Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat (Analysis of Water Quality and Pollution Load in Pondok Lapan Lake Kecamatan
Salapian Kabupaten Langkat) Ahmad Rizki1), Yunasfi2), Ahmad Muhtadi2) 1)
Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (Email :
[email protected]) 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Pondok Lapan Lake is an artificial lake located in Dusun Pulka Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Pondok Lapan Lake around palm plantations. The lake was originally made for irrigation. However, the surrounding communities do not have the will to farm, they prefer planting such as palm oil and rubber tree. The study focused on water quality and pollution load. This study was conducted in January until March 2015. Water sampling is done by using a sampling below the surface of the water. Samples of water was analyzed in Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) kelas 1 Medan. The study resulted by the status of water quality with storet method based on the quality standard of Grade I and II, -17 in a polluted medium and 0 in good condition. Status of water quality with pollution index method based on the class I and II,1.024 and 0.617 in lightly polluted and in good condition. Pollution load capacity that can get into the waters of Pondok Lapan Lake is 1,984 Pa kg / year. Keywords: Pollution Load, Pondok Lapan Lake, Water Quality PENDAHULUAN Danau merupakan badan air yang berbentuk cekungan berisi air yang dikelilingi oleh daratan baik terbentuk secara alami maupun buatan. Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi agar dapat tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk itu kualitas air merupakan hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya. Untuk mengetahui suatu air danau tercemar ataupun tidak tercemar harus dilakukan analisi kualitas air. Analisis kualitas air meliputi parameter biologi fisika dan kimia. Semua parameter tersebut
harus seimbang agar tetap dapat menunjang keberlangsungan hidup organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Ketidakseimbangan nilai dari tiap parameter tersebut dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam berjalannya siklus hidup pada ekosistem perairan tersebut. Begitu juga dengan Danau Pondok Lapan ini yang dikelilingi oleh perkebunan sawit dan karet, ditambah lagi adanya aktivitas masyarakat pasti akan mempengaruhi keadaan kualitas air dari perairan tersebut. Dengan begitu sangat diperlukan suatu kajian tentang analisis kualitas air yang dapat menentukan Perairan Danau Pondok Lapan tercemar atau tidak.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini di laksanakan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015 di Perairan Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Sampel air yang diidentifikasi dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas 1 Medan. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, GPS (Global Positioning System), pH meter, botol sampel air, Secchi disk, botol sampel BOD5, botol Winkler, labu Erlenmeyer, pipet tetes, alat yang pengambilan sampel dibawah permukaan air, kertas label, coolbox, alat tulis dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air danau Pondok Lapan dan bahan kimia untuk titrasi MnSO4, KOH-KI, H2SO4 dan Na2S2O3 dan amilum. Deskripsi Area Stasiun I merupakan outlet atau daerah keluaran air Danau Pondok Lapan. Secara geografis terletak pada o o ” 3 30’27,02” LU dan 98 17’22,47 BT. Stasiun II merupakan daerah outlet atau daerah keluaran air danau yang berjarak sekitar 50 meter dari stasiun I, terletak di Danau Pondok Lapan Kecamatan
Salapian Kabupaten Langkat. Secara geografis terletak pada 3o30’43,97” LU dan 98o17’25,24” BT. Stasiun III merupakan daerah kontrol yang terletak sekitar 70 meter dari staiun II, terletak di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Secara geografis terletak pada 3o30’38,05” LU dan 98o17’26,95” BT. Stasiun IV ini merupakan daerah perkebunan yang berjarak sekitar 70 meter dari stasiun III, terletak di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Secara geografis terletak pada 3o30’30,90” LU dan 98o17’28,81” BT. Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi/stasiun penelitian adalah Purpossive Random Sampling yaitu dengan cara memilih 4 (empat) stasiun penelitian berdasarkan rona lingkungan yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian. Pengambilan sampel air dilakukan menggunakan alat yang pengambilan sampel dibawah permukaan air. Parameter fisika dan parameter kimia dilakukan melalu cara in situ yaitu pengukuran secara langsung data di lokasi penelitian dan cara ex situ yaitu hasil sampel dianalisis di laboratorium.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Analisis Data Pengukuruan parameter seperti suhu, pH, kecerahan dan DO dilakukan secara in situ sedangkan parameter seperti konduktivitas, Total Suspended Solid, Total Dissolved Solid, BOD, COD, nitrat, fosfat dan total coliform dilakukan secara ex situ. Data yang diperoleh dianalisis dengan Metode Storet, Indeks Pencemaran berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dan Beban Pencemaran berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk dengan mengacu Kriteria Baku Mutu Air II berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Mutu Air Bedasarkan PP No. 82/2001 Parameter
Kelas
Satuan I
II
III
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 3
mg/L Meter mg/L µmhos/cm
50 1000 -
50 1000 -
400 1000 -
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
6 6-9 2 10 10 0.2
4 6-9 3 25 10 0.2
3 6-9 6 50 20 1
1000
5000
10000
Fisika o
Suhu
C
TSS Kecerahan TDS Konduktifitas Kimia DO pH BOD COD Nitrat (NO3-N) Fosfat (PO4-P) Biologi Total Coliform
Jml/100 ml
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil pengukuran parameter kualitas air di Danau Pondok Lapan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat terlihat
parameter-parameter pada setiap stasiun tidak jauh berbeda.
Tabel 2. Data Pengambilan Parameter Kualitas Air Parameter
Baku Mutu Kelas 1 Kelas 2
Satuan
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Fisika Deviasi 3 50 1000 -
Deviasi 3 50 1000 -
C
30.33
30
30.67
31
mg/L Cm mg/L µmhos/cm
18 86.33 308.64 364.53
20 106.83 255.68 188.2
18 116.67 266.95 42.6
19 100.33 76.52 153.6
6-9
6-9
-
6.9
6.7
6.93
6.87
DO
6
4
mg/L
6.73
3.37
5.87
5.73
BOD
2
3
mg/L
2.53
1.27
1.97
1.76
COD
10
25
mg/L
10
11.3
9.93
11.57
Suhu TSS Kecerahan TDS Konduktifitas Kimia pH
o
Nitrat (NO3-N)
10
10
mg/L
1
1
1
1
Fosfat (PO4-P)
0.2
0.2
mg/L
0.037
0.03
0.03
0.03
1000
5000
Jml/100 ml
839.5
811.5
620
480.9
Biologi Total Coliform
Suhu Hasil pengukuran suhu air selama penelitian memperlihatkan bahwa suhu air pada masing-masing stasiun penelitian
tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 30 ºC - 31 ºC. Ratarata suhu air tertinggi terdapat pada stasiun IV (31ºC) dan rata-rata suhu air terendah
Suhu (oC)
31,5 31 30,5 30 29,5
30,5 30 Ferbruari Bulan
40 30,5
30 20 10
17,75 8
0 Januari
Ferbruari Bulan
Maret
Gambar 8. Grafik TSS Danau Pondok Lapan
31
Januari
membunuh ikan secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. TSS(mg/l)
terdapat pada stasiun II (30ºC). Grafik perubahan suhu pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 7. Kondisi rata-rata nilai suhu air pada Perairan Danau Pondok Lapan masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme akuatik dan baik untuk kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aisyah dan Luki (2012) yang menyatakan nilai suhu yang optimum bagi budidaya perikanan berkisar antara 27 ºC - 32 ºC. Dengan demikian Perairan Danau Pondok Lapan masih layak digunakan untuk budidaya perikanan.
Maret
Gambar 7. Grafik suhu air Danau Pondok Lapan Total Suspended Solid Hasil pengukuran TSS air selama penelitian memperlihatkan bahwa TSS air pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 18-20 mg/l. Rata-rata TSS air tertinggi terdapat pada stasiun II (20 mg/l) dan rata-rata suhu air terendah terdapat pada stasiun I dan III (18 mg/l). Grafik perubahan TSS pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 8. Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai kekeruhan perairan akan menyebabkan berkurangnya penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam peraiaran. Dengan demikian TSS merupakan faktor utama yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kecerahan dari suatu perairan. Peningkatan nilai TSS ini dapat disebabkan oleh naiknya kadar bahan organik yang bersifat koloid. Peningkatan TSS akan menyebabkan meningkatnya penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan. Menurut Aisyah dan Luki (2012) Peningkatan padatan tersuspensi dapat
Kecerahan Nilai rata-rata kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 116,67 cm dan rata-rata kecerahan terendah terdapat pada stasiun I yaitu 86,33 cm. Grafik perubahan kecerahan pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 9. Kecerahan sangat erat kaitannya dengan kekeruhan karena kekeruhan dapat menghambat masuknya cahaya kedalam perairan. Kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan kecerahan perairan semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) menyatakan kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air. Nilai kecerahan erat kaitannya dengan sedimen, bahan organik dan anorganik dalam air. Hal ini sesuai dengan Mustapha (2008) menyatakan bahwa Transparansi Secchi disk yang rendah di musim hujan. Hal ini bisa disebabkan oleh pencucian sedimen, puing-puing, organik dan anorganik ditangguhkan partikel ke dalam reservoir yang menerima run off tertinggi dari partikel-partikel ini.
105,625
105,5 96,5
Januari
Ferbruari Bulan
Maret
Gambar 9. Grafik kecerahan Danau Pondok Lapan Total Dissolved Solid Nilai rata-rata TDS tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 308,64 mg/l dan yang terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 76,52 mg/l. Grafik perubahan Total Dissolved Solid pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 10. Nilai TDS mengalami fluktuasi pada setiap pengambilan sampel. Hai ini terjadi akibat adanya hujan pada pengambilan ketiga yang membawa mineral-mineral terlarut yang ada ditanah masuk kedalam peraiaran. Hal ini sesuai dengan literatur Effendi (2003) menyatakan bahwa nilai TDS sangat dipengaruhi oeh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri). Tingginya nilai TDS pada Bulan Januari dan Maret disebabkan oleh terjadinya hujan pada saat sebelum pengambilan sampel sehingga membawa padatan terlarut yang berasal dari pelapukan batuan atau tanah dan dibawa oleh aliran air menuju danau. Hal ini sesuai dengan literatur Chandra dkk. (2012) dalam air alami, padatan terlarut yang terutama terdiri dari karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, kalium, besi dan mangan. Mereka berasal dari pembubaran atau pelapukan batuan dan tanah, termasuk pembubaran kapur, gipsum dan tanah mineral lainnya perlahan terlarut di dalam air.
TDS (mg/l)
Kecerahan (cm)
110 105 100 95 90
500 400 300 200 100 0
423,88 236,75 20,22 Januari Ferbruari Maret Bulan
Gambar 10. Grafik Total Dissolved Solid Danau Pondok Lapan Konduktivitas Nilai rata-rata konduktivitas tertinggi terletak pada stasiun I yaitu 364,53 µmhos/cm dan nilai terendah terletak pada stasiun III yaitu 42,6 µmhos/cm. Grafik perubahan konduktivitas pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 11. Nilai Konduktivitas erat kaitannya dengan TDS dan ion utama perairan, karena semakin tinggi TDS dan ion utama makan daya hantar listrik/konduktivitas dari air tersebut juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Tessema dkk. (2014) menyatakan Jumlah Konduktivitas terlarut terkait dengan konsentrasi total padatan terlarut dan ion utama . Konduktivitas untuk air tawar berkisar antara 10 sampai 1000 µmhos/cm, tetapi dapat melebihi 1.000 µmhos/cm, terutama di perairan tercemar, atau perairan yang menerima jumlah run off yang besar dari tanah. Nilai Konduktivitas mengalami fluktuasi pada setiap pengambilan sampel. Hai ini terjadi akibat adanya hujan pada bulan Maret yang membawa mineralmineral terlarut yang ada ditanah masuk kedalam peraiaran. Mineral-mineral ini bersifat elektrolit kuat yang berasal dari pupuk (KCl) yang merupakan garam yang ditebar pada perkebunan di sekitar Perairan Danau Pondok Lapan. Hal ini sesuai dengan literatur Barus (2004) yang menyatakan semakin banyak garam-garam yang terlarut maka semakin baik daya hantar listrik air tersebut.
473,5
43,2
45
Januari Ferbruari Bulan
Maret
Gambar 11. Grafik Koduktivitas Air Danau Pondok Lapan Kimia pH
pH
Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH air, dapat dijelaskan bahwa nilai pH air pada masing-masing stasiun penelitian tidak memperlihatkan variasi yang menyolok, dimana rata-rata pH antar stasiun berada pada kisaran 6,7 – 6,933. Rata-rata nilai pH air tertinggi ditemukan pada stasiun III sebesar 6,93 dan rata- rata nilai pH terendah ditemukan pada stasiun II sebesar 6,7. Grafik perubahan pH pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 12. Perubahan nilai pH bisa disebabkan oleh masukan senyawa organik maupun anorganik kedalam air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ginting (2011) yaitu perubahan pH bisa dipengaruhi oleh adanya senyawa-senyawa yang masuk ke dalam lingkungan perairan. 7 6,9 6,8 6,7 6,6 6,5
6,975 6,9 6,675 Januari Ferbruari Bulan
Maret
Gambar 12. Grafik pH Air Danau Pondok Lapan Kelarutan Oksigen (Dissoved Oxygen) Hasil yang diperoleh dari pengukuran DO air, dapat dijelaskan bahwa nilai DO air pada masing-masing stasiun penelitian memperlihatkan variasi
yang menyolok, dimana rata-rata DO antar stasiun berada pada kisaran 3,67 – 6,73 mg/l. Rata-rata nilai DO air tertinggi ditemukan pada stasiun I sebesar 6,73 mg/l dan rata- rata nilai DO terendah ditemukan pada stasiun II sebesar 3,67mg/l. Grafik perubahan DO pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 13. Rendahnya DO pada stasiun II disebabkan oleh dekomposisi tumbuhan air yang mati pada dasar perairan. Nilai DO sangat erat kaitannya dengan BOD dan COD karena semakin tinggi BOD dan COD akan menyebabkan berkurangnya DO di perairan. Hal ini sesuai dengan Aisyah dan Luki (2012) menyatakan bahwa rendahnya konsentrasi oksigen disebabkan adanya dekomposisi bahan organik dari tumbuhan air yang telah mati. 6 DO (mg/l)
Konduktivitas (µmhos/cm)
500 400 300 200 100 0
5,75
5,5 5
5,4 5,125
4,5 Januari Ferbruari Maret Bulan
Gambar 13. Grafik Dissolve Oxygen (DO) Danau Pondok Lapan Biochemical Oxygen Demand (BOD5) Hasil yang diperoleh dari pengukuran rata-rata nilai BOD air tertinggi ditemukan pada stasiun I sebesar 2,53 mg/l dan rata- rata nilai BOD terendah ditemukan pada stasiun II sebesar 1,26 mg/l. Grafik perubahan BOD pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 14. Nilai BOD yang diperoleh dari pengamatan pada prinsipnya menunjukkan indikasi tentang tingginya kadar bahan organik dalam air, karena nilai BOD merupakan nilai yang menunjukkan kebutuhan oksigen oleh bakteri aerob untuk mengoksidasi bahan organik dalam air. Menurut Silalahi (2009) menyatakan nilai BOD lebih kecil atau sama dengan
2 1,9
1,95 1,875
1,8
1,825
1,7 Januari
Ferbruari Bulan
Maret
Gambar 14. Grafik Biochemical Oxygen Demand (BOD) Danau Pondok Lapan Chemical Oxygen Demand (COD) Hasil yang diperoleh dari pengukuran rata-rata COD antar stasiun berada pada kisaran 9,93 – 11,56 mg/l. Rata-rata nilai COD air tertinggi ditemukan pada stasiun IV sebesar 11,56 mg/l dan rata- rata nilai COD terendah ditemukan pada stasiun III sebesar 9,93 mg/l. Grafik perubahan COD pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 15. Nilai COD dari bulan januari sampai bulan maret mengalami peningkatan setiap bulannya disebabkan oleh semakin meningkatnya bahan organik diperairan. Hal ini sesuai dengan literatur Hariyadi dkk. (2008) menyatakan nilai COD akan meningkat sejalan dengan meningkatnya nilai bahan organik di perairan.
COD (mg/l)
20 16,65
15 10 5
9,85 5,6
0 Januari
Ferbruari Bulan
Maret
Gambar 15. Grafik Chemical Oxygen Demand (COD) Danau Pondok Lapan Nitrat Nilai nitrat yang diperoleh dari pengukuran memiliki rata-rata 1 mg/l. Setiap stasiun memiliki kadar nitrat 1 mg/l. Grafik perubahan nitrat pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 16. Perairan Danau Pondok Lapan dapat dikatakan perairan danau oligotrofik karena memiliki kadar nitrat 1 mg/l. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan. Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0 – 1 mg/l, perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1 – 5 mg/l dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat berkisar antara 5 – 50 mg/l. Nitrat (mg/l)
BOD (mg/l)
2,9 mg/l adalah tergolong air tidak tercemar. Tingginya nilai BOD pada stasiun I menunjukkan bahwa banyaknya bahan organik yang didekomposisi oleh bakteri aerob dibandingkan pada stasiun lainnya. Semakin tinggi BOD maka perairan tersebut semakin tercemar. Hal ini sesuai dengan Yogendra dan Puttaiah (2008) yang menyatakan BOD adalah parameter untuk menilai beban organik di badan air. Banyak peneliti telah mencatat nilai BOD lebih tinggi di air tercemar.
1,5 1
1
1
1
0,5 0 Januari
Ferbruari Bulan
Maret
Gambar 16. Grafik Nitrat Danau Pondok Lapan Fosfat Nilai rata-rata fosfat yang diperoleh dari pengukuran berkisar antara 0,03 – 0,0367 mg/l. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 0,0367 mg/l. Nilai terendah terdapat pada stasiun II, III dan IV yaitu 0,03 mg/l. Grafik perubahan fosfat pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 17.
0,04 0,03
0,037 0,03
0,03
0,02 0,01 0 Januari
Ferbruari Bulan
Maret
Gambar 17. Grafik Fosfat Danau Pondok Lapan Total Coliform Nilai rata-rata total coliform berkisar antara 480,9 – 839,5 individu/100ml. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 839,5mg/100ml. Nilai terendah terdapat pada stasiun IV 480,9 individu/100ml. Grafik perubahan total coliform pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Gambar 18. Nilai ini meningkat pada pengambilan ketiga yang disebabkan oleh terjadinya limpasan dari tanah yang menyebabkan meningkatnya bahan organik di perairan sehingga total coliform meningkat. Menurut Suriawiria (1993) kehadiran mikroba patogen di dalam air akan meningkat jika jumlah kandungan bahan organik di dalam air cukup tinggi,
yang berfungsi sebagai tempat dan sumber kehidupan mikroorganisme. Tingginya nilai total coliform yang terjadi di stasiun I disebabkan karena letaknya dekat dengan rumah warga yang membuang limbah rumah tangga ke dalam danau. Hal ini sesuai dengan literatur Shafi dkk. (2013) yang menyatakan bakteri coliform dihasilkan terutama dari kegiatan antropogenik, terutama pemakaian limbah domestik dan pertanian langsung ke danau karena beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa jumlah coliform memiliki hubungan positif dengan kegiatan antropogenik. Total Coliform (individu/100ml)
Fosfat (mg/l)
Perairan Danau Pondok Lapan dapat dikatakan perairan yang memiliki tingkat kesuburan sedang berdasarkan kadar fosfor total yaitu nilai fosfatnya berkisar antara 0,03 – 0,0367 mg/l. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) berdasarkan kadar fosfor total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu, perairan dengan tingkat kesuburan rendah memiliki kadar fosfat total berksar antara 0 – 0,02 mg/l. Perairan dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar fosfat total berkisar antara 0,02 – 0,05 mg/l. perairan yang dengan tingkat kesuburan tinggi memiliki kadar fosfat total berkisar antara 0,051 – 0,1 mg/l.
1500 1280 1000 500 0
95,95 0 Januari Ferbruari Maret Bulan
Gambar 18. Grafik Total Coliform Danau Pondok Lapan Status Pencemaran Hasil pengukuran kualitas air dengan menggunakan metode storet di Danau Pondok Lapan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk baku mutu kelas II semua stasiun tidak tercemar atau memenuhi baku mutu. Jadi Perairan Pondok Lapan masih dapat dijadikan sebagai daerah budidaya. Hasil pengukuran kualitas air di Danau Pondok Lapan dengan menggunakan metode indeks pencemaran dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk baku mutu kelas II semua stasiun tidak tercemar atau memenuhi baku mutu. Jadi Danau Pondok Lapan masih dapat dijadikan sebagai daerah budidaya.
Tabel 2. Status Pencemaran Stasiun Metode Metode STORET
1
2
3
4
Skor
Kualitas Air
Skor
Kualitas Air
Skor
Kualitas Air
Skor
Kualitas Air
0
KB
0
KB
0
KB
0
KB
KB
0.657
KB
Indek Pencemaran 0.868 KB 0.463 KB 0.683 Keterangan: Kualitas air berdasarkan baku mutu kelas 2. KB = Kondisi Baik
Beban Pencemaran Beban pencemaran maksimal yang dapat diterima oleh Perairan Danau Pondok Lapan berdasarkan konsentrasi fosfor adalah sebesar 1,984 Pa kg/tahun. Apabila konsentrasi fosfor melewati konsentrasi tersebut dapat dikatakan perairan tersebut tercemar karena memiliki konsentrasi fosfor yang sangat tinggi dan perairan tersebut tidak dapat lagi menerima masukan fosfor melebihi konsentrasi tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Juantari dkk. (2013) jika dalam satu tahun terdapat jumlah kadar P lebih banyak dari beban maksimalnya, maka bagian waduk tersebut sudah bisa dibilang dalam keadaan tercemar. Rekomendasi Pengelolaan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Danau Podok Lapan Dusun Pulka Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat diperoleh data bahwa pada semua stasiun digolongkan dalam kelas II yang berarti perairan tersebut masih dapat digunakan untuk kegiatan budidaya air tawar, peternakan, dan pertanian. Perairan Danau Pondok Lapan masih dapat dijadikan sebagai tempat pembudidayaan ikan air tawar. Dengan demikian dapat menambah penghasilan bagi masyarakat disekitar danau tersebut. KESIMPULAN Kesimpulan Keadaan Perairan Danau Pondok Lapan berdasarkan baku mutu kelas 1 adalah tercemar sedang untuk metode storet
dengan nilai -17 dan tercemar ringan untuk indeks pencemaran dengan nilai 1,025. Keadaan perairan berdasarkan baku mutu kelas 2 adalah tidak tercemar untuk metode storet dengan nilai 0 maupun untuk indeks pencemaran dengan nilai 0,617. Daya tampung beban pencemaran yang dapat ditampung oleh Perairan Danau Pondok Lapan adalah sebesar 1,984 Pa kg/tahun. Saran Perairan Danau Pondok Lapan dapat dijadikan sebagai lokasi kegiatan perikanan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Perlu dilakukan penelitian tentang daya dukung keramba untuk memastikan berapa keramba yang dapat dibuat tapi tidak menggagu kondisi alami dari danau secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, S. dan L. Subehi. 2012. Pengukuran dan Evaluasi Kualitas Air dalam Rangka Mendukung Pengelolaan Perikanan di Danau Limboto. Pusat Penelitian LimnologiLIPI. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Medan Chandra, S., A. Singh dan P. K. Tomar. 2012. Assessment of Water Quality Values in Porur Lake Chennai Hussain Sagar Hyderabad and Vihar Lake Mumbai India. Chemical
Science Transactions. 1(3). ISSN: 2278-3458/2278-3318 Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Ginting, O. 2011. Jurnal Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengen Pengayaan Nutrien (Nitrat Dan Fosfat) Dan Klorofil-A Di Perairan Danau Toba.Tesis. Universitas Sumatera Utara. Hariyadi, S., I. N. N. Suryadiputra dan B. Widigodo. 1998. Limnologi Metoda Analisa Kualitas Air. Laboratorium Limnologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Juantari, G. Y., R.W. Sayekti dan D. Harisuseno. 2013. Status Trofik dan Tampung Beban Pencemaran Waduk Sutami. Jurnal Teknik Pengairan. 4 (1). Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Penentuan Status Mutu Air.Nomor 115 Tahun 2003. Mustapha, K. K. 2008. Assessment of the Water Quality of Oyun Reservoir, Offa, Nigeria, Using Selected Physico-Chemical Parameters. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 8 : 309-319. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.Shafi, S., A. N. Kamili,
M. A. Shah dan S. A. Bandh. 2013. Coliform bacterial estimation: A tool for assessing water quality of Manasbal Lake of Kashmir Himalaya. African Journal of Microbiology Research. 7(31) : 3996-4000. ISSN 1996-0808 Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Tesis. Sekolah Pascasarja Universitas Sumatera Utara. Medan. Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Alumni. Bandung. Tessema, A., A. Muhammed, T. Birhanu dan T. Negu. 2014. Assessment of Physico-chemical Water Quality of Bira Dam Bati Wereda Amhara Region Ethiopia. Jurnal Aquaculture Research and Development. 5(6). Yogendra, K. dan E. T. Puttaiah. 2008. Determination of Water Quality Index an Suitability of an Urban Waterbody in Shimoga Town Karnataka. The 12th World lake Conference: 342-346.