ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI KABUPATEN DEMAK (Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak)
Annisa Indriana Drs.H. Wiratno, M.Ec
Abstract The agriculture is the biggest sector in the field of economic in Indonesia, so that is big contribution to grow up the nasional economic. Agriculture is the one of the key to solve the problem of the poverty. One of the sub sectors that have contribution to Gross Domestic Regional Product in Central Java is plantation sub sector, which among plantations are water guava. The largest production centres of water guava in Central Java is Demak Regency, ironically, that the production, the farming area (total of the trees), and the average production that tends to fluctuate every year. This study aims to analyze the level of influence of factors production to total production of water guava in the District of Bonang, Regency of Demak. Data used in this study are primary and secondary data. Sampling was taken by simple random sampling method. Respondents in this research is water guava farmer in the District of Bonang consist of 100 people. Data analysis methods used in this study is multiple regression analysis by using Cobb-Douglass function for analyzing research data. Mathematic model by Cobb-Douglass function used the Ordinary Least Square (OLS). Based on the data processing shows that the variables that significantly affect the water guava production are amount of fertilizer, pesticide, and distance between of the trees. while manpower variable has not significant influence to the water guava production. Keywords : Production, water guava’s farming
1
PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia merupakan penyangga perekonomian sehingga sektor ini mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perekonomian nasional. Hasilhasil pertanian di Indonesia mampu dijadikan komoditas unggul dalam persaingan global. Menurut Dibyo Prabowo (1995) sektor pertanian mempunyai peran sebagai penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja dan juga sumbangan terhadap ekspor. Sektor pertanian berkontribusi dalam menanggulangi kemiskinan, karena sebagian besar penduduk miskin di Indonesia berada di daerah pedesaan dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian. Peranan pertanian antara lain : a. Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan. b. Menyediakan bahan baku bagi industri, sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri. c. Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain. d. Sebagai sumber perolehan devisa (Kuznets dalam Harianto, 2007). Sektor pertanian khususnya perkebunan berada pada urutan ketiga diantara sektor pertanian lain dan mempengaruhi pendapatan pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Walaupun dari tahun ke tahun kontribusi sektor pertanian perkebunan terhadap PDRB cenderung fluktuatif. Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar terhadap PDRB. Kabupaten Demak merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan jambu air dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Dari sisi produksi jambu air di Jawa Tengah, mulai periode tahun 2005 sampai 2009 cenderung fluktuatif. Hal tersebut disebabkan oleh luas panen (jumlah pohon) yang tidak stabil. Tanah pertanian yang semakin lama semakin berkurang dan pengelolaan yang kurang tepat secara positif akan mengurangi produksi jambu air baik secara regional ataupun secara nasional, perawatan yang kurang baik sangat berdampak pada menurunnya tingkat produksi jambu air. Kabupaten Demak memiliki urutan pertama dalam menghasilkan produk jambu air dan produktivitas jambu air tergolong tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainya. Dilihat dari produktivitas Kabupaten Demak memiliki urutan kelima yaitu setelah Kabupaten Kudus, Pekalongan, Rembang dan Jepara. Dari data kantor Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2
produksi jambu air di Kabupaten Demak pada tahun 2009 mencapai 55.127 kwintal dengan luas lahan mencapai 55.901 pohon dan produktivitas 98,62 kg/pohon. Kabupaten Demak merupakan sentra produksi utama jambu air di provinsi Jawa Tengah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jambu air yang meliputi tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon. Sehingga penggunaan faktor-faktor produksi tersebut sangat menentukan keberhasilan petani dalam mengelola usahatani jambu air. Namun, hasil produksi jambu air yang dihasilkan serta produktivitas petani di daerah penelitian dikatakan masih sangat rendah. Oleh karena itu, penelitan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi jambu air dalam usahatani jambu air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output (produk). Salvatore (1997) mendefinisikan produksi sebagai hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input atau dengan kata lain mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Sedangkan definisi fungsi produksi yaitu menunjukkan jumlah maksimum komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia Fungsi produksi dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut (Miller & Meiner, 2000): Q = f (K, L) Dimana Q adalah tingkat output per unit periode, K adalah persediaan modal per unit periode, dan L adalah arus jasa dari tenaga kerja per unit periode. Dalam kaitanya dengan penelitian ini dapat ditunjukkan melalui fungsi produksi sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, . . . , xi, . . . , Xn) Berdasarkan persamaan maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan Xi, . . . Xn dapat diketahui (Soekartawi, 1994). Sesuai dengan teori produksi, fungsi produksi dalam penelitian ini adalah produksi fisik yang dihasilkan oleh petani jambu air sebagai Y, sedangkan X adalah faktor produksi yang dapat berupa tenaga kerja, pupuk, insektisida, dan jarak antar pohon. Menurut Ari Sudirman (2004), faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam antara lain : 1. Faktor Produksi Tetap (Fixed Input) 3
Faktor produksi tetap yaitu faktor produksi dimana jumlah yang digunakan dalam proses produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan pasar menghendaki perubahan jumlah output. 2. Faktor Produksi Variabel (Variable Input) Faktor produksi variabel yaitu faktor produksi dimana jumlah input dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Contoh faktor produksi variabel dalam industri adalah bahan baku dan tenaga kerja. Karakteristik dari fungsi produksi adalah sebagai berikut : a) Produksi mengikuti pendapatan pada skala yang konstan (Constant Return to Scale), artinya apabila input digandakan maka output akan berlipat dua kali. b) Produksi marjinal, dari masing-masing input atau faktor produksi bersifat positif tetapi menurun dengan ditambahkannya satu faktor produksi pada faktor lainnya yang tetap atau dengan kata lain tunduk pada hukum hasil yang menurun (The Law of Diminishing Return) (Dernberg, 1992). Menurut Miller & Meiners (2000), definisi formal dari The Law of Diminishing Return: “Bila semua input konstan, maka penambahan jumlah unit input secara bertahap sampai batas tertentu akan menurunkan tingkat (presentase) kenaikan/pertambahan produk; atau dengan kalimat lain, mulai batas tertentu itu produk fisik marjinal akan semakin berkurang” Hukum ini berlaku apabila: 1.
Hanya ada satu input variabel (bisa diubah-ubah, atau ditambah/dikurangi) sedangkan seluruh input lainya konstan/tetap.
2.
Proses produksi tetap, artinya tidak ada perubahan teknologi.
3.
Koefisien-koefisien produksi bersifat variabel, artinya tidak melibatkan fungsi proporsi baku (misalnya, satu unit tenaga kerja harus disertai dengan dua unit modal.
Fungsi Produksi Cobb-Douglas Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut dengan variabel independen, yang menjelaskan (X) (Soekartawi, 2003). Secara sistematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut : Y = bo
......
......
Fungsi Cobb-Douglas merupakan fungsi non-linier, sehingga untuk membuat fungsi tersebut menjadi linier maka fungsi Cobb-Douglas dapat dinyatakan pada persamaan :
4
Ln Y = Ln bo +
+
+.....+e
Pada persamaan nilai b1, b2, b3,…bn adalah tetap walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini karena b1, b2, b3,…bn pada fungsi Cobb-Douglass menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah elastisitas adalah merupakan return to scale. Untuk menghasilkan produksi jambu air dibutuhkan faktor-faktor produksi (input) seperti tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon. Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian (Mubyarto, 1989). Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa macam. Pupuk organik dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dll. Dengan menggunakan pupuk kandang, maka kualitas tanah sebagai media tanam jambu air akan memberikan zat-zat yang dibutuhkan oleh pohon jambu air untuk menghasilkan buah yang lebih baik. Pupuk kandang yang digunakan oleh petani berupa kotoran binatang (kambing, sapi, kerbau), kulit gabah (brambot), daun-daun yang busuk, dll. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat pabrik dan terbuat dari bahan anorganik yang dibentuk melalui proses. Kandungan unsur hara pupuk anorganik bisa bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pemakaian pupuk anorganik harus benar-benar sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Insektisida digunakan untuk membasmi hama penyakit yang disebabkan oleh serangan hama serangga pada tanaman, apabila serangga tidak segera diatasi maka akan menyebabkan tanaman menjadi tidak dapat berproduksi secara maksimal. Insektisida adalah salah satu dari jenis pestisida (pembunuh hama) selain jenis fungisida, rodentisida, herbisida, nematisida, virusida, acorisida, mitiusida, lamprisida dan lain-lain. Menurut Mawazin dan Hendi Suhaendi (2007) usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jarak tanam, intensitas cahaya, dan jenis tanaman. Penanaman jenis unggul dengan jarak tanam yang tepat dan sesuai dengan lingkungannya sangat menentukan keberhasilan penanaman. Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. 5
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Tenaga Kerja (X1) Pupuk kandang (X2) Pupuk buatan (X3)
Produksi jambu air (Y)
Insektisida (X4) Jarak antar Pohon (X5) METODE PENELITIAN Definisi Operasional Variabel 1. Jumlah Produksi (Y) adalah jumlah produksi jambu air yang dihasilkan dalam masa produksi yaitu jumlah keseluruhan jambu air yang dihasilkan petani dalam satu kali masa panen (selama 4 bulan dihitung dalam satuan kg). 2. Jumlah Tenaga Kerja (X1) adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani jambu air yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK) yaitu jumlah hari kerja yang digunakan selama masa produksi jambu air sampai masa panen (selama 4 bulan). 3. Jumlah Pupuk Kandang (X2) adalah pupuk alami yang dibuat dari kotoran hewan yang diberikan selama masa produksi jambu air sampai masa panen (selama 4 bulan dihitung dalam satuan kg). 4. Jumlah Pupuk buatan (X3) adalah penyubur tanah yang terbuat dari bahan kimia yang diberikan selama masa produksi jambu air sampai masa panen (selama 4 bulan dihitung dalam satuan kg). 5. Jumlah Insektisida (X4) adalah jumlah insektisida yang digunakan pada lahan dan pohon jambu air yang di hitung selama masa produksi sampai masa panen (selama 4 bulan dihitung dalam satuan liter). 6. Jarak Antar Pohon (X5) adalah jarak pohon jambu air dari pohon satu ke pohon lainya atau dengan kata lain jarak yang diterapkan oleh responden/petani (diukur dalam satuan meter). Populasi merupakan jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan, sedangkan sampel adalah sebagaian dari anggota populasi yang terpilih sebagai objek pengamatan
6
(Soekartawi, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk bermata pencaharian sebagai petani jambu air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak yang berjumlah 210 petani. Tabel 1. 5 Desa Penghasil Jambu Air Terbesar di Kabupaten Demak No.
Desa
Luas panen Produktivitas (pohon) (kg/pohon) 1. Bethokan 17.761 99,98 2. Singorejo 8.664 99,77 3. Tempuran 8.274 95,84 4. Kalicilik 7.281 98,65 5. Wonosari 5.701 91,45 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Demak
Produksi (kwintal) 17.758 8.644 7.930 7.183 5.214
Tabel diatas menunjukkan 5 desa yang merupakan penghasil jambu air terbanyak di Kabupaten Demak. Pengambilan sampel dipilih 1 desa yang memiliki produktivitas paling rendah yaitu Desa Wonosari. Pemilihan jumlah responden (sample) ditetapkan secara quote sampling. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 orang petani jambu air yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) dari daftar nama petani di 5 kelompok tani di Desa tersebut (tiap kelompok tani masing-masing diambil 20 orang yang memiliki jumlah pohon paling sedikit 15 pohon). Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dan survey lapangan terhadap para petani jambu air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain yang sudah ada sebelumnya dan sudah diolah antara lain laporan penelitian, jurnal-jurnal, karya tulis, buku-buku maupun data yang diperoleh dari sumber instansi terkait. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara. Metode wawancara dilakukan dengan maksud agar memperoleh keterangan untuk tujuan penelititan dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden yaitu petani jambu air dengan menggunakan alat wawancara berupa kuesioner. Metode Analisis Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda dalam bentuk logaritma dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Model matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode Ordinary Least Squuare ( OLS ). Fungsi produksi CobbDouglas merupakan bentuk persamaan regresi non-linier yang dapat ditulis sebagai berikut : 7
Y = b0 Untuk mempermudah perhitungan, dari fungsi tersebut kemudian diubah dalam bentuk logaritma linier, untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap produksi jambu air dapat ditulis dalam persamaan berikut : LnY = Lnb0 + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + e Keterangan : Y
= jumlah produksi jambu air dalam satu kali masa panen (Kg)
X1
= jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali produksi
(Hari
Orang Kerja/HOK). X2
= jumlah seluruh pupuk kandang yang digunakan dalam satu kali produksi (kg)
X3
= jumlah seluruh pupuk buatan yang digunakan dalam satu kali produksi (kg)
X4
= jumlah seluruh insektisida yang digunakan dalam satu kali produksi (ml)
X5
= jarak antara satu pohon ke pohon lain (meter)
b0
= konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi e
= faktor kesalahan (variabel gangguan)
Deteksi Asumsi Klasik Menurut Gujarati (2003) persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik jika memenuhi asumsi klasik, yaitu memenuhi asumsi bebas multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan agar mendapatkan model persamaan regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pengujian
asumsi klasik ini dilakukan dengan bantuan software e-views. 1. Deteksi Multikolinearitas Multikolinearitas berarti berhubungan dengan situasi di mana ada hubungan linier baik yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel X (Gujarati, 2003). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. 2. Deteksi Heteroskedastisitas Dalam regresi linear berganda salah satu yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and Estimator) adalah var (ui) = σ² mempunyai variasi yang sama. Pada kasus-kasus tertentu terjadi variasi ui tidak konstan atau variabel berubah-ubah. Tujuan deteksi heteroskedastisitas yaitu dapat dideteksi apakah
8
kesalahan pengganggu dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi. 3. Deteksi Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara anggota-anggota serangkaian observasi yang diurutkan berdasarkan waktu dan ruang (Gujarati, 2003). Deteksi autokolerasi bertujuan apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian Hipotesis Menurut Mudrajat Kuncoro (2001), ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, dapat diukur dari R², uji t dan uji F. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. 1. Koefisien Determinasi (R²) Menurut Gujarati (2003) koefisien determinasi (R²) adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variance variabel dependen, diformulasikan dalam persamaan :
Persamaan tersebut menunjukkan proporsi total jumlah kuadrat (TSS) yang diterangkan oleh variabel independen dalam model. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen lain yang belum atau tidak dimasukkan di dalam model. 2. Pengujian secara serentak (Uji F) Pengujian secara serentak (Uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2001). Hipotesis : Ho : b1, b2, b3,b4,b5 = 0 Artinya : Semua variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon secara bersama-sama/simultan bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap produksi jambu air. Ha : b1, b2, b3,b4,b5 ≠ 0
9
Artinya : Semua variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon secara bersama-sama/simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap produksi jambu air. 3. Uji Individual (Uji t) Uji t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (ßi) sama dengan nol. Hipotesis nol yang digunakan: H0 : b1, b2, b3,b4,b5 ≤ 0 Artinya : Tiap variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon masing-masing bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap produksi jambu air. Adapun hipotesis alternatifnya adalah: H1 : b1, b2, b3,b4,b5 ≥ 0 Artinya : Tiap variabel kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon masing-masing merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap produksi jambu air.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Letak geografis Kabupaten Demak berada di Provinsi Jawa Tengah bagian Utara dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga sangat potensial sebagai daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan berada pada lalu lintas yang cukup ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Kabupaten Demak terletak pada koordinat 6 0 43' 26" 70 09' 43" Lintang Selatan dan 110 ° 27' S8" - 1100 48' 47" Bujur Timur. Kecamatan Bonang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Demak. Secara geografis Kecamatan Demak memiliki luas wilayah 5.970,90 ha dengan ketinggian wilayah kurang dari 500 meter dari permukaan air laut. Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan pulau-pulau di Pasifik. Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buahbuahan yang potensial. Gambaran Umum Responden 1. Responden berdasarkan Umur 10
Dalam penelitian ini informasi mengenai umur adalah informasi yang cukup penting. Hal ini dikarenakan perbedaan umum pada setiap responden akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam melakukan tindakan. Tabel 2. Kategori Umur Responden No. 1. 2. 3. 4.
Umur 20 – 29 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun > 50 tahun Total Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Jumlah 14 46 35 5 100
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur responden rata-rata adalah pada interval antara 30 – 39 tahun sebanyak 46 orang (46%) dan antara 40 - 49 tahun sebanyak 35 orang (35%). 2. Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani Informasi mengenai pengalaman bertani dalam penelitian ini merupakan salah satu hal yang penting juga karena akan mempengaruhi pengalaman para petani dalam mengelola jambu air. Tabel 3. Pengalaman Bertani Responden No 1. 2. 3. 4. 5.
Pengalaman Bertani (tahun) 0–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25 Total Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Frekuensi 12 37 28 16 7 100
Pengalaman dalam mengelola jambu air merupakan modal awal bagi petani. Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengalaman usaha pertanian rata-rata adalah pada interval antara 6 - 10 tahun sebanyak 37 orang (37%) dan antara 11 – 15 tahun sebanyak 28 orang (28%). Dapat dikatakan pengalaman petani dalam mengelola jambu air tergolong baru. 3. Responden Berdasarkan Pendidikan Pengetahuan dapat dipengaruhi tingkat pendidikan formal sehingga akan berpengaruh juga terhadap pola pikir dan penguasaan teknologi para petani. Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden rata-rata adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 59 orang (37%) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 22 orang (22%).
11
Dapat dikatakan
bahwa petani jambu air di Kabupaten Demak sebagian besar masih
berpendidikan Sekolah Dasar. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden No
Pendidikan
Jumlah
1 2 3 4
Tidak Sekolah 9 SD/ Sederajat 59 SMP/ Sederajat 22 SMA/ Sederajat 10 Total 100 Sumber : data primer yang diolah, 2011 4. Responden Berdasarkan Jumlah Pohon Jambu Air Dalam penelitian ini informasi mengenai jumlah pohon adalah informasi yang cukup penting. Tabel 5. Jumlah Pohon Jambu Air Responden No.
Jumlah Pohon Frekuensi Jambu Air 1. 16 – 25 8 2. 26 – 35 24 3. 36 – 45 27 4. 46 – 55 13 5. 56 – 65 12 6. 66 – 75 11 7. 76 - 85 5 Total 100 Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah pohon jambu air rata-rata adalah pada interval antara 36 - 45 pohon sebanyak 27 orang (27%) dan antara 26 – 35 pohon sebanyak 24 orang (24%). Jumlah pohon yang paling sedikit pada interval antara 16 – 25 pohon sebanyak 8 orang (8%) dan antara 76 – 85 sebanyak 5 orang (5%). 5. Responden Berdasarkan Luas Perkebunan Jambu Air Tabel 6. Luas Perkebunan Jambu Air No. Luas Kebun (m²) Frekuensi 1. 400 – 600 14 2. 600 – 800 27 3. 800 – 1000 38 4. 1000 – 1200 10 5. 1200 – 1400 8 6. 1400 - 1600 3 Total 100 Sumber : Data primer yang diolah, 2011
12
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa luas kebun jambu air rata-rata adalah pada interval antara 800 - 1000 m² sebanyak 38 orang (38%) dan antara 600 – 800 m² sebanyak 27 orang (27%). Luas kebun yang paling sedikit pada interval antara 1400 – 1600 m² sebanyak 3 orang (3%) dan antara 1200 - 1400 sebanyak 8 orang (8%). Statistik Deskriptif Tabel 7. Statistik Deskriptif N
Maximum Minimum
Produksi (Y) 100 HOK (X1) 100 Pupuk kandang (X2) 100 Pupuk buatan (X3) 100 Insektisida (X4) 100 Jarak antar pohon (X5) 100 Sumber : Data primer yang diolah, 2011
1400,00 65,00 700,00 70,00 13,00 8,00
200,00 15,00 75,00 10,00 0,50 4,0
Mean 641.500 37,570 318,250 31,940 5,095 6,465
Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut : 1. Produksi Produksi jambu air dari masing-masing petani diukur berdasarkan
volume hasil
panen rata-rata yang diperoleh dari lahan yang dimiliki petani jambu air yang berhasil dipanen. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata produksi jambu air yang diperoleh dalam satu kali panen dari 100 petani adalah sebanyak 641,50 kg. Produksi terendah adalah sebesar 200 kg dan produksi terbesar mencapai 1400 kg. Jumlah produksi jambu air yang terbanyak yang diperoleh petani adalah pada hasil produksi 501 hingga 800 kg per panen yaitu yang diperoleh oleh 48 orang petani atau 48% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memperoleh panen jambu air sebanyak 1101 hingga 1400 kg yaitu sebanyak 4 orang petani atau 4,00%. 2. Tenaga Kerja (Hari Orang Kerja) HOK yang digunakan adalah jumlah hari Hari Orang Kerja (HOK) yang diperlukan dalam satu masa produksi. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah HOK rata-rata pada setiap petani sebesar 37,57 (HOK). Hal ini berarti bahwa pemilik lahan jambu air di Demak rata-rata mempekerjakan orang selama 37,57 hari kerja. Jumlah HOK paling sedikit adalah sebanyak 15 HOK dan paling banyak adalah 65 HOK. Jumlah hari kerja yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak 28 hingga 60 HOK yaitu pada 43 orang petani atau 43% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki penggunaan hari kerja sebanyak 53 hingga 65 HOK yaitu pada sebanyak 9 petani atau 9% sampel. 3. Pupuk Kandang 13
Pupuk kandang merupakan pupuk alam yang dibuat dari kotroran hewan. Pupuk kandang yang biasa dipakai adalah dari kotoran kambing dan sapi. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata jumlah pupuk kandang yang digunakan oleh petani untuk memproduksi jambu air dalam satu masa panen adalah sebanyak 318,25 kg dengan jumlah yang paling kecil sebanyak 75 kg dan yang paling banyak mencapai 700 kg. Jumlah pupuk kandang yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak 232 hingga 387 kg yaitu sebanyak 48 orang petani atau 48% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang menggunakan pupuk kandang sebanyak 544 hingga 700 kg yaitu sebanyak 3 orang petani atau 3%. 4. Pupuk Buatan Pupuk buatan adalah merupakan pupuk yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Pupuk buatan yang biasa dipakai adalah jenis pupuk Urea. Penggunaan pupuk buatan diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan buah jambu air. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata jumlah pupuk buatan yang digunakan oleh petani sebanyak 31,94 kg dengan jumlah yang paling kecil sebanyak 10 kg dan yang paling banyak mencapai 70 kg. Jumlah pupuk buatan yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak 26 hingga 40 kg yaitu sebanyak 48 orang petani atau sebesar 48%. Sedangkan yang paling sedikit adalah sebanyak 63 hingga 70 kg yaitu masing-masing sebanyak 3 orang petani atau 3%. 5. Insektisida Insektisida yang digunakan oleh petani umumnya adalah insektisida cair sehingga penyajian diukur berdasarkan satuan liter. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata jumlah insektisida yang digunakan oleh petani jambu air adalah sebanyak 5,095 liter dalam sekali panen. Penggunaan insektisida terkecil adalah sebanyak 0,5 liter dan terbanyak adalah sebanyak 13 liter. Jumlah insektisida yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak 3,626 hingga 6,75 liter untuk satu kali masa panen yaitu sebanyak 60 orang petani atau sebesar 60%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki penggunaan insektisida sebanyak 9,876 liter hingga 13,0 liter yaitu sebanyak 6 orang petani atau sebesar 6%. 6. Jarak Antar Pohon Jarak antar pohon menentukan tingkat kesuburan tanaman karena terkait dengan pemenuhan kebutuhan unsur-unsur yang dapat diperoleh dari tanah. Berdasarkan data yang diperoleh jarak tanam antar pohon yang dilakukan cukup bervariasi dimana rata-rata jarak tanam adalah sepanjang 6,465 meter dengan jarak terpendek adalah sepanjang 4 meter dan jarak terpanjang mencapai 8 meter. Jarak tanam terbanyak yang diterapkan oleh petani jambu air adalah pada jarak 7 – 8 meter agar pertumbuhan akar dan batang pohon menjadi lebih 14
bagus. Pada jarak 6 – 7 meter yaitu sebanyak 33 orang atau 33%. Sedangkan yang paling sedikit adalah pada jarak tanam 4 – 5 meter yaitu sebanyak 20 orang atau 20%. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda, dimana dalam analisis regresi tersebut akan menguji pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program Eviews 6 berdasarkan data-data yang diperoleh dari 100 sampel. Namun, untuk memastikan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh merupkan model yang fit (cocok), maka sebelumnya akan diuji terlebih dahulu syarat penggunaan regresi linier berupa asumsi-asumsi klasik. Pengujiian Asumsi Klasik Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik jika memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah deteksi normalitas, deteksi multikolinieritas, deteksi autokorelasi dan deteksi heteroskedastisitas. 1. Deteksi Normalitas Deteksi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Gambar 4.7 Pengujian Normalitas 14
Series: Residuals Sample 1 100 Observations 100
12 10 8 6 4 2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.47e-15 -0.001975 0.433194 -0.438625 0.151111 0.062515 3.478860
Jarque-Bera Probability
1.020579 0.600322
0 -0.25
0.00
0.25
Sumber : Hasil Output Eviews Berdasarkan Gambar 4.7 diatas dapat dijelaskan bahwa uji Jarque-Bera menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,60 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel residual regresi penelitian ini terdistribusi secara normal, hal ini karena nilai Jarque-Bera lebih besar dibanding nilai signifikansi.
15
2. Deteksi Multikolinieritas Tabel 8. Deteksi Multikolinieritas Model
R²
Keterangan
Y = f(X1,X2,X3,X4,X5)
0.831
X1 = f(X2,X3,X4,X5)
0.600
< 0.831
X2 = f(X1,X3,X4,X5) X3 = f(X1,X2,X4,X5)
0.821 0.748
< 0.831 < 0.831
X4 = f(X1,X2,X3,X5)
0.789
< 0.831
X5 = f(X1,X2,X3,X4)
0.764
< 0.831
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews Multikolinearitas berarti berhubungan dengan situasi dimana ada hubungan linier baik yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel X (Gujarati, 2003). Pada Tabel 4.5 hasil pengujian diperoleh bahwa variabel X memiliki nilai R² yang lebih kecil dari variabel Y ( < 0.831 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas dalam regresi. 3. Deteksi Heteroskedastisitas Model
regresi
dikatakan
baik,
apabila
tidak
terjadi
heteroskedastisitas
(homoskedastisitas). Deteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Hasil pengujian heteroskedastisitas sebagaimana pada lampiran, menunjukkan hasil sebagai berikut. Tabel 9. Deteksi Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0,513032 Prob. F(5,94) 2,656403 Prob. Chi-square (5) 2,875953 Prob. Chi-square (5)
0,7658 0,7528 0,7191
Sumber : Hasil Output Eviews Berdasarkan Tabel hasil uji Glejser diperoleh bahwa pada persamaan dapat disimpulkan bebas dari heterokedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari besarnya probability pengujian Obs*R-squared sebesar 0,7528 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. 4. Deteksi Autokorelasi Deteksi autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara variabel penganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t- (sebelumnya). Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa nilai Probabilitas ChiSquare pada uji LM sebesar 0,2929 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Berdasarkan pengujian
16
Langrange Multiplier diketahui bahwa kedua persamaan tersebut bebas dari autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada lampiran C. Tabel 10. Deteksi Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.158281 2.456157
Prob. F(2,92) Prob. Chi-Square(2)
0.3186 0.2929
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews Hasil dan Pembahasan Model Regresi Setelah dilakukan pengujian penyimpangan asumsi klasik yang menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hal ini menunjukkan juga bahwa model analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas yang dipakai relevan untuk diteliti. Dari hasil analisis regresi yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Regresi Dependent Variable: Y Method : Least Square Sample : 100 Variable
Coefficient
Std.Error
t-statistic
C 2.836.983 0.405383 6.998.284 HOK (X1) 0.047397 0.081253 0.583324 Pupuk kandang (X2) 0.207383 0.093218 2.224.704 Pupuk buatan (X3) 0.286485 0.092813 3.086.678 Insektisida (X4) 0.108605 0.054359 1.997.915 Jarak antar pohon (X5) 0.579844 0.181467 3.195.307 F-statistic R-squared 0.831 Prob(F-statistic) Adjusted R-squared 0.822 Sumber : Hasil Output Eviews yang diolah
Prob. 0.0000 0.5611 0.0285 0.0027 0.0486 0.0019 92.661 0.000
Dari hasil analisis regresi pada Tabel 4.8 terlihat bahwa hasil regresi dengan R² adalah sebesar 0,831. Hasil regresi tersebut atas menunjukkan bahwa angka koefisien regresi elastisitas produksi untuk HOK, pupuk kandang, pupuk buatan dan insektisida menunjukkan elastisitas yang positif yaitu dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut : LnY = 2,836 + 0,047 Ln.X1 + 0,207 Ln.X2 + 0,286 Ln.X3 + 0,108 Ln.X4 + 0,580 Ln.X5 Pengujian Hipotesis
17
Setelah proses pengujian penyimpangan asumsi klasik terhadap model yang diajukan dinyatakan bebas atau lolos pengujian, maka proses berikutnya dilanjutkan dengan justifikasi statistik antara lain adalah Uji F, Uji t, dan koefisien determinasi (R²). 1. Koefisien Determinasi (R2) Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R2 pada
model regresi.
Berdasarkan Nilai Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0,831. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh faktor produksi (X) yang digunakan yaitu variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida dan jarak antar pohon secara simultan berpengaruh terhadap tingkat produksi (Y) yang dicapai. Besarnya pengaruh (kontribusi) seluruh faktor produksi (X) terhadap nilai produksi (Y) yaitu sebesar 0,831 atau 83 %, sisanya sebesar 17 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. 2. Uji Secara Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (secara bersama-sama) terhadap variabel dependen, secara statistik. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dengan melihat nilai F-hitung dan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 5%) dan df = 100, diperoleh nilai F tabel sebesar 2,32. Menurut Tabel 4.9 diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F tabel yaitu 92,661 > 2,32. Tingkat signifikansi juga menunjukkan 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) yaitu 5 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara serentak mempengaruhi jumlah produksi secara signifikan. 3. Pengujian secara Parsial (Uji t) Pengujian koefisien regresi parsial atau uji t digunakan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak dengan mengetahui apakah variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis penelitian dinyatakan dapat diterima atau dikatakan ditolak dengan cara membandingkan nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel. Dengan melihat t-hitung dan nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 5%) dan df = 100, hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t) Variabel Independen HOK (X1) Pupuk kandang (X2) Pupuk buatan (X3) Insektisida (X4) Jarak antar pohon (X5) Sumber: Data Primer, Diolah
t-hitung 0,583 2,224 3,086 1,997 3,195
18
t-tabel 1,985 1,985 1,985 1,985 1,985
Kesimpulan Tidak signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Berdasarkan Tabel 12 diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki koefisien regresi dengan arah positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan faktor produksi tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida dan jarak antar pohon dapat berpotensi meningkatkan produksi jambu air. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut maka dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Pengaruh Variabel Tenaga Kerja Hipotesis : Ho
: Diduga variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air.
Ha
: Diduga variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air. Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel tenaga kerja mempunyai nilai
t-hitung lebih kecil daripada t-tabel yaitu < t-tabel (0,583 < 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,561 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi jambu air. Faktor tenaga kerja / HOK dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi jambu air. Dapat disimpulkan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu proses produksi usaha jambu air tidak secara langsung meningkatkan produksinya. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart penggunaan tenaga kerja untuk setiap Ha dengan jumlah pohon kurang lebih 150 pohon adalah sebanyak 200 HOK(Hari Orang Kerja) b. Pengaruh Variabel Pupuk Kandang Hipotesis : Ho
: Diduga variabel pupuk kandang tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air.
Ha
: Diduga variabel pupuk kandang berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air. Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel pupuk kandang mempunyai
nilai t-hitung > t-tabel (2,224 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pupuk kandang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, pupuk kandang memiliki pengaruh yang positif dan signifikan 19
terhadap produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien regresi variabel pupuk kandang sebesar 0,207 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 persen pupuk kandang akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,207 persen dengan catatan faktor-faktor lain tidak berubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi jambu air. Nilai Koefisien regresi variabel pupuk kandang memiliki arah positif. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart penggunaan pupuk kandang untuk setiap Ha dengan jumlah pohon kurang lebih 150 pohon adalah sebanyak 20 ton. c. Pengaruh Variabel Pupuk Buatan Hipotesis : Ho
: Diduga variabel pupuk buatan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air.
Ha
: Diduga variabel pupuk buatan berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air. Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel pupuk buatan mempunyai nilai
t-hitung > t-tabel (3.086 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pupuk buatan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, pupuk buatan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien regresi varibel pupuk buatan sebesar 0,286 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 persen pupuk buatan akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,286 persen dengan catatan faktor-faktor lain tidak berubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk buatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi jambu air. Nilai Koefisien regresi variabel pupuk buatan memiliki arah positif. Maka dapat disimpulkan peningkatan pupuk buatan yang digunakan akan meningkatkan produksi jambu air. d. Pengaruh Variabel Insektisida Hipotesis : Ho
: Diduga variabel insektisida tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air.
Ha
: Diduga variabel insektisida berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air. 20
Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel insektisida mempunyai nilai thitung > t-tabel (1,997 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel insektisida berpengaruh signifikan secara terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,049 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, insektisida memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien regresi variabel insektisida sebesar 0,108 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 persen insektisida akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,108 persen dengan catatan faktor-faktor lain tidak berubah. Hasil penelitian mendapatkan bahwa insektisida merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap produksi jambu air dengan arah positif. Sehingga penggunaan insektisida yang lebih banyak akan meningkatkan produksi jambu air. Penggunaan insektisida yang sesuai dengan dosis anjuran akan mampu meningkatkan produktifitasnya, anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart penggunaan insektisida untuk setiap Ha dengan jumlah pohon 150 pohon adalah sebanyak 7 liter. Hal tersebut dikarenakan pohon jambu air memiliki hama tanaman dari jenis serangga (ulat). Selain itu, insektisida juga berfungsi sebagai penumbuh buah dan daun. e. Pengaruh Variabel Jarak Antar Pohon Hipotesis : Ho
: Diduga variabel jarak antar pohon tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air.
Ha
: Diduga variabel jarak antar pohon berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi jambu air. Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel jarak antar pohon mempunyai
nilai t-hitung > t-tabel (3,195 > 1,985) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel jarak antar pohon berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, jarak antar pohon memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien regresi variabel jarak antar pohon sebesar 0,580 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 persen jarak antar pohon akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,580 persen dengan catatan faktor-faktor lain tidak berubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam pohon jambu air dalam penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap produksi jambu air dengan 21
arah hubungan positif. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart jarak antar pohon yang ditetapkan yaitu 8 x 8. Hasil ini menjelaskan bahwa jarak antar pohon yang lebih panjang akan meningkatkan produksi jambu air. PENUTUP Kesimpulan Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat produksi jambu air dalam usahatani jambu air di Kabupaten Demak. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor produksi tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon terhadap jumlah produksi jambu air dengan analisis linier berganda pada usahatani
jambu air di Desa
Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak menggunakan fungsi produksi CobbDouglas. Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel Tenaga Kerja tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,561 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. 2. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel pupuk kandang memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. 3. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel pupuk buatan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. 4. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel insektisida memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,049 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. 5. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel Jarak antar Pohon memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan tenaga kerja diharap dikelola setepat mungkin agar tidak boros biaya tenaga kerja, dikarenakan jumlah tenaga tidak berpengaruh pada produksi yang dihasilkan. Diharapkan para petani dapat bertindak secara efektif dalam menggunakan pupuk kandang, pupuk buatan, dan insektisida agar hasil produksi jambu air maksimal. Serta 22
jarak antar pohon harap diperhatikan menurut ukuran standar (jarak) yang ditetapkan, karena jarak yang tidak sesuai dengan ukuran standar minimum akan mempengaruhi pertumbuhan pohon sehingga mempengaruhi jumlah produksi jambu air. 2. Dalam menjalankan usaha tani ini harga jambu air sering naik turun, terutama ketika panen raya harga jambu air akan jatuh. Pemerintah Daerah Kabupaten Demak diharap menerapkan kebijakan untuk melakukan penanaman of season (pembuahan diluar musim) dikarenakan cuaca tidak terlalu mempengaruhi produksi jambu air. Tujuanya adalah agar pohon jambu air tidak bersamaan berbuah, sehingga harga tidak jatuh seperti saat panen raya. 3.
Sebaiknya sering diadakan penyuluhan-penyuluhan baik yang diadakan oleh Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan maupun dinas pertanian Kabupaten Demak sehingga dapat menambah pengetahuan maupun informasi yang lebih banyak bagi petani untuk mengelola usaha tani jambu air. Pemerintah diharapkan memberikan bantuan berupa modal, pupuk, insektisida, bibit jambu air kepada para petani.
23
DAFTAR PUSTAKA Amelia Zulianti Siregar. 2008. Insektida Perlukah?. Departemen HPT Fakultas Pertanian USU. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2007 - 2010. Kabupaten Demak Dalam Angka, Semarang. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2005 - 2009. Jawa Tengah Dalam Angka, Semarang. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2004 – 2008. Jawa Tengah Dalam Angka, Semarang. BAPPENAS. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. Jakarta. Beattie, Bruce R dan C Robert Taylor. 1994. Ekonomi Produksi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Dernberg, Thomas F. 1992. Konsep Teori dan Kebijakan Makroekonomi. penerjemah Karyaman Muchtar. Erlangga, Jakarta. T Gilarso. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius, Yogyakarta. Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Undip, Semarang. Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga, Jakarta. Harianto. 2007. “Peran Pertanian dalam Ekonomi Pedesaan”. Paper disajikan pada Seminar Nasional oleh Pusat Analisi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor, 4 Desember 2007. Mawazin dan Hendi Suhaendi. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Diameter (Effect of Plant Spacing on the Diameter Growth of Shorea parvifolia Dyer). Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Mudrajat Kuncoro. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Lincolin Arsyad dan Adiningsih S. 2003. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga. STIE YKPN, Yogyakarta. Miller, Roger Leroy & Roger E. Meiners. 2000. Teori Mikro Ekonomi Intermediate. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Nicholson, Walter. 1998. Mikroekonomi Intermediate. Binarupa Aksara, Jakarta. Pindyck, Roberts dan Daniel L. Rubinfield. 1995. Microeconomics. Prentice Hall International, Inc. Sadono Sukirno. 2000. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Salvatore, Dominic. 1997. Teori Ekonomi Mikro. Erlangga, Jakarta. Soedarsono. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta. 24
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. CV Rajawali, Jakarta. Suparmi. 1986. Ekonomi Pertanian. Karunika Jakarta Universitas Terbuka, Jakarta. Tribowo. 2010. Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produksi Belimbing (Studi Kasus di Desa Bethokan Kecamatan Demak Kabupaten Demak). Skripsi, Universitas Diponegoro. Semarang.
25