ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI KECAMATAN

Download Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1. ISSN 2337-7771. E-ISSN 2337-7992. Maret 2016. ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI KECAMATAN. ...

0 downloads 515 Views 2MB Size
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1

Maret 2016

ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI KECAMATAN KARANGAN DAN KALIORANG KABUPATEN KUTAI TIMUR Quality Analisys of Springs in Karangan and Kaliorang Districts, East Kutai

Iin Sumbada Sulistyorini, Muli Edwin, & Adriana Sampe Arung Forestry of Study Program, High School of Agriculture (STIPER) East Kutai, Sukarno-Hatta Street Number 01, Sangatta, East Kalimantan 75683

ABSTRACT. The purpose of this study was to determine the water quality based on some parameters of physical, chemical and biological properties of the three springs. One location site in the district of Kaliorang and then two location site in the District of Karangan. Landscape characteristics in the two districts almost equal in the hills with a small incision. Likewise, the third location of water sources is a hilly area of ​​karst (limestone). Karst landscapes not only provide material goods, biodiversity, but also providers of ecosystem services such as clean water, the water regulator and the potential of the upper and lower surfaces such as caves. The results showed that the physical quality of water from the three water sources meet the quality standards required. From the results of laboratory testing, chemical water quality at three locations contain BOD (Biochemical Oxygen Demand) and COD (Chemical Oxygen Demand) is relatively high. The high value of BOD and COD indicated that the water conditions have polluted by the accumulation of organic materials, especially the litter of the forest vegetation. Furthermore, for total coliform and fecal coliform although the amount is below the threshold quality standards required, but its existence in the water indicates the contamination of water sources by sewage as from agricultural run-off, animal feces containing the bacteria, viruses, or disease-causing organisms more, Based on the designated class of water, the springs at the third location is very suitable for use as irrigation, facilities or infrastructure freshwater fish farming, recreation, and other designation that requires the same quality standards. As for the water designation for drinking water must through the processing or specific treatment. Keywords : water; quality; potential; karst ABSTRAK.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air berdasarkan beberapa parameter fisik, kimia dan biologi dari tiga sumber mata air, yaitu satu lokasi di kecamatan Kaliorang dan dua lokasi di Kecamatan Karangan.Karakteristik bentang alam di dua kecamatan hampir sama, yaitu merupakan perbukitan dengan torehan kecil. Begitu juga ketiga lokasi sumber air merupakan kawasan perbukitan Karst (Batu kapur). Bentang lahan Karst bukan hanya menyediakan bahan-bahan material, keanekaragaman hayati, tetapi juga penyedia jasa ekosistem seperti air bersih, pengatur tata air dan potensi atas dan bawah permukaan seperti gua-gua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas fisik air dari ketiga sumber air memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Dari hasil pengujian laboratorium, kualitas kimia air di tiga lokasi memiliki kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang relatif tinggi. Tingginya nilai BOD dan COD mengindikasikan bahwa air tersebutt dalam kondisi tercemar oleh akumulasi bahan organik terutama seresah dari vegetasi hutan diatasnya. Selanjutnya untukTotal coliform dan Fecal coliform walaupun jumlahnya di bawah ambang batas baku mutu yang dipersyaratkan, namun keberadaaannya di dalam air menunjukkan adanya kontaminasi sumber mata air oleh limbah seperti dari

64

Iin Sumbada Sulistyorini, Muli Edwin, & Adriana Sampe Arung: Analisis Kualitas Air …..(3): 64-76 limpasan pertanian, kotoran hewan yang mengandung bakteri, virus, dan atau organisme penyebab penyakit lainnya. Berdasarkan kelas peruntukkan air, sumber air di ketiga lokasi sangat sesuai untuk digunakan sebagai irigasi, sarana atau prasarana budidaya ikan air tawar, rekreasi, dan peruntukkan lainnya yang mempersyaratkan baku mutu yang sama. Sedangkan untuk peruntukkan air sebagai bahan baku air minum terlebih dahulu harus melalui pengolahan atau treatment tertentu. Kata kunci : air; mutu; potensi; karst Penulis untuk korespondensi, surel :[email protected]; HP: 081347222995

PENDAHULUAN Hutan

sosial di masyarakat (Wiryono, 2013).Tidak dapat

memiliki

manfaat

nyata

bagi

keberlangsungan hidup organisme baik berupa manfaat

tangible

maupun

intangible.

Secara

teoritis, fungsi ekologis hutan berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem. Salah satu fungsi hutan adalah menjaga tata air yang ada di bumi. Ekosistem hutan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik berpengaruh nyata terhadap siklus hidrologis. Hutan berperan penting dalam mengintersepsi hujan, meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, mengurangi laju erosi tanah, mengurangi limpasan permukaan, mempertahankan debit air sungai dan meningkatkan kelembapan nisbi tanah. Manan (1976) menyebutkan bahwa hutan memiliki tiga pengaruh penting terhadap karakteristik

hidrologis

yaitu

menahan

tanah,

dimana tanah hutan menahan air lebih banyak dan meningkatkan kapasitas infiltrasi. Ketersediaan air baik secara kuantitas maupun kualitas berkaitan erat dengan kualitas hutan atau dengan kata lain kualitas dan kuantitas air merupakan salah satu indikator kondisi hutan. Air memiliki banyak fungsi, sebagai pelarut umum, air digunakan oleh organisme untuk reaksireaksi kimia dalam proses metabolisme serta menjadi media transportasi nutrisi dan hasil metabolisme. Bagi manusia, air memiliki peranan yang sangat besar bukan hanya untuk kebutuhan biologisnya, yaitu bertahan hidup. Air tawar diperlukan manusia untuk keperluan masak dan minum, mencuci, mengairi tanaman, untuk keperluan industri dan lain sebagainya sehingga tidak terpungkiri terkadang keterbatasan persediaan air untuk pemenuhan kebutuhan

menjadi

pemicu

timbulnya

konflik

dipungkiri bahwa penurunan kualitas air dewasa ini merupakan dampak dari aktivitas manusia yang mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan. Pola hidup masyarakat yang kurang memperhatikan aspek lingkungan seperti membuang sampah tidak

pada

tempatnya,

membuang

limbah

berbahaya, serta alih fungsi kawasan hutan yang dapat meningktakan potensi erosi dan seringkali menyebabkan sedimentasi pada dasar perairan memberikan dampak negatif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan alami terutama sumber air. Tingginya degradasi dan deforestrasi hutan berdampak signifikan terhadap perubahan dan penurunan kualitas air. Perlindungan dan pelestarian sumberdaya air harus menjadi salah satu prioritas utama manusia. Pemanfaatan air untuk berbagai kebutuhan harus memperhatikan parameter-parameter kualitas air sesuai baku mutu yang sudah ditetapkan. Sumber mata air di lokasi studi telah dimanfaatkan masyarakat sekitar, seperti untuk kebutuhan air bersih serta sebagai sarana rekreasi alami. Penggunaan lahan di Kecamatan Karangan dan Kaliorang sebagian besar untuk kegiatan perkebunan, dan pertanian. Sehingga potensi tercemarnya sumber mata air semakin tinggi dengan semakin tingginya aktivitas manusia di sekitar sumber air tersebut. Menurut Soerjani dkk. (2005), kebutuhan akan air bersih oleh manusia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Kenyataan yang terjadi sekarang ini, kualitas dan kuantitas air semakin menurun serta mengalami penyimpangan tatanan sebagai dampak dari eksploitasi secara berlebihan dan perilaku mahluk hidup terutama aktivitas manusia yang tidak memperhatikan aspek

65

Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016 lingkungan, sehingga tidak mencapai peruntukan

survey sumber mata air ditentukan secara sengaja.

dan mutunya bagi berbagai segi kehidupan.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu

Maraknya alih fungsi kawasan hutan (konversi)

menggambarkan hasil perbandingkan data kualitas

seperti untuk kegiatan pertambangan, pertanian,

air hasil uji laboratorium dengan baku mutu yang

perkebunan dan lainnya dewasa ini, berdampak

berlaku

besar pada perubahan kondisi air baik secara

berdasarkan

kualitas maupun kuantitas (Wiryono, 2013).

kualitas air yang akan diuji dan metode analisisnya

Tingkat kualitas air yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan tertentu memiliki baku mutu yang berbeda oleh karena itu harus dilakukan pengujian untuk

mengetahui

kesesuaian

kualitas

dengan

dan

mendeskripsikan kajian

Analisis

3 4

COD BOD

5

Amonia

6

air dari tiga sumber mata air dengan baku mutu yang

7 8

Kesadahan (CaCO3) Sulfat (SO4) Nitrit

mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

9

Coliform

beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Hasil dari analisis parameter ini akan dibandingkan dan disesuaikan dengan baku mutu yang sudah ditentukan. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui beberapa parameter kualitas air secara fisik, kimia dan biologi dari tiga lokasi sumber mata air di lokasi studi, dan membandingkan hasil pengujian kualitas

Timur nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Timur khususnya sumber mata air di Desa Karangan Hilir, dan Desa Batu Lepoq Kecamatan Karangan serta sumber mata air di Desa Bukit Harapan Kecamatan Kaliorang. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan Tahun 2015, dan analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Analisis Terpadu FPIK Universitas. Prosedur dalam penelitian ini secara umum terdiri dari studi kepustakaan, orientasi lapangan dan pengambilan sampel air. Sampel air yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan, untuk masingmasing lokasi diambil 3 botol (±1800 ml) dengan diberi perlakuan tertentu agar suhu konstan tetap terjaga bertujuan untuk mempertahankan dan mengawetkan sifat fisik, kimia dan biologi sampel air tersebut. Metode dalam penelitian ini adalah metode survey langsung dan analisis laboratorium. Lokasi

66

Parameter

Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Metode Parameter Warna Ph

perlu dilakukan analisa kualitas air dengan berdasarkan

kepustakaan.

penelitian

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

No 1 2

peruntukannya. Dengan dasar pemikiran ini, maka

hasil

Metode analisis Metode visual (langsung) Metode electrometric (pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter) Metode titration Metode electrometric dengan digital instrumental Metode reaksi Diazotasi – Spectrofotometri Metode titrasi EDTAspectrofotometric Metode turbidimeter Metode reaksi Diazotasi – Spectrofotometri metoda tabung/ Most Probable Number (MPN)

HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Karangan Hilir merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur yang dapat ditempuh sekitar kurang lebih 7 jam dari ibukota kabupaten (Sangatta). Sumber air dingin di Desa Karangan Hilir dapat dicapai dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit dari pusat pemukiman padat penduduk dengan menggunakan transportasi darat. Desa Karangan Hilir terletak pada daerah dengan keadaan topografi yang bervariasi mulai dari daerah dataran, lereng bergelombang, sampai pegunungan kapur (karst). Pada umumnya tanah yang ada di Kecamatan Karangan Hilir adalah jenis tanah alluvial dan batu endapan tanah liat dan pasir dengan pH 4,5-6,5. Selain alluvial, juga terdapat berupa tanah lempung berpasir yang biasanya terdapat di sekitar daerah aliran sungai dengan pH 4,5-6 serta tanah podsolik merah kuning yang biaanya terdapat pada daerah

Iin Sumbada Sulistyorini, Muli Edwin, & Adriana Sampe Arung: Analisis Kualitas Air …..(3): 64-76 bergelombang atau berbukit dengan topografi ≥150

masyarakat Desa Batu Lepoq sangat mengandalkan

dan kisaran pH antara 4,5-5,5 (Dendang, 2013).

hasil hutan baik berupa kayu maupun hasil hutan non-

Potensi di sektor kehutanan, Desa Karangan Hilir, yaitu memiliki hutan alam yang masih relatif luas, terdiri atas kawasan lindung karst, hutan produksi (HPH) dan hutan non-produksi. Hutan alami didominasi oleh famili Dipterocarpaceae seperti beberapa jenis meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), kapur (Balanocarpus sp.)

dan

lain

sebagainya.

Sektor

perkebunan,

masyarakat Desa Karangan Hilir mengembangkan beberapa jenis tanaman perkebunan antara lain : kelapa sawit (Elaeis guinensis), karet (Hevea bruciliensis), kopi (Coffea arabica), lada (Piper nigrum) dan lainnya. Untuk sektor pertanian, yang dikembangkan masyarakat desa Karangan Hilir dapat dikelompokkan menjadi tanaman pangan yang terdiri dari tanaman padi, jagung, umbi-

kayu. Hasil hutan berupa kayu yang menjadi komoditi dari Batu Lepoq antara lain jenis meranti (Shorea sp.), ulin (Eusideroxilon zwageri), dan bangkirai, sedangkan hasil hutan non-kayu yang banyak dimanfaatkan masyarakat antara lain madu, rotan, sarang burung walet, kayu ramuan,kulit kayu, kulit terantang dan damar. Besarnya potensi hutan di Desa Batu Lepoq menyebabkan illegal logging marak terjadi. Keempat: Peternakan, hewan ternak yang menjadi peliharaan masyarakat di sana antara lain : kambing, sapi, ayam dan unggas. Selain kegiatan peternakan, masyarakat desa batu lepoq juga masih sangat tergantung pada hasil buruan binatang hutan seperti rusa, ayam hutan, landak, pelanduk dan lembu hutan.

umbian, sagu dan kedelai ; tanaman sayur-sayuran yang

Salah satu mata air lokasi studi yang ada di Desa

terdiri dari : kacang-kacangan, bayam, sawi, kangkung,

Bukit Harapan Kecamatan Kaliorang dimanfaatkan

terong, labu, cabe dan lainnya; serta tanaman buah-

oleh masyarakat untuk berbagai rutinitas terutama

buahan yang terdiri dari : pisang, pepaya, belimbing,

sebagai sumber air minum. Lokasi tempat mata air

salak dan lainnya.

berada di kawasan budidaya kehutanan yang telah

Desa Batu Lepoq di Kecamatan Karangan berada di dataran rendah pada ketinggian ± 71 meter dari permukaan laut dengan keadaan topografi yang cukup datar/ landai. Letak sumber air panas lokasi penelitian berada di bekas kawasan HPH PT. Hartati (RPJMDes Batu Lepok Tahun 2012) dimana jenis vegetasi yang ada di sekitar mata air didominasi oleh jenis jati (Tectona grandis Linn.) dan beberapa tanaman kehutanan lainnya. Perekonomian masyarakat Desa Batu Lepoq sangat tergantung pada alam, beberapa kegiatan yang menjadi prioritas umum masyarakat (Anonimus, 2013) diantaranya: Pertama: Pertanian, kearifan lokal masyarakat desa Batu Lepoq dalam aktivitas pertanian dilakukan dengan ladang berpindah. Tanaman pertanian yang dikembangkan di Desa Batu Lepoq diprioritaskan pada tanaman pangan misalnya padi, jagung ubi dan lain sebagainya. Selain tanaman pangan, masyarakat juga mengembangkan tanaman sayuran dan buah-buahan seperti bayam, kacangkacangan, cabe, pepaya, pisang dan lainnya. Kedua, Perkebunan, di bidang perkebunan masyarakat mengembangkan tanaman kelapa sawit, kakao, kopi, dan kelapa kopra. Ketiga, Kehutanan, kehidupan

banyak mengalami perambahan. Sekitar 300 meter dari titik mata air terdapat jalan besar yang digunakan untuk mengangkut batu bara dan hasil perkebunan termasuk kelapa sawit.Aktivitas pertanian terpadu yang dikembangkan dan menjadi kegiatan prioritas masyarakat Desa Bukit Harapan antara lain: Pertanian, masyarakat Desa Bukit Harapan mengembangkan tanaman pertanian yang seperti tanaman pangan seperti padi, jagung ubi dan lain sebagainya. Selain tanaman pangan, masyarakat juga mengembangkan tanaman sayuran seperti bayam dan kacang-kacangan serta tanaman buah-buahan seperti cabe, pepaya, pisang dan lainnya. Perkebunan, tanaman perkebunan yang menjadi tanaman andalan masyarakat Desa Bukit Harapan adalah kelapa sawit. Kehutanan, Desa Bukit Harapan memiliki kawasan budidaya kehutanan yang sudah mulai mengalami degradasi. Kawasan hutan di desa tersebut dialihfungsikan (konversi) ke areal penggunaan lain seperti menjadi areal perkebunan dan lahan pertanian. Peternakan, hewan ternak yang menjadi peliharaan masyarakat Desa Bukit Harapan antara lain: kambing, sapi, ayam dan unggas (Anonimus, 2013).

67

Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016

Kualitas Air

bagi suatu peruntukan air (designated beneficial

Kualitas air sangat menentukan kesehatan manusia.

Menurut

Enviromental

laporan

Program

United

(UNEP),

Nation

setiap

tahun

water uses). Pembagian kelas air berdasarkan peruntukannya (Perda Kaltim no. 02 Tahun 2011 tentang PKA dan PPA) meliputi:

jumlah balita yang meninggal karena penyakit yang

a. Kelas I (satu), air yang peruntukannya dapat

berkaitan dengan buruknya kualitas air mencapai

digunakan untuk air baku air minum, dan/atau

1,8 juta jiwa (The Jakarta Post, 24 Maret 2010).

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu

Negara-negara di dunia menerapkan baku mutu

air yang sama dengan kegunaan tersebut;

yang tinggi untuk air minum sehingga airnya aman

b. Kelas II (dua), air yang peruntukannya dapat

untuk dikonsumsi, akan tetapi tidak semua negara

digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi

dapat menerapkan baku mutu dengan baik terutama

air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,

negara yang berkembang sehingga kualitas air

air untuk mengairi pertanaman, dan/atau

minumnya masih sangat buruk (Wiryono, 2013).

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu

Di

sebagian

negara-negara

berkembang

sungai dijadikan tempat pembuangan sampah, kotoran manusia sekaligus dijadikan tempat untuk mandi, mencuci pakaian bahkan mencuci peralatan memasak. Pemanfaatan air untuk kegiatan seperti di atas dapat menimbulkan penyakit. Secara global, air yang tercemar mikroorganisme patogen merupakan penyebab terbesar terjadinya penyakit manusia. Organisme pencemar air dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bakteri, virus dan parasit, dimana organisme-organisme tersebut dapat menyebabkan penyakit tipus, disentri, radang usus, kolera, polio, hepatitis dan masih banyak lagi (Hill, 2010). Air pada sumber air yang berada dalam dua atau lebih wilayah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur menurut peruntukannya dibagi menjadi 4 (empat) kelas. Tingkatan mutu air dari setiap kelas disusun berdasarkan kemungkinan kegunaannya

air yang sama dengan kegunaan tersebut; c. Kelas

III

(tiga),

air

yang

peruntukannya

digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan/ atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. Kelas IV (empat), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan/ atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Berdasarkan hasil ujikualitas air yang telah dilakukan dari tiga lokasi sumber mata air, yaitu mata air desa Bukit Harapan di Kaliorang, sumber air dingin desa Karangan Hilir dan sumber air panas desa Batu Lepoq di Kecamatan Karangan dapat dikatakan dalam katagori kurang baik terlihat dari BOD, COD, dan total coliform yang relatif tinggi.

Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air dari Tiga Lokasi Parameter Kimia a. pH b. Amoniak (NH3-N) c. Nitrit (NO2-N) d. BOD5 e. COD f. Alkalinitas (CaCO3) g. Sulfat (SO4) Biologi a. Total Coliform b. Coli Fekal

68

Satuan

Kaliorang

Lokasi Karangan Air dingin Air panas

Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l

6.94 <0.01 <0.01 11,55 190.00 15.06 32.17

7.09 0.22 <0.01 17.70 170.70 15.06 25.00

8.26 0.08 <0.01 13.85 180.00 14.15 26.95

Ind/L Ind/L

40.00 0

40.00 40.00

90.00 0

Iin Sumbada Sulistyorini, Muli Edwin, & Adriana Sampe Arung: Analisis Kualitas Air …..(3): 64-76 Sumber air di lokasi studimerupakan sumber air dari kawasan perbukitan karst(batu kapur) dimana sumber mata air dari tiga lokasi tersebut berasal dari akuifer (lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang mengandung air dan dapat dirembesi air) batuan karst.Bentang lahan karst memiliki peran yang sangat penting bagi lingkungan dimana lahan karst menyediakan jasa ekosistem seperti air bersih, bahan-bahan material, dan menjadi agen pengendali perubahan iklim (Brinkman dan Jo Garren, 2011). Terganggunya ekosistem karst dapat mempengaruhi kualitas air dari sumber mata air yang dihasilkan. Untuk ketiga lokasi studi sudah terdapat berbagai aktivitas pemanfaatan lahan baik di sektor pertambangan, perkebunan dan pertanian masyarakat.

jugamemiliki fluktuasi suhu yang konstan sepanjang hari bahkan sepanjang tahun. Di samping sumberdaya air, kawasan karst memiliki berbagai sumber daya yang sangat potensial untuk dikembangkan seperti sumberdaya lahan, sumberdaya hayati, dan potensi bentang lahan baik permukaan ataupun bawah permukaan (Suryatmojo, 2006). Namun sangat disayangkan, kawasan karst sering terkesan hanya sebagai lahan gersang dan berbatu, sehingga penambangan batu gamping di kawasan karst seolah menjadi primadona sektor usaha, tanpa menghiraukan fungsi yang lain terutama fungsi hidrologis (Haryono dkk, 2000). Salah satu hal yang paling dikhawatirkan adalah lokasi penambangan pada posisi yang tidak tepat, seperti dilakukan tepat atau dekat dengan

Kawasan karst memiliki fungsi ekosistem yang

sumber air. Hal ini akan memicu pencemaran

serupa dengan hutan rimba, yaitu sebagai pengatur

jika penambangan bukit karst memotong vertical

tata air khususnya air bawah tanah dan penyimpan

cavities atau lorong vertikal sebagai penghubung

potensi karbon. Aliran air yang tersimpan di bukit

zona permukaan dan sungai bawah tanah. Dengan

karst dikeluarkan perlahan-lahan baik sebagai

kata lain, jika aktivitas penambangan menemukan

mata air maupun sungai bawah tanah. Air yang

“luweng” atau lorong vertikal saat menambang,

berada di permukaan karst meresap masuk ke

maka tidak akan ada lagi filter atau saringan yang

dalam kawasan karst dan kemudian tertampung

dapat menahan berbagai macam polutan dari

lalu mengalir dan membentuk sebuah aliran sungai.

permukaan (limbah, pemupukan, sampah, dan lain-

Aliran itu disebut percolation water atau aliran

lain) untuk sampai ke sungai bawah tanah, karena

autochtonous (Haryono dkk , 2000). Air perkolasi

zona epikarst di atasnya sudah habis ditambang

pada umumnya banyak mengandung CaCO3,

(Adji, 2006).

karenaair perkolasi meresap dan merembes secara perlahan kedalam gua sehingga mineral pada batu

Parameter Kimia

gamping yang didominasi oleh Calsite (CaCO3) lebih

Dari beberapa indikator parameter kimia yang

banyak terbawa. Airperkolasi memiliki aliran jernih

diuji dapat diketahui bahwa kualitas air yang berasal

karena pada proses perembesan air tersaring pada

dari tiga lokasi sumber air memiliki kondisi yang

pori–pori batu gamping (Lime Stone). Perjalanan

kurang baik denganbeberapa parameter memenuhi

air hingga ke sistem sungai bawah tanah atau mata

baku mutu yang dipersyaratkan kecuali BOD dan

air menurut Gunn (1981) melewati paling tidak

COD. Sumber air dingin yang berada di desa

enam jalan yaitu aliran permukaan, troughflow,

Karangan Hilir selain dimanfaatkan untuk kegiatan

aliran dekat permukaan (subcutaneous flow), aliran

rekreasi air juga dimanfaatkan untuk mengairi

luweng (shaft flow), aliran vados dan rembesan

tanaman pertanian dan perkebunan masyarakat

vados (vadose seepage). Selain mengandung

sekitar.

banyak mineral dan aliran yang jernih, air perkolasi

69

Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016

Tabel 3. Baku Mutu Parameter Kimia terhadap Kualitas Air Dingin Desa Karangan Hilir dan Air Panas Desa Batu Lepoq Parameter kimia

Ph Amoniak (NH3-N) Nitrit (NO2-N) BOD5 COD Alkalinitas (CaCO3) Sulfat (SO4)

Satuan

Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l

Baku mutu berdasarkan

Air dingin

Air panas

Keterangan

kelas II III 6-9 6-9 0,6 0,6 3 6 25 50 50 75 -

7.09 0.22 <0.01 17.70 170.70 15.06 25.00

8.26 0.08 <0.01 13.85 180.00 14.15 26.95

Sesuai Sesuai Sesuai T. sesuai T. sesuai Sesuai Sesuai

I 6-9 0,5 0,6 2 10 50 400

IV 5-9 12 100 100 -

Keterangan: sesuai atau tidak sesuai dengan baku mutu yang disyaratkan

Berdasarkan hasil laboratorium nilai BOD dan

sebagian

besar

memenuhi

baku

mutu

yang

COD di kedua sumber air di desa Karangan Hilir

dipersyaratkan untuk semua kelas peruntukan air,

dan desa Batu Lepoq melebihi ambang batas atau

kemudian BOD hanya memenuhi persyaratan untuk

tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan

kelas peruntukan IV, sedangkan COD melebihi

untuk semua kelas peruntukkan air. Untuk kualitas

semua ambang batas nilai baku mutu yang telah

sumber mata air Desa Bukit Harapan Kaliorang

ditetapkan.

Tabel 4. Baku Mutu Parameter Kimia terhadap Kualitas Air Dingin Desa Bukit Harapan Parameter kimia

Satuan

pH Amoniak (NH3-N) Nitrit (NO2-N) BOD5 COD Alkalinitas (CaCO3) Sulfat (SO4)

Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l

Baku mutu berdasarkan kelas I 6-9 0,5 0,6 2 10 50 400

Potencial of Hydrogen (pH) Nilai pH air yang bersumber dari tiga lokasi, yaitu mata air dari Kecamatan Kaliorang, sumber mata air dingin serta sumber mata air panas di Kecamatan Karangan masing-masing adalah 6.94 mg/L; 7.09 mG/L dan 8.26 mg/L. Nilai pH tersebut mengindikasikan bahwa ion H+ dan ion OH- yang terdapat dalam air yang berasal dari mata air. Di Kecamatan Kaliorang dan sumber mata air dingin di Kecamatan Karangan masih dalam jumlah yang berimbang sehingga bersifat netral, sedangkan berdasarkan skala nilai pH, air yang berasal dari sumber mata air panas di Kecamatan Karangan bersifat alkalis (basa) yang diindikasikan dengan nilai pH yang tinggi (>7,9).

70

II 6-9 0,6 3 25 50 -

III 6-9 0,6 6 50 75 -

IV 5-9 12 100 100 -

Berdasarkan

kaliorang

Keterangan

6.94 <0.01 <0.01 11,55 190.00 15.06 32.17

Sesuai Sesuai Sesuai Kelas IV T. sesuai Sesuai Sesuai

baku

mutu

dan

kelas

peruntukannya yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, kualitas air dengan kisaran nilai pH 6,94 mg/l- 8,26 mg/l dari ketiga lokasi diatas sesuai dan dapat digunakan untuk semua kelas peruntukan (I-IV), dimana air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum, sarana dan prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, irigasi, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Amonia (NH3-N) Kandungan amonia yang terdapat dalam air yang berasal dari tiga sumber air relatif rendah

Iin Sumbada Sulistyorini, Muli Edwin, & Adriana Sampe Arung: Analisis Kualitas Air …..(3): 64-76 yaitu sebesar >0.01 mg/L untuk air yang berasal dari mata air Kaliorang, sedangkan untuk air yang berasal dari sumber air dingin dan sumber air panas di Kecamatan Karangan memiliki kandungan amonia masing-masing sebesar 0.22 mg/L dan 0.08 mg/L. Menurut Weich (1952) pada air dengan kandungan oksigen terlarut tinggi, kandungan amonia relatif kecil sehingga amonia bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Kondisi mata air yang cukup dangkal (tidak terlalu dalam) serta biota air dalam jumlah yang sedikit merupakan faktor penyebab rendahnya kandungan amonia yang terkandung dalam air yang berasal dari mata air di Kecamatan Kaliorang. Berbeda dengan kondisi sumber air di Kecamatan Kaliorang, sumber air dingin dan sumber air panas yang ada di Kecamatan Karangan memiliki kedalaman yang cukup tinggi. Selain kedalaman, pada kedua sumber air tersebut dapat dijumpai keberadaan biota air (ikan) dalam jumlah yang cukup banyak dan juga terdapat bahan organik seperti seresah. Ekresi amonia dari biota air serta dekomposisi bahan organik (amonifikasi) menyebabkan jumlah kandungan amonia yang terdapat dalam air dari dua sumber tersebut relatif banyak.

sumber air masih terkontrol dengan baik. Berdasarkan

baku

mutu

dan

kelas

peruntukannya yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, kualitas air dengan kandungan nitrit (NO2) <0.01 mg/l sesuai dan dapat digunakan untuk semua kelas peruntukan (Kelas Ikelas IV), dimana air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum, sarana dan prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, irigasi, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

BODdan COD Menurut Herlambang (2006), Indikator adanya zat organik dalam air limbah dapat diperoleh dengan

cara

mengukur

jumlah

kebutuhan

oksigen yang diperlukan untuk menstabilkannya. Kebutuhan oksigen tersebut dapat dinyatakan dengan parameter BOD dan COD.Kadar BOD yang terdapat dalam air dari ketiga lokasi yaitu mata air di Kecamatan Kaliorang, sumber air dingin dan juga sumber air panas di Kecamatan Karangan adalah masing- masing sebesar 11.55 mg/L, 17.70 mg/L dan 13.85 mg/L. Kadar BODdalam air dari ketiga lokasi tersebut cukup tinggi, hal ini mengindikasikan

Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa kandungan

bahwa air dari ketiga lokasi tersebut telah tercemar

amonia dalam air dari tiga lokasi di atas kurang dari

dengan bahan organik seperti tumbuhan atau hewan

0.5 mg/l (batas maksimum yang dipersyaratkan

yang sudah mengalami pembusukan, sehingga

peraturan daerah). Hal ini berarti bahwa pH air

organisme air membutuhkan oksigen dalam jumlah

dari tiga lokasi tersebut dapat dimanfaatkan pada

yang cukup banyak untuk mendegradasi bahan

kelas peruntukan I yaitu sebagai sumber air minum,

buangan organik yang ada dalam air. Selain memiliki

sedangkan untuk kelas peruntukan II-IV kandungan

kadar BOD5 yang cukup tinggi, air dari ketiga lokasi

amonia tidak dipersyaratkan oleh baku mutu.

Nitrit (NO2-N)

tersebut juga memiliki kadar COD yang sangat tinggi yaitu masing-masing sebesar 190 mg/L, 170 mg/L dan 180 mg/L. Nilai ini mengindikasikan bahwa

Nitrit yang terkandung dalam air yang berasal

sumber air dari tiga lokasi tersebut telah tercemar

dari tiga lokasi mata air cukup rendah. Dari tabel di

oleh bahan organik seperti tumbuhan (seresah)

atas dapat dilihat bahwa kandungan nitrit dalam air

maupun hewan yang telah mati dan terdekomposisi

yang berasal dari 3 lokasi terdapat dalam jumlah

(terurai), sehingga dibutuhkan oksigen yang sangat

yang sama yaitu >0.01 mg/L. Hal ini mengindikasikan

banyak untuk dapat mengoksidasi bahan buangan

bahwa ketiga sumber air tersebut masih aman dan

organik yang ada dalam air melalui reaksi kimia.

belum terkontaminasi oleh limbah industri maupun limbah domestik serta penggunaan pupuk nitrogen dalam kegiatan pertanian masyarakat di sekitar

Berdasarkan baku mutu dan kelas peruntukan, tingginya kadar BOD air tersebut tidak dapat dimanfaatkan atau digunakan untuk semua kelas

71

Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016 peruntukkan air, kecuali air yang berasal dari

air buangan akibat reduksi SO42- menjadi S- dalam

Kecamatan Kaliorang dapat digunakan untuk

kondisi anaerob dan bersama ion H+ membentuk

mengairi tanaman dan/atau peruntukan lain yang

H2S.Dari

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

laboratorium kandungan sulfat (SO4) dalam air

kegunaan tersebut. Tingginya kadar COD air yang

yang berasal dari tiga lokasi tersebut masih pada

berasal dari tiga lokasi tersebut menandakan bahwa

batas normal/ tidak melebihi ambang batas yang

air tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk semua

telah ditetapkan. Dibandingkan dengan baku mutu

kelas peruntukan (kelas I- kelas IV) sesuai dengan

yang dipersyaratkan oleh lembaga-lembaga yang

baku mutu yang telah diatur dalam Peraturan

berkaitan dengan kualitas air, kandungan sulfat

Daerah Provinsi Kalimantan Timur no.02 tahun 2011

dengan kadar nilai sebesar 32.17 mg/L, 25.00

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

mg/L dan 26.95 mg/L masih relatif rendah sehingga

Pencemaran Air.

pengelolaan dan pemanfaatan air untuk berbagai

hasil

pengujian

yang

dilakukan

di

rutinitas masih memungkinkan untuk dilakukan.

Alkalinitas (CaCO3)

Kandungan sulfat yang tidak melebihi ambang

Nilai alkalinitas air yang berasal dari mata air di

batas (400mg/l) mengindikasikan bahwa air yang

Kaliorang, sumber air dingin serta sumber air panas

berasal dari tiga lokasi tersebut dalam kondisi yang

di Karangan adalah masing-masing sebesar 15,06

baik dan dapat dimanfaatkan untuk kelas peruntukan

mg/L, 15.06 mg/L dan 14,15 mg/L dan tergolong

I yaitu sebagai air baku untuk air minum, dan/atau

ke dalam klasifikasi perairan yang lunak (Peavy,

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

1985). Pada umumnya alkalinitas disebabkan oleh

yang sama dengan kegunaan tersebut. Sedangkan

bikarbonat yang berasal dari larutnya batu kapur

pemanfaatan air untuk kelas peruntukkan II, kelas

dalam air tanah. Alkalinitas sangat berguna dalam

peruntukkan III dan kelas peruntukkan IV tidak

air maupun air limbah, karena dapat memberikan

dipersyaratkan.

buffer untuk menahan perubahan pH (Herlambang). Nilai alkalinitas yang rendah mengindikasikan bahwa kandungan kalsium dan magnesium masih berimbang dengan ion logam bervalensi dua lainnya.

Parameter Biologi Pengujian kualitas air dengan parameter biologi menggunakan dua indikator yaitu kandungan bakteri Coliform total dan bakteri Fecal coliform. Bakteri

Berdasarkan baku mutu yang diatur dalam

coliform dapat bersumber dari limbah, limpasan

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur no.02

pertanian, kontaminasi dengan tinja dan lainnya.

tahun 2011, nilai alkalinitas air dibawah angka 50

Secara umum dari segi biologi air yang berasal dari

mg/l (batas maksimum) sesuai dan dapat digunakan

tiga lokasi tersebut dalam kondisi tercemar dimana

untuk semua kelas peruntukkan air yaitu antara lain

dari hasil uji laboratorium ditemukan adanya bakteri

dapat digunakan sebagai air minum, sarana dan

total coliform dan coliform fecal dalam sampel.

prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air

Air dingin yang ada di Karangan Hilir secara

tawar, peternakan, irigasi, dan/atau peruntukan lain

biologi dalam kondisi tercemar dimana dari hasil

yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

pengujian di laboratorium ditemukan adanya bakteri

kegunaan tersebut.

Coliformtotal dan coliform fecal yang masing-masing sekitar 40 individu/ 100 ml air. Berdasarkan baku

Sulfat

mutu air, jumlah bakteri dalam air dingin tersebut

Jumlah ion sulfat yang berlebih dalam air

tidak melebihi ambang batas yang dipersyaratkan

minum menyebabkan terjadinya efek cuci perut

sehingga masih dapat dimanfaatkan terutama untuk

pada manusia. Selain itu, Kehadiran sulfat dapat

kelas peruntukan II, III dan IV.

menimbulkan masalah bau dan korosi pada pipa

72

Iin Sumbada Sulistyorini, Muli Edwin, & Adriana Sampe Arung: Analisis Kualitas Air …..(3): 64-76

Tabel 5. Baku Mutu Parameter Biologi terhadap Kualitas Air Dingin dan Air Panas di Karangan Parameter biologi

Satuan

Total Coliform Coli Fekal

Ind/ml Ind/ml

Baku mutu berdasarkan kelas I 1.000 100

II 5.000 1.000

III 10.000 2.000

IV 10.000 2.000

Air dingin Air panas 40.00 40.00

90,00 0

Ket. Sesuai Sesuai

Dari hasil pengujian, air panas yang ada di Batu

tercemar oleh bakteri total coliform, sedangkan

Lepoq dalam kondisi tercemar oleh bakteri total

untuk bakteri fecal coliform tidak ditemukan dalam

coliform. Meskipun ditemukan adanya bakteri total

air yang diuji. Kandungan bakteri total coliform

coliform yang cukup banyak, namun sesuai dengan

dalam air yang berasal dari Kaliorang tidak melebihi

baku mutu jumlahnya belum melebihi ambang batas

ambang batas yang dipersyaratkan sehingga air

yang dipersyaratkan. Selanjutnya, hasil pengujian air

tersebut sesuai dan layak untuk dimanfaatkan pada

yang berasal dari mata air di Kaliorang dalam kondisi

semua kelas peruntukkan air.

Tabel 6. Baku Mutu Parameter Biologi terhadap Kualitas Air di Sumber Air Kaliorang Parameter biologi

Satuan

Total Coliform Coli Fekal

Ind/ml Ind/ml

Baku mutu berdasarkan kelas I 1000 100

II 5000 1000

Coliform Total

III 10000 2000

IV 10000 2000

Kaliorang

Keterangan

40.00 0

Sesuai Sesuai

penyakit saluran pencernaan, tifus, hepatitis, polio

Bakteri coliform total merupakan jenis bakteri coliform yang bersumber dari pencemaran lingkungan oleh bahan organik. Total coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Dari hasil pengujian di laboratorium, sampel air yang berasal dari Kecamatan Kaliorang dan sumber air dingin di Kecamatan Karangan jumlah total coliform yang terkandung dalam 100 ml air adalah masing- masing 40 individu sedangkan sampel air yang berasal dari sumber air panas di Karangan mengandung total coliform sebanyak 90 individu/ 100 ml air. Banyaknya bakteri total coliform dalam sampel air yang berasal

dan lain sebagainya. Menurut Kepmenkes RI kadar maksimum total coliform yang diperbolehkan dalam air minum adalah 0 mpn/100ml, yang artinya bahwa keberadaan bakteri ini di dalam air minum benarbenar tidak diperkenankan.Apabila dibandingkan dengan baku mutu kualitas air yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur no.02 Tahun 2011, air dari tiga lokasi tersebut tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan untuk semua kelas peruntukan air.

Coliform Fekal

dari sumber air panas di Karangan diakibatkan oleh

Coliform fekal merupakan bakteri coliform yang

kondisi lingkungan dimana jarak tempat pengambilan

berasal dari tinja manusia dan atau hewan berdarah

sampel kurang lebih 1 km dari sumber mata air,

panas dimana secara normal bakteri coli fecal hanya

sehingga dengan jarak yang cukup jauh tersebut,

ditemukan di dalam saluran pencernaan manusia

kemungkinan air banyak terkontaminasi dengan

dan hewan mamalia atau juga dapat ditemukan

bahan organik. Kandungan total coliform yang cukup

pada bahan yang telah terkontaminasi dengan

banyak mengindikasikan adanya bakteri patogenik

tinja. Apabila dalam air ditemukan bakteri coliform

seperti Giardia dan Cryptosporidium terkandung di

fekal, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi

dalam air tersebut (Chiras dan Reganold, (2005).

penggunaan domestik, selain itu keberadaan bakteri

Bakteri

ini juga mengindikasikan adanya bakteri patogen

patogen

tersebut

dapat

menyebabkan

berbagai macam penyakit, seperti disentri, kolera,

lainnya dalam air tersebut (Wiryono, 2012).

73

Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016 Dari

hasil

pengujian

yang

dilakukan

di

ketiga lokasi penelitian tidak memiliki rasa (tawar)

laboratorium bakteri coliform fekal hanya ditemukan

dan tidak berbau sehingga berdasarkan peraturan

di dalam sampel air yang berasal dari sumber air

daerah air tersebut memenuhi syarat pemanfaatan

dingin di Karangan, yaitu sebanyak ± 40 individu

untuk semua kelas peruntukan air.

per 100 ml air. Pada sampel air yang berasal dari Kaliorang dan sumber air panas di Karangan tidak ditemukan adanya bakteri coliform fekal, sehingga

Upaya Perlindungan terhadap Sumber Air Mengingat besarnya peranan air terhadap

dapat disimpulkan bahwa air tersebut dalam kondisi

ekosistem

baik (tidak tercemar) serta tidak terkontaminasi

organisme, maka perlindungan terhadap sumber air

dengan tinja manusia maupun hewan berdarah

sangat penting dilakukan untuk menanggulangi dan

panas seperti ternak.Berdasarkan baku mutu, air

meminimalisir pencemaran yang dapat memberikan

yang berasal dari tiga lokasi tersebut tidak melebihi

dampak besar terhadap kerusakan lingkungan

ambang batas yang dipersyaratkan sehingga dapat

serta terutama untuk mempertahankan kuantitas

dimanfaatkan untuk semua kelas peruntukkan air.

dan kualitas sumberdaya air. Beberapa upaya

Dari hasil pengamatan secara visual, kualitas fisik air yang berasal dari tiga lokasi relatif baik. indikator

yang

dijadikan

parameter

kualitas air meliputi warna, rasa dan bau.Warna air sangat dikaitkan dengan nilai estetika terutama untuk

beberapa

kelangsungan

hidup

perlindungan yang bisa diterapkan antara lain:

Parameter Fisika

Beberapa

terutama

peruntukkan.

Namun

sangat

penting untuk dapat membedakan antara air yang mempunyai warna asli akibat material terlarut dan warna semu akibat zat-zat yang tersuspensi. Warna kuning alami pada air yang berasal dari daerah pegunungan adalah berasal dari asam organik yang tidak berbahaya bagi kesehatan, dan warna ini bisa disamakan dengan warna asam tanik yang terdapat dalam air teh (Herlambang, 2006).Dari hasil pengamatan dengan metode visual warna air yang berasal dari ketiga lokasi tersebut sangat jernih sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi semua kelas peruntukkan air baik untuk air minum, irigasi, wisata maupun kegiatan lainnya. Rasa dan bau pada air diakibatkan oleh material-material terlarut, yang dapat berupa zat

1. Melakukan tindakan konservasi dengan teknik vegetatif. Kegiatan ini berupa penanaman tumbuhan/tanaman dan

bambu)

(seperti

yang

jenis

dapat

menjaga

legum dan

mempertahankan kualitas dan tatanan air di sekitar sumber air. 2. Tidak

melakukan

kegiatan

pertanian,

perkebunan, peternakan atau kegiatan lainnya yang dapat berdampak terhadap penurunan kualitas air di sekitar sumber air. 3. Mengurangi penggunaan pupuk kimiawi yang banyak mengandung unsur nitrogen, fosfor, kalium dan lainnya. Pupuk kimiawi yang digunakan dalam jumlah yang banyak tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman. Residu pupuk akan larut dalam air sehingga terjadi pencemaran. 4. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan dengan bijak dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. 5. Perlu

adanya

peraturan

atau

kebijakan

organik seperti phenol dan khlorophenol. Bau dan

pemerintah yang relevan dengan sumberdaya

rasa merupakan sifat air yang sangat subyektif,

air yaitu misalnya penentuan dan penetapan

karena itu sulit diukur, tetapi bisa diidentifikasi

lokasi serta batas sumber air (mata air, sungai,

seperti bau busuk, bau gas, rasa pahit, dan rasa

danau,

masam (Herlambang, 2006). Air yang berasal dari

kerusakan dan pencemaran sumber air.

74

dan

lainnya)

untuk

meminimalisir

Iin Sumbada Sulistyorini, Muli Edwin, & Adriana Sampe Arung: Analisis Kualitas Air …..(3): 64-76

DAFTAR PUSTAKA

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Secara fisik dengan indikator warna, bau dan rasa air yang berasal dari tiga lokasi, yaitu mata air desa Bukit Harapan di Kaliorang, sumber air dingin Karangan Hilir dan sumber air panas Batu Lepoq di Kecamatan Karangan memiliki kualitas yang baik sehingga memenuhi syarat pemanfaatan terutama untuk kelas peruntukkan air, yaitu kelas II, III dan IV. Secara

kimiawi

kualitas

air

relatif

baik

berdasarkan beberapa indikator seperti pH, Nitrit, Amoniak, Alkalinitas dan sulfat yang tidak melebihi batas ambang baku mutu yang dipersyaratkan. Meskipun secara umum kualitas air cukup baik, namun ada dua indikator yang tidak memenuhi baku mutu, yaitu BOD dan COD. Dari parameter biologi, air dari ketiga lokasi tersebut dalam kondisi tercemar oleh bakteri dilihat dari coliform terutama total coliform, meskipun dalam kondisi tercemar, jumlah bakteri coliform yang terkandung dalam air tersebut tidak melebihi batas ambang baku mutu yang dipersyaratkan sehingga apabila dimanfaatkan sebagai air minum, maka tetap harus melalui pengolahan air atau dipanaskan sampai titik didih tertentu, karena mengandung bakteri yang mungkin berbahaya bagi manusia.

SARAN Pemanfaatan air untuk bahan baku air minum oleh masyarakat terlebih dahulu harus melalui pengolahan, salah satunya dengan cara sederhana yaitu dipanaskan sampai titik didih tertentu. Banyaknya

kegiatan-kegiatan

seperti

perkebunan, pertanian dan lainnya yang berpotensi menimbulkan dampak kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas air, sehingga pengujian kualitas air harus dilakukan secara terus-menerus (berkala) untuk mengetahui layak tidaknya air tersebut untuk dimanfaatkan sebagai air bersih. Perlu dilakukan upaya pengelolaan serta tindakan konservasi air dan tanah dengan teknik vegetatif di sekitar mata air untuk mencegah perubahan tatanan dan kualitas air.

Adji, T., N., 2006., Kondisi Darah Tangkapan Sungai Bawah Tanah Karst Gunungsewu dan Kemungkinan Dampak Lingkungannya terhadap Sumberdaya Air (Hidrologis) karena Aktivitas Manusia, Seminar UGK-BP DAS SOP, Fakultas Geografi UGM. Anonimus. 2011. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur no. 02 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Anonimus, 2013. Kutai Timur Dalam Angka. Badan Statistik Daerah, Kabupaten Kutai Timur, Sangatta. Brinkman, R., Garren, S., J., 2011. Karst and Sustainability. Karst Management. DOI : 10.1007/978-94-007-1207-2_16 dalam Budiyanto, E. 2013. Peran Penting Kawasan Karst, makalah, UGM. Chiras, D. And J.P. Reganold. 2005. Natural Resource Conservation, dalam Wiryono (peny.). 2013. Pengantar Ilmu Lingkungan. Pertelon Media. Bengkulu. Dendang, V. 2013. Identifikasi Potensi Ekowisata Desa Karangan Hilir Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur. Skripsi Program Studi Kehutanan, STIPER, Sangatta. Gunn, J., 1981, Hydrological Processes in Karst Depression, Z. Geomorph. N.F, (25)3,313331 dalam Haryono, E. 2001. Makalah Seminar Nasional Teknik Sipil. UGM, Yogyakarta. Haryono, E., M.P. Hadi, S.W. Suprojo dan Sunarto. 2000. Kajian Mintakat Epikarst Gunungkidul untuk Penyediaan Air Bersih, Laporan PHB VIll, LIT -UGM, Yogyakarta. Hill, M.K. 2010 Understanding Environmental Pollution dalam Wiryono (peny.). 2013. Pengantar Ilmu Lingkungan. Pertelon Media. Bengkulu. Herlambang, Arie. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penangulangannya, JAI vol. 2 nomor 1. Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT.

75

Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016 Manan, S. 1976. Pengaruh Hutan dan Manajemen DAS. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Odum, E.P.1971.Fundamentals of Ecology. Third Edition. Saunders College Publishing. Philadhelphia, dalam Wiryono (peny.). 2013. Pengantar Ilmu Lingkungan. Pertelon Media. Bengkulu. Peavy et al. 1985. dalam Effendi (peny.). 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. Soerjani, Mohamad dkk. 2005. Lingkungan Hidup (The Living Environment). Restu Agung. Jakarta. Suryatmojo, H., 2006. Strategi Pengelolaan Ekosistem Karst di Kabupaten Gunungkidul. Seminar Nasional Strategi Rehabilitasi Kawasan Konservasi di Daerah Padat Penduduk. Fakultas Kehutanan UGM Wiryono, 2013. Pengantar Ilmu Pertelon Media. Bengkulu.

76

Lingkungan.