ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3

Download 9 Nov 2017 ... Metode Hazard and Operability Study (HAZOP) pada bagian Hydrotest Manual di . PT. Cladtek ... memberikan petunjuk dan nasehat...

0 downloads 277 Views 4MB Size
ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) PADA BAGIAN HYDROTEST MANUAL DI PT. CLADTEK BI METAL MANUFACTURING

SKRIPSI

Oleh : Suci Oktavia Dwi Ningsih 4121301015

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS TERAPAN JURUSAN MANAJEMEN BISNIS POLITEKNIK NEGERI BATAM 2017

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) PADA BAGIAN HYDROTEST MANUAL DI PT. CLADTEK BI METAL MANUFACTURING Oleh : Suci Oktavia Dwi Ningsih

ABSTRAK Penelitian ini mengenai Analisis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP) penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi, potensi bahaya menggunakan Job Safety Analysis (JSA), penilaian risiko, pengendalian risiko, dan pemantauan dan evaluasi. Penelitian ini dilakukan di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing, data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan secara langsung, dokumentasi, serta wawancara dengan tujuh orang informan yaitu : HSE Manager, Staff HSE, Safety Officer dan empat orang pekerja Hydrotest Manual. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Langkah dalam melakukan analisis data yaitu mengetahui urutan proses produksi, mengidentifikasi potensi bahaya, mengetahui analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA), penilaian resiko, pengendalian resiko, pemantauan dan evaluasi, analisis dan pembahasan, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan PT. Cladtek pada bagian Hydrotest Manual terdapat potensi bahaya dengan rata-rata bahaya resiko sedang, JSA dapat menurunkan resiko kecelakaan kerja, potensi kecelakaan kerja jarang terjadi, dapat mengendalikan resiko dimasa yang akan datang, pemantauan dan evaluasi baik. Kata kunci : HAZOP, Hydrotest Manual, K3, Kecelakaan Kerja

iv

ABSTRACT This study concerned about Risk Analysis Occupational Health and Safety (OHS) using Hazard and Operability Study (HAZOP). This study aimed to identified hazardous potential of using Job Safety Analysis (JSA), risk assessment, risk control, monitoring and evaluation. This study was conducted at PT. Cladtek BiMetal Manufacturing, the data were obtained through direct observation, documentation, and interviews with seven interviewees : HSE Manager, Staff HSE, Safety Officer and four employees of Hydrotest Manual. This study was using qualitative descriptive method. The Process of data analyzing was determined the step of the production process, identified hazardous potential, to knew the analysis of the hazardous potential to the Job Safety Analysis (JSA), risk assessment, risk control, monitoring and evaluation, analysis and discussion, and the conclusion. The result showed Department of Hydrotest Manual in PT. Cladtek occurred a hazardous potential with hazard medium risk, JSA could reduced risk of occupational incident, occupational incident rarely happening, control the risk for the future work, better monitoring and evaluation. Keywords: HAZOP, hydrotest Manual, OHS, Accident

v

KATA PENGANTAR Assalammua’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah. Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP) pada bagian Hydrotest Manual di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing. Salam dan sholawat tercurah kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada : 1. Bapak Dr. Priyono Eko Sanyoto selaku Direktur Politeknik Negeri Batam. 2. Bapak Uuf Brajawidagda, S.T., M.t., Ph.D selaku Pembantu Direktur I Bidang Akademik. 3. Ibu Dwi Kartikasari, S.T., M.B.A selaku Ketua Jurusan Manajemen Bisnis 4. Bapak Rahmat Hidayat, M.AB selaku Ketua Program Studi Administrasi Bisnis Terapan 5. Ibu Shinta Wahyu Hati, S.Sos., M.AB selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, mengarahkan, memberikan dorongan semangat, nasehat, kesabaran dan penuh perhatian terhadap saya agar dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu dan dengan baik. 6. Ibu Rusda Irawati,S.E., M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk dan nasehat dalam ujian skripsi ini.

vi

7. Ibu Nur Rahmah Andayani, S.IP., M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk dan nasehat dalam ujian skripsi ini. 8. Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa dan dengan sabar memberikan semangat baik moral maupun material kepada saya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi tepat waktu. 9.

Sahabat seperjuangan Saras, Windy dan Riska yang selalu ada disaat suka dan duka, yang selalu memberikan motivasi dan menghibur disaat sedang stress dengan tugas-tugas dan ujian terutama di masa-masa menyusun skripsi yang tingkat stress-nya meningkat 100%, terima kasih karena sudah ada di saat-saat itu dan semoga persahabatan kita tetap terjaga.

10. Bapak Jan Jonswan Hutasoit selaku Manager HSE yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Perusahaan tersebut dan bersedia membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Kak duma, kak lona, Pak Ali, Pak Juni, Pak Gunawan, Bang Hendra, Bang Khairul, Pak Yohanes, Ibu fitri, Pak Roy, Pak Janatul, Pak Iswantika, Pak Fahmi, dan Pak Kabib yang telah membantu dan menerima saya sebagai anak magang dan dengan ikhlas membagikan ilmu tentang dunia kerja yang sesungguhnya serta motivasi dan candaan yang selalu diberikan. 12. Pak Kamiruddin, Pak Gumba Arianto, Pak Robert, dan Pak Sultan Juliadi selaku karyawan lapangan khususnya bagian Hydrotest Manual di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing yang telah bersedia memberikan waktunya untuk penelitian saya. 13. Untuk kelas Reguler AB-A dan kelas Karyawan AB-B terima kasih karena sudah menjadi teman sekelas yang baik dan menerima saya. Suka dan duka

vii

telah kita dilewati bersama-sama, khususnya untuk kelas regular AB-A terima kasih untuk 4 tahunnya kalian teman sekelas yang terbaik untuk saya. 14. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu atas selesainya Skripsi ini. Besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua orang yang membaca walaupun skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun agar laporan ini semakin baik. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih. Wassalammualaikum Wr. Wb.

Batam, Penulis

Suci Oktavia Dwi Ningsih

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... i PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. iii ABSTRAK ................................................................................................................. iv ABSTRACT .................................................................................................................v KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi DAFTAR ISI.............................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah .....................................................................5 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................6 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................6 1.4.1 Manfaat Praktis, Bagi Perusahaan ...............................................................6 1.4.2 Manfaat Teoritis, Bagi Pembaca dan Penulis ..............................................7 1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................................7 BAB II. KAJIAN EMPIRIS DAN TEORITIS .........................................................8 2.1. Kajian Empiris (Penelitian Terdahulu) ..................................................................8 2.2 Kajian Teoritis .....................................................................................................17 2.2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .....................................................17 2.2.2 Hazard and Operability Study (HAZOP)....................................................36 BAB III. METODE PENELITIAN .........................................................................40 3.1 Desain atau Jenis Penelitian ................................................................................40 3.2 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................41 3.3 Jenis dan Sumber Data .........................................................................................42 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................43 3.4.1 Observasi ..................................................................................................43 3.4.2 Dokumentasi ...............................................................................................44 3.4.3 Wawancara .................................................................................................44 3.5 Metode Analisis Data ............................................................................................44 3.6 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................................47 Bab IV. HASIL PENELITIAN ................................................................................48 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ............................................................................48 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan .....................................................48 4.1.2 Struktur Organisasi .....................................................................................52 4.1.3 Ruang Lingkup Usaha ...............................................................................56 4.1.4 Proses Bisnis ..............................................................................................59 4.2 Hasil Penelitian ....................................................................................................60 4.2.1.Kegiatan Produksi ......................................................................................60 4.2.2 Kegiatan Proses Produksi pada Hydrotest Manual ....................................65

ix

4.2.3Mengidentifikasi adanya Potensi Bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja .........................................................................................70 4.2.4 Mengetahui Analisis Potensi Bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja .........................................................................................................71 4.3 Penilaian Resiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................78 4.3.1 Melakukan Perangkingan Kemungkinan (Likelihood) ..............................78 4.3.2 Melakukan Perangkingan Keparahan (Consequences) ..............................79 4.3.3 Tingkat Bahaya dalam bentuk Matriks Resiko (Risk Matrix) ..................80 4.3.4 Temua Potensi Bahaya (Risk Level) ..........................................................83 4.4 Pengendalian Resiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja .....................87 4.4.1 Tindakan Pencegahan .................................................................................87 4.5 Pemantauan dan Evaluasi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..............94 4.6 Pembahasan Penelitian .........................................................................................97 4.6.1 Identifikasi Bahaya PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ........................98 4.6.2 Analisis Potensi Bahaya dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ......................................................99 4.6.3 Penilain Resiko PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ...........................100 4.6.4 Pengendalian Resiko PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ...................102 4.6.5 Pemantauan dan Evaluasi PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ...........104 Bab V. PENUTUP ...................................................................................................106 5.1. Kesimpulan .......................................................................................................106 5.2. Saran ..................................................................................................................107 5.3. Keterbatasan.......................................................................................................108 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................109 LAMPIRAN ............................................................................................................111

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar 2.2.2.-1 4.1.1-1 4.1.1-2 4.1.2-1 4.1.4-1 4.2.1-1 4.2.1-2 4.2.1-3 4.2.1-4 4.2.1-5 4.2.1-6 4.2.1-7 4.2.2-1 4.2.2-2 4.2.2-3 4.2.2-4 4.2.4-1 4.2.4-2 4.2.4-3 4.2.4-4 4.4.1-1 4.4.1-2 4.4.1-3 4.4.1-4 4.4.1-5 4.4.1-6 4.4.1-7 4.5-1 4.5-2 4.5-3 4.5-4

Judul Gambar

hlm

Prosedur Studi Hazop ………………………………………………… 38 PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing …………………………...... 49 Logo Perusahaan ………………………………………………....... 50 Struktur Organisasi Perusahaan/Instansi ………………………...... 53 Proses Bisnis Perusahaan ………………………………………….. 59 Incoming Material ………………………………………………… 60 Proses Sandblasting……………………………………………....... 61 Proses Welding ……………………………………………………... 62 Proses Quality Control ……………………………………………...62 Proses Hydrotest Automatic……………………………………....… 63 Proses Hydrotest Manual ………………………………………...… 64 Alat Pengecekan Tekanan Air …………………………….....…….. 64 Proses Produksi Hydrotest Manual ……………………………….. 66 Aksesoris Pipa ……..……………………………………………… 67 Sambungan Pipa …………….……….……………………….……. 68 Memindahkan Pipa ke Bungker ………………………………….…69 JSA Worksheet Form ………………………………………………. 71 JSA Worksheet Form ………………………………………………. 72 Kegagalan dalam Hydrotest ……………………………….……..... 77 Barikade ………………………………………………….…….……78 Sticker Safety Induction ……………………………………………. 88 Alat Pelindung Diri ……………………………………………….... 89 Toolbox Meeting ………………………………………….………... 90 Safety Alert …………………………………………………………. 91 Logo K3 …………………………………………………………... 92 Safety Calender …………………………………………….………. 93 Permit to Work …………………………………………………….. 94 Pengecekan Peralatan ……………………………………….……... 95 Pekerja yang Kompeten …………………………………….……… 96 Proses sesuai Prosedur …………………………………………….. 96 Safety Briefing …………………………………………………….. 97

xi

DAFTAR TABEL

No Tabel 2.1-1 4.2.4-1 4.3.1-1 4.3.2-1 4.3.3-1 4.3.3-2 4.3.4-1

Judul Tabel Kajian Empiris ……………………………………………………. Identifikasi Hazard and Risk ……………………………………… Kemungkinan (Likelihood)………………………………………… Keparahan (Consequences)………………………………………... Kemungkinan dan Konsekuensi …………………………………... Matriks Penilaian Resiko ………………………………………….. Temuan Potensi Bahaya (Risk Level) ……………………………...

xii

hlm 8 75 79 79 81 82 83

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ke 1 2 3 4 5 6 7

Judul Hasil Wawancara dengan HSE Manager ……………………… Hasil Wawancara dengan Staff HSE …………………………… Hasil Wawancara dengan Safety Officer ………………………. Hasil wawancara dengan Pekerja Lapangan Pertama ………….. Hasil wawancara dengan Pekerja Lapangan Kedua …………… Hasil wawancara dengan Pekerja Lapangan Ketiga ………..... Hasil wawancara dengan Pekerja Lapangan Keempat …………

xiii

hlm 112 113 115 119 121 123 125

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Tahun 2016 adalah tahun di mana kebijakan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau dalam istilah asing MEA disebut sebagai ASEAN Economics Community, mulai diterapkan oleh pemerintah Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Artinya, tenaga kerja asing akan banyak di Negara ini. Begitu pula sebaliknya, pekerja Indonesia akan tersebar dibeberapa Negara ASEAN. MEA diterapkan agar daya asing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat

dibutuhkan

untuk

meningkatkan

lapangan

pekerjaan

dan

menyejahterahkan penduduk Negara ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga para tenaga kerja Profesional yang ahli dibidangbidangnya masing-masing, MEA secara langsung akan mempengaruhi kualitas tenaga ahli di Indonesia (www.suaraBMR.com, 2016). Dengan adanya MEA tersebut tentu akan membuat tenaga kerja lokal menjadi khawatir mengenai lapangan pekerjaan dan mereka yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan bahasa untuk persaingan dalam mendapatkan pekerjaan, hal ini akan membuat tenaga kerja lokal harus mampu bersaing secara sehat untuk mendapatkan pekerjaan, namun tidak jarang ada yang bersaing dengan tidak sehat maksudnya adalah dengan menghalalkan segala cara agar

1

2

mendapatkan

pekerjaan.

Dengan

semakin

ketatnya

persaingan

untuk

mendapatkan sebuah pekerjaan, sering kali melupakan yang namanya keahlian dan pengetahuan yang merupakan hal penting untuk melakukan suatu pekerjaan terutama pekerjaan yang memiliki resiko tinggi kecelakaan. Suara pembaharuan 2014 dalam Hati (2014) menyatakan bahwa kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia meningkat setiap tahunnya yaitu sebanyak

93.000

kasus

(www.bpjsketenagakerjaan.go.id).

Menurut

data

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, di Indonesia sampai dengan tahun 2013 tercatat kecelakaan kerja yang mengakibatkan meninggal dunia sebanyak tidak kurang dari enam pekerja setiap harinya. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan Eropa, di Negara Eropa per hari meninggal sebanyak dua orang yang disebabkan oleh kecelakaan kerja. Menurut data Internasional Labor Organization (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat kecelakaan kerja sebanyak 99.000 kasus, mengakibatkan 70% kematian dan cacat seumur hidup. Penyebab dari kecelakaan kerja bisa datang kapan, di mana dan kepada siapa saja, terhadap yang beresiko mengalami kecelakaan kerja yang ditimbulkan karena faktor kesengajaan atau tidak. Dari sebuah Modul tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja (2009) bahwa, potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat di mana dan kepada siapa saja. Resiko bisa berakibat fatal atau hanya kecelakaan kecil, tergantung pada tingkat peluang bahaya yang ada.

3

Penyebab dari gangguan kesehatan dan keselamatan kerja dikarenakan suatu bahaya kesehatan akan muncul apabila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pekerjaan yang berlebih. Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan suatu sumber bahaya di tempat kerja. Potensi bahaya kesehatan biasanya berasal dari lingkungan kerja diantaranya faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor ergonomis, dan faktor psikologi. Maka dari itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat penting untuk kepentingan diri sendiri dan lingkungan tempat kita bekerja. Menurut Lestari, Trisyulianti (2009) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja atau menghilangkan angka kecelakan kerja perlu dilakukan sebuah langkah antisipasi baik dari pihak pekerja maupun

pihak

manajemen

perusahaan.

Kesadaran

karyawan

terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditunjukkan dengan Sikap Profesional yang dibutuhkan oleh perusahaan, sesuai dengan penelitian Hati (2014) Sikap Profesioanal karyawan ditunjukkan dengan menjalankan prosedur K3 dan kesadaran yang ditanamkan sejak pembelajaran Mahasiswa di Laboratorium.

4

Kesadaran terhadap K3 meminimalkan resiko kecelakaan di perusahaan. Diantaranya menurut Hati & Irawati (2016) bahwa melakukan pekerjaan sesuai dengan standard dan prosedur kerja adalah bagian dari keterampilan kerja, sikap melakukan pekerjaan sesuai prosedur adalah bagian dari sikap professional dalam bekerja. Sesuai dengan penelitian Hati & Wahyuni (2016) ada kesadaran karyawan dalam mematuhi prosedur untuk meminimalkan resiko kecelakaan di tempat kerja. Maka diperlukan suatu menajemen risiko kegiatannya meliputi identifikasi bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko, serta pemantauan dan evaluasi. Menurut Restuputri & Sari (2015), bahwa untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja maka diperlukan suatu manajemen risiko kegiatannya meliputi identifikasi bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko, serta pemantauan dan evaluasi. Dalam proses identifikasi dan melakukan analisis potensi bahaya dapat menggunakan metode Hazard and Operability study (HAZOP). HAZOP adalah studi keselamatan yang sistematis, berdasarkan pendekatan sistemik ke arah penilaian keselamatan dan proses pengoperasian peralatan yang kompleks, atau proses produksi (Kotek dalam Restuputri & Sari, 2015). Tujuannya untuk mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang muncul dalam fasilitas pengelolaan di perusahaan menghilangkan sumber utama kecelakaan, seperti rilis beracun, ledakan dan kebakaran (Dunjo dalam Restuputri & Sari, 2015).

5

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Restuputri & Sari (2015) bahwa HAZOP itu sendiri secara sistematis bekerja dengan mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan timbulnya kecelakaan kerja dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebagai akibat terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah diidentifikasi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP)”. 1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana identifikasi bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 2. Bagaimana analisis potensi bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 3. Bagaimana penilaian risiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 4. Bagaimana pengendalian risiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 5. Bagaimana pemantauan dan evaluasi bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop

6

1.3

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk

mengetahui

dan

menganalisis

identifikasi

bahaya

terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 2. Untuk mengetahui analisis potensi bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 3. Untuk mengetahui penilaian risiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 4. Untuk mengetahui pengendalian risiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 5. Untuk mengetahui pemantuan dan evaluasi bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan metode Hazop 1.4

Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.4.1 Manfaat Praktis, Bagi Perusahaan Manfaat praktis yaitu penulis mendapatkan ilmu secara langsung maupun tidak langsung, penulis juga mendapatkan tambahan ilmu tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan menggunakan metode HAZOP yang ada di perusahaan yang penulis teliti.

7

1.4.2

Manfaat Teoritis, Bagi Pembaca dan Penulis Manfaat teoritis yaitu dapat memahami dan mengimplementasikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan metode HAZOP untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada saat bekerja.

1.5

Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang Latar Belakang, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian BAB II. KAJIAN EMPIRIS DAN TEORITIS Bab ini membahas tentang Kajian Empiris dan Kajian Teoritis BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang Desain atau Jenis Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Me tode Analisis Data, Waktu dan Tempat Penelitian Bab IV. HASIL PENELITIAN Bab ini membahas tentang Gambaran Umum Perusahaan, Sejarah dan Perkembangan Perusahaan, Struktur Organisasi, Ruang Lingkup Usaha, Pembahasan Hasil. Bab V. PENUTUP Bab ini membahas tentang Simpulan, Saran, Keterbatasan

BAB II KAJIAN EMPIRIS DAN TEORITIS 2.1

Kajian Empiris Santika (2013) menyatakan Empiris adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan pada observasi kenyataan akal sehat, serta hasilnya tidak spekulatif. Tabel 1.4.2-1 Kajian Empiris

NO

1.

NAMA PENELITI DAN TAHUN Dian Palupi Restuputri & Resti Prima Dyan Sari, 2005

JUDUL

VARIABEL

Analisis Kecelakaan Kerja dengan Menggunaka n Metode Hazard and Operability Study (HAZOP)

independen : Penggunaan metode Hazard dan Operability Study Dependen : Kecelakaan Kerja

8

ALAT ANALISIS

Penelian Deskriptif

HASIL

1. Potensi bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada area proses pembuatan pengaman kaca (safety glass) berasal dari sumber bahaya yang telah digolongkan menjadi 9 sumber. 2. Risiko bahaya yang ditimbulkan pada area proses pembuatan kaca pengaman (safety glass) meliputi resiko ekstrim, risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah. 3. Rekomendasi yang diberikan kepada perusahaan, berdasarkan sumber bahaya yang ada, meliputi sikap

9 NO

NAMA PENELITI DAN TAHUN

JUDUL

VARIABEL

ALAT

HASIL

ANALISIS

pekerja dan kondisi lingkungan kerja. 2.

Deddi Septian Purnama, 2015

Analisa Penerapan Metpde HIRARC (Hazard Identificatio n Risk Assesment and Risk Control) dan Hazops (Hazard and Operability study) dalam kegiatan identifikasi potensi bahaya dan resiko pada proses unloading unit di PT. Toyota Astra Motor

Independen : potensi bahaya dan resiko proses unloading unit Dependent : HIRARC dan HAZOPS

Kuantitatif dan Kualitatif

1. Nilai tingkat kinerja program sebesar 78% dengan kategori warna kuning, sedangkan kategori kecelakaan kerja termasuk kedalam kelompok nearmiss dengan kategori hijau sehingga didapatkan bahwa level atau tingkat implementasi program dari hirarc pada proses unloading unit dengan truk car carrier tipe semi trailer berada pada tingkat 2 (cukup aman) dengan kategori warna kuning. 2. Hazard yang memiliki nilai resiko ekstrim pada proses unloading dengan menggunakan metode hazops. 3. Perbandingan antara metode hirarc dan hazops yaitu hirarc memiliki form lebih simple, waktu identifikasi yang lebih dominan terhadap faktor man sedangkan metode hazops lebih mudah dibaca oleh

10 NO

NAMA PENELITI DAN TAHUN

JUDUL

VARIABEL

ALAT

HASIL

ANALISIS

operator, mendetail dalam mengidentifikasi bahaya, lebih dominan terhadap equipment namun bentuk form lebih rumit, membutuhkan waktu identifikasi lebih lama dan kurang mudah digunakan. 3.

T. Lestari & Erlin Trisyulianti, 2009

Hubungan Keselamatan dan Kesehatan (K3) dengan produktivitas kerja karyawan (studi kasus: bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)

Independent : Keselamatan dan Kesehatan Dependent : Produktivitas Kerja Karyawan

Total Sampling

1. Secara umum penerapan K3 di bagian pengolahan PTPN VIII gunung mas tergolong baik yang menunjukkan bahwa faktorfaktor K3 yang dianalisis, yaitu meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin, serta peningkatan kesadaran K3, telah dilaksanakan dengan baik. 2. Secara umum produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII gunung mas tergolong baik yang artinya karyawan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi.

11 NO

NAMA PENELITI DAN TAHUN

JUDUL

VARIABEL

ALAT

HASIL

ANALISIS

3. Hubungan antarak keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan adalah positif, sangat nyata dan berkorelasi kuat. Semua faktor K3 memiliki hubungan yang posiitif, sangat nyata, dan berkorelasi kuat dengan produktivitas kerja karyawan. Pengawasan dan disiplin memiliki nilai korelasi tertinggi menunjukkan bahwa faktor ini memiliki hubungan yang paling kuat dengan produktivitas kerja karyawan dibandingkan dengan faktorfaktor lainnya. Kemudian diikuti oleh peningkatan kesadaran K3, kontrol lingkungan kerja, pelatihan keselamatan, dan publikasi keselamatan kerja memiliki nilai korelasi terendah. 4.

Shinta Wahyu Analisis Hati, 2014 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada

Independent : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dependent :

Survey Deskriptif

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat penting dalam pembelajaran di labor teknik

12 NO

5.

NAMA PENELITI DAN TAHUN

Shinta Wahyu Hati & Rusda Irawati, 2016

JUDUL

VARIABEL

ALAT

HASIL

ANALISIS

pembelajara n di Laboratoriu m Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam

Pembelajaran dilaboratoriu m prodi teknik mesin Politeknik Negeri Batam

Analisis Faktor-faktor yang mempengaru hi Produktivitas Tenaga Kerja Wanita bagian Operator Produksi pada Industri Manufaktur di Kawasan Batamindo Batam

Independent : Produktivitas Kerja Dependent : Tenaga Wanita bagian Operator

mesin. 2. Mahasiswa mesin menyatakan 66,67% faktor lingkungan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja di labor mesin. 3. Mahasiswa mesin menyatakan 67,429% kinerja belajar labor adalah baik. 4. Sikap kerja profesional sangat dibutuhkan oleh perusahaan, sikap profesional ditunjukkan dengan menjalankan prosedur K3 dan kesadaran pentingnya K3 untuk bidang teknik mesin. Kuantitatif eksplanasi

1. Motivasi kerja berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja wanita bagian operator sebesar 0,373 atau 37,3%. Adanya pengaruh ini dibuktikan dengan menggunakan uji t. Hasil analisis uji t diperoleh nilai t hitung 3.773 dan t table 1,671. Bisa disimpulkan bahwa t hitung > t table.. Adanya pengaruh juga ditunjukkan dengan melihat

13 NO

NAMA PENELITI DAN TAHUN

JUDUL

VARIABEL

ALAT

HASIL

ANALISIS

tingkat nilai signifikansi dibawah 0,05 yaitu (0,000 < 0,05). 2. Disiplin kerja berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja wanita bagian operator sebesar 0,255 atau 25,5%. Adanya pengaruh ini dibuktikan dengan menggunakan uji t. Hasil analisis uji t diperoleh nilai t hitung 4.230 dan t table 1,671. Bisa disimpulkan bahwa t hitung > t table.. Adanya pengaruh juga ditunjukkan dengan melihat tingkat nilai signifikansi dibawah 0,05 yaitu (0,000 < 0,05). 3. Keterampilan kerja berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja wanita bagian operator sebesar 0,323 atau 25,5%. Adanya pengaruh ini dibuktikan dengan menggunakan uji t. Hasil analisis uji t diperoleh nilai t hitung 5.847 dan t table 1,671. Bisa disimpulkan bahwa t hitung > t table.. Adanya

14 NO

NAMA PENELITI DAN TAHUN

JUDUL

VARIABEL

ALAT

HASIL

ANALISIS

pengaruh juga ditunjukkan dengan melihat tingkat nilai signifikansi dibawah 0,05 yaitu (0,000 < 0,05). 6.

Erick Galante, Daniele Bordalo & Mercele Nobrega (2014)

Risk Assessment Metdhodolo gy : Quantitative Hazop

Indepent : Resiko Penilaian Metedologi Dependent : (Hazard and Operability Study ) HAZOP

Penelitian Deskriptif

1. Pekerjaan ini memberikan metodologi hibrida antara HAZOP dan PHA tersebut. Metode penilaian risiko ini menggabungkan kekuatan dari kedua HAZOP (penyelidikan sistematis penyimpangan, penyebab dan efek) dan PHA (kemungkinan untuk menentukan urutan relevansi untuk risiko). 2. HAZOP memberikan kontribusi dengan struktur, prosedur dan pendekatan sistematis (terutama penggunaan node, kata kunci dan penyimpangan), sedangkan penggunaan matriks risiko membawa kemampuan teknik untuk memprioritaskan risiko dan penyimpangan, untuk memberikan informasi kepada

15 NO

NAMA PENELITI DAN TAHUN

JUDUL

VARIABEL

ALAT

HASIL

ANALISIS

rencana yang lebih implementasi rinci. 7.

Karthika. S (2013)

Accident Prevention by Using Hazop Study Work Permit System in Boiler

Indepent : Studi HAZOP dan sistem izin kerja

Penelitian Deskriptif

1. Proyek ini berfokus pada pencegahan kecelakaan di boiler dengan menggunakan studi HAZOP dan juga melalui sistem perizinan kerja selama operasi pemeliharaan dan inspeksi berkala, bahaya yang akan diidentifikasi dan diminimalkan. 2. Penelitian dilakukan dengan mengunjungi berbagai proses kerja di industri dan ijin kerja untuk masingmasing dan setiap pekerja individu adalah disiapkan dengan menganalisis jenis pekerjaan, sifat kerja, APD ini diperlukan, tindakan pencegahan ukuran kerja dan belajar tentang bahaya dalam pekerjaan melalui HAZOP.

Penelitian Deskriptif

1. Menerapkan JSA dan HAZOP Study untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai bahaya di pabrik dan memberikan

Dependent : Kecelakaan Kerja

8.

K. Varun & A. Karthikeyan (2014)

Job Safety Analysis and Hazop for fasteners Industry

Independent : Keselamatan Kerja Dependent : HAZOP

16 NO

NAMA PENELITI DAN TAHUN

JUDUL

VARIABEL

ALAT

HASIL

ANALISIS

langkah-langkah pengendalian yang tepat. 2. Kemudian sesuai dengan tingkat keparahan dari bahaya mereka akan dihilangkan atau dikendalikan mereka dengan rekayasa dan kontrol tindakan. 9.

Dr. N.A. Siddiqur, Abhisek Nandan, Mashuben Sharman, & Abhinav Srivastava (2014)

Risk Management Techniques HAZOP & HAZID Study

Independent : Teknik Manajemen Resiko Dependent : HAZOP & HAZID

Penelitian Deskriptif

1. Langkah-langkah keamanan yang ketat karena norma-norma pressurizing oleh Pemerintah. 2. Meskipun ini telah menyebabkan tekanan ke bawah pada margin, perusahaan serius telah mulai mempertimbangk an mengambil sosial ekonomi faktor produksi dan karyawan. 3. Tujuan dari prosedur memeriksa HAZID adalah untuk mengidentifikasi bahaya utama, untuk meninjau efektivitas langkah-langkah keamanan yang dipilih dan, di mana diperlukan, untuk memperluas langkah-langkah keamanan untuk mencapai risiko residual ditoleransi.

17

2.2

Kajian Teoritis 2.2.1

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut Lestari, Trisyulianti (2009) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Lebih lanjut Lestari, Trsyulianti (2009) menyatakan bahwa tujuan dari dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Menurut Hamali (2016) keselamtan dan kesehatan kerja telah menjadi perhatian dikalangan pemerintahan dan pelaku bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya terhadap kinerja perusahaan. Fasilitas keselamatan kerja yang tersedia di perusahaan akan membuat semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Dari dalam buku yang ditulis oleh Hamali (2016) juga mengatakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang, meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan

18

kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efien, dan produktif. Syarat-syarat keselematan kerja yang harus diterapkan disuatu perusahaan sesuai amanat UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pasal 3 (Hamali,2016) adalah sebagai berikut: 1) Dengan

peraturan

perundangan

ditetapkan

syarat-syarat

keselamatan kerja untuk : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya e. Memberi pertolongan pada kecelakaan f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, embusan angin, cuaca, sinar, atau radiasi, suara dan getaran h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai j. Menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

19

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya n. Mengamankan

dan

memperlancar

pengangkutan

orang

binatang, tanaman atau barang o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan barang q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya r. Menyesuaikan

dan

menyempurnakan

pengaman

pada

pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Program manajemen sumber daya manusia harus memasukkan sistem pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja ini harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut (Hamali, 2016): 1)

Penyakit dan kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh beberapa faktor, tetapi faktor-faktor ini harus dicari penyebabnya yang biasanya diakibatkan oleh kesalahan sistem manajemen yang

20

timbul dari kepemimpinan yang buruk, pengawasan yang tidak cukup, perhatian yang kurang terhadap rancangan sistem keselamatan dan kesehatan kerja, pendekatan yang tidak sistematis terhadap pengenalan, analisis serta penghilangan bahaya, dan buruknya fasilitas pendidikan dan pelatihan. 2)

Fungsi terpenting dalam program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah pengenalan bahaya yang potensial, pengadaan fasilitas dan peralatan keselamatan yang efektif, dan mengambil tindakan perbaikan yang segera. Hal ini hanya mungkin jika ada: a. Sistem pelaporan yang efektif dan menyeluruh mengenai kecelakaan yang menyebabkna kerusakan arau cedera. b. Pencatatan dan statistik kecelakaan yang cukup. c. Prosedur yang sistematis dalam pemeriksaan keselamatan, pengawasan, dan penelitian. d. Cara-cara yang dapat memastikan bahwa perlengkapan keselamatan kerja yang dipelihara dan dipakai. e. Tersedianya sarana yang sesuai untuk mendorong para manajer

pengawas

dan

tenaga

kerja

untuk

lebih

memerhatikan masalah-masalah yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 3)

Kebijaksanaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam organisasi harus ditentukan oleh manajemen puncak (top Management),

yang

harus

terus-menerus

terlibat

dalam

21

memantau pelaksaaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan memastikan bahwa tindakan korektif dilakukan bilamana perlu. 4)

Manajemen dan para pengawas harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat-tempat kerja di bawah pengawasan para pengawas.

5)

Semua karyawan harus mendapat pelatihan yang menyeluruh dalam metode kerja yang aman dan harus mendapatkan pendidikan serta bimbingan yang terus-menerus dalam usaha menghilangkan bahaya dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3), serta usaha-usaha untuk menghindarkan kecelakaankecelakaan. Prisip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja di atas akan berjalan efektif apabila (Hamali,2016) : a. Dikeluarkannya peraturan-peraturan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. b. Diterapkannya program kesehatan kerja di perusahaanperusahaan. c. Diterapkannya sistem pencegahan kecelakaan kerja.

2. Tujuan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tujuan dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut (Mangkunegara dalam Hamali, 2016) : a. Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, social, dan psikologis

22

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya, seefektif mungkin c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi karyawan e. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partsipasi kerja f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja g. Agar setiap karyawan merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 3. Penyebab terjadinya kecelakaan dan Gangguan Kesehatan Karyawan Faktor penyebab terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan karyawan dapat diuraikan sebagai berikut (Mangkunegara dalam Hamali, 2016) : 1) Keadaan Tempat Lingkungan Kerja a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya 2) Pengaturan Udara a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak) b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya 3) Pengaturan Penerangan a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat b. Ruang kerja yang kurang cahaya atau remang-remang

23

4) Pemakaian peralatan kerja a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik 5) Kondisi fisik dan mental karyawan a. Kerusakan alat indera, stamina karyawan yang tidak stabil b. Emosi karyawan yang tidak stabil, kepribadian karyawan yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap karyawan yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya. Mangkuprawira, dkk dalam Hamali (2016) mengemukakan dalam faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain adalah: 1) Kebijakan Pemerintah, berupa pengendalian dan tindakan hukum bagi perusahaan yang mengabaikan undang-undang dan perturan yang berlaku tentang keselamatan dan kesehatan kerja belum ada, kalaupun sudah ada, tetapi belum diterapkan secara tegas. 2) Kondisi pekerjaan, berupa : a. Standar kerja yang kurang tepat dan pelaksanaanya juga tidak tepat b. Jenis pekerjaan fisik yang sangat berbahaya, namun disisi lain, fasilitas keselamatan kerja sangat kurang c. Tidak tersedianya prosedur manual petunjuk kerja

24

d. Kurangnya kontrol, evaluasi, dan pemeliharaan tentang alat-alat kerja secara rutin. 3) Kondisi karyawan, berupa: a. Keterampilan karyawan dalam hal K3 yang rendah b. Kondisi kesehatan fisik karyawan yang tidak prima c. Kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya motivasi tentang K3, serta tingginya derajat stres dan depresi d. Kecanduan merokok, minuman keras dan narkoba. 4) Kondisi fasilitas perusahaan, berupa : a. Ketersediaan fasilitas yang kurang cukup (jumlah dan mutu) b. Kondisi ruangan kerja yang kurang nyaman c. Tidak tersedianya fasilitas kesehatan dan klinik perusahaan d. Tidak tersedianya fasilitas asuransi kecelakaan e. Kurangnya

pelatihan

dan

sosialisasi

tentang

pentingnya

keselamatan kerja dikalangan karyawan. Menurut Hamali (2016) usaha untuk mengenal penyebab kecelakaan kerja dilakukan

dengan

penyelidikan.

mengadakan

Armstrong

dalam

pemeriksaan, Hamali

(2016)

pengecekan,

dan

mengelompokkan

penyebab-penyebab kecelakaan kerja yang terdiri dari: 1) Faktor sistem kerja Faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan dalam sistem kerja adalah: a. Pembuatan mesin yang tidak aman, pabrik, dan proses kerja

25

b. Tata letak yang tidak baik c. Mesin-mesin yang tidak mempunyai sistem pengaman atau tidak sempurna d. Kerusakan pabrik, bahan-bahan yang kasar dan tajam, atau kondisi kerja seperti tergelincir atau keadaan yang mengandung minyak gemuk, benda-benda yang busuk, berkarat, kebakaran atau container pecah, dan pemelihataan mesin yang buruk e. Kebersihan yang sangat buruk, seperti kemacetan, pengaturan tempat sampah yang tidak baik, fasilitas penyimpanan yang tidak baik, tempat kerja yang tidak bersih. f. Penerangan yang buruk dan menyilaukan g. Ventilasi atau sistem pembuangan asap tempat kerja yang tidak sempurna h. Kurangnya pakaian atau peralatan pengaman. Faktor-faktor di atas meskipun mempunyai hubungan dengan sistem kerja, namun semuanya itu bersumber dari kesalahan yang terkadang dibuat oleh manusia sendiri (Hamali,2016). 2) Faktor manusia Faktor-faktor manusia yang mengakibatkan kecelakaan kerja adalah : a. Menggunakan peralatan yang tidak aman b. Pemuatan barang dan penempatan bahan-bahan, bagian-bagian mesin atau sistem transportasi yang tidak aman c. Menjalankan mesin tanpa pengetahuan yang jelas d. Menjalankan mesin pada kecepatan yang membahayakan

26

e. Merusak alat-alat keselamatan kerja sehingga tidak berjalan dengan baik f. Gangguan dari orang lain, kebisingan yang terjadi di tempat kerja g. Salah memakai alat keamanan kerja. Faktor-faktor di atas mungkin timbul dari kesalahan orang seperti ceroboh, malas, tidak tenang, kurang pertimbangan, atau pengetahuan tidak sempurna, kurang hari-hati, kurang latihan, kurang terampil, atau kurang pengawasan. Tindakan-tindakan pencegahan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut (Hamali,2016) : a. Memerhatikan faktor-faktor keselamatan pada waktu perencanaan dan pembangunan sistem keamanan b. Merancang perlengkapan dan pertimbangan keselamatan kerja dan menyediakan pakaian pengaman c. Melakukan pengawasan yang teratur dan mengecek serta mengambil tindakan untuk menghilangkan risiko d. Menyelidiki kejadian-kejadian yang mengakibatkan kerusakan dan mengambil inisiatif untuk melakukan tindakan koreksi e. Mengembangkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang efektif f. Memelihara catatan-catatan dan statistik dengan baik, dengan memberikan tanda-tanda pada bagian yang mempunyai kecenderungan berbahaya g. Melaksanakan

program

diklat

keselamatan

menghindarkan kecelakaan secara terus-menerus.

kerja

dan

cara

27

4. Pendekatan Sistem pada Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Odiorne dalam Hamali (2016) mengemukakan bahwa pendekatan sistem pada manajemen keselamatan kerja mencakup: 1) Penetapan indikator sistem, tahap dasar dalam implementasi sistem keselamatan kerja adalah menetapkan metode untuk mengukur pengaruh pelaksanaan keselamatan kerja, kesehatan, dan kesejahteraan karyawan. Statistik kecelakaan harus dijadikan pedoman dan dibandingkan dengan organisasi lainnya. Efektivitas dari sistem dapat diukur dan kecenderungan-kecenderungannya dapat diidentifikasikan. Indikator-indikator

tersebut

merupakan

kriteria

untuk

tujuan

keselamatan kerja. 2) Melibatkan para pengawas dalam sistem pelaporan, bilamana terjadi kecelakaan harus dilaporkan kepada pengawas langsung dari bagian kerusakan, dan laporan harus pula mengidentifikasi kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan. Hal ini agar pengawas tersebut dapat mudah mengadakan perbaikan dan mengadakan upaya preventif untuk masa selanjutnya. 3) Mengembangkan prosedur manajemen keselamatan kerja, pendekatan sistem yang esensinya adalah menetapkan sistem komunikasi secara teratur dan quick response pada setiap kecelakaan karyawan. Manajemen perusahaan juga mengadakan penelitian terhadap peyebab terjadinya kecelakaan dan mempertimbangkan kebijakan yang telah

28

ditetapkan untuk diadakan perubahan seperlunya sesuai dengan keperluan pada saat itu. 4) Menjadikan keselamatan kerja sebagai bagian dari tujuan kerja, manajemen perusahaan membuat kartu penilaian keselamatan kerja. Setiap kesalahan yang dilakukan karyawan dicatat oleh pengawas dan dipertanggungjawabkan

sebagai

bahan

pertimbangan

dalam

memberikan penilaian prestasi kerja, konduite karyawan yang bersangkutan. 5) Melatih

para

karyawan

dan

pengawasan

dalam

manajemen

keselamatan kerja, para karyawan dilatih untuk dapat menggunakan paralatan kerja dengan baik, dan para karyawan juga dilatih untuk dapat menggunakan alat pengaman jika terjadi kecelakaan di tempat kerja. Pendekatan-pendekatan sistematis yang dapat dilakukan secara terintegrasi agar program manajemen kesehatan dan keselamatan kerja berjalan efektif, antara lain (Mangkuprawira, dkk dalam Hamali: 2016) : 1) Pendekatan keorganisasian, terdiri dari: a. Merancang pekerjaan b. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan program c. Menggunakan komisi kesehatan dan keselamatan kerja d. Mengkoordinasi investasi kecelakaan. 2) Pendekatan teknis, terdiri dari: a. Merancang kerja dan peralatan kerja b. Memeriksa peralatan kerja

29

c. Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi. 3)

Pendekatan individu, terdiri dari: a. Memperkuat sikap dan motivasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja b. Menyediakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja c. Memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk program insentif.

5. Prinsip-prinsip dan Strategi Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Prinsip-prinsip dan strategi-strategi yang perlu diterapkan oleh perusahaan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu (Mangkuprawira,dkk dalam Hamali: 2016) : 1) Prinsip Prinsip-prinsipnya adalah : a. Filosofi keselamatan dan kesehatan kerja dalam memandang setiap karyawan memilik hak atas perlindungan kehidupan kerja yang nyaman. Manajemen perusahaan perlu menanamkan juga bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bentuk kebutuhan karyawan. b. Setiap upaya yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja hanya akan berhasil jika dua pihak, yaitu perusahaan dan karyawan, melakukan kerja sama seinergis dan harmonis. Setiap pelaku harus bertekad dan berdisiplin memperkecil terjadinya kecelakaan kerja.

30

c. Perusahaan

perlu

memiliki

tujuan

memperkecil

kejadian

kecelakaan kerja sampai titik nol. Manfaat bagi kepentingan karyawan berupa keselamatan dan kesehatan kerja yang maksimum serta begitu pula bagi perusahaan berupa keuntungan maksimal. d. Perusahaan mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang dikeluarkan pemerintah secara taat asas. e. Perusahaan membuat prosedur dan manual tentang bagaimana mengatasi keselamatan kerja. f. Perusahaan memberikan pelatihan dan sosialisasi keselamatan kerja pada karyawan. g. Perusahaan

menyediakan

fasilitas

keselamatan

kerja

yang

optimum. h. Perusahaan bertanggung jawab atas keselamatan kerja para karyawan. 2) Strategi, program dan pendekatan Strategi-strategi yang perlu diterapkan oleh perusahaan adalah: a. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja. b. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan kerja bersifat formal ataukah informal c. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

31

d. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajat keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas, artinya perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Program-program yang diterapkan untuk menerjemahkan strategi-strategi di atas antara lain (Hamali,2016) : a. Telaahan personal, untuk menentukan karakteristik karyawan tertentu yang diperkirakan potensial berhubungan dengan kejadian keselamatan kerja, yang meliputi : faktor usia, cirri fisik karyawan, dan tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya pencegahan dan penyelamatan dari kecelakaan kerja. b. Pelatihan keselamatan kerja, fokus pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan kerja, serta perilaku kerja yang aman dan berbahaya. c. Sistem insentif, insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan karier. Bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antar unit tentang keselamatan kerja paling rendah dalam kurun waktu tertentu. Bentuk lain adalah berupa peluang karier bagi karyawan yang mampu menekan kecelakaan kerja bagi dirinya atau bagi kelompok karyawan di unitnya. d. Peraturan keselamatan kerja, perusahaan perulu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan aturan yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh karyawan di tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberikan petunjuk bagaimana suatu pekerjaan

32

dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai keselamatan kerja maksimum. Pendekatan

sistematis

yang

dilakukan

secara

terintegrasi

agar

manajemen program keselamatan dan kesehatan kerja berjalan efektif adalah sebagai berikut (Hamali,2016 ): 1) Pendekatan keorganisasian, terdiri dari: a. Merancang pekerjaan b. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan program c. Menggunakan komisi kesehatan dan keselamatan kerja d. Mengkoordinasi investigasi kecelakaan. 2) Pendekatan teknis, tediri dari: a. Merancang kerja dan peralatan kerja b. Memeriksan peralatan kerja c. Menetapkan prinsip-prinsip ergonomi. 3) Pendekatan individu, terdiri dari: a. Memperkuat sikap dan motivasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja b. Menyediakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja c. Memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk program insentif. 6. Penyakit-penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja menyebutkan bahwa (Hamali, 2016) :

33

1) Pasal 1: penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan. 2) Pasal 2: setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja, baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. Penyakit-penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana disebutkan dalam lampiran keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 adalah sebagai berikut (Hamali, 2016) : 1) Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis, antarakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian. 2) Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras. 3) Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vias, henep dan sisal (bissinosis). 4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan. 5) Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organic. 6) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaan yang beracun.

34

7) Penyakit yang disebabkan cadmium atau persenyawaannya yang beracun. 8) Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun. 9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaaannya yang beracun. 10) Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun. 11) Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun. 12) Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun. 13) Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun. 14) Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun. 15) Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. 16) Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari pesenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun. 17) Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang beracun. 18) Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene atau homolognya yang beracun. 19) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

35

20) Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol atau keton. 21) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfide, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel. 22) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. 23) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. 24) Penyakit oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion. 7. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen K3 Manfaat dari penerapan sistem manajemen K3 adalah sebagai berikut (Suardi,2007) : 1) Perlindungan karyawan, tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif tersbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. 2) Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang, banyak organisasi yang telah mematuhi peraturan menunjukan eksistensinya dalam beberapa tahun. Kita bisa saksikan bagaimana pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan undang-undang, seperti citra buruk, tuntutan hukum dari badan pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan tenaga kerjanya semua itu tentunya akan mengakibatkan kebangkrutan.

36

3) Mengurangi biaya, sistem manajemen K3 juga melakukan pencegahan terhadap ketidaksesuaian. Dengan menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut. 4) Membuat sistem manajemen yang efektif, tujuan perusahaan beroperasi adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini akan dapat dicapai dengan adanya sistem manajemen perusahaan yang efektif. Banyak variable yang ikut membantu pencapaian sebuah sistem manajemen yang efektif, disamping mutu, lingkungan, keuangan, teknologi informasi dan K3. 5) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan, karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada produk yang dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkakan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan ketimbang sebelum dilakukan penerapan. 2.2.2

Hazard and Operability Study (HAZOP) Menurut Karthika (2013), A hazard and operability study (HAZOP) is a structured and systematic examination of a planned or existing process or operation in order to identify and evaluate problems that may represent risk to personnel or equipment, or prevent efficient operation. The HAZOP technique was initially developed to analyze chemical process systems, but has later been extended to other types of systems and also to complex operations such as boiler operation and to record the deviation

37

and consequence. A HAZOP is a qualitative technique based on guidewords and is carried out by a multi-disciplinary team (HAZOP team) during a set of meetings. Dimaksudkan adalah “bahaya dan pengoperasian studi (HAZOP) adalah pemeriksaan terstruktur dan sistematis yang direncanakan atau proses atau operasi yang ada untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah yang mungkin mewakili resiko untuk personil atau peralatan, atau mencegah efisien operasi. Teknik HAZOP awalnya dikembangkan untuk menganalisis sistem proses kimia, tetapi kemudian telah diperluas dengan jenis lain dari sistem dan juga untuk operasi yang kompleks seperti operasi boiler dan untuk merekam deviasi dan konsekuensi. HAZOP adalah teknik kualitatif berdasarkan guiedewords dan dilakukan oleh multi-disiplin (Tim HAZOP) selama serangkaian pertemuan”. Menurut Restuputri & Sari (2015) , menyatakan bahwa untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja maka diperlukan suatu manajemen risiko kegiatannya meliputi identifikasi bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko, serta pemantauan dan evaluasi. Dalam proses identifikasi dan melakukan analisis potensi bahaya dapat menggunakan metode Hazard and Operability study (HAZOP). HAZOP adalah studi keselamatan yang sistematis, berdasarkan pendekatan

sistemik

ke arah penilaian keselamatan

dan

proses

pengoperasian peralatan yang kompleks, atau proses produksi (Kotek

38

dalam Restuputri & Sari, 2015). Tujuannya untuk mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang muncul dalam fasilitas pengelolaan di perusahaan menghilangkan sumber utama kecelakaan, seperti rilis beracun, ledakan dan kebakaran (Dunjo dalam Restuputri & Sari, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Restuputri & Sari (2015) bahwa HAZOP itu sendiri secara sistematis bekerja dengan mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan timbulnya kecelakaan kerja dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebagai akibat terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah diidentifikasi. Prosedur dalam studi HAZOP adalah sebagai berikut (Ashfal dalam Restuputri dkk, 2015) :

Mengetahui urutan Proses Produksi Mengidentifikasi adanya bahaya Melengkapi kriteria yang ada Job Safety analysis woksheet Melakukan Perangkingan dari potensi bahaya Analisis dan Pembahasan Rekomendasi dan Rancangan Perbaikan Kesimpulan dan Saran Gambar 2.2.2-1 Prosedur Studi Hazop Sumber : Jurnal Ilmiah Teknik Industri

39

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh McKay (2011), bahwa teknik analisis HAZOP didasarkan pada prinsip dari beberapa ahli dengan latar belakang yang berbeda dapat berinteraksi secara kreatif, yang secara sistematis dan mengidentifikasi lebih banyak masalah ketika bekerja bersama-bersama

dari

pada

ketika

bekerja

secara

terpisah

dan

menggabungkan hasil mereka. Meskipun teknik HAZOP Study pada awalnya dikembangkan untuk evaluasi desain baru atau teknologi, itu berlaku untuk proses hampir semua fase seumur hidup. Fitur penting dari pendekatan HAZOP Study adalah untuk meninjau gambaran proses atau prosedur dalam serangkaian pertemuan, di mana tim yang telah dipilih menggunakan protokol didefinisikan untuk metodis mengevaluasi signifikasi penyimpangan dari maksud desain normal. Keuntungan utama dari brainstorming terkait dengan HAZOP Study adalah merangsang kreatifivitas hasil dari interaksi tim dengan berbagai latar belakang. Akibatnya, keberhasilan studi mengharuskan semua pekerja bebas mengekspresikan pandangan mereka dan praktik kerja sama tim yang mendukung (McKay,2011).

BAB III METODE PENELITIAN 3.1

Desain Atau Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2013) Penelitian Kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandasan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif labih menekankan makna dari pada generalisasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode wawancara, observasi lapangan, pengamatan, penelitian terdahulu atau studi literatur dan pecatatan. Penelitian ini memusatkan perhatian tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP). Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Restuputri & Sari,2015) : 1.

Survei pendahuluan Bertujuan untuk melihat gambaran dan kondisi yang sebenarnya pada area produksi PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing. Dengan melihat kondisi yang sebenarnya pada area produksi maka akan memudahkan untuk mengangkat studi kasus yang ada. Hal pertama yang dilakukan

40

41

pada survei pendahuluan ini adalah dengan melakukan sebuah wawancara kepada Safety Officer dan karyawan di area produksi baik masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan khususnya pada masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) maupun kebijakan perusahaan. 2.

Studi Literatur Dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajari teori dan ilmu pengetahuan yang relevan dengan konsentrasi masalah yang ada. Studi literatur ini didapatkan baik dalam buku, kumpulan Tugas Akhir, Jurnal, maupun akses internet.

3.

Identifikasi masalah Berfungsi sebagai pencari titik-titik tertentu yang menjadi pusat atau penyebab dari timbulnya hazard (bahaya) yang menyebabkan kecelakaan kerja pada area produksi PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing.

4.

Perumusan masalah Berupa identifikasi bahaya yang terdapat pada kondisi yang sebenarnya.

5.

Tujuan penelitian Berisikan hasil akhir yang diharapkan dapat terselesaikan setelah pengerjaan laporan penelitian ini. Tujuan penelitian ini memiliki dasar yang mampu menyelaraskan dengan latar belakang dan perumusan masalah.

3.2

Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah para karyawan lapangan pada PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing, ruang lingkup penelitian ini adalah tingkat

42

resiko keselamatan dan kesehatan kerja khususnya untuk karyawan lapangan pada bagian Hydrotest manual di Perusahaan tersebut. 3.3

Jenis Dan Sumber Data Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif akan digunakan untuk memberikan gambaran atau penjabaran tentang suatu objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki, menjelaskan dari data-data yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang akan menjelaskan dan menjawab rumusan masalah dari penelitian ini. Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 sumber yaitu : data primer dan data sekunder. 1.

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung di lapangan sebagai informan yaitu : Manager HSE, Staff HSE , Safety Officer, dan Karyawan lapangan dengan cara melakukan tanya jawab atau wawancara langsung. Jumlah yang akan di wawancara sebanyak 7 orang, yang terdiri dari: Manager HSE 1 orang, Staff HSE 1 orang, Safety Officer 1 orang, dan Karyawan lapangan 4 orang.

2.

Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari subyeknya maupun berdasarkan informasi dari pihak lain yang dianggap relevan, yaitu Manager HSE, sumber tertulis baik catatan yang berupa hasil penelitian, buku referensi, jurnal ilmiah, arsip-arsip, dan dokumen perusahaan berupa : permit to work, JSA worksheet, toolbox meeting, safety safary, induction for, power tool register, dan lifting gear register.

43

3.4

Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2013), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini peneliti mengambil data risk assessment pada bagian kerja di Hydrotest Manual. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi. 3.4.1

Observasi Menurut

Kurniawanti

(2016),

Observasi

adalah

teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung yaitu obyek penelitian, dan mencatat semua data-data yang diperlukan, serta mengandalkan kecermatan pengumpulan data untuk memperoleh hasil penelitian yang valid. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan 2 cara yaitu Participant Observation dan Non Participant Observation. 1. Participant Observation Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data, yaitu peneliti mengobservasi prosedur kerja, area kerja produksi, produksi pre-start, sign kerja, dan toolbox meeting. Participant Observation ini dilakukan ketika magang selama 4 bulan, tepatnya di PT. Cladtek Bi Metal Manufakturing pada bagian Health, Safety and Environment (HSE). 2. Non Participant Observation

44

Berlawanan dengan Participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang peneliti tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Dalam hal ini peneliti tidak ikut secara langsung, melainkan peneliti melakukan pengamatan proses kerja di lapangan pada bagian Hydotest Manual. 3.4.2

Dokumentasi Data-data yang berkaitan dengan penelitian, pengumpulan data berdasarkan dokumen-dokumen, foto-foto dan arsip yang relevan sebagai sumber data. Dokumentasi tersebut berupa dokumen tentang izin bekerja atau permit to work, HSE procedure, risk assessment, dan laporan P2K3 sedangkan untuk foto tersebut berupa foto kecelakaan kerja, foto tentang salah satu barang yang diproduksi atau dihasilkan dan untuk pengumpulan data berupa arsip yaitu accident report, incident investigation, JSA worksheet, dan toolbox meeting.

3.4.3

Wawancara Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara secara langsung, dengan pihak yang dianggap dapat memberikan informasi dan berkompeten sesuai dengan permasalahan dalam penelitian, Peneliti melakukan wawancara kepada : Manager HSE, Staff HSE, Safety Officer dan Karyawan perusahaan.

3.5

Metode Analisis Data Menurut Sugiyono (2013), analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai

45

pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancara. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Kotek dalam Restuputri & Sari (2015), menyatakan bahwa dalam proses identifikasi dan melakukan analisis potensi bahaya dapat menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP). Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan pengumpulan dan pengolahan data adalah sebagai berikut (Ashfal,2009) : 1.

Mengetahui urutan proses yang ada pada proses produksi.

2.

Mengidentifikasi adanya potensi bahaya pada area produksi dari departemen awal sampai departemen akhir dengan mengamati adanya segala penyimpangan yang terjadi sehingga mampu menyebabkan kecelakaan kerja dilakukan dengan cara observasi lapangan secara langsung.

3.

Melengkapi kriteria yang ada pada Job Safety Analysis (JSA) worksheet dengan urutan sebagai berikut : a.

Mengklasifikasikan potensi bahaya yang ditemukan (sumber potensi bahaya dan frekuensi temuan potensi bahaya).

b.

Mendeskripsikan penyimpangan yang terjadi selama proses operasi.

c.

Mendeskripsikan penyebab terjadinya (cause).

46

d.

Mendeskripsikan yang dapat ditimbulkan dari penyimpangan tersebut (consequences).

e.

Menentukan action atau tindakan sementara yang dapat dilakukan.

f.

Menilai

resiko

(risk

assessment)

yang

timbul

dengan

mendefinisikan kriteria Likelihood dan Consequences (severity). Kriteria likelihood yang digunakan adalah frekuensi di mana dalam perhitungannya secara kuantitatif berdasarkan data perusahaan selama pada tahun 2016. Kriteria consequences (severity) yang digunakan adalah akibat yang akan diterima pekerja yang didefinisikan secara kualitatif dan mempertimbangkan hari kerja yang hilang. 4.

Melakukan perangkingan dari potensi bahaya yang telah diidentifikasi menggunakan JSA worksheet dengan memperhitungkan Likelihood dan consequences, kemudian menggunakan risk matrix untuk mengetahui prioritas potensi bahaya yang harus diberi prioritas untuk diperbaiki.

5.

Analisis dan Pembahasan, dengan menjabarkan sumber-sumber dan akar penyebab dari permasalahan yang mengakibatkan Melakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja maupun gangguan proses kerja yang terjadi. Adapun langkah-langkah dalam analisis dan pembahasan ini adalah : a.

Melakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja maupun gangguan proses kerja yang terjadi.

47

b.

Melakukan

analisis

penilaian

resiko

sehingga

diperoleh

rekomendasi perbaikan yang sesuai bahkan dapat diterapkan pada objek penelitian tersebut. 6.

Rekomendasi dan Rancangan Perbaikan, dilakukan dengan perancangan perbaikan proses yang didapati pada titik-titik tertentu yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan kerja pada PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing untuk meminimalkan bahkan menghilangkan bahaya tersebut.

7.

Kesimpulan dan Saran, untuk menemukan jawaban dari semua permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Berdasarkan dengan hasil pengambilan kesimpulan maka dapat diberikan saran ataupun beberapa masukan usulan perbaikan dalam upaya meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan.

3.6

Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing yang beralamat di Jl. Tenggiri, Batu Merah, Batu Ampar, Batam pada bulan Oktober – Februari 2017.

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1

Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing bergerak dibidang jasa industri

untuk berbagai pekerjaan mengenai material logam, khususnya proses Weld Overlay dan Lining pada pipa baja karbon untuk keperluan industri. PT. Cladtek merupakan perusahaan yang memiliki kuota produksi pipa cladding terbesar di Indonesia, dan juga salah satu yang terbesar di dunia. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing pertama kali beroperasi di Pulau Batam pada tanggal 12 April 2007 yang beralamat di Jalan Tenggiri, Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar, Batam, Indonesia. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ini didirikan dengan Akta Pendirian No. 24 dengan Notaris yang bernama Siti Masnuroh S.H, Jakarta, Indonesia. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing merupakan perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai perusahaan yang dapat melakukan pemotongan pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PT. Cladtek BiMetal Manufacturing adalah 02.650.404.3.217.000. Perusahaan ini memiliki karyawan sebanyak 700 orang terhitung sampai bulan februari 2017.

48

49

Identitas Perusahaan Nama Perusahaan

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Batam

Jenis Badan Hukum

: Perseroan Terbatas

Alamat Perusahaan

: Jl. Tenggiri Batu Ampar, Batam

No. Telepon

: (062) 778411505

Website

: www.cladtek.com

Bidang Usaha/Kegiatan : Pipe Manufacturing Luas

: 9,3 ha

Status Permodalan

: PMA (Penanaman Modal Asing) Visi, Misi Perusahaan/Instansi

Gambar 4.1.1-1 PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

50

Gambar 4.1.1-2 Logo Perusahaan Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Untuk menjalankan usaha bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi yang memiliki fungsi memaparkan tujuan suatu perusahaan. Adapun visi dan misi PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing adalah sebagai berikut : 1. Visi Perusahaan 1. Menjadi produsen dan atau pemasok, Welded Pipe, Bi-Metal pipa berjajar dan operasi terkait seperti overlays, cladding komponen perpipaan seperti pipa, bends, fitting, dan flange untuk petrokimia, industri minyak dan gas, bumi dan energi. 2. Menciptakan produk yang berkualitas dan profesional dan menjadi perusahaan No. 1 di dunia. 3. Mengembangkan perusahaan ke berbagai wilayah di seluruh dunia. Selain itu, visi Cladtek Bi-Metal Manufacturing dalam kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) yaitu memastikan bahwa bisnis Cladtek beroperasi dengan menjunjung tinggi keselamatan dan lingkungan, yang dibuktikan dalam setiap ucapan dan tindakan setiap saat. Kebijakan K3L Cladtek didasarkan pada prinsip bahwa tidak ada kompromi dalam memastikan bahwa setiap karyawan Cladtek dengan aman, sehat dan selamat. Untuk mencapai visi ini, Cladtek akan :

51

1. Memimpin K3L dari puncak organisasi, dan memastikan bahwa setiap orang di Cladtek masing-masing akuntabel terhadap K3L. 2. Memastikan bahwa setiap karyawan disediakan alat-alat, perlengkapan, alat pelindung diri, Informasi, metode dan system yang tepat untuk pekerjaannya dan memastikan lingkungan kerja yang selamat. 3. Memberikan pelatihan tentang keselematan dan metode kerja yang selamat dan memastikan setiap karyawan memahami dan sadar akan persyaratan kesematan, bahaya dan resiko kerja. 4. Menghimbau dan memberdayakan setiap karyawan untuk bersuara tentang K3L, meningkatkan kesadaran akan bahaya dan menghentikan setiap praktik kerja yang tidak selmat. 5. Memenuhi semua hukum dan peraturan K3L yang berlaku dan membuat prosedur dan proses kerja yang mencerminkan praktik terbaik dari industri yang sesuai dengan bisnis Cladtek. 6. Melaksanakan proses review dan peningkatan berkelanjutan terhadap prosedur, praktik dan metode kerja dengan mempertimbangkan umpan balik serta pelajaran yang dipetik dari bisnis dan dari lintas industri minyak dan gas. 7. Menetapkan tujuan dan sasaran yang terkait dengan K3L dan mengatur kinerja K3L. Cladtek akan berbagi informasi ini dengan semua karyawan, dan dengan terbuka dan transparan dalam menyelidiki insiden dan perbaikannya.

52

8. Memastikan bahwa K3L tidak dijadikan sebagai beban, melainkan dipahami oleh setiap karyawan Cladtek sebagai bagian dalam menjalankan bisnis. 9. Bertindak dengan penuh tanggung jawab terhadap lingkungan dan hati-hati dalam mengelola dampak dari bisnis Cladtek terhadap lingkungan sekitar. Cladtek akan meninjau dan memperbaharui kebijakan ini secara berkala. Cladtek juga memastikan bahwa seluruh karyawan memahami dan melaksanakan kebijakan ini, dan memberikan pelatihan dan mendukung kebijakan ini. 2. Misi Perusahaan 1. Mewujudkan Visi dalam menciptakan layanan yang baik, dengan menyediakan produk-produk berkualitas tinggi secara tepat waktu. 2. Terciptanya kerja sama yang baik antara pihak-pihak yang terkait dalam aktifitas perusahaan, baik karyawan maupun mitra perushaaan yaitu perusahaan oil dan gas. 4.1.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi akan mempunyai struktur-struktur sedemikian rupa sesuai

dengan

bidang

usaha

perusahaan.

Struktur

organisasi

akan

memperlihatkan jabatan, tugas dan tanggung jawab setiap industri dalam menunjang kesuksesan dan kemajuan perusahaan.

53

Struktur organisasi PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing yaitu:

GM Batam Facilities

HSE Manager

HR & Service Manager

Quality Manager

GM Projects

Production Manager

Production Control & Logistics

Maintenan ce Manager

Fabricatio n Manager

Gambar 4.1.2-1 Struktur Organisasi Perusahaan/Instansi Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Deskripsi atau Uraian Pekerjaan Penulis melaksanakan magang di departemen Health, Safety and Environment (HSE), pada stuktur organisai di atas ditandai dengan bagan yang berwarna kuning. 1. GM (General Manager) Batam Facilities General Manager merupakan suatu jabatan kerja pada sebuah perusahaan yang bertugas memimpin, mengelola dan mengkoordinasikan semua hal yang berkaitan dengan jalannya roda perusahaan, atau pimpinan tertinggi dalam struktur perusahaan. 2. HSE (Health, Safety and Environment) Manager a. Untuk memantau, mengelola, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua aplikasi kesehatan, keselamatan, dan sistem manajemen lingkungan di area pabrik berdasarkan peraturan pemerintah daerah.

54

b. Mempersiapkan, melaksanakan dan memelihara rencana pengelolaan kesehatan dan keselamatan, pengelolaan lingkungan, prosedur, JSA (Job Safety Analysis), izin kerja dan lain-lain terkait dokumen HSE. c. Menyiapkan keamanan atau safety kerja yang memperoleh persetujuan dari supervisor sebelum pekerjaan dimulai. 3. HR & Service Manager a. Menentukan kebutuhan kerja dan bertanggung jawab dalam tugas operasional. b. Bekerjasama dengan bagian-bagian lain untuk membina stabilitas kerja, tata tertib kerja, disiplin kerja, keamanan dan kenyamanan dalam lingkungan kerja. 4. Quality Manager a. Melakukan review terhadap kontrak untuk mengidentifikasi kualitas terkait dokumentasi dan pengujian persyaratan khusus untuk pesanan pembelian. b. Mengidentifikasi persyaratan inspeksi dan memastikan apakah persyaratan inspeksi tersebut dapat diimplementasikan. c. Memastikan dan menguji semua peralatan yang diperlukan untuk bekerja dalam kondisi baik dan telah dikalibrasi. d. Mengidentifikasi semua catatan yang diperlukan oleh client untuk menunjukkan kesesuaian dengan catatan departmen QC. 5. General Manager (GM) Projects General Manger Project diangkat oleh Pimpinan tertinggi di perusahaan untuk memimpin langsung proyek induk dan tetap stand by di Site Office. General

55

Manager Project juga berfungsi sebagai wakil dari pihak pemilik perusahaan untuk memimpin dan mengawasi pelaksanaan proyek. 6. Production Manager a. Melakukan perencanaan dan pengorganisasian jadwal produksi. b. Menentukan standar kontrol kualitas produk. c. Mengawasi proses produksi. d. Mengorganisir perbaikan dan pemeliharaan rutin peralatan produksi. e. Mengawasi pekerjaan staf junior. f. Menilai kelayakan proyek. g. Mengelola pemesanan dan pembelian bahan baku produksi. h. Menjadi penghubung dengan pembeli, pasar dan staf penjualan. i. Memperkirakan serta melakukan negosiasi rentang waktu dengan klien dan manajer dalam hal yang berkaitan dengan proses produksi. 7. Production Control & Logistics a. Menyelenggarakan perencanaan, pemeliharaan, perawatan, untuk menjaga operasional perusahaan agar selalu siap dalam memberikan pelayanan kepada unit kerja lain (customer). b. Menjamin semua sarana dan prasarana tersedia dan dapat digunakan dengan baik oleh unit kerja lainnya yang ada di dalam perusahaan. c. Melakukan pengadaan barang atau jasa yang diperlukan para unit kerja lain untuk mendukung pelayanan dan operasional perusahaan. d. Melakukan analisa kebutuhan pengadaan barang atau jasa yang diminta para unit kerja lain untuk memenuhi pengadaan barang atau jasa.

56

8. Maintenance Manager a. Bertanggung jawab mengawasi pengadaan pengendalian produksi agar produk sesuai dengan spesifikasi dan standar yang ditentukan. b. Mengatur jadwal perbaikan dan perawatan mesin. 9. Fabrication Manager a. Mampu mengayomi bawahan. b. Mampu menguasai SDM dan juga faktor penting dalam pabrik. c. Mampu mengatur manajemen yang baik. d. Mampu menjalin hubungan yang baik dengan klien. e. Meningkatkan kualitas produksi. f. Mampu menciptakan suasana kerja yang baik. g. Mampu membentuk SDM yang handal dan profesional. h. Mengetahui, memantau dan mengerti semua asset perusahaan yang dikelola pabrik. 4.1.3 Ruang Lingkup Usaha PT. Cladtek tidak hanya berdomisili di Batam, tetapi tersebar di beberapa Negara seperti: a. Cladtek do Brazil, berlokasi di Brazil b. Cladtek Holdings Pte Ltd, berlokasi di Singapore c. Cladtek Middle East, berlokasi di Sharjah United Arab Emirates d. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing, berlokasi di Batam, Indonesia

57

A.

Prosedur dan Tata Kerja Perusahaan

Setiap perusahaan mempunyai prosedur dan tata kerja masing-masing, di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ada beberapa prosedur dan tata kerja yang telah ditetapkan, antara lain : 1. Penerimaan karyawan baru perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan perushaan, untuk dapat diterima menjadi karyawan harus dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 2. Calon karyawan harus mempunyai fisik yang sehat dan juga lulus test medical check up yang diadakan perushaan. 3. Calon karyawan yang telah memenuhi syarat diterima, karyawan tersebut mendapatkan masa uji coba selama 3 bulan terhitung sejak mulai atau gabung di perusahaan. 4. Bagi karyawan yang telah melewati masa percobaan dengan baik, maka akan diangkat menjadi karyawan sesuai status dan posisi karyawan tersebut, karyawan bekerja selama kontrak yang telah diberikan oleh perusahaan dan juga disepakati oleh karyawan. B.

Peraturan Perusahaan Peraturan perusahaan ini dibuat untuk menjadi pegangan tentang hak

dan kewajiban masing-masing pihak dengan tujuan memelihara hubungan yang baik antara karyawan dan perusahaan. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dalam kelangsungan usaha perusahaan ini. Setiap karyawan wajib menjaga keselamatan dan kesehatan dirinya dan karyawan lainnya. Semua karyawan wajib memakai alat keselamatan kerja yang

58

telah disediakan oleh perusahaan dan mengikuti atau mematuhi ketentuan mengenai keselamatan kerja. Diluar waktu kerja yang sudah ditentukan oleh perusahaan, karyawan tidak diperbolehkan memakai atau menggunakan alat-alat kerja perusahaan untuk kepentingan pribadi. Setiap pekerja juga dilarang memakai aksesoris ketika kegiatan bekerja sedang berlangsung. Dalam perusahaan untuk pembagian hari kerja dan jam kerja sangat penting untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan, pembagian hari kerja yang telah ditetapkan oleh PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing adalah: 1. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu karyawan bekerja 8 jam dalam sehari, 40 jam dalam seminggu. Perusahaan menetapkan hari kerja adalah hari Senin s/d Jumat, apabila karyawan kerja diluar jam kerja aktif berarti setiap jamnya dihitung overtime. Khusus untuk hari sabtu, apabila karyawan masuk setiap jamnya juga dihitung overtime. 2. Dalam pengaturan jam kerja di perusahaan diatur sebagai berikut : a. Senin-Kamis Kerja

: 08.00 WIB – 17.00 WIB

Istirahat

: 12.00 WIB – 13.00 WIB

b. Jumat Kerja

: 08.00 WIB – 17.00 WIB

Istirahat

: 11.30 WIB – 13.30 WIB

c. Sabtu Kerja

: 08.00 WIB – 12.00 WIB

59

4.1.4 Proses Bisnis PT. Cladtek BI Metal Manufacturing bergerak dibidang cladding (pelapisan) dan spooling (penyambungan) pipa. Produk utamanya adalah CRA Clad pipe, fittings Flanges dan Bends, Pipe Spool Fabrication, Pressure vessels, Ball Velves, Seawater Tubes dan Underwater Sheaves, Thermal Sleeves, dan Independent Bend Testing dan Simulations. Proses bisnisnya berlangsung berdasarkan proyek yang diterima dari client dan langsung melaksanakan pengiriman barang setelah produk selesai dikerjakan. Berikut skema proses bisnis perusahaan:

Proyek Diterima

Pengerjaan Produk

Finalisasi Dokumen

Pengiriman Dan Pembayaran

Selesai

Gambar 4.1.4-1 Proses Bisnis Perusahaan Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Keterangan : 1. Setelah PT. Cladtek menandatangani kontrak kerja dengan client, maka proyek dinyatakan dimulai pengerjaannya setelah melalui penerimaan bahan baku dan produk sudah berada di workshop kerja, serta siap untuk dikerjakan. 2. Proses pengerjaan produk harus mengikuti seluruh prosedur yang terdapat di PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing Batam, dari awal pengerjaan sampai dengan selesai. 3. Setelah seluruh produk selesai, maka dokumen pendukung setiap produk akan dikumpulkan dan disiapkan sebelum pengiriman produk.

60

4. Proses pengiriman produk dan dilanjutkan dengan pembayaran produk yang sudah jadi. Mengenai mekanisme perjanjian pembayaran hanya diketahui oleh departemen Purchasing dan departemen Project. 5. Proyek dinyatakan selesai setelah seluruh dokumen dan produk diterima dengan baik oleh client, dan dinyatakan closed (selesai). 4.2

Hasil Penelitian 4.2.1

Kegiatan Produksi PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing mempunyai 2 (dua) workshop

yaitu: workshop A dan workshop B. Workshop A adalah proses produksi utama atau lapangan 1 (satu) di mana hampir semua proses produksi dilakukan di dalam workshop tersebut termasuk kantor PT. Cladtek Bi-Metal sendiri berada di lapangan 1 (satu), sedangkan workshop B atau lapangan 2 (dua) adalah tempat penyimpanan material yang baru datang atau barang lainnya yang telah tidak terpakai. Di dalam workshop A atau lapangan 1 (satu) terdapat beberapa proses produksi diantaranya adalah : 1. Incoming material

Gambar 4.2.1-1 Incoming Material Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

61

Adalah proses di mana material datang ke dalam workshop dan ditempatkan pada tempat produksi di mana material tersebut akan di proses, karena PT. Cladtek bukanlah perusahaan yang memproduksi sebuah produk dari awal melainkan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelasan untuk pipa Oil dan Gas. 2. Sandblasting

Gambar 4.2.1-2 Proses Sandblasting Sumber: Sandblasting in Indonesia

Sandblasting adalah proses penyemprotan abrasive material biasanya berupa pasir silika atau steel gril dengan tekanan tinggi pada suatu permukaan dengan tujuan untuk menghilangkan material kontaminasi seperti karat, cat, garam, oli dan lain-lain. Selain itu juga bertujuan untuk membuat profile (kekasaran) pada permukaan metal agar dapat tercapai tingkat perekatan yang baik antara permukaan metal dengan bahan pelindung misalnya cat. Tingkat kekerasannya dapat disesuaikan dengan ukuran pasirnya serta tekanannya. Perlu diketahui berhasil atau gagalnya suatu pengecatan sangat tergantung pada tingkat kebersihan dan

62

tingkat perekatan antara cat dan permukaan serta tingkat kepadatan dan perataan dari cat itu sendiri. (www.bioindustries.co.id) 3. Welding

Gambar 4.2.1-3 Proses Welding Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Adalah

proses

penyambungan

bahan

metal

dengan

menggunakan bahan logam yang dilaksanakan dalam keadaan cair atau sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. 4. Quality Control Check

Gambar 4.2.1-4 Proses Quality Control Sumber : Pradhanagroup

Adalah proses pengecekan yang dilakukan oleh pekerja yang bersertifikat atau memiliki kemampuan dalam bidang tersebut, atau

63

dilakukan oleh pekerja yang handal. Melakukan pengecekan terhadap pipa yang telah selesai diproduksi atau diolah, apabila barang yang telah diproduksi tidak sesuai dengan standart maka selanjutnya barang tersebut akan diproduksi ulang (repair), apabila barang sesuai maka barang atau pipa tersebut dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya. 5. Hydrotest Automatic

Gambar 4.2.1-5 Proses Hydrotest Automatic Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Adalah proses pengetesan menggunakan Hydrotest yang dilakukan secara automatis menggunakan mesin dengan hanya sedikit menggunakan bantuan tenaga manusia atau menggunakan alat bantu mesin.

64

6. Hydrotest Manual

Gambar 4.2.1-6 Proses Hydrotest Manual Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Gambar 4.2.1-7 Alat Pengecekan tekanan Air Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Penelitian yang dilakukan yaitu pada proses produksi Hydrotest Manual, Hydrotest Manual itu sendiri adalah proses pengecekan yang masih membutuhkan tenaga manusia pada proses pemasangan aksesoris

pada

material

untuk

memulai

proses

pengecekan

menggunakan hydrotest. Cara kerja pengecekan yang dilakukan adalah dengan menggunakan tekanan air yang telah ditentukan atau

65

sesuai standart, pada saat melakukan proses pengecekan dengan menggunakan hydrotest manual ini, pekerja harus berada pada batas garis aman agar terhindar dari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada saat melakukan pengecekan dengan tekanan air tersebut. Tidak menutup kemungkinan kecelakaan yang bisa terjadi yaitu pada saat pipa diberikan tekanan air pipa tersebut dapat pecah dikarenakan produk gagal atau kualitas material yang tidak baik. Kejadian kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi adalah baut yang berterbangan ke udara yang dikarenakan kegagalan pengecekan tersebut sehingga dapat melukai para pekerja yang berada di sekitarnya. 4.2.2

Kegiatan proses produksi pada Hydrotest Manual Untuk mengidentifikasi resiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di

PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing maka perlu diketahui alur dari proses produksi tersebut. Proses produksi pada bagian Hydrotest Manual di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing adalah sebagai berikut :

66

Mulai

Pipa Masuk oleh Forklift/Crane (pipa, flange, elbow, T)

Mempersiapkan komponen Hydrotest dan aksesoris

Menghubungkan semua Aksesoris Hydrotest manual ke Material/Pipa yang akan dilakukan Proses Hydrotest

Memindahkan Pipa ke bungker

Hydrotest awal untuk menghilangkan udara & mencapai stabilisasi

Memulai proses Hydrotest

Menghubungkan pipa, elbow, flange, T dikunci dengan baut

Ya

Tidak

Memeriksa Sambungan Pipa

Menaikkan Tekanan dengan Pompa

Tidak

Lepaskan pipa dari aksesoris

Stop dan mengosongkan tekanan dalam pipa

Memindahkan komponen dari bungker oleh crane

Melepaskan sambungan pipa, elbow dan T

Selesai

Ya

Menyimpan kembali aksesoris hydrotest

Gambar 4.2.2-1 Proses Produksi Hydrotest Manual

Hydrotest mencapai tekanan

House Keeping

67

Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut : 1. Pipa masuk, yaitu pipa yang akan dilakukan pengecekan menggunakan hydrotest manual diletakkan pada bagian proses produksi Hydrotest Manual dengan menggunakan alat angkut dan alat angkat yaitu Forklift atau Overhead Crane. 2. Mempersiapkan komponen hydrotest dan aksesoris, yaitu mempersiapkan semua kebutuhan dan juga peralatan untuk keperluan pengecekan menggunakan hydrotest manual. 3. Menghubungkan pipa dengan aksesosirnya

Gambar 4.2.2-2 Aksesoris Pipa Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

aksesoris yang dimaksud seperti pada gambar di atas yang diberi tanda lingkaran

merah

adalah

sebuah

besi

yang

digunakan

untuk

menyambungkan antara pipa, elbow, flange dan T agar pada saat melakukan pengecekan tidak banyak membuang waktu, karena dalam proses ini dapat melakukan pengecekan pada 3 material pada sekali waktu

68

pengecekan, maka dari itu digunakan yang namanya aksesoris pipa tersebut. 4. Memeriksa sambungan pipa

Gambar 4.2.2-3 Sambungan Pipa Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

yaitu memeriksa kembali apakah sambungan pipa dari aksesoris yang digunakan untuk menyambungkan pipa tersebut telah terpasang dengan baik, apakah baut yang telah dipasang sudah terkunci dengan benar atau belum. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja berupa kegagalan pengecekan yang menyebabkan baut pada sambungan pipa terhempas ke udara dan mengenai pekerja yang ada di sekitar area kerja, apabila sambungan pipa belum benar maka kembali lagi ke tahap sebelumnya yaitu menghubungkan pipa dengan aksesoris.

69

5. Memindahkan pipa ke bungker

Gambar 4.2.2-4 Memindahkan Pipa ke Bungker Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

yaitu pipa diletakkan di dalam bungker di mana adalah tempat proses pengecekan hydrotest tersebut, dan juga untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan, apabila terjadinya kegagalan pengecekan. 6. Menghubungkan semua aksesoris, yaitu menyambungkan aksesoris pada satu material ke material lain atau dari pipa elbow disambungkan dengan flange menggunakan aksesoris. 7. Hydrotest awal, yaitu percobaan atau pengetesan awal apakah ada kebocoran pada sambungan pipa atau tidak. 8. Memulai proses hydrotest, yaitu proses pengecekan menggunakan tekanan angin yang tinggi untuk memeriksa apakah pipa tersebut terdapat kebocoran atau tidak. 9. Menaikkan tekanan, yaitu mengisi material dengan tekanan air yang di pompa ke dalam semua pipa dengan ukuran yang telah ditentukan atau sesuai standart.

70

10. Hydrotest mencapai tekanan, yaitu material telah dilakukan pengecekan dengan tekanan yang diinginkan, jika tidak mencapai tekanan yang diinginkan maka kembali lagi ke tahap sebelumnya yaitu menaikkan tekanan. 11. Stop dan mengosongkan tekanan, yaitu menghentikan tekanan air karena proses pengecekan menggunakan proses hydrotest telah mencapai tekanan. 12. Melepaskan pipa dari aksesoris, yaitu melepaskan semua aksesoris yang digunakan untuk menyambungkan semua material. 13. Memindahkan komponen dari bungker, yaitu memindahkan pipa kembali keluar dari bungker karena proses pengecekan telah selesai dilakukan. 14. Melepaskan sambungan pipa, elbow, dan T, yaitu memisahkan kembali material antara pipa, elbow dan T. 15. House keeping, yaitu membersihkan tempat kerja dari baut yang mungkin berserakan dan juga sisa air dari proses pengecekan tersebut. 16. Menyimpan kembali aksesoris, yaitu merapikan kembali perlengkapan atau aksesoris yang tadi digunakan untuk melakukan pengecekan tersebut. 4.2.3

Mengidentifikasi adanya potensi bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebelum mengidentifikasi adanya potensi bahaya, diperlukan Job Safety

Analysis (JSA) yang dalam pelaksanaannya form JSA tersebut diisi oleh seorang Supervisor dan diperiksa kembali oleh seorang Safety Officer, JSA bermanfaat untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan dalam menangani bahaya yang telah ditemukan di dalam JSA tersebut pada area kerja, di bawah ini adalah Form JSA dan penjelasannya yaitu sebagai berikut :

71

4.2.4

Mengetahui Analisis Potensi Bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk mengetahui Analisis Potensi Bahaya terhadap Keselamatan dan

Kesehatan kerja maka perlu melengkapi kriteria yang ada pada Job Safety Analysis (JSA) worksheet sebagai berikut :

1

2

3 4 5

9 6

7

8 11

10 12 15

Gambar 4.2.4-1 JSA Worksheet Form Sumber: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

13

14

72

16

17

18

19

Gambar 4.2.4-2 JSA Worksheet Form Sumber: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Keterangan dari gambar tersebut adalah : 1. Area of Work Considered (Tempat Kerja), yaitu tempat kerja yang akan dilakukan job safety analysis atau di departemen kerja. 2. Project/Order (Proyek), yaitu proyek dari sebuah perusahaan yang menjadi client dan juga atas nama siapa proyek tersebut. 3. JSA Participants (JSA Partisipasi), yaitu nama-nama pekerja atau karyawan yang ikut berpartisipasi membantu dalam menganalisis keselamatan kerja. 4. Plant Area Location and Details (Lokasi dan Rincian Area Pabrik), yaitu lokasi kerja yang dilakukan analisis keselamatan kerja. 5. Preapared by (Dipersiapkan), yaitu JSA Worksheet dipersiapkan oleh supervisor dari departemen yang menerima proyek tersebut.

73

6. Reviewed by (Diperiksa), yaitu diperiksa kelengkapan dalam dokumen JSA Worksheet dengan kejadian sesungguhnya yang ada di lapangan oleh Safety Officer. 7. Type of Permit Required (Jenis Izin yang Dibutuhkan), yaitu jenis izin pekerjaan yang dibutuhkan dalam menganalisis keselamatan kerja maksudnya adalah apakah pekerjaan tersebut mengandung bahaya misalnya kemungkinan tersetrum listrik, maka diperlukan izin listrik tersebut. 8. Additional PPE Requirements (Persyaratan Alat Pelindung Diri Tambahan), yaitu alat pelindung diri tambahan yang dibutuhkan dalam departemen kerja tersebut selama bekerja. 9. Distribution (Distribusi), yaitu bentuk distribusi berupa sebuah file. 10. JSA Review Process (Proses Peninjauan JSA), yaitu proses peninjauan dari analisis keselamatan kerja sebelumnya yang sudah pernah dilakukan. 11. Special Tools or Equipment Required (Peralatan khusus atau Peralatan yang dibutuhkan), yaitu peralatan tambahan yang bila diperlukan dalam melakukan pekerjaan pada departemen terkait, yang berguna untuk menunjang pekerjaan. 12. Reviewed by (Ditinjau oleh), yaitu ditinjau kembali oleh Safety Officer. 13. Signature (Tanda Tangan), yaitu tanda tangan oleh pihak yang meninjau proyek tersebut adalah Safety Officer. 14. Date (Tanggal), yaitu tanggal proyek tersebut ditinjau.

74

15. Incident Summary (Ringkasan Insiden), yaitu rangkuman dari semua insiden yang pernah terjadi pada departemen tesebut dalam kurun waktu satu bulan atau satu tahun. 16. Job Step (Langkah Kerja), yaitu proses kerja atau langkah kerja dalam proses produksi tersebut. 17. Hazard

Identified

(Identifikasi

Bahaya),

yaitu

mengidentifikasi

kemungkinan bahaya yang terjadi selama proses produksi pada departemen tersebut. 18. Controls of Checks Required (Pengecekan yang diperlukan), yaitu pengecekan yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan. 19. Action by (Tindakan), yaitu pihak yang bertanggung jawab dalam proses produksi tersebut dalam departemen tersebut. Setelah dilakukannya analisis potensi bahaya dengan menggunakan JSA maka ditemukannya beberapa bahaya dan resiko pada proses produksi Hydrotest Manual tersebut sesuai dengan langkah kerja yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas. Kemudian setelah dilakukannya JSA Worksheet

langkah

selanjutnya adalah mengidentifikasi adanya potensi bahaya pada area produksi Hydrotest Manual dengan mengamati adanya segala penyimpangan yang terjadi, sehingga mampu menyebabkan kecelakaan kerja dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi lapangan secara langsung.

75

Tabel 4.2.4-1 Identifikasi hazard and risk

No

Proses

Uraian Temuan Hazard

1.

Pipa Masuk/Datang oleh Forklift/Crane

a. b. c. d.

2.

Mempersipkan komponen Hydrotest dan aksesorisnya

a. b. c.

3.

Menghubungkan pipa dengan aksesorisnya

a. b.

4.

Memeriksa sambungan pipa

5.

Memindahkan pipa ke bungker

6.

Menghubungkan semua aksesoris hydrotest manual ke material

7.

Hydrotest awal untuk menghilangkan udara dan mencapai stabilisasi

8.

Memulai Proses Hydrotest

9.

10.

c. a.

b. c. a. b. c. d. a. b.

c. a. b. c.

Tertimpa Benda Jatuh Terjepit oleh Benda Kelelahan Terbentur oleh benda yang diangkat Tertimpa Benda Jatuh Terjepit oleh Benda Salah posisi saat mengangkat Jari terjepit pada saat mengencangkan baut Berada di posisi yang tidak aman pada saat menghubungkan pipa Kejatuhan material Tergelincir pada tingkat ketinggian yang sama atau tanah datar Kejatuhan material Kelelahan Tertimpa Benda Jatuh Terjepit oleh Benda Kelelahan Terbentur oleh benda yang diangkat Jari terjepit pada saat mengencangkan baut Berada di posisi yang tidak aman pada saat menghubungkan pipa Kejatuhan material Tertimpa Benda Jatuh Terjepit oleh Benda Kelelahan

Resiko a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

a. Patah Tulang b. Memar Kulit c. Keseleo a. Luka Robek b. Patah Tulang c. Terkilir

a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

a. Luka Robek b. Patah Tulang c. Terkilir

a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

a. Tertimpa Benda Jatuh b. Terjepit oleh Benda c. Kelelahan

a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

Menaikkan tekanan dengan pompa

a. Tertimpa Benda Jatuh b. Terjepit oleh Benda c. Kelelahan

a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

Hydrotest mencapai tekanan

a. Tertimpa Benda Jatuh b. Terjepit oleh Benda c. Kelelahan

a. Patah Tulang b. Memar Kulit c. Keseleo

76

No

Proses

Uraian Temuan Hazard

d. Luka Robek Resiko

11.

Stop dan mengosongkan tekanan dalam pipa

a. Tertimpa Benda Jatuh b. Terjepit oleh Benda c. Kelelahan

a. b. c. d.

12.

Melepaskan pipa dari aksesoris

a. Luka Robek b. Patah Tulang c. Terkilir

13.

Memindahkan komponen dari bungker oleh crane

14.

Melepaskan sambungan pipa, elbow dan T

a. Jari terjepit pada saat mengencangkan baut b. Berada di posisi yang tidak aman pada saat menghubungkan pipa c. Kejatuhan material a. Tertimpa Benda Jatuh b. Terjepit oleh Benda c. Kelelahan d. Terbentur oleh benda yang diangkat a. Tertimpa Benda Jatuh b. Terjepit oleh Benda c. Kelelahan

15.

House Keeping

16.

Menyimpan kembali aksesoris hydrotest

a. Tergelincir pada tingkat ketinggian yang sama atau tanah datar b. Kelelahan c. Salah posisi pada saat mengangkat a. Tergelincir pada tingkat ketinggian yang sama atau tanah datar b. Kelelahan c. Salah posisi pada saat mengangkat d. Tertimpa Benda Jatuh

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

a. Memar Kulit b. Keseleo c. Luka Robek

a. b. c. d.

Patah Tulang Memar Kulit Keseleo Luka Robek

Dari tabel di atas telah ditemukan dan dianalisis identifikasi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan menggunakan metode HAZOP yaitu beberapa bahaya yang dapat terjadi selama proses kerja pada daerah Hydrotest Manual di PT. Cladtek adalah tertimpa benda jatuh, kelelahan dan terjepit oleh benda yang beresiko cedera, memar kulit dan luka robek. Dalam proses produksi pada bagian hydrotest manual tidak menutup kemungkinan akan adanya kecelakaan kerja atau kegagalan dalam proses produksi, berikut contoh dari kegagalan produksi tersebut :

77

Gambar 4.2.4-3 Kegagalan dalam Hydrotest Sumber : Australian Welding Institue

Kegagalan produksi yang terjadi dikarenakan material atau pipa yang kurang baik, penyebab dari kegagalan tersebut bisa terjadi juga karena bahan untuk membuat pipa yang kurang baik atau bisa jadi selama proses produksi pipa terdapat langkah kerja yang dilakukan dengan tidak benar sehingga menyebabkan kegagalan tersebut (Human Eror). Gambar tersebut masih di dalam tingkat bahaya yang rendah dikarenakan hanya memiliki retakan yang kecil, yang tidak menyebabkan ledakan atau material yang berterbangan dikarenakan tekanan yang kuat dan besar. Maka dari itu pada saat melakukan proses ini Safety Officer akan mengontrol ruang gerak kerja agar pekerja yang tidak berkepentingan berada jauh di batas aman, pada saat proses tersebut akan diberikan barikade garis seperti gambar di bawah ini :

78

Gambar 4.2.4-4 Barikade Sumber : Tokopedia

Untuk mengantisipasi apabila terjadi kegagalan dan pekerja aman dari zona bahaya, selain itu seorang Safety Officer juga akan mengumumkan akan adanya pengetesan dengan Hydrotest dan biasanya pengetesan tersebut juga dilakukan pada saat jam istirahat untuk mengurangi tingginya korban kecelakaan kerja tersebut. 4.3

Penilaian Resiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penilaian

Resiko

dilakukan

dengan

cara

melihat

Kemungkinan

(Likelihood) dan Keparahan (Consequences) kemudian ditemukannya tingkatan bahaya dalam proses produksi dengan melihat matriks (Risk Matrix), yang disimpulkan dalam Temuan Potensi Bahaya (Risk Level). 4.3.1

Melakukan Perangkingan Kemungkinan (Likelihood) Setelah dilakukannya identifikasi bahaya langkah selanjutnya adalah melakukan perangkingan Kemungkinan (Likelihood) terjadi kecelakaan pada suatu pekerjaan. Berikut adalah tabel Kemungkinan (Likelihood) :

79

Tabel 4.3.1-1 Kemungkinan (Likelihood)

Tingkatan

Kriteria

Deskripsi Kualitatif

Semi Kualitatif

1

Mungkin

Kecelakaan secara teori dapat terjadi tapi tidak mungkin.

kurang dari 1 kali dalam 5 tahun

2

Rendah

Kecelakaan jarang terjadi.

terjadi 1 kali per 5 tahun

3

Sedang

Kecelakaan terjadi sekali setahun.

1 kali per 3 tahun sampai 1 kali pertahun

4

Tinggi

Kecelakaan hampir terjadi bulanan atau pertiga bulan.

lebih dari 1 kali pertahun hingga 1 kali per bulan

5

Ekstrim

Kecelakaan sering terjadi dari hari ke bulan

lebih dari 1 kali per bulan

Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

4.3.2

Melakukan perangkingan Keparahan (Consequences) Melakukan perangkingan keparahan (Consequences) juga diperlukan untuk mengetahui tingkat keparahan yang terjadi pada suatu tingkat kecelakaan kerja, sebagai pedoman untuk perbaikan kerja selanjutnya, berikut adalah tabel Keparahan (Consequences) : Tabel 4.3.2-1 Keparahan (Consequences)

Tingkatan

Kriteria

Deskripsi Kualitatif

Semi Kualitatif

1

Tidak ada

Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cidera pada manusia

Tidak menyebabkan kehilangan hari karja

2

Rendah

Menimbulkan cidera ringan, kerugian kecil dan tidak menimbulkan dampak serius terhadap kelangsungan bisnis.

Masih dapat bekerja pada hari/shift yang sama

3

Serius

Cedera berat dan dirawat dirumah sakit, tidak menimbulkan cacat tetap, kerugian finansial sedang

Kehilangan hari kerja dibawah 3 hari

4

Rentan

Menimbulkan cidera parah dan cacat tetap dan kerugian finansial besar

Kehilangan hari kerja 3 hari atau lebih

80

Tingkatan

Kriteria

Semi Kualitatif

Deskripsi Kualitatif serta menimbulkan dampak serius terhadap kelangsungan usaha

5

Malapetaka

Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian parah bahkan dapat menghentikan kegiatan usaha selamanya.

Kehilangan hari kerja selamanya

Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

4.3.3

Tingkat Bahaya Dalam Bentuk Matriks Resiko (Risk Matrix) Untuk mengetahui Tingkat Bahaya Dalam Bentuk Matriks Resiko (Risk Matrix) yang berguna mengetahui lebih jelas dengan menggunakan matriks gambar seberapa besar dan tinggi tingkat kemungkinan dan konsekuensi bahaya yang dihadapi dalam pelaksanaan proses kerja pada bagian hydrotest tersebut. berikut adalah cara untuk membuat Matriks Resiko (tingkat dari faktor Resiko) : a. Gunakan tabel di bawah ini untuk menentukan kemungkinan yang akan timbul dan tentukan score kemungkinannya b. Tentukan hasil yang terburuk untuk konsekuensi yang timbul dan identifikasi score kemungkinannya c. Kumpulkan

semua

score

dan

tentukan

resiko

dengan

mengalikan kedua score tersebut.

RESIKO = KEMUNGKINAN X KEPARAHAN d. Gunakan Matriks Resiko ini untuk menentukan skala tindakan pengendalian

yang

prioritas

untuk

penyelesaian untuk semua kegiatan.

menentukan

waktu

81

Tabel 4.3.3-1 Kemungkinan dan Konsekuensi

Kemungkinan

Ekstrim ( Score 5) : Menimbulkan kecelakan, dari catatan sering terjadi dari hari ke bulan.

Tinggi ( Score 4) : Hampir terjadi kecelakaan, Catatan mengindikasikan bahwa terjadi bulanan atau pertiga bulan.

Sedang ( Score 3) : Kecelakaan jarang terjadi , catatan menyebutkan bahwa terjadi sekali setahun.

Konsekuensi Malapetaka ( Score 5) bahaya yang secara nyata menghasilkan : 1. Berbagai luka serius, penyakit, resiko terkena penyakit kronis atau kematian . 2. Berbagai kerugian barang atau peralatan sekitar $100,000 (US). 3. Kerusakan Lingkungan akibat tumpahan yang banyak, menjadi perhatian publik dan dapat menimbulkan resiko kesehatan. Rentan ( Score 4) suatu resiko yang bisa secara nyata menghasilkan : 1. Luka yang parah. 2. Kerusakan barang atau alat milik perusahaan seharga $ 50,000- 100,000 ( U.S.). 3. Ledakan Atau kebakaran yang memerlukan bantuan dari luar atau radiasi . 4. Tumpahan cairan tidak beracun > 55 galon atau jumlah yang tercatat yang berbahaya bagi kesehatan Serius ( Score 3) suatu resiko yang bisa secara nyata mengakibatkan: 1. Luka yang memerlukan tindakan medis di luar PPPK ( standart OSHA). 2. Kerusakan barang atau alat milik perusahaan seharga $ 10,000- $ 50,000 ( U.S.). 3. Kebakaran yang bisa dikendalikan orang setempat. 4. Tumpahan cairan tidak beracun > 55 galon atau jumlah tidak tercatat dan tidak berbahaya. Rendah (Score 2) Bahaya yang secara nyata dapat mengakibatkan:

Rendah ( Score 2) : Jarang terjadi luka, catatan menunjukkan kecelakaan jarang terjadi.

mungkin ( Score 1) : Kecelakaan secara teori dapat terjadi tapi tidak mungkin , Catatan menyimpulkan bahwa selama ini tidak pernah terjadi

1. Luka yang membutuhkan pertolongan pertama. 2. Kerusakan kecil pada alat dan barang $500-10,000 (US). 3. Tumpahan kecil, tidak beracun , 5-55 gal. 4. Minim kerusakan yang ditimbulkan <$500. 5. Diabaikan tumpahan tidak beracun <5 Galon

Tidak ada (score 1) Bahaya yang secara nyata mengakibatkan : 1. Tidak ada yang terluka

Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

82

Tabel 4.3.3-2 Matriks Penilaian Resiko

Keterangan warna : Tidak bisa menerima resiko stop kegiatan segera EKSTRIM Harus menerapkan pengendalian resiko secara menyeluruh RESIKO TINGGI Kemungkinan memerlukan kendali resiko RESIKO SEDANG Mungkin perlu dilakukan beberapa tindakan pengendalian RESIKO RENDAH

Hasil dari penilaian resiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan menggunakan metode HAZOP sesuai dengan perangkingan yang telah dilakukan dengan menggunakan kemungkinan (likelihood)

83

dan keparahan (consequences) yang kemudian disimpulkan dengan menggunakan matriks resiko (risk matrix) yaitu disimpulkan pada point temuan potensi bahaya (risk level) sebagai berikut : 4.3.4

Temuan Potensi Bahaya (Risk Level) Setelah dilakukannya serangkaian analisis menggunakan metode HAZOP maka dapat ditemukan potensi bahaya pada bagian Hydrotest Manual tersebut adalah seperti di bawah ini yang disimpulkan dengan menggunakan tabel Temuan Potensi Bahaya (Risk Level) yang dilakukan pada departemen Hydrotest Manual. Tabel 4.3.4-1 Temuan Potensi Bahaya (Risk Level)

NO

Proses

1. Pipa Masuk/Datang oleh Forklift/Crane

2. Mempersipkan komponen Hydrotest dan aksesorisnya

3.

Menghubungkan pipa dengan aksesorisnya

Temuan Hazard

Resiko

Sumber Hazard

L *

C *

R*

Risk Level

Tertimpa Benda Jatuh

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Keseleo

Material

3

3

9

Sedang

Material

3

3

9

Sedang

Tertimpa Jatuh

Benda Memar Kulit

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Salah posisi saat mengangkat

Keseleo

Material

3

3

9

Sedang

Jari terjepit pada saat mengencangkan baut

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Berada di posisi yang tidak aman pada saat menghubungkan pipa

Luka Robek

Pipa

3

3

9

Sedang

Kejatuhan

Patah

Pipa

3

4

12

Tinggi

84 NO

Proses

Temuan Hazard Material

4.

Memeriksa sambungan pipa

5.

Memindahkan pipa ke bungker

6.

Menghubungkan semua aksesoris hydrotest manual ke material

7.

Hydrotest awal untuk menghilangkan udara dan mencapai stabilisasi

8. Memulai Proses Hydrotest

Resiko

Sumber Hazard

L

C

R

Risk Level

Tulang

Tergelincir pada Keseleo tingkat ketinggian yang sama atau tanah datar

Material

3

3

9

Sedang

Kejatuhan material

Patah Tulang

Material

3

4

12

Tinggi

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Tertimpa Benda Jatuh

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Terbentur oleh benda yang diangkat

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Jari terjepit pada saat mengencangkan baut

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Berada di posisi yang tidak aman pada saat menghubungkan pipa

Luka Robek

Pipa

3

3

9

Sedang

Kejatuhan material

Patah Tulang

Material

3

4

12

Tinggi

Tertimpa Benda Jatuh

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Tertimpa Benda Jatuh

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

85 NO

Proses

9. Menaikkan tekanan dengan pompa

10. Hydrotest mencapai tekanan

11. Stop dan mengosongkan tekanan dalam pipa

12.

Melepaskan tekanan angin dan mengalirkan air

13.

Memindahkan komponen dari bungker oleh crane

14.

Melepaskan sambungan pipa, elbow dan T

Temuan Hazard

Resiko

Sumber Hazard

L

C

R

Risk Level

Tertimpa Benda Jatuh

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Tertimpa Benda Jatuh

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Tertimpa Benda Jatuh

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Jari terjepit pada saat mengencangkan baut

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Berada di posisi yang tidak aman pada saat menghubungkan pipa

Luka Robek

Pipa

3

3

9

Sedang

Kejatuhan material

Patah Tulang

Material

3

4

12

Tinggi

Tertimpa Benda Jatuh

Cedera

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh Benda

Luka Robek

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Terbentur oleh benda yang diangkat

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Tertimpa Benda Jatuh

Cedera

Material

3

3

9

Sedang

Terjepit oleh

Luka

Material

3

3

9

Sedang

86 NO

Proses

15.

House Keeping

16.

Menyimpan kembali aksesoris hydrotest

Temuan Hazard

Resiko

Sumber Hazard

L

C

R

Risk Level

Benda

Robek

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Tergelincir pada Luka tingkat ketinggian Robek yang sama atau tanah datar

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Salah posisi pada saat mengangkat

Keseleo

Material

3

3

9

Sedang

Kelelahan

Memar Kulit

Material

3

3

9

Sedang

Tertimpa Benda Jatuh

Cedera

Material

3

3

9

Sedang

Tergelincir pada Luka tingkat ketinggian Robek yang sama atau tanah datar

Material

3

3

9

Sedang

Salah posisi pada saat mengangkat

Material

3

3

9

Sedang

Keseleo

Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada bagian Hydrotest Manual di PT. Cladtek memiliki rata-rata potensi bahaya (risk level) sedang yaitu dengan dibuktikan dengan hasil perhitungan dari kemungkinan di kali dengan keparahan maka didapat nilai rata-rata yaitu 9 (Sembilan) pada tingkat resiko bahaya yang mana ditunjukkan pada matriks dengan warna cream, nilai rata-rata tersebut didapat dari nilai kemungkinan yaitu 3 (tiga) dan nilai keparahan 3 (tiga) kemudian di kali dan hasilnya adalah 9 (sembilan). Untuk keterangan angka 3 (tiga) pada tabel kemungkinan, termasuk dalam keriteria sedang yaitu kecelakaan yang terjadi sekali setahun atau satu kali per tiga tahun sampai satu kali pertahun, sedangkan untuk keterangan angka 3 (tiga) pada tabel

87

keparahan, termasuk dalam kriteria serius yaitu bisa terjadi cedera berat dan dapat dirawat di rumah sakit tetapi tidak menimbulkan cacat tetap dan kerugian finansial sedang kemudian untuk kehilangan hari kerja adalah di bawah 3 hari. Hal ini juga berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti selama 4 (empat) bulan masa penelitian yang dilakukan di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing, rata-rata para pekerja tidak pernah yang mengalami kecelakaan kerja yang membahayakan atau berada pada level tinggi, hal tersebut juga dikatakan oleh salah satu pekerja yang bernama Kamiruddin yang mengatakan bahwa : ”...selama saya bekerja di PT. Cladtek ini kecelakaan kerja yang menurut saya beresiko fatal adalah ketika ada pipa yang sedang dilakukan pengetesan kemudian pipa tersebut meledak, namun kecelakaan kerja yang sampai mengenai korban jiwa selama saya bekerja disini belum ada kecelakaan kerja yang sampai terdapat korban jiwa”. (Kamiruddin Wawancara, Kamis 27 April 2017). 4.4

Pengendalian Resiko terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk mengendalikan resiko tehadap keselamatan dan kesehatan kerja yang mungkin timbul dari kesalahan orang seperti ceroboh, malas, tidak tenang, kurang pertimbangan, atau pengetahuan tidak sempurna, kurang hati-hati, kurang latihan, kurang terampil, atau kurang pengawasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Hamali, 2016) : 4.4.1

Tindakan pencegahan Tindakan pencegahan yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di masa yang akan datang, yaitu dengan cara sebagai berikut :

88

1.

Memperhatikan faktor-faktor Keselamatan pada waktu Perencanaan dan Pembangunan Sistem Keamanan Safety induction

Gambar 4.4.1-1 Sticker Safety Induction Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari perusahaan yang diteliti hasilnya perusahaan tersebut telah memperhatikan faktor keselamatan dari pertama kali karyawan atau pekerja berada di lingkungan perusahaan, yang ditandai dengan diberikannya sticker (gambar 19) yang selain itu juga dilakukan pengarahan oleh Safety Officer, mengenai resiko kecelakaan yang akan dihadapi pada saat berada di dalam lingkungan perusahaan tersebut. Jika ingin memasuki lingkungan perusahaan tetapi belum pernah induction, maka seorang security dengan tegas akan melarang seseorang tersebut untuk masuk ke lingkungan

89

workshop (Lapangan Kerja) atau segera lakukan induction karena apabila orang tersebut tetap bersikeras ingin masuk ke lapangan kerja akan menimbulkan bahaya untuk dirinya sendiri maupun orang lain. 2.

Merancang Perlengkapan dan Pertimbangan Keselamatan Kerja dan Menyediakan Pakaian Pengaman Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Gambar 4.4.1-2 Alat Pelindung Diri Sumber : mpmoran

Penggunaan alat pelindung seperti pada gambar di atas dimaksudkan agar semua karyawan yang ingin memasuki lapangan kerja berada dalam keadaan aman (Safety), karena perusahaaan

yang

bergerak

di

bidang

perakitan

atau

manufacture memiliki banyak bahaya yang harus diperhatikan. Maka dari itu cara mencegah resiko terjadinya kecelakaan dengan mengamankan diri sendiri dahulu (Safety First), karena bisa jadi kesalahan kecelakaan bukan dari kita melainkan kita lah yang menjadi korban atas kecelakaan kerja tersebut

90

penyebabnya bisa jadi karena kita yang paling dekat dengan tempat kejadian. 3.

Melakukan Pengawasan yang teratur dan Mengecek serta Mengambil Tindakan untuk Menghilangkan Risiko Toolbox Meeting

Gambar 4.4.1-3 Toolbox Meeting Sumber : SafetyTek

Toolbox Meeting (Pengarahan Karyawan) adalah suatu kegaiatan pertemuan yang dilakukan setiap hari sebelum dimulainya pekerjaan. Pertemuan akan dipimpin oleh supervisor maupun seorang safety officer, adapun maksud dari pertemuan ini untuk mengurangi resiko pada kecelakaan kerja. Dengan adanya pertemuan yang isi dari percakapannya adalah mengenai proses kerja yang akan dilakukan dan juga mengingatkan kepada semua pekerja tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.

91

4.

Menyelidiki

kejadian-kejadian

yang

Mengakibatkan

Kerusakan dan Mengambil Inisiatif untuk melakukan Tindakan Koreksi Safety Alert

Gambar 4.4.1-4 Safety Alert Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Pada tahap tindakan resiko ini berupa Safety Alert (Peringatan Keamanan) yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan yang sama terjadi di waktu yang akan datang, dengan adanya peringatan keamanan tersebut pihakpihak yang terkait dapat dengan segera memperbaik apa yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Hal itu

92

penting

untuk

mengurangi

atau

bahkan

menghilangkan

penyebab kecelakaan tersebut di masa yang akan datang. 5.

Mengembangkan Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang Efektif Organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Gambar 4.4.1-5 Logo K3 Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Membentuk suatu organisasi yang dinamakan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang bertujuan untuk memantau dan memastikan keselamatan dan kesehatan kerja tetap terjaga dan menjadi sebuah kebiasaan dengan selalu bersikap nyaman dan aman di dalam lingkungan kerja.

93

6.

Memelihara Catatan 1) Safety Calender

Gambar 4.4.1-6 Safety Calender Sumber : PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Safety Calender

(Kalender Keamanan) adalah untuk

merekam kecelakaan kerja yang terjadi setiap harinya, dengan cara memberikan warna pada setiap pagi hari untuk menandai hari kemarin apakah telah terjadi kecelakaan kerja atau tidak. Memberikan warna sesuai dengan penjelasan warna yang sudah disepakati bersama, dan dalam prosesnya penandaan kalender tersebut dilakukan oleh departement safety.

94

2) Permit to Work (Izin Bekerja)

Gambar 4.4.1-7 Permit to Work Sumber: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Permit to Work (Izin Bekerja) adalah cara untuk mengurangi kecelakaan kerja karena dengan adanya izin bekerja tidak sembarang pekerja yang dapat melakukan pekerjaan sebelum mendapatkan izin dari Supervisor maupun dari Safety Officer jadi dapat meminimalisir angka kecelakaan. 4.5

Pemantauan dan Evaluasi Bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemantauan dan evaluasi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh PT. Cladtek dari hasil wawancara yang telah

95

dilakukan dengan Bapak Jan Jonswan Hutasoit Manager HSE yang mengatakan : ”pertama dilakukan pengecekan seluruh peralatan sebelum bekerja, kedua memastikan personil yang melakukannya adalah yang kompeten, ketiga memastikan prosesnya sesuai dengan prosedur, keempat Safety Briefing, dan terakhir membahas JSA”. (Jan Jonswan Hutasoit Wawancara, Jumat 19 Mei 2017). Melakukan pemantauan dan evaluasi bahaya sebenarnya selalu dilakukan pada saat bekerja sehari-hari hanya saja karena sudah menganggap hal tersebut hal yang biasa dilakukan, maka dianggap bukanlah lagi sebuah evaluasi maupun pemantauan dikarenakan hal tersebut sudah menjadi keharusan dan bahkan kewajiban untuk melakukannya setiap hari. 1. Pengecekan Peralatan

Gambar 4.4.1-1 Pengecekan Peralatan Sumber : Nusapolar Persada

Pengecekan peralatan berguna untuk mengetahui kelayakan suatu peralatan yang akan digunakan untuk bekerja.

96

2. Personil/Pekerja yang Kompeten

Gambar 4.4.1-2 Pekerja yang Kompeten Sumber :okezone

Pekerja yang kompeten artinya adalah mereka mempunyai kemampuan dan memang ahli dalam pekerjaan tersebut dan juga memiliki sertifikat sebagai bukti pekerja tersebut resmi dan juga menjadi bukti di mata negara atau hukum. 3. Proses sesuai dengan prosedur

Gambar 4.4.1-3 Proses sesuai Prosedur Sumber : JavaTpoint

Proses seuai dengan prosedur adalah bagaimana seorang pekerja dapat bekerja sesuai dengan prosedur atau tahap kerja yang telah ditentukan oleh pihak terkait agar tidak terjadi yang namanya kesalahan dalam bekerja dan lebih efektif dan efisien.

97

4. Safety Briefing

Gambar 4.4.1-4 Safety Briefing Sumber : eptgroup

Safety Briefing (Pengarahan Karyawan) adalah suatu kegiatan pertemuan yang dilakukan setiap hari sebelum dimulainya pekerjaan. Pertemuan akan dipimpin oleh safety officer, adapun maksud dari pertemuan ini untuk mengurangi resiko pada kecelakaan kerja. Dengan adanya pertemuan yang isi dari percakapannya adalah mengenai proses kerja yang akan dilakukan dan juga mengingatkan kepada semua pekerja tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan dalam bekerja. 4.6

Pembahasan Penelitian Sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai

Resiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP) melalui Identifikasi bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian resiko, pengendalian resiko, dan pemantauan & evaluasi bahaya yang digunakan oleh PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing. Apakah resiko keselamatan dan

98

kesehatan kerja (K3) dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP) yang dilakukan dapat menurunkan angka kecelakaan kerja atau tidak. Berikut hasil jawaban dari rumusan masalah penelitian ini : 4.6.1

Identifikasi Bahaya PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Berdasarkan hasil yang diperoleh dari identifikasi bahaya di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing dengan menggunakan metode HAZOP, yaitu proses teridentifikasinya bahaya melalui proses produksi dari pipa masuk,

mempersiapkan

komponen

Hydrotest

dan

aksesoris,

menghubungkan pipa kemudian dikunci dengan baut, memeriksa sambungan pipa, memindahkan pipa ke bungker, menghubungkan semua aksesoris hydrotest manual ke material atau pipa yang akan dilakukan proses hydrotest, hydrotest awal untuk menghilangkan udara dan mencapai stabilisasi, memulai proses hydrotest, menaikkan tekanan dengan pompa, hydrotest mencapai tekanan, stop dan mengosongkan tekanan dalam pipa, melepaskan pipa dari aksesoris, memindahkan komponen dari bungker oleh crane, melepaskan sambungan pipa, house keeping, sampai dengan proses produksi terakhir adalah menyimpan kembali aksesoris hydrotest. Dari proses produksi tersebut berpotensi memunculkan sebuah bahaya (hazard) seperti tertimpa benda jatuh, terjepit oleh benda, kelelahan dan kejatuhan material, dan juga memiliki resiko (risk) yang dapat dialami oleh para pekerja diantaranya patah tulang, memar kulit, keseleo dan luka robek maka dari itu dalam proses produksi harus dilakukan secara aman (Safety).

99

Penelitian ini sudah di dukung oleh teori Hamali (2016), bahwa kondisi karyawan berupa keterampilan karyawan dalam hal K3 yang rendah, kondisi fisik karyawan yang tidak prima, kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya motivasi tentang K3, serta tingginya derajat stres dan depresi dan juga dari segi pemakaian peralatan kerja yaitu penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik dapat menjadi faktor terjadinya kecelakaan kerja. Hasil menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara hasil penelitian yang diperoleh dengan teori yang dikemukakan oleh Hamali, bahwa identifikasi bahaya menggunakan metode HAZOP sangat membantu mencegah terjadinya bahaya yang ada dan mengurangi resiko kecelakaan kerja tersebut. 4.6.2

Analisis Potensi Bahaya dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis potensi bahaya dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing dengan menggunakan metode HAZOP yaitu, dapat mengurangi angka kecelakaan kerja karena dengan menggunakan JSA dapat mengetahui bahaya kerja yang dapat terjadi dan juga mengetahui langkah kerja yang harus dilakukan sebelum memulai pekerjaan tersebut agar terhindar dari kecelakaan kerja dan juga merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

100

Pada penelitian yang dilakukan oleh Varun & Karthikeyan, (2014) yang berjudul ”Job Safety Analysis and Hazop for Fasteners Industry”, bahwa dengan mengidentifikasi bahaya sesuai tingkat keparahan bahaya dan menilai bahaya atau dieliminasi selanjutnya memberikan tindakan pengendalian yang tepat dengan cara menganalisis yaitu: pertama, memilih pekerjaan yang akan dianalisis berdasarkan frekuensi kecelakaan, tingkat keparahan, pekerjaan baru atau pekerjaan tidak rutin dan keterpaparan berlebihan, kedua mengurutkan langkah kerja atau proses kerja, ketiga mengidentifikasi setiap langkah kerja atau proses kerja dan juga mempertimbangkan semua kemungkinan dan kondisi logis. Hasil menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara hasil penelitian yang diperoleh dengan teori yang dikemukakan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Varun & Karthikeyan, bahwa analisis potensi bahaya dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) menggunakan metode HAZOP sangat membantu proses produksi perusahaan dan juga memberikan rasa aman bagi karyawan dari bahaya mengenai kecelakaan kerja. 4.6.3

Penilaian Resiko PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penilaian resiko di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing dengan menggunakan metode HAZOP yaitu, untuk mengetahui kemungkinan (likelihood) terjadi kecelakaan pada suatu pekerjaan, untuk mengetahui keparahan (consequences) yang terjadi pada kecelakaan kerja, untuk mengetahui tingkat bahaya dalam

101

bentuk matriks resiko (risk matrix) dan ditemukan potensi bahaya pada bagian kerja hydrotest manual tersebut. Dari proses produksi tersebut terdapat beberapa kriteria kemungkinan (likelihood) dan keparahan (consequences), kriteria kemungkinan (likelihood) yaitu pada tingkatan 1 (satu) memiliki kriteria mungkin, pada tingkatan 2 (dua) memiliki kriteria rendah, pada tingkatan 3 (tiga) memiliki kriteria sedang, pada tingkatan 4 (empat) memiliki kriteria tinggi dan pada tingkatan 5 (lima) memiliki kriteria ekstrim. Untuk kriteria keparahan (consequences) yaitu pada tingkatan 1 (satu) tidak ada, pada tingkatan 2 (dua) memiliki kriteria rendah, pada tingkatan 3 (tiga) memiliki kriteria serius, pada tingkatan 4 (empat) memiliki kriteria rentan dan pada tingkatan 5 (lima) memiliki kriteria malapetka. Tingkatan bahaya dalam bentuk matriks yang berguna untuk mengetahui lebih jelas seberapa parah dan tinggi tingkat kemungkinan dan konsekuensi bahaya yang dihadapi dalam pelaksanaan proses kerja pada bagian hydrotes manual tersebut. Ditemukan potensi bahaya itu sendiri untuk mengetahui sumber dari bahaya tersebut dan seberapa besar potensi atau tingkat bahaya yang terjadi pada proses produksi pada bagian hydrotest manual. Dengan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang sudah ada saat ini sudah berhasil memperkecil angka kecelakaan kerja, hal ini dijelaskan oleh Gunawan Pnajaitan selaku Safety Officer mengatakan bahwa : ”...adanya pressure yang mana akan mengakibatkan terjadinya kegagalan yang bisa menimbulkan sampai dengan vatality misalkan pipa

102

pecah dan bagian pipa ini misalnya mengenai seseorang maka akan sangat mengakibatkan vatality sehingga untuk mengatasi itu dibuatlah pengecekan baik itu pada baut-bautnya dan pastikan semua sambungan pipanya sudah dilakukan pemeriksaan dengan baik dan memberikan baricade memastikan bahwa tidak ada orang pada jarak yang tidak aman...”. (Gunawan Panjaitan Wawancara, Kamis 27 April 2017). Hasil penelitian ini juga di dukung oleh hasil penelitian Restuputri & Sari (2015), bahwa hasil penilaian potensi potensi bahaya menunjukkan resiko ekstrim, tinggi, sedang & rendah, hasil penelitian ini juga memberikan rekomendasi untuk perbaikan berdasarkan hazard atau potensi bahaya yang terjadi di area produksi pembuatan kaca. Hasil menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara hasil penelitian yang diperoleh dengan teori yang dikemukakan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Restuputri & Sari, bahwa penilaian resiko menggunakan metode HAZOP sangat membantu menangani potensi bahaya atau resiko akibat kecelakaan kerja. 4.6.4

Pengendalian Resiko PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengendalian resiko di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing dengan menggunakan metode HAZOP

yaitu,

dengan

melakukan

tindakan

pencegahan

berupa

memerhatikan faktor-faktor keselamatan pada waktu perencanaan dan pembangunan sistem keamanan dengan cara safety induction para karyawan yang akan masuk ke lapangan perusahaan tersebut, merancang perlengakapan dan pertimbangan keselamatan kerja dan menyediakan pakaian pengaman dengan cara penggunaan alat pelindung diri, melakukan pengawasan yang teratur dan mengecek serta mengambil

103

tindakan untuk menghilangkan resiko dengan cara pengarahan karyawan (toolbox meeting), menyelidiki kejadian-kejadian yang mengakibatkan kerusakan dan mengambil inisiatif untuk melakukan tindakan koreksi dengan cara peringatan keamanan (safety alert), mengembangkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang efektif dengan cara membentuk organisasi panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3), memelihara catatan dengan cara kalender keamanan (safety calender) dan izin bekerja (permit to work). Hal ini dijelaskan oleh Gunawan Panjaitan selaku Safety Officer mengatakan bahwa : ”...untuk masalah pemakaian APD dan ear plug, terdapat beberapa pekerja yang masih kurang menyadari pentingnya pemakaian pelindung diri tersebut yang berdampak pada trade medical record-nya yang mana setiap tahun akan terlihat penurunan dari pendengarannya yang diakibatkan tidak menggunakan ear plug tersebut”. (Gunawan Panjaitan Wawancara, Kamis 27 April 2017). Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Karthika (2013) yang berjudul ”Accident Prevention by Using HAZOP Study and Work Permit System in Boiler”, bahwa hasil penelitian menunjukkan pada proses pencegahan kecelakaan kerja izin bekerja merupakan salah satu cara penting untuk mengendalikan resiko bahaya, di dalam izin bekerja disebutkan tentang jenis izin bekerja, tujuan izin bekerja, jumlah pekerja, dan pihak yang bertanggung jawab. Selain itu dalam penelitian tersebut juga di sebutkan dalam menganalisis jenis pekerjaan, sifat kerja, diperlukan alat pelindung diri dan tindakan pencegahan dari bahaya melalui Hazop Study.

104

Hasil menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara hasil penelitian yang diperoleh dengan teori yang dikemukakan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karthika, bahwa pengendalian resiko menggunakan metode HAZOP berperan besar dalam membantu pengendalian resiko dari awal perekrutan karyawan sampai dengan tamu yang datang ke perusahaan tersebut sehingga terjaga keamanan dan keselamatan dalam bekerja. 4.6.5

Pemantauan dan Evaluasi PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pemantauan dan evaluasi di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing dengan menggunakan metode HAZOP adalah melakukan pengecekan peralatan, memiliki personil atau pekerja yang kompeten, proses kerja sesuai dengan prosedur dan melakukan pengarahan karyawan (safety briefing). Hal ini dijelaskan oleh Jan Jonswan Hutasoit selaku HSE Manager mengatakan bahwa : ”...pertama dilakukan pengecekan seluruh peralatan sebelum bekerja, kedua memastikan personil yang melakukannya adalah yang kompeten, ketiga memastikan prosesnya sesuai dengan prosedur, keempat Safety Briefing, dan terakhir membahas JSA”. (Jan Jonswan Hutasoit Wawancara, Jumat 19 Mei 2017). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hati & Irawati, (2016) menunjukkan bahwa melakukan pekerjaan sesuai dengan standard dan prosedur kerja adalah bagian dari keterampilan kerja, sikap melakukan pekerjaan sesuai prosedur adalah bagian dari sikap profesional dalam bekerja, selain itu memiliki sikap mampu memberikan pelayanan pada bidang layakanan produksi sesuai job deksripsi dengan prosedur kerja di bagian produksi.

105

Hasil menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara hasil penelitian yang diperoleh dengan teori yang dikemukakan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hati & Irawati, bahwa pemantauan dan evaluasi menggunakan metode HAZOP membantu agar proses produksi tetap berlangsung karena adanya pemantauan dan evaluasi yang dengan automatis akan adanya perbaikan dari apa yang telah dipantau dan dievaluasi.

BAB V PENUTUP 5.1

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab 4 maka peneliti menyimpulkan bahwa: 1. Hasil identifikasi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP) adalah sebagai berikut temuan bahaya yang sering terjadi yaitu tertimpa benda yang jatuh yang beresiko mengakibatkan cedera. 2. Hasil analisis potensi bahaya menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dalam metode Hazard and Operability Study (HAZOP) adalah dapat menurunkan resiko kecelakaan kerja. 3. Hasil penilaian resiko dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP) adalah resiko kecelakaan kerja yang terjadi memiliki kemungkinan sedang, yang artinya kecelakaan jarang terjadi dalam kurung waktu 1 (satu) tahun hanya terdapat 1 (satu) kali kecelakaan dalam konsekuensi yang serius. 4. Hasil pengendalian resiko dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP) sudah dapat mengendalikan resiko untuk di masa yang akan datang. 5. Hasil pemantauan dan evaluasi dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP) selama ini sudah dilakukan dengan baik. 106

107

5.2

Saran Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka ada beberapa yang perlu disampaikan untuk PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing agar tetap meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, ada beberapa yang perlu ditingkatkan lagi seperti : 1. Pada proses mengidentifikasi bahaya yang selama ini dilakukan oleh PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing, dalam proses produksi pada bagian hydrotes manual diharapkan lebih mengutamakan faktor keselamatan dan lebih memperhatikan penggunaan alat pelindung diri yang telah disediakan pihak perusahaan, agar terhindar dari kecelakaan kerja. 2. Pada proses menganalisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) yang selama ini dilakukan oleh PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing, diharapkan proses analisis potensi bahaya yang dilakukan benar-benar dilakukan oleh seorang yang berkompeten di bidang tersebut, agar tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA). 3. Pada proses penilaian resiko yang selama ini dilakukan oleh PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing, pada proses penilaian resiko juga diharapkan dilakukan oleh seorang yang berkompeten untuk melakukan penilaian dan juga seorang yang memang sudah berpengalaman melakukan penilaian bahaya tersebut, agar dapat benar-benar memperhitungkan faktor penyebab kecelakaan kerja tersebut.

108

4. Pada proses pengendalian resiko yang selama ini dilakukan oleh PT. Cladtek

Bi-Metal

Manufacturing,

diharapkan

pada

proses

pengendalian resiko seorang safety officer dapat dengan tegas untuk melakukan tindakan terhadap para pekerja yang tidak mematuhi faktor keselamatan kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. 5. Para proses pemantauan dan evaluasi yang selama ini dilakukan oleh PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing, dalam proses pemantauan dan evaluasi diharapkan benar-benar dilakukan khususnya untuk pihak manajemen yang bertugas untuk memantau dan mengevaluasi hal tersebut, untuk meminimalisir kecelakaan kerja. 5.3

Keterbatasan Kendala dan keterbatasan yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi ini adalah : 1. Peneliti kesulitan mendapatkan dokumentasi langsung dari proses produksi hydrotest manual tersebut dikarenakan sedang tidak adanya proses produksi tersebut. 2. Peneliti harus menunggu waktu yang tepat untuk melakukan wawancara bersama para pekerja lapangan khususnya pekerja pada bagian hydrotest manual.

109

DAFTAR PUSTAKA Galante, E; Bordalo, D; Nobrega M. (2014). “Risk Assessment Methodology: Quantitative Hazop”. Scientific & Academic Publishing. Vol. 3, No. 2, Tahun 2014 Halaman 31-36. P-ISSN : 2325-0003 e-ISSN : 2325-0011 Hamali, A.Y. S.S.,M.M (2016). Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan pertama. Penerbit: CAPS (Center for Academic Publishing Service), Yogyakarta. Halaman 162-181. ISBN : (10) 602-9324-77-2. Hati, S.W. (2014). “Analisis Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) pada Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam”. Proceeding Seminar Ekonomi Nasioanl (SNE 2014) Pembangunan Manusia Melalui Pendidikan dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, UNESA, Surabaya, 03 Mei 2014. Hati, S.W; Irawati, R. (2016). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Bagian Operator Produksi pada Industri Manufaktur di Kawasan Batamindo Batam”. Proceeding 3rd Applied Business and Engineering Conference 2015. Halaman 1-13. Hati, S.W; Wahyuni S. (2016). “The Effect of The Application of Work Safety and Health to Awareness of SOP (Standard Operating Procedure) on Employee Bulk (Subcontractor) Contructrion in The Company XYZ Batam”. Dipersentasikan pada seminar ICAMESS 2016, 30 April 2016. Karthika, S. (2013). “Accident Prevention by Using Hazop Study and Work Permit System in Boiler”. International Journal of Advanced Engineering Research and Studies. Vol. 2, No. 2, Halaman 125-129. e-ISSN: 2249-8974 Kurniawanti, D. (2016). “Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran PT. Indonesia Villajaya dalam upaya membangun Loyalitas Pelangga”. Digital laporan politeknik negeri batam, Batam. Lestari, T; Trisyulianti, E. (2009). “Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja karyawan (Studi Kasus: Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogos)”. Jurnal Manajemen IPB. Vol. 1, No. 1, Tahun 2009, Halaman 73-79. Purnama, D.S. (2015). “Analisa Penerapan Metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control) dan HAZOPS (Hazard and Operability Study) dalam kegiatan identifikasi potensi bahaya dan resiko pada proses unloading unit di PT. Toyota Astra Motor”. Penelitian dan Aplikasi Sistem & Teknik Industri. Vol. 9, No. 3, Tahun 2015, Halaman 311-319. Restuputri, D.P; Sari, Dyan R.P. (2015). “Analisis Kecelakaan Kerja dengan Menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP)”. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol. 14, No. 1, Juni 2015 Halaman, 24-35. ISSN 1412-6869.

110

Score. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi pertama, Penerbit: International Labor Organization, Jakarta. Siddiqui, Dr. N.A.; Nandan, A; Sharma M; Srivastava, A. (2014).” Risk Management Techniques HAZOP & HAZID Study”. International journal on occupational Health & Safety, Fire & Environment-Allied Science.Vol. 1, No. 1, Halaman 005008. Suardi, R. (2007). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit: PPM, Jakarta. Halaman, 21-23. ISBN 979-442-178-2 Sugiyono, Prof. Dr. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 16. Penerbit: Alfabeta, Bandung. Varun, K; Karthikeyan, A. (2014). “Job Safety Analysis and Hazop for Fasteners Industry”. International Journal of Scientific Engineering and Technology Research, Vol. 3, No. 7, Tahun 2014, Halaman 1278-1281. Yuniar; Caecillia S.W; Zen H.R (2013). “Strategi Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Hazard and Operability (HAZOP) di PT. Agronesia”. Jurnal online Institut Teknologi Nasional. Vol. 1, No. 1, ISSN 2338-5081. http://www.suarabmr.com/2016/11/apa-itu-mea-masyarakat-ekonomi-asean/ (diakses pada tanggal 06 Maret 2017) http://www.cbme.ust.hk/safetycourse/download/01.2.01ProcessSafetyManagementvsHe althandSafetyatWork.pdf (diakses pada tanggal 12 Maret 2017) http://faculty.ksu.edu.sa/Emad.Ali/CHE%20422%20Fall20102011/HAZOP.ppt (diakses pada tanggal 13 Maret 2017) http://www.bioindustries.co.id/pengertian-sandblasting-3481.html (diakses pada tanggal 19 Mei 2017)

111

LAMPIRAN (HASIL WAWANCARA)

112

Hasil Wawancara Ke-1 HSE Manager PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Nama

: Jan Jonswan Hutasoit

Usia

: 38 Tahun

Lokasi

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Waktu

: 15.28 WIB (Jumat, 19 Mei 2017) Isi Deskripsi Hasil Wawancara

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Bagaimana pemantauan dan evaluasi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ?

Informan :

Bagaimanalah memantaunya, iya dilakukan itu pengecekan seluruh peralatan sebelum bekerja, kedua memastikan personil yang melakukannya adalah yang kompeten, kemudian memastikan prosesnya sesuai dengan prosedur nah yang kamu lakukan tadi, satu safety briefing, yang kedua membahas JSA kan gitu kan.

Peneliti :

Apakah dengan sistem yang sudah ada saat ini sudah berhasil memperkecil angka kecelakaan ?

Informan :

Oh tentu iya… tapi nanti tapi nanti terus menerus ada improvement

Peneliti :

Bagaimana cara pengendalian resiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ?

Informan :

Cara pengendaliannya sama aja itu, karena ini kan kita pantau kita lakukan kan pantau kan ya terus gitu kan, bagaiaman sudah siap oke, nah kalau mengurangi resiko ya ini kita lakukan, kan memantau sama aja dengan melihat-lihat.

113

Hasil Wawancara Ke-2 Staff HSE PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Nama

: Ananda Lona Silalahi

Usia

: 25 Tahun

Lokasi

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Waktu

: 14.53 WIB (Kamis, 27 April 2017) Isi Deskripsi Hasil Wawancara

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Apakah anda sebagai Staff HSE mengerti dan memahami pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?

Informan :

Iya saya mengerti dikarenakan K3 itu merupakan suatu syarat yang penting untuk diketahui para karyawan terutama untuk masuk kepurasahaan Cladtek itu sendiri.

Peneliti :

Menurut anda khususnya untuk pekerja pada bagian Hydrotes Manual apakah telah mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Iya semua karyawan mematuhi segala peraturan dari perusahaan dan menggunakan APD.

Peneliti :

Bagaimana dengan sikap pekerja yang tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Biasanya pekerja tersebut akan diberikan surat peringatan ataupun teguran dari para SO ataupun Safety Officer dari departemen HSE.

Peneliti :

Apakah ada sanksi untuk pekerja yang tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Akan ada sanksi yang diberikan itu berupa surat peringatan satu, dua ataupun tiga.

Peneliti :

Siapakah yang berhak untuk memberikan sanksi terhadap pekerja yang tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Yang berhak memberikan itu Safety Officer ataupun tim departemen HSE.

Peneliti :

Bagaimana tindakan anda sebagai Staff HSE terhadap karyawan yang dengan sengaja atau tidak menghilangkan Alat Pelindung Diri (APD) ?

114

Nama

Hasil Wawancara

Informan :

Tindakan yang dapat diambil itu akan dilakukan pemotongan gaji terhadap karyawan, sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh perusahaan.

Peneliti :

Apakah anda memahami cara menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ?

Informan :

Saya tidak memahami karena saya bukan bagian dari Firt Aider.

Peneliti :

Selama anda bekerja di Perusahaan ini, menurut anda Kecelakaan Kerja apa yang paling parah yang pernah terjadi ?

Informan :

Selama saya bekerja disini kecelakaan kerja yang paling terparah yaitu jari tangan yang terputus akibat terjepit.

Peneliti :

Apakah anda merasa trauma karena adanya Kecelakaan Kerja yang pernah terjadi di Perusahaan anda ?

Informan :

Sedikit trauma karena saya takut melihat darah.

Peneliti :

Apakah anda merasa sudah safety first ?

Informan :

ya saya sudah merasa safety first

115

Hasil Wawancara Ke-3 Safety Officer HSE PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Nama

: Gunawan Panjaitan

Usia

: 41 Tahun

Lokasi

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Waktu

: 15.58 WIB (Kamis, 27 April 2017) Isi Deskripsi Hasil Wawancara

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Apakah anda sebagai Safety Officer mengerti dan memahami pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?

Informan :

Ya sebagai bagian dari seorang HSE berarti harus mengerti, K3 ataupun keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian penting yang harus ada pada setiap bagian pekerjaan baik itu pekerjaan bagian apa saja pun, K3 adalah salah satu bagian pentingnya karena semua pekerjaan itu adalah bisa dikerjakan dengan tepat ehm.. selesai pada waktunya tapi kesehatan selama bekerja adalah yang paling utama ya, jadi dengan misalkan mengejar produktivitas dan kualitas yang bagus tanpa menghindarkan faktor K3 ataupun kesehatan keselamatan kerja maka semuanya akan nanti mendapatkan effect yang negative terjadi sesuatu kecelakaan karena tidak mengidahkan faktor K3 tersebut.

Peneliti :

Apakah anda mengetahui resiko bekerja pada bagian Hydrotest Manual ?

Informan :

Hydrotest adalah proses biasanya dengan tekanan tinggi ya jadi yang merupakan bahaya disitu ada kebisingan (noise) yang bisa mencapai 80 desible kemudian pressure yang mana akan mengakibatkan apabila terjadi kegagalan ya maka bisa menimbulkan sampai dengan vatality misalkan pipa pecah dan bagian pipa ini misalkan kena ke orang itu akan sangat mengakibatkan vatality sehingga untuk mengatasi itu dibuatlah pengecekan baik itu pada baut-bautnya dan pastikan semua joinannya sudah dilakukan dicek dengan baik dan kita barricade kita pastikan bahwa orang tidak ada pada jarak yang tidak aman atau orang harus pada jarak aman dan pastikan yang berada di area hydrotest tersebut adalah orang-orang yang berkompeten yang artinya kompeten adalah orang yang memang sudah padaham bekerja disana tersertifikasi.

Peneliti :

Kecelakaan kerja apa yang biasa terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

kecelakaan kerja jadi bahaya-bahayanya sesuai dengan yang tadi bisa pengurangan pendengaran karena diakibatkan tadi noise atau kebisingan yang tinggi tadi, kemudian pada saat pemindahakan

116

Nama

Hasil Wawancara material bisa saja terjepit ataupun terjatuh, kemudian aa..sampai vatality kalau seandainya terjadi kegagalan pada saat proses.

Peneliti :

Kegagalan dalam proses maksudnya seperti apa ya pak ?

Informan :

Ya seperti misalnya pipa itu bocor atau meledak.

Peneliti :

Tapi kecelakaan kerja yang biasa terjadi itu seperti apa ya pak ? yang sering terjadi bahkan setiap hari terjadi, salah satunya ?

Informan :

Setiap hari terjadi itu tidak ada, kalau setiap hari terjadi yang kemungkinan yang apa itu… ya ..kesadaran pemakaian ear plug yang belum menjadi belum begitu tinggi ya aa.. mungkin pengurangan pendengarannya hanya ada pada sebagian kecil orang tidak mematuhi ataupun belum sadar betul ee.. memakai ear plug.

Peneliti :

Faktor apa yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Kerja tersebut ?

Informan :

Faktor yang menyebabkan yaitu adalah human eror dimana ya itu tadi kesadarannya ya mengenai aa.. pentingnya pemakaian APD sebagai alat terakhir untuk mengatasi terjadinya kecelakaan jadi sebenarnya APD itu adalah tidak menghilangkan bahayanya karena memang tidak bisa dihilangkan ya seperi tadi kebisingan tadi makanya harus di pakai ear plug tapi kadang kesadarannya rekanrekan tersebut yang ada sebagian kecil yang masih kurang dalam hal memakai ear plug.

Peneliti :

Kecelakaan Kerja apakah yang paling parah yang pernah terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Pada hydrotest manual kalau kecelakaan parahnya sih ehm.. untuk yang langsung ke manusianya belum pernah yang apa itu, hanya property damage yaitu kerusakan material yah kalau untuk manusianya sih belum kalau khusus untuk proses hydrotest.

Peneliti :

Menurut anda khususnya untuk pekerja pada bagian Hydrotes Manual apakah telah mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Ya seperti yang saya sampaikan tadi point yang sebelumnya ya sebagian kecil masih ada memang khususnya untuk pemakaian APD untuk ear plug itu sebagian kecil ada rekan-rekan kita yang masih kurang kesadarannya dalam memakai tetapi yang lainnya sudah oke jadi itu nanti dapat dari trade medical record-nya setiap tahun ya akan ada memang penurunan pendengarannya ada sebagian kecil karyawan yang mengalami effect tersebut.

Peneliti :

Apakah ada sanksi untuk pekerja yang tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

117

Nama

Hasil Wawancara

Informan :

Biasanya kalau untuk alat pelindung diri yang pertama kita melakukan pendekatan kita selalu mengatakan kepada karyawan ya bahwa alat pelindung diri ini jangan sebagai merasa beban tapi harus ditanamkan kepada dirinya bahwa alat pelindung diri adalah sebuah kebutuhan yang harus digunakan untuk dia sendiri, yang berguna untuk dia sendiri jadi bukan untuk orang lain sementara untuk kalau memang tidak ada, ehmm kalau ada memang tidak menggunakan yang pertama kita selalu menegur mereka, kita mengingatkan mereka dan kita selalu menanyakan ada apa permasalahannya ada apa dimana susahnya memakai alat pelindung diri tersebut ya kalau misalnya sering terulang-ulang ya kita mungkin akan kita kasih ahh.. surat peringatan verbal kemudian mungkin sampai ke surat peringatan ehm.. warning satu atau dua.

Peneliti :

Siapakah yang berhak untuk memberikan sanksi terhadap pekerja yang tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Yang berhak memberikan sangsi sebenarnya termasuk bagian dari pada foreman atau supervisor-nya tersebut juga boleh memberikan sangsi apabila ada anggotanya yang tidak mengidahkan aturan ataupun peraturan keselamatan kerja kemudian tentu bagian yang lainnya adalah ehm tim HSE.

Peneliti :

Apakah tindakan anda terhadap pekerja yang tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Saya rasa pertanyaanya yang tadi sudah ada ya jadi kalau ada yang tidak memakai APD jadi kita melakukan pendekatan dahulu mempertanyakan apa permasalahannya, jadi saya rasa itu sudah pertanyaan yang sudah ada sama dengan point sebelumnya.

Peneliti :

Bagaimana tindakan anda sebagai Safety Officer terhadap karyawan yang dengan sengaja atau tidak menghilangkan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

yang dengan sengaja atau yang kalau seperti itu ada orang datang biasanya kalau kita tanyakan pasti selalu mengatakan tidak ada kesengajaan, ya jadi pasti yang pertama kita lakukan itu adalah interview kepada mereka di mana APDnya kenapa bisa tidak ada dan kenapa tidak di pakai kalau hilang kenapa bisa hilang ya soal kita ada peraturan misalkan pergantian itu adalah dengan cara ee… memberikan bukti APD yang rusak ya sebagai control untuk ee.. penggunaan APD di kita jadi kalau seandainya memang tidak dapat membuktikan memang ada aturan ee.. akan dilakukan pemotongan sesuai dengan harga APD yang dia hilangkan tersebut.

Peneliti :

Apakah Alat Pelindung Diri (APD) yang ada sekarang ini sudah cukup baik ?

118

Nama Informan :

Hasil Wawancara Pelindung diri sebenarnya ada beberapa jenis tipe-tipe jadi kalau misalnya yang ada sekarang masih bisa dikatakan sudah bisa mencakup karena risk yang ada di perusahaan ini kalau kita compare atau bandingkan dengan perusahaan lain dengan high risk yang lebih tinggi sehingga untuk APD yang kita pakai saya rasa sudah cukup memenuhi lah.

Peneliti :

Apakah anda memahami cara menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ?

Informan :

Kecelakaan kerja jadi kalau ada kecelakaan kerja, karena saya belum tersertifikasi firts aid ya jadi yang pertama saya lakukan memanggil orang yang sudah kompeten untuk melakukan firts aid ya melakukan firts aid dan kalau dibutuhkan sampai ke medical treatment kita akan membawa ke rumah sakit yang terdekat dimana yang sudah ditunjuk ataupun menjalin kerjasama dengan perusahaan untuk di bawa ke trauma center.

Peneliti :

Selama anda bekerja di Perusahaan ini, menurut anda Kecelakaan Kerja apa yang paling parah yang pernah terjadi ?

Informan :

Yang paling parah mungkin karena ya itu resiko disini ee.. tangantangan terjepit yang paling sering itu tangan terjepit dan mungkin yang paling parah masih seperti itu.

Peneliti :

Apakah anda merasa trauma karena adanya Kecelakaan Kerja yang pernah terjadi di Perusahaan ini ?

Informan :

Tidak, jadi kalau yang namanya ee.. itu kalau ada kecelakaan kita perlu mempelajari investigasi dan mencari solusinya supaya mencegah terjadinya hal yang serupa ataupun kecelakaan dengan tingkat yang lebih parah lagi, jadi kita cari solusinya apa rude costnya apa, bagaimana repair-nya ataupun pencegahannya kedepan supaya jangan terulang kejadian yang sama.

Peneliti :

Apakah anda merasa sudah safety first ?

Informan :

Sebagai bagian dari tim HSE ya kita harus memang harus bisa ee.. memberikan contoh dan menyarankan jadi kalau kita sendiri tidak bisa melakukan ee.. apa yang menjadi kaedah-kaedah dan prosedur dari pada K3 bagaimana mungkin kita memberikan contoh juga kepada rekan-rekan yang lain.

119

Hasil Wawancara Ke-4 Pekerja Lapangan PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Nama

: Kamiruddin

Usia

: 32 Tahun

Lokasi

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Waktu

: 16.26 WIB (Kamis, 27 April 2017) Isi Deskripsi Hasil Wawancara

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Apakah anda sebagai Pekerja mengerti dan memahami pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?

Informan :

Mengerti.

Peneliti :

Apakah anda mengerti dan memahami pekerjaan pada bagian Hydrotest manual ?

Informan :

Mengerti.

Peneliti :

Bagaimana Proses Kerja anda pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Kalau untuk saya pribadi sih fokusnya paling ke ini bagian keselamatan, prosedur sama peralatan aja. Kalau untuk pekerjaankan ada yang operatornya masing-masing.

Peneliti :

Apakah anda mengetahui resiko bekerja pada bagian Hydrotest Manual ?

Informan :

Mengerti.

Peneliti :

Kecelakaan kerja apa yang biasa terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Biasanya sih kalau yang secara umum mungkin kalau ada kebocoran terjadinya ledakan, mungkin itu aja sih yang fatal.

Peneliti :

Faktor apa yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Kerja tersebut ?

Informan :

Faktornya mungkin yang intinya kelalaian manusia itu sendiri, kurang hati-hati, kurang melihat prosedur pekerjaan.

Peneliti :

Kecelakaan Kerja apakah yang paling parah yang pernah terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Kalau untuk di Cladtek ini mungkin yang fatal itu pipanya itu sendiri yang bengkok, kalau untuk orangnya belum ada lah yang cedera.

Peneliti :

Apakah tanda-tanda atau peraturan yang ada susah untuk dipahami ?

120

Nama

Hasil Wawancara

Informan :

Selama ini sih enggak, mudah-mudah aja.

Peneliti :

Apakah anda telah mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Iya.

Peneliti :

Apakah anda terima dengan sanksi yang ada apabila tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Iya.

Peneliti :

Apakah Alat Pelindung Diri (APD) yang ada sekarang ini sudah cukup baik ?

Informan :

Ehm.. cukup baik

Peneliti :

Apakah anda memahami cara menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ?

Informan :

Lumayan bisalah.

Peneliti :

Menurut anda apakah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang ada saat ini, berjalan dengan baik dan benar ?

Informan :

Berjalan dengan baik.

Peneliti :

Bagaimana tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang diberikan oleh karyawan perusahaan, apakah sudah dapat memberikan penanganan yang baik atau belum ?

Informan :

kalau untuk sejauh ini ya lumayan baik.

Peneliti :

Selama anda bekerja di Perusahaan ini, menurut anda Kecelakaan Kerja apa yang paling parah yang pernah terjadi ?

Informan :

Mungkin ya .. kakinya yang patah, mungkin itu yang sejauh ini yang saya ketahui.

Peneliti :

Apakah anda merasa trauma karena adanya Kecelakaan Kerja yang pernah terjadi di Perusahaan ini ?

Informan :

Trauma sih enggak, cuman ya kita intropeksi diri kerja ya hati-hati itu aja.

Peneliti :

Apakah anda merasa sudah safety first ?

Informan :

Kalau safety first harus

121

Hasil Wawancara Ke-5 Pekerja Lapangan PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Nama

: Robert

Usia

: 31 Tahun

Lokasi

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Waktu

: 16.30 WIB (Kamis, 27 April 2017) Isi Deskripsi Hasil Wawancara

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Apakah anda sebagai Pekerja mengerti dan memahami pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?

Informan :

Mengerti.

Peneliti :

Apakah anda mengerti dan memahami pekerjaan pada bagian Hydrotest manual ?

Informan :

Iya mengerti.

Peneliti :

Bagaimana Proses Kerja anda pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Mempersiapkan alat-alat kerja.

Peneliti :

Apakah anda mengetahui resiko bekerja pada bagian Hydrotest Manual ?

Informan :

Iya mengetahui.

Peneliti :

Kecelakaan kerja apa yang biasa terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Ledakan.

Peneliti :

Faktor apa yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Kerja tersebut ?

Informan :

Iya kelalaian operatornya.

Peneliti :

Kecelakaan Kerja apakah yang paling parah yang pernah terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Untuk selama ini, selama disitu belum pernah terjadi.

Peneliti :

Apakah tanda-tanda atau peraturan yang ada susah untuk dipahami ?

Informan :

Tidak.

Peneliti :

Apakah anda telah mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Sudah.

122

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Apakah anda terima dengan sanksi yang ada apabila tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Iya.

Peneliti :

Apakah Alat Pelindung Diri (APD) yang ada sekarang ini sudah cukup baik ?

Informan :

Untuk akhir ini cukup baik.

Peneliti :

Apakah anda memahami cara menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ?

Informan :

Iya memahami.

Peneliti :

Menurut anda apakah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang ada saat ini, berjalan dengan baik dan benar ?

Informan :

Iya benar.

Peneliti :

Bagaimana tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang diberikan oleh karyawan perusahaan, apakah sudah dapat memberikan penanganan yang baik atau belum ?

Informan :

Sudah baik.

Peneliti :

Selama anda bekerja di Perusahaan ini, menurut anda Kecelakaan Kerja apa yang paling parah yang pernah terjadi ?

Informan :

Selama ini belum pernah sih saya lihat kejadian.

Peneliti :

Apakah anda merasa trauma karena adanya Kecelakaan Kerja yang pernah terjadi di Perusahaan ini ?

Informan :

Tidak.

Peneliti :

Apakah anda merasa sudah safety first ?

Informan :

Sudah.

123

Hasil Wawancara Ke-6 Pekerja Lapangan PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Nama

: Sultan Juliadi

Usia

: 30 Tahun

Lokasi

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Waktu

: 16.34 WIB (Kamis, 27 April 2017) Isi Deskripsi Hasil Wawancara

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Apakah anda sebagai Pekerja mengerti dan memahami pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?

Informan :

Iya saya Mengerti.

Peneliti :

Apakah anda mengerti dan memahami pekerjaan pada bagian Hydrotest manual ?

Informan :

Iya saya mengerti.

Peneliti :

Bagaimana Proses Kerja anda pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Pertama pastinya yang di hydro itu pipa, pertama itu siapkan dan pastikan pipa tersebut memang layak untuk di hydrotest, kedua pastikan safety officer memasang garis aman trus…menyiapkan peralatan hydrotest baru mulai melakukan pekerjaan proses hydrotest.

Peneliti :

Apakah anda mengetahui resiko bekerja pada bagian Hydrotest Manual ?

Informan :

Yang jelasnya tekanan tinggi.

Peneliti :

Kecelakaan kerja apa yang biasa terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Ledakan pipa.

Peneliti :

Faktor apa yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Kerja tersebut ?

Informan :

Pertama human eror, kedua di alatnya sendiri.

Peneliti :

Kecelakaan Kerja apakah yang paling parah yang pernah terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Setahu saya belum pernah.

Peneliti :

Apakah tanda-tanda atau peraturan yang ada susah untuk dipahami ?

Informan :

Tidak sama sekali.

124

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Apakah anda telah mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Iya sudah.

Peneliti :

Apakah anda terima dengan sanksi yang ada apabila tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Iya saya terima.

Peneliti :

Apakah Alat Pelindung Diri (APD) yang ada sekarang ini sudah cukup baik ?

Informan :

Cukup baik.

Peneliti :

Apakah anda memahami cara menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ?

Informan :

Iya saya memahami.

Peneliti :

Menurut anda apakah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang ada saat ini, berjalan dengan baik dan benar ?

Informan :

Setahu saya iya.

Peneliti :

Bagaimana tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang diberikan oleh karyawan perusahaan, apakah sudah dapat memberikan penanganan yang baik atau belum ?

Informan :

Ya sudah.

Peneliti :

Selama anda bekerja di Perusahaan ini, menurut anda Kecelakaan Kerja apa yang paling parah yang pernah terjadi ?

Informan :

Patah tulang kaki.

Peneliti :

Apakah anda merasa trauma karena adanya Kecelakaan Kerja yang pernah terjadi di Perusahaan ini ?

Informan :

Sedikit.

Peneliti :

Apakah anda merasa sudah safety first ?

Informan :

Iya sudah.

125

Hasil Wawancara Ke-7 Pekerja Lapangan PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Nama

: Gumba Arianto

Usia

: 35 Tahun

Lokasi

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Waktu

: 16.37 WIB (Kamis, 27 April 2017) Isi Deskripsi Hasil Wawancara

Nama

Hasil Wawancara

Peneliti :

Apakah anda sebagai Pekerja mengerti dan memahami pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ?

Informan :

Mengerti.

Peneliti :

Apakah anda mengerti dan memahami pekerjaan pada bagian Hydrotest manual ?

Informan :

Mengerti.

Peneliti :

Bagaimana Proses Kerja anda pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Pertama mempersiapkan alat hydrotest, memasang barikade untuk tekanan tinggi mengajukan Safety permit untuk tegangan tinggi.

Peneliti :

Apakah anda mengetahui resiko bekerja pada bagian Hydrotest Manual ?

Informan :

Mengerti.

Peneliti :

Kecelakaan kerja apa yang biasa terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Ledakan.

Peneliti :

Faktor apa yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Kerja tersebut ?

Informan :

Kelalaian manusia dan kurangnya alat-alat kerja.

Peneliti :

Kecelakaan Kerja apakah yang paling parah yang pernah terjadi pada bagian Hydrotest Manual ini ?

Informan :

Untuk selama ini belum pernah.

Peneliti :

Apakah tanda-tanda atau peraturan yang ada susah untuk dipahami ?

Informan :

Untuk tanda Safety tidak.

Peneliti :

Apakah anda telah mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

126

Nama

Hasil Wawancara

Informan :

Sudah.

Peneliti :

Apakah anda terima dengan sanksi yang ada apabila tidak mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

Informan :

Iya diterima.

Peneliti :

Apakah Alat Pelindung Diri (APD) yang ada sekarang ini sudah cukup baik ?

Informan :

Sudah…. sudah baik

Peneliti :

Apakah anda memahami cara menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ?

Informan :

Memahami.

Peneliti :

Menurut anda apakah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang ada saat ini, berjalan dengan baik dan benar ?

Informan :

Berjalan baik dan benar.

Peneliti :

Bagaimana tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang diberikan oleh karyawan perusahaan, apakah sudah dapat memberikan penanganan yang baik atau belum ?

Informan :

sudah.

Peneliti :

Selama anda bekerja di Perusahaan ini, menurut anda Kecelakaan Kerja apa yang paling parah yang pernah terjadi ?

Informan :

Tulang tangan terjepit.

Peneliti :

Apakah anda merasa trauma karena adanya Kecelakaan Kerja yang pernah terjadi di Perusahaan ini ?

Informan :

Tidak.

Peneliti :

Apakah anda merasa sudah safety first ?

Informan :

Sudah.

MAGANG INDUSTRI Di HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENT ( HSE ) PT. CLADTEK BI-METAL MANUFACTURING

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Magang Industri

Oleh: Suci Oktavia Dwi Ningsih 4121301015

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS TERAPAN POLITEKNIK NEGERI BATAM 2017

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 1/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proses magang industri di perusahaan PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing dan Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Magang Industri selama 4 bulan terhitung mulai 24 Oktober 2016 sampai dengan 23 Februari 2017. Laporan ini sebagai bukti bahwa Penulis telah melaksanakan magang industri di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing dengan baik, dan laporan magang industri ini menjadi syarat kelulusan program Diploma IV Jurusan Administrasi Bisnis Terapan di Politeknik Negeri Batam. Dalam pembuatan Laporan ini Penulis menyadari masih banyak kekurangan, tetapi kekurangan tersebut bisa diatasi karena adanya bimbingan dari pihak kampus maupun pihak perusahaan. Dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak. Dr. Priyono Eko Sanyoto Selaku Direktur Politeknik Negeri Batam. 2. Ibu Dwi Kartikasari, S.T., M.B.A. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Bisnis Politeknik Negeri Batam. 3. Bapak. Rahmat Hidayat, M.AB. Selaku Ketua Program Studi Administrasi Bisnis Terapan Politeknik Negeri Batam. 4. Ibu Shinta Wahyu Hati, S.Sos., M.AB. Sebagai dosen pembimbing di Politeknik Negeri Batam yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini. 5. Bpk. Jan Jonswan Hutasoit Manager HSE selaku Pembimbing selama magang di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing. 6. Bpk. Ali, Bpk. Juni, Bpk. Gunawan, Ibu Duma, Ibu Lona, Bpk. Hendra, Bpk. Khairil, Bpk. Sarif, Bpk. Mangiring, Bpk. Roy, Bpk. Janatul, Bpk. Fahmi, Bpk. Iswantika, Bpk. Yohanes, Ibu fitri dan seluruh Staff dan Karyawan PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Magang Industri. 7. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan doa restunya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Besar harapan Penulis Laporan ini dapat bermanfaat untuk semua orang yang membaca walaupun laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun agar laporan ini semakin baik. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Batam, 23 Februari 2017 Penulis

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 2/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2 DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... 4 DAFTAR TABEL ........................................................................................................... 5 BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/INSTANSI ....................................... 6 1.1

Sejarah Singkat Perusahaan/Instansi ............................................................ 6

1.2

Visi, Misi Perusahaan/Instansi ....................................................................... 7

1.3

Struktur Organisasi Perusahaan/Instansi ..................................................... 9

1.4

Ruang Lingkup Usaha Perusahaan/Instansi ............................................... 12

BAB II DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG INDUSTRI ...................................... 14 2.1

Deskripsi Kerja .............................................................................................. 14

2.1.1

Lokasi Unit Kerja ................................................................................... 14

2.1.2

Rincian Tugas ......................................................................................... 14

2.1.3

Tanggung Jawab ..................................................................................... 24

2.1.4

Target yang Diharapkan ........................................................................ 24

2.1.5

Kendala yang Dihadapi Dalam Menyelesaikan Tugas ....................... 24

2.2

Deskripsi Alat/Mesin ..................................................................................... 25

2.2.1

Perangkat Lunak/Perangkat Keras yang Digunakan ......................... 25

2.2.2

Data dan Dokumen yang Diolah/Dihasilkan ........................................ 33

2.3

Proses Bisnis Perusahaan .............................................................................. 40

2.4

Proses Bisnis di Bagian Tempat Kerja ........................................................ 41

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 3/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT MAGANG ...................................................... 43 3.1

Tujuan Magang .............................................................................................. 43

3.2

Manfaat Magang ............................................................................................ 43

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 44 4.1

Kesimpulan ..................................................................................................... 44

4.2

Saran ............................................................................................................... 44

Lampiran A Log Book ................................................................................................. 45 Lampiran B Deskripsi Produk yang Dihasilkan ....................................................... 46

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 4/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing .............................................................. 7 Gambar 2 Logo Perusahaan .............................................................................................. 7 Gambar 3 Struktur Organisasi Perusahaan/Instansi ......................................................... 9 Gambar 4 Microsoft Excel .............................................................................................. 25 Gambar 5 Komputer ....................................................................................................... 26 Gambar 6 Telepon .......................................................................................................... 26 Gambar 7 Mesin Fotokopi .............................................................................................. 27 Gambar 8 Mesin Printer ................................................................................................. 27 Gambar 9 Lemari Arsip .................................................................................................. 28 Gambar 10 Ordner .......................................................................................................... 28 Gambar 11 Paper Clip .................................................................................................... 29 Gambar 12 Binder Clip .................................................................................................. 29 Gambar 13 Stapler & Staples ......................................................................................... 30 Gambar 14 Perforator ..................................................................................................... 30 Gambar 15 Mesin Laminating ........................................................................................ 30 Gambar 16 Plastik Laminating ....................................................................................... 31 Gambar 17 Tipe-x........................................................................................................... 31 Gambar 18 Pulpen dan Pensil......................................................................................... 31 Gambar 19 Kertas A4 ..................................................................................................... 32 Gambar 20 Stabillo ......................................................................................................... 32 Gambar 21 Post-it ........................................................................................................... 32

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 5/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

Gambar 22 Penghapus .................................................................................................... 32 Gambar 23 Safety Induction ........................................................................................... 33 Gambar 24 Sistem Izin Kerja (Permit To Work) ............................................................ 34 Gambar 25 Izin Kerja Confined Spaced ......................................................................... 35 Gambar 26 Izin Kerja Radiography ............................................................................... 36 Gambar 27 Izin Kerja Lifting ......................................................................................... 36 Gambar 28 Toolbox Meeting .......................................................................................... 37 Gambar 29 Job Safety Analysis (JSA) ............................................................................ 38 Gambar 30 Form Karyawan Baru .................................................................................. 38 Gambar 31 Incident Report ............................................................................................ 39

DAFTAR TABEL Tabel 2.3-1 Proses Bisnis Perusahaan ............................................................................ 40 Tabel 2.4-1 Proses Bisnis Tempat Kerja ........................................................................ 41

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

HAL. 6/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/INSTANSI 1.1

Sejarah Singkat Perusahaan/Instansi PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing bergerak di bidang jasa industri untuk berbagai pekerjaan mengenai material logam, khususnya proses Weld Overlay dan Lining pada pipa baja karbon untuk keperluan industri. PT. Cladtek merupakan perusahaan yang memiliki kuota produksi pipa cladding terbesar di Indonesia, dan juga salah satu yang terbesar di dunia. Cladtek Internasional Pty. Ltd suatu perseroan yang didirikan menurut Undang-Undang di Australia berkedudukan dan berkantor pusat di Australia, Floor 5, No. 5 Mill Street, Perth, Western Australia, 6000. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Batam merupakan salah satu perusahaan internasional yang telah memiliki sertifikasi internasional, Cladtek ISO 9001:2000, ISO/TS 29001. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing pertama kali beroperasi di Pulau Batam pada tanggal 12 April 2007 yang beralamat di Jalan Tenggiri, Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar, Batam, Indonesia. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ini didirikan dengan Akta Pendirian No. 24 dengan Notaris yang bernama Siti Masnuroh S.H, Jakarta, Indonesia. PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing merupakan perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai perusahaan yang dapat melakukan pemotongan pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PT. Cladtek BiMetal Manufacturing adalah 02.650.404.3.217.000. Perusahaan ini memiliki karawan sebanyak 700 orang terhitung sampai bulan februari 2017. Identitas Perusahaan Nama Perusahaan

: PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Batam

Jenis Badan Hukum

: Perseroan Terbatas

Alamat Perusahaan

: Jl. Tenggiri Batu Ampar, Batam

No. Telepon

: (062) 778411505

Website

: www.cladtek.com

Bidang Usaha/Kegiatan : Pipe Manufacturing Luas

: 9,3 ha

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

Status Permodalan 1.2

HAL. 7/51

: PMA (Penanaman Modal Asing)

Visi, Misi Perusahaan/Instansi

Gambar 1 PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing

Gambar 2 Logo Perusahaan

Untuk menjalankan usaha bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi yang memiliki fungsi memaparkan tujuan suatu perusahaan. Adapun visi dan misi PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing adalah sebagai berikut : A. Visi Perusahaan 1. Menjadi produsen dan atau pemasok, Welded Pipe, Bi-Metal pipa berjajar dan operasi terkait seperti overlays, cladding komponen perpipaan seperti pipa, bends, fitting, dan flange untuk petrokimia, industri minyak dan gas, bumi dan energi. 2. Menciptakan produk yang berkualitas dan profesional dan menjadi perusahaan No. 1 di dunia. 3. Mengembangkan perusahaan ke berbagai wilayah di seluruh dunia. Selain itu, visi Cladtek Bi-Metal Manufacturing dalam kebijakan Lingkungan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (LK3) yaitu memastikan bahwa

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 8/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

bisnis Cladtek beroperasi dengan menjunjung tinggi keselamatan dan lingkungan, yang dibuktikan dalam setiap ucapan dan tindakan setiap saat. Kebijakan LK3 Cladtek didasarkan pada prinsip bahwa tidak ada kompromi dalam memastikan bahwa setiap karyawan Cladtek dengan aman, sehat dan selamat. Untuk mencapai visi ini, Cladtek akan : 1. Memimpin LK3 dari puncak organisasi, dan memastikan bahwa setiap orang di Cladtek masing-masing akuntabel terhadap LK3. 2. Memastikan bahwa setiap karyawan disediakan alat-alat, perlengkapan, alat pelindung diri, Informasi, metode dan system yang tepat untuk pekerjaannya dan memastikan lingkungan kerja yang selamat. 3. Memberikan pelatihan tentang keselematan dan metode kerja yang selamat dan memastikan setiap karyawan memahami dan sadar akan persyaratan kesematan, bahaya dan resiko kerja. 4. Menghimbau dan memberdayakan setiap karyawan untuk bersuara tentang Lk3, meningkatkan kesadaran akan bahaya dan menghentikan setiap praktik kerja yang tidak selmat. 5. Memenuhi semua hukum dan peraturan LK3 yang berlaku dan membuat prosedur dan proses kerja yang mencerminkan praktik terbaik dari industri yang sesuai dengan bisnis Cladtek. 6. Melaksanakan proses review dan peningkatan berkelanjutan terhadap prosedur, praktik dan metode kerja dengan mempertimbangkan umpan balik serta pelajaran yang dipetik dari bisnis dan dari lintas industri minyak dan gas. 7. Menetapkan tujuan dan sasaran yang terkait dengan LK3 dan mengatur kinerja LK3. Cladtek akan berbagi informasi ini dengan semua karyawan, dan dengan terbuka dan transparan dalam menyelidiki insiden dan perbaikannya. 8. Memastikan bahwa LK3 tidak dijadikan sebagai beban, melainkan dipahami oleh setiap karyawan Cladtek sebagai bagian dalam menjalankan bisnis. 9. Bertindak dengan penuh tanggung jawab terhadap lingkungan dan hati-hati dalam mengelola dampak dari bisnis Cladtek terhadap lingkungan sekitar. Cladtek akan meninjau dan meperbaharui kebijakan ini secara berkala. Cladtek juga memastikan bahwa seluruh karyawan memahami dan melaksanakan kebijakan ini, dan memberikan pelatihan dan mendukung kebijakan ini. B. Misi Perusahaan 1. Mewujudkan Visi dalam menciptakan layanan yang baik, dengan menyediakan produk-produk berkualitas tinggi secara tepat waktu. 2. Terciptanya kerja sama yang baik antara pihak-pihak yang terkait dalam aktifitas perusahaan, baik karyawan maupun mitra perushaaan yaitu perusahaan oil dan gas.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

1.3

HAL. 9/51

Struktur Organisasi Perusahaan/Instansi Struktur organisasi akan mempunyai struktur-struktur sedemikian rupa sesuai dengan bidang usaha perusahaan. Struktur organisasi akan memperlihatkan jabatan, tugas dan tanggung jawab setiap industri dalam menunjang kesuksesan dan kemajuan perusahaan. Struktur organisasi PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing yaitu: GM Batam Facilities

HSE Manager

HR & Service Manager

Quality Manager

GM Projects

Production Manager

Production Control & Logistics

Maintenan ce Manager

Fabrication Manager

Gambar 3 Struktur Organisasi Perusahaan/Instansi

Deskripsi atau Uraian Pekerjaan Penulis melaksanakan magang di departemen Health, Safety and Environment (HSE), pada stuktur organisai di atas di tandai dengan bagan yang berwarna kuning. 1. GM (General Manager) Batam Facilities General Manager merupakan suatu jabatan kerja pada sebuah perusahaan yang bertugas memimpin, mengelola dan mengkoordinasikan semua hal yang berkaitan dengan jalannya roda perusahaan, atau pimpinan tertinggi dalam struktur perusahaan. 2. HSE (Health, Safety and Environment) Manager a. Untuk memantau, mengelola, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua aplikasi kesehatan, keselamatan, dan sistem manajemen lingkungan di area pabrik berdasarkan peraturan pemerintah daerah. b. Mempersiapkan, melaksanakan dan memelihara rencana pengelolaan kesehatan dan keselamatan, pengelolaan lingkungan, prosedur, JSA (Job Safety Analysis), izin kerja dan lain-lain terkait dokumen HSE.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 10/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

c. Menyiapkan keamanan atau safety kerja yang memperoleh persetujuan dari supervisor sebelum pekerjaan di mulai. 3. HR & Service Manager a. Menentukan kebutuhan kerja dan bertanggung jawab dalam tugas operasional. b. Bekerjasama dengan bagian-bagian lain untuk membina stabilitas kerja, tata tertib kerja, disiplin kerja, keamanan dan kenyamanan dalam lingkungan kerja. 4. Quality Manager a. Melakukan review terhadap kontrak untuk mengidentifikasi kualitas terkait dokumentasi dan pengujian persyaratan khusus untuk pesanan pembelian. b. Mengidentifikasi persyaratan inspeksi dan memastikan apakah persyaratan inspeksi tersebut dapat diimplementasikan. c. Memastikan dan menguji semua peralatan yang diperlukan untuk bekerja dalam kondisi baik dan telah dikalibrasi. d. Mengidentifikasi semua catatan yang diperlukan oleh client untuk menunjukkan kesesuaian dengan catatan departmen QC. 5. General Manager (GM) Projects General Manger Project diangkat oleh Pimpinan tertinggi di perusahaan untuk memimpin langsung proyek induk dan tetap stand by di Site Office. General Manager Project juga berfungsi sebagai wakil dari pihak pemilik perusahaan untuk memimpin dan mengawasi pelaksanaan proyek. 6. Production Manager a. Melakukan perencanaan dan pengorganisasian jadwal produksi. b. Menentukan standar kontrol kualitas produk. c. Mengawasi proses produksi. d. Mengorganisir perbaikan dan pemeliharaan rutin peralatan produksi. e. Mengawasi pekerjaan staf junior. f. Menilai kelayakan proyek. g. Mengelola pemesanan dan pembelian bahan baku produksi. h. Menjadi penghubung dengan pembeli, pasar dan staf penjualan. i. Memperkirakan serta melakukan negosiasi rentang waktu dengan klien dan manajer dalam hal yang berkaitan dengan proses produksi. 7. Production Control & Logistics a. Menyelenggarakan perencanaan, pemeliharaan, perawatan, untuk menjaga operasional perusahaan agar selalu siap dalam memberikan pelayanan kepada unit kerja lain (customer). b. Menjamin semua sarana dan prasarana tersedia dan dapat digunakan dengan baik oleh unit kerja lainnya yang ada di dalam perusahaan.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 11/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

c. Melakukan pengadaan barang atau jasa yang diperlukan para unit kerja lain untuk mendukung pelayanan dan operasional perusahaan. d. Melakukan analisa kebutuhan pengadaan barang atau jasa yang diminta para unit kerja lain untuk memenuhi pengadaan barang atau jasa. 8. Maintenance Manager a. Bertanggung jawab mengawasi pengadaan pengendalian produksi agar produk sesuai dengan spesifikasi dan standar yang ditentukan. b. Mengatur jadwal perbaikan dan perawatan mesin. 9. Fabrication Manager a. Mampu mengayomi bawahan. b. Mampu menguasai SDM dan juga faktor penting dalam pabrik. c. Mampu mengatur manajemen yang baik. d. Mampu menjalin hubungan yang baik dengan klien. e. Meningkatkan kualitas produksi. f. Mampu menciptakan suasana kerja yang baik. g. Mampu membentuk SDM yang handal dan profesional. h. Mengetahui, memantau dan mengerti semua asset perusahaan yang dikelola pabrik.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

1.4

HAL. 12/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

Ruang Lingkup Usaha Perusahaan/Instansi PT. Cladtek tidak hanya berdomisili di Batam, tetapi tersebar di beberapa Negara seperti: a. b. c. d.

Cladtek do Brazil, berlokasi di Brazil Cladtek Holdings Pte Ltd, berlokasi di Singapore Cladtek Middle East, berlokasi di Sharjah United Arab Emirates PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing, berlokasi di Batam, Indonesia

Prosedur dan Tata Kerja Perusahaan Setiap perusahaan mempunyai prosedur dan tata kerja masing-masing, di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing ada beberapa prosedur dan tata kerja yang telah ditetapkan, antara lain : 1. Penerimaan karyawan baru perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan perushaan, untuk dapat diterima menjadi karyawan harus dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 2. Calon karyawan harus mempunyai fisik yang sehat dan juga lulus test medical check up yang diadakan perushaan. 3. Calon karyawan yang telah memenuhi syarat diterima, karyawan tersebut mendapatkan masa uji coba selama 3 bulan terhitung sejak mulai atau gabung di perusahaan. 4. Bagi karyawan yang telah melewati masa percobaan dengan baik, maka akan diangkat menjadi karyawan sesuai status dan posisi karyawan tersebut, karyawan bekerja selama kontrak yang telah diberikan oleh perusahaan dan juga disepakati oleh karyawan. Peraturan Perusahaan Peraturan perusahaan ini dibuat untuk menjadi pegangan tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tujuan memelihara hubungan yang baik antara karyawan dan perusahaan. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dalam kelangsungan usaha perusahaan ini. Setiap karyawan wajib menjaga keselamatan dan kesehatan dirinya dan karyawan lainnya. Semua karyawan wajib memakai alat keselamatan kerja yang telah disediakan oleh perusahaan dan mengikuti atau mematuhi ketentuan mengenai keselamatan kerja. Di luar waktu kerja yang sudh ditentukan oleh perusahaan, karyawan tidak diperbolehkan memakai atau menggunakan alat-alat kerja perusahaan untuk kepentingan pribadi. Setiap pekerja juga dilarang memakai accesoris ketika kegiatan bekerja sedang berlangsung.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 13/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

Dalam perusahaan untuk pembagian hari kerja dan jam kerja sangat penting untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan, pembagian hari kerja yang telah ditetapkan oleh PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing adalah: 1. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu karyawan bekerja 8 jam dalam sehari, 40 jam dalam seminggu. Perusahaan

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 14/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

BAB II DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG INDUSTRI 2.1

Deskripsi Kerja Selama pelaksanaan Magang Industri pada PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Batam, Penulis telah melaksanakan tugas-tugas ataupun pekerjaan selama magang dengan baik. Pekerjaan di tempat magang adalah upaya mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di tempat kerja dan didukung dengan adanya keterampilan yang sudah diperoleh di bangku kuliah Jurusan Manajemen Bisnis Prodi Administrasi Bisnis Terapan.

2.1.1 Lokasi Unit Kerja Pelaksanaan magang dilakasanakan di PT. Cladtek Bi-Metal Manufacturing Batam yang berlokasi di Jalan Tenggiri, Kecamatan Batu Ampar. Lokasi perusahaan di Kawasan Industrial Batu Ampar, Batam. Magang dilaksanakan selama 4 (empat) bulan mulai tanggal 24 Oktober 2016 sampai dengan 23 Februari 2017 pada setiap hari kerja yaitu Senin

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

NO

HAL. 15/51

GAMBAR

1.

RINCIAN TUGAS Mengarsip dokumen izin bekerja (Permit To Work).

DESKRIPSI

Setelah seorang Safety Officer selesai memberikan izin bekerja kepada pekerja yang membutuhkan dokumen izin bekerja, dokumen kemudian di serahkan kepada penulis untuk kemudian di arsip ke dalam ordner yang telah di sediakan. Cara mengarsipnya adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Mengarsip Dokumen Izin Bekerja

a. Dokumen di beri lubang dengan menggunakan perforator. b. Kemudian di simpan ke dalam ordner yang berjudul izin kerja masing-masing.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

2.

HAL. 16/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang Memasukkan data dan mengarsip dokumen induksi (Induction File).

Setelah seorang Safety Officer selesai menginduksi karyawan baru atau seorang visitor, dan contractor kemudian dokumen induksi diberikan kepada Penulis untuk kemudian di masukkan ke dalam software aplikasi Ms. Excel yang sudah ada format filenya dari bulan sebelumnya. cara memasukkan data dan mengarsipnya adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Mengolah Data & Mengarsip Dokumen Induksi

a. File di input ke dalam Ms. Excel dengan format yang sudah ada, dengan judul folder Induction. b. Kemudian dokumen di beri lubang dengan menggunakan perforator. c. Di simpan ke dalam ordner sesuai dengan nama dokumen Induction Employee,

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 17/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang Visitor atau Contractor, penyimpanan dokumen sesuai dengan tanggal atau tanggal yang muda berada di bawah.

3.

Mengarsip laporan penerimaan barang (receiving report).

Barang yang telah di pesan sebelumnya kemudian barang tersebut telah sampai atau telah ada di dalam Store perusahaan, bukti penerimaan barang (receiving report) akan di berikan oleh pihak store. yang kemudian bukti penerimaan barang tersebut di arsip oleh pihak penerima sebagai bukti penerimaan barang dan telah sesuai dengan pesanan. cara mengarsipnya adalah sebagai berikut: a. Dokumen di beri lubang dengan menggunakan perforator. b. Kemudian

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

Borang PBM: Pelaksanaan Magang dokumen di simpan ke dalam ordner yang berjudul Receiving Report, penyimpanan dokumen sesuai dengan tanggal atau tanggal yang muda berada di bawah.

Gambar 3. Mengarsip Laporan Penerimaan Barang

4.

HAL. 18/51

Fotokopi formulir induksi (Induction Form).

cara memfoto copy adalah sebagai berikut : a. Dokumen di letakkan di tray atas mesin foto copy. b. Pilih jumlah yang ingin di foto copy. c. Pastikan kertas dengan ukuran yang di perlukan telah tersedia di dalam tray kertas. d. Tekan tombol start untuk memulai memfoto copy.

Gambar 4. Fotokopi Formulir Induksi

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

5.

Borang PBM: Pelaksanaan Magang Mencari dan mengarsip dokumen alat pelindung diri karyawan (wearpack, helm, kaca mata, penutup telinga).

Gambar 5. Mencari & Mengarsip Dokumen Alat Pelindung Diri Karyawan

HAL. 19/51

karyawan yang ingin mengganti dan meminta alat pelindung diri : a. Penulis meminta ID Card karyawan tersebut. b. Kemudian mencari nama karyawan yang sesuai pada ID Card karyawan tersebut. c. Kemudian dokumen tersebut akan di proses oleh Clerk HSE. d. Dokumen yang telah selesai di proses kemudian di simpan kembali sesuai abjad nama karyawan tersebut.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

6.

Borang PBM: Pelaksanaan Magang Memasukkan absensi pengarahan karyawan setiap hari senin.

Gambar 6. Memasukkan absensi pengarahan karyawan setiap hari senin.

HAL. 20/51

caranya adalah sebagai berikut : a. Absensi karyawan di input ke dalam software aplikasi Ms. Excel dengan nama folder Toolbox Meeting. b. Memberi warna hijau pada karyawan yang hadir pada saat Toolbox Meeting dan tidak memberikan warna kepada karyawan yang tidak hadir padaa saat Toolbox Meeting. c. Kemudian dokumen di simpan ke dalam ordner dengan nama folder Toolbox Meeting. d. Penyimpanan dokumen sesuai tanggal.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

7.

HAL. 21/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang Mengarsip dokumen peralatan pengangkatan (Power Tool).

caranya adalah sebagai berikut : a. Dokumen di beri lubang menggunakan perforator. b. Dokumen di simpan ke dalam ordner dengan nama folder Power Tool . c. Penyimpanan dokumen sesuai tanggal.

Gambar 7. Mengarsip dokumen peralatan pengangkatan

8.

Memperbaharui dokumen yang ada di Mading HSE.

Gambar 8. Memperbaharui Dokumen di Mading HSE

Manager HSE memberikan dokumen untuk kemudian di update di mading HSE, biasanya dilakukan setiap sebulan sekali yaitu update mengenai Statistik kerja perusahaan.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

9.

HAL. 22/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang Menandai kalender kecelakaan kerja di mading HSE.

Setiap pagi hari di dalam ruangan War Room penulis mengupdate kalender kecelakaan kerja yang ada di madding HSE. Memberikan warna hijau pada kalender yang menandai bahwa kemarin tidak ada kecelakaan kerja.

Menghitung persediaan alat pelindung diri untuk keperluan pengecekan persediaan akhir tahun oleh internal perusahaan.

Setiap akhir tahun akan di lakukan penghitungan stok alat pelindung diri oleh pihak internal perusahaan.

Melaminating sticker peringatan (warning safety).

Melaminating sticker peringatan untuk keperluan sign di dalam Workshop.

Gambar 9. Menandai Kalender HSE

10.

Gambar 10. Menghitung Persediaan APD

11.

Gambar 11. Melaminating Sticker

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

12.

HAL. 23/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang Mencetak jadwal lembur kerja (Overtime).

Setiap hari mencetak jadwal lembur kerja karyawan yang kemudian meminta tanda tangan Manager HSE dan Manager Production atau General Project Manager. Setelah itu dokumen lembur kerja di serahkan kepada bagian keuangan untuk di proses.

Mempersiapkan dokumen dan ikut serta dalam audit OHSAS 180001:2007 & ISO 14001:2004.

Membantu mempersiapkan dokumen untuk audit OHSAS 180001:2007 & ISO 14001:2004.

Gambar 12. Mencetak Jadwal Lembur Kerja

13.

Gambar 13. Mempersiapkan Dokumen untuk Audit

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 24/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

2.1.3 Tanggung Jawab Tanggung jawab Penulis selama magang di departemen HSE yaitu : 1. Memastikan setiap dokumen yang diinput tidak salah dan harus sesuai dengan prosedur. 2. Memastikan lingkungan kerja yang sehat, bersih, nyaman dan terhindar dari kotoran maupun debu agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat selesai dengan baik. 3. Mengembalikan semua peralatan dan perlengkapan ke tempat semula ketika waktu akan pulang agar tidak berserakan. 4. Memastikan semua tugas pekerjaan sehari-hari yang diberikan kepada penulis dapat terselesaikan dengan baik. 2.1.4 Target yang Diharapkan Target yang diharapkan kepada penulis selama magang, terutama di unit kerja departmen HSE, adalah : 1. Mampu menjaga nama baik kampus yaitu Politeknik Negeri Batam dan Perusahaan selama masa magang berlangsung. 2. Dapat mengerti dan memahami dengan cepat serta memberikan kontribusi yang baik selama magang. 3. Mampu memahami prosedur bisnis perusahaan dan mengerti tentang dunia kerja, khususnya yang bergerak dalam bidang fabrikasi oil dan gas. 2.1.5 Kendala yang Dihadapi Dalam Menyelesaikan Tugas Selama pelaksanaan tugas yang diberikan karyawan PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing. Penulis menemukan sedikit kendala dalam pelaksanaan tugas diantaranya adalah : 1. Jaringan internet yang sering terganggu. 2. Ada beberapa tugas yang lupa atau ketinggalan dikerjakan. 3. Kurang teliti dalam menginput maupun mengentri data. Maka dari itu, adapun cara mengatasi kendala yang dihadapi penulis dalam pelaksanaan Magang Industri adalah : 1. Memperbaiki jaringan internet secara manual atau menghubungi pihak Information Technology (IT). 2. Mencatat setiap kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. 3. Lebih teliti dan tidak tergesa-gesa saat meginput maupun mengentri data.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 25/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

4. Mendengarkan dengan baik instruksi staf dan teliti saat mengerjakan tugas, serta bertanya apabila ada hal yang lupa dan yang tidak dimengerti. 5. Memeriksa kembali apabila tugas sudah selesai dikerjakan sebelum diberikan kepada pihak yang berwenang. 2.2

Deskripsi Alat/Mesin

2.2.1 Perangkat Lunak/Perangkat Keras yang Digunakan Perangkat lunak atau perangkat keras yang digunakan selama magang yaitu: Perangkat Lunak yang digunakan : Microsoft Excel

Gambar 4 Microsoft Excel

Microsoft Excel merupakan aplikasi untuk mengolah data secara otomatis yang dapat berupa perhitungan dasar, rumus, pemakaian fungsi-fungsi, pengolahan data dan tabel, pembuatan grafik dan manajemen data.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 26/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

Perangkat Keras yang digunakan : 1. Komputer

Gambar 5 Komputer

Digunakan untuk memproses dan menyimpan data dalam bentuk digital. Komputer terdiri CPU, Keyboard, Layar/Monitor, disk dan Mouse. 2. Telepon

Gambar 6 Telepon

Digunakan untuk menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain dari jarak jauh, baik dalam lingkungan kantor maupun ke luar kantor.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 27/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

3. Mesin fotokopi

Gambar 7 Mesin Fotokopi

Mesin untuk menggandakan dokumen memperkecil ukuran dokumen aslinya.

dengan

memperbesar

atau

4. Mesin Printer

Gambar 8 Mesin Printer

Alat yang menampilkan data dalam bentuk cetakan, baik berupa teks maupun gambar atau grafik.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 28/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

5. Lemari arsip

Gambar 9 Lemari Arsip

Tempat menyimpan arsip dalam jumlah yang banyak dan juga agar ruangan kantor dapat terlihat lebih tertata dengan baik sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman. 6. Ordner

Gambar 10 Ordner

Semacam map dan karton tebal yang dapat menampung banyak arsip dan didalamnya terdapat besi untuk mengkaitkan arsip yang telah dipervorator/dilobangi pinggirnya. Dan untuk membantu dalam mem-filling serta merapikan dan melindungi dokumen penting dari cara penyimpanan yang salah.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 29/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

7. Paper Clip

Gambar 11 Paper Clip

Alat yang terbuat dari logam dan dipergunakan untuk menyatukan (menghimpun, mengumpulkan, mengelompokkan) surat-surat dan lampiranlampirannya agar surat tersebut tidak berantakan sehingga tidak hilang. 8. Binder Clip

Gambar 12 Binder Clip

Alat yang terbuat dari logam dan diperuntukkan untuk menyatukan (menghimpun, mengumpulkan, mengelompokkan) file yang lebih banyak 50-100 lembar.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 30/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

9. Stapler dan Staples

Gambar 13 Stapler & Staples

Alat untuk menyatukan sejumlah kertas dengan cara memasukkan Staples

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 31/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

12. Plastik Laminating

Gambar 16 Plastik Laminating

Digunakan untuk melindungi dokumen penting dari air atau lainnya. Alat Tulis Kantor (ATK) 1. Tipe-x

Gambar 17 Tipe-x

Cairan berwarna putih yang digunakan untuk menutup huruf atau tulisan yang salah. 2. Pulpen dan pensil

Gambar 18 Pulpen dan Pensil

Digunakan untuk menulils suatu kata atau kalimat, menandai dokumen yang salah dan sebagainya.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 32/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

3. Kertas A4

Gambar 19 Kertas A4

Digunakan untuk menampilkan hasil dari cetakan dokumen melalui printer atau bisa juga sebagai tempat untuk menulis atau mencatat sesuatu. 4. Stabillo

Gambar 20 Stabillo

Digunakan untuk menandai suatu tulisan atau catatan. 5. Post-it

Gambar 21 Post-it

Digunakan untuk menulis memo, memberi pesan dan lain-lain. 6. Penghapus

Gambar 22 Penghapus

Digunakan untuk menghapus coretan pensil pada dokumen atau kalimat yang salah.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 33/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

2.2.2 Data dan Dokumen yang Diolah/Dihasilkan Data dan dokumen yang diolah atau dihasilkan selama magang yaitu : 1. Safety Induction

Gambar 23 Safety Induction

Untuk tenaga kerja baru dan tamu yang berkunjung ke PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing, departemen HSE memberikan orientasi keselamatan kerja (Safety Induction). Dalam orientasi ini dijelaskan mengenai kebijakan perusahaan (Corporate Policy), kebijakan perusahaan terhadap keselamatan, Kesehatan Kerja dan Perlindungan Lingkungan (Health Safety and Environment Policy), Kebijakan Berkendara (Driving Policy), Kebijakan Obat-Obatan Terlarang Dan Alcohol (Drug Policy), Dan Kebijakan Tentang Merokok (Smoking Policy), kebijakan yang berlangsung di lapangan beserta potensi bahayanya, kewajiban untuk mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) selama beraktivitas.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 34/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

2. Sistem Izin Kerja (Permit To Work)

Gambar 24 Sistem Izin Kerja (Permit To Work)

Setiap pekerjaan yang diperkirakan memiliki potensi bahaya yang sangat besar, harus menyertakan surat izin kerja yang telah disetujui oleh safety officer. Adapun jenis-jenis sistem izin kerja di PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing adalah sebagai berikut : 1) Izin Kerja Panas Izin kerja Panas diberikan kepada pekerja yang melakukan pekerjaan yang dalam prosesnya berhubungan dengan panas atau nyala api seperti las, gerinda, dan lain-lain. Adapun klasifikasi pekrejaan panas yaitu : a. Area berbahaya adalah digolongkan sebagai suatu area manapun yang dalam keadaan normal atau abnormal terdapat suatu kebocoran hidrokarbon yang mengandung gas dan uap dalam jumlah besar yang dapat menyebabkan ledakan. b. Area terbatas adalah area manapun diluar area berbahaya yang meliputi batas minimal 50 meter dari area berbahaya. c. Area terbuka adalah area diluar 50 meter dari area terbatas atau terbuka. Biasanya area terbuka pekerjaan panas dapat dilakukan tanpa izin kerja panas terganting dari pemilik lokasi kerja.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

HAL. 35/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

d. Klasifikasi area operasi panas diperlukan untuk memberikan penggunaan tenaga kerja yang efisien dan objektif dengan kerja memprioritaskan faktor keselamatan. 2) Izin Kerja Confined Spaced

Gambar 25 Izin Kerja Confined Spaced

Izin kerja yang diberikan kepada pekerja yang pekerjaannya berhubungan dengan di dalam ruangan dengan sirkulasi udara terbatas.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

HAL. 36/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

3) Izin Kerja Radiography

Gambar 26 Izin Kerja Radiography

Izin kerja yang dikeluarkan apabila pekerja melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan radiografi, misalnya pekerjaan Non Destructive Testing (NDT) seperti pengujian pada Vessel atau pipa dengan menggunakan sinar X. 4) Izin Kerja Lifting

Gambar 27 Izin Kerja Lifting

Izin kerja yang diberikan kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan pengangkatan beban di atas 30 ton.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 37/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

5) Izin kerja Sand Blasting Izin kerja yang diberikan pada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan mencuci pipa dengan pasir blasting. 6) Izin kerja Instalasi Listrik Izin kerja yang diberikan kepada pekerja yang melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi listrik. 7) Izin kerja Tes Tekanan Tinggi Izin kerja yang diberikan kepada pekerja yang melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tekanan tinggi, misalnya uji vessel ataupun hydrotest. 3. Toolbox Meeting

Gambar 28 Toolbox Meeting

Toolbox meeting merupakan pertemuan yang dilakukan pada setiap senin pagi sebelum dimulainya pekerjaan untuk membahas apa saja kegiatan yang akan dilakukan hari ini, kemudian review pekerjaan yang telah dilakukan kemarin, pembagian tugas atau job desk dari supervisor kepada masingmasing pekerja.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

HAL. 38/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

4. Job Safety Analysis (JSA)

Gambar 29 Job Safety Analysis (JSA)

Suatu analisis keamanan kerja yang terperinci dari sautu pekerjaan yang diusulkan untuk dilaksanakan oleh Safety Officer dengan tujuan : a. Mengidentifikasi tiap langkah pekerjaan b. Mengidentifikasi setiap resiko yang mungkin muncul c. Menentukan langkah-langkah yang perlu untuk menghilangkah, mencegah dan mengurangi bahaya d. Mengidentifikasi setiap Personal Protective Equipment (PPE) atau peralatan khusus yang diperlukan e. Membuat tim yang peduli akan bahaya yang timbul 5. Form untuk karyawan baru

Gambar 30 Form Karyawan Baru

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 39/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

Form tersebut digunakan untuk mencatat pengambilan perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yang ditujukan untuk karyawan yang baru pertama kali bergabung di PT. Cladtek. 6. Incident Report

Gambar 31 Incident Report

Panduan untuk melaporkan kejadian dan kecelakaan untuk memastikan tindakan investigasi dan pencegahan yang sesuai dan tepat.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

2.3

HAL. 40/51

Proses Bisnis Perusahaan PT. Cladtek BI Metal Manufacturing bergerak dibidang cladding (pelapisan) dan spooling (penyambungan) pipa. Produk utamanya adalah CRA Clad pipe, fittings Flanges dan Bends, Pipe Spool Fabrication, Pressure vessels, Ball Velves, Seawater Tubes dan Underwater Sheaves, Thermal Sleeves, dan Independent Bend Testing dan Simulations. Proses bisnisnya berlangsung berdasarkan proyek yang diterima dari client dan langsung melaksanakan pengiriman barang setelah produk selesai dikerjakan. Berikut skema proses bisnis perusahaan:

Proyek Diterima

Pengerjaan Produk

Finalisasi Dokumen

Pengiriman Dan Pembayaran

Selesai

Tabel 2.3-1 Proses Bisnis Perusahaan

Keterangan : 1. Setelah PT. Cladtek menandatangani kontrak kerja dengan client, maka proyek dinyatakan dimulai pengerjaannya setelah melalui penerimaan bahan baku dan produk sudah berada di workshop kerja, serta siap untuk dikerjakan. 2. Proses pengerjaan produk harus mengikuti seluruh prosedur yang terdapat di PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing Batam, dari awal pengerjaan sampai dengan selesai. 3. Setelah seluruh produk selesai, maka dokumen pendukung setiap produk akan dikumpulkan dan disiapkan sebelum pengiriman produk. 4. Proses pengiriman produk dan dilanjutkan dengan pembayaran produk yang sudah jadi. Mengenai mekanisme perjanjian pembayaran hanya diketahui oleh departemen Purchasing dan departemen Project. 5. Proyek dinyatakan selesai setelah seluruh dokumen dan produk diterima dengan baik oleh client, dan dinyatakan closed (selesai).

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

2.4

HAL. 41/51

Proses Bisnis di Bagian Tempat Kerja Bagan dalam keadaan darurat (Emergency)

Emergency

Jangan panik

Stop semua kegiatan dan dengarkan informasi selanjutnya

Hidupkan alarm evakuasi

Beritahu HSE Manager, Supervisor, dan Safety Officer

Berkumpul di Master Point

Supervisor/Foreman menghitung anggotanya

NO

Semua karyawan lengkap

Menunggu instruksi selanjutnya

Tim pencari dan penyelamat bergerak

NO

YES

Keadaan aman

Tetap di Master Point

YES Kembali Bekerja

Tabel 2.4-1 Proses Bisnis Tempat Kerja

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 42/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

Keterangan dari Bagan di atas adalah sebagai berikut: 1. Apabila terjadi keadaan darurat (emergency) misalnya terjadi kebakaran, yang pertama sekali dilakukan adalah jangan panik, segera mencari informasi mengenai alarm emergency yang berbunyi. 2. Hidupkan alarm evakuasi untuk mengevakuasi semua orang ke luar workshop. 3. Segera menginformasikan hal tersebut kepada HSE Manager, Supervisor dan Safety Officer. 4. Segera berhenti bekerja, mematikan semua alat kerja dan mendengarkan arahan informasi selanjutnya dari Supervisor atau Safety Officer. 5. Kemudian segera berkumpul di Master Point yang berada terdekat dengan anda. 6. Kemudian Supervisor atau Foreman akan menghitung anggota kelompok masing-masing, untuk memastikan apakah rekan kerja telah lengkap atau masih ada yang tertinggal di dalam workshop. 7. Setelah Supervisor atau Foreman menghitung anggota kelompok masingmasing, apabila semua anggota kelompok kerja lengkap kemudian menunggu untuk arahan selanjutnya. 8. Apabila setelah dilakukan penghitungan anggota kelompok, dan terdapat anggota kelompok yang tidak lengkap, selanjutnya tim penyelamat dan tim pencari mencari anggota kelompok yang tidak lengkap tersebut. 9. Apabila keadaan di anggap telah aman, maka semuanya dapat kembali bekerja, tetapi apabila keadaan belum aman, maka semuanya tetap berada di Master Point sampai dengan keadaan benar-benar aman.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

HAL. 43/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

16 Februari 2011

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT MAGANG 3.1

Tujuan Magang Adapun tujuan diadakannya kegiatan magang industri ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Magang Industri yang diberikan oleh pihak kampus. 2. Untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa/mahasiswi mengenai lingkungan kerja yang sebenarnya. 3. Untuk memberikan pengalaman bekerja yang dapat membantu dalam menghadapi dunia kerja dikemudian hari. 4. Untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama menempuh perkuliahan dari semester awal hingga semester akhir 5. Untuk memperkenalkan kepada mahasiswa/mahasiswi mengenai proses kerja yang ada di perusahaan.

3.2

Manfaat Magang Adapun manfaat diadakannya kegiatan magang industri ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat menyalurkan ilmu yang didapatkan selama kuliah. 2. Dapat mengetahui proses kerja yang ada pada unit kerja yang mereka tempati selama magang. Sehingga, apabila ditempatkan diposisi yang sama dalam dunia kerja yang sebenarnya, akan lebih mudah menjalankannya. 3. Mendapatkan gambaran bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

HAL. 44/51

Borang PBM: Pelaksanaan Magang BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan Setelah mengikuti magang industri yang telah dilaksanakan selama 4 bulan tertanggal 24 Oktober 2016 sampai dengan 23 Februari 2017, banyak memberikan manfaat bagi perusahaan maupun mahasiswa magang. Bagi perusahaan pelaksanaan tugas perusahaan yang telah dikerjakan oleh mahasiswa magang menjadi lebih efektif dan efisien. Sehingga pekerjaan yang ada di perusahaan dapat terselesaikan dengan lebih cepat dan rapi. Bagi mahasiswa magang, dapat menjadikan kegiatan magang ini sebagai sarana dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama semester awal sampai dengan semester akhir dan juga memberikan tambahan pengetahuan dan ilmu baru yang tidak didapatkan dibangku perkuliahan. Selain iu mahasiswa dapat mengetahui bagaimana menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.

4.2

Saran Selama menjalankan kegiatan magang ini penulis sudah melaksanakan tugas sesuai dengan arahan yang diberikan oleh pembimbing magang, kendati demikian penulis masih merasa banyak kekurangan dalam menjalankan tugas yang diberikan. Untuk itu penulis akan berusaha memperbaiki dan lebih efektif dan efisien dalam menjalankan tugas yang diberikan. Adapun saran dari beberapa kendala yang penulis hadapi selama melaksanakan program magang pada pihak PT. Cladtek Bi Metal Manufacturing adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki jaringan internet khususnya pada departemen HSE yang pada komputernya sering sekali mengalami masalah jaringan internet. 2. Memperbaiki fasilitas khususnya pendingin udara atau Air Conditioner (AC) pada departemen HSE yang secara langsung dan setiap hari berkomunikasi dengan para pekerja lapangan yang meminta perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yang dikarenakan departemen berada di tengah-tengah workshop dan berbentuk container.

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

Lampiran A Log Book

HAL. 45/51

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

Lampiran B Deskripsi Produk yang Dihasilkan

HAL. 46/51

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

1. CRA Clad Pipe

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

HAL. 47/51

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

2. Fittings Flanges and Bends

3. Pipe Spool Fabrication

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

HAL. 48/51

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

4. CRA Clad Pressure Vessels

5. CRA Clad Ball Valves

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

HAL. 49/51

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

6. Seawater Tubes And Underwater Sheaves

7. Thermal Sleeves

HAL. 50/51

No.FO.8.4.3.1-V0

KPS

DIR

16 Februari 2011

Borang PBM: Pelaksanaan Magang

8. Independent Bend Testing and Simulations

HAL. 51/51