ANALISIS PENGUASAAN KONSEP FISIKA PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN KELAS X SMA NEGERI 1 SALE REMBANG skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Fisika
oleh Dwi Retno Irawati 4201409076
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
v
vi
vii
MOTTO
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.” (Thomas Alva Edison)
“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai” (Schopenhauer)
“Satu detik yang lalu akan terasa lebih lama daripada satu tahun yang akan datang apabila kita tidak menghargai waktu ”
Karya ini aku persembahkan kepada: 1. Bapak Budiyono dan Ibu Retno Utami tercinta, terima kasih atas segala cinta, do’a, dan pengorbanan yang tiada henti; 2. Kakakku tersayang, Eko Budi Utomo yang selalu memberi dukungan dan motivasi; Ayu Eka Putri dan Resistya, terimakasih untuk semangat dan bantuannya. 3. Teman-teman fisika 2009;
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia serta ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pada Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan Kelas X SMA Negeri 1 Sale Rembang”. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Si., rektor Universitas Negeri Semarang.
2.
Bapak Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
3.
Bapak Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
4.
Bapak Drs. Hadi Susanto, M.Si., pembimbing utama skripsi yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Dr. Khumaedi, M.Si., pembimbing pendamping skripsi yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Bapak Drs. Hadi Susanto, M.Si., dosen wali yang telah memberikan arahan selama menempuh studi.
7.
Seluruh dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi.
vi
8.
Ibu Endang Sri Lestari, S.Pd, kepala SMA Negeri 1 Sale yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis sehingga dapat terwujud skripsi ini.
9.
Bapak, Ibu, dan Kakakku yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga besar fisika 2009, terimakasih atas bantuan, kebersamaan dan semangatnya. 11. Keluarga Pecinta Alam Fisika, terimakasih atas kebersamaan, kekeluargaan dan pengalamanya. 12. Teman-teman Vita kost, terimakasih atas bantuan, kebersamaan dan doanya. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca. Semarang, September 2014
Penulis
vii
ABSTRAK
Irawati, Dwi Retno. 2014. Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pada Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan Kelas X SMA Negeri 1 Sale Rembang. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs. Hadi Susanto, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dr. Khumaedi, M.Si. Kata kunci : analisis, penguasaan konsep, besaran dan satuan. Pokok bahasan Besaran dan Satuan merupakan dasar dari pembelajaran Fisika, karena pembelajaran Fisika tidak akan terlepas dari besaran, satuan, pengukuran dan vektor. Salah satu tujuan penelitian pendidikan fisika adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan siswa dalam mempelajari fisika dan untuk merencanakan serta mengakses kurikulum dan pedagogi yang diharapkan dapat mengurangi kesulitan-kesulitan tersebut. Penguasaan peserta didik akan materi Fisika yang telah diajarkan, baru dapat diketahui oleh guru bila telah diadakan evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep Fisika siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan pada kelas X SMA Negeri 1 Sale Tahun Pelajaran 2013/2014. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Sale. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes Fisika yang berjumlah 26 butir soal yaitu 20 butir soal pilihan ganda dan 6 butir soal uraian. Jawaban tes dari siswa dianalisis untuk dicari letak, jenis dan kemungkinan faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa. Hasil penelitian menunjukkan (1) Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam (a) Membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan contohnya adalah 3,33%. (b) Mengukur besaran panjang, massa, waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan adalah 71,67%. (c) Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar internasional adalah 31,11%. (d) Menentukan dimensi suatu besaran serta menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah adalah 65,33%. (e) Memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya adalah 63,33%. (f) Membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta memberikan contohnya adalah 70%. (g) Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis adalah 80,95%. (2) Kesulitan paling dominan yang dialami siswa adalah kesulitan pada materi vektor dan pengukuran. (3) Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hitungan adalah 65,11%. Faktor penyebab kesulitan yang terjadi adalah siswa kurang menguasai dan memahami materi pembelajaran, siswa tidak dapat memahami soal, siswa kurang teliti dan kurang cermat dalam mengutip soal, memperhatikan lambang atau simbol dan satuan, mengutip persamaan, melakukan perhitungan serta siswa tidak tahu langkah yang harus digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah fisika. Rata-rata tingkat kesulitan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X.4 mengalami kesulitan yang tinggi dalam menguasai konsep Fisika pokok bahasan Besaran dan Satuan terutama materi vektor dan pengukuran. viii
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ....................................................................................................
v
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
7
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................
7
1.5 Pembatasan Masalah ..........................................................................
8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................
8
1.7 Penegasan Istilah ...............................................................................
9
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi ...........................................................
10
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar .............................................................................
12
2.2 Kesulitan Belajar ...............................................................................
13
2.3 Pengertian Penguasaan Konsep .........................................................
14
2.4 Bahan Ajar ........................................................................................
18
2.4.1 Hubungan Besaran dan Satuan dalam Fisika ............................
18
2.4.2 Peran Besaran dan Satuan dalam Pembelajaran Fisika .............
20
2.4.3 Fisika dan Ruang lingkupnya ....................................................
24
2.4.3.1 Arti Fisika ......................................................................
24
2.4.3.2 Hubungan Fisika dan Ilmu Pengetahuan Lain ..............
25
2.4.3.3 Pengukuran ....................................................................
27
ix
2.4.4 Besaran Pokok dan Satuan Standar ...........................................
29
2.4.4.1 Besaran Pokok .............................................................
31
2.4.4.2 Satuan Dasar ................................................................
31
2.4.4.3Satuan Tidak Standar dan Konversi Satuan ..................
37
2.4.5 Besaran Turunan ........................................................................
37
2.4.6 Dimensi Besaran Pokok dan Besaran Turunan ..........................
39
2.4.6.1 Analisis Dimensi ............................................................
41
2.4.7 Besaran Vektor ..........................................................................
45
2.4.7.1 Perpaduan Vektor ..........................................................
46
2.4.7.2 Penguraian Vektor Secara Analitik ...............................
49
2.4.7.3 Perkalian Vektor .............................................................
51
2.4.7.4 Vektor Satuan ................................................................
53
2.4.8 Alat Ukur ...................................................................................
55
2.4.8.1 Alat Ukur Panjang .........................................................
55
2.4.8.2 Alat Ukur Besaran Massa .............................................
57
2.4.8.3 Alat Ukur Waktu ...........................................................
59
2.4.8.4 Alat Ukur Kuat Arus Listrik ..........................................
60
2.4.8.5 Alat ukur Suhu ..............................................................
60
2.4.9 Angka Penting ...........................................................................
61
2.4.9.1 Berhitung dengan Angka Penting ................................
63
2.5 Kerangka Berpikir .............................................................................
65
2.6 Anggapan Dasar .................................................................................
67
3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...............................................................................
68
3.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................
69
3.3 Insrumen Penelitian ...........................................................................
69
3.3.1 Uji Coba Soal ........................................................................
69
3.4 Deskripsi dan AnalisisData ...............................................................
72
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. x
74
4.2 Pembahasan .......................................................................................
76
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ...........................................................................................
97
5.2 Saran ..................................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
99
LAMPIRAN ..................................................................................................
102
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1.1. Data Nilai Hasil Belajar Siswa Semester Gasal SMA N 1 sale Tahun Pelajaran 2012/2013 .......................…………………….............
2
Tabel 2.1. Besaran Pokok dan Satuannya ……. ............................................
32
Tabel 2.2. Singkatan Metriks Satuan ……………………………………….
34
Tabel 2.3. Besaran Turunan dan satuannya ………………………………...
39
Tabel 2.4. Lambang Dimensi Besaran Pokok ……………………................
40
Tabel 2.5. Dimensi Besaran Turunan ………………………………………
41
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1
Papan Penunjuk Jalan .............................................................. 30
Gambar 2.2
Penjumalahan Metode jajaran Genjang .................................. 47
Gambar 2.3
Penjumlahan Metode Poligon .................................................. 47
Gambar 2.4
Penjumalahan Tiga Vektor dalam Metode Poligon ................ 48
Gambar 2.5
Penjumlahan Dua Buah Vektor ................................................ 48
Gambar 2.6
Pengurangan Vektor ................................................................ 50
Gambar 2.7
Penguraian Vektor ................................................................... 51
Gambar 2.8
Pe rkalian Vektor dengan Skalar
Gambar 2.9
Perkalian Titik antara Dua Vektor .......................................... 53
............................................ 52
Gambar 2.10 perkalian Silang antara Dua Vektor ........................................ 53 Gambar 2.11 Vektor Satuan .......................................................................... 54 Gambar 2.12 Mistar/Penggaris ..................................................................... 56 Gambar 2.13 Rollmeter/Meter Kelos ............................................................ 57 Gambar 2.14 jangka Sorong ......................................................................... 57 Gambar 2.15 Mikrometer Sekrup Memiliki Skala Tetap dan Skala Nonius . 58 Gambar 2.16 Neraca Analitis Dua Lengan ................................................... 59 Gambar 2.17 Neraca Ohauss .......................................................................... 59 Gambar 2.18 Neraca Lengan/Gantung............................................................. 60 Gambar 2.19 Alat Ukur Besaran Waktu ....................................................... 60 Gambar 2.20 Amperemeter Untuk Mengukur Besaran Kuat Arus Listrik .... 61 xi
Gambar 2.21 Termometer Untuk Mengukur Besaran Suhu ......................... 61 Gambar 2.22 Pengukuran Menggunakan Mistar Berskala Terkecil 1 cm .... 62 Gambar 2.23 Pengukuran Menggunakan Mistar Berskala Terkecil 1 mm ... 64
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1. Daftar Nama Responden ............................................................. 103 Lampiran 2. Kisi-Kisi Soal Uji Coba .............................................................. 104 Lampiran 3. Soal Uji Coba .............................................................................. 106 Lampiran 4. Kunci Jawaban Soal Uji Coba .................................................... 114 Lampiran 5. Analisis Soal Uji Coba ............................................................... 129 Lampiran 6. Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal ................................... 140 Lampiran 7. Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen ................................ 141 Lampiran 8. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ............................ 142 Lampiran 9. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal ................................... 143 Lampiran 10. Kisi-Kisi Soal .............................................................................. 144 Lampiran 11. Soal .............................................................................................. 146 Lampiran 12. Kunci Jawaban Soal .................................................................. 153 Lampiran 13. Data Hasil Penelitian ................................................................. 165 Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 180 Lampiran 15. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ............................. 181 Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 182
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seiring dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, pemerintah
juga berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada secara sistematis. Salah satu usaha yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan mengadakan perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan. Perubahan kurikulum, tidak mempunyai arti apabila cara mengajar guru tidak mengalami perubahan. Salah satu ciri dalam perubahan ini adalah bagaimana seorang guru dapat mempersiapkan program pembelajaran secara cermat, sehingga kegiatan pembelajaran terlaksana secara menarik, serta siswa terlibat dalam proses pembelajaran dan memaksimalkan sarana dan prasarana yang telah tersedia.
Dalam pembelajaran di sekolah, para pendidik dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun disisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, dan fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Menurut Burton dalam Sapuroh (2010) “seseorang diduga mengalami masalah atau kesulitan 1
2
belajar apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu dalam batas waktu tertentu”. Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan tidak mudah dipahami jika hanya mengutamakan pemahaman siswa sendiri. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu untuk menjadi fasilitator dan motivator sekaligus sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran di kelas. Akan tetapi, walaupun usaha telah begitu banyak kearah kemajuan pendidikan, tetapi hasil yang dicapai oleh siswa di SMA, khususnya bidang studi fisika masih memprihatinkan. Keinginan untuk mengikuti pelajaran sains cenderung menurun terutama sekali pada bidang studi fisika dan kimia. Keinginan untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi turun tajam. Siswa lebih cenderung memilih bidang studi sosial daripada memlih IPA (Memes, 2000:1). Salah satu contohnya adalah siswa SMA Negeri 1 Sale. Terbukti dari lebih banyaknya kelas sosial daripada kelas sains. Keadaan tersebut juga terbukti dari hasil prasurvey yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Sale tentang hasil belajar siswa kelas X semester gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran fisika. Dari data yang diperoleh, membuktikan bahwa beberapa siswa memiliki hasil belajar rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1:
Tabel 1.1 Data Nilai Hasil Belajar Siswa Semester Gasal SMA N 1 Sale Tahun Pelajaran 2012/2013 No 1 2
Nilai < 70 ≥ 70
Kategori Tidak Tuntas Tuntas Jumlah
Jumlah 97 34 131
Persentase 74,05 % 25,95% 100%
3
Hasil belajar siswa untuk mata pelajaran fisika yang termasuk dalam kriteria tuntas sebanyak 25,95%, dan yang tidak tuntas adalah sebanyak 74,05%. Rata-rata nilai hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika tersebut dominan berada pada kriteria tidak tuntas sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran belum sepenuhnya tercapai, data tersebut berdasarkan pada tabel 1.1. Hasil wawancara dan observasi dengan guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Sale memberikan informasi bahwa pokok bahasan pada mata pelajaran Fisika yang tersulit pada semester 1 adalah pokok bahasan pengukuran terutama pada subpokok pembahasan besaran vektor karena pada waktu SMP materi tersebut tidak dijelaskan secara mendalam pada siswa. Selain itu, pentingnya satuan dalam pembelajaran fisika seringkali diabaikan oleh siswa. Kita sering sekali melihat siswa yang mengerjakan soal hitungan fisika tanpa membubuhkan satuan di belakang besaran, ini dapat menimbulkan kesalahpahaman penafsiran dalam membaca besaran tersebut. Misalnya ketika kita melakukan suatu pengukuran dan menghasilkan angka 50, setelah itu menginformasikan hasil angka 50 itu kepada rekan kita yang lain, pasti rekan kita akan bertanya 50 apa? Apa yang kita ukur sehingga menghasilkan angka 50 itu?. Keadaan akan menjadi berbeda apabila kita mengatakan bahwa hasil pengukurannya adalah 50 cm, pasti rekan kita akan mengetahui tanpa perlu bertanya lagi bahwa yang kita ukur adalah panjang karena hasil pengukuran tersebut memliki satuan centimeter (cm). Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan
ilmu
pengetahuan
lainnya,
misalnya
teknologi
elektronika, teknologi informasi, dan teknologi alat ukur. Hal ini disebabkan di
4
dalam fisika mengandung prinsip-prinsip dasar mengenai gejala-gejala alam yang ada di sekitar kita. Fenomena dan gejala-gejala tersebut meliputi besaran-besaran fisika di antaranya: gerak, cahaya, kalor, listrik, dan energi. Penerapan besaranbesaran fisika dalam aktifitas kegiatan sehari-hari senantiasa berkaitan dengan pengamatan dan pengukuran, sebagai contoh: informasi kecepatan gerak pesawat terbang bagi seorang pilot berguna untuk mengoperasikan pesawat yang dikenndalikannya. Besarnya suhu badan kita merupakan informasi untuk mengetahui badan kita sehat atau tidak. Sepatu dan pakaian yang kita gunakan mempunyai ukuran tertentu. Besaran, satuan dan dimensi sangat penting untuk dipelajari karena dapat membantu kita menentukan satuan dari suatu besaran, menguji rumus suatu besaran dan menentukan hubungan-hubungan antar suatu besaran dalam suatu rumus, misalnya apabila kita tidak mengetahui suatu rumus dalam soal, dengan melihat satuannya kita dapat mengetahui rumus apa yang harus kita pakai untuk menyelesaikan soal tersebut. Kita dapat mengetahui seberapa pentingnya manfaat dari pembelajaran satuan untuk mata pelajaran Fisika bedasarkan pemaparan di atas. Banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada faktor intern berupa kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah daya serap siswa mengenai materi pelajaran. Untuk meningkatkan daya serap siswa, maka siswa harus dibekali dengan penguasaan
5
konsep yang cukup, sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan kriteria kurikulum. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hancer & Durkan (2008, 45-50) yaitu “As the main purposes and specific nature of the science education is kept in view, it is clear that effective science education is only possible by learning on concept level, not by memorizing.” Hal ini semakin menunjukkan bahwa pemahaman konsep sangat penting untuk menguasai konsep dalam mempelajari bidang ilmu pengetahuan terutama fisika. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Widodo (2006:6) yaitu langkah awal yang paling tepat untuk mempelajari fisika adalah memahami konsepnya terlebih dahulu. Meski isi konsep itu cukup sederhana, namun dalam praktiknya tak banyak yang bisa memahaminya dengan baik. Konsep-konsep pembelajaran tersusun secara sistematis. Sehingga diperlukan penguasaan konsep dalam setiap materi pelajaran sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya. Konsep yang lebih awal diajarkan akan menjadi dasar bagi pengembangan konsep-konsep selanjutnya. Jika konsep dasar yang diajarkan belum dikuasai dengan baik, maka akan berpengaruh pada penguasaan–penguasaan konsep selanjutnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan kegagalan siswa dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Untuk memecahkan masalah, siswa harus mengetahui aturan-aturan mengenai konsep yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang dikuasai.
Salah
satu
tujuan
penelitian
pendidikan
fisika
adalah
untuk
mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan siswa dalam mempelajari fisika dan untuk merencanakan serta mengakses kurikulum dan pedagogi yang diharapkan
6
dapat mengurangi kesulitan-kesulitan tersebut. Penelitian mengenai kesulitankesulitan siswa yang berkaitan dengan konsep-konsep fisika merupakan hal penting dalam rangka merencanakan strategi pembelajaran untuk mengurangi atau mengeliminasi berbagai masalah yang timbul (Abdullah, 2010 : 1). Penguasaan peserta didik akan materi Fisika yang telah diajarkan, baru dapat diketahui oleh guru bila telah diadakan evaluasi. Dalam mengevaluasi pengusaaan peserta didik tersebut, maka guru memerlukan tes. Tes tersebut yang menjadi tolak ukur apakah peserta didik sudah menguasai atau belum menguasi secara jelas materi yang telah diajarkan. Dari hasil tes tersebut, juga dapat diketahui kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa dalam menguasai konsep materi fisika. Jadi dalam pembelajarannya, guru dapat lebih fokus dalam mengatasi kesulitan- kesulitan yang dialami siswa, sehingga kedepannya kesulitan siswa dalam menguasai konsep pelajaran fisika bisa lebih teratasi.
Berdasarkan pemaparan di atas dan keadaan siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika terutama pada pokok bahasan besaran dan satuan, perlu adanya pemikiran dan penelitian yang hasilnya diharapkan dapat memberi masukan pada guru, siswa dan pihak lain yang bersangkutan dalam proses pembelajaran untuk mengatasi masalah kesulitan pemahaman konsep siswa.
7
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) berapakah persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tiap kategori penguasaan konsep besaran dan satuan? 2) kesulitan pada kategori manakah yang paling dominan dialami oleh siswa pada konsep besaran dan satuan? 3) berapa persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soalsoal besaran dan satuan?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah
1) untuk mengetahui persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tiap kategori penguasaan konsep besaran dan satuan, 2) untuk mengetahui kategori kesulitan paling dominan yang dialami oleh siswa pada konsep besaran dan satuan, 3) untuk mengetahui persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal besaran dan satuan.
8
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1) guru yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar Fisika sehingga akan memperoleh hasil yang maksimal, 2) siswa yaitu sebagai perhatian dan masukan agar selalu memperhatikan penjelasan guru saat proses belajar dan mengajar, 3) peneliti yaitu sebagai referensi untuk mengetehui bentuk-bentuk kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memahami konsep pengukuran berdasarkan tahap-tahap kemampuan siswa dalam memahami konsep tersebut.
1.5
Pembatasan Masalah Supaya rumusan masalah yang diteliti tidak menjadi luas, maka masalah
dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1) peneliti hanya menganalisis pada tahap kemampuan mana siswa mengalami kesulitan pemahaman konsep besaran dan satuan, 2) peneliti hanya mendeskripsikan persentase tiap tahap kemampuan yang akan diteliti berdasarkan tes kepada siswa yang akan dilakukan.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) sifat dari penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif,
9
2) subjek penelitian ini yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1 Sale Rembang Tahun Pelajaran 2013/2014, 3) objek dalam penelitian ini adalah pengusaan konsep siswa pada materi pokok besaran dan satuan, 4) tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Sale Rembang, 5) waktu penelitian adalah dilaksanakan pada semester gasal Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.7
Penegasan Istilah Agar ruang permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan untuk
menghindari adanya perbedaan penafsiran dalam mengartikan judul penelitian, maka diperlukan adanya pembatasan istilah. Adapun penegasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.7.1
Analisis Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan
sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya, dan sebagainya. Dalam penelitian ini analisis yang dimaksud adalah mengetahui kesulitan pemahaman konsep yang dialami oleh siswa dalam memahami materi pelajaran Fisika (Poerwadarminta , 1961: 41). 1.7.2
Penguasaan Konsep Konsep adalah suatu idea tau gagasan yang digeneralisasikan dari
pengalaman yang relevan (Mariana & Praginda, 2009:22). Penguasaan konsep fisika dalam penelitian ini yaitu suatu kemampuan berfikir dalam ranah kognitif
10
yang menunjukkan hubungan sederhana antara fakta dan konsep-konsep fisika yang diberikan (Dalyono, 2007:229).
1.8
Sistematika Skripsi Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dirinci sebagai
berikut: (1) Bagian Awal Bagian ini berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. (2) Bagian Isi Bagian isi, terdiri dari: BAB 1 Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi. BAB 2 Tinjauan Pustaka Berisi tentang kajian teori dan jurnal yang mendukung penelitian ini, meliputi konsep tentang penulisan bahan ajar. Dalam bab ini dituliskan pula kerangka berpikir, serta hipotesis penelitian. BAB 3 Metode Penelitian Berisi tentang penentuan lokasi dan subjek penelitian, variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis data. BAB 4 Hasil dan Pembahasan
11
Memaparkan hasil penelitian meliputi persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tiap kategori penguasaan konsep besaran dan satuan, kesulitan yang paling dominan dialami oleh siswa, dan persentase siswa yang mengalami kesulitan
dalam
menyelesaikan
soal-soal
besaran
dan
satuan
serta
mendeskripsikannya. BAB 5 Penutup Berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya. (3) Bagian Akhir Berisi daftar pustaka dan lampiran.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENGERTIAN BELAJAR Belajar adalah proses untuk menjadi lebih baik. Belajar merupakan
kewajiban bagi setiap siswa dan dalam proses belajar akan meningkatkan kemampuan siswa. Pengetahuan dapat dimiliki apabila manusia mau belajar, karena dengan belajar manusia dapat mengetahui sesuatu yang belum diketahui atau dapat memperbaiki perbuatan-perbuatan dan tingkah laku yang salah menjadi lebih baik. Menurut Hamalik (2003: 27) bahwa “Belajar adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is definied as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”. Lebih lanjut Sardiman (2007: 33) mengemukakan bahwa “Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi suatu hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi terbiasa, otomatis.” Menurut Gagne, sebagaimana yang dikutip oleh Anni & Rifa‟i (2011: 82), belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa
12
13
belajar adalah proses perubahan perilaku dalam diri siswa yang ditimbulkan oleh adanya suatu latihan atau pengalaman belajar Fisika. Perubahan yang diperoleh adalah bagaimana siswa mampu memahami konsep Fisika, dalam hal ini adalah pada materi besaran dan satuan.
2.2
Kesulitan Belajar Kesulitan di dalam mempelajari ilmu pengetahuan bagi siswa merupakan
hal yang wajar. Kesulitan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbedabeda, begitu juga dengan tingkat kesulitan antara pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lain tidaklah sama. Umumnya siswa berpendapat bahwa pelajaran Fisika adalah tergolong pelajaran yang sulit untuk dipahami. Karena dalam pelajaran Fisika tidak cukup hanya menghafal rumus saja, tetapi ternyata diperlukan ketelatenan/ketekunan, keuletan dan rutin dalam mengerjakan latihan-latihan serta harus dapat mengaitkan antara rumus dengan persoalan yang dihadapi (ketika menjawab soal). Bila siswa sudah mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep yang terdahulu, siswa juga akan sulit untuk menguasai konsep yang selanjutnya. Seperti pendapat Ahmadi dan Supriyono(1991: 74) bahwa “Kesulitan belajar adalah kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi siswa pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan/ditugaskan oleh seorang guru.” Lebih lanjut Abdurrahman (2003:7) mengemukakan bahwa “Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar”. Dari pendapat
14
tersebut dapat diartikan bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan siswa dalam merespon suatu perubahan yang baru. Misalnya, tidak dapat menyelesaikan soalsoal yang membutuhkan rumus.
2.3
Pengertian Penguasaan Konsep Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa
karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Dalam penyusunan ilmu pengetahuan, diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep dasar yang dapat diuraikan terus menerus. Penguasaan konsep merupakan dasar dari pengusaan prinsip-prinsip teori artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Pengusaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya. Lebih lanjut menurut Sagala (2006:71) , konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga mengahasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Pendapat tersebut sejalan dengan Mariana & Praginda (2009:22) yang menyatakan bahwa konsep adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalam yang relevan.
15
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari konsep adalah sekumpulan ide yang saling berkaitan mengenai suatu fakta atau kejadian-kejadian tertentu. Sehingga dapat diartikan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan dari individu dalam menghubungkan fakta-fakta tersebut sehingga menjadi sekumpulan ide yang berkaitan tentang gejala ilmiah. Konsep, dalam pembelajaran fisika cukup banyak jumlahnya dan saling berkaitan antara konsep satu dengan yang lainnya. Sehingga dibutuhkan penguasaan konsep yang baik tentang suatu pokok bahasan sehingga dapat menguasai konsep untuk pokok bahasan yang lebih tinggi atau lebih kompleks. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:19) „Setiap konsep tidak berdiri, melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain. Semua konsep tersebut bersama-sama membentuk jaringan pengetahuan dalam kepala manusia‟. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan evaluasi. Evaluasi terhadap penguasaan konsep sangatlah penting untuk mengukur sejauh mana penguasaan konsep siswa terhadap suatu pokok bahasan. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak hanya mengahasilkan siswa-siswa yang hanya menghafal pokok bahasan, tetapi juga menguasai konsep dalam pokok bahasan tersebut. Evaluasi terhadap penguasaan konsep bisa dilakukan dengan menggunakan tes penguasaan konsep. Siswa dapat dikatakan menguasai suatu konsep pembelajaran apabila siswa tersebut dapat menjawab benar paling sedikit 75% dari tes yang diberikan. Tes tersebut mengandung 6 kategori ranah kognitif
16
seperti yang diungkapakan oleh Sagala (2008:33) yaitu: „Judul-judul utama bidang kognitif mencakup pengetahuan dan keterampilan dan kemampuan intelek, kemampuan menyatakan kembali pengetahuan dalam kata-kata baru, aplikasi (memahami sebaiknya untuk dapat mempergunakannya), analisa (memahami benar-benar untuk dapat memisahkan ke dalam bagian-bagian dan membuat hubungan antara ide-ide yang eksplisit), sintesa (kemampuan untuk menghasilkan suatu rencana operasi), evaluasi (mampu menilai materi-materi untuk tujuan tertentu), dan membuat (kemampuan untuk menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Krathwohl (2002:4) bahwa untuk menguasai konsep suatu materi harus menguasai 6 kategori proses kognitif dalam taksonomi Bloom yaitu: mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analize), mengevaluasi (evaluate), membuat (create). Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa penguasaan konsep siswa harus melalui kategori-kategori berikut: 1.
C1 yaitu mengingat (remember). Kemampuan siswa untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.
2.
C2 yaitu memahami (understand). Kemampuan siswa untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan sederhana diantara faktor-faktor atau konsep.
17
3.
C3 yaitu menerapkan (apply). Kemampuan siswa untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalih, gagasan, dan cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkan secara benar.
4.
C4 yaitu menganalisis (analize). Kemampuan siswa untuk menguraikan permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana hubungan saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut.
5.
C5 yaitu mengevaluasi (evaluate). Kemampuan siswa membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada.
6.
C6 yaitu membuat (create). Kemampuan siswa untuk menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Konsep yang dimaksud adalah bagaimana siswa mampu mengenal dan
mengingat kembali materi, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan dapat menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu kesatuan konsep-konsep dari materi-materi yang telah disampaikan oleh guru sebagai hasil dari proses belajar mengajar yang dilakukan. Karena hasil belajar menjadi tolak ukur dari keberhasilan suatu proses yang dilakukan dalam pembelajaran tentunya dalam hal ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
18
2.4
Bahan Ajar
2.4.1
Hubungan Besaran dan Satuan dalam Fisika Fisika merupakan cabang sains yang mempelajari materi dan energi.
Gejala alam seperti gerak . fluida, gelombang, bunyi cahaya, listrik dan magnet dikaji dalam fisika. Fisika mempelajari materi, energi, dan fenomena atau kejadian alam, baik yang bersifat makroskopis (berukuran besar, seperti gerak Bumi mengelilingi Matahari) maupun yang bersifat mikroskopis (berukuran kecil, seperti gerak elektron mengelilingi inti) yang berkaitan dengan perubahan zat atau energy. Fisika menjadi dasar berbagai pengembangan ilmu dan teknologi. Kaitan antara fisika dan disiplin ilmu lain membentuk disiplin ilmu yang baru, misalnya dengan ilmu astronomi membentuk ilmu astrofisika, dengan biologi membentuk biofisika, dengan ilmu kesehatan membentuk fisika medis, dengan ilmu bahan membentuk fisika material, dengan geologi membentuk geofisika, dan lain-lain. Dilihat dari hal tersebut maka dapat dsimpulkan bahwa fisika merupakan salah satu tulang punggung teknologi sehingga menguasai fisika dapat berarti menguasai teknologi. Saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan pengiriman ilmuan ke planet Mars. Diplanet yang paling dekat dengan bumi kita itu, mereka bertugas melakukan serangkaian pengukuran untuk meneliti kelayakan planet tersebut untuk tempat tinggal manusia. Kegiatan mengukur adalah ciri khas dari fisika dan merupakan salah satu kompetensi penting yang harus dicapai didalam pembelajaran fisika. Apakah “mengukur” itu?.
19
Pada dasarnya “mengukur” adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui dengan suatu standar. Agar hasil pengukuran dapat diterima oleh semua pihak, maka alat ukurnya harus memenuhi standar tertentu sehingga hasil pengukuran dapat dinyatakan dengan satuan yang sudah diterima secara luas. Standar itu tentunya harus mudah dibuat, mudah dimanfaatkan dan tidak berubah-ubah terhadap waktu. Harus ada kesepakatan di antara para pengguna (internasional) tentang bagaimana standar itu didefinisikan. Besaran dan satuan didalam fisika adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan yang saling menentukan. Kita tidak akan bisa mengatakan suatu besaran tanpa didampingi satuan. Sebagai contoh misalnya kita melakukan suatu pengukuran terhadap suatu besaran dengan menggunakan alat ukur tertentu, misalnya hasil pengukuran mencatat angka 25. Kemudian angka 25 ini kita informasikan kepada orang lain bahwa hasil pengukuran itu ada pada angka 25. Tentu saja yang diberitahu hasil pengukuran itu akan bertanya pada kita, dengan angka 25 itu apa yang telah diukur, pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa dengan menginformasikan angka 25 saja orang tidak akan mengerti apa yang kita ukur. Disinilah pentingnya besaran dan satuan harus berdampingan saling menjelaskan satu sama lain. Jika kita ingin menjelaskan apa yang kita ukur, maka dengan mencntumkan satuan orang akan bisa menjawab apa yang telah kita ukur . semisal 25 cm, atau 25 m, centimeter dan meter adalah salah satu satuan dalam fisika. Meski cukup sederhana namun akan mampu memberikan kejelasan pada siapapun tentang apa yang kita ukur. Jadi jelas sekali bagaimana peranan suatu satuan dalam suatu pengukuran yang
20
akan mampu menjelaskan kepada kita apa yang kita ukur. Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan bahwa satuan adalah sesuatu yang dapat menjelaskan apa yang kita ukur atau dalam bahas fisika adalah sesuatu yang dapat menyatakan arti fisis yang kita ukur. Kedudukan besaran dan satuan dalam fisika memiliki arti yang sangat penting, seluruh proses yang ada dalam fisika tidak lepas dari pengukuran yang sudah tentu ada besaran dan satuan di dalamnya, salah dalam mencantumkan satuan dari suatu hasil pengukuran berakibat fatal bagi apa yang kita harapkan dari proses pengukuran tersebut, boleh dikatakan dalam fisika besaran dan satuan yang memiliki kesesuaian pasangan tidak boleh dipisahkan, harus selalu berdampingan agar memberi manfaat yang baik dan benar bagi pembelajaran.
2.4.2
Peran Besaran dan Satuan dalam Pembelajaran Fisika Seperti yang telah kita ketahui di atas, kedudukan besaran dan satuan
sangatlah penting apabila kita mempelajari tentang fisika. Karena dalam mempelajari konsep-konsep fisika kita akan selalu dihadapkan dengan istilah pengukuran, besaran dan satuan. Seorang Fisikawan terkenal, Richard Feynman mengatakan bahwa kita dapat menyebutkan nama seekor burung dalam seluruh bahasa yang ada di dunia ini. Namun setelah itu, kita tidak akan pernah mengetahui apapun tentang burung itu. Lihat dan perhatikan apa yang dikerjakan burung tadi! Itulah yang membuat perbedaan. Mempelajari fisika juga bukan hanya sekedar mengetahui hukum dan fakta-fakta alam yang ada. Namun lebih
21
jauh lagi, kitapun harus menghidupi dan mempraktekkan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Fisika adalah ilmu yang senantiasa mencoba untuk dapat menjelaskan berbagai peristiwa alam dengan hukum alam yang bekerja. Dari peristiwa tersebut kita akan mengenal besaran-besaran fisik yang dibicarakan dan menjadi faktor pendukungnya. Besaran di dalam fisika merupakan suatu hal yang dapat kita ukur dan kita nyatakan dengan bilangan. Lebih jauh lagi, besaran-besaran tersebut juga memiliki satuan. Selain itu, setiap besaran fisika merupakan besaran skalar dan besaran vektor sehingga untuk mempelajarinya kita harus mempelajari terlebih dahulu masalah besaran dan satuan. Itulah mengapa bab pengukuran, besaran dan satuan diberikan pada awal tahun ajaran, karena semua yang berhubungan dengan fisika akan melakukan pengukuran, menghasilkan besaran yang memiliki satuan. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa fisika sangat erat kaitannya dengan besaran dan satuan. Setiap pembelajaran fisika, kita pasti akan menemukan besaran dan satuan sehingga untuk memahami konsep-konsep fisika, kita harus menguasai masalah besaran dan satuan. Selain itu, pembelajaran tentang besaran dan satuan juga bermanfaat untuk dapat membantu kita menentukan satuan dari suatu besaran, menguji rumus suatu besaran dan menentukan hubungan-hubungan antar suatu besaran dalam suatu rumus. Di bawah ini akan di berikan contoh dari manfaat-manfaat di atas. 1.
Menentukan satuan dari suatu besaran Contoh soal: Sebuah logam berbentuk kubus memiliki panjang sisi masingmasing 8 cm dan massa 12,8 kg. Berapakah massa jenis logam tersebut?
22
Jawab: dalam mengerjakan soal fisika, kebanyakan siswa tidak memberikan satuan di akhir jawaban karena tidak mengetahui satuan dari besaran yang dicari. Untuk mengetahui satuan dari besaran yang dicari kita perlu mengikutsertakan satuan dalam perhitungan tersebut. Diketahui: slogam = 8 cm = 0,08 meter. Mlogam= 12,8 kg. Ditanya:
ρ
= …?
Jawab:
2.
Menguji rumus suatu besaran Seringkali kita dibuat bingung dengan rumus periode dari suatu gelombang. Apakah
ataukah
. Tetapi itu akan menjadi mudah apabila kita
telah menguasai bab besaran satuan. Kita hanya perlu melihat apa yang diketahui dari soal dan satuannya. Contoh soal: Diketahui bahwa periode suatu gelombang adalah 0,5 sekon. Berapakah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk merambat apabila diketahui jumlah gelombangnya adalah 4? Diketahui :
T = 0,4 sekon. n = 4.
Ditanya:
t =….?
Jawab: untuk menguji kebenaran suatu rumus yang harus kita ketahui adalah ruas kanan harus sama dengan ruas kiri.
23
Mari kita coba satu persatu rumus dua rumus di atas:
t = 0,5 sekon . 4 t = 2 sekon. (rumus ini benar karena yang kita ketahui bahwa satuan dari waktu (t) adalah sekon.
t = 8/sekon (rumus ini tidak benar karena seperti yang kita ketahui bahwa satuan dari waktu adalah sekon bukan
3.
)
Menentukan hubungan-hubungan antar suatu besaran Contoh soal: Cepat rambat bunyi dalam gas bergantung kepada massa jenis dan tekanan gas. Tentukanlah bagaimana persamaan antara kecepatan rambat bunyi terhadap massa jenis dan tekanan gas! Jawab: Dari contoh soal dapat kita ketahui bahwa
24
jadi rumus untuk cepat rambat bunyi dalam gas adalah
2.4.3
Fisika dan Ruang Lingkupnya
2.4.3.1 Arti Fisika Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti alam. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam. Gejalagejala ini pada mulanya adalah apa yang dialami oleh indra kita, misalnya penglihatan menemukan optika atau cahaya, pendengaran menemukan pelajaran tentang bunyi, dan indra peraba yang dapat merasakan panas.
25
Mengapa perlu mempelajari Fisika? Fisika menjadi ilmu pengetahuan yang mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda, khususnya benda mati. Menurut sejarah, fisika adalah bidang ilmu yang tertua, karena dimulai dengan pengamatan-pengamatan dari gerakan benda-benda langit, bagaimana lintasannya, periodenya, usianya, dan lain-lain. Bidang ilmu ini telah dimulai berabad-abad yang lalu, dan berkembang pada zaman Galileo dan Newton. Galileo merumuskan hukum-hukum
mengenai benda yang jatuh,
sedangkan Newton mempelajari gerak pada umumnya, termasuk gerak planetplanet pada sistem tata surya. Pada zaman modern seperti sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung perkembangan
teknologi,
industri,
komunikasi,
termasuk
kerekayasaan
(engineering), kimia, biologi, kedokteran, dan lain-lain. Ilmu fisika dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai fenomena-fenomena yang menarik. Mengapa bumi dapat mengelilingi matahari? Bagaimana udara dapat menahan pesawat terbang yang berat? Mengapa langit tampak berwarna biru? mengapa laut berwarna biru? Mengapa burung tidak tersengat listrik saat hinggap pada rentangan kawat listrik bertegangan tinggi? Bagaimana siaran/tayangan TV dapat menjangkau tempattempat yang jauh? Mengapa sifat-sifat listrik sangat diperlukan dalam sistem komunikasi dan industri? Bagaimana peluru kendali dapat diarahkan ke sasaran yang letaknya sangat jauh, bahkan antarbenua? Dan akhirnya, bagaimana pesawat dapat mendarat di bulan? Ini semua dipelajari dalam berbagai bidang ilmu fisika.
26
Bidang fisika secara garis besar terbagi atas dua kelompok, yaitu fisika klasik dan fisika modern. Fisika klasik bersumber pada gejala-gejala yang ditangkap oleh indra. Fisika klasik meliputi mekanika, listrik magnet, panas, bunyi, optika, dan gelombang yang menjadi perbatasan antara fisika klasik dan fisika modern. Fisika modern berkembang mulai abad ke-20, sejak penemuan teori relativitas Einstein dan radioaktivitas oleh keluarga Curie.
2.4.3.2 Hubungan Fisika dan Ilmu Pengetahuan Lain Tujuan mempelajari ilmu fisika adalah agar kita dapat mengetahui bagianbagian dasar dari benda dan mengerti interaksi antara benda-benda, serta mampu menjelaskan mengenai fenomena-fenomena alam yang terjadi. Walaupun fisika terbagi atas beberapa bidang, hukum fisika berlaku universal. Tinjauan suatu fenomena dari bidang fisika tertentu akan memperoleh hasil yang sama jika ditinjau dari bidang fisika lain. Selain itu konsep-konsep dasar fisika tidak saja mendukung perkembangan fisika sendiri, tetapi juga perkembangan ilmu lain dan teknologi. Ilmu fisika menunjang riset murni maupun terapan. Ahli-ahli geologi dalam risetnya menggunakan metode-metode gravimetri, akustik, listrik, dan mekanika. Peralatan modern di rumah sakit-rumah sakit menerapkan ilmu fisika. Ahli-ahli astronomi memerlukan optik spektografi dan teknik radio. Demikian juga ahli-ahli meteorologi (ilmu cuaca), oseanologi (ilmu kelautan), dan seismologi memerlukan ilmu fisika.
27
Teknologi adalah seni meningkatkan nilai tambah suatu benda. Peningkatan nilai tambah ini, sering memanfaatkan produk-produk fisika, baik itu hukum, konsep, maupun teori. Oleh karena itu, semakin akrab anda dengan fisika, semakin besar peluang anda untuk bisa mengetahui rahasia- rahasia dibalik alatalat berteknologi canggih tersebut. Lebih dari itu, besar pula peluang anda untuk bisa meningkatkan nilai tambah suatu benda karena ilmu fisika dan teknologi merupakan dua hal yang saling berhubungan. Teknologi tidak akan bisa berkembang tanpa adanya ilmu fisika, dan sebaliknya ilmu fisika membutuhkan teknologi untuk menyediakan fasilitas dan peralatan penelitian yang tepat, contohnya mesin uap tidak akan ditemukan tanpa adanya penelitian di bidang ilmu fisika, di lain pihak keberhasilan pembuatan mesin uap ini mendorong penelitian lebih lanjut dalam bidang ilmu murni yang berkaitan dengan teori panas dan termodinamika. Dua puluh lima tahun pertama dari abad ke dua puluh ini ditandai oleh penelitian di bidang mekanika kwantum yang sangat berpengaruh terhadap struktur suatu atom. Studi mengenai hubungan antara elektron dan atom tersebut merupakan dasar bagi industry elektronika pada saat ini. Setelah diketahui bahwa struktur molekul sangat ditentukan oleh sifat mekanika kwantum dari atom dan molekulnya, maka prinsip dasar dari logam, kristal, dan material sejenis dengan mudah dapat dijelaskan. Kemajuan di bidang fisika dan mekanika kwantum ini mendorong timbulnya industry kimia untuk mengembangkan jenis material baru dan mendorong kepada penemu transistor, semikonduktor, dan IC yang merupakan awal dari industri komputer saat ini. 2.4.3.3 Pengukuran
28
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis yang dijadikan acuan. Misalnya mengukur panjang tongkat dengan mistar, yang dibandingkan adalah panjang tongkat dengan mistar dan yang dijadikan acuan adalah mistar. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Mengukur panjang tongkat dengan mistar, mengukur waktu dengan stopwatch merupakan pengukuran secara langsung. Kebanyakan pengukuran dalam fisika menggunakan pengukuran secara tidak langsung. Contoh : 1)
mengukur massa dilakukan dengan cara mengukur perubahan panjang pegas pada dynamometer,
2)
mengukur temperatur dilakukan dengan mengukur perubahan volume air raksa atau alkohol pada termometer,
3)
mengukur laju aliran cairan dilakukan dengan mengukur beda tekanan di dua tempat pada venturimeter. Pengukuran yang baik adalah pengukuran yang tepat (akurat) dan teliti.
Ketepatan dan ketelitian yang tinggi hanya dapat diperoleh melalui pengukuran dengan alat ukur yang tepat dan pengamatan yang cermat. Contohnya : mengukur tebal kertas menggunakan jangka sorong, maka alat ukur yang digunakan tidak tepat. Hasil pengukuran tidak ada yang benar-benar tepat. Sekecil apapun pasti mengandung kesalahan. Sebab-sebab kesalahan pengukuran dapat dibedakan menjadi kesalahan acak dan kesalahan sistematis. Kesalahan acak adalah kesalahan yang sebab dan terjadinya tidak dapat diprediksi. Kesalahan acak dapat dikurangi dengan mengulang-ulang pengukuran.
29
Kesalahan sistematis dapat terjadi terus-menerus sepanjang alat ukur dan orang yang mengukur sama. Contoh : meteran seorang penjahit setiap kali dipakai akan ditarik-tarik. Lambat laun panjang bertambah sehingga penunjukkan skalanya menyimpang. Semakin lama dipakai, pengukuran panjang oleh penjahit makin menyimpang dan makin tidak tepat. Dapat dikatakan pengukuran tepat jika kesalahan sistematiknya relative kecil. Sumber kesalahan sistematik dapat dibedakan menjadi tiga macam. a.
Kesalahan alami, yaitu yang timbul karena faktor alam seperti pembiasan cahaya, pemuaian benda karena panas, pengaruh kelembaban dan tekanan udara yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan alat ukur.
b.
Kesalahan alat, yaitu pengaruh ketidaksempurnaan alat. Misalnya kesalahan kalibrasi, kesalahan letak titik nol,dll.
c.
Kesalahan perorangan yang bergantung pada keterbatasan jasmani seperti pendengaran dan penglihatan dan juga kebiasaan pengamat membaca yang salah. Kesalahan akibat cara pembacaan yang salah disebut kesalahan paralaks.
2.4.4
Besaran Pokok dan Satuan Standar Fisika adalah ilmu yang senantiasa mencoba untuk dapat menjelaskan
berbagai peristiwa alam dengan hukum alam yang bekerja. Dari peristiwa tersebut kita akan mengenal besaran-besaran fisika yang dibicarakan dan menjadi faktor pendukungnya. Besaran di dalam fisika merupakan suatu hal yang dapat kita ukur dan kita nyatakan dengan bilangan. Ketika kita mengukur suatu besaran, kita selalu membandingkannya terhadap suatu acuan standar. Standar tersebut
30
didefinisikan sebagai satuan (unit) besaran. Untuk membuat pengukuran handal, kita memerlukan satuan pengukuran yang tidak berubah dan dapat diduplikasi oleh pengamat di berbagai lokasi. Sistem satuan yang digunakan oleh para ilmuwan dan insinyur di seluruh dunia disebut sebagai Sistem Internasional (Young dan Freedman, 2002:3-4). Saat bepergian pasti kita akan melihat papan penunjuk jalan seperti gambar di bawah :
Gambar 2.1 Papan Penunjuk Jalan Tampak tertulis di papan tersebut jarak gerbang tol Suramadu dari papan penunjuk jalan adalah 500 m. Angka 500 menunjukkan nilai besaran yang diukur sedangkan m yang ditulis setelah angka 500, artinya meter, menunjukkan satuan. Jarak, lebar, tinggi, kedalaman, jari-jari termasuk besaran panjang. Besaran dan satuan tersebut atau yang akan kita bahas disini adalah besaran dan satuan yang berlaku di Indonesia mengikuti Sistem Internasional atau yang dikenal dengan singkatan SI. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai besaran dan satuan, akan lebih baik apabila kita membahas mengapa Sistem Internasional diperlukan di Negara kita? Atau mengapa Indonesia menggunakan Sistem Internasional untuk mengatur standar besaran dan satuan yang di pakai di Indonesia?
31
Sistem
Internasional
biasa
disingkat
SI
sudah
mencakup
luas
penggunaanya di Negara-negara seluruh dunia. Indonesia menggunakan Sistem Internasional agar besaran dan satuan yang digunakan di Negara kita memiliki standarisasi yang bersifat Universal dan berlaku dalam waktu, kondisi, dan tempat dimanapun, karena seperti yang dijelaskan di atas bahwa sistem Internasional sudah digunakan di banyak Negara di seluruh dunia. Satuan Sistem internasional berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta hubungan perdagangan dalam negri atau antar negara. Dapatkah kamu membayangkan apa yang terjadi bila di pasar tradisional tidak memiliki satu kilogram standar? Oleh karena itu pemerintah menetapkan peraturan menagtur semua itu dalam PP No 10 Tahun 1987 dan UU No 2 Tahun 1981. Seperti dalam kalimat yang tercantum dalam UU No 2 Tahun 1981 yaitu “ Menimbang : bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya; …..”. kita mengetahui bahwa pemerintah sudah menetapkan hal tersebut untuk memudahkan rakyatnya agar lebih mudah dalam menentukan standar yang digunakan untuk mengukur sesuatu. Dalam perdagangan pemerintah juga telah menetapkan standar alat ukur seperti alat ukur takar, timbang dan perlengkapannya dalam PP No 10 Tahun 1987 untuk memudahkan warganya. Dapatkah anda membayangkan apa yang terjadi apabila pemerintah tidak mengatur hal tersebut? Pedagang akan memiliki standar alat ukur yang berbeda-beda sehingga akan menimbulkan masalah serta perdagangan antar negara akan terganggu karena standar yang di
32
pakai Indonesia berbeda dengan yang dipakai di luar negri. Dari sini kita tahu bahwa Sistem Internasional sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat.
2.4.4.1 Besaran Pokok Di dalam fisika masih banyak besaran-besaran lain yang umurnya dapat diperoleh dari pengukuran. Secara umum besaran dibedakan menjadi besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan atau ditetapkan terlebih dahulu, yang berdiri sendiri, dan tidak tergantung pada besaran lain. Para ahli merumuskan tujuh macam besaran pokok, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Besaran Pokok dan Satuannya Besaran Pokok
Simbol Besaran
Satuan
Simbol Satuan
Panjang
L
Meter
m
Massa
M
Kilogram
kg
Waktu
T
Sekon
s
Kuat Arus
I
ampere
A
Suhu
T
Kelvin
K
Jumlah Zat
N
mole
Intensitas Cahaya
Iv
kandela
mol cd
2.4.4.2 Satuan Dasar Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran. Sebuah besaran tidak hanya memiliki satu satuan saja, contohnya adalah besaran panjang dan massa. Besaran panjang ada yang menggunakan satuan inci, kaki, mil, dan sebagainya. Untuk massa dapat menggunakan satuan
33
ton, kilogram, gram, dan sebagainya. Adanya berbagai macam satuan untuk besaran yang sama akan menimbulkan kesulitan. Kalian harus melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk memecahkan persoalan yang ada. Dengan adanya kesulitan tersebut, para ahli sepakat untuk menggunakan satu sistem satuan, yaitu menggunakan satuan standar Sistem Internasional, disebut Systeme International d’Unites (SI) seperti yang telah dijelaskan di awal. Satuan Sistem Internasional adalah satuan yang diakui penggunaannya secara internasional serta memiliki standar yang sudah baku. Satuan ini dibuat untuk menghindari kesalahpahaman yang timbul dalam bidang ilmiah karena adanya perbedaan satuan yang digunakan. Pada awalnya, Sistem Internasional disebut sebagai Meter-Kilogram-Second (MKS). Selanjutnya pada konferensi berat dan pengukuran tahun 1948, tiga satuan yaitu newton (N), joule (J), dan watt (W) ditambahkan ke dalam SI. Akan tetapi, pada tahun 1960, tujuh Satuan Internasional dari besaran pokok telah ditetapkan yaitu meter, kilogram, sekon, ampere, kelvin, mol, dan kandela. Sistem MKS menggantikan sistem metrik, yaitu suatu sistem satuan desimal yang mengacu pada meter, gram yang didefinisikan sebagai massa satu sentimeter kubik air, dan detik. Sistem itu juga disebut sistem Centimeter – Gram – Second (CGS). Satuan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu satuan tidak baku dan satuan baku. Standar satuan tidak baku tidak sama di setiap tempat, misalnya jengkal dan hasta. Sementara itu, standar satuan baku telah ditetapkan sama di setiap tempat. Standar satuan ialah suatu ukuran yang sah dipakai sebagai dasar pembanding ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 1).
34
a. Satuan Dasar Besaran Panjang Satuan dasar besaran panjang berdasarkan SI dinyatakan dalam meter (m) ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2). Ketika sistem metrik diperkenalkan, satuan meter diusulkan setara dengan sepersepuluh juta kali seperempat garis bujur bumi yang melalui
kota
Paris.
Tetapi,
penyelidikan
awal
geodesik
menunjukkan
ketidakpastian standar ini, sehingga batang platina-iridium yang asli dibuat dan disimpan di Sevres dekat Paris, Prancis. Jadi, para ahli menilai bahwa meter standar itu kurang teliti karena mudah berubah. Para ahli menetapkan lagi patokan panjang yang nilainya selalu konstan. Pada tahun 1960 ditetapkan bahwa satu meter adalah panjang yang sama dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom-atom gas kripton-86 dalam ruang hampa pada suatu loncatan listrik. Definisi baru menyatakan bahwa satuan panjang SI adalah panjang lintasan yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa selama selang waktu
sekon.
Angka yang sangat besar atau sangat kecil oleh ilmuwan digambarkan menggunakan awalan dengan suatu satuan untuk menyingkat perkalian atau pembagian dari suatu satuan. Singkatan sistem metriksnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Singkatan Sistem Metriks Satuan Nama
Lambang Satuan
Orde
Konversi Satuan
yotta
Y
1024
zetta
Z
10
21
1000000000000000000000
eksa
E
1018
1000000000000000000
1000000000000000000000000
35
peta
P
1015
1000000000000000
tera
T
1012
1000000000000
giga
G
109
1000000000
mega
M
106
1000000
kilo
k
103
1000
mili
m
10-3
0,001
mikro
µ
10
-6
0,000001
nano
n
10-9
0,000000001
piko
p
10-12
0,000000000001
femto
f
10-15
0,000000000000001
atto
a
10-18
0,000000000000000001
zepto
z
10
-21
0,000000000000000000001
yocto
y
10-24
0,000000000000000000000001
b. Satuan Dasar Besaran Massa Satuan Dasar besaran untuk massa menurut SI adalah kilogram (kg) ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2). Satu kilogram standar adalah massa sebuah silinder logam yang terbuat dari platina iridium yang disimpan di Sevres, Prancis. Silinder platina iridium memiliki diameter 3,9 cm dan tinggi 3,9 cm. Massa 1 kilogram standar mendekati massa 1 liter air murni pada suhu 4 0C. Seperseribu (0,001) bagian dari kilogram adalah gram yang dinyatakan dengan lambang satuan g. Kelipatan-kelipatan dan bagian-bagian desimal dari kilogram, jika tidak dinyatakan dengan sebuah bilangan di depan satuan atau lambang dari satuan kilogram ini, maka harus dinyatakan dalam satuan gram. c. Satuan Dasar Besaran Waktu
36
Satuan dasar besaran waktu menurut SI adalah sekon (s) ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2). Mula-mula ditetapkan bahwa satu sekon sama dengan 86.400 ratarata gerak semu matahari mengelilingi Bumi. Dalam pengamatan astronomi, waktu ini ternyata kurang tepat akibat adanya pergeseran, sehingga tidak dapat digunakan sebagai patokan. Selanjutnya, pada tahun 1956 ditetapkan bahwa satu sekon adalah waktu yang dibutuhkan atom cesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali d. Satuan Dasar Besaran Arus Listrik Satuan dasar besaran arus listrik menurut SI adalah amper (A) ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2). Satu ampere didefinisikan sebagai arus tetap, yang dipertahankan untuk tetap mengalir pada dua batang penghantar sejajar dengan panjang tak terhingga, dengan luas penampang yang dapat diabaikan dan terpisahkan sejauh satu meter dalam vakum, yang akan menghasilkan gaya antara kedua batang penghantar sebesar 2 × 10–7 Nm–1.
e. Satuan Dasar Besaran Suhu Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Satuan dasar besaran suhu menurut SI adalah kelvin (K) ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2), yang didefinisikan sebagai satuan suhu mutlak dalam termodinamika yang besarnya sama dengan dari suhu titik tripel air. Titik tripel menyatakan temperatur dan tekanan saat
terdapat keseimbangan antara uap, cair, dan padat suatu bahan. Titik tripel air
37
adalah 273,16 K dan 611,2 Pa. Jika dibandingkan dengan skala termometer Celsius, dinyatakan sebagai berikut: T = 273,16o + tc dengan: T = suhu mutlak, dalam kelvin (K) tc = suhu, dalam derajat celsius (oC) Jadi derajat Celcius dari skala suhu dalam pemakaian secara umum yang titik nolnya sama dengan 273,15 K adalah sama dengan derajat kelvin. f. Satuan Dasar Besaran Intensitas Cahaya Intensitas cahaya dalam SI mempunyai satuan kandela (cd) ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2), yang besarnya sama dengan intensitas sebuah sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik dengan frekuensi 540 × 1012 Hz dan memiliki intensitas pancaran
watt per steradian pada arah tertentu.
g. Satuan Standar Jumlah Zat Satuan SI untuk jumlah zat adalah mole (mol) ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2). Satu mol setara dengan jumlah zat yang mengandung partikel elementer sebanyak jumlah atom di dalam 1,2 10-2 kg karbon-12. 1 mol zat terdiri atas 6,025.10^23 buah partikel. Nilai ini kemudian disebut sebagai Bilangan Avogadro. Menurut perjanjian International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) :
38
N = 6,02.10^23. Partikel elementer merupakan unsur fundamental yang membentuk materi di alam semesta. Partikel ini dapat berupa atom, molekul, elektron, dan lain-lain. 2.4.4.3 Satuan Tidak Standar dan Konversi Satuan Televisi di rumah berukuran 14 inci. Truk itu mengangkut 500 ton beras. Inci dan ton merupakan contoh satuan tidak standar masing-masing untuk besaran panjang dan besaran massa. Satuan tidak standar seperti ini perlu dikonversi ke satuan standar sehingga satuannya konsisten. Konversi satuan dilakukan dengan menyisipkan faktor konversi yang cocok yang membuat satuan lain ditiadakan, kecuali satuan yang kita kehendaki. Faktor konversi merupakan perbandingan dua satuan besaran sehingga sama dengan satu. Sebelum menyelesaikan soal fisika, lazimnya kita harus mengkonversi satuan dulu. Mengkonversi artinya mengubah. Jadi, mengkonversi satuan artinya mengubah satuan. Misalnya dari kilometer ke meter atau dari jam ke detik. Meski kelihatannya sepele, namun bila kita tidak memperhatikannya dengan sungguhsungguh hal yang sepele itu bisa menjadi boomerang. Atas dasar ini pandai mengkonversi satuan merupakan suatu keharusan. Berikut ini beberapa contoh konversi satuan untuk besaran panjang, massa, dan waktu.
2.4.5
Besaran Turunan Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan atau didefinisikan
dari besaran pokok. Satuan besaran turunan disesuaikan dengan satuan pokoknya. Salah satu contoh besaran turunan adalah luas, karena luas merupakan hasil kali
39
dua besaran panjang. Oleh karena itu, luas merupakan turunan dari besaran panjang. Luas
= panjang x lebar = besaran panjang x besaran panjang
Satuan luas
= meter x meter = meter persegi (m2)
Besaran turunan yang lain misalnya volume yang merupakan hasil kali tiga besaran panjang, massa jenis yang merupakan hasil kali massa dan volume. Jadi massa jenis merupakan turunan dari besaran pokok massa dan panjang, untuk lebih lengkap dapat kita lihat pada tabel 2.3.
Besaran Turunan
Tabel 2.3 Besaran turunan dan satuannya. Satuan Dalam Satuan Nama Satuan
Simbol
Dasar
Luas
meter persegi
m2
m2
Volume
meter kubik
m3
m3
Kecepatan
meter per sekon
m/s
m/s
kilogram per meter kg/m
3
kg/m3
Massa jenis
kubik
Gaya
Newton
N
kg.m/s2
Energy dan usaha
joule
J
kg.m2/s2
Daya
Watt
W
kg.m2/s3
Tekanan
Pascal
Pa
kg/(m.s2)
Frekuensi
Hertz
Hz
s-1
Muatan listrik
Coulomb
C
A.s
Potensial listrik
Volt
V
kg.m2/(A.s3)
Hambatan listrik
Ohm
Ω
kg.m2/(A2.s3)
40
Kapasistansi
Farad
F
A2.s4/kg.m2
Medan magnetic
Tesla
T
kg/(A.s2)
Fluks magnetic
Weber
Wb
kg.m2/(A.s2)
Induktansi
Henry
H
kg.m2/(A2.s2)
2.4.6
Dimensi Besaran Pokok Dan Besaran Turunan Dimensi adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan simbol
(lambang) besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok. Apapun jenis satuan besaran yang digunakan tidak memengaruhi dimensi besaran tersebut, misalnya satuan panjang dapat dinyatakan dalam m, cm, km, atau ft, keempat satuan itu mempunyai dimensi yang sama, yaitu L. Di dalam mekanika, besaran pokok panjang, massa, dan waktu merupakan besaran yang berdiri bebas satu sama lain, sehingga dapat berperan sebagai dimensi. Dimensi besaran panjang dinyatakan dalam L, besaran massa dalam M, dan besaran waktu dalam T. Persamaan yang dibentuk oleh besaran-besaran pokok tersebut haruslah konsisten secara dimensional, yaitu kedua dimensi pada kedua ruas harus sama. Dimensi suatu besaran yang dinyatakan dengan lambang huruf tertentu, biasanya diberi tanda [ ]. Tabel 2.4 menunjukkan lambang dimensi besaran-besaran pokok. Tabel 2.4 Lambang Dimensi Besaran Pokok Besaran Pokok
Satuan
Lambang Dimensi
Panjang
meter (m)
[L]
Massa
kilogram (kg)
[M]
Waktu
sekon (s)
[T]
41
Kuat arus listrik
ampere (A)
[I]
Suhu
kelvin (K)
[θ]
Jumlah zat
mole (mol)
[N]
Intensitas cahaya
candela (cd)
[J]
Dimensi dari besaran turunan dapat disusun dari dimensi besaran-besaran pokok seperti tabel 2.5 di bawah ini yang menunjukkan berbagai dimensi besaran turunan. Tabel 2.5 Dimensi Besaran Turunan Besaran turunan
Analisis
Luas
[panjang] x [panjang]
Volume
[panjang]
x
[panjang]
Dimensi [L2] x
[L3]
[panjang] Kecepatan
[L][T]-1
Percepatan
[L][T]-2
Massa jenis
[M][L]-3
Gaya
[massa] x [percepatan]
[M][L]-1[T]-2
Tekanan
Usaha
[M][L][T]-2
[gaya] x [panjang]
Daya
2.4.6.1 Analisis Dimensi
[M][L]2[T]-2 [M][L]2[T]-3
42
Setiap satuan turunan dalam fisika dapat diuraikan atas faktor-faktor yang didasarkan pada besaran-besaran massa, panjang, dan waktu, serta besaran pokok yang lain. Salah satu manfaat dari konsep dimensi adalah untuk menganalisis atau menjabarkan benar atau salahnya suatu persamaan. Metode penjabaran dimensi atau analisis dimensi menggunakan aturanaturan: a. dimensi ruas kanan = dimensi ruas kiri, b. setiap suku berdimensi sama. Sebagai contoh, untuk menganalisis kebenaran dari dimensi jarak tempuh dapat dilihat persamaan berikut ini. Jarak tempuh = kecepatan waktu s=vt
Dari Tabel 1.5 tentang dimensi beberapa besaran turunan dapat diperoleh: - dimensi jarak tempuh = dimensi panjang = [ L] - dimensi kecepatan = [ L][ T ]-1 - dimensi waktu = [T] Maka dimensi jarak tempuh dari rumus s = v t adalah [ jarak tempuh] = [ kecepatan] × [waktu] [ L] = [L][ T ]-1 × [ T ] [ L] = [L]
43
Dimensi besaran pada kedua ruas persamaan sama,maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan persamaan tersebut benar. Akan tetapi, bila dimensi besaran pada kedua ruas tidak sama, maka dapat dipastikan persaman tersebut salah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari analisis dimensi, adalah: a. Untuk mengetahui apakah persamaan atau rumus benar. Contoh : rumus jarak tempuh
, dengan S sebagai jarak tempuh, a
merupakan percepatan dan t adalah waktu. Rumus tersebut benar jika dimensi ruas kanan sama dengan dimensi ruas kiri. Perhatikan tabel 1.4 dan tabel 1.5 di atas dan uraian di bawah ini. memiliki dimensi
(angka tetapan ½ tidak berdimensi)
L=L Kesimpulan rumus
(ruas kanan sama dengan ruas kiri)
benar secara dimensional.
Contoh lainnya yaitu: Misalnya, manakah hubungan yang benar:
atau
dengan x
menyatakan jarak, a menyatakan besarnya percepatan dan t waktu. Jawab: Diketahui bahwa jarak merupakan besaran panjang memiliki dimensi [L], percepatan memiliki dimensi [L][T-2], sedangkan dimensi waktu adalah [T], sehingga:
44
ternyata x memiliki dimensi [L], dan at memiliki dimensi
[L][T-1], berarti secara dimensional persamaan x = at tidak benar. Sedangkan,
ternyata x dan at2 memiliki dimensi sama, yaitu [L], berarti secara dimensional persamaan x = at2 adalah benar. b. Untuk menemukan persamaan atau rumus. Contoh 1. Suatu fungsi
, dengan A adalah s-1 , B adalah m, C adalah N dan D
adalah m2. Maka carilah dimensi dari E? Jawab:
45
2. Gaya angkat suatu pesawat di nyatakan oleh F ( v, ρ, A). Jika v adalah kecepatan, ρ adalah massa jenis udara, dan A adalah luas penampang pesawat maka fungsi dari F adalah? Jawab: F=[M][L][T]-2 v= [L][T]-1 ρ=[M][L]-3 A=[L]2 Misalkah fungsi dari F dapat dinyatakan sebagai berikut: F= k ρa vb Ac F= ρa vb Ac [M][L][T]-2= [[M][L]-3]a] [[L][T]-1]b] [[L]2]c] [M][L][T]-2= [M]a[L]-3a[L]b[T]-b[L]2c [M][L][T]-2=[M]a[L]-3a+b+2c[T]-b
46
[M] = [M]a a = 1 [T]-2 = [T]-b b = 2 [L] = [L]-3a+b+2c c = 1 Dari uraian diatas maka didapatkan fungsi dari F adalah F = ρ A v2. 2.4.7
Besaran Vektor Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah. Besaran
yang termasuk besaran vektor antara lain perpindahan, gaya, kecepatan, percepatan, dan lain-lain. Sebuah vektor digambarkan sebagai sebuah ruas garis berarah yang mempunyai titik tangkap (titik pangkal) sebagai tempat permulaan vektor itu bekerja. Panjang garis menunjukkan nilai vektor dan arah panah menunjukkan arah vektor itu bekerja. Garis yang melalui vektor tersebut dinamakan garis kerja. Penulisan sebuah simbol besaran vektor dengan menggunakan huruf tegak dicetak tebal, misalnya vektor A ditulis A. Selain itu, dapat pula dinyatakan dengan huruf miring dengan tanda panah di atasnya, misalnya vektor A ditulis .
Besar (nilai) vektor A dinyatakan
atau untuk lebih sederhana A.
2.4.7.1 Perpaduan Vektor a. Penjumlahan vektor Penjumlahan vektor dapat dilakukan secara grafis dengan metode jajaran genjang atau metode poligon (segitiga). Metode jajaran genjang dilakukan dengan cara menyatukan pangkal vektor pertama dengan pangkal vektor kedua sehingga
47
kedua vektor tersebut membentuk sisi-sisi sebuah jajaran genjang. Hasil penjumlahan (resultan) kedua vektor tersebut adalah vektor sepanjang diagonal jajaran genjang yang ditarik dari pertemuan titik pangkal kedua vektor sampai ke titik pertemuan kedua ujung berpanahnya seperti terlihat pada gambar 2.2.
+
=
Gambar 2.2 Penjumlahan metode jajaran genjang Penjumlahan vektor dapat dilakukan dengan metode poligon. Dalam hal ini, titik pangkal vektor kedua diletakkan pada ujung berpanah vektor pertama. Vektor resultannya adalah sepanjang garis yang ditarik dari titik pangkal vektor pertama sampai ujung berpanah vektor kedua. Titik pangkal vektor resultan berimpit dengan ujung berpanah vektor kedua (gambar 2.3 ).
+
=
Gambar 2.3 Penjumlahan metode poligon Dalam banyak hal, metode poligon ini lebih praktis terutama untuk penjumlahan lebih dari dua vektor. Prinsipnya, letakkan titik pangkal vektor kedua pada ujung berpanah vektor pertama, letakkan lagi titik pangkal vektor ketiga pada ujung berpanah vektor kedua, dan seterusnya. Vektor resultannya adalah sepanjang garis yang ditarik dari titik pangkal pertama sampai ke ujung berpanah vektor terakhir seperti terlihat pada gambar 2.4.
48
+
+
=
Gambar 2.4 Penjumlahan tiga vektor dalam metode poligon Penjumlahan vektor sering digunakan di dalam mempelajari fisika misalnya pada bahasan gerak, dinamika ( Hukum Newton), dan lain sebagainya. Hasil penjumlahan vektor (resultan) selain bergantung pada besar vektor yang dijumlahkan juga bergantung pada arah-arahnya. Tinjau vektor
dan
yang satu
sama lain membentuk sudut θ. Dengan metode jajaran genjang vektor resultannya seperti ditunjukkan pada gambar 2.5 , namun tentu kalian masih belum tahu besar dan arah vektor resultannya yang dinyatakan dengan
α
θ
α
dan .
+b
Gambar 2.5 Penjumlahan dua buah vektor Jika sudut antara
dan
adalah θ, maka besar resultannya (panjang
dapat dihitung dengan aturan cosinus sebagai berikut:
)
49
adalah diagonal panjang jajaran genjang, jika α lancip. Sementara itu, α adalah
sudut terkecil yang dibentuk oleh
dan .
Sebuah vektor mempunyai besar dan arah. Jadi setelah mengetahui besarnya, kita perlu menentukan arah dan resultan vektor tersebut. Arah
ditentukan oleh sudut antara
dan
atau
sudut θ merupakan sudut yang dibentuk
aturan sinus pada segitiga yang dibentuk
Sehingga :
dapat
dan . pada gambar 5.4. Misalnya,
dan
dan
, maka dengan menggunakan
akan diperoleh:
50
Dengan menggunakan persamaan tersebut besar sudut θ dapat diketahui. b. Pengurangan Vektor Pengurangan vektor prinsipnya sama dengan penjumlahan vektor, tetapi dalam hal ini salah satu vektor mempunyai arah yang berlawanan. Misalnya vektor
dan , jika dikurangkan maka akan terlihat seperti gambar 2.6.
α 1.
Gambar 2.6 pengurangan vektor
Dimana,
adalah vektor yang sama dengan , tetapi berlawanan arah.
Dan untuk mencari
2.4.7.2 Penguraian Vektor Secara Analitik
51
Untuk keperluan perhitungan tertentu, kadang-kadang sebuah vektor yang terletak dalam bidang koordinat sumbu x dan sumbu y harus diuraikan menjadi kompoen-komponen yang saling tegak lurus (sumbu x dan sumbu y). Komponen ini merupakan nilai efektif dalam suatu arah yang diberikan. Cara menguraikan vektor
seperti ini disebut analisis. Misalnya, vektor A membentuk sudut α
terhadap sumbu x positif, maka komponen vektornya adalah:
Besar nilai vektor A dapat diketahui dari persamaan:
Sementara itu, arah vektor ditentukan dengan persamaan: Y
α
Gambar 2.7 Penguraian 2.4.7.3 Perkalian Vektor Vektor Ada tiga macam perkalian vektor yaitu: -
Perkalian vektor dengan skalar menghasilkan vektor.
X
52
-
Perkalian vektor (dot product) antara dua vektor menghasilkan skalar.
-
Perkalian vektor (cross product) antara dua vektor menghasilkan vektor.
1) Perkalian Vektor dengan Skalar Perkalian skalar m dengan vektor
merupakan vektor yang arahnya sama dengan
menghasilkan
jika m positif dan berlawanan
arah jika m negatif. Besarnya (panjang) m kali . Pembagian
sama dengan mengalikan
. Vektor
dengan skalar n
dengan 1/n. perhatikan gambar berikut:
1/2
Gambar 2.8 Perkalian vektor dengan skalar 2) Perkalian Titik (Dot product) antara Dua Vektor Jika A dan B saling membentuk sudut θ, maka perkalian didefinisikan sebagai
Dalam hal ini A dan B adalah besar A dan besar B. Hasil perkalian titik adalah skalar, salah satu contohnya adalah usaha. Jika sebuah balok ditarik dengan gaya F = 50 N yang membentuk sudut 600 terhadap perpindahan, sehingga balok bergeser sejauh S = 4 m, berapa usaha yang dilakukan?
53
4m Gambar 2.9 Perkalian titik antara dua vector 3) Perkalian Silang (Cross product) antara Dua Vektor Jika C adalah hasil perkalian silang vektor membentuk sudut θ), maka perkalian
dan
(yang saling
didefinisikan sebagai
dimana
Dalam hal ini A dan B adalah besar
dan besar
hasil perkalian silang adalah
vektor, yang arahnya dapat ditentukan seperti gambar 2.10
θ
Gambar 2.10 Perkalian silang antara dua vektor
54
2.4.7.4 Vektor Satuan Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang satu satuan panjang. Tujuannya hanya untuk menunjukkan arah di dalam ruang saja. Pada sistem koordinat kartesius, vektor satuan dalam arah sumbu x, y, dan z masingmasing diberi simbol , , dan . misalkan vektor
vektor di (0, 0, 0) maka ujung vektor
dan pangkal
terletak pada koordinat (a, b, c), besar
(panjang) (resultan) dapat ditentukan.
z
y
x Gambar 2.11 Vektor satuan
Operasi perpaduan dan perkalian vektor dijelaskan sebagai berikut. Misalkan : dan
55
maka 1) 2) 3) 4)
Contoh: Jika
Tentukan a)
b)
c) Penyelesaian a)
+
56
b)
c)
2.4.8
Alat Ukur Alat-alat ukur panjang yang dipakai untuk mengukur panjang suatu benda
antara lain mistar, rollmeter, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. 2.4.8.1 Alat Ukur Panjang 1) Mistar (penggaris) Mistar/penggaris berskala terkecil 1 mm
mempunyai
Ketelitian
ketelitian
pengukuran
0,5
mm.
menggunakan
mistar/penggaris adalah setengah nilai Gambar 2.12 Mistar/penggaris untuk mengukur besaran panjang
skala
terkecilnya.
Dalam
setiap
pengukuran dengan menggunakan mistar, usahakan kedudukan pengamat (mata) tegak lurus dengan skala yang akan diukur. Hal ini untuk menghindari kesalahan penglihatan (paralaks). Paralaks yaitu kesalahan yang terjadi saat membaca skala suatu alat ukur karena kedudukan mata pengamat tidak tepat.
57
2) Rollmeter (Meter Kelos) Rollmeter
merupakan
alat
ukur
panjang yang dapat digulung, dengan panjang 25 - 50 meter. Meteran ini dipakai oleh tukang
Gambar 2.13 Rollmeter/Meter kelos
bangunan
atau
pengukur
Ketelitian
pengukuran
lebar
dengan
jalan.
rollmeter
sampai 0,5 mm. Meteran ini biasanya dibuat
dari plastik atau pelat besi tipis, tampak seperti pada Gambar 2.13. 3) Jangka Sorong
Gambar 2.14 Jangka Sorong Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal, kedalaman lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu benda dengan batas ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong mempunyai dua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang sorong. Pada rahang tetap dilengkapi dengan skala utama, sedangkan pada rahang sorong terdapat skala nonius atau skala vernier. Skala nonius mempunyai panjang 9 mm yang terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian 0,1 mm. Hasil pengukuran menggunakan jangka sorong berdasarkan angka pada
58
skala utama ditambah angka pada skala nonius yang dihitung dari 0 sampai dengan garis skala nonius yang berimpit dengan garis skala utama.
4) Mikrometer Sekrup
Gambar 2.15 Mikrometer Sekrup memiliki skala tetap dan skala nonius
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur ketebalan benda yang relatif tipis, misalnya kertas, seng, dan karbon. Pada mikrometer sekrup terdapat dua macam skala, yaitu skala tetap dan skala putar (nonius). Skala tetap (skala utama) Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter (mm). Skala ini terdapat pada laras dan terbagi menjadi dua skala, yaitu skala atas dan skala bawah. Skala putar (skala nonius) Skala putar terdapat pada besi penutup laras yang dapat berputar dan dapat bergeser ke depan atau ke belakang. Skala ini terbagi menjadi 50 skala atau bagian ruas yang sama. Satu putaran pada skala ini menyebabkan skala utama bergeser 0,5 mm. Jadi, satu skala pada skala putar mempunyai ukuran:
59
. Ukuran ini merupakan batas ketelitian mikrometer
sekrup.
2.4.8.2 Alat Ukur Besaran Massa Besaran massa diukur menggunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, dan neraca lengan gantung. 1) Neraca Analitis Dua Lengan
Gambar 2.16 Neraca Analitis Dua Lengan
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda, misalnya emas, batu, kristal benda, dan lain-lain. Batas ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu 0,1 gram. 2) Neraca Ohauss
Gambar 2.17 Neraca Ohauss
60
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.
3) Neraca Lengan/ Gantung Neraca ini berguna untuk menentukan massa benda, yang cara kerjanya dengan menggeser beban pemberat
di
sepanjang
batang.
Gambar
2.18
Neraca
2.4.8.3Lengan/Gantung Alat Ukur Waktu
Gambar 2.19 Alat Ukur Besaran Waktu merupakan besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa Waktu berlangsung. Berikut ini beberapa alat untuk mengukur besaran waktu.
61
1. Stopwatch, dengan ketelitian 0,1 detik karena setiap skala pada stopwatch dibagi menjadi 10 bagian. Alat ini biasanya digunakan untuk pengukuran waktu dalam kegiatan olahraga atau dalam praktik penelitian. 2. Arloji, umumnya dengan ketelitian 1 detik. 3. Penunjuk waktu elektronik, mencapai ketelitian 1/1000 detik. 4. Jam atom Cesium, dibuat dengan ketelitian 1 detik tiap 3.000 tahun, artinya kesalahan pengukuran jam ini kira-kira satu detik dalam kurun waktu 3.000 tahun.
2.4.8.4 Alat Ukur Kuat Arus Listrik Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut amperemeter. Amperemeter mempunyai hambatan dalam
yang
sangat
kecil,
pemakaiannya harus dihubungkan Gambar 2.20 Amperemeter untuk mengukur besaran suhu
secara seri pada rangkaian yang diukur, sehingga jarum menunjuk
angka yang merupakan besarnya arus listrik yang mengalir.
2.4.8.5 Alat Ukur Suhu Untuk mengukur suhu suatu sistem umumnya
menggunakan
termometer.
Termometer dibuat berdasarkan prinsip
Gambar 2.21 Termometer untuk mengukur besaran suhu
62
pemuaian. Termometer biasanya terbuat dari sebuah tabung pipa kapiler tertutup yang berisi air raksa yang diberi skala. Ketika suhu bertambah, air raksa dan tabung memuai. Pemuaian yang terjadi pada air raksa lebih besar dibandingkan pemuaian pada tabung kapiler. Naiknya ketinggian permukaan raksa dalam tabung kapiler dibaca sebagai kenaikan suhu. Berdasarkan skala temperaturnya, termometer dibagi dalam empat macam, yaitu termometer skala Fahrenheit, skala Celsius, skala Kelvin, dan skala Reamur. Termometer skala Fahrenheit memiliki titik beku pada suhu 32oF dan titik didih pada 212oF. Termometer skala Celsius memiliki titik beku pada suhu 0oC, dan titik didih pada 100oC. Termometer skala Kelvin memiliki titik beku pada suhu 273 K dan titik didih pada 373 K. Suhu 0 K disebut suhu nol mutlak, yaitu suhu semua molekul berhenti bergerak. Dan termometer skala Reamur memiliki titik beku pada suhu 0oR dan titik didih pada 80oR.
2.4.9
Angka Penting Setiap hasil Pengukuran itu tidak tepat. Sebagai contoh, perhatikan
pengukuran sepotong papan berikut ini yang menggunakan mistar berskala terkecil 1 cm. Papan 1
2
3
4
Gambar 2.22 Pengukuran menggunakan mistar berskala terkecil 1 cm
63
Boleh jadi Anda akan mengatakan bahwa hasilnya adalah 3,2 cm. Akan tetapi, orang lain dapat juga mengatakan 3,3 cm. Manakah yang benar? Keduanya benar. Sebab, yang berbeda hanya angka terakhirnya saja, yang masing-masing hanya merupakan angka perkiraan. Namun, berbeda dengan angka yang terakhir, angka pertama merupakan angka pasti. Yakni angka yang menunjukkan panjang yang pasti dimiliki oleh papan itu. Kalau angka pasti menunjukkan panjang yang pasti, angka perkiraan menunjukkan angka yg tidak pasti, yaitu berupa perkiraan atau tafsiran. Pada pengukuran ini dikatakan bahwa hasilnya memiliki 2 angka penting yaitu angka 3 dan 2. Angka penting ialah angka-angka hasil pengukuran yang masih bisa dipercaya. Lain halnya kalau teman Anda menuliskan hasil pengukuran tadi sebesar 3,24 cm. jelas bahwa penulisan ini patut kita ragukan kebenarannya. Pasalnya, satuan alat yang dipakai untuk mengukurnya hanya memiliki skala terkecil 1 cm. Oleh karena itu, angka 4 dibelakang koma haruslah kita ragukan kebenarannya. Jadi, suatu pengukuran dengan mistar yang skala terkecilnya 1 cm sangat tidak amsuk akal bila bisa memberikan hasil yang mengandung 2 angka yang diragukan. Yang masuk akal tentunya hanya mengandung satu angka yang diragukan.
64
Pengukuran baru akan memberikan hasil yang berbeda bila penggaris yang digunakan pada pengukuran itu memiliki skala terkecil seperti pada gambar berikut: papan
1
2
3
4
Gambar 2.23 Pengukuran Papan Dengan Mistar Yang Memiliki Skala Karena penggaris Terkecil 1 mm yang digunakan memiliki skala terkecil 1 mm, hasilnya bisa dilaporkan sebagai 3,24 cm. Alasannya, angka 3 dan 2 itu merupakan angka pasti, hanya angka 4 yang diragukan.dari peristiwa ini maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa ketelitian suatu pengukuran itu juga tergantung dari alat yang digunakan. Semakin halus skalaa yang dimiliki oleh alat itu, semakin teliti hasilnya. Atau dengan kata lain, semakin halus skala yang dimiliki oleh alat itu semakin banyak angka penting yang boleh dituliskan. Ungkapan ini juga bermakna bahwa ketelitian suatu pengukuran itu bisa kita lihat dari banyaknya angka penting yang dilaporkan. Mengenai angka penting ini ada beberapa aturan yang harus kita taati yaitu seperti berikut: Semua angka bukan nol adalah angka penting. Contoh: 345 m ( 3 angka penting), 6.789 km (4 angka penting). Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting. Contoh: 45.306 km (5 angka penting), 20,05 cm (4 angka penting). Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali
65
bila ada penjelasan lain. Lazimnya penjelasan ini berupa garis di bawah angka terakhir yang masih bisa dianggap penting. Contohnya: 45.000 m (5 angka penting), 67.000 km(3 angka penting) Angka nol di sebelah kiri angka bukan nol, tetapi tidak didahului angka bukan nol bukan angka penting. Contoh: 0,00245 m3 (3 angka penting). 2.4.8.1 Berhitung dengan Angka Penting Misalkan kita hendak menghitung luas sebuah persegi panjang yang panjang dan lebarnya diketahui masing-masing 4,23 cm dan 9,45 cm. Kalau kita menuruti
cara
berhitung
biasa,
kita
akan
menghitungnya .
sebagai Pada
penghitungan ini, panjangnya hanya memiliki 3 angka penting, tetapi hasilnya(luasnya) memiliki 6 angka penting. Jelas hal ini tidak masuk akal sebab hasilnya memiliki ketelitian yang lebih tinggi daripada sumbernya. Yang masuk akal, hasilnya harus memiliki 3 angka penting pula. Berhitung dengan hasil-hasil pengukuran itu memang memiliki aturan. Aturan tersebut antara lain seperti berikut: Hasil penjumlahan atau pengurangan hasil-hasil pengukuran harus dibulatkan ke kolom yang mengandung angka pertama yang diragukan. 456,17 23,456 235,0807 253,1
415,591 415,59
Hasil perkalian atau pembagian hasil-hasil pengukuran harus dibulatkan sehingga memiliki angka penting sebanyak faktor perkalian yang tersedikit
66
angka pentingnya.
Hasil perpangkatan yang merupakan hasil pengukuran harus dibulatkan sehingga memiliki angka penting sebanyak hasil yang dipangkatkan itu.
Bila hasil pengukuran ditarik akarnya, hasilnya memiliki angka penting sebanyak hasil yang ditarik akarnya itu.
Bila hasil pengukuran dibagi atau dikalikan dengan bilangan eksak, hasilnya memiliki angka penting sebanyak hasil pengukuran yang dikalikan itu.
Bila angka eksak dibagi angka eksak, hasilnya boleh dituliskan sesuai keperluan.
Acuan Pembulatan Angka Penting adalah sebagai berikut: 1) Bila angka yang akan dibuang itu lebih kecil dari 5, maka angka disebelah
67
kiri angka yang akan dibuang itu besarnya tetap. 2) Bila angka yang akan dibuang itu lebih besar dari 5, maka angka disebelah kiri angka yang akan dibuang itu harus ditambah 1. 3) Bila angka yang akan dibuang adalah 5, tetapi angka-angka di sebelah kanan 5 itu tidak semuanya nol, maka angka di sebelah kiri 5 itu ditambah 1. 4) Bila angka yang akan dibuang adalah 5, tetapi angka-angka di sebelah kanan 5 itu semuanya nol, maka angka disebelah kiri 5 itu harus ditambah 1 bila angka itu angka ganjil. Kalau angkanya genap, angka itu tetap dipertahankan.
2.5
Kerangka Berfikir Dalam penelitian ini akan dianalisis tentang penilaian ranah kognitif pada
siswa kelas X terhadap materi Pengukuran. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif berkenaan dengan penguasaan materi yang telah dipelajari oleh siswa. Cara mengetahuinya yaitu dengan memberikan tes diagnostik kepada siswa. tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa (Arikunto, 2008:44). Dari hasil tes ini selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kesulitan pemahaman konsep Pengukuran.
68
Jawaban dari tes yang telah diberikan kepada siswa Evaluasi penguasaan konsep siswa
C1
C2
Pengetahua
Pemahama
n
n
C3 Aplikas i
C4
C5
C6
Analisi
Sintesi
evaluas
s
s
i
Hasil analisis penguasaan konsep siswa dan prosentase kesulitan yang dialami siswa pada tiap tahap kemampuan siswa dalam menguasai konsep besaran dan satuan Saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengurangi kesulitan yang dialami siswa berdasarkan hasil1. analisis yang didapat.Berpikir Gambar Diagram Kerangka Data pada penelitian ini didapat dengan memberikan tes kepada siswa yang sebelumnya telah diujicobakan dan dinilai validitas, realibilitas, taraf kesukaran soal dan juga daya beda. Dari jawaban soal tes yang diberikan kepada siswa dicari kesalahan yang banyak dilakukan siswa sehingga didapat kesulitan yang dialami siswa dalam menguasai konsep besaran dan satuan tersebut. Dari kesulitan tersebut dicari cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesulitan yang dialami oleh siswa.
69
2.5
Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
(1) Setiap siswa yang menjadi sampel dalam penelitian menerima materi Besaran dan Satuan yang sama (2) Setiap siswa yang menjadi sampel penelitian ini memiliki kesempatan belajar yang sama. (3) Setiap siswa memiliki kesulitan pemahaman yang berbeda-beda terhadap mata pelajaran Fisika khususnya materi besaran dan satuan. (4) Faktor-faktor lain diluar variabel yang diteliti diabaikan.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif. Dalam penelitian kuantitatif ini, peneliti menelusuri tentang kesulitan pemahaman konsep Fisika pada materi besaran dan satuan.
3.1.1
Sampel Penelitian Sampel penelitian ditentukan dengan metode simple random sampling
yaitu dari 6 kelas diambil 1 kelas sebagai sampelnya. Pengambilan 1 kelas sebagai sampel tersebut dilakukan secara acak, karena dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti sebelum dilakukan penelitian didapatkan bahwa rata-rata nilai dari ke-6 kelas tadi tidak berbeda jauh.
3.1.2
Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang analisis
kesulitan pemahaman konsep Fisika pada materi besaran dan satuan adalah sebagai berikut: 1.
Dokumentasi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan teknik dokumentasi adalah
studi dokumen. Adapun dokumen yang dihimpun oleh peneliti adalah data nama 67
68
siswa, nilai-nilai Semester Gasal siswa kelas X SMA Negeri 1 Sale yang menjadi anggota populasi. 2.
Teknik tes Tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa adalah
tes penguasaan konsep, yaitu tes yang berisi soal C1, C2, C3, C4, C5, dan C6.
3.1.3
Instrumen Penelitian
3.1.3.1.
Uji coba soal Sebelum penulis melakukan penelitian, langkah awal yang ditempuh
peneliti adalah mengadakan pengujian terhadap alat ukur yaitu berupa tes yang digunakan sebagai alat pengumpul data tentang pemahaman siswa pada konsep besaran dan satuan yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tes dipilih 26 soal dari 38 soal yang kemudian digunakan. Soal yang tidak terpilih adalah soal nomor 2, 7, 8, 10, 15, 20, 26, 27, 32, 34, dan 35. Kriteria soal yang dipilih berdasarkan uji kevalidan, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal. 1.
Validitas Soal Menurut Arikunto (2006) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Keterangan
69
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = jumlah siswa X = skor butir soal (item 1,2,3, ...,14) Y = skor total butir soal Soal dinyatakan valid apabila dalam perhitungan diperoleh thitung > ttabel. Dengan N = 31 dengan taraf signifikan 5% diperoleh rtabel= 0,355. Item soal dikatakan valid jika rhitung > 0,355(rhitung lebih besar dari 0,355). Dari hasilanalisis diperoleh soal valid dari 38 butir nomor soal. Soal valid tersebut yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 28, 30, 31, 33, 36, 37, dan 38 , sedangkan soal yang tidak valid nomor 2, 7, 8, 10, 20, 26, 27, 29, 32, 34 dan 35, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. 2.
Reliabilitas Menurut Arikunto (2006) reliabel artinya dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Instrumen harus reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk mencari reliabilitas soal peneliti menggunakan rumus K-R 20.
r11 = Keterangan: r11
= reliabilitas instumen
k
= banyaknya butir pertanyaan
vt
= varians total
p
= proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
70
p
=
q
= proporsi subjek yang mendapat skor 0 (1-p) Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel jika
r11> rtabel, maka instrument tersebut reliable. r11 yang diperoleh adalah 0,823567 dan rtabel untuk responden 31 orang dengan taraf signifikan 5% adalah 0,355. Karena r11> rtabel maka instrumen reliabel. 3.
Taraf kesukaran soal Taraf kesukaran yaitu angka yang menjadi indikator mudah sukarnya soal
bagi siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal uraian dapat dianalisis dengan rumus:
Keterangan: P
= indeks kesukaran.
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes.
Klasifikasi indeks kesukaran soal: 0 < P ≤ 30% = sukar 30 < P ≤ 70% = sedang P > 70% = mudah Dari analisis tingkat kesukaran soal uji coba didapatkan soal nomor 13, 15, 19, 22, 23, 25, 26, 34, 35, 36, 37, dan 38 dengan kriteria sukar, soal nomor 3, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 14, 17, 18, 24, 27, 28, 30, 31, 32, dan 33 dengan kriteria sedang, dan soal nomor 1, 2, 7, 8, 10, 16, 20, 21, dan 29 dengan kriteria mudah.
71
4.
Daya beda Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda soal menurut
Arikunto (2007: 213), dalam Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) adalah:
Keterangan: D
:indeks diskriminasi atau daya beda :banyaknya peserta kelompok atas
:banyaknya peserta kelompok bawah
:banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar :proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
:proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Klasifikasi daya pembeda soal. 0,00 ≤
≤ 0,20 = Jelek
0,21 ≤
≤ 0,40 = Cukup
72
0,41 ≤
≤ 0,70 = Baik
0,71 ≤
≤ 1,00 = Baik Sekali
Dari hasil analisis uji daya pembeda soal didapatkan soal nomor 2, 7, 8, 10, 15, 20, dan 27dengan kriteria jelek, soal nomor 4, 6, 9, 14, 16, 19, 21, 22, 23, 25, 26 dan 32 dengan kriteria cukup, soal nomor 1, 5, 11, 13, 17, 18, 24, 28, dan 34 dengan kriteria baik dan soal nomor 3, 12, 29, 30, 31, 33, 35, 36, 37 dan 38 dengan kriteria baik sekali. 3.1.4
Deskripsi dan Analisis Data Analisis
data
menurut
moleong
(2007:280)
adalah
proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Metode analisis data yang dimaksud adalah metode yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh. Pengolahan data ini merupakan cara untuk mencari kesimpulan atau generalisasi tentang suatu keadaan dari suatu subyek penelitian.
Analisis data di sini meliputi analisis deskriptif terhadap tingkat kesulitan penguasaan konsep besaran dan satuan. Adapun rumus untuk analisis deskripsi persentase (Ali, 1993: 186) yaitu:
Keterangan : = persentase tingkat kesulitan penguasaan yang dicari
73
n
= siswa yang menjawab benar
N
= jumlah seluruh siswa Apabila persentase siswa yang mengalami kesulitan tinggi maka penguasaan
konsep siswa rendah, sedangkan apabila persentase siswa yang mengalami kesulitan rendah maka penguasaan konsep siswa tinggi.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesulitan
yang dialami siswa dalam menguasai konsep Besaran dan Satuan. Data penelitian yang didapatkan berupa jawaban pertanyaan yang berkaitan dengan konsep Besaran dan Satuan. Data tersebut dikelompokkan menjadi tujuh kategori kesulitan penguasaan konsep siswa sesuai dengan indikator penguasaan konsep Besaran dan Satuan dan kemudian dianalisis. Hasil analisis menunjukkan bentukbentuk kesulitan penguasaan konsep Besaran dan Satuan sebagai berikut: 1. Membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan contohnya. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 3,33%. 2. Mengukur besaran panjang, massa, waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 71,67%. 3. Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar internasional. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah yaitu 31,11%.
.
74
75
4. Menentukan dimensi suatu besaran serta menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 65,33%. 5. Memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya. Jumlah ratarata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 63,33%. 6. Membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta memberikan contohnya. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 70%. 7. Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 80,95%. Kesulitan paling dominan yang dialami oleh siswa pada penguasaan konsep Besaran dan Satuan dapat diketahui dari rata-rata prosentase jumlah siswa yang tidak dapat mengerjakan tes yang diberikan setelah peneliti mengadakan penelitian. Dari data di atas dapat diketahui bahwa kesulitan paling dominan yang di alami oleh siswa adalah berikut: 1. Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 80,95%. 2. Mengukur besaran panjang, massa, waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 71,67%. 3. Membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta memberikan contohnya. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 70%.
76
4. Menentukan dimensi suatu besaran serta menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 65,33%. 5. Memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya. Jumlah ratarata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 63,33%. 6. Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar internasional. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah yaitu 31,11%. 7. Membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan contohnya. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 3,33%. Dari soal-soal penelitian ada soal yang merupakan soal yang mengandung hitungan dan juga soal yang mengandung konsep, soal yang mengandung hitungan antara lain adalah soal nomor 1, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23 dan 24 sedangkan soal yang mengandung konsep adalah soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 21, 25 dan 26. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang mengandung hitungan adalah 65,11% sedangkan siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang mengandung konsep adalah 61,21 %.
4.2
Pembahasan
1. Bentuk–bentuk kesulitan yang dialami siswa pada pemahaman konsep Besaran dan Satuan.
77
Kesulitan yang dialami siswa dalam menguasai konsep Besaran dan Satuan seperti terlihat pada deskripsi data pada hasil penelitian memiliki bentukbentuk kesulitan seperti berikut: 1. Membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan contohnya. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 menunjukkan bahwa hampir tidak ada siswa yang mengalami kesulitan untuk mengingat contoh dari besaran pokok dan besaran turunan yang terdapat pada soal nomor 11, terbukti dari 30 siswa hanya 1 siswa yang tidak menjawab dengan benar. Persentase siswa yang menjawab benar adalah 96,67% yaitu 29 siswa dan 3,33% yaitu 1 siswa yang menjawab salah. Hal ini diduga disebabkan karena siswa tidak dapat membedakan besaran yang termasuk contoh dari besaran pokok dan besaran yang termasuk contoh dari besaran turunan. 2. Mengukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan, berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami siswa adalah sebagai berikut: a. Siswa mengalami kesulitan untuk menentukan alat ukur yang tepat untuk mengukur diameter dalam tutup botol pada soal nomor 2. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 17 siswa yaitu 56,67%, hal ini diduga karena siswa tidak mengetahui cara penggunaan jangka sorong sehingga banyak siswa yang menjawab salah dengan memilih mikrometer sekrup yaitu 12 siswa (40%). Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur panjang sebuah benda, untuk mengukur diameter luar, mengukur diameter
78
dalam, dan mengukur kedalaman sebuah benda. Dengan mengetahui kegunaan jangka sorong siswa dapat menjawab soal pada nomor 2. Mikrometer sekrup memang dapat mengukur diameter tetapi bukan diameter dalam melainkan diameter luar, diduga karena hal tersebut banyak siswa yang memilih jawaban mikrometer sekrup. Sedangkan siswa yang menjawab mistar, neraca dan rollmeter diduga karena siswa benarbenar tidak memahami penggunaan alat ukur besaran panjang. b. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 siswa mengalami kesulitan untuk menghitung massa air dalam tangki pada soal nomor 22. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 73,33% yaitu 22 siswa dan 26,67% siswa menjawab benar yaitu 8 siswa. Siswa telah mengetahui cara mengerjakan soal tersebut, mengetahui besaran apa saja yang terdapat pada soal dan cara mengerjakannya akan tetapi jawaban akhir yang didapat siswa salah. Hal ini diduga bahwa dalam melakukan perhitungan pecahan matematika pada soal tersebut siswa mengalami kesulitan. c. Siswa mengalami kesulitan dalam mengkonversi satuan dari besaran waktu. Hal tersebut terlihat dari data hasil penelitian pada lampiran 13 nomor 23 bahwa siswa yang menjawab salah sebanyak 46,67% yaitu 14 siswa sedangkan siswa yang menjawab benar adalah 16 siswa yaitu 56,67%, hal ini diduga karena siswa mengalami kebingungan dalam melakukan konversi satuan waktu, siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam dengan benar akan tetapi siswa mulai mengalami kesulitan
79
dalam melakukan konversi dari jam ke menit dan semakin mengalami kesulitan dalam melakukan konversi dari menit ke detik, hal ini terbukti ketika mengkonversi satuan dari hari ke jam siswa dapat menjawab dengan benar tetapi ketika siswa melakukan konversi pada jam ke menit jawaban siswa banyak yang salah begitu pula dari menit ke detik. Kesulitan ini diduga karena siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan perkalian dalam konversi waktu. Kekurang telitian siswa ini dibuktikan dengan kesalahan hasil dari perhitungan perkalian karena rumus yang digunakan sudah tepat akan tetapi hasil yang didapatkan salah. d. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal nomor 24. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 13,33% yaitu 4 siswa dan 86,67% siswa menjawab benar yaitu 26 siswa Hal ini diduga karena siswa tidak membaca dan memahami soal dengan benar sehingga terjadi kesalahan dalam menjawab antara lain: siswa tidak menyebutkan data yang salah dalam soal dan langsung melakukan perhitungan rata-rata data yang diperoleh
yang
hasil
perhitungannya
adalah
salah,
siswa
tidak
menyebutkan data yang salah tetapi hasil perhitungan rata-rata yang dilakukan oleh siswa adalah benar, siswa tidak menghilangkan data yang salah dan langsung melakukan perhitungan rata-rata, dan siswa dapat menyebutkan data yang salah dengan tepat, tetapi hasil dari perhitungan rata-ratanya salah karena siswa tidak menghilangkan data yang salah tersebut dan mengikutsertakan data tersebut dalam perhitungan. Siswa
80
menyebutkan data yang salah pada soal tetapi data yang disebutkan siswa tidak benar sehingga perhitungan rata-rata yang dilakukan siswa juga menjadi tidak benar. Kesulitan ini dikarenakan siswa tidak mengetahui data mana yang salah sehingga siswa menyebutkan data yang tidak benar. e. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 siswa mengalami kesulitan untuk menentukan alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak dari rumah ke sekolah seperti yang terdapat pada soal nomor 25, dan siswa juga tidak dapat menyebutkan besaran serta satuan yang diperoleh dari pengukuran tersebut. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 26,67% yaitu 8 siswa dan 73,33% siswa menjawab benar yaitu 22 siswa Kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui penggunaan dari berbagai alat ukur, apa yang harus diukur dan bagaimana cara mengukurnya sehingga jawaban dari siswa menjadi beragam. Siswa dapat menyebutkan alat ukur yang tepat tetapi tidak dapat menyebutkan besaran dan satuan yang yang diperoleh dari pengukuran tersebut. Kesulitan ini diduga karena siswa belum memahami pengertian dari besaran dan satuan serta contoh dari besaran dan satuan sehingga siswa tidak mengetahui apa yang dimaksud dari soal. Siswa tidak mengetahui alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak dari rumah ke sekolah tetapi siswa dapat menyebutkan besaran dan satuan yang terlibat dalam pengukuran tersebut dengan benar. Kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui penggunaan dari alat ukur besaran panjang.
81
f. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 hampir seluruh siswa menjawab salah untuk soal nomor 26. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 6,67% yaitu 2 siswa dan 93,33% siswa menjawab benar yaitu 28 siswa. Siswa menjawab dengan benar tetapi dengan alasan yang salah. Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa menganggap berat dan massa adalah besaran yang sama sehingga siswa tidak menyadari bahwa pernyataan yang salah adalah satuan terdapat pada soal. Siswa menjawab dengan benar tetapi dengan alasan yang salah karena terpengaruh pada kehidupan sehari-hari bahwa gula memiliki satuan gram bukan kilogram padahal kedua satuan tersebut memiliki besaran yang sama yaitu massa. Selain itu juga diduga bahwa siswa tidak mengetahui kesalahan dari pernyataan karena pada kehidupan sehari-hari pernyataan tentang besaran berat dengan satuan kg adalah benar. Jadi siswa merasa tidak ada yang salah pada pernyataan pada soal nomor 26 tersebut. 3. Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar internasional. a. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 nomor 1, siswa mengalami kesulitan dalam mengkonversi satuan pada besaran turunan. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 20% yaitu 6 siswa dan 80% siswa menjawab benar yaitu 24 siswa, kesulitan ini
diduga
karena siswa kesulitan dalam melakukan konversi lebih dari satu besaran. Besaran turunan memiliki satuan lebih dari satu sehingga untuk
82
melakukan konversi juga tidak hanya satu kali tetapi sesuai dengan satuan dari besaran tersebut, yaitu dalam soal ini adalah dua satuan dari besaran pokok berat dan panjang jadi untuk mengkonversinya harus dua kali yaitu melakukan konversi pada satuan besaran berat terlebih dahulu diteruskan dengan besaran panjang atau sebaliknya. b. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 nomor 3 terlihat bahwa siswa tidak dapat menyatakan satuan dari tekanan ke dalam SI. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 50% yaitu 15 siswa dari 30 siswa, jadi siswa yang menjawab benar adaalah 50% yaitu 15 siswa. Hal ini diduga karena siswa tidak mengetahui rumus dari tekanan yang benar sehingga satuan yang didapatkan juga tidak benar. Dugaan lainnya adalah siswa mengetahui rumus dari tekanan tetapi kurang teliti dalam melakukan perkalian satuan sehingga memiliki hasil akhir yang salah. Siswa mengetahui rumus dari tekanan tetapi siswa kurang teliti dalam melakukan analisis satuan sehingga pangkat yang yang dihasilkan salah. c. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 pada soal nomor 13 siswa mengalami kesulitan untuk menghitung massa jenis benda dalam SI adalah 23,33% yaitu 7 siswa dan siswa yang menjawab benar adalah 76,67% yaitu 23 siswa. Kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui rumus yang tepat untuk menghitung massa jenis dan siswa tidak dapat melakukan konversi satuan dengan benar sehingga jawaban yang dihasilkan salah. Dugaan lainnya adalah siswa menganggap liter
83
sama dengan m3 sehingga tidak dilakukan konversi dan langsung melakukan perhitungan matematika. 4. Kesulitan yang dialami siswa dalam menentukan dimensi suatu besaran serta menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah berdasarkan lampiran 13 adalah sebagai berikut: a. Pada soal nomor 4 siswa mengalami kesulitan dalam mencari besaran dari dimensi ML-1T-2. Siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 40% yaitu 12 siswa dan siswa yang menjawab benar adalah 60% yaitu 18 siswa. Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa tidak dapat mengingat satuan besaran dalam bentuk dimensi dan siswa tidak mengingat rumus yang tepat dari besaran-besaran yang terlibat pada soal sehingga satuan yang didapatkan salah dan dimensi yang didapatkan juga salah. Selain itu juga diduga bahwa siswa tidak mengetahui satuan dari besaran yang diketahui sehingga siswa tidak bisa melakukan analisis satuan dan siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan pada pangkat satuan sehingga satuan yang dihasilkan salah. b. Pada soal nomor 5 siswa mengalami kesulitan untuk mencari besaran yang memiliki dimensi yang sama dengan dimensi k. Siswa mengalami kesulitan ini adalah 14 siswa dari 30 siswa yaitu 46,67% dan siswa yang menjawab benar adalah 16 siswa yaitu 53,33%, hal ini diduga karena siswa
tidak
memahami
soal
dengan
benar
sehingga
terjadi
kesalahpahaman pada maksud soal dan membuat siswa menjawab pengertian dari simbol k pada soal bukan menjawab besaran yang
84
memiliki dimensi yang sama dengan k. Kekurangtelitian siswa dalam melakukan analisis juga diduga menjadi penyebab kesulitan ini. c. Pada soal nomor 9, siswa mengalami kesulitan dalam menghitung rumus dimensi tetapan gas umum. Siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 5 16,67% yaitu 5 siswa dan siswa yang menjawab benar adalah 83,33% yaitu 25 siswa. Hal ini diduga karena siswa kurang teliti dalam melakukan analisis dimensi sehingga hasil akhir yang didapatkan salah. d. Pada soal nomor 10 hampir semua siswa mengalami kesulitan untuk menghitung dimensi E dari suatu fungsi, terbukti dari 30 siswa hanya ada 1 siswa (3,33%) yang menjawab dengan benar dan 96,67% yaitu 29 siswa menjawab salah. Hal ini diduga karena siswa kurang teliti dalam melakukan analisis pada fungsi tersebut, karena terlihat dari jawaban siswa yaitu siswa dapat mengerjakan dengan memasukkan satuan ke dalam fungsi dengan benar tetapi hasil akhir yang didapatkan salah. 5. Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 nomor 7, 8, dan 12 diduga karena a. siswa tidak mengetahui penggunaan angka penting dalam perhitungan matematika. Penggunaan angka penting dalam perhitungan matematika di sini memiliki arti yaitu operasi perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, perpangkatan dan akar pangkat pada angka penting. Siswa mengalami kesulitan karena diduga siswa tidak mengetahui aturan-aturan dalam penggunaan angka penting sehingga siswa tidak menerapkan aturan
85
tersebut pada hasil perhitungan matematika yang diperoleh. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan ini karena dari 30 siswa 13 siswa yaitu 43,33% menjawab salah karena kesulitan ini dan hanya 12 siswa yaitu 40% yang menjawab benar pada soal nomor 7. Sedangkan untuk nomor 12 siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 30% yaitu 9 siswa. b. siswa tidak mengetahui penggunaan angka penting dalam perhitungan matematika dan kurang teliti dalam melakukan perhitungan matematika sehingga hasil yang didapatkan salah. Kesulitan ini terjadi pada 3,33% yaitu 1 siswa pada soal nomor 7. c. siswa tidak mengetahui penggunaan angka penting dalam perhitungan matematika dan siswa juga tidak mengetahui acuan pembulatan angka penting. Ada 6,67% siswa yang mengalami kesulitan ini yaitu 2 siswa dari 30 siswa. kesulitan ini terjadi pada soal nomor 7. d. siswa mengetahui aturan penggunaan angka penting dalam perhitungan matematika tetapi siswa tidak mengetahui acuan pembulatan pada angka penting sehingga pembulatan yang dilakukan siswa. Hal ini terjadi pada siswa yang memilih pilihan ganda E pada soal nomor 12 yaitu 16,67% sebanyak 5 siswa dari 30 siswa. Kesulitan yang sama juga terjadi pada 6,67% siswa yaitu 2 siswa pada soal nomor 7. e. siswa mengetahui ketentuan tentang angka penting dan bukan angka penting tetapi siswa tidak mengetahui aturan penggunaan angka penting dalam perhitungan matematika yaitu berapa angka penting yang dihasilkan
86
dari perhitungan tersebut. Pada kesulitan ini 6,67% siswa yang mengalami kesulitan yaitu sebanyak 2 siswa yaitu pada soal nomor 8. f. siswa tidak mengetahui ketentuan tentang angka penting dan bukan angka penting. Siswa mengalami kesulitan ini dikarenakan siswa tidak mengetahui mana angka penting dan mana yang bukan angka penting. Ini terjadi pada angka nol yang terletak di belakang apakah termasuk angka penting atau bukan. Hal ini terbukti pada soal nomor 8, karena 76,67% yaitu 23 siswa dari 30 siswa menjawab pilihan ganda E. 6. Kesulitan yang dialami siswa dalam membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta memberikan contohnya berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 soal nomor 21 adalah siswa mengalami kesulitan dalam mengingat pengertian tentang besaran vektor dan tidak bisa memberikan contohnya. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 30% yaitu 9 siswa dari 30 siswa, jadi siswa yang menjawab benar adaalah 70% yaitu 21 siswa. Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa belum hapal pengertian dari besaran vektor dan contoh dari besaran vektor tersebut. Siswa mengalami kesulitan dalam mengingat pengertian besaran vektor tapi dapat memberikan contoh besaran vektor dengan benar. Siswa mengalami kesulitan ini dikarenakan siswa tidak mengingat pengertian besaran vektor secara tepat, siswa hanya dapat mengingat sebagian dari pengertian dari besaran vektor, akan tetapi siswa dapat menyebutkan dengan benar contoh dari besaran vektor tersebut. Siswa dapat memberikan penjelasan tentang pengertian besaran vektor dengan benar tetapi siswa tidak memberikan
87
contohnya. Siswa mengalami kesulitan ini dikarenakan siswa dapat mengingat dengan jelas pengertian dari besaran vektor akan tetapi siswa tersebut tidak dapat membedakan besaran yang termasuk kedalam besaran vektor sehingga siswa tidak memberikan contohnya. 7. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 kesulitan yang dialami siswa dalam menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analisis adalah sebagai berikut: a. Siswa tidak dapat menghitung resultan dari vektor yang ada di gambar pada soal nomor 14. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 90% yaitu 27 siswa, hanya 10 % yaitu 3 siswa dari 30 siswa yang menjawab dengan benar. Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui rumus yang digunakan untuk mencari resultan pada soal, sehingga siswa menggunakan rumus yang salah. Rumus yang digunakan siswa untuk menghitung resultan antara lain, siswa hanya menjumlahkan nilai dari Fx, siswa hanya menjumlahkan nilai dari Fx dan Fy pada salah satu vektor gaya, siswa hanya menjumlahkan nilai dari Fx pada vektor gaya pertama dan Fy pada vektor gaya kedua. b. Pada soal nomor 15 siswa mengalmi kesulitan dalam menghitung nilai a. siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 80% yaitu 24 siswa. sedangkan 20%
yaitu 6 siswa menjawab benar. Siswa mengalami
kesulitan ini duduga karena siswa tidak mengetahui rumus yang tepat untuk digunakan untuk menyelesaikan soal. Dugaan lainnya adalah siswa
88
tidak mengetahui aturan atau cara menyelesaikan perhitungan vektor i dan j pada bidang kartesius. c. Siswa mengalami kesulitan untuk menghitung sudut apit antar dua vektor seperti pada soal nomor 16. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 86,67% yaitu 26 siswa. sedangkan 13,33% yaitu 4 siswa menjawab benar. Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal. Siswa menggunakan sin α pada rumus resultan bukan menggunakan cos α dan menghilangkan tanda minus (-) sehingga hasilnya salah. d. Siswa mengalami kesulitan untuk menghitung resultan dari tiga vektor pada soal nomor 17. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 76,67% yaitu 23 siswa. sedangkan 23,33% yaitu 7 siswa menjawab benar. Hal ini diduga karena siswa lupa dengan rumus dari resultan tiga vektor sehingga siswa tidak menggunakan tanda akar pangkat
) untuk
mencari resultan dari vektor yang ada pada soal sehingga hasil yang didapatkan salah. e.
Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung resultan dua vektor yang memilik sudut yang berubah-ubah seperti pada soal nomor 18. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 56,67% yaitu 17 siswa. sedangkan 33,33% yaitu 13 siswa menjawab benar. Kesulitan ini diduga karena siswa kurang mencermati soal dengan teliti sehingga sehingga siswa tidak memperhatikan kalimat tidak mungkin pada soal dan langsung menghitung resultan dari kedua vektor yang ada pada soal.
89
f. Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung lintasan perahu pada soal nomor 19. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 90% yaitu 27 siswa. sedangkan 10% yaitu 3 siswa menjawab benar. Hal ini diduga karena siswa tidak dapat menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan dalam soal. g. Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung resultan tiga vektor dan mencari arah resultannya pada soal nomor 20. Siswa menghitung resultan dari ketiga vektor yang ada di soal dengan benar tetapi arah dari resultan tersebut salah. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 86,67% yaitu 26 siswa. sedangkan 13,33%
yaitu 4 siswa menjawab benar. Siswa
mengalami kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui rumus yang digunakan untuk mencari arah dari resultan dan hanya menebak untuk menentukan arah resultan. Dugaan lain siswa emngalami kesulitan ini karena siswa kurang teliti dalam menghitung resultan tiga vektor yang ada di soal sehingga arahnya juga salah. Siswa mengetahui rumus yang digunakan dengan benar, tetapi hasil yang didapatkan salah karena siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan. Karena ketelitian dalam suatu perhitungan sangat berpengaruh pada hasil yang didapat.
2. Kesulitan paling dominan yang dialami oleh siswa dalam menguasai konsep Besaran dan Satuan. Kesulitan yang paling dominan dialami oleh siswa dalam menguasai konsep Besaran dan Satuan terdapat pada indikator no.7 yaitu menjumlahkan dua
90
vektor atau lebih secara analitis. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 80,95%. Pada indikator tersebut terdapat berbagai macam soal-soal tentang penjumlahan vektor mulai dari resultan dua vektor, resultan dua vektor pada bidang kartesius, menentukan sudut apit antara dua vektor, resultan tiga vektor, resultan dua gaya yang memiliki sudut α yang berubah-ubah, dan arah resultan . Bentuk-bentuk kesulitan yang dialami oleh siswa pada indikator ini diduga karena 1) siswa belum memahami konsep penjumlahan vektor, 2) siswa tidak mengetahui rumus yang tepat untuk menemukan resultan dari vektor yang dicari. Bentuk-bentuk kesulitan ini terjadi karena materi Vektor merupakan materi yang sangat baru. Siswa belum memiliki dasar dari materi vektor ditambah dengan siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru tentang konsep penjumlahan vektor menyebabkan banyak siswa yang mengalami kesulitan pada indikator ini. Untuk menyelesaikan soal tentang konsep vektor siswa harus memahami konsep dan mengetahui rumus dari resultan vektor yang dicari. Untuk menguasai konsep Vektor, siswa harus memahami Trigonometri. Sedangkan materi trigonometri baru diberikan kepada peserta didik pada kelas 10. Padahal dalam pembelajaran Fisika, Trigonometri sangat penting untuk membahas permasalahan besaran Vektor dan juga bahasan lain yang melibatkan besaran sudut tertentu.
91
Kesulitan setelah Vektor adalah mengukur besaran panjang, massa dan waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan dengan persentase siswa yang mengalammi kesulitan adalah 71,67%. Kesulitan ini diduga karena siswa belum mengenal dan memahami alat ukur yang dipakai dalam pengukuran, kekurangtelitian siswa dalam mengukur juga menjadi salah satu penyebab kesulitan ini terjadi. Selain itu, pemahaman siswa tentang angka penting juga sangat diperlukan karena dalam setiap pengukuran pasti akan menghasilkan angka penting yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Hasil pengukuran dalam Fisika tidak pernah eksak, selalu terjadi kesalahan pada waktu mengukurnya. Kesalahan ini dapat diperkecil dengan adanya angka penting. Dengan menggunakan angka penting, hasil pengukuran menjadi lebih seragam misalnya hasil pengukuran dengan dua angka penting atau tiga angka penting. Hal ini tentu saja dapat dilakukan dengan didukung dengan alat ukur yang lebih teliti sehingga hasil pengukuran menjadi maksimal.
3. Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Besaran dan Satuan (yang memerlukan hitungan). Bentuk-bentuk kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soalsoal hitungan pada konsep Besaran dan Satuan adalah: 1. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan besaran yang diketahui. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam mengkonversi satuan. 3. Siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan rumus yang tepat untuk digunakan.
92
4. Siswa tidak menggunakan tahap penyelesaian yang tepat. 5. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan satuan yang benar. Bentuk-bentuk kesulitan ini terdapat pada soal no. 1, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, dan 24. Pada soal no.1 siswa diminta untuk mengkonversi satuan ke dalam Sistem Internasional (SI), jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 20%. Pada soal no.7 siswa diminta untuk menghitung luas persegi panjang dan menerapkan aturan penulisan angka penting pada hasil perhitungan luas tersebut, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 60%. Pada soal no.8 siswa diminta untuk menghitung luas pelat seng dan menerapkan aturan penulisan angka penting pada hasil perhitungan, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 83,33%. Pada soal no.12 siswa diminta untuk menghitung panjang dua batang besi yang disambungkan dan menerapkan penulisan angka penting pada hasil hitungan, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan sebanyak 46,67%. Pada soal no.13 siswa diminta untuk menghitung massa jenis suatu benda dan menyatakannya dalam Sistem Internasional, jumlah siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 23,33%. Pada soal no.14 siswa diminta untuk menghitung besar resultan pada gambar, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 90%. Pada soal no.15 siswa diminta untuk mencari nilai
perpindahan
dari vektor
bila diketahui gaya dan usaha, jumlah siswa yang mengalami
kesulitan ini adalah 80%. Pada soal no.16 siswa diminta untuk menghitung sudut apit dua vektor gaya, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini
93
sebanyak 86,67%. Pada soal no. 17 siswa diminta untuk menghitung resultan tiga gaya dengan membaca gambar yang terdapat pada soal, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 76,67%. Pada soal no.18 siswa diminta untuk mencari nilai resultan yang salah pada pilihan ganda, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 56,67%. Pada soal no.19 siswa diminta untuk menghitung lintasan perahu menyeberangi sungai berarus, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 90%. Pada soal no.20 siswa diminta untuk menghitung besar nilai dan arah dari resultan tiga gaya pada bidang kartesius, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 86,67%. Pada soal no.22 siswa diminta untuk menghitung massa air dalam tangki, siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 73,33%. Pada soal no.23 siswa diminta untuk mengkonversi periode bulan dalam jam, menit dan detik, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 46,67%. Pada soal no.24 siswa diminta untuk menghitung jumlah rata-rata data hasil pengukuran dengan menghilangkan data yang salah, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 86,67%. Jadi rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal hitungan pada konsep Besaran dan Satuan sebanyak 65,11 %. Fisika adalah ilmu yang senantiasa mencoba untuk dapat menjelaskan berbagai peristiwa alam dengan hukum alam yang bekerja. Dari peristiwa tersebut kita akan mengenal besaran-besaran fisika yang dibicarakan dan menjadi faktor pendukungnya. Besaran di dalam fisika merupakan suatu hal yang dapat kita ukur dan kita nyatakan dengan bilangan. Ketika kita mengukur suatu besaran, kita
94
selalu membandingkannya terhadap suatu acuan standar. Standar tersebut didefinisikan sebagai satuan (unit) besaran. Untuk membuat pengukuran handal, kita memerlukan satuan pengukuran yang tidak berubah dan dapat diduplikasi oleh pengamat di berbagai lokasi. Sistem satuan yang digunakan oleh para ilmuwan dan insinyur di seluruh dunia disebut sebagai sistem internasional (Young dan Freedman, 2002:3-4). Peranan pengukuran dalam perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah dapat diabaikan. Sebagian besar ilmu pengetahuan tidak dapat menghindarkan diri dari pengukuran. Melalui pengukuran, seseorang dapat membedakan obyek secara mudah dari sifat-sifat tertentu yang berbeda, tetapi mirip satu sama lain. Pendidikan di Indonesia menganggap peserta didik perlu dibekali pengetahuan tentang Besaran dan Satuan. Sebagai contoh pada kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat materi Besaran dan Satuan pada mata pelajaran IPA kelas VII, dan di Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat materi Besaran dan Satuan pada kelas X. Kenyataan ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik yang menyelesaikan pendidikan sampai jenjang tertentu diharapkan telah memiliki pengetahuan tentang Besaran dan Satuan. Pentingnya penguasaan konsep Besaran dan Satuan adalah sebagai berikut: 1)
sebagai prasyarat untuk mendalami materi lanjutan,
2)
sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan. Itulah mengapa bab pengukuran, Besaran dan Satuan diberikan pada awal
tahun pelajaran, karena Besaran dan Satuan merupakan dasar dari pembelajaran Fisika, semua yang berhubungan dengan Fisika akan melakukan pengukuran, menghasilkan besaran yang memiliki satuan. Dari penjelasan tersebut dapat kita
95
ketahui bahwa Fisika sangat erat kaitannya dengan Besaran dan Satuan. Setiap pembelajaran Fisika, kita pasti akan menemukan Besaran dan Satuan sehingga untuk memahami konsep-konsep Fisika, kita harus menguasai masalah Besaran dan Satuan. Contohnya dapat dilihat pada pembahasan di atas, dalam mengerjakan soal-soal Fisika apabila kita tidak mengetahui Besaran dan Satuan apa saja yang terlibat dalam mengerjakan soal tersebut maka kita tidak akan bisa mengerjakan soal-soal tersebut. Kita tidak mengetahui besaran apa yang diketahui, besaran apa yang ditanyakan dan bagaimana cara mengerjakan soal tersebut. Tetapi apabila kita menguasai Besaran dan Satuan dengan baik maka kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mudah, karena dasar dari Fisika adalah besaran, satuan dan pengukuran dan ketiganya tidak akan bisa dipisahkan karena besaran pasti memiliki satuan dan dalam proses Fisika pasti akan terjadi pengukuran. Seperti terlihat pada pembahasan di atas, penguasaan konsep siswa tentang besaran, satuan dan pengukuran masih kurang, siswa masih mengalami banyak kesulitan di setiap indikator untuk menguasai konsep Besaran dan Satuan kecuali untuk indikator pertama yaitu membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta dapat memberikan contohnya, siswa telah dapat membedakan dengan baik antara besaran pokok dan besaran turunan karena hanya 1 siswa yang menjawab salah sedangkan untuk indikator lainnya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Karena melihat pentingnya konsep materi Besaran dan Satuan dan masih banyaknya kesulitan yang dialami siswa maka pembelajaran Fisika pada materi Besaran dan Satuan terutama vektor dan pengukuran untuk
96
lebih di fokuskan dan diutamakan dalam pembelajaran pada kelas 10, sehingga penguasaan konsep fisika akan lebih mudah untuk kedepannya. Penelitian ini baru mengkaji tentang faktor internal dari kesulitan siswa dalam menguasai dan memahami konsep besaran, satuan dan pengukuran. Harapannya dilakukan penelitian yang mengkaji faktor-faktor lain sebagai penyempurna penelitian ini.
BAB 5 PENUTUP
5.1
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut, 1. Persentase siswa yang mengalami kesulitan pada kategori a) menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis sebesar 80,95%. b) mengukur besaran panjang, massa, waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan sebesar 71,67%. c) membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta memberikan contohnya sebesar 70%. d) menentukan dimensi suatu besaran serta menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah sebesar 65,33%. e) memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya sebesar 63,33%. f) menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar internasional sebesar 31,11%. g) membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan contohnya sebesar 3,33%. 2. Kategori kesulitan paling dominan yang dialami siswa adalah menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis. 97
98
3.
Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal hitungan adalah 65,11%.
5.2
SARAN
1. Pemberian dasar Trigonometri perlu dilakukan sebagai dasar pembelajaran materi Vektor. 2. Dalam menyampaikan materi pengukuran, pembelajaran ditambah dengan praktek perlu dilakukan untuk membantu peserta didik dalam memahami macam-macam alat ukur dan cara penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Y . 2010 . Pemahaman Mahasiswa terhadap Konsep Medan Listrik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2010. ISSN 978-979-8510-11-3. Abdullah, S., & M. Abbas. 2006. The effect of inquiry-based computer simulation with cooperative learning on scientific thinking and conceptual understanding. Malaysian On Line journal of Instructional Technology. 3(2). 1-16. Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, A. & W. Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, M. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Bloom. B. S., G. S. Madaus, & J. T. Hastings. 1981 . Evaluation to Improve Learning. America: Mc.Graw-Hill, Inc. Bilal, E. & M, Erol. 2009. investigating student conceptions of some electricity concepts. Turkey On Line Journal of Dokuz Eylul University,193-201. Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, O . 1990 . Metoda belajar dan kesulitan-kesulitan belajar.Bandung : Penerbit Tarsito. Hamalik , O . 2003 . Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara. Hancer, A. H., & N. Durkan . 2008 . Turkish Pupils Understanding of Physical Concept: Force and Movement. World Applied Sciences Journal 3 (1): 4550. Irya, E. A. 2009. Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Gerak dengan Menggunakan Model pembelajaran Konstruktivisme dengan metode Demosntrasi. Skripsi. S1 Pendidikan Fisika Unila : Tidak Diterbitkan.
99
100
Krathwohl. D. R. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Theory Into Practice, Volume 41, Number 4, Autumn 2002. Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skill Relationship the 21st Century Science Education. Prossiding Seminar Internasional Pendidikan IPA. FPS UPI Bandung. Mariana, I. M. A., & W, Praginda. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Jakarta: PPPPTK IPA. Martin, M. O., I. V. S. Mullis., P. Foy, & G. M. Stanco. 2012. Timss 2011 International Results in Science. Amsterdam: TIMSS & PIRLS International Study Center. Memes, W. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas. Moleong , L . J . 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja Rosdakarya. Nasution . 1991. Metode research. Bandung: Jemmais. PP No. 10 Tahun 1987 Tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan Dan Satuan Lain Yang Berlaku. Panprueksa, K., N. Phonphok., M. Boonprakob, & C. Dahsah . 2012. Thai Students Conceptual Understanding on force and Motion. 2012 International Conference on Education and management Innovation IPEDR, 30(1): 275-279. Poerwadarminta, W. J. S. 1961. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jilid 1. Jakarta : Balai Pustaka. Purwanto, N . 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung : Remaja Rosdakarya . Purwanto, N. 2004 . Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pusat Kurikulum. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas. Puspita, L. 2007. Peningkatan Minat, kemampuan Berpikir Kritis, dan Penguasaan Konsep Optika Geometri Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Skripsi. S1 Pendidikan Fisika Unila : Tidak diterbitkan. Ramadhan, D. & Wasis. 2013. Analisis Perbandingan Level Kognitif dan Keterampilan Proses Sains dalam Standar Isi (SI), Soal Ujian Nasional
101
(UN), Soal Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS) dan Soal For Programme For International Student Assessment (PISA). Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika 2(1): 20-25. Rifa‟i, A & C. T. Anni . 2011 . Psikologi Pendidikan . Semarang: Unnes Press. Rumiyanti, L. 2010. Pengaruh Tingkat Berpikir dan Cara Belajar Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA YP Unila. Skripsi. S1 Pendidikan Fisika Unila : Tidak diterbitkan. Sagala, S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sapuroh, S. 2010. Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Memahami Konsep Biologi pada Konsep Monera di MAN Serpong Tangerang. Skripsi. S1 Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah. Tidak Diterbitkan. Sardiman. 2007.Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-gaktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta. Subratha, I. N. & K, Suma. 2009.Pengembangan Model ICI dengan ALPS KIT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biofisika Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi. Jurnal Penelititan dan Pengembangan Pendidikan, 3(1).43-55. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana, N. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA. Sumarno, J. 2009. Fisika, Untuk SMA/MA Kelas X(BSE). Jakarta : Pusat Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional. Suparmita. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Interactive Conceptual Instruction (ICI) Terhadap Penguasaan Konsep Ipa Siswa Kelas V Sekolah Dasar.Undiksha. Skripsi. SI Pendidikan Fisika Undiksha : Tidak diterbitkan. Suryosubroto, B. 2008. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
102
UU No. 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal. Widodo, Y. T. B. 2006. Brilliant Solution- Cara Cerdas Mengerjakan Soal Fisika Mekanika untuk SMA/MA. Yogyakarta: Andi Offset. Young, H. D & Freedman, R. A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan). Jakarta : Erlanga.
103
Lampiran 1
Daftar Nama Responden No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Responden Agung Sedayuf A.I Agustina Ahmad Ridwan Aldi Wahyu N Bramantyo S.H Dhanis Andlah Dwi Yunita Indah Elisa Candra I Ferolina Alfi Faradila Fidia Ulfa Fitri Puspitaningsih Idham Kholid Juwana Elvi Setiani Kholifatun Ni'mah Kumar Linda Novia Lugiyartiningsih Luvi Nuraidah Meita Prihastuty.N Miftakhun Rohmat Nur Halimah Puji Rahayu Ningsih Puji Rahmawati Retno Fitria.N Retno Wulan.H Rizalina S.U Santi Soleh Tedi Sunaryono Uswatun Chasanah
Selanjutnya identitas responden diganti dengan KS-X.
104
Lampiran 2 KISI-KISI SOAL UJI COBA Nama Sekolah
: SMAN 1 Sale
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/1
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
Standar kompetensi
: 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengkurannya.
Kompetensi Dasar
Jenjang soal
Indikator
1.1 Mengukur besaran fisika
C-1
C-2
C-3
C-4
C-5
C-6
Membedakan antara besaran pokok 2, 16, 29 dan besaran turunan serta dapat
(massa, panjang, dan waktu)
memberikan contohnya.
Mengukur besaran panjang , massa,
3,
dan
32, 33,
waktu
dengan
mempertimbangkan ketelitian dan
10, 11, 15,
12, 31, 17,
27 , 35
ketepatan.
Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar internasional.
1, 4, 18,
36, 37,
38.
105
Menentukan dimensi suatu besaran
5, 7, 8,
serta
9,
menerapkan
dimensional
dalam
analisis
6, 13
14,
pemecahan
masalah.
Memahami
aturan-aturan
angka
penting dan pengoperasiannya. 1.2 Melakukan penjumlahan
Membedakan pengertian besaran
30
vektor dan besaran skalar serta vektor.
memberikan contoh.
Menjumlahkan dua vektor atau
19,
20, 21,
lebih secara analisis.
22,
23,
24,
25,
26,
28,
34,
106
Lampiran 3 INSTRUMEN UJI COBA SOAL PENGUASAAN KONSEP
Satuan Pendidikan
: SMA Negeri 1 Sale
Kelas / Semester
:X/1
Materi
: Besaran dan Satuan
No. Abs
:
Sebelum menjawab soal bacalah baik-baik perintah yang ada pada soal tersebut! 1. Besar massa jenis raksa ialah 13,6 gram/cm3. Dalam Sistem Internasional (SI) besarnya adalah…. A. 1,36 kg/m3 B. 13,6 kg/m3 C. 136 kg/m3 D. 1.360 kg/m3 E. 13.600 kg/m3 2. Diantara kelompok besaran berikut, yang termasuk kelompok besaran pokok dalam Sistem Internasional adalah . A. panjang, luas, waktu, jumlah zat B.
kuat arus, intersitas cahaya, suhu, waktu
C.
volume, suhu, massa, kuat arus
D. kuat arus, panjang, massa, tekanan E.
intensitas cahaya, kecepatan, percepatan, waktu
3. Alat ukur manakah yang cocok untuk digunakan mengukur diameter dalam tutup botol…. A. mistar B. jangka sorong C. mikrometer sekrup D. neraca E. rollmeter 4. Satuan tekanan jika dinyatakan dalam Sistem Internasional (SI) adalah…. A. kg.m.s B. kg.m.s-1
107
C. kg.m-1.s-1 D. kg.m-1.s-2 E. kg.m-2.s-2 5. Besaran yang memiliki dimensi ML-1T-2 adalah besaran…. A. gaya B. energi C. daya D. tekanan E. momentum 6. Pada hukum Boyle jika P adalah tekanan dan V adalah volume maka dimensi k adalah…. A. daya B. usaha C. momentum linear D. suhu E. konstanta pegas 7. Dimensi daya adalah…. A.MLT-3 B.MLT-2 C.ML2T-1 D.ML2T-2 E.ML2T -3 8. Rumus dimensi momentum adalah A.MLT2 B.ML-1T C.MLT-1 D.ML-2T2 E.ML-1T-1 9. Dimensi dari berat jenis adalah…. A. ML-1T-4 B. M2LT-2 C. ML-2T-1
.
108
D. ML-2T-2 E. MLT-2 10. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup diperoleh hasil sebagai berikut: Hasil dari pengukuran di atas adalah . A. 4,25 mm B. 4,28 mm C. 4,30 mm D. 4,32 mm E. 4,35 mm 11. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu persegi panjang masing-masing 12,61 cm dan 5,2 cm. Menurut aturan penulisan angka penting, luas bangunan tersebut adalah …. A. 65 cm2 B. 65,572 cm2 C. 65,275 cm2 D. 65,60 cm2 E. 66 cm2 12. Hasil pengukuran pelat seng panjang 1,50 cm dan lebarnya 1,20 cm. Luas pelat seng menurut aturan penulisan angka penting adalah …. A. 1,8012 cm2 B. 1,801 cm2 C. 1,800 cm2 D. 1,80 cm2 E. 1,8 cm2 13. Hubungan antara volume , tekanan (P), suhu (T), serta jumlah molekul atau partikel gas (n) ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
,
dimana R adalah tetapan gas umum. Rumus dimensi dari tetapan gas umum (R) tersebut adalah…. A.
109
B. C. D. E. 14. Suatu fungsi
, dengan satuan dari A, B, C dan D berturut-turut
adalah s-1 , m, N dan m2, maka dimensi dari E adalah…. A. [M][L]-2 B. [M][L]-2[T]-1 C. [M][L]-3 D. [M][L]-3[T]-1 E. [M][L]3 15. Dari hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi suatu balok adalah 5,70 cm, 2,45 cm dan 1,62 cm. Volume balok dari hasil pengukuran tersebut adalah . A. 22,6 cm3 B. 22,60 cm3 C. 22,62 cm3 D. 22,623 cm3 E. 23,00 cm3 16. Berikut ini yang termasuk dalam kelompok besaran turunan adalah…. A. kecepatan, percepatan, waktu B. panjang, berat, waktu C. tekanan, jumlah zat, waktu D. luas, volume, kecepatan E. panjang, massa, gaya
110
17. Dari hasil pengukuran panjang batang baja dan besi masing-masing 1,257 m dan 4,12 m, Jika kedua batang disambung, maka berdasarkan aturan penulisan angka penting, panjangnya adalah …. A. 5,380 m B. 5,38 m C. 5,377 m D. 5,370 m E. 5,37 m 18. Massa suatu benda 125 gram dan volumenya 0,625 liter, maka massa jenisnya jika dinyatakan dalam SI adalah …. A. 500 kg.m-3 B. 250 kg.m-3 C. 200 kg.m-3 D. 0,5 kg.m-3 E. 0,005 kg.m-3 19. Perhatikan vektor-vektor yang besar dan arahnya terlukis pada kertas berpetak seperti gambar di bawah. Jika panjang satu petak adalah 1 N , maka besar resultan kedua vektor adalah…. A. 6N B. 7N C. 8N D. 9N E. 10N
109
20. Dua buah vektor gaya
dan
masing-masing sebesar 3 N dan 5 N mengapit
sudut 60° dan bertitik tangkap sama. Besar resultan kedua vektor gaya tersebut adalah . A. 7 N B. 8 N C. 9 N D. 10 N E. 12 N 21. Sebuah gaya N melakukan usaha dengan titik tangkapnya berpindah dengan perpindahan
m dan vektor i dan j berturut-
turut adalah vektor satuan yang searah dengan sumbu-X dan sumbu-Y pada koordinat Kartesius. Bila usaha itu bernilai 26 joule, maka nilai a sama dengan…. A. 5 B. 6 C. 7 D. 8 E. 12 22. Dua vektor gaya
dan
masing-masing sebesar 3 N dan 8 N bertitik
tangkap sama, ternyata resultan gayanya sebesar 7 N. Sudut apit antara kedua vektor gaya tersebut adalah …. A. 30° B. 45° C. 60° D. 90° E. 120° 23. Tiga buah gaya dinyatakan seperti gambar di bawah ini. Jika sin 530 adalah 0,8 dan sin 370 adalah 0,6 , berapakah resultan ketiga gaya tersebut…. A. B. C. 20 N D. 30 N E. 50 N
110
24. Dua buah vektor gaya
= 20 N dan
= 80 N bertitik tangkap sama dan
saling membentuk sudut α yang berubah-ubah, maka besar resultan dari kedua gaya tersebut tidak mungkin bernilai …. A. 60 N D. 100 N B. 70 N E. 120 N C. 90 N 25. Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 180 meter dan kecepatan arus airnya adalah 4 m/s. Bila perahu di arahkan menyilang tegak lurus sungai dengan kecepatan 3 m/s, maka setelah sampai diseberang perahu telah menempuh lintasan sejauh …. A. 100 meter D. 320 meter B. 240 meter E. 360 meter C. 300 meter 26. Dua buah vektor
dan
masing-masing besarnya 20 satuan dan 15 satuan.
Kedua vektor tersebut membentuk sudut 120 . Resultan kedua gaya tersebut mendekati . A. 18 satuan
D. 38 satuan
B. 30 satuan
E. 48 satuan
C. 35 satuan 27. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu ruangan adalah 3,8 m dan 3,2 m. Luas ruangan itu menurut aturan penulisan angka penting adalah . A. 12 m2 D. 12,20 m2 B. 12,1 m2
E. 12,2 m2
C. 12,16 m2 28. Vektor terhadap
= 20 N berimpit sumbu x positif, Vektor
= 20 N bersudut 1200
= 24 N bersudut 2400 terhadap
. Resultan ketiga gaya
dan
pada pernyataan di atas adalah…. A. 4 N searah B. 4 N berlawan arah dengan
111
C. 10 N searah D. 16 N searah E. 16 N berlawanan arah dengan
29. Apakah yang dimaksud dengan besaran pokok ?berikan contoh! Jawab :
30. Apakah pengertian dari besaran vektor ? berikan contohnya! Jawab :
31. Massa kosong sebuah tangki adalah 3,66 kg. Ketika diisi air sampai ketinggian tertentu, massanya menjadi 51,7 kg. Berapakah massa air dalam tangki tersebut ? Jawab :
32. Sekarung beras massanya 1,3 kuintal. Nyatakan massa beras dalam ton, kilogram, dan pound!
112
Jawab :
33. Periode planet Merkurius adalah 88 hari. Nyatakan periode dalam jam, menit, dan detik! Jawab :
34. Nilai suatu gaya adalah 400 N, sedangkan nilai komponen x nya adalah -180 N. Hitung komponen y dan arah gaya tersebut! Jawab :
35. Radius sebuah bola pejal 6,50 cm. Hitung luas permukaan dan volume bola! Jawab :
36. Lima siswa mengukur panjang sebatang kayu dengan sebuah mistar. Hasil pengukuran mereka dinyatakan sebagai berikut: 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58 cm, 63,66 cm, dan 63,66 cm. seorang siswa melakukan kesalahan membaca
113
alat ukur. Siswa yang manakah itu? Dengan menghilangkan data yang salah, hitunglah panjang rata-rata batang kayu! Jawab :
37. Seorang siswa akan mengukur jarak dari rumah ke sekolahnya dengan menggunakan pengukuran langsung, yaitu mengukur jalan yang menghubungkan kedua tempat tersebut dengan menggunakan suatu alat ukur. Coba kamu pikirkan, alat ukur apakah yang paling tepat digunakan dalam pengukuran tersebut? Besaran dan satuan apa saja yang terlibat? Jawab:
38. Seorang anak membeli gula di warung dan mengatakan, “berat gula yang dibeli adalah 1 kg.” benarkah pernyataan anak itu?Berikan alasanmu! Jawab:
114
Lampiran 4
Jawaban Soal Uji Coba
1. Besar
Sistem Internasional dari gram dan cm3 adalah kg dan m3.
Jadi jawabannya adalah E. 2. Yang termasuk besaran pokok adalah panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, jumlah zat dan intensitas cahaya. Jadi jawabannya adalah B. 3. Alat ukur yang cocok digunakan untuk mengukur diameter tutup botol adalah jangka sorong. Jawabannya adalah B. 4. Satuan tekanan dalam Sistem Internasional adalah kg.m-1.s-2. Jawabannya adalah D 5. Dimensi besaran ML-1T-2. M = kg L =m T =s ML-1T-2 = kg.m-1.s-2 ini adalah satuan dari tekanan. Jawabannya adalah D.
115
6. Dalam rumus PV=k, P itu adalah tekanan yang bersatuan
, sedang kan V
adalah volume yang bersatuan m3. Dari sini kita dapat satuan yang dimiliki k yaitu
.
Karena N x m = joule dan joule merupakan satuan dari energi maupun usaha maka k mempunyai dimensi yang sama dengan usaha. Jawabannya adalah B. 7. Satuan daya adalah watt. Karena watt =
dan joule =N x m, maka
Jadi jawabannya adalah E.
8. Satuan momentum adalah = MLT-1. Jawabannya adalah C. 9. Satuan dari berat jenis adalah
. Karena
Jadi dimensi berat jenis adalah ML-2T-2. Jawabannya adalah D. 10. Dari gambar terlihat bahwa skala utama dari micrometer sekrup adalah 4 mm dan skala noniusnya menunjukkan angka 30, maka Skala utama Skala nonius
= 4 mm = 30 x 0,01
116
= 0,30 mm Hasil pengukuran = 4 mm + 0,30 mm = 4,30 mm. Jawabannya adalah C. 11. Diketahui p = 12,61 cm l = 5,2 cm Ditanya
L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab
L=pxl =12,61 cm x 5,2 cm = 65,572 cm2
Menurut penulisan angka penting hasil dari perkalian harus dibulatkan sehinnga memiliki angka penting sebanyak faktor tersedikit angka pentingnya. Jadi, hasilnya adalah 66 cm2. Jawabannya adalah E. 12. Diketahui p = 1,50 cm l = 1,20 cm Ditanya
L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab
L=pxl =1,50 cm x 1,20 cm = 1,800 cm2
Menurut penulisan angka penting adalah 1,80 cm2. Jawabannya adalah D. 13. Diketahui Ditanya
dimensi dari R…?
Jawab
dimensi dari V = L3 P = ML-1T-2 n=N T=T
Maka dimensi dari R adalah Jadi jawabannya adalah C.
117
14.
Jawabannya adalah C
15. Diketahui p = 5,70 cm l = 2,45 cm t = 1,62 cm Ditanya
L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab
L=pxlxt = 5,70 cm x 2,45 cm x 1,62 cm = 22,6233 cm3
Menurut penulisan angka penting adalah 22,6 cm3.
118
Jadi jawabannya adalah A. 16. Dari soal Berikut yang termasuk dalam kelompok besaran turunan, kecuali… kata kecuali diatas mengacu pada yang buka besaran turunan, jadi yang dimaksud dari soal ini adalah besaran pokok jadi jawabannya adalah D. 17.
Diketahui
p1 = 1,257 m.
p2 = 4,12 m. Ditanya
panjang kedua batang jika disambung…?(menurut penulisan angka
penting) Jawab
p = p1 + p2 P = 1,257 m + 4,12 m P = 5,377 m
Menurut penulisan angka penting p = 5,38 m. Jawabannya adalah B. 18. Diketahui m = 125 gram =0,125 kg V = 0,625 liter =0,000625 m-3 Ditanya Jawab
Jawabannya adalah C. 19. Diketahui Vx= 5 + 3 = 8 N Vy= 1 + 3 = 4 N
Jawabannya adalah E. 20. Diketahui
119
Ditanya
R…?
Jawab
R =
=7N
Jadi jawabannya adalah A. 21. Diketahui
W = 26 J Ditanya
a…?
Jawab
26 Nm = (2)(4)Nm + (3)(a)Nm 26 = 8 + 3a a = 6. Jadi jawabannya adalah B.
22. Diketahui
120
Ditanya
α…?
Jawab
7 = 49 = 73 + 48 cos α
Jadi jawabannya adalah E. 23. Diketahui
121
Ditanya
R…..?
Jawab
menguraikan vektor ke sumbu X dan sumbu Y
Vektor yang dalam perhitungan selanjutnya tidak digunakan lagi karena sudah diuraikan tadi, dihapus saja, agar kelihatan lebih bersih, sisanya seperti ini:
Jumlah komponen vektor-vektor pada sumbu x dan y:
Jawabannya adalah B.
24. Diketahui
122
Ditanya
R…?
Jawab
jadi jawabannya adalah E. 25. Diketahui lsungai = 180 m Varus = 4m/s Vperahu= 3 m/s (apabila tidak ada arus) Ditanya
panjang lintasan yang ditempuh perahu…? (perahudiarahkan menyilang tegak lurus sungai)
Jawab
agar lebih mudah keadaan di atas dapat digambarkan sebagai
B
berikut:
s
Vperahu
α
VR α
A
Varus
Kita anggap VR adalah kecepatan perahu bila ada arus. Dengan menggunakan rumus Pythagoras diperoleh
123
Dengan trigonometri, diperoleh
Dari dua trigonometri diatas diperoleh . Jadi jawabannya adalah C.
26. Diketahui V1= 20 satuan V2= 15 satuan α = 1200 Ditanya
R…?
Jawab
R= R= R= R=
=
=18 satuan
Jadi jawabannya adalah A. 27. Diketahui p = 3,8 m l = 3,2 m Ditanya
L =…?(menurut penulisan angka penting)
124
Jawab
L=pxl =3,8 m x 3,2 m = 12,16m2
Menurut penulisan angka penting adalah 12 m2. Jawabannya adalah A. 28. Diketahui
= 20 N berimpit sumbu-x positif = 20 N bersudut 1200 terhadap = 24 N bersudut 2400 terhadap
Ditanya
R…?
Jawab
agar lebih mudah untuk menghitung keadaan diatas dapat kita
gambarkan sebagai berikut:
F2
1200
F1 2400
F3
125
N Menentukan
arah
resultan (kalkulator)
Karena
Arah R berada pada kuadran III oleh karena itu Jadi jawabannya adalah A.
29. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu. Contohnya adalah panjang, massa, kuat arus, intensitas cahaya, jumlah zat, waktu, dan suhu.
30. Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah. Contohnya adalah gaya, perlambatan dan percepatan.
31. Diketahui mtangki
= 3,66 kg
126
mtangki+air= 51,7 kg Ditanya
mair…?
Jawab = 48,04 kg Menurut penulisan angka penting mair adalah 48,0 kg. 32. Diketahui massa beras 1,3 kuintal. Ditanya
massa beras dalam ton…? kg…? pound…?
Jawab
1 ton
= 1000 kg
1 kuintal = 100 kg 1 pound = 0,4536 kg Karena
1
ton
1000
kg,
maka
1
= Karena 1 kuintal = 100 kg, maka 1,3 kuintal = 1,3 x 100 kg = 130 kg. Karena 1 pound = 0,4536 kg, maka 1 kg =
33. Diketahui periode planet Merkurius adalah 88 hari. Ditanya
periode planet Merkurius dalam jam…? dalam menit…? dalam detik…?
Jawab
1 jam
= 60 menit
1 menit = 60 detik 1 hari 1 hari = 24 jam
= 24 jam = 1.440 menit = 86.400 detik. ⇒88 hari = 88 x 24 jam = 2.112 jam.
kuintal
127
1 hari = 1.440 menit ⇒88 hari = 88 x 1.440 menit = 126.720 menit = 1,27 x 105 menit. 1 hari = 86.400 detik⇒88 hari = 88 x 86.400 detik = 7.603.200 detik = 7,6 x 106 detik. 34. Diketahui F = 400 N Fx = -180 N Ditanya
Fy dan arah gaya…?
Jawab
=116,70 Fy Fy
sin 116,7= 357,2
Jadi besar Fy = 357,2 N dan arahnya adalah 116,70. 35. Diketahui dbola pejal = 6,50 cm. Ditanya
Lpermukaan bola …? Vbola pejal...?
Jawab
rbola
=
Lpermukaan bola
=
Vbola pejal
=
36. Diketahui hasil pengukuran 5 siswa adalah 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58 cm, 63,66 cm, dan 63,66 cm. Ditanya
hasil pengukuran yang salah…?
Jawab
dilihat dari data diatas data yang terbanyak adalah 63,66 cm, kita anggap bahwa hasil tersebut merupakan hasil yang benar jadi hasil yang mendekati 63,66 cm yaitu 63,65 cm, 63, 64 cm juga dianggap
128
benar. Maka yang hasilnya paling jauh adalah hasil pengukuran yang salah yaitu 63,58 cm. Dengan menghilang 63,58 cm maka rata-rata yang diperoleh adalah 63,655 cm. Menurut aturan angka penting maka hasil rata-rata yang diperoleh adalah 63,66 cm. 37. Diketahui seorang anak mengukur jarak dari rumah ke sekolah dengan pengukuran langsung. Ditanya
alat yang tepat untuk mengukur adalah…? Besaran dan satuan yang terlibat adalah…?
Jawab
karena yang diukur adalah jarak maka alat yang ukur yang tepat adalah rollmeter. Yaitu alat ukur panjang yang dapat digulung yang biasa digunakan oleh tukang bangunan atau pengukur lebar jalan. Besaran dan satuan yang terlibat adalah besaran panjang dengan satuannya yaitu meter.
38. Diketahui “berat gula 1 kg” Ditanya
pernyataan tersebut benar atau salah?
Jawab
pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu newton, sedangkan kilogram adalah satuan dari massa.
129
Lampiran 5
ANALISIS HASIL UJI COBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Validitas
KODE UC-2 UC-24 UC-11 UC-25 UC-28 UC-8 UC-30 UC-6 UC-9 UC-15 UC-20 UC-21 UC-23 UC-27 UC-29 UC-31 UC-3 UC-17 UC-19 UC-5 UC-7 UC-22 UC-26 UC-10 UC-12 UC-13 UC-14 UC-18 UC-1 UC-4 UC-16 rxy rtabel kriteria
Reliabilitas
r11 rtabel
1
2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0.569838 0.312531 0.355 0.355 valid invalid 0.191467 0.031217
BUTIR SOAL KE 3 4 5 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0.742559 0.422713 0.589014 0.440273 0.355 0.355 0.355 0.355 valid valid valid Valid 0.228928 0.24974 0.243496 0.24974 23.63787721 4.865765 0.823567 0.355
130
TK
Daya Beda
kriteria N benar TK kriteria MA MB DP
23 0.741935 Mudah 0.9375 0.533333 0.404167
kriteria ket
Baik Dipakai
karena r11>rtabel maka instrumen reliabel 30 20 16 13 0.967742 0.645161 0.516129 0.419355 Mudah Sedang Sedang Sedang 1 1 0.625 0.75 0.933333 0.266667 0.4 0.066667 0.066667 0.733333 0.225 0.683333 Baik Jelek Sekali Cukup Baik Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai
15 0.483871 Sedang 0.625 0.333333 0.291667 Cukup Dipakai
ANALISIS HASIL UJI COBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
KODE UC-2 UC-24 UC-11 UC-25 UC-28 UC-8 UC-30 UC-6 UC-9 UC-15 UC-20 UC-21 UC-23 UC-27 UC-29 UC-31 UC-3 UC-17 UC-19 UC-5 UC-7 UC-22 UC-26 UC-10 UC-12 UC-13 UC-14 UC-18
7
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
BUTIR SOAL KE 9 10 11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
131
29 30 31
UC-1 UC-4 UC-16
Validitas
Reliabilit as
TK
Daya Beda
1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0.31253 0.31253 0.36685 0.66169 rxy 1 1 5 0.12477 4 0.81202 rtabel 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 kriteria invalid invalid valid invalid valid valid 0.03121 0.03121 0.24765 0.03121 7 7 9 7 0.24974 0.24974 23.63787721 4.865765 r11 0.823567 rtabel 0.355 kriteria karena r11>rtabel maka instrumen reliabel N benar 30 30 17 30 16 15 0.96774 0.96774 0.54838 0.96774 0.51612 0.48387 TK 2 2 7 2 9 1 kriteria Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang MA 1 1 0.6875 1 0.8125 0.875 0.93333 0.93333 0.93333 0.06666 MB 3 3 0.4 3 0.2 7 0.06666 0.06666 0.06666 0.80833 DP 7 7 0.2875 7 0.6125 3 Baik kriteria Jelek Jelek Cukup Jelek Baik Sekali Dibuan Dibuan Dibuan ket g g Dipakai g Dipakai Dipakai
ANALISIS HASIL UJI COBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KODE UC-2 UC-24 UC-11 UC-25 UC-28 UC-8 UC-30 UC-6 UC-9 UC-15 UC-20
13
14 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1
15 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BUTIR SOAL KE 16 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0
18 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
132
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
UC-21 UC-23 UC-27 UC-29 UC-31 UC-3 UC-17 UC-19 UC-5 UC-7 UC-22 UC-26 UC-10 UC-12 UC-13 UC-14 UC-18 UC-1 UC-4 UC-16
Validitas
Reliabilit as
rxy rtabel kriteria
r11 rtabel kriteria N benar
DP kriteria
9 0.29032 3 Sukar 0.5 0.06666 7 0.43333 3 Baik
ket
Dipakai
TK
TK kriteria MA Daya Beda
0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0.51301 0.40840 0.36340 0.45171 0.60711 0.40044 5 3 8 8 1 2 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 valid valid valid valid valid valid 0.20603 0.21852 0.03121 0.20603 0.21852 5 2 7 5 2 0.24974 23.63787721 4.865765 0.823567 0.355 karena r11>rtabel maka instrumen reliabel
MB
10 1 22 0.32258 0.03225 0.70967 1 8 7 Sedang Sukar Mudah 0.5 0.0625 0.875 0.13333 0.53333 3 0 3 0.36666 0.34166 7 0.0625 7 Cukup Jelek Cukup Dibuan Dipakai g Dipakai
10 0.32258 1 Sedang 0.5625 0.06666 7 0.49583 3 Baik
15 0.48387 1 Sedang 0.6875 0.26666 7 0.42083 3 Baik
Dipakai
Dipakai
133
ANALISIS HASIL UJI COBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Validitas
KODE UC-2 UC-24 UC-11 UC-25 UC-28 UC-8 UC-30 UC-6 UC-9 UC-15 UC-20 UC-21 UC-23 UC-27 UC-29 UC-31 UC-3 UC-17 UC-19 UC-5 UC-7 UC-22 UC-26 UC-10 UC-12 UC-13 UC-14 UC-18 UC-1 UC-4 UC-16 rxy rtabel kriteria
Reliabilit as
r11 rtabel
19
20
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0.41576 1 0.07342 0.355 0.355 valid invalid 0.19146 0.11238 7 3
BUTIR SOAL KE 21 22 23 24 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0.40304 0.52863 0.48783 0.46682 4 1 4 6 0.355 0.355 0.355 0.355 valid valid valid valid 0.19146 0.11238 0.17481 7 3 8 0.24974 23.63787721 4.865765 0.823567 0.355
134
kriteria N benar
DP kriteria
8 0.25806 5 Sukar 0.375 0.13333 3 0.24166 7 Cukup
ket
Dipakai
TK
TK kriteria MA Daya Beda
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
karena r11>rtabel maka instrumen reliabel
MB
KOD E UC-2 UC-24 UC-11 UC-25 UC-28 UC-8 UC-30 UC-6 UC-9 UC-15 UC-20 UC-21 UC-23 UC-27 UC-29 UC-31 UC-3 UC-17 UC-19 UC-5 UC-7 UC-22 UC-26 UC-10 UC-12
25 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0.87096 8 Mudah 0.875 0.86666 7 0.00833 3 Jelek Dibuan g
23 4 7 0.74193 0.12903 0.22580 5 2 6 Mudah Sukar Sukar 0.875 0.25 0.375 0.06666 0.6 0 7 0.30833 0.275 0.25 3 Cukup Cukup Cukup
15 0.48387 1 Sedang 0.6875 0.26666 7 0.42083 3 Baik
Dipakai
Dipakai
BUTIR SOAL KE 26 27 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0
Dipakai
Dipakai
28
Y 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0
24 23 20 20 20 18 18 17 17 17 17 17 17 17 17 16 14 13 12 11 11 11 11 11 10
Y2 576 529 400 400 400 324 324 289 289 289 289 289 289 289 289 256 196 169 144 121 121 121 121 121 100
135
26 27 28 29 30 31
Validitas
Reliabilita s
TK
Daya Beda
UC-13 UC-14 UC-18 UC-1 UC-4 UC-16
0 0 0 0 0 0
rxy rtabel kriteri a
0.42093 0.355
r11 rtabel kriteri a N benar TK kriteri a MA MB DP kriteri a ket
0 0 0 1 0 0 0.20347 8 0.355
0 0 0 0 0 0 0.06776 2 0.355
0 0 0 0 0 0 0.513081 0.355
valid invalid invalid valid 0.15608 0.19146 0.21852 0.247658 7 7 2 7 23.63787721 4.865765 0.823567 0.355 karena r11>rtabel maka instrumen reliabel 6 0.19354 8
8 0.25806 5
10 0.32258 1
14 0.451612 9
Sukar Sukar Sedang Sedang 0.375 0.375 0.25 0.6875 0.13333 0 3 0.4 0.2 0.24166 0.375 7 -0.15 0.4875 Cukup Dipakai
Cukup Jelek Baik Dibuang Dibuang Dipakai
10 10 7 6 6 6
100 100 49 36 36 36
136
ANALISIS HASIL UJI COBA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Validitas
Reliabilitas
KODE
29 30 UC-2 4 4 UC-24 4 3 UC-11 4 4 UC-25 4 2 UC-28 2 4 UC-8 4 4 UC-30 4 4 UC-6 4 2 UC-9 4 2 UC-15 4 4 UC-20 2 4 UC-21 4 2 UC-23 4 2 UC-27 4 2 UC-29 4 2 UC-31 2 2 UC-3 2 2 UC-17 4 2 UC-19 2 2 UC-5 2 4 UC-7 2 4 UC-22 4 2 UC-26 2 1 UC-10 4 2 UC-12 4 4 UC-13 2 2 UC-14 4 4 UC-18 2 2 UC-1 2 2 UC-4 4 1 UC-16 2 2 rxy 0.311994 0.382226 rtabel 0.355 0.355 kriteria invalid valid 0.949011 1.057232
BUTIR SOAL KE 31 32 33 34 35 4 2 3 3 3 2 4 3 2 1 4 2 3 1 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 0 1 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 2 3 2 2 2 4 2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 3 3 2 4 1 2 2 2 4 2 2 1 2 4 2 3 2 1 3 2 2 2 2 4 2 2 1 2 4 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 1 4 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 0 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 0 3 0 1 2 0.535439 0.30923 0.628228 0.300808 0.307055 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 valid Invalid valid invalid invalid 1.281998 0.603538 0.586889 0.514048 0.320499 14.8616 8.449532
137
r11 rtabel kriteria N benar TK TK kriteria MA MB Daya Beda DP kriteria ket
100 3.225806 Mudah 4 2.666667 0.444444
0.445834 0.355 karena r11>rtabel maka instrumen reliabel 83 78 65 67 54 2.677419 2.516129 2.096774 2.16129 1.741935 Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar 3.25 3.5 2.75 3 2 1.666667 1 2.333333 1 1.333333 0.527778 0.833333 0.138889 0.666667 0.222222
Baik Sekali Baik Sekali Baik Sekali Cukup Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang
Baik Sekali Baik Dipakai Dibuang
54 1.741935 Sukar 2.25 1.333333 0.305556 Baik Sekali Dibuang
138
ANALISIS HASIL UJI COBA BUTIR SOAL KE NO KODE 36 37 38 1 UC-2 3 4 4 2 UC-24 3 4 2 3 UC-11 1 1 1 4 UC-25 2 1 1 5 UC-28 2 4 2 6 UC-8 3 4 0 7 UC-30 1 2 1 8 UC-6 2 2 1 9 UC-9 3 1 1 10 UC-15 2 0 2 11 UC-20 2 2 2 12 UC-21 3 2 2 13 UC-23 1 1 1 14 UC-27 0 4 1 15 UC-29 1 3 1 16 UC-31 3 2 1 17 UC-3 2 1 4 18 UC-17 3 0 2 19 UC-19 3 1 0 20 UC-5 2 1 1 21 UC-7 1 1 2 22 UC-22 3 1 1 23 UC-26 2 1 1 24 UC-10 2 1 2 25 UC-12 1 0 1 26 UC-13 1 0 2 27 UC-14 2 0 1 28 UC-18 2 0 2 29 UC-1 1 1 1 30 UC-4 2 1 1 31 UC-16 1 2 1 Rxy 0.70551509 1.6670353 0.7637877 Validitas Rtabel 0.355 0.355 0.355 Criteria valid Valid valid 0.70551509 1.6670135 0.7637877 14.8616 Reliabilitas 8.449532 r11 0.445834 rtabel 0.355
Y 34 28 24 24 24 24 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 21 21 21 19 19 19 17 17 17 16 16 15 14
Y2 1156 784 576 576 576 576 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 484 441 441 441 361 361 361 289 289 289 256 256 225 196
139
TK
Daya Beda
kriteria N benar TK kriteria MA MB DP kriteria ket
karena r11>rtabel maka instrumen reliabel
60 48 1.93548387 1.5483871 Sukar Sukar 2.25 2.5 1.33333333 1.3333333 0.30555556 0.3888889 Baik Baik Sekali Sekali Dipakai Dipakai
45 1.4516129 Sukar 2 1 0.3333333 Baik Sekali Dipakai
140
Lampiran 6
Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal
Rumus:
N
rxy = N
XY - (
X2
X
X)( 2
N
Y) Y2
Y
2
Kriteria: Jika harga rxy > rtabel, maka butir soal yang diuji bersifat valid rtabel = 0,355 Perhitungan : Berikut ini perhitungan validitas soal butir nomor 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
Y 24 23 20 20 20 18 18 17 17 17 17 17 17 17 17 16
X2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
Y2 576 529 400 400 400 324 324 289 289 289 289 289 289 289 289 256
XY 24 23 20 20 20 18 18 17 17 17 17 0 17 17 17 16
No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
X 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 22
Y 14 13 12 11 11 11 11 11 10 10 10 7 6 6 6 444
X2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 22
Y2 196 169 144 121 121 121 121 121 100 100 100 49 36 36 36 7092
Dengan menggunakan persamaan tersebut diperoleh : rxy =
=0,51
harga rtabel = 0,355 Karena harga rxy > rtabel maka butir soal nomor 1 tersebut valid. Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara di atas.
XY 14 13 12 0 0 11 11 11 10 0 0 7 0 0 0 367
141
Lampiran 7
Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen Rumus: r11 =
Keterangan: r11
= reliabilitas instumen
k
= banyaknya butir pertanyaan
vt
= varians total
p
= proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
p
=
q
= proporsi subjek yang mendapat skor 0 (1-p)
Kriteria: Jika harga r11 > rtabel, maka butir soal yang diuji bersifat reliabel rtabel = 0,355 Perhitungan: Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil seperti pada tabel analisis data. Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh: k
= 28
vt
= 23,64
∑pq
= 4,87
Jawab: r11 =
r11 = 0,82
Karena harga r11 > rtabel, maka instrumen reliabel.
142
Lampiran 8
Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
Rumus:
P=
x100%
Keterangan : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi indeks kesukaran soal: 0 < P ≤ 30% = sukar 30 < P ≤ 70% = sedang P > 70% = mudah Perhitungan: Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil seperti pada tabel analisis data. Diketahui: B = 23 JS = 31 Jawab: P=
x100%
P = 74,19% Berdasarkan kriteria, maka soal nomor 1 masuk dalam kategori mudah.
143
Lampiran 9
Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal
Rumus:
DP =
= PA-PB
Keterangan : DP
= daya pembeda
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria: 0,00 ≤
≤ 0,20 = Jelek
0,21 ≤
≤ 0,40 = Cukup
0,41 ≤
≤ 0,70 = Baik
0,71 ≤
≤ 1,00 = Baik Sekali
Perhitungan: Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil seperti pada tabel analisis data. BA = 15 BB = 8 JA = 16 JB = 15 PA = 0,94
PB = 0,53
Jawab: DP = PA –PB DP = 0,94 – 0,53 DP = 0,41
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 memiliki daya pembeda baik.
144
Lampiran 10
KISI-KISI SOAL Nama Sekolah
: SMAN 1 Sale
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Semester
: X/1
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
Standar kompetensi
: 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengkurannya.
Kompetensi Dasar
Jenjang soal
Indikator
1.1 Mengukur besaran fisika
C-1
C-2
C-3
C-4
C-5
C-6
Membedakan antara besaran pokok 11 dan besaran turunan serta dapat
(massa, panjang, dan waktu)
memberikan contohnya.
Mengukur besaran panjang , massa, dan
waktu
2, 23,
22,
dengan
mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan.
Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar internasional.
1, 3, 13,
24, 25,
26.
145
Menentukan dimensi suatu besaran serta
menerapkan
dimensional
dalam
4, 6,
5, 9
10,
analisis pemecahan
masalah.
Memahami
aturan-aturan
angka
7, 8, 12,
penting dan pengoperasiannya.
1.2 Melakukan penjumlahan
Membedakan pengertian besaran
21
vektor dan besaran skalar serta vektor.
memberikan contoh.
Menjumlahkan dua vektor atau
14,
15,
lebih secara analisis.
16,
17,
18,
19,
20,
146
Lampiran 11 INSTRUMEN SOAL PENGUASAAN KONSEP Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Sale Kelas / Semester :X/1 Materi : Besaran dan Satuan No. Abs : Sebelum menjawab soal bacalah baik-baik perintah yang ada pada soal tersebut! 1. Besar massa jenis raksa ialah 13,6 gram/cm3. Dalam Sistem Internasional (SI) besarnya adalah…. A. 1,36 kg/m3 B. 13,6 kg/m3 C. 136 kg/m3 D. 1.360 kg/m3 E. 13.600 kg/m3 2. Alat ukur manakah yang cocok untuk digunakan mengukur diameter dalam tutup botol…. a. mistar b. jangka sorong c. mikrometer sekrup d. neraca e. rollmeter 3. Satuan tekanan jika dinyatakan dalam Sistem Internasional (SI) adalah…. A. kg.m.s B. kg.m.s-1 C. kg.m-1.s-1 D. kg.m-1.s-2 E. kg.m-2.s-2 4. Besaran yang memiliki dimensi ML-1T-2 adalah besaran…. A. gaya B. energi C. daya D. tekanan E. momentum 5. Pada hukum Boyle jika P adalah tekanan dan V adalah volume maka dimensi k adalah…. A. daya B. usaha
147
6.
7.
8.
9.
C. momentum linear D. suhu E. konstanta pegas Dimensi dari berat jenis adalah…. a. ML-1T-4 b. M2LT-2 c. ML-2T-1 d. ML-2T-2 e. MLT-2 Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu persegi panjang masingmasing 12,61 cm dan 5,2 cm. Menurut aturan penulisan angka penting, luas bangunan tersebut adalah …. A. 65 cm2 B. 65,572 cm2 C. 65,275 cm2 D. 65,60 cm2 E. 66 cm2 Hasil pengukuran pelat seng panjang 1,50 cm dan lebarnya 1,20 cm. Luas pelat seng menurut aturan penulisan angka penting adalah …. A. 1,8012 cm2 B. 1,801 cm2 C. 1,800 cm2 D. 1,80 cm2 E. 1,8 cm2 Hubungan antara volume , tekanan (P), suhu (T), serta jumlah molekul atau partikel gas (n) ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
, dimana R adalah tetapan gas umum. Rumus
dimensi dari tetapan gas umum (R) tersebut adalah…. A. B. C. D.
148
E. 10. Suatu fungsi
, dengan satuan dari A, B, C dan D berturut-
turut adalah s-1 , m, N dan m2, maka dimensi dari E adalah…. a. [M][L]-2 b. [M][L]-2[T]-1 c. [M][L]-3 d. [M][L]-3[T]-1 e. [M][L]3 11. Berikut ini yang termasuk dalam kelompok besaran turunan adalah…. A. kecepatan, percepatan, waktu B. panjang, berat, waktu C. tekanan, jumlah zat, waktu D. luas, volume, kecepatan E. panjang, massa, gaya 12. Dari hasil pengukuran panjang batang baja dan besi masing-masing 1,257 m dan 4,12 m, Jika kedua batang disambung, maka berdasarkan aturan penulisan angka penting, panjangnya adalah …. A. 5,380 m B. 5,38 m C. 5,377 m D. 5,370 m E. 5,37 m 13. Massa suatu benda 125 gram dan volumenya 0,625 liter, maka massa jenisnya jika dinyatakan dalam SI adalah …. A. 500 kg.m-3 B. 250 kg.m-3 C. 200 kg.m-3 D. 0,5 kg.m-3 E. 0,005 kg.m-3
149
14. Perhatikan vektor-vektor yang besar dan arahnya terlukis pada kertas berpetak seperti gambar di bawah. Jika panjang satu petak adalah 1 N , maka besar resultan kedua vektor adalah…. a. b. c. d. e.
15. Sebuah gaya
6N 7N 8N 9N 10 N
N melakukan usaha dengan titik
tangkapnya berpindah dengan perpindahan
m dan vektor
i dan j berturut-turut adalah vektor satuan yang searah dengan sumbuX dan sumbu-Y pada koordinat Kartesius. Bila usaha itu bernilai 26 joule, maka nilai a sama dengan…. a. 5 b. 6 c. 7 d. 8 e. 12 16. Dua vektor gaya
dan
masing-masing sebesar 3 N dan 8 N
bertitik tangkap sama, ternyata resultan gayanya sebesar 7 N. Sudut apit antara kedua vektor gaya tersebut adalah …. A. 30° B. 45° C. 60° D. 90° E. 120°
150
17. Tiga buah gaya
dinyatakan seperti gambar di bawah ini.
Jika sin 530 adalah 0,8 dan sin 370 adalah 0,6 , berapakah resultan ketiga gaya tersebut…. a. b. c. 20 N d. 30 N e. 50 N
18. Dua buah vektor gaya
= 20 N dan
= 80 N bertitik tangkap sama
dan saling membentuk sudut α yang berubah-ubah, maka besar resultan dari kedua gaya tersebut tidak mungkin bernilai …. a. 60 N d. 100 N b. 70 N e. 120 N c. 90 N 19. Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 180 meter dan kecepatan arus airnya adalah 4 m/s. Bila perahu di arahkan menyilang tegak lurus sungai dengan kecepatan 3 m/s, maka setelah sampai diseberang perahu telah menempuh lintasan sejauh …. A. 100 meter D. 320 meter B. 240 meter E. 360 meter C. 300 meter
20. Vektor
= 20 N berimpit sumbu x positif, Vektor
1200 terhadap
dan
= 20 N bersudut
= 24 N bersudut 2400 terhadap
ketiga gaya pada pernyataan di atas adalah…. a. 4 N searah b. 4 N berlawan arah dengan
. Resultan
151
c. 10 N searah d. 16 N searah e. 16 N berlawanan arah dengan
21. Apakah pengertian dari besaran vektor ? berikan contohnya! Jawab :
22. Massa kosong sebuah tangki adalah 3,66 kg. Ketika diisi air sampai ketinggian tertentu, massanya menjadi 51,7 kg. Berapakah massa air dalam tangki tersebut ? Jawab :
23. Periode planet Merkurius adalah 88 hari. Nyatakan periode dalam jam, menit, dan detik! Jawab :
152
24. Lima siswa mengukur panjang sebatang kayu dengan sebuah mistar. Hasil pengukuran mereka dinyatakan sebagai berikut: 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58 cm, 63,66 cm, dan 63,66 cm. seorang siswa melakukan kesalahan membaca alat ukur. Siswa yang manakah itu? Dengan menghilangkan data yang salah, hitunglah panjang rata-rata batang kayu! Jawab :
25. Seorang siswa akan mengukur jarak dari rumah ke sekolahnya dengan menggunakan pengukuran langsung, yaitu mengukur jalan yang menghubungkan kedua tempat tersebut dengan menggunakan suatu alat ukur. Coba kamu pikirkan, alat ukur apakah yang paling tepat digunakan dalam pengukuran tersebut? Besaran dan satuan apa saja yang terlibat? Jawab:
26. Seorang anak membeli gula di warung dan mengatakan, “berat gula yang dibeli adalah 1 kg.” benarkah pernyataan anak itu?Berikan alasanmu! Jawab:
153
Lampiran 12
Kunci Jawaban Soal 1. Besar
Sistem Internasional dari gram dan cm3 adalah kg dan m3.
Jadi jawabannya adalah E. 2. Alat ukur yang cocok digunakan untuk mengukur diameter tutup botol adalah jangka sorong. Jawabannya adalah B. 3. Satuan tekanan dalam Sistem Internasional adalah kg.m-1.s-2. Jawabannya adalah D 4. Dimensi besaran ML-1T-2. M = kg L =m T =s ML-1T-2 = kg.m-1.s-2 ini adalah satuan dari tekanan. Jawabannya adalah D.
154
5. Dalam rumus PV=k, P itu adalah tekanan yang bersatuan
, sedang kan V
adalah volume yang bersatuan m3. Dari sini kita dapat satuan yang dimiliki k yaitu
.
Karena N x m = joule dan joule merupakan satuan dari energi maupun usaha maka k mempunyai dimensi yang sama dengan usaha. Jawabannya adalah B. 6. Satuan dari berat jenis adalah
. Karena
Jadi dimensi berat jenis adalah ML-2T-2. Jawabannya adalah D. 7. Diketahui p = 12,61 cm l = 5,2 cm Ditanya
L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab
L=pxl =12,61 cm x 5,2 cm = 65,572 cm2
Menurut penulisan angka penting hasil dari perkalian harus dibulatkan sehingga memiliki angka penting sebanyak faktor tersedikit angka pentingnya. Jadi, hasilnya adalah 66 cm2. Jawabannya adalah E. 8. Diketahui p = 1,50 cm l = 1,20 cm Ditanya
L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab
L=pxl =1,50 cm x 1,20 cm = 1,800 cm2
Menurut penulisan angka penting adalah 1,80 cm2. Jawabannya adalah D.
155
9. Diketahui Ditanya
dimensi dari R…?
Jawab
dimensi dari V = L3 P = ML-1T-2 n=N T=θ
Maka dimensi dari R adalah Jadi jawabannya adalah C.
10.
Jawabannya adalah C
156
11. Dari soal Berikut yang termasuk dalam kelompok besaran turunan adalah … besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok, jadi jawabannya adalah D.
12.
Diketahui
p1 = 1,257 m.
p2 = 4,12 m. Ditanya
panjang kedua batang jika disambung…?(menurut penulisan angka
penting) Jawab
p = p1 + p2 P = 1,257 m + 4,12 m P = 5,377 m
Menurut penulisan angka penting p = 5,38 m. Jawabannya adalah B. 13. Diketahui m = 125 gram =0,125 kg V = 0,625 liter =0,000625 m-3 Ditanya Jawab
Jawabannya adalah C. 14. Diketahui
=5+3=8N =2+4=6N
157
Jawabannya adalah E. 15. Diketahui
W = 26 J Ditanya
a…?
Jawab
26 Nm = (2)(4)Nm + (3)(a)Nm 26 = 8 + 3a a = 6. Jadi jawabannya adalah B. 16. Diketahui
Ditanya
α…?
Jawab
7 = 49 = 73 + 48 cos α
158
Jadi jawabannya adalah E. 17. Diketahui
Ditanya
R…..?
Jawab
menguraikan vektor ke sumbu X dan sumbu Y
159
Vektor yang dalam perhitungan selanjutnya tidak digunakan lagi karena sudah diuraikan tadi, dihapus saja, agar kelihatan lebih bersih, sisanya seperti ini:
Jumlah komponen vektor-vektor pada sumbu x dan y:
Jawabannya adalah B. 18. Diketahui
19. Ditanya
R…?
Jawab
Jadi jawabannya adalah E. 20. Diketahui lsungai = 180 m Varus = 4m/s Vperahu= 3 m/s (apabila tidak ada arus)
160
panjang lintasan yang ditempuh perahu…? (perahudiarahkan
Ditanya
menyilang tegak lurus sungai) Jawab
agar lebih mudah keadaan di atas dapat digambarkan sebagai
B
berikut:
s
Vperahu
α
VR α
A
Varus
Kita anggap VR adalah kecepatan perahu bila ada arus. Dengan menggunakan rumus Pythagoras diperoleh
Dengan trigonometri, diperoleh
Dari dua trigonometri diatas diperoleh . Jadi jawabannya adalah C. 21. Diketahui
= 20 N berimpit sumbu-x positif
161
= 20 N bersudut 1200 terhadap = 24 N bersudut 2400 terhadap Ditanya
R…?
Jawab
agar lebih mudah untuk menghitung keadaan diatas dapat kita
gambarkan sebagai berikut: F2
1200
F1 2400
F3
162
N Menentukan
arah
resultan (kalkulator)
Karena
Arah R berada pada kuadran III oleh karena itu Jadi jawabannya adalah A. 22. Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah. Contohnya adalah gaya, perlambatan dan percepatan.
23. Diketahui mtangki
= 3,66 kg
mtangki+air= 51,7 kg Ditanya
mair…?
Jawab = 48,04 kg Menurut penulisan angka penting mair adalah 48,0 kg. 24. Diketahui periode planet Merkurius adalah 88 hari. Ditanya
periode planet Merkurius dalam jam…?
163
dalam menit…? dalam detik…? Jawab
1 jam
= 60 menit
1 menit = 60 detik 1 hari 1 hari = 24 jam
= 24 jam = 1.440 menit = 86.400 detik. ⇒88 hari = 88 x 24 jam = 2.112 jam.
1 hari = 1.440 menit ⇒88 hari = 88 x 1.440 menit = 126.720 menit = 1,27 x 105 menit. 1 hari = 86.400 detik⇒88 hari = 88 x 86.400 detik = 7.603.200 detik = 7,6 x 106 detik. 25. Diketahui hasil pengukuran 5 siswa adalah 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58 cm, 63,66 cm, dan 63,66 cm. Ditanya
hasil pengukuran yang salah…? Hasil rata-rata setelah menghilangkan data yang salah…?
Jawab
dilihat dari data diatas data yang terbanyak adalah 63,66 cm, kita anggap bahwa hasil tersebut merupakan hasil yang benar jadi hasil yang mendekati 63,66 cm yaitu 63,65 cm, 63, 64 cm juga dianggap benar. Maka yang hasilnya paling jauh adalah hasil pengukuran yang salah yaitu 63,58 cm. Dengan menghilang 63,58 cm maka rata-rata yang diperoleh adalah 63,655 cm. Menurut aturan angka penting maka hasil rata-rata yang diperoleh adalah 63,66 cm
26. Diketahui seorang anak mengukur jarak dari rumah ke sekolah dengan pengukuran langsung. Ditanya
alat yang tepat untuk mengukur adalah…? Besaran dan satuan yang terlibat adalah…?
Jawab
karena yang diukur adalah jarak maka alat yang ukur yang tepat adalah rollmeter. Yaitu alat ukur panjang yang dapat digulung yang biasa digunakan oleh tukang bangunan atau pengukur lebar jalan.
164
Besaran dan satuan yang terlibat adalah besaran panjang dengan satuannya yaitu meter. 27. Diketahui “berat gula 1 kg” Ditanya
pernyataan tersebut benar atau salah?
Jawab
pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu newton, sedangkan kilogram adalah satuan dari massa.
165
Lampiran 13 DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
1
2
0 A B C D E 0 A B C D E 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 2 24 1 3 13 12 1 0
166
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
3 0 A B C D
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 15
E
4 0 A B C D
0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 11
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 9
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 18
E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
167
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
5 0 A B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 16
6 C D E 0 A B C D
E
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 8
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 7
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 12
168
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
7 0 A B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 13
C D E
8 0 A B C D E
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 12
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 5
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 23
169
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
9 0 A B C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
10 D E 0 A B
C D E
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
170
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
11 0 A B C D
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 29
12 E 0 A B
C D E
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 16
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5
171
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
13 0 A B C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23
14 D E 0 A B C
D E
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 21
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
172
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 12
15 16 A B C D E 0 A B C D
E
0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 12
173
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
17 0 A B C D E
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 12
18 0 A B C D E 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 13
174
DATA HASIL PENELITIAN
No
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
19 0 A B 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 16
C D E 0
20 A B C D E
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 12
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Skor 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
175
21
22
No
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1
0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
C 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0
Jumlah
3
4
2
12
9
1
10
11
8
0
A
B
C
0
D
A
B
176
No Kode Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
23 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 5
A
B 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 7
24 C
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
D 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 16
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
A
B 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 21
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
177
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
25
Kode Siswa
0
KS-1 KS-2 KS-3 KS-4 KS-5 KS-6 KS-7 KS-8 KS-9 KS-10 KS-11 KS-12 KS-13 KS-14 KS-15 KS-16 KS-17 KS-18 KS-19 KS-20 KS-21 KS-22 KS-23 KS-24 KS-25 KS-26 KS-27 KS-28 KS-29 KS-30 Jumlah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
A
B 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 7
26 D
0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0
E 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A
B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 22
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
Keterangan: 21. A. Siswa tidak dapat menyebutkan pengertian besaran vektor dan contohnya. B. Siswa tidak dapat menyebutkan pengertian besaran vektor tetapi dapat memberikan contohnya.
178
C. Siswa dapat menyebutkan pengertian besaran vektor tetapi tidak dapat menyebutkan contohnya. D. Siswa dapat menyebutkan pengertian besaran vektor dan dapat memberikan contohnya. 22. A. Siswa tidak mengetahui cara menghitung massa air dalam tangki. B. Siswa mengetahui cara menghitung massa air dalam tangki tetapi hasil perhitungan yang didapatkan salah. C. Siswa dapat menghitung massa air dalam tangki dengan benar. 23. A. Siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam dengan benar tetapi dalam mengkonversi dari jam ke menit dan menit ke detik salah. B. Siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam dan jam ke menit dengan benar tetapi dalam mengkonversi menit ke detik salah. C. Siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam dan menit ke detik dengan benar tetapi dalam mengkonversi jam ke menit salah. D. Siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam, jam ke menit dan menit ke detik dengan benar. E. Siswa tidak dapat melakukan konversi dari hari ke jam, jam ke menit dan menit ke detik dengan benar. 24. A. Siswa tidak menyebutkan data yang salah dan hasil rata-rata data yang didapatkan salah. B. Siswa tidak menyebutkan data yang salah tetapi perhitungan rata-rata yang dihasilkan benar. C. Siswa menyebutkan data yang salah pada soal tetapi data yang disebutkan tidak benar dan perhitungan rata-rata salah. D. Siswa menyebutkan data salah dengan benar tetapi perhitungan rata-rata data salah. E. Siswa dapat menyebutkan data salah dengan tepat dan perhitungan ratarata data juga benar.
179
25. A. Besaran dan satuan serta alat ukur yang disebutkan siswa salah. B. Besaran yang disebutkan benar tetapi satuan dan alat ukur yang disebutkan salah. C. Besaran dan satuan yang disebutkan siswa benar tetapi alat ukur yang disebutkan siswa salah. D. Besaran dan satuan yang disebutkan siswa salah tetapi alat ukur yang disebutkan siswa benar. E. Besaran dan satuan serta alat ukur yang disebutkan siswa benar. 26. A. Jawaban dan alasan yang diberikan siswa salah. B. Jawaban yang diberikan siswa benar, tetapi jawaban yang diberikan siswa salah. C. Jawaban dan alasan yang diberikan siswa benar.
180
181
182