ANALISIS KEARIFAN LOKAL

Download Abstrak: Tulisan ini dilatarbelakangi oleh problematika terkikisnya kearifan lokal bahasa Madura dalam tindak tutur karena arus modernisasi...

0 downloads 536 Views 634KB Size
ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Oleh: Moh. Hafid Effendy (Dosen Tetap STAIN Pamekasan/[email protected])

Abstrak: Tulisan ini dilatarbelakangi oleh problematika terkikisnya kearifan lokal bahasa Madura dalam tindak tutur karena arus modernisasi dan globalisasi yang menyebabkan kondisi bahasa Madura dan etika dalam bertindak tutur mengalami kemerosotan. Ada juga problematika interferensi dan akulturasi bahasa dari luar yang menyebabkan menurunnya tingkat pemakaian bahasa Madura di lingkungan keluarga. Di dalamnya, akan dibahas kearifan lokal dalam tindak tutur bahasa Madura pada tataran onḍhâgghâ bhâsa dan etika berbicara di lingkungan keluarga terdidik, lingkungan keluarga tokoh masyarakat, dan lingkungan keluarga tidak terdidik. Maka dapat disimpulkan, bahwa kearifan lokal pada lingkungan keluarga terdidik dalam konteks tindak tutur onḍhâgghâ bhâsa menunjukkan penggunaan bahasa yang baik dan benar menurut tingkatan mitra tutur atau lawan tutur yang diajak berbicara, sedangkan dalam etika berbicara, ada kesantunan penggunaan maksim dengan baik. Hal ini berbeda dengan lingkungan keluarga tokoh masyarakat, di mana kearifan lokal yang berkaitan onḍhâgghâ bhâsa masih tergolong kurang baik, karena masih belum memahami penggunaan penempatan kosa kata yang baik dan benar dalam strata keluarga. Selain itu, ada faktor interferensi bahasa Indonesia yang digunakan oleh sebagian anggota keluarga, kendati di sisi etika berbicara masih tergolong baik sesuai dengan maksim kesantunan berbicara. Adapun kearifan lokal pada lingkungan keluarga tidak terdidik, penggunaan onḍhâgghâ bhâsa dan etika berbicara dikatakan kurang baik. Karena tidak memahami penggunaan onḍhâgghâ bhâsa yang baik dan benar serta etika berbicara tergolong kurang santun antar mitra tutur. Alasan yang paling mendasar, yakni masalah faktor latar belakang sosial, pendidikan, dan usia.

Kata Kunci: Kearifan lokal, tindak tutur, bahasa Madura

Pendahuluan Bahasa merupakan alat atau wahana

kebudayaan;

Madura

adalah

alat

komunikasi

par

kelangsungan

hidup kiranya

dan

bahasa

Sangat

sulit

atau

wahana

bagaimana

excelence

bagi

kebudayaaan. digambarkan

suatu masyarakat

dapat

kebudayaan Madura. Biarpun terdapat

hidup, berkembang dan memberikan

bermacam-macam

tempat

bentuk

alat

atau

bagi

kegiatan-kegiatan

wahana komunikasi,

tetapi

bahasa

kebudayaan tanpa keberadaan bahasa.

merupakan

atau

wahana

Mulai dari bangun tidur sampai tidur

alat

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy kembali, bahkan pada merenung

waktu

tentang

kehidupan,

kita

hidup

tidak

dengan penggunaan dalam

bahasa

atau tradisi tersebut.

kita

mungkin berbicara tentang kebudayaan

dan

Madura dan masyarakatnya akan baik

pernah

lepas

bahasa.

Di

terekam

kebudayaan

bangsa pengguna bahasa Suatu bahasa yang penuh

dengan

istilah-istilah

bercocok

tanam-tanaman,

tanam,

bagian-bagian

tumbuhan yang sangat kecil, perubahan musim

tidak dapat dipungkiri bahwa

tanpa

melibatkan

Adalah

suatu

pernyataan

samping bahasa menjadi

alat

di

atau

bahwa

bahasa

menunjukkan bangsa dan

bahasa

menunjukkan kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sapir-Whorf bahwa

struktur

menentukan

bahasa

cara

seseorang

berpikir

dan

2

berperilakunya.

Atas dasar pemikiran tersebut dapat

keunikan,

Madura

sebagai alatnya. Bukankah juga ada

kebudayaan pengguna bahasa tersebut adalah kebudayaan pertanian.

bahasa

dipahami

mengandung

bahwa

bahasa

sejumlah fungsi

berdampak

pada

yang perilaku

wahana komunikasi dan interaksi di

penggunanya. Kita dapat mengingat

dalam masyarakat untuk melakukan

bagaimana

kegiatan-kegiatan

pada

Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928,

juga

puisi ‟Aku- nya Khairil Anwar, juga puisi

waktu

yang

merupakan

kebudayaan,

sama

bahasa

bagian

tersebut. Karena itu,

kebudayaan dapat dikatakan

gerakan

‟Tirani‟ karya

Taufik

Kebangkitan

Ismail

yang

menunjukkan bahwa kekuatan bahasa

bahasa mempunyai sifat bermuka dua

bisa mempengaruhi

yaitu di samping menentukan jalan

perilaku, bahkan juga prinsip. Begitu

pikiran

juga

penggunanya

kebudayaannya;

pada

dan waktu

yang

sama bahasa juga ditentukan oleh

memberikan

perlambang bahwa masyarakat Madura

demikian,

terdapat

persaudaraan

interdependensi

antara

mereka bukan saudara sedarah. Hal

Hubungan

ini dapat kita lihat bagaimana orang

bahasa dan kebudayaan. tidaklah

(saudara)

sangat

Dengan

tersebut

tarètan

bahasa Madura, istilah

1

pengguna dan kebudayaannya. hubungan

dengan

dan membentuk

demikian mungkin

eratnya sehingga membicarakan

menjunjung

Madura

tinggi

kendatipun

ketika

bertemu

di

di

nilai antara

tempat

perantauan, hanya dengan mengetahui

tentang bahasa yaitu bahasa Madura

medium

lepas dari kebudayaan dan masyarakat

digunakannya, maka terlihat ekspresi

penggunanya. Sebaliknya,

persaudaraannya.

juga tidak

bahasa

Madura

yang

1

Sulistiyono. Kondisi Bahasa Indonesia Saat ini dan Perannya dalam Menyiapkan Siswa Hidup di Era Global dengan Kebudayaan yang Beraneka Ragam.(Pamekasan: 1985), hal.15.

2

Utari, Subyakto. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1988), hal 37.

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 20

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy Bahasa Madura sebagai bagian

Pamekasan,

kearifan lokal selain berfungsi sebagai

Pegantenan,

Kadur,

Pakong,

Waru,

media atau instrumen, juga berfungsi

Batumarmar,

dan

Pasean.

Kota

sebagai

untuk

Pamekasan merupakan pusat wilayah

kepribadian

pembangunan untuk satuan wilayah

materi

atau

bahan

pembentukan

Proppo,

Palengaan,

penggunanya. Sebagaimana pendapat

pembangunan

Norton

memandang mata pencahariannya yang

bahwa materi

atau

bahan

dapat berupa realitas yang berwujud

Madura

dengan

beranekaragam.

obyek, peristiwa, dongeng, gambar, dan

Masyarakat Pamekasan sebagai

lain-lain. Sebab itulah bahasa Madura

pemakai bahasa, selalu tumbuh dan

sebagai materials kearifan lokal dapat

berkembang. Hal ini memengaruhi juga

mengacu pada berbagai sesuatu dalam

terhadap

bahasa

sehingga bahasa pun ikut berkembang.

tersebut

yang

secara

perkembangan

potensial dapat dijadikan springboard

Pertumbuhan

dalam upaya menginternalisasi nilai-nilai

bahasa sejalan dengan perkembangan

yang dikandungnya.

kebudayaaan

Di sisi lain, Kearifan lokal tumbuh dan

berkembang

di

setiap

daerah

dan

bahasa

perkembangan

bangsa.

Bahasa

merupakan salah satu atau bagian dari sejumlah

cipta,

rasa,

dan

karsa

bersamaan dengan budaya lokal yang

manusia. Wajarlah apabila suatu bahasa

terus

dan

relevan dengan tingkat dan kualitas dari

Di

bangsa itu. Di sisi lain, bahasa sebagai

dalamnya terdapat muatan lokal, bersisi

alat komunikasi dan penjelmaan pikiran

nilai-nilai yang menjadi identitas dan

yang menyatukan masyarakat dengan

pedoman perilaku etnik. Salah satu

kebudayaan.

kearifan

banyak

masyarakat terlibat dalam komunikasi.

pedoman

Disatu pihak dia sebagai pembicara dan

perilaku masyarakat adalah bahasa dan

di pihak lain sebagai penyimak. Dengan

sastra daerah.

demikian, akan terjadi interaksi sosial

dipelihara,

dilestarikan

dipertahankan,

oleh

lokal

memberikan

masyarakatnya.

yang

cukup

identitas

dan

Selanjutnya, jika kita mencermati penduduk

kota

Pamekasan

yang

notabene merupakan masyarakat yang

Setiap

anggota

antar individu atau antar kelompok dalam suatu masyarakat dengan bahasa sebagai alat penuturnya.

sudah banyak mengalami interferensi

Sebagaimana banyak

eksis pemakaian bahasa Madura di

tentang bahasa, bergantung dari sudut

beberapa kelurahan atau desa yang ada

mana definisi itu dibuat. Salah satunya

di kota Pamekasan. Memandang bahwa

seperti yang di sepakati kaum struktural,

Kabupaten Pamekasan terdiri atas tiga

yakni

belas

Tlanakan,

sistem tanda arbitrer yang konvensional.

Larangan,

Dengan kata lain, bahasa dikatakan

Pademawu,

yaitu

Galis,

bahasa

yang

ketahui,

bahasa luar, namun di sisi lain masih

kecamatan,

orang

kita

mendefinisikan

didefinisikan

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 21

sebagai

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy bersifat sistematik dan sistemik. Bahasa

tindak tutur lisan bahasa Madura masih

bersifat

tetap

sistematik

karena

mengikuti

digunakan

oleh

masyarakat,

ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah

namun peneliti ingin juga mengetahui

yang teratur, sedangkan bahasa bersifat

bagaimanakah bentuk kearifan lokal

sistemik

Madura dari pemakainya dalam tindak

karena

merupakan

bahasa

suatu

itu

sendiri

sistem

atau

subsistem-subsistem.

Misalnya,

subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem

sintaksis,

semantik,

dan

tutur bahasa Madura. Metode Penelitian

subsistem

subsistem

leksikon

3

Soeparno.

Penelitian pendekatan

ini

menggunakan

kualitatif

dengan

jenis

penelitian deskriptif. Lokasi Penelitian ini

Di sisi lain, adanya problematika

adalah

kelurahan

Parteker,

desa

tentang terkikisnya kearifan lokal bahasa

Jalmak, dan kelurahan Barurambat kota.

Madura dalam tindak tutur karena arus

Sedangkan

moderenisasi

penelitian

dan

globalisasi

yang

sumber ini,

data

yakni

dalam

Masyarakat

menyebabkan kondisi bahasa Madura

kelurahan Parteker, desa Jalmak, dan

dan

kelurahan Barurambat kota yang dipilih

etika

dalam

bertindak

tutur

mengalami kemerosotan. Di sisi lain

secara

juga munculnya problematika interfrensi

Pamekasan

dan akulturasi bahasa dari luar yang

pengumpulan

menyebabkan

adalah observasi, wawancara,

pemakaian

menurunnya bahasa

tingkat

Madura

di

lingkungan keluarga.

random

sampling

dengan data

kota

prosedur

yang

digunakan dan

dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah Reduksi Data, Display

Oleh karena itu, dengan adanya

Data, dan kesimpulan atau Verifikasi.

problematika bentuk kearifan lokal dan

Sedangkan untuk mengecek keabsahan

implementasinya yang berupa tindak

data. Peneliti melakukan perpanjangan

tutur bahasa Madura inilah peneliti

kehadiran

tertarik

pengamatan, dan triangulasi.

untuk

mengkaji

dan

peneliti,

Ketekunan

mendeskripsikan dalam penelitian ini. Selain itu, ketertarikan peneliti juga dilandasi oleh beberapa alasan,

Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam

hal

ini

peneliti

antara lain ingin mencocokkan teori

menjabarkan ulasan tentang apa yang

dengan kenyataan bahwa sampai saat

berhasil peneliti dapatkan dan mengerti

ini di Madura sangat beragam variasi

berkenan dengan suatu masalah yang

bahasa

diteliti, sehingga dari

penuturnya,

yang

digunakan

tentunya

oleh

penggunaan

sinilah lahir

kesimpulan yang bobotnya tergolong konfrehensif dan mendalam. Hal ini

3

Soeparno. Dasar-dasar Umum. (Yogyakarta: 2002), hlm 1.

Linguistik

mengacu kepada teori-teori dan paparan

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 22

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy data,

dan

temuan

penelitian

yang

ditemukan sebelumnya oleh para ahli. Kearifan lokal

dalam konteks

tindak tutur bahasa Madura ini akan dibahas pada lingkungan keluarga yang berasal

dari

keluarga

berpendidikan

yang

(terdidik),

tokoh

masyarakat, dan lingkungan keluarga yang tidak berpendidikan (tidak terdidik) 1.

berusaha mengajak istri, anak, menantu, dan cucu untuk tetap menggunakan bahasa Madura dengan baik dan benar. Karena siapa lagi yang mau melestarikan bahasa ibu kalau tidak dimulai dari lingkungan keluarga. Pertama, keluarga saya menggunakan bahasa Madura karena saya orang Madura, kedua onḍhâgghân bhâsa di sini merupakan kearifan lokal dan jika budaya kearifan lokal di sini dihilangkan, maka akan roboh. Oleh karena itu salah satu misi sebuah yayasan kami misalnya menatar guru dan menyusun buku bahasa Madura untuk anak sekolah. Jadi hal ini 4 yang harus dilestarikan”.

Kegiatan Tindak Tutur Bahasa Selanjutnya

Madura di lingkungan Keluarga Pada mulanya di Kelurahan Parteker desa Gurem Pamekasan peneliti bertamu kepada salah satu keluarga yang kediamannya tidak jauh dari jalan raya Gurem. Interaksi antar keluarga masih kokoh dan eksis melestarikan Bahasa Madura konteks

tindak

tutur

lingkungan

keluarganya.

Peneliti

melakukan

wawancara

pertama

pada tanggal 05 Mei 2014 pukul 08.00 WIB di kediamannya keluarga besar

Bapak

H.

Mengenai

cara

berkomunikasi

dan

M.

Dradjid. beliau

berinteraksi

antar keluarga baik kepada anak, menantu,

maupun

juga

mengatakan bahwa:

Terdidik di Kota Pamekasan

dalam

beliau

cucu.

Pertanyaannya begini pak. Apakah Bapak masih menggunakan bahasa Madura di lingkungan keluarga? Jika menggunakan, apa alasannya? Beliau menjelaskan: “Saya di sini bersama embu‟na kacong, anak mengajar, dan cucu sekolah. Keluarga saya di sini alhamdulillah masih menggunakan bahasa Madura dalam berinteraksi, baik penggunaan onḍhâgghâ bhâsa maupun penerapan etika dalam keluarga. Oleh karena itu, saya tetap

“Karena saya kepala keluarga di lingkungan keluarga ini, saya tidak menggunakan Onḍhâgghâ bhâsa enjâ‟ iyâ kepada istri dan anak serta cucu. Karena saya sangat menjalin keakraban, dan itupun cucu termasuk anak yang bilingual. Kadang kadang saya berbahasa Madura, cucu saya menjawab bahasa Indonesia. Hal ini merupakan kesalahan total dari keadaan sekolah. Apalagi di sekolah PAUD, di TK pun tidak diajari bahasa Madura dan ini merupakan kesalahan kurikulum sekarang”.

Selain

itu,

beliau

juga

mengatakan di saat cucunya mau berangkat ke sekolah: Cucu: Engko‟ mangkaddhâ ba‟ (saya mau berangkat pa’) Emba Dradjid: Iyâ la cong kat-mangkat bâ‟na ka sakola‟anna tè-ngatè lèbât pèngghir”. (iya cong berangkat kamu ke sekolahnya dengan hati-hati lewat pinggir)

Sambil cium tangan dan pamit. Lebih

lanjut,

H.M.

Dradjid

mengatakan: “ya‟ la ranta kabbhi, ḍimma embun kacong rowa? èya‟ sè ngakanna cong”. Saya mengatakan embun kacong kepada istri karena memang sejak kecil saya mengatakan begitu untuk menjaga keakraban saya dengan istri.

4

H.M. Dradjid, wawancara langsung. (05

Mei 2014)

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 23

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy Selanjutnya, Cara bertindak tutur

beliau

melihat

jika

siapa

bertamu

yang

Apabila

beliau

disaat

juga

menyambut anak atau cucu pulang

dikunjungi,

dari sekolah beliau berkata: ” ghi‟

apakah lebih tua atau lebih muda.

bhuru

Jika lebih tua saya bertamu kepada

Jawabnya anak “Iyâ emba”.

orang, maka saya menggunakan

ḍâteng Anak

bâ‟na

tersebut

cong? langsung

onḍhâgghâ bhâsa èngghi bhunten,

cium tangan. Etika cium tangan di

tetapi manakala orang yang saya

lingkungan

kunjungi lebih muda, maka saya

Sang anak tersebut lalu menjawab

menggunakan bahasa onḍhâgghân

“iyâ emba”. Seharusnya “èngghi

bhâsa enjâ‟ iyâ.

emba”. Karena di lingkungan beliau,

Selain menerima

itu,

tamu.

saya

jika

beliau

cucu

Maka

beliau

menggunakan

ini

dan

diwajibkan.

anaknya

tidak

onḍhâghân

bhâsa

menggunakan tindak tutur sesuai

tingghi atau èngghi bhunten dengan

dengan

dihadapi.

alasan supaya lebih akrap, maka

Manakala tamu tersebut lebih muda

anak dan cucu tetap komunikatif

atau

berbahasa

konteks

lebih

yang

tua,

maka

beliau

bertanya:

Sang

cucu

tersebut sudah menjadi kebiasaan

ḍâri ka‟ḍimma panjhennengngan, tor ponapa maksod tor tojjhuwannèpon ḍâ‟ ka‟ ḍinto? Di sisi lain, beliau berkata apabila tamu dari jauh, maka saya” ayâ-saḍiyâ ka‟-angka‟, ponapa polè kantos kèlem, èngghi kaulâ nyaḍiyâ kamar ka‟angghuy istirahat”. Ènalèka kaulâ lèbât èyaḍâ‟na orèng sè lebbi seppo, tantona kaulâ mator” ta‟ langkong kaulâ ngampong lèbât, nyara”.

Hal seperti yang seperti ini sering disebut kearifan lokal dalam ètika lewat di depan orang yang lebih sepuh”. Adapun etika pada orang

Madura.

Pamekasan

Madura

itu

biasanya tetap menghormati kepada yang lebih sepuh, cium tangan kepada guru dan orang tua. Hal ini tidak sembarangan, apalagi lewat di depan orang disaat ada di depan rumahnya atau lewat di depan orang yang lebih tua pada posisi ada di jalan, tetap mengatakan: “Ta‟

untuk

cium

tangan

kepada

embahnya, karena sudah menjadi kebiasaan

etika

dalam

rumah

tangga di Madura. Masalah etika cium

tangan

di

keluarga

saya

diwajibkan untuk yang muda ke yang lebih tua, bahkan sepupu cium tangan juga kepada saya. Sejenak seakan-akan

H.

Dradjid

beliau

sedang

memikirkan sesuatu, lalu tersenyum sambil menghelan nafas, seraya mengeluarkan kata-kata: “Kalau dipikir-pikir memang sangat sulit bertindak tutur onḍhâgghâ bhâsa di lingkungan keluarga, karena semuanya butuh pemahaman yang baik. Lebih-lebih cucu yang sering salah menggunakan onḍhâgghâ bhâsa kepada saya selaku embahnya. Namun saya pribadi tetap berusaha semaksimal mungkin mengajari anak dan cucu berbahasa Madura sesuai dengan tingkatan bahasa Madura.”

langkong, ngampong lèbât”. OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 24

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy Selanjutnya,

beliau

tertua itu laki-laki. Di sisi lain,

mengatakan bahwa anak saya tidak

apabila saya menyuruh cucu untuk

ada yg menggunakan onḍhâgghâ

membelikan sesuatu ke toko. Maka

bhâsa èngghi bhunten kepada saya,

saya berkata: “iya‟ cong sèngko‟

karena itu terasa jauh dan kurang

mellèyaghi

dekat

bâ‟na, lalla kat-mangkat”.

kepada

embah.

Biasanya

memang anak kepada orang tua atau

embahnya

rokok,

soso‟na

kala‟

Anak saya mulai kecil tidak

menggunakan

menggunakan bahasa yang halus.

onḍhâgghâ bhâsa èngghi bhunten

Jika berbahasa onḍhâgghâ bhâsa

dan yang lebih tua kepada yang

èngghi bhunten itu serasa lebih jauh

muda enjâ‟ iyâ. Disaat lewat atau

dengan anak, meskipun aturannya

ketemu dengan orang tua yang

yang muda harus berbahasa halus

lebih sepuh tetap melakukan etika

kepada

yakni badan agak dibungkukkan ke

berbahasa enjâ‟ iyâ. Karena dirasa

bawah dan tangan juga ke bawah,

ada hubungan batin lebih akrab

hal ini dimaksudkan sebagai rasa

dengan orang tua.

hormat antara yang muda kepada yang tua.

yang

tua.

Selanjutnya,

Anak

saya

etika

di

lingkungan beliau. Misalnya anak

Lebih lanjut menurut Pak

atau saya lewat di depan orang

Dradjid dalam wawancara itu beliau

yang lebih tua yang pasti merunduk,

mengatakan:

dan jika bepergian tetap pamit serta

Jika bertamu ke tetangga saya melihat konteks dalam bertamu. Manakala tamu tersebut lebih muda. Maka saya menggunakan bahasa Madura enjâ‟ iyâ, apabila tamu tersebut lebih tua. Maka saya menggunakan bhâsa sè alos, yakni èngghi bhunten. Itu pun saya dianggap orang yang lebih tua di kampung ini. Selain itu, manakala saya menerima tamu juga begitu melihat kontek tamunya. Apabila tamu itu mahasiswa ya saya menggunakan bhâsa Madhurâ enjâ‟ iyâ atau tataran bahasa yang kasar karena dianggap lebih muda, saya bertanya “ ḍâri ka‟ ḍimma, ponapa kasokanna. Masalah “ka‟-angka‟ “untuk tamu saya insidentil. Jika tamu asalnya jauh, saya siapkan makanan dan jika tamu dekat ya apa adanya.

Untuk berbahasa Madura kepada istri. Beliau berkata “èbo‟na kacong atau kacong”. Karena dulu semasih tunangan saya terbiasa memanggil

kacong

kepada

istri

cium tangan. Inilah yang merupakan kearifan lokal yang perlu dijaga dan dilestarikan di Madura ini. Selain itu, beliau dalam bertindak tutur kepada menantu, beliau tidak menggunakan bahasa Madura pada onḍhâghân èngghi bhunten atau engghi enten, tetapi

beliau

menggunakan

onḍhâghân bhâsa yang kasar atau enjâ‟ iyâ. Karena beliau sudah menganggap menantunya tersebut sebagai menantu

anak

sendiri,

kepada

menggunakan

namun

beliau

tetap

onḍhâghân

bhâsa

yang halus atau èngghi bhunten. Di sinilah tindak tutur beliau dalam lingkungan keluarga.

saya, berhubung anak saya yang OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 25

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy Selain Bapak Dradjid, yang

Beliau juga menyediakan hidangan

peneliti

dari

lingkungan

terdidik,

yakni

Bapak

Bambang

Setiap ada tamu tetap beliau suguhi

Hartono yang bertempat tinggal di

hidangan, meskipun kopi atau air.

Jalan

Selain itu, manakala lewat di depan

Stadion

Kelurahan

Barurambat Kota Pamekasan. Peneliti Bapak

hadir

Bambang

di

atau

sering

ka‟-angka‟.

ditemui

disebut

orang yang lebih sepuh, tetap beliau

rumah

membudayakan

merunduk

aghâlânon,

dan

Hartono

pada

mengatakan

tanggal 12 Mei Hari Senin

pukul

sebagai bukti menghormati orang yang

bahwa peneliti silaturrahim yang

dihormati.

kedua kalinya

sebelumnya.

menyuruh anaknya membeli obat.

bertanya

Beliau tetap menggunakan enjâ’ iyâ

bahasa

kepada anaknya, seperti kata “ èya‟

Madura di lingkungan keluarganya

engko‟ mellèyaghi obhât neoralgin

Bapak, apakah masih diterapkan?

ka apotik!.

Selanjutnya,

peneliti

bagaimana

keadaan

Beliau menjawab:

sepuh

dan

ini

18.30 WIB. Peneliti menyampaikan dari

lebih

hal

pantas

Manakala

beliau

Di sisi lain, Bapak Bambang berkata: di saat beliau bertamu, ya

Di keluarga saya tetap berbahasa Madura, saya tetap menggunakan onḍhâghân bhâsa enjâ’ iyâ kepada anak. Sedangkan anak saya kepada orang tua tetap menggunakan bahasa Madura yang halus, yakni èngghi bhunten. Jika anak saya mau berangkat kuliah, anak kaulâ amèt kalabân ocabhân “ eppa‟ engko‟ mangkaddhâ kuliah kalabân nyèyom tanang, èngghi kaulâ ajâwâb” iyâ 5 na‟ moghâ salamet”.

tetap

mengatakan

aghâlânon

dengan ucapan assalamu‟alaikum. Lalu langsung beliau masuk ke rumah orang tadi yang beliau temui. Sedangkan beliau bertindak tutur kepada

menantu,

beliau

menggunakan engghi enten dan Selanjutnya, Manabi kaulâ

kepada

menantu

yang

satunya

ka jâji‟ otabâ ḍâ‟ kaluarga. Beliau

beliau

tetap

Karena menantu tersebut masih

menggunakan

bahasa

Madura enjâ‟ iyâ, akan tetapi untuk istri

saya

menggunakan

kepada

saya,

onḍhâghân

bhâsa

èngghi bhunten. Selain itu, dalam wawancara yang

sama.

Peneliti

bertanya

menggunakan

enjâ’

iyâ.

family beliau. Adapun

harapan

beliau

terhadap bahasa Madura,

yakni

semoga

tetap

jhenno,

bahasa tetap

Madura

digunakan

secara

turun temurun dan masyarakat bisa

“bagaimana tindak tutur jika ada

memelihara

tamu

karena bahasa Madhurâ itu “bhâsa

pak?

ngèrèng

Beliau

lègghi,

menjawab”

jhujhu’

maso’.

Bambang Hartono, Langsung. (12 Mei 2014)

Wawancara

sendiri,

nodhuwâghi bhângsa”. Artinya kalau bahasa

5

bahasanya

tidak

digunakan,

maka

hancurlah bangsanya. Sedangkan

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 26

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy etika di keluarga beliau tetap hormat dengan

badan

menunduk

jika

ketemu yang lebih tua dan tangan diturunkan sebagai bukti hormat. Hal ini sesuai dengan bâburughân beccè‟ atau nasihat orang Madura. Pada kesempatan lain di kediamannya

Bapak

kelurahan

Sulaiman

Barurambat

Kota

Pamekasan. Tepatnya pada tanggal 13 Mei 2014. Pada kondisi santai peneliti

bersilaturrahim

kediamannya Peneliti

Bapak

melakukan

ke

Sulaiman.

ini dengan mengawali pertanyaan” keberadaan

bahasa

Madura di lingkungan Bapak? . Beliau

mengatakan

keberadaan

bahasa Madura di lingkungan saya itu fivety-fivety. Artinya ada yang masih

mempertahankan

karakter

menggunakan bahasa Madura dan ada yang menggunakan bahasa Indonesia dengan

di

rumah.

penerapan

Kemudian beliau berhenti, lalu berkata: “Bhân-sabbhân malem Kemmès sakabbhina ana‟ akompol, maju ngakan areng-bhâreng, nèka jhuko‟ napa emba, arèya ngakan apa emba?maju lah ngakan”.

wawancara

pada lingkungan keluarga terdidik bagaimana

“ Masalah onḍhâghân bhâsa di keluarga saya tetap menggunakan bhâsa èngghi bhunten, ka alè‟ saya enjâ‟ iyâ, ka sè towa‟an èngghi bhunten, kaangghuy ana‟ otabâ kompoy manabi amèt asakola saya berkata” amèt cong, iyâ nyara sambi nyèyom tanang, mangkat nyèyom tanang, molè jhughân nyèyom tanang”. Coma bâḍâ sè nè‟ kènè‟ sè ghi‟ TK bilang emba saya mau pulang. Biasa orang tuanya korang genna ngajhâri.

Berkaitan onḍhâghân

bhâsa beliau mengatakan; “Tindak tutur pada Onḍhâghân bhâsa Madhurâ di lingkungan keluarga saya tetap diterapkan dan digunakan “ sebelum payung hukum ada, tidak merata di sekolah diajarkan muatan lokal itu diterapkan misalnya hanya pada SD dan SMP dan saya tetap membantu menerapkan bahasa Madura di rumah. Onḍhâghân bhâsa itu bagaiman. Selain itu, saya juga kecewa tentang penerapan mata angin, di sekolah hanya di terapkan kanan, kiri . sedangkan ḍâjâ, tèmor, lao‟, belum dipahami betul oleh 6 anak-anak”.

Yang perlu diketahui, beliau juga menyampaikan bahwa karakter di Madura itu

ada tiga karakter,

pertama Islam, kedua berbahasa Madura

di

lingkungan

keluarga,

ketiga peduli lingkungan (lingkungan alam dan masyarakat) jadi saya berkumpul

dengan

keluarga

itu

seminggu sekali. Keluarga beliau punya etika tersendiri dalam makan di keluarga. Di mana etika yang tua duluan basuh tangan dan yang muda basuh tangan terakhir. Untuk sapu tangan sebagai lap yang disebut

serbèt

tangan

setelah

makan saja. Hal ini yang tua duluan menggunakan serbèt. Sedangkan yang

muda

serbèt

tangan

belakangan. Hal ini terbukti bahwa di keluarga saya itu ada etika dalam bertingkah

laku

di

lingkungan

keluarga.

Selanjutnya

beliau

berkata: Selanjutnya beliau berkata: 6

Sulaiman. Wawancara Langsung. (13

“Misalnya ada tamu,” ngèrèng èyatoranna lèngghi, ponapa kasokanna, ponapa kaulâ ghâḍhuwân jhânjhi. Manabi tamoyya jhâu.

Mei 2014)

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 27

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy Kaulâ kodhu nyaḍiyâ‟aghi kamar. Ponapa panjhennengan ngaghungè kennalan laèn. Manabi tamoy ghellâ‟ ngènep. Maka kaulâ nyaḍiyâ‟aghi ḍhâ‟ârân. Lajhu kaulâ mator ka tamoy. Ngèrèng èyatorè sè aḍhâ‟ârâ maskè ko’-jhuko’ bujâ cabbhi. Ngèrèng pasaèaghi. Neng è Madhurâ ka‟ḍinto sadhâjâna èsambhât jhuko‟. Akadhi tellor, tahu, nèka èsambhât jhuko‟. Ènghalè oca‟ 7 kasebbhut bânnè jhuko‟.

bakso,

jhâ‟

ḍhis-peḍḍhis,

abâlâ. Anèka anḍi‟na emba”. Di sisi lain, manakala saya bertindak tutur kepada menantu. Beliau menggunakan bhâsa engghi enten,

sedangkan

menggunakan Selanjutnya, wawancara

dalam sama.

bhunten.

menantu

bhâsa

èngghi

Sedangkan etika yang

Peneliti

nampak di keluarga beliau. Etika di

mencoba menanyakan mengenai

keluarga beliau tetap cium tangan,

bagaimana jika lewat di depan

baik kepada sepupu yang lebih tua

orang

maupun kepada saudara yang lebih

yang

yang

bâ‟na

lebih

tua?

beliau

berkata:

tua.

“Ngabidhi lambâ‟ kaulâ èyajhâri sareng èbo‟. Sènga‟ bâ‟na aghâlânon. Mon lèbât èyaḍâ‟na orèng sè lebbi seppo. Kodhuna aghâlânon, nonḍu‟, akadhi moso eddâl. Jhâ‟ sampè‟ gâng-matenggâng”.

Selanjutnya, beliau berkata:

Dengan salam

dan

diakhiri

nada

semangat, Sulaiman

kata-kata

yang

penuh

akhirnya

Bapak

menjawab

semua

pertanyaan yang peneliti berikan. Selain Pak Sulaiman, peneliti

Jika saya berbicara sama istri saya berkata enjâ’ iyâ otabâ engghi bhunten. Misalnya: “bâ‟na ḍâ‟ ḍimma lè‟?sèngko‟ èntara ka toko ka‟.

juga menemui dan berwawancara dengan keluarga yang terdidik atau berpendidikan

Jika sekolah

anak

maka

lain.

beliau

datang

adalah Bapak Imam Iswadi. Beliau

bertanya

sebagai guru SMA di salah satu

saya saya

yang

kepada anak saya: “pokol bârâmpa

sekolah

mè’ ella ḍâteng? Èbâlâi apa’an bân

tinggal bersama istrinya dan kedua

ghuruna? Apa’an sè èyajhârraghi.

anaknya

Jadi sepertinya runtun sepertiu dulu.

Gang

Biasanya cium tangan, atau èkom.

bersama

Setelah terlihat kakek atau emba

mengatakan bahwa:

anak saya langsung èkom atau

“Dalam keluarga saya, karena saya menganut adat ketimuran, bahwa bahasa Madura mulai dari nenek moyang maka bahasa Madura saya gunakan di lingkungan keluarga sebagai bahasa ibu, selain itu, bahasa Madura sebagai pemersatu warga Madura juga diajarkan di tingkat SD, SMP, 8 dan SMA.”

cium tangan. Selanjutnya,

dalam

wawancara yang sama. Manakala saya

menyuruh

anak

toko.

membeli

sesuatu

ke

Maka

saya

berkata”

èya‟ engko‟ mellèyaghi

VI.

di

Pamekasan.

di

Dalam

8

7

Ibid. (13 Mei 2014)

kelurahan

Beliau Parteker

wawancaranya

peneliti,

beliau

Imam Iswadi. Wawancara Langsung (26 Mei 2014)

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 28

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy Beliau kepada

juga

peneliti

mengatakan

bahwa

“bahasa

Madura juga digunakan antara saya dengan

istri,

menggunakan

tetapi bahasa

campuran,

istri dengan

kadang-kadang

berbahasa Indonesia dan kadangkadang

menggunakan

bahasa

Madura”.

Selanjutnya,

dalam

wawancara

yang

Beliau

sama.

mengatakan bahwa dalam tataran bahasa Madura onḍhâghân bhâsa yang saya gunakan itu pada tataran kasar atau enjâ’ iyâ. Misalnya “ èya‟

Saya mengatakan “ghâlânon”. Di sisi lain, beliau mengatakan: “Karena ana‟ kaulâ ngajhi neng sala sèttong masjid, dhâddhi sakonè‟ bânnya‟ ampon ngartè. Manabi lèbât neng aḍâ‟na rèng towa seppo, rèng seppo, bhâlâ, nèka adhât 9 nonḍu‟ kepala.”

Beliau melanjutkan untuk menjawab pertanyaan peneliti: “Mon bâḍâ katamoyan, kaulâ kekeluargaan. Kaulâ ta‟ membedakan antaraTamoy formal otabâ nonformal. Artèna teptep sistem Madhurâ‟ân kalabânkomunikatif tetap èlayanè kalabân baik, artèna selalu dekat dengan tamoydan dihargai dan saya kasi ka‟ang-ka‟sabâḍâna, aèng, jhâjhân bân salaènna”.

na‟ engko‟ mellèyaghi rokok ayah”. Selain itu, beliau kepada mertua menggunakan onḍhâghân bhâsa yang halus, karena mertua adalah orang tua saya dan mau tidak mau saya harus menghargai.

Selanjutnya: “Èsaat namoy kaulâ bâs-ngabâ ghâllu. Karena neng kelurahan Parteker ka‟ḍinto tamaso‟ kota, dhâddhi bâs-ngabâs pasèra sè ètamoyè. Ponapa orèng jhâbâ otabâ rèng Madhurâ. Dhâddhi kaulâ è saat namoy aghuna‟aghi bahasa Indonèsia”.

Di sisi lain, manakala anak saya

2. Kegiatan Tindak Tutur Bahasa

mau berangkat ke sekolah, anak

Madura di lingkungan Keluarga

saya disuruh nyèyom tangnga orèng

sebagai

seppo sareng orèng seppo binè‟

Kota Pamekasan

dulu.

Setelah

Tokoh

Masyarakat

di

itu

mengucapkan

Selanjutnya,

peneliti

kekediamannya Bapak H. Sastro

dengan

sebagai tokoh masyarakat di desa

salam.

Pada hari Kamis tanggal 8 Mei 2014. Peneliti bersilaturrahim

melanjutkan

pertanyaan

menanyakan bagaimana tindak tutur

Jalmak

di saat lewat di depan orang tua

Pamekasan yang tepatnya pukul

yang

Beliau

10.00 WIB dengan cuaca panas

berhubung

peneliti dengan santai bertamu ke

lebih

sepuh?.

mengatakan bahwa

barat

saya berasal dari Sumenep yang

rumah

berkeluarga

Pamekasan

kondisi

Jadi

merokok.

kelurahan

ke Parteker.

saya

H.

Kecamatan

Sastro.

duduk

di

Mengawali

Beliau kursi

pada sambil

percakapan

menggunakan bahasa yang lebih

peneliti

halus dan manakala saya lewat di

menanyakan tentang tindak tutur

dengan

depan orang yang sebih sepuh, 9

Ibid. (26 Mei 4)

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 29

beliau,

peneliti

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy bahasa Madura. Apakah bahasa Madura

masih

digunakan

di

Beliau dalam orang

yang

menghadapi

bertamu,

dalam

lingkungan keluarganya pa’? Beliau

bertindak tutur beliau menggunakan

mengatakan

bhâsa

bahwa

penggunaan

èngghi

bhunten.

Karena

bahasa Madura masih digunakan di

bhâsa èngghi bhunten dianggap

lingkungan

menghargai

keluarga

melestarikan

dan

Bahasa

eksis

orang

lain

yang

Madura

dianggap tamu, itupun mengandung

dalam kontek tindak tutur bahasa

unsur kesopanan. Selajutnya beliau

Madura.

beliau

menyampaikan, di saat lewat di

berinteraksi

depan orang yang lebih sepuh.

Mengenai

berkomunikasi

cara

dan

antar keluarga baik kepada anak, menantu,

maupun

cucu.

Beliau

Beliau berkata dengan ucapan: H. Sastro : “ ghâlânon nom” Istrinya : “ ghâlânon nyah”

menjelaskan: “Bhâsa Madhurâ ghi‟ èghuna‟aghi, ponapa polè sareng kompoy, sareng keluarga kaulâ pagghun èlampa‟aghi, alasan aghuna‟ aghi bhâsa Madhurâ sopajâ langgheng,bân binè kaulâ manglo polana kompoy èyajhâri bhâsa 10 Madhurâ”.

Selanjutnya beliau berkata:

Beliau

mengatakan bahwa

ucapan atau tindak tutur “ghâlânon” tersebut merupakan sebuah etika dalam

keluarga

dilestarikan,

yang

perlu

karena

etika

menghormati itu merupakan ujung

“Ana‟ kaulâ serrèng amèt manabi èntar jhâlânan, biyasana nyèyom tanang, ḍhimèng lajhu amèt mangkat”. Salaèn ḍâri ghâpanèka manto kaulâ serrèng aghuna‟aghi bhâsa camporan, ta‟ kodhu bhâsa èngghi bhunten, binè kaulâ manabi abu-ḍhâbu aghuna‟aghi èngghi bhunten, namong kaulâ ka binè engghi enten”.

tombak pelestarian kearifan lokal Madura. Di

sisi

lain,

beliau

juga

berkata: bahwa “saya kepada anak tidak

menggunakan

onḍhâgghâ

bhâsa khususnya dalam menyuruh anak yang disuruh membeli sesuatu

Dengan beliau

langsung

pertanyaan perkataan

sejenak,

ke toko”. Beliau juga mengatakan,

menjawab

manakala kepada menantu bahasa

dengan

yang digunakan, yakni bahasa pada

berhenti peneliti

bahwa

jika

beliau

tindak

tutur

onḍhâgghâ

bhâsa

menerima tamu di rumah, tindak

engghi enten. Karena pada tataran

tutur

itulah

bahasa

Madura

yang

digunakan beliau adalah: “Manabi kaulâ ngaḍhebbhi tamoy, kaulâ aghuna‟aghi bhâsa èngghi bhunten, artèna taḍâ‟ bhâsa enjâ‟ iyâ bân engghi enten. Alasannna bhâsa èngghi bhunten ka‟ ḍinto ngarghâi ka tamoy”.

yang

dianggap

pantas

digunakan kepada menantu. Selanjutnya, dalam hal etika yang nampak pada keluarganya H. Sastro.

Beliau

menganggap

penggunaan onḍhâgghâ bhâsa itu yang tepat pada tatarannya kepada

10

Sastro. wawancara langsung. (8 Mei

siapa dan dimana tempatnya untuk

2014)

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 30

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy dipakai bertindak tutur. Istri beliau

menggunakan

juga menyampaikan bahwa bentuk

Kalua

lain

lingkungannya,

memberi suguhan yang disebut “ka’-

yakni pada contoh “alalabât ḍâ‟

angka’”. Selain itu, tindak tutur

sèttong kifaye” secara bersama-

dalam

sama kompak untuk nyapot orang

mengajak makan biasanya beliau

yang sedang berduka atau disebut ”

menyampaikan perkataan: “maju sè

alalabât”.

ngakana lè‟” !

etika

dalam

Pada tanggal 26 Mei 2014

ada

bahasa rejeki

Madura.

beliau

mengajak

tetap

istrinya

dalam

Selanjutnya,

dalam

peneliti juga bersilaturrahim kepada

kesempatan

Ustad Abd. Rahem. Beliau selaku

berharap

tokoh

digunakan

dalam

lingkungan

bahwa penggunaan bahasa Madura

keluarganya.

Karena

siapa

di lingkungan keluarganya tetap

melestarikan bahasa Madura kalau

menggunakan

bukan

masyarakat

mengatakan

bahasa

Madura,

yang

bahasa

orang

sama.

Beliau

Madura

tetap

Madura.

lagi

Diujung

bahkan beliau menganggap bahasa

pembicaraan beliau berharap orang

onḍhâgghâ

Madura bisa belajar bahasa Madura

dalam

tindak

tutur

bhâsa itu yang dianggap benar

supaya

digunakan. Karena merasa enak

halus yang dianggap bahasa yang

dan halus digunakan.

lebih

Di

sisi

lain,

mengatakan

bahwa

lebih

tidak

tua

bahasa

yang

anaknya,

namun

beliau

orang

halus

kepada

anaknya

sopan

berbahasa dalam

dengan

digunakan

bertindak tutur.

yang

menggunakan

bisa

Pada kesempatan lain di kediamannya Kusriyadi

Bapak

selaku

H.Achmad

kepala

Desa

tetap

Jalmak tepatnya hari Senin tanggal

menggunakan bahasa yang halus

19 Mei 2014 pukul 10.00 WIB pada

dan sopan. Tindak tutur dalam lewat

kondisi santai disaat beliau memberi

di depan orang yang lebih tua tetap

makan pada burungnya. peneliti

mengatakan “ghâlânon”. Sedangkan

bersilaturrahim

apabila beliau lewat di depan orang

tokoh

yang lebih muda juga mengatakan

Peneliti

“ghâlânon”.

pada lingkungan keluarga terdidik

Penggunaan bahasa Madura

ke

kediamannya

masyarakat

di

melakukan

Jalmak.

wawancara

ini dengan mengawali pertanyaan”

dalam tindak tutur bertamu, beliau

Apakah

mengatakan

mengatakan

digunakan di lingkungan keluarga?

salam dulu, lalu disuruh duduk, dan

Beliau mengatakan bahwa bahasa

ditanyakan

Madura

harus apa

maksud

bahasa

masih

Madura

masih

digunakan

kedatangannya. Apabila orang di

lingkungan

luar

bahasa Madura dianggap sebagai

Madura

tentunya

tidak

keluarganya.

di

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 31

Karena

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy bahasa adat dan bahasa sehari-hari

menggunakan enjâ‟ iyâ. Selain itu,

dalam

Beliau

manakala anaknya baru pulang dari

menyampaikan bahwa di saat anak

sekolah, beliau berkata bahwa anak

saya pamit berangkat ke sekolah,

saya biasa mengucapkan salam,

beliau tidak menggunakan bahasa

setelah itu cium tangan. Karena

yang halus dengan perkataan: “

dalam keluarga beliau etika cium

Sènga‟ na‟ on-laonan mon asakola

tangan dari anak kepada orang tua

pateppa‟ “

itu wajib hukumnya, namun jika

bertindak

Di

saat

tutur.

beliau

mengajak

istrinya mau bepergian hanya pamit

istrinya, beliau tidak menggunakan peribahasa

yang

halus,

saja tidak cium tangan.

namun

Berhenti

sejenak

sambil

menggunakan bahasa yang kasar

makan snack yang tersedia, lalu

pada onḍhâgghân bhâsa enjâ‟ iyâ.

beliau mengatakan bahwa beliau di

Di saat pada perkataan:

saat berkomunikasi dengan mertua tetap menggunakan bahasa yang

“mayu‟, satèya hari ulang tahunna Indi ana‟ sè bungso, maju areng-bhâreng noro‟ motor yukulan otabâ ngakan neng bârung, ponapa 11 sè èkasonè, èyatorè.”

halus yang dianggapnya supaya lebih sopan dan tidak “jânggâl”. Selain itu, beliau juga menggunakan

menerima

bahasa Madura di saat menyuruh

tamu di rumahnya, beliau berkata:

anaknya membeli rokok ke toko

“Ngèrèng èyatoranna lèngghi!” jika

seperti pada ucapan:

tamu

tidak

Ach. Kusriyadi :“ya‟ na‟ mellèyaghi rokok surya neng toko ḍissa, pèssèna sèket èbu” Ana’ : “toko neng ḍimma pa‟?” Ach. Kusriyadi : “neng toko è tèmor rowa”

Demikian wawancara peneliti

Di

saat

beliau

belum

kenal,

beliau

menanyakan “ ḍâri ka‟ ḍimma?” Di sisi lain, manakala ketemu orang yang sebih sepuh di jalan. Beliau

menyapa

supaya

dianggap

“jânggâl” tidak

kurang

ajar.

Menyapa

dengan

mengucapkan

dengan

tokoh

masyarakat

yang

pada akhirnya mengharap bahasa

salam

assalamu‟alaikum dan “ta‟ langkong

daerah

ngampongnga lèbât”.

digunakan kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, bertanya. menggunakan

Bagaimana bahasa

dilestarikan

cara Madura

3.

Kegiatan Tindak Tutur Bahasa Madura di lingkungan Keluarga Tidak

istrinya juga menggunakan enjâ‟ iyâ,

Pamekasan

dan istrinya kepada beliau juga

Mei 2014)

tetap

peneliti

kepada sang istri? Beliau kepada

11

dan

Kusriyadi. Wawancara langsung. (19

Terdidik

di

Implementasi

tindak

Kota

tutur

bahasa Madura pada konteks tindak tutur

bahasa

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 32

Madura

pada

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy onḍhâgghâ

bhâsa

dan

etika

berbicara pada lingkungan keluarga

bhâsa ḍâ‟ rèng seppo aghuna‟aghi bhâsa sè kasar, tarkaḍhâng camporan kalabân 12 bahasa Indonesia”.

tidak terdidik. Lingkungan keluarga yang tidak terdidik yang dimaksud di sini adalah anggota keluarga yang putus sekolah atau tidak tamat sekolah, hal ini tergolong pada pendidikan rendah. Bagaimanakah penggunaan

bahasa

Maduranya

Di sisi lain, Mas Haedar dengan perkataan gugup memakai bahasa Madura, lalu berkata: “ Manabi kaulâ lèbat neng è aḍâ‟na orèng seppo, kaulâ mator kalabân ocabhân „aghâlânon‟ bân nonḍu‟. Sopajâ kaulâ èyangghep lebbi sopan, tapè tarkaḍhâng kaulâ ta‟ nunḍu‟ otabâ sabiyasa”.

dan bagaimana etika bertingkahlaku Mas

dalam kehidupan keluarga?. Pada

hari

Minggu

pukul

Haedar

kesehariannya

dalam

bekerja

09.00 WIB tanggal 1 Juni 2014

petani

peneliti bersilaturrahim di rumahnya

orang tuanya. Apabila di saat ia

saudara

menerima

Haedar

kelurahan

tembakau,

ia

sebagai membantu

tamu,

etika

Barurambat Kota Pamekasan. Mas

berbahasanya

Haedar masih berumur 28 Tahun.

bahasa separuh-separuh, kadang-

Saudara Haedar merupakan putra

kadang

sulung yang setiap harinya bekerja

bahasa

sebagai petani untuk membantu

harapan yang disampaikan oleh

orang

tanam

Mas Haedar kepada peneliti, bahwa

tembakau. Karena Saudara Haedar

ia berharap supaya bahasa Madura

hanya lulus sekolah dasar. Peneliti

dapat diajarkan dari SD sampai

tuanya

beranggapan

bercocok

bahwa

informan

kasar, halus.

menggunakan kadang-kadang Selain

itu,

ada

SMA. Ia menggunakan onḍhâgghâ

tersebut tergolong keluarga tidak

bhâsa kepada

orang

tua

tetap

terdidik, dengan alasan informan

menggunakan bahasa yang kasar

tersebut hanya lulus sekolah dasar

atau disebut bhâsa enjâ‟ iyâ, itu pun

dan ditinggal orang tuanya sejak

jika lewat di depan orang tua biasa-

kecil. Dalam percakapannya dengan

biasa

peneliti, Mas Haedar mengatakan

membungkukkan

bahwa di lingkungan keluarganya

saya anggap biasa. Selanjutnya, ia

masih

berkata:

menggunakan

bahasa

Madura, namun pada onḍhâghân bhâsa sè kasar otabâ bhâsa enjâ‟ iyâ.

Setelah

itu,

Mas

Haedar

mengatakan: “Kaulâ aghuna‟aghi bhâsa sè kasar sareng orèng seppo, sabâb kaulâ ta‟ lancar abhâsa, ponapa polè kaulâ ḍhimèn ta‟ asakola. Kaulâ namong lulus SD.Kaulâ aghuna‟aghi

saja

tidak

terlalu

badan.

Karena

“Mon kaulâ katamoyan, kaulâ aghuna‟aghi bhâsa enjâ‟ iyâ, sabâb kaulâ ta‟ onèng abhâsa. Salèn ḍâri ka‟ḍinto ka alè‟ kaulâ ta‟ abhâsa bân ka rèng seppo jhughân ta‟ abhâsa”.

12

Haedar. Wawancara langsung. (01

Juni 2014)

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 33

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy Di sisi lain, peneliti juga

1. Analisis Kearifan Lokal dalam

bertamu ke rumahnya Saudara Hery

Konteks

yang kebetulan tanggal 05 Juni

lingkungan

18.30 WIB di kelurahan Parteker. Ia

Berpendidikan (Terdidik)

mengatakan bahwa setiap hari di keluarganya bahasa

tetap

menggunakan

Madura.

Bapak,

Kepada

dan

menggunakan

ibu,

saudaranya

bhâsa

enjâ‟

iyâ.

Karena menganggap sudah “roco”. Ia

menggunakan

bhâsa

èngghi

bhunten kepada orang lain yang dianggap tidak „roco‟. Di sisi lain, Mas Hery di saat lewat di depan orang yang lebih tua, ia tetap berkata” ta‟ langkong ngampong lèbât” namun setiap keluar dari rumah jarang untuk cium tangan kepada orang tuanya. Manakala bepergian jauh ia tetap

cium

tangan

orang

tua

sebelum berangkat. Ia berharap bahasa Madura tetap baik, namun ia

tidak

bisa

menggunakan

onḍhâgghâ bhâsa èngghi bhunten di

keluarganya.

Selain

itu,

harapannya bahasa Madura tetap digunakan. Ada beberapa etika yang terjadi

pada

masyarakat

yang

kurang berpendidikan, seperti yang dialami Hery. Selain cium tangan kepada orang tuanya. Ia juga cium tangan kepada neneknya, om atau anom, dan kepada kèyaè. Di sisi lain. Mas Hery mengatakan bahwa cium tangan yang dilakukan saya itu hanya supaya lebih sopan.

Tindak

Tutur

Keluarga

di yang

Apa yang peneliti maksud dengan anggota keluarga dalam kehidupan sehari- hari dari sebuah lingkungan

keluarga

menunjuk

kepada pribadi tertentu yang sering kita tafsirkan sebagai individu dan dalam kontek ilmiah, khususnya dalam bidang ilmu sosial, anggota keluarga

tersebut

merupakan

individu yang menunjuk pada subjek yang

berperanan

sebagai

dalam rumah tangga.

aktor

Peranan

sebagai aktor dalam rumah tangga mengandung

pengertian

penguasaan terhadap yang

keadaan

berhubungan

kehidupannya kehidupan

dengan

baik

dalam

internalnya

maupun

eksternalnya. Kalau melihat tindak tuturnya pak

Dradjid

di

lingkungan

keluarganya sangat sistematis pada prinsip komunikatif yang baik dan benar

sesuai

dengan

tataran

onḍhâgghâ bhâsa bahasa Madura. Kepada

siapa

berbicara,

kapan

waktunya, dan dimana tempatnya. Beliau mengatakan bahwa onḍhâgghâ bhâsa enjâ’ iyâ itu dapat digunakan pada lawan bicara dari yang lebih tua kepada yang muda. Misalnya antara suami kepada istri. Hal ini sejalan dengan apa yang

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 34

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy disampaikan menurut bahwa:

Muakmam

13

Selanjutnya, beliau dalam tutur

kepada

istrinya,

beliau biasa menggunakan kata sapaan “kacong”. Hal ini dengan alasan karena anak yang tertua adalah laki-laki, sehingga beliau terbiasa memanggil istrinya dengan sapaan “kacong”. Di sisi lain, dari sudut pandang kearifan lokal yang termasuk tangga.

etika Dalam

dalam

berumah

lingkungan yang

terdidik tetap menerapkan etika dan sopan santun yang sesuai dengan pesan leluhurnya. Salah satu etika yang tetap diterapkan oleh keluarga yang berpendidikan, yakni sebelum bepergian atau berangkat sekolah dan atau pulang sekolah. Anakanak dilingkungan terdidik ini tetap cium

Sulaiman.

Beliau

berkata

Adapun karakter Madura tersebut

Dhinèng atorannèpon aghuna‟aghi onḍhâghân bhâsa ghâpanèka èngghi ka‟ ḍinto: Onḍ̣h ̣̣ âghân enja‟ - iyâ èghuna‟aghi sareng: a. rèng towa ḍ̣â‟ na‟-ana‟na, b. lakè binè, c. satarètanan tamaso‟ pon-popon, d. sakanca‟an, e. majhâḍ̣i‟ ḍ̣â‟ ponakanna, f. emba ḍ̣â‟ kompoyya, g. ghuru / kèyaè ḍ̣â‟ morèd / santrèna, h. lora ḍ̣â‟ bhâreng, babu, kabulâ, i. mattowa ḍ̣â‟ ana‟ manto, j. orèng sè ampon towa ḍ̣â‟ na‟ -kana‟, pasèra‟a bisaos sanarè ta‟ kennal .

bertindak

pak

tangan

dengan

memohon

ridho dari orang tua supaya kelak diberi restu dan keselamatan. Selain itu, berbeda pula di lingkungan keluarga terdidik pada

walau sudah banyak tersebar dalam catatan

dan

dituturkan,

beliau

menyebutkan bahwa: Pertama,

orang

Madura

identik

dengan

insane

religius

(Islam)

bila ada orang

Madura

bukan muslim, ia tidak berani secara terbuka akan mengatakan bahwa dirinya bukan Islam. Sebagai bukti bilamana ada orang Madura yang kata-katanya tidak dipercaya oleh lawan bicaranya, ia akan meradang dan

bersumpah.

Kedua,

orang

Madura di dalam rumah tangganya dengan keluarga selalu berbahasa Madura. Namun setelah memasuki masa moderen, banyak keluarga Madura di dalam rumah tangganya sudah

meninggalkan

karakter

Madura. Mereka pada umumnya di perkotaan atau di pinggiran kota , terutama dalam keluarga intelek sudah beralih menggunakan bahasa Indonesia dengan alasan kurang jelas. Sedangkan yang ketiga, orang Madura

selalu

peduli

terhadap

lingkungannya , lingkungan alam maupun lingkungan masyarakatnya. Ini jelas telah banyak dari tokoh masyarakat Madura

apakah dia

seorang petani atau dari kelompok ulama

pada

masa

memperoleh

lalu

yang

penghargaan

Kalpataru dari Pemerintah NKRI, karena

mereka

telah

nerhasil

menghidupkan lingkungannya dari 13

Muakmam. Buletin Pakem Maddhu Kapeng 34. (Pamekasan:2013), Hal 09.

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 35

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy tandus menjadi

hijau dan usaha 14

untuk menghindari abrasi pantai. Di

sisi

Sulaiman

dalam

melayani

dalam

seseorang dalam bertamu. Selain

ada

itu, ada tindak tutur lain yang

kearifan lokal tersendiri, misalnya

termasuk kearifan lokal dalam ber-

pada tundak tutur:

etika. Misalnya:

“Misalnya ada tamu,” ngèrèng èyatoranna lèngghi, ponapa kasokanna, ponapa kaulâ ghâḍhuwân jhânjhi. Manabi tamoyya jhâu. Kaulâ kodhu nyaḍiyâ‟aghi kamar. Ponapa panjhennengan ngaghungè kennalan laèn. Manabi tamoy ghellâ‟ ngènep. Maka kaulâ nyaḍiyâ‟aghi ḍhâ‟ârân. Lajhu kaulâ mator ka tamoy. Ngèrèng èyatorè sè aḍhâ‟ârâ maskè ko’-jhuko’ bujâ cabbhi. Ngèrèng pasaèaghi. Neng è Madhurâ ka‟ḍinto sadhâjâna èsambhât jhuko‟. Akadhi tellor, tahu, nèka èsambhât jhuko‟. Ènghalè oca‟ 15 kasebbhut bânnè jhuko‟.

“ Ngabidhi lambâ‟ kaulâ èyajhâri sareng èbo‟. Sènga‟ bâ‟na aghâlânon. Mon lèbât èyaḍâ‟na orèng sè lebbi seppo. Kodhuna aghâlânon, nonḍu‟, akadhi moso eddâl. Jhâ‟ 16 sampè‟ gâng-matenggâng”.

keluarganya

lain,

tetap terpatri pada keluarganya Pak

beliau

juga

Dalam tindak tutur di atas, “aghâlânon”

makna

merupakan

ucapan minta izin numpang lewat dengan

kerendahan

hati.

Sedangkan pada kata “akadhi moso Berdasarkan

hasil

eddâl”

artinya

sikap

dalam

percakapan di atas, kearifan lokal

“aghâlânon”

yang nampak terdapat pada unsur

lebih tua itu pada posisi kepala

etika

harus merunduk

berperilaku.

Beliau

santun

di depan orang yang dan badan agak

melayani tamu dan merendahkan

membungk. Selain itu juga, pada

diri dalam menyajikan makanan di

kata

saat tamu diberi makan, seperti

matenggâng”.

pada ucapan “Ngèrèng èyatorè sè

maksudnya, jika lewat di depan

aḍhâ‟ârâ

maskè

ko‟-jhuko‟

orang

cabbhi”.

Tindak

tutur

tersebut

bersikap sok jago dan posisi badan

peribahasa

Madura

seperti

merupakan yang

maknanya

bujâ



Jhâ‟

yang

sampè‟ Kalimat

lebih

orang

gângtersebut

tua,

perkasa.

jangan Tetapi

mempersilahkan

gunakan adat ketimuran yang pada

kepada seseorang untuk makan

posisi badan merendahkan diri atau

meskipun lombok,

ikannya Istilah

garam

dan

merunduk

ko‟-jhuko‟

bujâ

kondisinya. Sehingga makna kata

sesuai

dengan

cabbhi tersebut untuk menunjukkan

aghâlânon

kesederhanaan

Madura.

dengan gestur tubuh seseorang

hanya

yang lewat di depan orang lain,

dengan garam dan lombok sudah

bersikap menghormati dan sopan

menyenangkan. Etika inilah yang

dalam menghargai tata krama yang

orang

Makan tanpa lauk apapun

itu

akan

sebanding

berlaku di Madura. 14

Sulaiman Sadik. Langsung. (13 Mei 2014) 15 Ibid. (13 Mei 2014)

Wawancara 16

Sulaiman. Wawancara Langsung (13

Mei 2014)

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 36

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy Hal

ini

sejalan

dengan

Dari

data

tersebut

pendapatnya Austin (dalam Leech)

menunjukkan

menyatakan bahwa semua tuturan

keluarga Pak Sastro masih eksis

adalah sebuah bentuk tindakan dan

menggunakan

tidak sekedar sesuatu tentang dunia

dengan tujuan untuk melestarikan

tindak ujar atau tutur (Speech act)

bahasa

adalah

cucunya.

fungsi

bahasa

sebagai

bahwa

dalam

bahasa

Madura

Madura

sampai

Namun

kepada

sang

istri

sarana penindak. Semua kalimat

menegurnya karena cucunya diajari

atau ujaran diucapkan oleh penutur

bahasa Madura. Padahal bahasa

sebenarnya

Madura merupakan bahasa Ibu.

mengandung

fungsi

komunikatif tertentu. Berdasarkan

Di sisi lain, terdapat tindak pada

Onḍhâgghâ

bhâsa

pendapat tersebut dapat dikatakan

tutur

bahwa mengujarkan sesuatu dapat

bahasa Madura seperti di bawah ini:

disebut

sebagai

aktivias

atau

tindakan. Hal tersebut dimungkinkan karena

dalam

setiap

memiliki

maksud

tuturan

tertentu

berpengaruh pada orang lain.

yang

lingkungan

Tindak

Tutur

Keluarga

di

sebagai

Tokoh Masyarakat Dalam lingkungan keluarga yang

notabene

termasuk

tokoh

masyarakat, hal ini dampak pada hasil

paparan

data

apa

Menurut

17

2. Analisis Kearifan Lokal dalam Konteks

“Ana‟ kaulâ serrèng amèt manabi èntar jhâlânan, biyasana nyèyom tanang, ḍhimèng lajhu amèt mangkat”.

yang

diucapkan oleh keluarganya Pak Sastro:

tindak

tersebut,

kearifan

termasuk

etika

tutur

lokal

pada

yang

keluarga

sebagai tokoh masyarakat tetap diterapkan.

Apabila

mau

bebepergian seorang anak atau cucu dibiasakan mencium tangan orang

tuanya.

Hal

ini

sebagai

bentuk mohon doa kepada kedua orang tua demi keselamatan dalam perjalanannya

supaya

diberi

keselamatan dan kelancaran. Selain itu, kearifan lokal di lingkungan

“Bhâsa Madhurâ ghi‟ èghuna‟aghi, ponapa polè sareng kompoy, sareng keluarga kaulâ pagghun èlampa‟aghi, alasan aghuna‟ aghi bhâsa Madhurâ sopajâ langgheng, bân binè kaulâ manglo polana kompoy èyajhâri bhâsa 18 Madhurâ”.

keluarganya Pak Sastro nampak ketika istrinya “alalabât ḍâ‟ kifaye” Istri

beliau

juga

menyampaikan bahwa bentuk lain etika dalam lingkungannya, yakni pada contoh “alalabât ḍâ‟ sèttong kifaye”

17

Leech, Geoffrey. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Jakarta: 1993), hal 280 18 Sastro. wawancara langsung. (8 Mei 2014)

secara

bersama-sama

kompak untuk nyapot orang yang sedang berduka atau disebut ”

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 37

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy alalabât”. Hal ini etika dari keluarga

c. Satarètanan - Anapè dhika ma‟

dicerminkan

molar Bhuk,? Pola èdhukanè eppa‟?

sebagai

kepada

bentuk

masyarakat

sosial

dalam

bermasyarakat.

- Dhika

Tindak tutur “alalabât ḍâ‟ sèttong dengan

d. Sakanca‟an

kifaye”

tersebut

pernyataannya

sanonto

pada

umumnya

sejalan

- Pon, sanapè bâjâna ?

Hassan

- Sareng samacemma.

lapisan

è

ghu‟imma ?

Shadily (dalam Syani) mengatakan bahwa

alèngghi

Selain itu, tindak tutur bahasa

Madura

pada

tataran

dalam masyarakat menunjukkan:

onḍhâgghâ bhâsa juga muncul pada

a. Keadaan

informan

senasib.

Dengan

lain,

yakni

tokoh

paham ini kita mengenal lapisan

masyarakat pada kalimat direktif

yang

seperti: “maju sè ngakana lè‟” !

terendah,

yaitu

lapisan

pengemis, lapisan rakyat dan sebagainya.

Tindak

tutur

tersebut

dituturkan seorang ustad kepada

b. Persamaan

batin

kepandaian,

yaitu

atau lapisan

terpelajar dan lainnya.

istrinya untuk

mengajak makan.

Onḍhâgghâ bhâsa yang digunakan seorang suami sudah tepat kepada

Adapun bentuk lain tindak tutur

istrinya. Termasuk tuturan direktif

yang mengacu kepada onḍhâgghâ

karena

bhâsa adalah:

dimaksudkan

tuturan

mitra “Salaèn ḍâri ghâpanèka manto kaulâ serrèng aghuna‟aghi bhâsa camporan, ta‟ kodhu bhâsa èngghi bhunten, binè kaulâ manabi abu-ḍhâbu aghuna‟aghi èngghi bhunten, namong kaulâ ka binè engghi enten”.

Hal

tersebut

sejalan

dengan

pernyataan contoh sebagai berikut:

tutur

tersebut

penuturnya melakukan

supaya tindakan

untuk makan. Selanjutnya, kesempatan berharap

dalam

yang

bahasa

sama.

Beliau

Madura

tetap

digunakan

dalam

lingkungan

keluarganya.

Karena

siapa

lagi

Onḍhâghân bhâsa engghi enten

melestarikan bahasa Madura kalau

panèka paḍ̣â sareng onḍhâghân

bukan

orang

Madura.

Diujung

bhâsa enjâ’ iyâ, èngghi panèka

pembicaraan beliau berharap orang

bâḍâ sè sokkla bâḍ̣â sè camporan .

Madura bisa belajar bahasa Madura

Ècampor sareng onḍhâghân èngghi bhunten. Akadhi: a. Lakè ka binè: - Lè‟ dhika ta‟ adhâ‟ârâ abhâreng bulâ? b. Mattowa ḍ̣â‟ manto mèyosa ḍ̣â‟ Malang cobik sè rajâ!

- Mon dhika , bulâ ollè‟è

supaya

bisa

berbahasa

dengan

halus yang dianggap bahasa yang lebih

sopan

bertindak

dalam

tutur.

digunakan

Namun

dalam

keluarga beliau belum memahami betul kepada siapa menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 38

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy tingkatannya dan tataran undak-

modus tuturan dan makna yang

usuk seperti apa harus digunakan

sama

pada tempatnya. Hal ini karena

pengutaraannya. Maksud mengajak

faktor

disampaikan

tingkat

pendidikan

dan

dengan

maksud

dengan

kalimat

kemampuan memahami onḍhâgghâ

mengajak. Namun ada kosa kata

bhâsa

tingkat

yang digunakan penutur kepada

kebutuhannya. Di sisi lain, ada

mitra tutur, yakni kata “yukulan”.

tindak tutur dari tokoh masyarakat

Kata tersebut termasuk kata yang

yang masih kuat dengan nilai-nilai

berasal dari bahasa Arab. Di dalam

etika, seperti pada tindak tutur;

bahasa Madura ada istilah lain pada

“Sènga‟ na‟ on-laonan mon asakola

kata “yukulan” yaitu “ ngakan(enjâ‟

pateppa‟ “

iyâ), maḍhâng (engghi enten), dan

sesuai

Tindak

dengan

tutur

tersebut

atau

aḍhâ‟âr

(èngghi

bhunten)”.

menunjukkan tindak tutur komisif

Oleh karena itu, tindak tutur pada

bahwa

ini

tokoh masyarakat tersebut tergolong

untuk

sudah ada interferensi bahasa luar

tindak

mengikat

tutur

yang

penuturnya

melaksanakan apa yang disebutkan

yang

terbiasa

digunakan

di dalam tuturannya, yakni “hati-hati

penutur kepada mitra tutur.

kalau berangkat ke sekolah”. Di sisi

Selanjutnya,

masih

oleh pada

lain, tindak tutur bahasa Madura

tindak tutur dari informan yang

pada lingkungan keluarga sebagai

sama. Ada tindak tutur yang kurang

tokoh masyarakat juga terjadi pada

tepat dalam kearifan lokal beretika

tindak tutur:

pada keluarganya pak Kusriyadi,

“Mayu‟, satèya hari ulang tahunna Indi ana‟ sè bungso, maju areng-bhâreng noro‟ motor yukulan otabâ ngakan neng bârung, ponapa sè èkasonè, èyatorè”

Tindak

tutur

dia

atas

menunjukkan tindak tutur dari suami kepada istrinya yang diajak bersama anaknya makan

ke untuk

salah

satu

makan

rumah

tahun anaknya yang bernama Indi. Sehingga tindak tutur tersebut dapat sebagai

tutur

langsung literal (direct literal speech act), tutur langsung literal ialah tindak tutur yang diutarakan dengan

hal ini terjadi pada

lingkungan keluarga sebagai tokoh masyarakat. Misalnya: Ach. Kusriyadi :“ya‟ na‟ mellèyaghi rokok surya neng toko ḍissa, pèssèna sèket èbu” Ana’ : “toko neng ḍimma pa‟?” Ach. Kusriyadi : “neng toko è tèmor rowa”

bersama

sekeluarga dalam rangka hari ulang

dikategorikan

meskipun

Pada tindak tutur di atas, seorang bapak menyuruh anaknya untuk membelikan rokok di toko, sang

anak

tokonya Pak.

menjawab

dimana

Tindak tutur itu

disebut juga sebagai tindak tutur direktif atau disebut juga tindak tutur imposif, yaitu tindak tutur yang

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 39

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy dilakukan oleh penuturnya dengan maksud

supaya

melakukan disebutkan

lawan

tuturnya

tindakan

yang

dalam

ujaran

itu.

Tuturan yang termasuk dalam jenis tindak tutur ini antara lain tuturan memaksa,

mengajak,

menyuruh,

menagih,

memohon,

meminta, mendesak,

menyarankan,

memerintah. Namun dalam beretika, seorang anak menjawab “toko neng ḍimma pa‟?”. Jawaban ini kurang pantas digunakan seorang anak kepada orang tuanya. Seharusnya anak

menggunakan

tindak

tutur

onḍhâgghâ bhâsa èngghi bhunten dengan



tuturan

toko

neng

èka‟ḍimma Pa‟?”. Oleh karena itu, maksim

kesopanan

dan

etika

berbicara dalam bahasa Madura harus sesuai dengan siapa yang diajak

berbicara

dan

kapan

waktunya.

bhâsa ḍâ‟ rèng seppo aghuna‟aghi bhâsa sè kasar, tarkaḍhâng camporan kalabân 19 bahasa Indonesia”.

Pada tindak tutur tersebut, kearifan

lokal

yang

termasuk

penggunaan

tingkatan

(onḍhâgghâ

bhâsa)

bahasa digunakan

belum pada kondisi baik dan tepat. Sebab

biasanya

penggunaan

onḍhâgghâ bhâsa itu salah satunya harus di gunakan kepada orang yang lebih tua, biasanya orang tua di

lingkungan

keluarga

itu.

Sedangkan orang tua menggunakan tingkatan yang tidak halus atau disebut onḍhâgghâ bhâsa (enjâ‟ iyâ). Seperti pada kutipan yang disampaikan oleh informan di atas bahwa; “saya menggunakan bahasa yang kasar kepada orang tua, karena tidak lancar menggunakan undak-usuk dengan baik. Hal ini apakah karena saya tidak sekolah. Saya hanya lulus SD”.

Pernyataan tindak tutur di 3. Analisis Kearifan Lokal dalam Konteks

Tindak

Lingkungan

Tutur

Keluarga

di

Kekeliruan

penggunaan

Tidak

penerapan

onḍhâgghâ

Terdidik (tidak berpendidikan) Kategori

dan

ranah

atas sangat terbuka apa adanya. dan bhâsa

terletak pada konteks situasi tutur, di dari

mana

situasi

tutur

seharusnya

lingkungan keluarga tidak terdidik

onḍhâgghâ

Maksudnya anggota keluarga yang

disesuaikan dengan konteks tutur,

pendidikannya

minimal

hal ini disebut juga tindak tutur

hanya tamat sekolah dasar saja

representatif, bahwa tindak tutur dari

atau putus sekolah dasar. Pada

penutur yang berfungsi menetapkan

tindak tutur ini peneliti contohkan

atau

pada kalimat:

seperti apa adanya. Di sisi lain,

rendah,

“Kaulâ aghuna‟aghi bhâsa sè kasar sareng orèng seppo, sabâb kaulâ ta‟ lancar abhâsa, ponapa polè kaulâ ḍhimèn ta‟ asakola. Kaulâ namong lulus SD.Kaulâ aghuna‟aghi

dalam 19

bhâsa

menjelaskan lingkungan

itu

harus

sesuatu keluarga

itu ini

Haedar. Wawancara langsung. (01

Juni 2014)

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 40

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy secara normatif menurut kearifan

Soekanto

lokal madura memang kurang tepat.

selama dalam suatu masyarakat

Hal ini perlunya pembinaan yang

masih ada sesuatu yang dihargai,

salih asa, asuh, dan asih dalam

dan setiap manusia mempunyai

berkeluarga.

sesuatu yang dihargai, maka hal itu

Sehingga

tercipta

(dalam Syani), bahwa

maksim-maksim kesopanan dalam

menjadi

berbicara antar keluarga yang lebih

menumbuhkan

tua.

lapisan-lapisan dalam masyarakat Adapun kearifan lokal dalam

itu.

bibit

Maka

yang

dapat

adanya

sistem

sudah

barang

sebuah

tentu

konteks beretika pada lingkungan

dengan

kebiasaan

keluarga yang tidak terdidik ini

menyikapi orang yang lebih tua

masih kokoh maksim kesopanan

pastilah

dalam kontek lewat di depan orang

dengan harapan keinginan untuk

yang lebih sepuh. Seperti pada

tetap hormat dan tunduk kepada

tindak tutur di bawah ini:

mitra tutur yang lebih tua.

dihormati

dan

dihargai

Selain tindak tutur beretika “ Manabi kaulâ lèbat neng è aḍâ‟na orèng seppo, kaulâ mator kalabân ocabhân „aghâlânon‟ bân nonḍu‟. Sopajâ kaulâ èyangghep lebbi sopan, tapè tarkaḍhâng kaulâ ta‟ nunḍu‟ otabâ sabiyasa”.

dengan ucapan “ghâlânon”. Hal ini juga nampak pada tindak tutur ”ta‟ langkong ngampong lèbât”. Tindak tutur tersebut sangat

Menurut teks di atas, tindak

kontekstual dalam merendahkan diri

tutur penghormatan nampak pada

lewat di depan orang lain, seiring

sikap penutur di saat lewat depan

dengan pendapatnya Leech yang

orang

menyatakan

yang

lebih

tua

dengan

bahwa

sebenarnya

tindak

tutur

mengucapkan “ghâlânon” dan sikap

dalam

badan membungkuk. Hal ini dengan

mempertimbangkan

anggapan

situasi

supaya

lebih

sopan

tutur

lima

yang

aspek

mencakup:

dalam menghargai mitra tutur yang

penutur dan mitra tutur, konteks

dialami, yakni lewat di depan orang

tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur

yang lebih sepuh. Sehingga etika

sebagai

lewat di depan orang yang lebih tua

aktivitas dan tuturan sebagai produk

masih yang kokoh pada lingkungan

tindak verbal.20

yang tidak terdidik. Di sisi lain, etika

sebuah

tindakan

atau

Oleh karena itu, tindak tutur

mencium tangan masih diterapkan

tersebut

sangatlah

di lingkungan keluarga ini, baik cium

beretika

di

tangan kepada orang tua atau

menghadapi orang yang lebih tua

saat

tepat

dan

situasi

tutur

kepada saudaranya orang tua. Tindakan ini sejalan dengan pernyatan

Menurut

Soerjono

20

Leech, Geoffrey. Pragmatik. (Jakarta:1993), hal 4.

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 41

Prinsip-prinsip

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy maksud

isi

penutur

untuk

menunjukkan

merendahkan diri dan menghargai

kearifan

orang lain.

dengan

Dengan

eksisnya

yang

berkaitan

penggunaan

onḍhâgghâ

apa

bhâsa dalam bertindak tutur, baik

hasil

antara suami dan istri maupun

dapat

antara anak kepada orang tuanya.

disimpulkan bahwa kearifan lokal

Bahkan penggunaan tindak tutur

onḍhâgghâ

onḍhâgghâ bhâsa dikatakan sesuai

lingkungan

menurut

yang

sudah

demikian,

lokal

betapa

terjadi

penelitian

pada

tersebut

pada

penggunaan

bhâsa

dan

etika

di

tataran

tingkatannya.

keluarga yang terdidik. Sedangkan

Adapun berkaitan dengan kearifan

bagi

tokoh

lokal pada etika berperilaku dalam

masyarakat, dapat dikatakan bahwa

bertindak tutur di lingkungan terdidik

penggunaan

masih

keluarga

sebagai

tindak

tutur

pada

menerapkan

pemakaian

onḍhâgghâ bhâsa masih dikatakan

onḍhâgghâ bhâsa sè saè tor sè

ada sedikit belum memahami cara

lerres

penggunaan kosa kata yang tepat.

bhuḍhâjâ Madhurâ yaitu anḍhâp

Kepada siapa bertutur dan di mana

asor dalam berperilaku, misalnya

tempatnya. Selain itu, etika dalam

lewat di depan orang yang lebih

bertindak tutur masih eksis dan

sepuh dan mencium tangan orang

digunakan

tua disaat mau pepergian.

Madura.

sesuai Di

sisi

penggunaan terjadi

tindak

pada

terdidik,

hal

dengan

adat

lain,

untuk



akor

sareng

partèngkan

Kearifan lokal dalam konteks tindak

tutur

yang

tutur di lingkungan keluarga sebagai

lingkungan

tidak

tokoh

ini

masyarakat,

menunjukkan

menunjukkan

bahwa kearifan lokal yang berkaitan

penetahuan

dengan onḍhâgghâ bhâsa masih

kekurangpahaman

bhâsa

digunakan sebagaimana mestinya.

namun

Namun tata cara dalam menerapkan

penerapan etika dalam berperilaku

dalam lingkungan keluarga masih

sesuai

Madura

saja kurang tepat penempatan kosa

masih eksis dan diterapkan sesuai

katanya, dan bahkan ada sebagaian

dengan keadaannya.

interferensi bahasa Indonesia yang

penggunaan yang

baik

onḍhâgghâ dan

dengan

benar, budaya

digunakan oleh orang tua kepada Penutup 

anaknya dan anak kepada orang

Berdasarkan fokus penelitian yang

tuanya. Di sisi lain yang berkaitan

dirumuskan

penelitian

dengan etika bertindak tutur dan

menunjukkan bahwa, Kearifan lokal

bertingkah laku sudah menunjukkan

dalam

perilaku menurut adat dan budaya

dan

konteks

lingkungan

hasil tindak

keluarga

tutur

di

yang

berpendidikan atau (terdidik). Hal ini

masyarakat

Madura,

yakni

merundukan kepala disaat lewat di

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 42

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy depan orang yang lebih sepuh dan

DAFTAR RUJUKAN

tetap

mencium

kedua

orang

Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. London: Oxford University Press.

pepergian

tangan tua

dan

kepada

disaat atau

mau

hendak

berangkat ke sekolah. 

Kearifan lokal dalam konteks tindak tutur di lingkungan keluarga yang tidak

terdidik

atau

tidak

berpendidikan. Penggunaan tindak tutur

di

lingkungan

keluar

ini

menunjukkan bahwa kearifan lokal dalam konteks onḍhâgghâ bhâsa belum bisa menggunakan tingkatan undak-usuk

yang

baik

menurut

penutur dan mitra tutur. Artinya belum bisa maksimal menggunakan onḍhâgghâ bhâsa dengan baik dan benar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pendidikan, usia, dan latar belakang sosial.

Selain

bertindak masih

tutur

itu, atau

jauh

masyarakat

dalam

etika

berperilaku dibandingkan

yang

berpendidikan.

Masyarakat tidak berpendidikan tata cara

bertutur

dapat

ditemukan

ketidakpantasan penempatan kosa kata pada mitra tutur dan maksim

Djam’an Satori dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexys. 2000: Metode Penelitian Kualitatif: Bandung: Remaja Rosda Karya. Rahardi, K. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. (Jakarta: Erlangga 2005), hlm. 12. Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press. Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media. Sadik, A. Sulaiman. 2014. Memahami Jati Diri, Budaya, dan Kearifan Lokal. Surabaya: CV. Karunia Nasional Provinsi Jawa Timur

kesopanan yang kurang tepat dalam bertutur.

---------------------.2001. Budaya Lokal Mempertegas Karakter Daerah. Surabaya: CV. Karunia. --------------------. 2010. Kearifan Lokal Madura. Surabaya: Kementerian Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Sofyan, Akhmad. 2008. Tata Bahasa Bahasa Madura. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya. Sulistiyono. 1985. Kondisi Bahasa Indonesia Saat ini dan Perannya OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 43

ANALISIS KEARIFAN LOKAL DALAM KONTEKS TINDAK TUTUR BAHASA MADURA Moh. Hafid Effendy dalam Menyiapkan Siswa Hidup di Era Global dengan Kebudayaan yang Beraneka Ragam. Pamekasan: Panitia Seminar Bahasa Indonesia dalam Rangka Pembentukan Kepribadian Bangsa. (Makalah). Sudikan, Setya Yuwana. 2013. Kearifan Budaya Lokal. Sidoarjo: Damar Ilmu. Suwito. 1983. Pengantar Sosiolinguistik: Teori Problema. Surakarta: Offset.

Awal dan Henry

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Utari,

Subyakto.1988. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

OKARA, Vol. 2, Tahun IX, Nopember 2014 44