 1. Defisit tingkat berat (< 70% AKP) Depkes Kecukupan 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKP) (1996) Protein (TKP) 3. Defisist tingkat rendah (80-89% AKP) 4. Normal (90-119% AKP) 5. Lebih (≥ 120% AKP) Data konsumsi pangan akan dikonversi menjadi konsumsi zat gizi untuk kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan zat gizinya. Daftar komposisi bahan makanan tersebut dapat digunakan dengan menggunakan rumus berikut (Hardinsyah & Briawan 2004). Rumus perhitungan kandungan zat gizi makanan : KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan : KGij : Kandungan zat gizi i dari pangan j yang dikonsumsi (g) Bj : Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g) Gij : Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD pangan j BDD : Persen pangan j yang dapat dimakan (%BDD) Rumus perhitungan tingkat konsumsi secara umum : TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Keterangan : TKGi : Tingkat kecukupan zat gizi i Ki : Konsumsi zat gizi i AKGi : Kecukupan zat gizi yang dianjurkan Berdasarkan hasil total kandungan energi dan zat gizi sarapan tersebut dapat dihitung kontribusi energi dan protein sarapan pagi dengan cara membandingkan

11

jumlah energi dan protein sarapan dengan angka kecukupan aktual energi dan protein anak, secara umum rumus perhitungan kontribusi energi dan protein sarapan pagi yaitu sebagai berikut : KGi = GiS/AKGi Keterangan : KGi : Kontribusi zat gizi ke-i GiS : Kandungan gizi ke-i makanan sarapan AKGi : Angka kecukupan zat gizi ke-i Status gizi dihitung berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Status gizi dikategorikan menurut Z-skor. Data status gizi diperoleh melalui pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan anak dan diproses menggunakan software WHO Anthroplus 2007. Status gizi anak terdiri dari 5 kategori yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obese. Kategori status gizi anak diperoleh berdasarkan indeks massa tubuh berdasarkan umur dan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori status gizi berdasarkan Z-skor Variabel Kategori < -3 SD Sangat Kurus -3 SD ≤ Z ≤ -2 SD Kurus -2 SD < Z < +1 SD Normal +1 SD < Z < +2 SD Gemuk ≥ +2 SD Obese Sumber : Kemenkes 2011 Keterangan : SD = Standar deviasi populasi normal.

Data prestasi belajar diperoleh dari nilai hasil ujian siswa dan nilai tes daya ingat sesaat. Prestasi belajar (nilai rapor) merupakan nilai yang diperoleh dari rata-rata nilai hasil ujian dari 12 mata pelajaran sehari-hari dan dalam pengolahan data prestasi belajar tersebut dikategorikan menjadi empatkategori berdasarkan rentang data yaitu kurang (<6.0), cukup (6.0-6.9), baik (7.0-7.9) dan sangat baik (> 8.0). Daya ingat sesaat dilakukan pada satu hari yang telah ditentukan namun tidak diketahui oleh anak tersebut. Pelaksanaan tes dilakukan di ruang kelas dengan jumlah anak yang dibatasi (8-10 orang). Tes dilakukan dengan cara menayangkan beberapa buah huruf yang diambil secara acak menurut abjad dan setelah huruf tersebut ditayangkan anak diminta untuk menuliskan kembali huruf apa saja yang telah ditayangkan sebelumnya. Satu huruf berlaku waktu 1 detik, jika huruf yang ditayangkan ada 4 huruf maka anak tersebut hanya memiliki waktu 4 detik saja untuk menulis kembali apa yang telah ditayangkan. Alat utama untuk mengukur variabel ini menggunakan sederetan huruf dari 4 hingga 9 huruf yang diambil secara acak dari 26 huruf yang ada di abjad latin kapital. Warna huruf adalah hitam pekat. Huruf disusun secara tiga huruf – tiga huruf (trigram), lalu trigram tersebut disusun membentuk kolom dari atas kebawah pada karton berwarna putih (Bambang 1990). Data pengukuran prestasi belajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 2. Penilaian tes daya ingat sesaat dikategorikan menjadi 3 yaitu dikatakan baik (> 35.25), cukup (13.65-35.25) dan kurang (<13.65). Pengkategorian nilai skor diperoleh dengan cara mengetahui nilai terendah dan

12

tertinggi jawaban benar dari 39 huruf yang ditampilkan dan memperhatikan standar deviasinya setelah itu dikategorikan menjadi 3 kategori. Tabel 7 Pengkategorian variabel penelitian prestasi belajar No Variabel Kategori pengukuran Sumber 1. Fasilitas belajar Pengisian formulir dengan cara wawancara langsung pada siswa 2. Keikutsertaan Pengisian formulir dengan cara dalam bimbingan wawancara langsung pada siswa belajar di luar sekolah 3 Prestasi Belajar :  Nilai daya ingat sesaat : Davidoff  Nilai tes daya Seberapa banyak siswa dapat (1988) ingat sesaat mengingat dan menjawab  Nilai rapor dengan benar huruf yang ditampilkan dengan waktu yang telah ditentukan. 1. Baik (> 35.25) 2. Cukup (13.65-35.25) 3. Kurang (<13.65)  Nilai rapor : Kemendiknas Berdasarkan rata-rata nilai (2010) rapor semester 1 dan 2. 1. Sangat baik jika rata-rata nilai (> 8.0) 2. Baik jika rata-rata nilai (7.0-7.9) 3. Cukup jika rata-rata nilai (6.0-6.9) 4. Kurang jika rata-rata nilai (< 6.0)

Susunan 1 X

G

V

H

Susunan 2

Susunan 3

X

R

L

H

R

H

V

X

V

G

L

Waktu 4 detik

Waktu 5 detik

Waktu 6 detik

Susunan 4

Susunan 5

Susunan 6

Y

R

H

N

G

V

X

G

V

V

G

X

H

Y

L

H

R

L

R

X

Y

N

C

L

Waktu 7 detik

Waktu 8 detik

Waktu 9 detik

Gambar 2 Rangkaian huruf yang ditayangkan untuk mengukur daya ingat sesaat.

13

Keseluruhan dari 6 macam susunan huruf tersebut digunakan untuk satu kali test daya ingat sesaat dan pelaksanaannya dimulai dari urutan termudah yaitu dari susunan 1,2,3,4,5 dan 6. Pelaksanaan tes dilakukan dikelas dengan jumlah siswa sekitar 8-10 orang yang diminta duduk di kursi mereka masing-masing yang tersusun atas 2 baris. Mereka diminta untuk mengangkat kedua tangan dan selama tesberlangsung, anak tidak diperbolehkan bersuara ataupun mendahului menulis sebelum aba-aba yang telah ditentukan. Mereka diminta untuk tetap fokus melihat kedepan. Pada posisi ditengah, ditayangkan gambar rangkaian huruf susunan 1 (yang terdiri dari 4 huruf) hingga 4 detik, selama gambar ditayangkan tangan siswa harus masih tetap berada diatas. Setelah gambar tayangan huruf ditutup siswa baru dipersilahkan untuk menulis huruf yang baru saja ditayangkan, waktu untuk menulis dibatasi maksimal 2 kali waktu tayangan, jadi dalam hal ini 2x4=8 detik, segera setelah 8 detik selesai siswa diminta untuk mengangkat tangannya kembali untuk melihat tayangan susunan huruf yang ke-2 (5 huruf) yang waktunya meningkat menjadi 5 detik. Begitu seterusnya hingga susunan ke 6. Analisis Data Data-data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan cara statistik secara deskriptif dan infrensia dengan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0 for Window. Data-data seperti karakteristik anak, karakteristik keluarga, konsumsi pangan, status gizi dan prestasi belajar contoh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dan untuk membedakan variabel-variabel pada anak yang selalu sarapan pagi dengan anak yang jarang sarapan pagi digunakan uji beda (Mann-Whitney). Rincian pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jenis variabel dan teknik analisis data No Variabel Teknik analisis data Sumber 1 Karakteristik Anak (umur, berat Deskriptif statistik badan, tinggi badan, jenis kelamin dan status kesehatan 2 Karakteristik Keluarga Deskriptif statistik (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur dan besar keluarga) 3 Kebiasaan Sarapan ( kategori Deskriptif statistik sarapan, waktu sarapan, lokasi sarapan, jenis menu sarapan, keragaman jenis sarapan dan jenis pangan instan yang digunakan 4 Konsumsi pangan Deskriptif statistik 5 Status gizi Deskriptif statistik 6 Prestasi belajar Deskriptif statistik 7 Hubungan antar variabel Uji Korelasi Hastono (2006) Rank Spearman 8 Perbedaan antar variabel Uji beda (MannHastono Whitney) (2006)

14

Definisi Operasional Karakteristik keluarga adalah kondisi keluarga contoh yang digambarkan melalui beberapa komponen, yakni umur, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan besar keluarga. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh ayah dan ibu sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, baik sebagai PNS, ABRI/POLRI, pegawai swasta, wiraswata, buruh maupun kategori pekerjaan lainnya. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang di lakukan oleh ayah dan ibu, baik tamat SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan perguruan tinggi. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan yang didapatkan oleh ayah dan ibu dalam satu bulan yang dinilai dalam bentuk uang (rupiah).Pendapatan orang tua dibagi menjadi 3kategori yaitu (1) kurang dari Rp 1.000.000 (kategori rendah), (2) Rp 1.000.000 hingga Rp 4.000.000 (kategori sedang) dan (3) lebih dari Rp 4.000.000 (kategori tinggi). Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal bersama dalam satu atap dan bergantung pada sumber pendapatan yang sama. Beberapa kriteria besar keluarga yaitu keluarga kecil (kurang atau sama dengan 4 orang), keluarga sedang (5 sampai 7 orang) dan keluarga besar (besar atau sama dengan 8 orang). Karakteristik individuadalah berbagai ciri yang membedakan individu satu dengan yang lainnya mencakup umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan. Usiaadalah umur contoh saat penelitian dilakukan dan berada pada rentang umur 9, 10 dan 11 tahun. Berat badanadalah massa tubuh dalam satuan kilo gram yang ditimbang dengan menggunakan timbangan injak detecto dengan ketelitian 0,5 kg. Tinggi badan adalah panjang tubuh dalam satuan sentimeter yang diukur dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,5 cm. Contoh adalah anak sekolah dasar kelas 5 yang berusia antara sembilan hingga dua belas tahun yang bersekolah di SD Papandayan Bogor. Anak sekolah dasar yang dijadikan sampel adalah yang melakukan pembelajaran pada pagi hari (sekolah pagi). Sarapan pagi adalah kegiatan konsumsi pangan yang dilakukan pada pagi hari hingga pukul 09.00 WIB. Kebiasaan sarapan pagi adalah kegiatan mengkonsumsi pangan dan dilakukan pada pagi hari hingga pukul 09.00 WIB yang digambarkan melalui kategori sarapan, keragaman pangan, waktu, lokasi dan jenis sarapan. Kebiasaan sarapan tergolong baikjika sarapan yang dilakukan berada pada kategori sering (≥ 4 kali/minggu) dengan tingkat keragaman pangan tinggi (≥ 6 jenis kelompok pangan). Kebiasaan sarapan cukup baikadalah sarapan yang dilakukan pada kategori sering (≥ 4 kali/minggu) dengan tingkat keragaman pangan sedang (4-5 jenis kelompok pangan). Kebiasaan sarapan tidak baikadalah sarapan yang dilakukan pada kategori jarang (1-3 kali/minggu) dengan tingkat keragaman pangan rendah (1-3 jenis kelompok pangan).

15

Waktu sarapan pagi adalah waktu pada saat contoh melakukan kegiatan sarapan yaitu saat sebelum berangkat sekolah dan setelah berangkat sekolah. Lokasi sarapan pagi adalah tempat dimana contoh biasa melakukan sarapan yaitu di rumah, di perjalanan atau di sekolah. Kategori sarapan pagi adalah kategori contoh dalam melakukan sarapan di pagi hari selama enam hari sekolah yang dikelompokkan dalam ketegori sering, jarang, dan tidak pernah. Jenis menu sarapanpagi adalah susunan komposisi pangan yang dikonsumsi pada waktu sarapan yang yang terdiri dari delapan jenis yaitu makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayuran serta makanan jajanan. Keragaman jenis pangan adalah jumlah dari berbagai jenis bahan pangan yang dikonsumsi ketika sarapan selama enam hari sekolah dengan beberapa kategori, yaitu keragaman tingkat tinggi (lebih dari atau sama dengan 6 jenis kelompok pangan), tingkat sedang (4 hingga 5 jenis kelompok pangan), dan tingkat rendah (kurang dari atau sama dengan 3 jenis kelompok pangan). Makanan siap saji adalah jumlah konsumsi makanan siap saji yang dikonsumsi ketika sarapan pagi selama enam hari sekolah yang yang dikategorikan menjadi tidak pernah, jarang (1 hingga 3 kali seminggu) dan sering (4 hingga 6 kali seminggu). Konsumsi pangan adalah tindakan makan contoh yang dilakukan secara berulang untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang digambarkan dengan kebiasaan konsumsi sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, buahbuahan, jajanan dan minuman. kontribusi konsumsi zat gizi diperoleh dari data konsumsi pangan yang dikonversikan kedalam kandungan gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Kontribusi energi dan protein sarapan adalah perbandingan antara jumlah intik energi dan protein sarapan terhadap kebutuhan energi dan protein aktual. Status gizi adalah pengukuran gizi pada anak usia 5-18 tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Dikategorikan berdasarkan klasifikasi Depkes (2011). Prestasi belajaradalah nilai hasil ujian yang diukur dengan menggunakan nilai rata-rata Sembilan mata pelajaran. Data nilai hasil ujian dapat diperoleh secara sekunder atau arsip sekolah. Fasilitas Belajar adalah segala perangkat yang digunakan dalam proses belajar. Bimbingan belajar adalah tempat khusus untuk belajar selain di sekolah. Daya ingat sesaat adalah kemampuan seseorang untuk menangkap, mengkode, menyimpan dan mengungkap kembali sebuah informasi baru, segera setelah informasi tersebut diterima dalam jangka singkat, dalam penelitian ini dilakukan 4 sampai 6 susunan huruf yang dipilih secara acak dari dua puluh enam huruf yang ada di alfabet latin kapital. Lama waktu dari mulai menangkap hingga mengungkap/ menuliskan kembali rangkaian huruf tersebut adala 1 detik per huruf. Pesan disampaikan dalam metode visual, tanpa suara maupun rangsangan bentuk lain, dan sampel tidak diberi kesempatan untukberlatih menghafalkan rangkaian huruf tersebut.

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah Sekolah dasar yang menjadi penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) Papandayan yang terletak di Jalan Papandayan No 25, Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini berdiri pada tahun 1949 dan memiliki status akreditasi A. Status sekolah dan status tanah adalah milik pemerintah dengan luas area 3 703 m² dengan sarana bangunan sekitar 30 bangunan dengan kapasitas listrik 6 200 watt. Sumber air yang digunakan yaitu berasal dari air PAM. Bangunan sekolah Papandayan berdiri dengan keadaan permanen, baik, terpelihara dan masih layak pakai. Ruang kelas terdiri dari 23 ruangan, ruang guru 1 ruangan, ruang kepala sekolah satu ruangan, ruang tata usaha 1 ruangan, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 1 ruangan, perpustakaan 1 ruangan, ruang laboratoriun komputer 1 ruangan, musholla sedang dalam tahap pembangunan dan kamar mandi yang tersedia sebanyak 18 buah. Meja murid tersedia sebanyak 462 buah, kursi murid 642 buah, lemari 30 buah, meja guru 36 buah, kursi guru 51 buah, papan tulis 26 buah, rak buku 18 buah, memiliki buku inventaris dan buku yang tersedia di perpustakan terdapat 1 250 buah buku bacaan. Jumlah murid yang ada sekarang sekitar 1 104 orang dengan jumlah guru yang telah memenuhi standar kebutuhan minimal. Guru kelas terdiri dari 28 orang, guru agama 4 orang, guru penjaskes 5 orang, guru honor 15 orang, TU 3 orang. Prestasi yang banyak diraih oleh siswa SDN Papandayan yaitu dalam bidang kesenian sunda, pencak silat, siswa berprestasi, catur, sepak bola dan lain sebagainya. Visi dari SDN Papandayan yaitu ”Menjadikan Siswa Madani dan Sekolah yang dicintai Masyarakat dengan Dilandasi Iman dan Taqwa” sedangkan misi sekolahnya yaitu ”Menyiapkan Suasana yang Kondusif Antara Kepala Sekolah, Guru, Siswa-Siswi, Orangtua Murid, Komite Sekolah dan Masyarakat Sekitarnya”. Strategi yang digunakan yaitu menciptakan suasana belajar yang tenang dan nyaman, pertama dalam materi untuk menghadirkan siswa-siswi yang cerdas dengan tutur kata yang sopan berdasarkan tata krama dan keinginan untuk membulatkan tekad demi meraih cita-cita dan membiasakan diri bertanggung jawab dengan langkah kejujuran. Karakteristik Keluarga Menurut BKKBN (1998) besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Banyak sedikitnya anggota keluarga berhubungan dengan distribusi makanan dalam suatu keluarga (Suhardjo 1989). Anak yang jarang sarapan pagi 43.3% termasuk kedalam keluarga sedang (5-7 orang) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi 56.7% termasuk ke dalam keluarga kecil (≤ 4 orang). Bekerja merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud memperoleh atau membantu penghasilan. Anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi memiliki persentase pendapatan sebagian besar termasuk

17

kedalam kategori tinggi (>Rp 4 000 000,- ) yaitu sekitar 43.3% dan 50%. Hal ini dapat dihubungkan dengan tingkat pendidikan ayah yang sebagian besar adalah tamat perguruan tinggi dan mereka juga sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Sesuai dengan Hukum Bennet, semakin tinggi pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi juga akan semakin baik dan tercermin dari perubahan pembelian bahan pangan yang harganya murah menjadi bahan pangan yang harganya lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik (Martianto & Ariani 2004). Sebagian besar anak yang jarang sarapan pagi pendidikan ayah adalah perguruan tinggi (53.3%) dan ibu tamat SMA (43.3%) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi sebagian besar pendididkan ayah juga tamat perguruan tinggi (56.7%) dan ibu tamat SMA (53.3%). Pendidikan tertinggi ayah maupun ibu pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu sarapan pagi sama-sama didominasi pada perguruan tinggi (ayah) dan tamat SMA (ibu). Anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi tidak terdapat orang tua yang pendidikannya tidak tamat SD tetapi ada orang tua yang tamat SD dan tamat SMP. Tingkat pendidikan seseorang menentukan mudah tidaknya seseorang dalam menerima suatu masukan atau pengetahuan. Keadaan gizi seorang anak dipengaruhi oleh orang tua dan pendidikan orang tua tersebut merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan gizi anak. Terdapat dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu, tingkat pendidikan ayah secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan ekonomi keluarga, dan pendidikan ibu disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperanan dalam menyusun pola makanan untuk rumah tangga (Tarwotjo et al. 1988; Sunandar 2002). Menurut Wales (2009) pekerjaan jika diartikan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia dan jika dalam arti sempit istilah adalah pekerjaan yang digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Sebagian besar pekerjaan ayah pada anak yang jarang sarapan pagi (50%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (46.7%) adalah sebagai pegawai swasta. Sebagian besar pekerjaan ibu pada anak yang jarang sarapan pagi (60%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (63.3%) sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan yang baik akan memberikan penghasilan atau pendapatan yang baik pula sehingga keluarga dapat mencukupi kebutuhan akan pangan dan kesehatan anggota keluarganya. Pekerjaan seseorang akan berkaitan dengan tingkat pendapatan yang diperolehnya (Suranadi & Chandradewi 2008). Persentase jenis pekerjaan ayah dan ibu pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi didominasi oleh pegawai swasta (ayah) dan ibu rumah tangga (ibu). Umur orang tua berkisar antara 29-53 tahun. Umur ayah pada anak yang jarang sarapan pagi berkisar antara 35-49 tahun dengan rata-rata 41.9±4.1tahun. Kisaran umur ayah pada anak yang selalu sarapan pagi yaitu 32-53 tahun dengan rata-rata 42.3±6.1 tahun. Umur ibu pada anak yang jarang sarapan pagi antara 3246 tahun dengan rata-rata 39.1±3.7 tahun sedangkan kisaran umur ibu pada anak yang selalu sarapan pagi berkisar antara 29-46 tahun dengan rata-rata 37.4±5.0 tahun. Umur ayah pada anak yang jarang sarapan pagi 100% berada pada kisaran

18

umur (30-49 tahun) dan umur ibu juga demikian sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi umur ayah 86.7% berada pada kisaran umur (30-49 tahun) dan 13.3% berada pada umur (≥ 50 tahun) dan ibu 100% berada pada kisaran umur (30-49 tahun) (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran anak berdasarkan karakteristik keluarga Jarang sarapan n %

Selalu sarapan n %

n

%

12 13 5

40 43.4 16.7

17 10 3

56.7 33.3 10

29 23 8

48.3 38.3 13.3

5 12 13 Ayah n % 2 6.7 2 6.7 10 33.3 16 53.3

16.7 40 43.3 Ibu n % 2 6.7 3 10 13 43.3 12 40

3 12 15 Ayah n % 2 6.7 1 3.3 10 33.3 17 56.7

10 40 50 Ibu n % 2 6.7 1 3.3 16 53.3 11 36.7

8 13.3 24 40 28 46.7 Ayah Ibu n % n % 4 6.7 4 6.7 3 5 4 6.7 20 33.3 29 48.3 33 55 23 38.3

0 3 7 15 1 4

0 10 23.3 50 3.3 13.3

18 3 1 8 0 0

60 10 3.3 26.7 0 0

0 0 5 16.7 6 20 14 46.7 2 6.7 3 10

19 1 5 2 1 2

63.3 3.3 16.7 6.7 3.3 6.7

0 8 13 29 3 7

30 0

100 0

30 0

100 0

26 86.7 4 13.3

30 0

100 0

56 93.3 60 4 6.7 0

Variabel 1. Besar keluarga* Kecil Sedang Besar 2. Pendapatan** Rendah Sedang Tinggi 3. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan tinggi 4. Pekerjaan : Tidak bekerja PNS Wiraswasta Pegawai swasta Buruh Lainnya 5. Umur 30-49 tahun ≥ 50 tahun

Keterangan : * Kecil = ≤ 4 orang Sedang = 5-7 orang Besar = ≥ 8 orang

Total

0 37 61.7 13.4 4 6.7 21.7 6 10 48.3 10 16.7 5 1 1.7 11.7 2 3.3 100 0

** Rendah = < Rp 1.000.000 Sedang = Rp 1.000.000 – Rp 4.000.000 Tinggi = Rp > 4.000.000

Karakteristik Anak Penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu anak yang jarang melakukan sarapan pagi dan anak yang selalu melakukan sarapan setiap pagi. Karakteristik anak yang diamati meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan dan status kesehatannya. Tabel 10 menunjukan sebaran berdasarkan karakteristik anak. Anak dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 anak yang jarang sarapan pagi dan 30 orang anak yang selalu sarapan pagi.Sebaran karakteristik anak dapat dilihat pada Tabel 10.

19

Tabel 10 Sebaran berdasarkan karakteristik anak Jarang Selalu sarapan sarapan Variabel n % n %

Total

n % 1. Umur : 9 tahun 9 3.3 5 16.7 14 23.3 10 tahun 10 73.3 18 60 28 46.7 11 tahun 11 23.3 7 23.3 18 30 Total 30 100 30 100 60 100 2. Jenis kelamin : Laki-laki 16 53.3 10 33.3 26 43.3 Perempuan 14 46.7 20 66.7 34 56.7 Total 30 100 30 100 60 100 3. Berat badan : 20 - 34.9 kg 17 56.7 16 53.3 33 55 35 – 44.9 kg 8 26.7 8 26.7 16 26.7 ≥ 45 kg 5 16.7 6 20 11 18.3 Total 30 100 30 100 60 100 4. Tinggi badan : 120 – 129.9 cm 2 6.7 8 26.7 10 16.7 130 – 139.9 cm 17 56.7 11 36.7 28 46.7 ≥ 140 cm 11 36.7 11 3.7 22 36.7 Total 30 100 30 100 60 100 5. Status Kesehatan : Pernah sakit 13 43.3 4 13.3 17 28.3 Tidak pernah sakit 17 56.7 26 86.7 43 71.7 Total 30 100 30 100 60 100 Anak yang berumur 6-12 tahun merupakan umur anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar. Penilitian ini dilakukan pada anak SDN dengan rentang umur 9-11 tahun. Anak-anak yang berada pada umur ini umumnya sudah dapat memilih dan menentukan makanan yang disukainya (Dewi 2012). Faktor umur merupakan hal yang penting diketahui dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan kesalahan dalam interpretasi status gizi (Supariasa et al 2001). Anak yang jarang sarapan pagi (73.3%) berumur 10 tahun dan anak yang selalu sarapan pagi (60%) juga berumur 10 tahun. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penentu kebutuhan dan pengeluaran energi. Kebutuhan energi seseorang di dasarkan pada angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik dan pengaruh dinamika khusus makanan dan AMB tersebut dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan (Almatsier 2006). Anak yang jarang sarapan pagi sebagian besar (53.3%) berjenis kelamin laki-laki sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (66.7%) berjenis kelamin perempuan. Tinggi badan pada anak yang jarang sarapan pagi rata-rata sekitar 137±8.5 cm dengan berat badan rata-rata 35.5±10.5 kg sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi rata-rata tinggi badan 139.3±6.7 cm dengan berat badan rata-rata 36.4±10.7 kg, pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan bertambahnya usia (Supariasa et al 2001). Rata-rata berat badan pada anak yang jarang sarapan dan pada anak yang selalu sarapan pagi yaitu 35.9±10.5 kg, hal ini

20

sudah mendekati berat badan yang ideal menurut Widyakarya Pangan Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) dimana anak umur 10-12 tahun idealnya memiliki berat badan rata-rata 36.4±9.57 kg. Rata-rata tinggi badan anak yang jarang sarapan dan yang selalu sarapan pagi yaitu 138,2±7.7 cm dan masih berada dibawah rata-rata tinggi badan untuk umur 10-12 tahun menurut (WKNPG) yaitu 143.1±10.05 cm, hal tersebut dapat dipengaruhi umur anak-anak dalam penelitian ini adalah 9-11 tahun sedangkan berat badan dan tinggi badan menurut WKNPG untuk anak umur 10-12 tahun. Status kesehatan diamati selama seminggu terakhir. Status kesehatan pada anak yang jarang sarapan pagi dengan persentase 43.3% pernah mengalami sakit sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi 13.3% pernah mengalami sakit. Sakit yang dialami seperti diare, flu dan batuk. Fasilitas belajar, dukungan keluarga dan keikutsertaan bimbingan belajar anak Fasilitas belajar yang memadai dibutuhkan agar anak dapat belajar dengan lebih baik. Fasilitas belajar diantaranya penerangan yang cukup, meja belajar, buku-buku pegangan dan kelengkapan peralatan praktek belajar. Selain fasilitas yang memadai dibutuhkan pula dukungan keluarga agar anak tersebut dapat memaksimalkan pengetahuan yang dimilikinya. Penelitian ini selain menanyakan mengenai fasilitas belajar, dukungan keluarga juga menanyakan tentang keikutsertaan anak dalam bimbingan belajar di luar sekolah (les) dan dukungan keluarga terhadap proses belajar anak tersebut. Berikut disajikan tabel sebaran anak berdasarkan kelengkapan fasilitas belajar dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran kelengkapan fasilitas belajar anak Variabel Sarana Belajar : Meja Lampu Buku pelajaran Buku tulis Buku gambar Pensil Pulpen Penghapus Penggaris

Ada (n)

Jarang sarapan (%) Tidak (%) (n)

Ada (n)

Selalu sarapan (%) Tidak (%) (n)

Ada (n)

(%)

Total Tidak (n)

(%)

Ʃ

21 18 30

70 60 100

9 12 0

30 40 0

24 21 30

80 70 100

6 9 0

20 30 0

45 39 60

75 65 100

15 21 0

25 35 0

60 60 60

30 30

100 100

0 0

0 0

30 30

100 100

0 0

0 0

60 60

100 100

0 0

0 0

60 60

30 30 30 30

100 100 100 100

0 0 0 0

0 0 0 0

30 30 30 30

100 100 100 100

0 0 0 0

0 0 0 0

60 60 60 60

100 100 100 100

0 0 0 0

0 0 0 0

60 60 60 60

Kelengkapan fasilitas belajar anak rata-rata semuanya baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi memiliki fasilitas belajar yang mereka butuhkan seperti buku tulis, buku pelajaran, buku gambar, pensil, pulpen, penghapus dan penggaris anak-anak memilikinya 100% namun untuk meja belajar pada anak yang jarang sarapan pagi (70%) yang memilikinya sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (80%). Lampu belajar pada anak yang jarang sarapan pagi (60%) memilikinya sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (70%). Dukungan keluarga dan keikutsertaan bimbingan belajar anak dapat dilihat pada Tabel 12.

21

Tabel 12 Sebaran dukungan keluarga pada anak dan keikutsertaan anak dalam bimbingan belajar Jarang sarapan Selalu sarapan Total Variabel n % n % n % 1. Dukungan keluarga : Ada 29 96.7 26 86.7 55 91.6 Tidak ada 1 3.3 4 13.3 5 8.4 2. Bimbingan belajar (Les) : Ada 14 46.7 15 50 29 48.4 Tidak ada 16 53.3 15 50 31 51.6 Dukungan keluarga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah apakah di rumah anak tersebut ada yang membimbing mereka belajar dan membimbing mereka dalam mengerjakan tugas rumah (PR). Berdasarkan Tabel 12 pada anak yang jarang sarapan pagi (96.7%) biasa mengerjakan tugas sekolah dengan dibantu oleh keluarga mereka dan pada anak yang selalu sarapan pagi (86.7%). Anak yang jarang sarapan pagi memiliki persentase dukungan keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi. Persentase bimbingan belajar yang diikuti oleh anak yang jarang sarapan pagi (46.7%) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi (50%). Anak yang selalu sarapan pagi lebih besar persentasenya mengikuti bimbingan belajar dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi. Alokasi waktu belajar anak Tabel 13 menunjukan rata-rata alokasi waktu (jam/hari) berdasarkan jenis kegiatan. Kegiatan yang dilakukan anak dirumah ditentukan oleh beberapa hal yaitu, peraturan keluarga, tuntutan pekerjaan rumah, jumlah akses yang dimiliki dan banyaknya anggota keluarga (Hurlock 1991). Tabel 13 Deskriptif statistik alokasi waktu belajar anak Variabel 1. Waktu belajar* 2. Waktu tidur 3. Waktu hiburan** 4. Lainnya*** Total

Jarang sarapan Hari sekolah Hari libur Jam/hari % Jam/hari % 5.5 22 1 4

Selalu sarapan Hari sekolah Hari libur Jam/hari % Jam/hari % 6 25 1 4

9 6

38 25

9 11

38 46

9 6

38 25

9 11

38 46

3.5 24

15 100

3 24

12 100

3 24

12 100

3 24

12 100

Keterangan : *Pada hari sekolah anak melakukan kegiatan belajar di sekolah, di rumah dan di tempat khusus (bimbingan belajar bagi yang mengikutinya) sedangkan pada hari libur kegiatan belajar hanya dilakukan di rumah saja. ** Waktu hiburan (waktu bermain, rekreasi, nonton TV dan lain-lain) *** Lainnya (sholat, makan, mandi, mengaji dan lain-lain).

Anak yang jarang sarapan pagi menggunakan waktunya untuk belajar pada hari sekolah selama 5.5 jam/hari (23%) sedangkan pada hari libur hanya 1 jam/hari (4%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi waktu belajar pada hari sekolah 6 jam/hari (25%) dan pada waktu libur 1 jam/hari (4%). Alokasi

22

waktu tidur anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi pada hari sekolah dan hari libur memiliki kesamaan yaitu 9 jam/hari (38%). Waktu hiburan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu sarapan pagi juga memiliki kesamaan dimana saat hari sekolah dilakukan selama 6 jam/hari (25%) sedangkan pada hari libur 11 jam/hari (46%). Waktu lainnya seperti sholat, makan dan mandi dilakukan oleh anak yang jarang sarapan pagi pada hari sekolah selama 3.5 jam/hari (15%) dan pada hari libur 3 jam/hari (12%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi pada hari sekolah maupun hari libur dilakukan selama 3 jam/hari (12 %). Kebiasaan Sarapan Menurut Khomsan (2002) makan pagi atau sarapan pagi merupakan salah satu waktu makan yang sangat penting. Manfaat sarapan pagi salah satu faktor pentingnya yaitu yang berasal dari sumber karbohidrat untuk meningkatkan kadar gula darah yang berdampak positif pada produktivitas dan konsentrasi belajar bagi anak sekolah. Selain itu sarapan dapat memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan untuk proses fisiologis dalam tubuh (seperti protein, lemak, vitamin dan mineral). Konsumsi pangan merupakan suatu jenis pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Komposisi dari jenis pangan yang disajikan dalam konsumsi pangan tersebut disebut dengan menu. Sebaran kebiasaan sarapan anak dapat dilihat pada Tabel 14. Waktu sarapan dan lokasi sarapan anak terdiri dari dua kategori yaitu di rumah dan di sekolah. Anak yang jarang sarapan pagi sebesar 90% anak biasanya melakukan sarapan pagi di rumah sebelum berangkat ke sekolah begitu juga halnya dengan anak yang selalu sarapan pagi, mereka melakukan sarapan pagi di rumah sebelum berangkat ke sekolah dengan persentase 100%. Anak yang jarang sarapan pagi terdapat 10% anak melakukan sarapan pagi di sekolah dikarenakan jarak rumah mereka yang lumayan jauh dari sekolah sehingga mereka biasa membawa makanan dari rumah yang kemudian dimakan setelah berada di sekolah. Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara waktu dan lokasi sarapan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi. Kategori makan tergantung dari kebiasaan masing-masing keluarga. Kebiasaan makan biasanya diatur oleh ibu yang memiliki peran penting dalam kegiatan dalam rumah tangga tersebut. Kategori makan merupakan salah satu komponen yang membentuk kebiasaan makan seseorang (Sanjur 1982). Berdasarkan pendataan kategori sarapan pagi pada anak dalam penelitian ini terdapat 9 orang anak yang tidak pernah sarapan pagi, 21 orang anak jarang melakukan sarapan pagi dan 30 orang anak selalu melakukan sarapan pagi. Sarapan biasanya dilakukan pada pukul 06.00-09.00 setiap harinya (Martianto 2006). Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) mengenai kategori makan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi. Sebagian besar anak yang jarang sarapan pagi (85%) maupun anak yang selalu sarapan pagi (97%) mengkonsumsi menu sarapan pagi yang terdiri dari makanan pokok yang disertai dengan lauk hewani, lauk nabati dan sayur. Anak

23

yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi sama-sama memiliki kerangka menu sarapan pagi yang sama namun anak yang selalu sarapan pagi lebih besar persentasenya dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi, hal tersebut dapat disebabkan karena jumlah anak yang melakukan sarapan lebih banyak pada anak yang selalu sarapan pagi dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi. Secara umum, jenis komposisi pangan pada anak telah memenuhi kebutuhan minimal sarapan yakni terdiri dari sumber karbohidrat dan protein (Hardinsyah 2011). Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) mengenai jenis menu hidangan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi. Tingginya penggunaan pangan instan sebagai pangan sarapan akan berdampak kurang baik bagi kondisi tubuh karena bahan yang dikandung oleh pangan instan tersebut biasanya mengandung zat gizi yang rendah atau terbatas seperti kalsium, vitamin, magnesium, folat dan serat namun kandungan lemak natriumnya cukup tinggi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI 2009). Sebaran konsumsi makanan siap saji dapat dilihat pada (Tabel 14) dimana sebagian besar anak yang jarang sarapan pagi (52% ) tidak pernah mengkonsumsi makanan siap saji sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (53%) termasuk dalam kategori jarang mengkonsumsi makanan siap saji tersebut. Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) penggunaan pangan instan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi. Anak yang jarang sarapan pagi tidak ada yang termasuk kedalam kategori mengkonsumsi pangan instan sering dan setiap hari sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi masuk kedalam semua kategori tersebut (tidak pernah, jarang, sering dan selalu/setiap hari). Sebagian anak yang selalu sarapan pagi ada yang termasuk kedalam ketegori sering maupun selalu mengkonsumsi pangan instan hal tersebut diduga disebabkan oleh padatnya aktivitas rumah tangga yang dilakukan ibu sehingga menyebabkan ibu lebih memilih cara penyedian pangan yang praktis dan ekonomis. Menurut Almatsier (2006) penganekaragaman konsumsi pangan pada dasarnya merupakan upaya perubahan perilaku manusia dalam memilih pangan untuk dikonsumsi. Tingkat keberagaman jenis pangan anak pada anak yang jarang sarapan pagi (85.7%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (97%) samasama termasuk pada kategori keragaman pangan tinggi. Berdasarkan persentasenya diketahui bahwa keanekaragaman pangan pada anak yang selalu sarapan pagi lebih besar dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi. Analisis uji beda menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) mengenai keragaman pangan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi. Bervariasinya penggunaan jenis pangan yang dikonsumsi sebagai pangan sarapan pagi menyebabkan keragaman jenis pangan yang dikonsumsi baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi tersebut termasuk pada kategori tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Ayu (2012) dimana terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dengan daya beli keluarga terhadap pangan sehingga pangan yang tersedia pada rumah tangga tersebut semakin beragam. Ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga cenderung menyediakan sarapan pagi yang lebih bervariasi dibandingkan dengan ibu yang memiliki

24

aktivitas diluar rumah dan hidangan yang disediakan juga cenderung lebih beragam (Hardinsyah 2011). Tabel 14 Sebaran kebiasaan sarapan anak Variabel

Jarang sarapan n %

Selalu sarapan n %

Total p-value n

%

1.Waktu Sarapan : Sebelum berangkat sekolah 19 90 30 100 49 96.1 Saat berada di sekolah 2 10 0 0 2 3.9 (bekal sarapan pagi) Total 21 100 30 100 51 100 2. Lokasi Sarapan : Di rumah 19 90 30 100 49 96.1 Di sekolah 2 10 0 0 2 3.9 Total 21 100 30 100 51 100 3. Kategori Sarapan : Tidak pernah 9 30 0 0 9 15 Jarang 21 70 0 0 21 35 Selalu 0 0 30 100 30 50 Total 30 100 30 100 60 100 4. Jenis Menu Sarapan : Makanan pokok + Lauk hewani 2 10 0 0 2 4 Makanan pokok + Lauk hewani + 1 5 1 3 2 4 Lauk nabati Makaan pokok + Lauk hewani 18 85 29 97 47 92 + Lauk nabati + Sayur Total 21 100 30 100 51 100 5. Makanan siap saji : Tidak pernah 11 52 3 10 14 27.4 Jarang 10 48 16 53 26 51 Sering 0 0 8 27 8 15.6 Selalu 0 0 3 10 3 5.8 Total 21 100 30 100 51 100 6. Keragaman jenis pangan : Rendah 2 9.5 0 0 2 3.9 Sedang 1 4.8 1 3 2 3.9 Tinggi 18 85.7 29 97 47 92.2 Total 21 100 30 100 51 100 Keterangan : Total anak 51 orang karena 9 orang anak tidak pernah sarapan pagi

0.021

0.021

0.000

0.000

0.000

0.000

Menurut Kral et al. (2010) ketika seseorang tidak melakukan sarapan pagi, tingkat konsumsi kalorinya lebih rendah 362 kalori dibandingkan dengan seseorang yang melakukan sarapan pagi, anak yang tidak terbiasa melakukan sarapan pagi akan bersiko mengalami hipoglikemia dan akan cenderung mengkonsumsi jajanan disekolah yang cenderung mengandung bahan tambahan pangan yang berbahaya. Kadar glukosa darah akan berpengaruh terhadap peningkatan produktifitas dan kondisi aktivitasnya. Anak yang tidak terbiasa melakukan sarapan pagi dapat disebabkan karena kebiasaan tidak sarapan tersebut dibangun oleh keluarganya yang memang tidak terbiasa melakukan sarapan pagi. Kebiasaan orang tua tersebut akhirnya dilakukan juga oleh anak tersebut. Selain faktor keluarga penyebab lain anak tidak sarapan pagi adalah berasal dari faktor

25

fisiologis dari dalam diri anak tersebut yang membuat anak menjadi malas sarapan pagi dan faktor biologis dimana anak sering sakit perut setelah sarapan pagi. Kondisi kurangnya nafsu makan juga menjadi salah satu permasalahan yang sering kali dialami oleh anak usia sekolah. Tidak terbiasanya melakukan sarapan pagi akan dapat membuat organ lambung selalu berada dalam keadaan kosong pada pagi hari dan hal tersebut jika dibiarkan secara terus menerus maka akan dapat menimbulkan efek yang negatif bagi kondisi tubuh. Konsumsi Pangan Pola Konsumsi Pangan Menurut Almatsier (2006) karbohidrat merupakan sumber energi utama dan berasal dari tumbuh-tumbuhan. Negara-negara berkembang kurang lebih 80% energi makanan yang dikonsumsi berasal dari pangan sumber karbohidrat. Sebaran kategori pangan sumber karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sumber karbohidrat Jarang Selalu Total sarapan sarapan Kategori konsumsi pangan n % n % n % Beras/Nasi : Sering (≥ 4 kali seminggu) 2 6.7 1 3.3 3 5 Setiap hari 28 93.3 29 96.7 57 95 Roti : Tidak pernah 5 16.7 2 6.7 7 11.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 12 40 15 50 27 45 Sering (≥ 4 kali seminggu) 7 23.3 5 16.7 12 20 Setiap hari 6 20 8 26.7 14 23.3 Umbi-umbian : Tidak pernah 8 26.7 14 46.7 22 36.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 17 56.7 14 46.7 31 51.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 4 13.3 1 3.3 5 8.3 Setiap hari 1 3.3 1 3.3 2 3.3 Olahan tepung (mie, bihun): Tidak pernah 4 13.3 8 26.7 12 20 Jarang (1-3 kali seminggu) 5 16.7 10 33.3 15 25 Sering (≥ 4 kali seminggu) 15 50 9 30 24 40 Setiap hari 6 20 3 10 9 15 Jagung : Tidak pernah 14 46.7 12 40 26 43.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 13 43.3 16 53.3 29 48.3 Sering (≥ 4 kali seminggu) 3 10 2 6.7 5 8.3 Anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi sebagian besar konsumsi berasnya termasuk kedalam kategori setiap hari (93.3% dan 96.7%). Anak yang jarang sarapan pagi ada yang termasuk kedalam kategori sering (≥4 kali/minggu) dengan persentase 6.7% namun tidak ada yang termasuk kedalam kategori jarang (1-3 kali/minggu) sedangkan pada anak yang selalu

26

sarapan pagi ada juga yang termasuk kedalam kategori sering (≥4 kali/minggu) dengan persentase 3.3% namun tidak ada yang termasuk kedalam kategori jarang. Jenis pangan roti persentase terbesar baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam kategori jarang dengan persentase 40% dan 50%. Pangan umbi-umbian seperti singkong, ubu jalar dan kentang pada anak yang jarang sarapan pagi termasuk kedalam kategori jarang (56.7%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam kategori tidak pernah (46.7%) dan jarang (46.7%). Pangan olahan tepung seperti mie dan bihun lebih banyak dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (50%) termasuk kedalam kategori sering sedangkan anak yang selalu sarapan pagi (33.3%) termasuk kedalam kategori jarang. Konsumsi jagung pada anak yang jarang sarapan pagi (46.7%) termasuk kategori tidak pernah sedangkan anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam kategori jarang (53.3%). Berdasarkan data konsumsi pangan sumber karbohidrat tersebut menunjukan bahwa beras menjadi pangan yang dominan dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi. Studi Widyawati (2010) menyatakan bahwa preferensi pangan yang menjadi sumber karbohidrat yang dikonsumsi oleh penduduk Bogor masih dominan pada kelompok padi-padian. Menurut Depkes (1996) salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai sumber zat pembangun ialah protein. Pangan sumber protein nabati yang diamati yaitu yang berasal dari kacang-kacangan (kacang tanah, kacang hijau) dan olahan kedelai (tempe, tahu dan oncom). Sebaran kategori konsumsi pangan sumber protein nabati anak dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sumber protein nabati Jarang Selalu Total Kategori konsumsi pangan sarapan sarapan n % n % n % Kacang-kacangan : Tidak pernah 6 20 8 26.7 14 23.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 9 30 9 30 18 30 Sering (≥ 4 kali seminggu) 10 33.3 7 23.3 17 28.3 Setiap hari 5 16.7 6 20 11 18.3 Olahan kedelai : Tidak pernah 6 20 8 26.7 14 23.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 9 30 9 30 18 30 Sering (≥ 4 kali seminggu) 10 33.3 7 23.3 17 28.3 Setiap hari 5 16.7 6 20 11 18.3 Kacang- kacangan dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (33.3%) pada kategori sering sedangkan anak yang selalu sarapan pagi (26.7%) pada kategori tidak pernah. Konsumsi olahan kedelai sebagian besar pada anak yang jarang sarapan pagi termasuk kedalam kategori sering (33.3%) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi termasuk pada kategori jarang (30%). Pangan olahan kedelai seperti tempe, tahu dan oncom lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa anak yang jarang sarapan pagi lebih sering mengkonsumsi pangan sumber protein nabati dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi.

27

Pangan sumber protein hewani sangat penting bagi tubuh. Anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan sangat baik diberikan makanan yang tinggi protein tersebut. Selain protein nabati diperoleh pula data konsumsi kategori pangan hewani dan dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sumber protein hewani Jarang Selalu Total Kategori konsumsi pangan sarapan sarapan n % n % n % Daging : Tidak pernah 14 46.7 13 43.3 27 45 Jarang (1-3 kali seminggu) 8 26.7 7 23.3 15 25 Sering (≥ 4 kali seminggu) 8 26.7 10 33.3 18 30 Ayam : Tidak pernah 1 3 0 0 1 1.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 13 43 15 50 28 46.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 11 37 10 33 21 35 Setiap hari 5 17 5 17 10 16.7 Telur ayam : Tidak pernah 0 0 2 7 2 3.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 7 23 6 20 13 21.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 8 27 10 33 18 30 Setiap hari 15 50 12 40 27 45 Ikan : Tidak pernah 9 30 11 36.7 20 33.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 16 53.3 15 50 31 51.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 5 16.7 3 10 8 13.3 Setiap hari 0 0 1 3.3 1 1.7 Persentase konsumsi pangan yang berasal dari daging (daging sapi dan daging kambing) baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi sebagian besar termasuk pada kategori tidak pernah dikonsumsi (46.7%) oleh anak yang jarang sarapan pagi dan (43.3%) oleh anak yang selalu sarapan pagi. Ayam dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (43%) maupun anak yang selalu sarapan pagi (50%) pada kategori jarang dikonsumsi yaitu. Telur ayam dengan persentase terbesar yaitu pada kategori setiap hari (50%) pada anak jarang sarapan pagi dan (40%) pada anak selalu sarapan pagi. Ikan-ikanan seperti (ikan laut, ikan air tawar, udang dan cumi) sebagian besar dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (53.3%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (50%) termasuk pada kategori jarang. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi memiliki kesamaan yaitu telur ayam. Telur merupakan pangan yang sering dikonsumsi karena selain harganya yang murah pengolahannya juga mudah. Menurut Depkes (1996) konsumsi pangan sumber zat pengatur menjadi salah satu hal yang penting diperhatikan dalam konsumsi pangan secara seimbang. Sayur dan buah merupakan jenis pangan yang menjadi sumber zat pengatur, selain itu jenis pangan ini juga berfungsi sebagai pangan sumber serat. Sayur yang sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan

28

pagi yaitu bayam, kangkung, kacang panjang, timun, brokoli dan sawi dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi sayur Kategori konsumsi pangan Jarang sarapan Selalu sarapan Total n % n % n % Bayam : Tidak pernah 2 7 3 10 5 8.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 9 30 6 20 15 25 Sering (≥ 4 kali seminggu) 14 47 18 60 32 53.3 Setiap hari 5 17 3 10 8 13.3 Kangkung : Tidak pernah 1 3 2 6.7 3 5 Jarang (1-3 kali seminggu) 9 30 6 20 15 25 Sering (≥ 4 kali seminggu) 16 53 14 46.7 30 50 Setiap hari 4 13 8 26.7 12 20 Wortel : Tidak pernah 5 17 5 16.7 10 16.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 14 47 7 23.3 21 35 Sering (≥ 4 kali seminggu) 9 30 15 50 24 40 Setiap hari 2 7 3 10 5 8.3 Kacang panjang : Tidak pernah 2 7 3 10 5 8.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 8 27 4 13.3 12 20 Sering (≥ 4 kali seminggu) 15 50 16 53.3 31 51.7 Setiap hari 5 17 7 23.3 12 20 Timun : Tidak pernah 2 7 2 6.7 4 6.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 3 10 4 13.3 7 11.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 15 50 12 40 27 45 Setiap hari 10 33 12 40 22 36.7 Kol : Tidak pernah 3 10 0 0 3 5 Jarang (1-3 kali seminggu) 2 7 4 13 6 10 Sering (≥ 4 kali seminggu) 15 50 10 33 25 41.7 Setiap hari 10 33 16 53 26 43.3 Brokoli : Tidak pernah 2 7 0 0 2 3.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 6 20 4 13 10 16.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 15 50 12 40 27 45 Setiap hari 7 23 14 47 21 35 Daun singkong : Jarang (1-3 kali seminggu) 11 37 19 63 30 50 Sering (≥ 4 kali seminggu) 16 53 10 33 26 43.3 Setiap hari 3 10 1 3 4 6.7 Sawi : Tidak pernah 3 10 7 23 10 16.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 8 27 5 17 13 21.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 13 43 13 43 26 43.3 Setiap hari 6 20 5 17 11 18.3

29

Konsumsi bayam, kangkung, kacang panjang, timun dan sawi termasuk kategori sayuran yang sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi. Bayam pada anak yang jarang sarapan pagi (47%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (60%). Bayam lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Kangkung pada anak yang jarang sarapan pagi (53%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (46.7%). Kangkung lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Kacang panjang pada anak yang jarang sarapan pagi (50%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (53.3%). Kacang panjang lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Timun pada anak yang jarang sarapan pagi dikonsumsi (50%) dan anak yang selalu sarapan pagi (40%). Timun lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Sawi dikonsumsi dalam kategori sering (43%) oleh anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi. Persentase konsumsi sawi baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi memiliki kesamaan. Lima jenis sayuran ini merupakan sayur yang disukai oleh anak-anak tersebut sehingga sering dikonsumsi. Sayuran ini biasanya diolah menjadi menu tumisan dan sayuran berkuah. Wortel pada anak yang jarang sarapan pagi (47%) termasuk kedalam kategori jarang sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (50%) termasuk kedalam kategori sering. Wortel termasuk kedalam sayuran yang jarang dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi namun pada anak yang selalu sarapan pagi wortel termasuk sayuran yang sering dikonsumsi. Brokoli dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (50%) pada kategori sering sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (47%) pada kategori selalu. Brokoli lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Sayur kol pada anak yang jarang sarapan pagi termasuk kedalam kategori sering (50%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam kategori setiap hari (53%). Kol lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Daun singkong dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori sering (53%) sedangkan anak yang selalu sarapan pagi pada kategori jarang (63%). Daun singkong lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh keluarga anak yang jarang sarapan pagi maupun pada keluarga anak yang selalu sarapa pagi dapat berbedabeda, hal itu dapat dipengaruhi oleh faktor kesukaan anggota keluarga tersebut terhadap jenis sayuran yang mereka konsumsi. Selain itu terkadang ibu juga memilih jenis pangan yang mudah diolah sehingga pangan tersebutlah yang sering dikonsumsi dalam keluarga. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral. Buah-buahan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin dan mineral. Buahbuahan yang sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi adalah pisang, jeruk, mangga dan papaya (Tabel 19). Pisang, jeruk, mangga dan pepaya sama-sama dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi termasuk pada kategori sering. Pisang dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi memiliki kesamaan yaitu dengan persentase 43%. Jeruk dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi (37%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (47%). Jeruk lebih sering dikonsumsi oleh anak yang selalu sarapan pagi. Mangga dikonsumsi anak yang jarang sarapan pagi (63%) dan anak yang

30

selalu sarapan pagi (57%). Mangga lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Konsumsi papaya pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi memiliki kesamaan yaitu pada kategori sering dikomsumsi dengan persentase 43%. Apel pada anak yang jarang sarapan pagi (53%) maupun pada anak yang selalu sarapan pagi (47%) termasuk kedalam kategori tidak pernah dikonsumsi. Apel umumnya tidak pernah dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi. Konsumsi alpukat pada anak yang jarang sarapan pagi berada pada kategori tidak pernah (40%) dan jarang (40%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi pada kategori tidak pernah (53%). Tabel 19 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi buah Kategori konsumsi pangan Pisang : Tidak pernah Jarang (1-3 kali seminggu) Sering (≥ 4 kali seminggu) Setiap hari Jeruk : Tidak pernah Jarang (1-3 kali seminggu) Sering (≥ 4 kali seminggu) Setiap hari Mangga : Tidak pernah Jarang (1-3 kali seminggu) Sering (≥ 4 kali seminggu) Setiap hari Pepaya : Tidak pernah Jarang (1-3 kali seminggu) Sering (≥ 4 kali seminggu) Setiap hari Apel : Tidak pernah Jarang (1-3 kali seminggu) Sering (≥ 4 kali seminggu) Setiap hari Alpukat : Tidak pernah Jarang (1-3 kali seminggu) Sering (≥ 4 kali seminggu) Setiap hari

Jarang sarapan n %

Selalu sarapan n %

Total n

%

3 8 13 6

10 27 43 20

7 5 13 5

23 17 43 17

10 13 26 11

16.7 21.7 43.3 18.3

2 9 11 8

7 30 37 27

3 5 14 8

10 17 47 27

5 14 25 16

8.3 23.3 41.7 26.7

3 6 19 2

10 20 63 7

5 5 17 3

17 17 57 10

8 11 36 5

13.3 18.3 60 8.3

5 4 13 8

17 13 43 27

4 2 13 11

13 7 43 37

9 6 26 19

15 10 43.3 31.7

16 11 3 0

53 37 10 0

14 11 2 3

47 37 7 10

30 22 5 3

50 36.7 8.3 5

12 12 6 0

40 40 20 0

16 9 3 2

53 30 10 7

28 21 9 2

46.7 35 15 3.3

Susu dan pangan olahannya juga memiliki nilai zat gizi yang penting bagi pertumbuhan anak. Sebaran konsumsinya dapat dilihat pada Tabel 20. Konsumsi susu pada anak yang jarang sarapan pagi yang termasuk kedalam kategori sering (37%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi termasuk pada kategori tidak pernah (37%). Susu lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Susu sangat baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi, masa anak-anak

31

sebaiknya sering mengkonsumsi susu agar pertumbuhan tulangnya juga bisa optimal. Konsumsi yoghurt pada anak yang jarang sarapan pagi (40%) pada kategori tidak pernah dan (40%) pada kategori jarang sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi pada kategori tidak pernah (57%). Yoghurt dilihat dari persentase kategori konsumsinya termasuk kedalam jenis pangan yang jarang dikonsumsi baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi bahkan banyak juga yang tidak pernah mengkonsumsinya. Keju dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dalam kategori tidak pernah (53%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (47%). Keju juga termasuk pangan yang kurang diminati oleh anak baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi hal tersebut dapat dilihat dari persentase kategori konsumsinya yang dominan tidak pernah dan jarang. Tabel 20 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi susu dan hasil olahannya Kategori konsumsi pangan Jarang sarapan Selalu sarapan Total n % n % n % Susu : Tidak pernah 7 23 11 37 18 30 Jarang (1-3 kali seminggu) 9 30 8 27 17 28.3 Sering (≥ 4 kali seminggu) 11 37 10 33 21 35 Setiap hari 3 10 1 3 4 6.7 Yoghurt : Tidak pernah 12 40 17 57 29 48.3 Jarang (1-3 kali seminggu) 12 40 11 37 23 38.3 Sering (≥ 4 kali seminggu) 5 17 1 3 6 10 Setiap hari 1 3 1 3 2 3.3 Keju : Tidak pernah 16 53 14 47 30 50 Jarang (1-3 kali seminggu) 11 37 12 40 23 38.3 Sering (≥ 4 kali seminggu) 3 10 2 7 5 8.3 Setiap hari 0 0 2 7 2 3.3 Makanan siap saji merupakan bentuk makanan yang mudah untuk disimpan, mudah dihidangkan dan mudah diperoleh. Penampakan bentuk, warna, tekstur, dan rasa makanan siap saji yang menarik akan mempengaruhi nafsu makan seseorang, sehingga pada beberapa anak konsumsi makanan siap menjadi solusi bagi yang kurang nafsu makan. Makanan siap saji di pasaran umumnya berfungsi sebagai pangan pokok sumber energi maupun pangan sumber protein (Suhardjo 1989). Jenis makanan siap saji yang sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi dapat dilihat pada Tabel 21. Pangan yang tinggal rebus atau bisa langsung diseduh seperti mie, bubur instan dan spagheti dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori tidak pernah (36.7%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (30%) termasuk kedalam kategori jarang dikonsumsi. Biskuit dan sereal dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori sering 43.3% sama halnya dengan anak yang selalu sarapan pagi namun persentasenya lebih tinggi yaitu 50%. Selain sumber energi, makanan siap saji juga disajikan sebagai sumber protein hewani. Umumnya, pangan hewani tersebut dapat bersumber dari daging

32

sapi, ayam dan ikan. Olahan pangan instan sumber protein yang berasal dari pangan hewani yang banyak digunakan antara lain kornet, sosis, burger, nugget dan lain sebagainya. Olahan pangan hewani tersebut umumnya dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi yang biasanya diolah dengan cara digoreng atau ada juga yang ditumis dengan tambahan sayuran. Kornet dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori sering dengan persentase 43.3% sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi dengan kategori sering 40% dan setiap hari 40%. Konsumsi nugget pada anak yang jarang sarapan pagi termasuk sering (60%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (50%). Nugget lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Sosis biasa dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi dengan kategori sering (46.7%) dan pada anak yang selalu sarapan pagi (43%). Sosis lebih sering dikonsumsi oleh anak yang jarang sarapan pagi. Tabel 21 Sebaran anak berdasarkan frekuensi konsumsi makanan siap saji Kategori konsumsi pangan Jarang sarapan Selalu sarapan Total n % n % n % Pangan (mie, super bubur, spaghetti) Tidak pernah 11 36.7 8 26.7 19 31.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 7 23.3 9 30 16 26.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 9 30 7 23.3 16 26.7 Setiap hari 3 10 6 20 9 15 Biskuit dan sereal : Tidak pernah 5 16.7 7 23.3 12 20 Jarang (1-3 kali seminggu) 5 16.7 5 16.7 10 16.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 13 43.3 15 50 28 46.7 Setiap hari 7 23.3 3 10 10 16.7 Sosis : Tidak pernah 1 3.3 3 10 4 6.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 7 23.3 6 20 13 21.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 14 46.7 13 43 27 45 Setiap hari 8 26.7 8 27 16 26.7 Kornet : Tidak pernah 0 0 1 3.3 1 1.7 Jarang (1-3 kali seminggu) 8 26.7 5 16.7 13 21.7 Sering (≥ 4 kali seminggu) 13 43.3 12 40 25 41.7 Setiap hari 9 30 12 40 21 35 Nugget : Tidak pernah 1 3.3 2 7 3 5 Jarang (1-3 kali seminggu) 7 23.3 11 37 18 30 Sering (≥ 4 kali seminggu) 18 60 15 50 33 55 Setiap hari 4 13.3 2 7 6 10 Tingkat Kecukupan Gizi Pengukuran konsumsi pangan dapat dilakukan pada tingkat nasional, rumah tangga atau pada tingkat individu. Metode pengukuran konsumsi pangan pada tingkat individu dikelompokan menjadi dua yaitu metode konsumsi harian kuantitatif dan metode yang mencakup dietary history dan kuesioner kategori pangan (FFQ) (Gibson 2005). Salah satu aspek penting dari kebiasaan makan

33

adalah kategori makan per hari, karena secara langsung akan mempengaruhi asupan zat gizi melalui konsumsi pangan. Tingkat asupan energi diperoleh dengan membandingkan asupan energi aktual anak dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan per orang per hari sesuai Widyakarya Pangan Nasional Pangan dan Gizi (2004) dengan mempertimbangkan faktor umur dan jenis kelamin. Faktor berat badan tidak diperhitungkan untuk menentukan tingkat kecukupan energi dikarenakan faktor koreksi berat badan digunakan apabila status gizi seseorang dalam kategori baik (Hardinsyah et al. 2010). Data konsumsi pangan hasil recall 1x24 jam diperoleh kemudian dikonversi lalu dianalisis dan diperoleh rata-rata kebutuhan, konsumsi dan tingkat kecukupan pada masing-masing anak. Sebaran anak menurut kebutuhan, konsumsi dan tingkat kecukupannya dapat dilihat pada Tabel 22. Konsumsi pangan anak pada yang jarang sarapan pagi dengan anak yang selalu sarapan pagi juga berbeda, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh frekuensi makan maupun menu yang dikonsumsi oleh anak. Kecukupan energi maupun protein pada anak yang jarang sarapan pagi lebih kecil jika dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi, hal tersebut dipengaruhi oleh umur anak dan berat badan anak yang beragam. Perbedaan frekuensi makan dan jenis menu yang dikonsumsi oleh anak-anak tersebut akan berdampak pula terhadap tingkat kecukupan energi dan proteinnya. Tabel 22 Rata-rata dan standar deviasi konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan anak Variabel 1. Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) Protein (g/kap/hr) 2. Kecukupan Energi Protein 3. Tingkat kecukupan Energi (% AKE) Protein (% AKP)

Jarang sarapan Hari pertama Hari kedua

Selalu sarapan Hari pertama Hari kedua

1 143.0±472.5 39.1±24.1

1 518.9±436.3 49.9±12.7

1 125.7±379.5 40.4±19.0

1 837.0±234.2 44.8±5.7

63.6±27.9 87.9±51.7

58.2±19.6 85.8±40.4

1 495.5±291.3 55.8±18.3

2 237.0±422.2 54.7±10.6

69.8±21.7 95.0±32.8

72.9±14.2 111.6±36.7

Kecukupan energi maupun protein pada anak yang jarang sarapan pagi lebih kecil dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi. Hal tersebut dipengaruhi oleh umur dan berat badan anak. Konsumsi pangan anak pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu sarapan pagi terdapat perbedaan yang dipengaruhi oleh frekuensi makan dan jenis menu yang dikonsumsi oleh masing-masing anak tersebut. Perbedaan tersebut akan berdampak pula pada tingkat kecukupan energi dan protein anak. Sebagian besar tingkat kecukupan energi pada kedua kelompok anak (Tabel 23) masih termasuk kedalam kategori defisit berat dengan persentase pada anak yang jarang sarapan pagi pada hari pertama dan hari kedua (70% dan 73.3%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (46.7% dan 33.3%). Kategori normal pada anak yang jarang sarapan pagi selama dua hari (16.7% dan 10%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (26.7% dan 20%). Anak yang jarang sarapan pagi pada hari pertama terdapat kategori lebih (3,3%).

34

Protein memiliki fungsi yang khas pada tubuh yaitu membangun dan memelihara sel-sel jaringan tubuh. Anak yang jarang sarapan pagi mengalami defisit berat (43.3%) pada hari pertama dan pada hari kedua (40%) begitu pula dengan anak yang selalu sarapan masih tergolong defisit berat (26.7% dan 10%) hal ini dapat disebabkan karena kurang beragamnya jenis pangan sumber protein yang mereka konsumsi. Protein yang dikonsumsi pada kategori normal pada anak yang jarang sarapan pagi (26.7% dan 16.7%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (33.3% dan 40%). Kategori protein lebih juga terdapat pada anak yang jarang sarapan pagi (20% dan 20%) sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (26.7% dan 33.3%). Kategori energi maupun protein anak bisa mengalami perbedaan setiap harinya tergantung dari apa yang mereka konsumsi. Kurangnya konsumsi makanan sumber energi dan protein dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan pada anak. Tabel 23 Sebaran anak berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein anak Tingkat kecukupan Energi : Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Protein : Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih

Jarang sarapan Hari pertama Hari kedua n % n %

Selalu sarapan Hari pertama Hari kedua n % n %

21 1 2 5 1

70 3.3 6.7 16.7 3.3

22 4 1 3 0

73.3 13.3 3.3 10 0

14 8 0 8 0

46.7 26.7 0 26.7 0

10 11 6 3 0

33.3 36.7 20 20 0

13 2 1 8 6

43.3 6.7 3.3 26.7 20

12 5 2 5 6

40 16.7 6.7 16.7 20

8 4 0 10 8

26.7 13.3 0 33.3 26.7

3 2 3 12 10

10 6.7 10 40 33.3

Kontribusi Gizi Sarapan Pagi Makanan yang dikonsumsi oleh seorang anak akan memiliki dampak terhadap masa penting perkembangannya seperti kesehatan, kekuatan fisik serta kesehatan mental dan jiwa. Anak yang biasa mengkonsumsi makanan yang sehat dengan kandungan zat gizi yang seimbang akan tumbuh menjadi anak yang sehat (Nurhasan 2005). Sarapan memiliki pengaruh yang besar terhadap asupan energi dan protein harian. Hasil perbandingan rata-rata kontribusi energi dan protein sarapan anak dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Sebaran rata-rata kontribusi energi dan protein anak Variabel Kontribusi energi (%) Kontribusi protein (%)

Jarang sarapan 10.1±9.1 (182 Kal) 18.3±19.5 (8.2 g)

Selalu sarapan 10.6±6.8 (242 Kal) 19.3±13.6 (10.4 g) Kontribusi energi pada anak yang jarang sarapan (10.1±9.1) % dan protein (18.3±19.5) % sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi kontribusi energinya (10.6±6.8) % dan protein (19.3±13.6) %. Kontribusi energi dipengaruhi oleh

kebutuhan dan konsumsi anak tersebut. Kontribusi energi anak jarang sarapan pagi maupun anak selalu sarapan pagi masih termasuk kurang baik (<25%). Ratarata konsumsi energi pada anak yang jarang sarapan pagi yaitu sekitar 182 Kal dan protein 8.2 gram sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi rata-rata

35

konsumsi energinya lebih besar yaitu sekitar 242 Kal dengan konsumsi protein 10.4 gram. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Perdana (2013) dimana 69.6% anak Indonesia masih belum mengkonsumsi sarapan pagi sesuai dengan anjuran gizi seimbang. Status Gizi Status gizi anak dihitung dengan menggunakan analisis z-score. Analisis ini merupakan rekomendasi dari WHO (World Helath Organization). Menurut Depkes (2004) status gizi tersebut merupakan tanda penampilan seseorang yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan degan pengeluaran zat gizi yang bersumber dari pangan yang dikonsumsi oleh seseorang yang didasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Sebaran status gizi anak Status gizi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obese

Jarang sarapan n % 1 3.3 0 0 18 60 4 13.3 7 23.3

Keterangan : Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obese

Selalu sarapan n % 0 0 1 3.3 18 60 4 13.3 7 23.3

Total n 1 1 36 8 14

% 1.7 1.7 60 13.3 23.3

= < -3 SD = -3 SD ≤ Z ≤ -2 SD = -2 SD < Z < +1 SD = +1 SD < Z < +2 SD = ≥ +2 SD

Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat bahwa hasil penilaian status gizi pada anak yang jarang sarapan pagi terdapat anak dengan status gizi sangat kurus 3.3% sedangkan anak yang selalu sarapan pagi tidak terdapat anak yang berstatus gizi sangat kurus namun sebaliknya pada anak yang selalu sarapan pagi terdapat anak yang memiliki status gizi kurus 3.3% sedangkan anak yang jarang sarapan pagi tidak terdapat anak yang memiliki status gizi tersebut. Anak yang memiliki status gizi normal sama-sama dimiliki oleh anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi dengan persentase 60% selain itu persentase anak yang berstatus gizi gemuk juga sama-sama 13.3% dan anak yang Obese 23.3%. Perbedaan hanya teletak pada persentase anak yang memiliki status gizi sangat kurus dan status gizi kurus. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh oleh masing-masing anak setelah mengikuti program pembelajaran yang dinyatakan dengan skor atau nilai. Penelitian prestasi belajar anak diukur dengan menggunakan nilai rapor kelas 3 semester 1,2 dan kelas 4 semester 1,2 serta dari nilai hasil tes daya ingat sesaat. Prestasi belajar anak dikategorikan menjadi kurang, cukup, baik dan sangat baik menurut Kemendiknas (2012). Data sebaran contoh berdasarkan rata-rata nilai rapor dan nilai tes daya ingat sesaat dapat dilihat pada Tabel 26.

36

Tabel 26 Sebaran rata-rata nilai rapor dan tes daya ingat sesaat anak Variabel 1. Nilai rapor : Sangat baik (≥ 8.0) Baik (7.0-7.9) Cukup (6.0-6.9) Rata-rata ± SD 2. Daya ingat sesaat : Baik (>35.25) Cukup (13.65-35.25) Kurang (<13.65) Rata-rata±SD

Jarang sarapan n %

Selalu sarapan n %

n

Total

9 30 18 60 3 10 76.4 ±5.0

14 46.7 16 53.3 0 0 79.6 ±4.0

23 38.3 34 56.7 3 5 78.0 ±4.8

2 6.7 21 70 7 23.3 23.1±11.2

2 6.7 21 70 7 23.3 25.7±10.4

4 6.7 42 70 14 23.3 24.4±10.8

%

Berdasarkan Tabel 26 nilai rapor anak yang jarang sarapan pagi pada kategori baik lebih besar dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi namun pada kategori sangat baik anak yang selalu sarapan pagi lebih besar dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi. Semementara pada kategori cukup hanya dimiliki oleh anak yang jarang sarapan pagi saja. Nilai daya ingat sesaat baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi tidak ada perbedaan. Keduanya memiliki persentase 6.7% pada kategori baik, 70% pada kategori cukup dan 23.3% pada kategori kurang. Anak yang jarang sarapan pagi ada 9 orang yang tidak pernah sarapan setiap paginya. Hasil prestasi belajar anak yang tidak pernah sarapan pagi tersebut dapat dilihat pada Tabel 27. Anak yang tidak pernah sarapan pagi nilai rapornya temasuk ke dalam kategori baik 66.7% dan cukup 33.3% sedangkan nilai daya ingat sesaat termasuk kedalam kategori cukup dan kurang (33.3% dan 66.7%). Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa anak yang tidak pernah sarapan pagi nilai prestasi belajarnya baik pada nilai rapor maupun nilai tes daya ingat sesaat tidak ada yang termasuk kedalam kategori sangat baik (nilai rapor) dan tidak ada yang masuk kedalam kategori baik (tes daya ingat sesaat). Tabel 27 Sebaran nilai rapor dan tes daya ingat sesaat anak yang tidak pernah sarapan pagi Variabel 1. Nilai rapor : Sangat baik (≥ 8.0) Baik (7.0-7.9) Cukup (6.0-6.9) 2. Daya ingat sesaat : Baik (>35.25) Cukup (13.65-35.25) Kurang (<13.65)

Tidak pernah sarapan pagi n % 0 6 3

0 66.7 33.3

0 3 6

0 33.3 66.7

Hubungan antar variabel dengan prestasi belajar anak Variabel yang diteliti pada penelitian ini meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan umur orang tua), karakteristik anak (jenis kelamin, status kesehatan, umur,

37

tinggi badan dan berat badan), kebiasaan sarapan (waktu sarapan, lokasi sarapan, kategori sarapan, jenis menu sarapan, makanan siap saji dan keragaman jenis pangan), konsumsi pangan serta status gizi. Variabel seperti kebiasaan sarapan, konsumsi pangan dan status gizi tersebut dianalisis hubungannya dengan prestasi belajar (daya ingat sesaat dan nilai rapor) dan diuji dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Hubungan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Hasil uji korelasi Rank Spearman antara sarapan pagi yang terdiri dari waktu sarapan, lokasi sarapan, kategori sarapan, jenis menu sarapan, makanan siap saji dan keragaman jenis pangan dengan prestasi belajar data dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan daya ingat sesaat Variabel

Prestasi belajar (daya ingat sesaat) rs p Waktu sarapan 0.044 0.736 Lokasi sarapan 0.044 0.736 Kategori sarapan 0.109 0.407 Jenis menu sarapan -0.102 0.437 Makanan siap saji 0.402 0.110 Keragaman jenis pangan -0.113 0.390 Keterangan : rs = koefisien rank spearman p = taraf nyata

Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat hasil analisis uji korelasi Rank Spearman menunjukan bahwa belum terdapat hubungan antara variabel kebiasaan sarapan pagi (waktu sarapan, lokasi sarapan, kategori sarapan, jenis menu sarapan, makanan siap saji dan keragaman jenis pangan) dengan prestasi belajar (tes daya ingat sesaat) (P>0.05). Hal ini menunjukan bahwa semakin baik kebiasaan sarapan pagi anak belum menunjukan adanya hubungan dengan nilai daya ingat sesaat anak tersebut. Hasil analisis uji korelasi Rank Spearman menunjukan bahwa belum terdapat hubungan antara variabel kebiasaan sarapan pagi (waktu sarapan, lokasi sarapan, kategori sarapan, jenis menu sarapan, makanan siap saji dan keragaman jenis pangan) dengan prestasi belajar (nilai rapor) (P>0.05). Hal ini menunjukan bahwa semakin baik kebiasaan sarapan pagi anak belum memiliki hubungan dengan peningkatan nilai rapor anak tersebut. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29 Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan nilai rapor anak Variabel Prestasi belajar (nilai rapor) rs p Waktu sarapan 0.125 0.340 Lokasi sarapan 0.125 0.340 Kategori sarapan 0.326 0.110 Jenis menu sarapan 0.127 0.335 Makanan siap saji 0.255 0.500 Keragaman jenis pangan 0.352 0.122 Keterangan : rs = koefisien rank spearman p = taraf nyata

38

Hubungan Konsumsi Pangan dengan Prestasi Belajar Hasil uji korelasi Rank Spearman antara konsumsi energi dan protein terhadap prestasi belajar (tes daya ingat sesaat) dapat dilihat pada Tabel 30. Hasil analisis uji korelasi Rank Spearman tersebut menunjukan bahwa belum terdapat hubungan antara variabel konsumsi pangan (energi dan protein) dengan prestasi belajar (tes daya ingat sesaat) (P>0.05). Kurang beragamnya konsumsi pangan anak menyebabkan belum adanya hubungan antara konsumsi (energi dan protein) dengan daya ingat sesaat anak. Tabel 30 Hubungan konsumsi pangan dengan daya ingat sesaat anak Variabel Prestasi belajar (daya ingat sesaat) rs p Konsumsi energi -0.045 0.735 Konsumsi protein -0.011 0.931 Keterangan : rs = koefisien rank spearman p = taraf nyata

Berdasarkan Tabel 31 hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukan bahwa belum ada hubungan antara variabel konsumsi energi dan protein dengan prestasi belajar (nilai rapor) (P>0.05 ). Hasil yang sama ditunjukan pada penelitian (Ayu 2012) diperoleh hasil dimana tidak terdapat hubungan antara prestasi belajar yang diukur melalui rata-rata nilai nilai rapor dengan konsumsi energi dan konsumsi protein pada anak. Tabel 31 Hubungan konsumsi pangan dengan nilai rapor anak Variabel Prestasi belajar (nilai rapor) rs p Konsumsi energi 0.055 0.675 Konsumsi protein 0.202 0.121 Keterangan : rs = koefisien rank spearman p = taraf nyata

Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Hasil uji korelasi Rank Spearman (Tabel 32) menunjukan bahwa belum terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar (nilai rapor dan tes daya ingat sesaat) pada anak (P>0.05). Hasil yang sama ditunjukan pada penelitian Ayu (2012) diperoleh hasil dimana tidak terdapat hubungan antara prestasi belajar yang diukur melalui rata-rata nilai nilai rapor dengan status gizi anak. Tabel 32 Hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak Variabel Nilai rapor Tes daya ingat sesaat rs p rs p Status gizi 0.052 0.692 0.023 0.860 Keterangan : rs = koefisien rank spearman p = taraf nyata

Secara keseluruhan semua variabel yang dihubungkan dengan prestasi belajar anak belum memiliki hubungan, hal tersebut diduga karena penilaian rapor pada sistem pendidikan yang kini diterapkan menggunakan SKM (Standar Kelulusan Minimal) dimana jika nilai siswa tidak memenuhi SKM maka siswa

39

tersebut dapat mengikuti remedial untuk dapat mencapai SKM yang telah ditetapkan, sehingga bisa saja nilai siswa tersebut menjadi lebih baik dibandingkan dengan nilai sebelum remedial, hal ini diduga mempengaruhi hasil dari hubungan semua variabel yang diteliti dengan prestasi belajar anak. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara semua variabel yang dihubungkan dengan tes daya ingat sesaat juga mengalami kesamaan pada setiap kategorinya (belum memiliki hubungan), hal tersebut diduga karena sampel yang digunakan antara anak yang jarang sarapan pagi dengan anak yang selalu sarapan pagi datanya tidak menyebar normal atau masih homogen.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar anak yang jarang sarapan pagi termasuk dalam keluarga sedang dan anak yang selalu sarapan pagi termasuk kedalam keluarga kecil. Pendidikan ayah pada anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi sama-sama di dominasi tamat perguruan tinggi dan pendidikan ibu juga sama-sama di dominasi tamat SMA. Pekerjaan ayah pada anak yang jarang sarapan pagi dan anak yang selalu sarapan pagi didominasi sebagai pegawai swasta dan pekerjaan ibu jugasama-sama didominasi sebagai ibu rumah tangga. Umur ayah dan ibu sebagian besar berada pada rentang umur (30-49 tahun). Umur anak baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi sebagian besar berumur 10 tahun. Anak yang jarang sarapan pagi lebih banyak berjenis kelamin laki-laki sedangkan anak yang selalu sarapan pagi lebih banyak anak yang berjenis kelamin perempuan. Berat badan dan tinggi badan pada anak yang selalu sarapan pagi lebih tinggi daripada anak yang jarang sarapan pagi. Anak yang jarang sarapan pagi lebih sering sakit dibandingkan dengan anak yang selalu sarapan pagi. Sebagian besar anak yang jarang sarapan pagi maupun anak yang selalu sarapan pagi (≥90%) melakukan sarapan pagi di rumah. Anak yang jarang sarapan pagi mengkonsumsi menu sarapan pagi yang terdiri dari makanan pokok yang disertai dengan lauk hewani, lauk nabati dan sayur begitu juga halnya dengan anak yang selalu sarapan pagi. Anak yang selalu sarapan pagi lebih sering mengkonsumsi makanan siap saji daripada anak yang jarang sarapan pagi. Tingkat keberagaman jenis pangan pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu melakukan sarapan pagi sama-sama tergolong pada kategori tinggi. Rata-rata konsumsi energi dan protein pada anak yang jarang sarapan pagi hari pertama dan hari kedua (1 143.0±472.5 dan 1 125.7±379.5) kkal dan pada anak yang selalu sarapan pagi (1 518.9±436.3 dan 1 495.5±291.3) kkal dengan tingkat kecukupan anak yang jarang sarapan pagi (63.6±27.9 dan 58.2±19.6) gram sedangkan pada anak yang selalu sarapan pagi (69.8±21.7 dan 72.9±14.2) gram. Secara umum dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan gizi anak yang jarang sarapan pagi lebih kecil dari anak yang selalu sarapan pagi namun tingkat kecukupan anak-anak pada kedua kategori tersebut sebagian besar masih termasuk kedalam defisit berat. Hasil penilaian status gizi menunjukan bahwa status gizi pada anak yang jarang sarapan pagi dan pada anak yang selalu sarapan pagi tidak memiliki banyak

40

perbedaan. Perbedaan hanya teletak pada persentase anak yang memiliki status gizi sangat kurus (3.3%) pada anak yang jarang sarapan pagi dan status gizi kurus (3.3%) pada anak yang selalu sarapan pagi. Nilai rapor pada anak yang selalu sarapan pagi lebih baik dibandingkan dengan anak yang jarang sarapan pagi, namun pada nilai daya ingat sesaat baik pada anak yang jarang sarapan pagi maupun pada anak yang selalu sarapan pagi tidak ada perbedaan. Hasil prestasi belajar pada 9 orang anak yang tidak pernah sarapan pagi diketahui bahwa pada nilai rapor anak tersebut tidak ada yang termasuk kedalam kategori sangat baik dan pada nilai tes daya ingat sesaat anak, tidak ada yang termasuk kedalam kategori baik. Hasil uji korelasi rank spearman menunjukan bahwa belum terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi, konsumsi pangan (energi dan protein) serta status gizi dengan prestasi belajar (nilai rapor dan tes daya ingat sesaat) pada anak sekolah dasar. Saran Konsumsi pangan dan tingkat kecukupan energi serta protein anak masih kurang dari yang dibutuhkan dan konsumsi pangannya juga masih kurang beragam, sehingga diharapkan menjadi perhatian bagi orang tua untuk dapat mengarahkan kepada anak-anak tentang pentingnya mengkonsumsi sarapan pagi dengan makanan yang beragam serta dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran kecukupan gizi. DAFTAR PUSTAKA [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009. Pengembangan Database Pembangunan Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Bappenas.go.id (ID) :http://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/ [Diakses 10 September 2013]. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Data Sensus BPS. Jakarta (ID) : BPS. [Depkes RI]. 2004. Pedoman Penyuluhan Gizi pada Anak Sekolah bagi Petugas Penyuluh. Jakarta (ID) : Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. Human Energy Requirements. Rome (IT) :FAO/WHO/UNO. [Kemendiknas] Kementrian Pendidikan Nasional. 2012. Sekolah Dasar. www.kemendiknas.go.id (ID) [Diakses 10 September 2013]. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Konsumsi pangan Kota Bogor. (ID). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. [WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Riview Data Berat Badan dan Tinggi Badan Penduduk Indonesia (ID). LIPI. Almatsier. 2006. Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Jakarta (ID) : Gramedia. Bambang. 1990. Pengaruh kudapan PMT-AS terhadap glukosa darah dan daya ingat sesaat anak sekolah di Karyasari, Leuwiliang, Bogor.[tesis]. Bogor (ID) : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

41

BKKBN. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Darmayanti C. 2010. Kebiasaan sarapan Remaja Siswa Menengah Pertama dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. [skripsi]. Bogor (ID) : Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Davidoff, Linda L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID) : Erlangga. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2009. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID) : Rajawali Press. Faridi A. 2002. Hubungan sarapan pagi dengan kadar glukosa darah dan konsentrasi siswa sekolah dasar.[skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gibson RS. 2005. Priciples of Nutritional Assesment. Amerika (US) : Oxford University Press. Gittelsohn J, Vastine AE. 2003. Sociocultural and Household Factors Impacting on the Selection, Allocation and Consumption of Animal Source Foods : Current Knowledge and Application. J. Nutr. 133:4036S-4041S. Hastono SP. 2006. Analisis Data. Jakarta (ID) :Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Hardinsyah. 2011. Sarapan yang Aman dan Sehat. Makalah Seminar Gizi Nasional, Bogor. Hidayat A. 2004. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya (ID) : Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Hurlock EB. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (5th ed) (istiwidayanti dan soqdjarwo, penerjemah). Jakarta (ID) : Erlangga. Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor (ID) : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Mahan E. 2004. Krause’s Food Nutrition and Diet Therapy. USA (US) :Saunders. Martianto D. 2006. Kalau Mau Sehat jangan Tinggalkan Sarapan.www. Republika.co.id [Diakses 10 September 2013]. Martianto D, Ariani W. 2004. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat dalam Dekade Terakhir. Prosiding WKNPG VIII Jakarta 17-19 Mei 2004 (ID) :LIPI. Nurhasan. 2005. Panduan Membebaskan Anak dari Pangan Bermasalah. Jakarta (ID) : Piramedia. Perdana F. 2013. Analisis Jenis, Jumlah dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia.[skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Sanjur D. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. New York (US): Prentice-Hall. Sediaoetama. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta(ID) : PT Penebar Swadaya. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Jakarta (ID) :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sulistyoningsih H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu.

42

Sunandar K. 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Supariasa IDN, B Bakri, I Fajar. 2001. Penlaian Status Gizi. Jakarta (ID) :EGC. Wales J. 2009. Pekerjaan. http://id.wikipedia.org. [Diakses 12 Desember 2013]. Widajanti L. 2009. Survei Konsumsi Gizi. Semarang (ID) : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Widyawati IK. 2010. Analisis preferensi pangan masyarakat dan daya dukung gizi menuju pencapaian diversifikasi pangan Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor (ID) : Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia Bogor, IPB. Worthington-Robert BS. 2000. Nutrition Throughout the Life Cycle. Editors : William SR. Boston (US) : McGraw Hill. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Kode Responden : KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 ANALISIS HUBUNGAN SARAPAN PAGI, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAPANDAYAN BOGOR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera. Ibu/Bapak orang tua murid, perkenalkan saya Febriyeni Agus mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB dalam rangka penelitian skripsi, saya mohon kesediaan ibu/bapak mengisi kuesioner sebagai data penelitian saya dengan lengkap dan benar. Segala identitas Ibu/Bapak serta putra putri Ibu akandijaga kerahasiaanya. Bantuan Ibu/Bapak dalam pengisian kuesioner ini sangat berharga dalam mencapai tujuan penelitian ini dan agar dapat dijadikan pertimbangan bagi Sekolah untuk memberikan praktek gizi seimbang dalam pengajaran sehingga dapat membina perilaku gizi anak menjadi lebih baik dan memberitahukan pentingnya sarapan pagi pada anak usia sekolah. Pengisian kuesioner yang baik dan benar sangat membantu untuk memperoleh data yang valid. Atas kerjasama yang diberikan saya ucapkan banyak Terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cover Nama Lengkap Tempat/tanggal lahir Nama Responden Hubungan dengan Siswa Alamat

: : : : :

43

Kode Responden : Isilah dengan menggunakan huruf kapital. Jawaban yang jujur sangat membantu untuk keberhasilan penelitian ini. Terimakasih atas partisipasinya.

Karakteristik Anak

Jenis Kelamin

:

Umur

:

Berat Badan (BB)

:

Tinggi Badan (TB)

:

Kelas

:

Nama Sekolah

: SD Teladan Papandayan Bogor

Status Kesehatan

: Apakah anda pernah mengalami sakit dalam 1 minggu terakhir ini ? 1. Ya, pernah (sebutkan……………………..) 2. Tidak pernah

44

Kode Responden :

KUESIONER (Diisi oleh keluarga) Karakteristik Keluarga Kami mohon bantuan ibu/bapak untuk menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan dengan caramelingkari nomor jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Terimakasih. No

B1

B2

B3

Pertanyaan

Apakah pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh bapak? 1. Tidak tamat SD 2. SD/sederajat 3. SMP/sederajat 4. SMA/sederajat 5. Perguruan tinggi Apakah pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu? 1. Tidak tamat SD 2. SD/sederajat 3. SMP/sederajat 4. SMA/sederajat 5. Perguruan tinggi Apakah pekerjaan utama bapak? 1. Tidak bekerja 2. PNS 3. Pegawai swasta 4. Wiraswasta 5. Buruh 6. Lainnya, sebutkan (…………………………..)

Koding (diisi oleh mahasiswa)

45

No

Pertanyaan

B4

Apakah pekerjaan utama ibu? 1. Tidak bekerja 2. PNS 3. Pegawai swasta 4. Wiraswasta 5. Buruh 6. Lainnya, sebutkan (…………………………..) Jumlah seluruh anggota keluarga yang ada di rumah? 1. Suami (jumlah =…………….orang) 2. Istri (jumlah =…………….orang) 3. Anak (jumlah =…………….orang) 4. Kakek-nenek (jumlah =…………….orang) 5. Saudara lainnya (jumlah =…………….orang) 6. Lainnya (sebutkan……………………………………, jumlah =……….. orang) Berapa total pendapatan seluruh keluarga (bapak, ibu dan anggota keluarga yang lainnya? 1. < Rp 1.000.000 2. Rp 1.000.000 – Rp 2.499.999 3. Rp 2.500.000 – Rp 2.499.999 4. > Rp 4.000.000 Berapakah usia bapak dan ibu? 1. Bapak = …………… tahun 2. Ibu = ……………… tahun

B5

B6

B7

Koding (diisi oleh mahasiswa)

46

Kode Responden :

KUESIONER (Diisi oleh siswa) Kebiasaan Sarapan  Berilah tanda (x) pada jawaban yang anda anggap sering anda lakukan. Kategori Sarapan Pagi Berapa kali anda melakukan sarapan pagi dalam seminggu terakhir? 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Selalu Waktu Sarapan Pagi Kapan anda biasanya melakukan sarapan pagi? 1. Sebelum berangkat sekolah 2. Setelah berangkat sekolah Lokasi Sarapan Pagi Dimana lokasi anda biasanya melakukan sarapan pagi? 1. Rumah 2. Perjalanan 3. Sekolah  Isilah salah satu baris yang tertera pada tabel berikut ini sesuai dengan jenis menu yang biasa dikonsumsi sebagai sarapan pagi.

Jenis Menu No 1 2 3 4 5 6 7 8

Kelompok Pangan Makanan pokok Makanan pokok + Lauk hewani Makanan pokok + Lauk nabati Makanan pokok + Lauk hewani + Lauk nabati Makanan pokok + Lauk hewani + sayur Makanan pokok + Lauk nabati + Sayur Makanan pokok + Lauk hewani + Lauk nabati + Sayur Makanan siap saji/ Pangan instan

Jenis Makanan

47

Kode Responden :

FORM FOODRECALL 1X24 JAM CONTOH :

Waktu Makan Sarapan Pagi

Makanan

Nasi goreng

Bahan Pangan

Beras Telur

Jumlah yang dikonsumsi URT gr* 1 piring 1 butir

Kandungan E*

P*

Keterangan : URT (Ukuran Rumah Tangga) = piring, mangkok, piring kecil, gelas, bungkus, sendok makan, sendok teh, cangkir, potong, porsi, buah, dan lain-lain. * = tidak perlu diisi (di isi oleh peneliti) Hari/tanggal : Waktu Makan Sarapan Pagi

Selingan Pagi

Makan siang

Selingan sore

Makan malam

*Pilihan: Hari Sekolah Hari Libur Makanan

Bahan Pangan

Jumlah yang dikonsumsi URT gr*

Kandungan E*

P*

48

Kode Responden :

FOOD FREQUENCY QUESTIONAIRE (FFQ) No

Jenis Pangan Setiap hari

1

2

Makanan Pokok : Beras Roti Kentang Mie Singkong/Ubi Ubi jalar Kentang Bihun Jagung Lainnya…………………………… Kacang-kacangan dan hasil olahannya: Kacang hijau Kacang tanah Tempe Tahu Oncom Lainnya………………………….

Kategori ≥ 4 kali 1-3 kali seminggu seminggu

Tidak pernah

Keterangan

49

Lanjutan…. No

Jenis Pangan Setiap hari

3

4

5

Sayur-sayuran : Bayam Kangkung Wortel Kacang panjang Timun Kol Brokoli Daun singkong Sawi hijau Lainnya…………………………… Buah-buahan : Pisang Jeruk Mangga Pepaya Apel Alpukat Lainnya…………………………… Susu dan makanan olahannya : Susu Yoghurt Keju Ice cream Lainnya…………………. ……

Kategori ≥ 4 kali 1-3 kali seminggu seminggu

Tidak pernah

Keterangan

50

Lanjutan…. Jumlah yang Dikonsumsi

Kategori No

Jenis Pangan

Setiap hari

≥ 4 kali seminggu

1-3 kali seminggu

Tidak pernah

URT

g*

Daging, Telur dan hasil olahannya : Daging sapi Daging kambing 6 Daging ayam Telur ayam Lainnya………………… Ikan dan makanan laut lainnya : Ikan segar Ikan asin 7 Udang Cumi Lainnya……………….. Keterangan : URT (Ukuran Rumah Tangga) = piring, mangkok, piring kecil, gelas, bungkus, sendok makan, sendok teh, cangkir, potong, porsi, buah, dan lain-lain.

51

Kode Responden :

PEMANFAATAN MAKANAN SIAP SAJI No

Jenis Pangan Setiap hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Mie Instan Super Bubur Pasta Makaroni Instan Spagetti Biskuit, cookis, wafer Roti Manis Sereal (cornflakes, coco crunch, dll) Kornet Beef Nugget Sosis Lainnya……………………

Kategori ≥ 4 kali seminggu 1-3 kali seminggu

Tidak pernah

52

Kode Responden :

FORMULIR DUKUNGAN KELUARGA, KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DAN KEIKUTSERTAAN BIMBINGAN BELAJAR (LES) SISWA SEKOLAH DASAR Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan perlengkapan belajar yang adik miliki. No 1

2 3 4

5

Fasilitas Ada Apakah ada keluarga yang sering membantu anda (belajar dan mengerjakan PR di rumah) (sebutkan………………..) Meja belajar Penerangan (Lampu belajar) Kelengkapan alat tulis : a. Buku pelajaran b. Buku tulis/ catatan c. Buku gambar d. Pensil e. Pulpen f. Penghapus g. Penggaris Bimbingan belajar diluar sekolah

Tidak ada

Tes Daya Ingat Sesaat

Susunan 1

Susunan 2

Susunan 3

Waktu 4 detik

Waktu 5 detik

Waktu 6 detik

Susunan 4

Susunan 5

Susunan 6

Waktu 7 detik

Waktu 8 detik

Waktu 9 detik

53

Kode Responden :

FORMULIR ALOKASI WAKTU CONTOH SELAMA SATU HARI CONTOH : Waktu Pagi (bangun tidur – 12.00 WIB) Siang (12.00 -16.00 WIB)

Sore (16.00 – 19.00 WIB) Malam (19.00 – tidur)

Aktivitas Mandi, berpakaian, sarapan pagi Berangkat ke sekolah Sekolah Pulang sekolah Makan siang, sholat zuhur, menonton Tv Tidur siang Mandi, mengaji Bermain Sholat magrib, makan malam Belajar Tidur Total

Waktu (jam) ½ jam ¼ jam ¼ jam 1 jam 2 jam 1 ½ jam 1 ½ jam 1 jam 2 jam 8 jam 24 jam

Contoh aktivitas :  Tidur, berpakaian, makan  Jalan-jalan, bersepeda, membantu membersihkan rumah  Menonton televisi, membaca, mengaji *Pilihan: Hari Sekolah Hari Libur Waktu

Aktivitas

Waktu (jam)

Pagi (bangun tidur – 12.00 WIB)

Siang (12.00 -16.00 WIB) Sore (16.00 – 19.00 WIB)

Malam (19.00 – tidur)

Total

24 jam

54

Lampiran 2. Hasil uji beda Mann-Whitney Test Statisticsa Waktu sarapan Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Kebiasaan sarapan

345.000 810.000 -2.309 .021

Lampiran 3. Hasil uji korelasi Rank Spearman Correlations Waktu sarapan Spearman's Waktu sarapan Correlation Coefficient rho Sig. (2-tailed) N Prestasi belajar Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Prestasi belajar

1.000

.125

.

.340

60

60

.125

1.000

.340

.

60

60

Correlations Status gizi Daya ingat sesaat Spearman's Status gizi rho

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Daya ingat sesaat Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

1.000

.023

.

.860

60

60

.023

1.000

.860

.

60

60

55

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, puteri dari pasangan Bapak Aspidar Muas dan Ibu Gusni Afrida. Penulis dilahirkan di Cubadak Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat pada tanggal 21 Februari 1990. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN 40 Pasaman Baru, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat pada tahun 1996-2002. Pada tahun 2002-2005 Penulis meneruskan pendidikan menengah pertama di SMP N 1 Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Baratdan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama Penulis diterima di Diploma III Jurusan Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi IPB dan lulus tahun 2011. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi mahasiswa daerah. Penulis melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapang) di RS Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat selama 3 bulan dan pengelolaan kantin gizi IPB selama 2 bulan. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswi sarjana gizi program Alih Jenis Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes dan pada saat semester 1 tersebut penulis pernah menjadi asisten praktikum Pangan Hewani di Diploma III Jurusan Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi IPB.