ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PASAR BUAH-BUAHAN

Download ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PASAR. BUAH-BUAHAN. Oleh: Bambang Sayaka. Sahat M. Pasaribu. Delima Hasri Azahari. Yuni Marisa. Sri Nu...

0 downloads 351 Views 163KB Size
PROPOSAL OPERASIONAL TA. 2013

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PASAR BUAH-BUAHAN

Oleh: Bambang Sayaka Sahat M. Pasaribu Delima Hasri Azahari Yuni Marisa Sri Nuryanti Edi A. Saubari

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2013

RINGKASAN Pasar buah-buahan segar dalam negeri akhir-akhir ini sempat didominasi buah impor yang tampaknya merugikan produsen buah lokal karena harga jual buah lokal menjadi relatif murah. Konsumen, di lain pihak, menikmati berlimpahnya buah di pasar dalam negeri, baik yang berasal dari impor maupun produksi lokal karena makin beragamnya pilihan dan harga beli semakin murah.Pemerintah berusaha mengatur peredaran buah impor melalui Permentan No. 60/2012 tentang rekomendasi produk hortikultura (RIPH) yang paralel dengan Permendag No. 60/2012 tentang ketentuan impor produk hortikultura (KIPH).Disamping itu juga diberlakukan pembatasan pelabuhan impor hortikultura termasuk buah-buahan dengan Permentan No. 42/2012. Kajian ini akan meneliti struktur, strategi, dan kinerja pasar buah-buahan di dalam negeri. Struktur pasar yang tampaknya oligopoli pada sisi pedagang dan relatif bersaing bebas pada sisi produsen akan mempengarurihi strategi atau perilaku pasar yang akhirnya menghasilkan kinerja pasar. Penelitian akan dilakukan di daerah pelabuhan impor hortikultura, produsen buah, dan pemasaran buah, yaitu di Sumatera Utara, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan. Kata kunci: impor, lokal, buah, produsen, pedagang, pengaturan impor

i

I. PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Pasar produk buah-buahan dalam negeri akhir-akhir ini dibanjiri buah-buahan

impor.Buah-buahan

impor

tersebut

sebagian

besar

berasal

dari

China

(55%).Selebihnya impor buah-buahan berasal dari Thailand (28%), Amerika Serikat (10%), Chili (4%), dan Australia (3%).Data tahun 2010 menunjukkan jenis buahbuahan yang banyak diimpor adalah jeruk (204 ribu ton), apel (199 ribu ton), pir (111 ribu ton),anggur (44 ribu ton), durian (24 ribu ton), pisang (2.780 ton), semangka 1.129 ton, mangga (1.129 ton), dan semangkasebanyak 1.036 ton(Global Business Guide Indonesia,2012). Nilai impor buah-buahan memerlukan devisa cukup besar dari tahun ke tahun. Misalnya, pada tahun 2010 impor buah-buahan sebesar AS$ 686 juta, tahun 2011 sebanyak AS$ 412 juta, dan 2012 mencapai AS$848,6 juta. Indonesia juga mengekspor buah-buahan tetapi nilainya relatif kecil dibanding impor.Pada tahun 2010, misalnya, nilai ekspor buah-buahan hanya AS$ 173 juta.Sebenarnya nilai impor buah-buahan dibanding total nilai produksi buah-buahan dalam negeri pada tahun 2010 relatif kecil, yaitu hanya 5,64 persen (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2012). Perlu dicatat bahwa tidak semua produksi buah dalam negeri diperdagangkan atau masuk pasar. Subsektor hortikultura juga menyediakan lapangan kerja bagi penduduk terutama yang terlibat langsung di lahan pertanian. Rata-rata tenaga kerja yang terlibat di subsektor pertanian sebanyak 36,54 juta orang dari total angkatan kerja nasional sebanyak 109,67 juta orang pada tahun 2011. Selama periode 2007-2011 rata-rata angkatan kerja subsektor hortikultura adalah 7,71 persen dibanding keseluruhan tenaga kerja sektor pertanian. Subsektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan pada periode yang sama masing-masing menyerap 51,40 persen, 30,08 persen, dan 10,81 persen (Kementerian Pertanian, 2012b). Maraknya impor buah-buahan harus membuat pemerintah menjadi mawas diri karena pada saat yang bersamaan ekspor buah Indonesia relatif kecil.Mengacu pada Undang-Undang No. 13/2010 tentang Hortikultura, Kementerian Pertanian (2012a) menerbitkan

Permentan

No.

60/2012

tentang

Rekomendasi

Impor

Produk 1

Hortikultura.

Permentan

ini

bertujuan

untuk

memberi

kepastian

dalam

pelayananpemberian RIPH (Rencana Impor Produk Hortikultura) dan pelaksanaan impor produk hortikultura oleh setiaporang yang melakukan impor produk hortikultura dan

jaminan

atasproduk

hortikultura

yang

diimpor

memenuhi

keamanan

pangan.Disamping itu Kementerian Perdagangan juga menerbitkan Permendag No. 60/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura.Permendag ini menegaskan bahwa impor produk hortikultura, termasuk buah-buahan, hanya bisa dilakukan jika kebutuhan konsumsi masyarakat belum terpenuhi.Untuk pengendalian impor buahbuahan juga diterbitkan Permentan No. 42/2012 tentang pembatasan pelabuhan impor produk hortikultura. Pemerintah bisa saja mengatur pembatasan impor hortikultura untuk melindungi produksi buah-buahan dalam negeri.Kebijakan ini menuai protes dari beberapa negara pengekspor buah-buahan ke Indonesia karena dianggap melanggar kesepakatan organisasi perdagangan dunia (WTO). Walaupun demikian perlu pembenahan produksi dan sistem distribusi buah-buahan dalam negeri, misalnya dalam hal kualitas dan harga.Jika produk buah-buahan dalam negeri tidak bisa bersaing dengan produk buah impor, yaitu dalam hal kualitas, harga, dan distribusi, maka peraturan-peraturan yang ada akan kurang efektif dalam melindungi produksi buah-buahan dalam negeri apalagi mendorong ekspor. Penelitian ini diharapkan bisa menjawab berbagai masalah dalam peningkatan kinerja pasar produk buah-buahan untuk pemberdayaan produsen buah-buahan dalam negeri serta memberi pilihan yang sesuai dengan selera dan daya beli masyarakat. 1.2.

Dasar Pertimbangan Meningkatnya

peredaran

buah-buahan

impor

di

dalam

negeri

bisa

menguntungkan konsumen karena ada pilihan lain disamping buah-buahan dalam negeri. Walaupun demikian hal ini bisa merugikan produsen buah-buahan dalam negeri karena pangsa pasar yang dikuasai importir buah-buahan. Diperlukan penelitian mendalam tentang dominasi buah-buahan di dalam negeri dengan mempertimbangkan kapasitas produsen dan kebijakan pemerintah agar buah-buahan dalam negeri bisa didistribusikan di dalam negeri, bahkan diekspor, secara memadai. 2

Harga buah-buahan di pasar dalam negeri akhir-akhir relatif mahal. Harga yang mahal tersebut apakah karena struktur pasar yang bersifat oligopoli atau karena faktor lain? Seperti apakah perilaku importir, distributor, dan pengecer buah-buahan? Siapakah yang lebih banyak mengambil manfaat dari kinerja pasar buah-buahan saat ini: produsen, pedagang, atau konsumen? Sejauh mana efektivitas intervensi pemerintah dalam mengatur pasar buah-buahan dalam negeri? 1.3.

Tujuan Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui organisasi pasar

buah-buahan dalam negeri.Secara khusus tujuan penelitian adalah untuk: a. Menganalisis struktur pasar buah-buahan di dalam negeri. b. Menganalisis perilaku pasar buah-buahan di dalam negeri. c. Menganalisis manfaat dan kinerja pasar buah-buahan di dalam negeri. d. Menganalisis potensi efektivitas Permentan No. 60/2012 tentang rekomendasi impor produk hortikultura, khususnya buah-buahan, dan Permentan 42/2012 tentang Pembatasan Pelabuah Impor Buah Segar terhadap penurunan impor dan pertumbuhan produksi buah-buahan dalam negeri. 1.4.

Keluaran yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan menghasilkan keluaran tentang:

a. Struktur pasar buah-buahan di dalam negeri secara lebih akurat. b. Perilaku pasar buah-buahan di dalam negeri. c. Manfaat dan kinerja pasar buah-buahan di dalam negeri. d. Efektivitas Permentan No. 60/2012 tentang rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH), khususnya buah-buahan, dan Permentan No. 42/2012 tentang pembatasan Pelabuhan Impor Buah dan Sayuran Segar terhadap penurunan impor dan pertumbuhan produksi buah-buahan dalam negeri. 1.5.

Perkiraan manfaat dan dampak Penelitian ini akan memberi manfaat mengenai pengetahuan tentang struktur,

perilaku, dan kinerja pasar buah-buahan. Disamping itu penelitian ini bisa memberi masukan tentang efektivitas Permentan No. 60/2012 dan Permentan No. 42/2012 3

serta saran kebijakan lain agar buah-buahan produksi dalam negeri lebih mampu bersaing dalam era globalisasi.

4

II. 2.1.

TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis Organisasi industri mempelajari struktur perusahaan dan pasar serta

interaksinya.Secara umum minimal ada dua cara pendekatan dalam mempelajai organisasi industri. Pendekatan pertama menggunakan structure, conduct, and performance (SCP) atau stuktur, strategi, dan kinerja.Dalam hal ini pendekatannya lebih bersifat deskriptif dan gambaran umum tentang organisasi industri.Pendekatan kedua menggunakan teori harga (price theory) yang trekait dengan model-model mikro ekonomi untuk menerangkan perilaku perusahaan dan struktur pasar (Carlton and Perloff, 2000). Dalam pendekatan SCP, kinerja suatu industri yang merupakan keberhasilan industri dalam memberi manfaat bagi konsumen tergantung pada strategi atau perilaku

perusahaan-perusahaan

didalamnya.Pada

akhirnya

kinerja

industri

tergantung pada struktur industri tersebut.Struktur industri juga dipengaruhi oleh kondisi dasar, seperti pasokan dan permintaan produk. Pasar yang memiliki potensi pembeli dan penjual dalam jumlah relatif banyak serta tidak ada hambatan masuk disebut sebagai pasar yang kompetitif atau relatif bersaing sempurna.Jika sebuah perusahaan menjual kepada banyak pembeli dan tidak ada penjual baru yang bisa masuk disebut monopoli.Sebaliknya jika hanya ada satu perusahaan yang membeli dari banyak produsen disebut monopsoni.Jika sekelompok kecil perusahaan dalam suatu pasar yang memiliki hambatan masuk dan hambatan keluar substansial, sehingga menghambat perusahaan lain untuk masuk sebagai penjual maka disebut oligopoli. Jika sejumlah kecil perusahaan sebagai pembeli mengontrol pasar yang penjualnya relatif banyak dengan hambatan masuk dan keluar yang nyata maka disebut oligopsoni.Jika suatu pasar tidak memiliki hambatan masuk dan hambatan keluar secara substansial dan setiap perusahaan yang ada didalamnya bisa mengendalikan harga produknya maka disebut persaingan monopolistik (Tabel 1).

5

Tabel 1. Struktur Pasar dalam Suatu Industri No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

STRUKTUR PASAR Bersaing Monopoli Monopsoni Oligopoli Oligopsoni Monopolistik

PENJUAL Hambatan Jumlah masuk Tidak ada Banyak Ada Satu Tidak ada Banyak Ada Sedikit Tidak ada Banyak Tidak ada Banyak

PEMBELI Hambatan Jumlah masuk Tidak ada Banyak Tidak ada Banyak Ada Satu Tidak ada Banyak Ada Sedikit Tidak ada Banyak

Sumber: Carlon and Perloff (2000).

Persaingan usaha yang dilakukan secara tidak sehat secara resmi tidak diijinkan oleh pemerintah. Untuk mencegah praktek persaingan usaha tidak sehat yang biasanya berupa monopoli, oligopoli, monopsoni atau oligopsoni sebaiknya diterapkan UU No. 5 tahun 2009 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, 1999). Dalam pasal 1 ayat 4 UU No. 5 tahun 2009 disebutkan bahwa posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. Selanjutnya dalam pasal 25 ayat 2 disebutkan bahwa satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai lima puluh persen pangsa pasar atau lebih satu jenis komoditas tertentu. Posisi dominan juga terjadi dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok usaha menguasai 75 persen pangsa pasar atau lebih.Posisi dominan biasanya digunakan untuk mengatur harga hingga memperoleh keuntungan diatas normal.Posisi dominan sebenarnya bisa juga dilakukan oleh lebih dari tiga perusahaan sejenis untuk mengatur harga dan dalam hal inilah peran pemerintah diperlukan untuk mengatur demi kepentingan publik. Pengaturan anti monopoli di Indonesia jauh tertinggal dibanding di Amerika Serikat yang dilakukan pertama kali sejak 1890 dengan pengesahan Sherman Act yang melarang segala bentuk konspirasi, sehingga menghambat perdagangan antar 6

negara bagian dan melarang upaya monopoli. Pada tahun 1914 disahkan peraturan anti monopoli yang lebih keras lagi, yaitu Clayton Act serta pembentukan Federal Trade Commission.Undang-Undang ini melarang berbagai praktek bisnis secara spesifik seperti diskriminasi harga, pengaturan bersama, dan akuisisi saham pesaing jika praktek tersebut secara substansial mengurangi persaingan atau menciptakan monopoli (Parkin, 2008).Di Amerika Serikat juga diberlakukan penentuan oligopoli dengan CR4 (konsentrasi pangsa pasar untuk empat perusahaan terbesar) sebanyak 40 persen.Artinya, jika dalam suatu industri sebesar 40 persen pangsa pasarnya dikuasai oleh maksimal empat perusahaan maka harus dibuka investasi lagi agar penguasaan pasar lebih merata.Hal yang sama berlaku sangat longgar di Indonesia karena monopoli terjadi jika dua atau tiga perusahaan menguasai 75 persen pangsa pasar atau lebih walaupun peraturan anti monopoli di Indonesia baru dibuat tahun 1999. Dalam suatu industri, dalam hal ini industri buah-buahan segar, struktur industri akan menentukan perilaku pelaku utamanya. Isu yang mencuat untuk komoditas buah-buahan saat ini bukan lagi tingkat konsumsi buah per kapita yang masih di bawah rata-rata anjuran FAO,tetapi impor buah yang relatif dominan. Konsumsi buah rata-rata per kapita di Indonesia adalah 38 kg/tahun, sedangkan anjuran FAO adalah 65,75 kg/tahun (Fajar Online, 2012). Di pasar dalam negeri saat ini sangat mudah dijumpai buah-buahan impor yang jenisnya beragam dan sebagian diantaranya merupakan buah impor. Banyaknya ragam buah, baik lokal maupun impor, memberi pilihan yang menguntungkan bagi konsumen selain harga buah yang relatif murah. Di lain pihak, produsen buah dalam negeri kurang diuntungkan karena surplus buah selama musim panen sebagian besar hanya dijual di pasar lokal, sedangkan pemasaran melalui ekspor relatif kecil, sehingga harga buah relatif rendah saat panen raya. Produsen buah dalam negeri agak diuntungkan dengan penetapan aturan impor hortikultura termasuk buah oleh pemerintah melalui Permentan No. 60/2012 dan pembatasan pelabuhan impor melalui Permentan No. 42/2012. 2.2.

Hasil-Hasil Penelitian Terkait Berbagai penelitian tentang pemasaran buah telah dilakukan baik PSEKP

maupun lemaga penelitian lain. Pasar hortikultura, termasuk buah, sangat menarik 7

dan dinamis, sehingga memerlukan pendekatan yang lebih sesuai dengan perkembangan terkini. Produksi buah dunia, khususnya apel, anggur dan pir, diramalkan akan meningkat pada periode2012/2013. Produksi apel dunia akan meningkat menjadi 67,9 juta ton atau meningkat 2 persen sebagai dampak peningkatan luas panen di Cina. Ekspor apel dunia diperkirakan mencapai 5,7 juta ton. Produksi apel di Amerika Serikat tidak berubah (4,2 juta ton), sedangkan produksi apel di Argentina, Rusia, dan Turki akan meningkat masing-masing 20, 8, dan 7 persen. Produksi di Chili masingmasing turun 4 dan 3 persen. Produksi buah anggur dunia diperkirakan naik 3 persen pada periode 2012/2013 menjadi 17,1 juta ton. Cina mengalami kenaikan produksi 9 persen dan merupakan pemasok anggur terbesar didunia, yaitu sekitar 40 persen. Turki, Amerika Serikat, Chili akan relatif tetap produksinya. Meksiko, Rusia dan Uni Eropah akan mengalami peningkatan produksi anggur. Pada periode 2012/2013 produksi pir dunia relatif tetap, yaitu 21,9 juta ton. Cina menghasilkan 75 persen dari total produksi dunia (16,5 juta ton) atau naik 25 persen selama lima tahun terakhir. Ekspor pir dari Cina relatif tetap karena peningkatan produksi sebagian besar diserap pasar domestik. Produksi Uni Eropa diperkirakan turun 25 persen, Argentina naik 8 persen, Amerika Serikat turun 10 persen, Afrika Selatan tidak berubah, Rusia dan Brazil masing-masing turun 10 dan 11 persen (USDA, 2012). Indonesia harus bersiap menerima limpahan ekspor apel dan anggur dari negara-negara produsen. Sementara itu pir masih akan terus dieskpor dengan jumlah yang mungkin menurun dibanding periode sebelumnya.

Struktur Pasar Struktur pasar dalam suatu industri akan menentukan perilaku dan kinerja pasar tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar buah-buahan yang beredar di pasar dalam negeri berasal dari impor. Struktur pasar buah di Jakarta antara importir, grosir, dan pedagang pengumpul adalah oligopoli. Sedangkan strukur pasar pedagang pengecer adalah monopolistik.

8

Saptana et al. (2012) menyebutkan bahwa struktur pasar melon telah melibatkan banyak petani bebas, petani mitra pedagang, kelompok tani, pedagang pengumpul lokal dan antar daerah, perusahaan mitra, dan juga lembaga keuangan yang mendukung kegiatan pemasaran melon. Perusahaan mitra pemasaran bekerja sama dengan pasar modern yang menjual melon dengan kualifikasi terbaik. Melon dengan kualitas di bawah spesifikasi pasar modern dijual di pasar tradisional secara grosir atau eceran. Suherman(2008) melakukan analisis sensitivitas pasar nenas terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan menyimpulkan bahwa perubahan satu persen kenaikan kurs dollar terhadap rupiah akan berdampak pada struktur biaya input sampai dengan 15 persen, dan menurunkan harga output sebesar 40 persen, sehingga nenas kehilangan daya saing. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku manajemen risiko harga pada pasar nenas masih rendah dan perlu diperbaiki. Strategi Pasar Perilaku antar pedagang, terutama antara grosir dan importir buah impor di Jakarta adalah dengan prinsip saling kenal. Sementara itu perilaku antara pedagang pengumpul dan pedagang grosir untuk buah lokal adalah kawan sekampung (Syamsuri, 2002). Hubungan pemasok buah ke jaringan supermarket bersifat formal dengan perjanjian yang mengikat. Perilaku konsumen membeli buah-buahansegar didorong motivasi untuk menjaga kesehatan, terutama gangguan pencernaan. Konsumen memperoleh informasi manfaat buah dan jenis buah yang perlu dikonsumsi sebagian besar dari komunikasi pribadi.Namun, frekuensi pembelian buah segar relatif rendah, berkisar 23 kali per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar buah masih memerlukan kegiatan promosi yang besar dengan memanfaatkan media cetak, sehingga lebih banyak masyarakat yang akan mengkonsumsi buah-buahan (Patiroi, 2008). Kinerja pasar Konsumen secara umum akan membeli produk buah-buahan yang banyak tersedia di pasar dan harganya terjangkau. Buah-buahan lokal juga digemari masyarakat, tetapi peredaran buah lokal di pasar bersifat musiman, kualitasnya pada taraf tertentu kurang bagus dan harganya juga mahal. Konsumen yang memiliki daya 9

beli tinggi akan lebih menyukai buah-buahan impor. Pasar buah dalam negeri hingga sekarang dikuasai buah impor. Jika hanya melihat pasar buah dalam negeri maka akan sangat sulit untuk bersaing. Pasar ekspor sebenarnya juga terbuka, tetapi belum dikelola dengan baik (Agroprima, 2012). Hutabarat et al. (2009) menyebutkan bahwa usahatani pisang jenis Mas Kirana bersifat organik, pemasarannya menggunakan sistem kemitraan antara kelompok tani dengan perusahaan eksportir buah dengan melibatkan beberapa pedagang pengumpul untuk penjualan pisang yang diluar kualitas utama. Pasar pisang jenis Mas Kirana masih potensial, dicerminkan oleh permintaan yang lebih tinggi dari penawaran/produksi, sehingga belum dapat memenuhi permintaan ekspor.Namun, dari sisi teknologi terdapat hambatan untuk menahan masa kemasakan buah untuk sampai negara tujuan ekspor.Hal ini menjadi hambatan eksternal untuk ekspor karena preferensi negara tujuan ekspor yang menetapkan spesifikasi pisang jenis Mas Kirana masih dalam keadaan segar dan berkulit hijau di pelabuhan impor. Struktur pasar pisang Mas Kirana perlu diperbaiki apabila ekspor akan menjadi tujuan utama pemasaran, terutama dari faktor teknologi, kapasitas produksi, dan pembiayaan. Kebijakan Pemerintah Nilai impor produk hortikultura terus mengalami peningkatan sejalan dengan kecenderungan

menaiknya

permintaan

di

dalam

negeri.Tahun

2007,

nilai

importercatat hanya AS$ 798 juta, namun empat tahun kemudian sudah melonjak mencapai AS$ 1,7 milyar (2011). Pada semester pertama tahun 2012, nilai impor produik hortikultura sudah mencapai AS$ 1 milyar dengan sekitar AS$ 600 juta diantaranya adalah nilai impor buah (Arifin, 2013).Nilai impor yang sangat besar ini harus diwaspadai karena menyangkut pertumbuhan produk hortikultura, khususnya buah-buahan, di dalam negeriyang menyangkut kesejahteraan petani.Dengan semua keterbatasan pengembangan produk hortikultura secara lokal, upaya memperbaiki infrastruktur pertanian hortikultura dan perbaikan kinerja perdagangan di dalam negeri sangat dibutuhkan untuk membangun persaingan yang sehat dengan produk sejenis yang berasal dari luar negeri.

10

Permentan No. 60/2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura diharapkan dapat mengurangi laju impor buah lokal terutama saat panen buah di dalam negeri.Sedangkan Permendag No. 60/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikulturabahwa hortikultura, termasuk buah-buahan, hanya bisa dilakukan jika kebutuhan konsumsi masyarakat belum terpenuhi. Untuk pengendalian impor buahbuahan juga diterbitkan Permentan No. 42/2012 yang mengatur tentang pembatasan pelabuhan impor produk hortikultura.Walaupun demikian ada empat negara yang bisa memasukkan produk buah dan sayuran melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru karena sudah memiliki Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan Indonesia. Pembatasan impor yang diberlakukan terhadap 13 jenis produk hortikultura selama satu semester pertama tahun 2013 oleh Kepala Pusat Perlindungan Varietas dan Perijinan Pertanian (PPVT-PP) diduga tidak berdampak besar terhadap kinerja produk hortikultura nasional atau hanya bersifat sementara memberi keleluasaan kepada produk lokal untuk menguasai pasar. Jika kinerja produk hortikultura lokal tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas yang setara dengan produk impor, kebijakan impor yang ditempuh saat ini tidak memberi manfaat yang optimal.Standar kualitas yang ketat terhadap produk impor yang diberlakukan sama untuk seluruh tempat masuk produk impor harus diberlakukan, sebagaimana yang diberlakukan oleh negara tujuan ekspor dari Indonesia. Pengalaman Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah mengekspor buah apukat (avocado) segar ke Singapura dan Malaysia menunjukkan ketatnya penerapan berbagai standar (Kompas, 2013), termasuk pemeriksaan pihak pembeli terhadap keamanan produk yang diekspor tersebut di lokasi pertanaman. Tidak dapat disangkal bahwa penerapan berbagai standar internasional terhadap produk hortikultura yang masuk ke Indonesia termasuk longgar, sementara produk hortikultura Indonesia yang diekspor ke berbagai negara diberlakukan pengawasan sangat ketat.Keseimbangan perlakuan terhadap perdagangan produk hortikultura ini menjadi semakin penting karena menyangkut penerimaan negara, pengusaha, dan petani.

11

III. 3.1.

METODOLOGI

Kerangka Pemikiran Peredaran buah-buahan impor di pasar dalam negeri tidak bisa dihindari

seiring dengan globalisasi perekonomian.Kondisi ini semakin nyata dengan diberlakukannya ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) sejak Januari 2010.Buahbuahan segar asal Cina banyak dijual di berbagai penjuru tanah air, baik di supermarket maupun di pasar tradisional. Di lain pihak, globalisasi juga memberi kesempatan negara kita untuk mengekspor produk buah-buahan ke pasar internasional. Pasar buah-buahan di dalam negeri dipengaruhi oleh pasokan dan permintaan.Pasokan buah dalam negeri selain berasal dari produksi lokal juga dipasok melalui impor. Kondisi perekonomian akan mempengaruhi struktur pasar yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap strategi pasar. Kinerja pasar merupakan hasil dari strategi pasar. Sebaliknya, struktur pasar bisa berpengaruh terhadap perekonomian dan strategi pasar bisa mempengaruhi struktur pasar. Secara umum kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi perekonomian, struktur, strategi, dan kinerja pasar (Gambar 1). Walaupun nilai buah impor hanya sekitar 5 persen dari nilai produksi buah lokal, tetapi secara psikologis bisa menekan harga buah lokal.Buah segar termasuk yang tidak tahan lama untuk disimpan, sehingga harus cepat laku jika sudah dipasarkan atau akan membusuk. Dengan demikian risiko sebagai pedagang buah, khususnya pengecer, relatif tinggi karena buah termasuk poduk yang mudah rusak (perishable).Buah juga tidak tersedia sepanjang tahun karena panennya bersifat musiman.Produksi lokal akan melimpah di pasar selama musim panen dan berkurang setelah musim panen selesai. Masuk buah impor pada musim panen buah lokal bisa menyebabkan harga buah turun drastis.Seharusnya pada musim panen buah lokal kita mampu mengekspor untuk mengurangi surplus di pasar lokal agar harga jual di tingkat petani bisa terkendali.Permentan No. 60/2012 tentang rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH), Permendag No. 60/2012 tentang ketentuan impor produk hortikultura, dan Permentan No 42/2012 tentang pembatasan pelabuhan impor buah

12

dan sayur segar mempengaruhi pasokan buah di dalam negeri yang berasal dari impor.

Gambar 1. Kerangka pemikiran struktur, strategi, dan kinerja pasar buah dalam negeri (dimodifikasi dari Carlton and Perloff, 2000).

13

Permintaan buah, baik produksi lokal maupun impor, terus bertambah seiring peningkatan pendapatan masyarakat maupun pertumbuhan penduduk.Elastisitas harga

buah

terhadap

pendapatan

relatif

rendah

jika

harga

buah

relatif

murah.Elastisitas harga buah bisa meningkat jika harga naik sementara pendapatan konsumen tetap.Hal ini berarti konsumsi atau pembelian buah per kapita bisa berkurang jika harga dianggap relatif mahal.Buah impor pada taraf tertentu tidak mempunyai substitusi langsung dengan buah lokal, misalnya pir, kiwi, dan anggur.Konsumen buah-buahan impor tersebut bersedia membayar dengan harga lebih tinggi jika penawaran berkurang karena tidak ada substitusinya.Cara pemasaran buah relatif kreatif, yaitu relatif sangat dekat kepada konsumen, baik di supermarket, pinggir jalan hingga ke pasar tradisional.Konsumen tidak punya hambatan untuk membeli buah selama mempunyai daya beli. Struktur pasar buah diindikasikan oleh jumlah penjual dan pembeli.Petani buah

lokal

dalam

memasarkan

produknya

mempunyai

posisi

sebagai

penjual.Sementara itu pedagang buah merupakan pembeli buah petani.Pedagang pengumpul buah lokal jumlahnya relatif sedikit.Buah impor dipasok oleh importir. Penjual maupun importir buah jumlahnya relatif sedikit yang memungkinkan tidak terjadi persaingan secara sehat.Pada taraf tertentu, buah impor dan buah lokal walaupun sejenis mempunyai segmen pasar masing-masing.Struktur pasar lain adalah hambatan masuk sebagai pordusen maupun distributor dan di dalamnya termasuk struktur biaya yang tidak murah. Strategi pasar meliputi penentuan harga jual oleh produsen kepada pedagang dan oleh pedagang kepada konsumen.Strategi produk yang digunakan oleh pedagang eceran umumnya menjual buah lokal maupun buah impor di tempat yang sama. Pembelian oleh pedagang pengumpul kepada petani buah biasanya dengan cara ditebas, selanjutnya disalurkan melalui pengecer termausk supermarket tergantung kualitas buah. Importir biasanya punya kontrak dengan pedagang (distributor) buah untuk pasar lokal.Di lain pihak, penelitian dan inovasi terus dilakukan oleh pemerintah (Badan Litbang Pertanian) maupun lembaga lain seperti Perguruan Tinggi untuk menghasilkan varietas yang lebih sesuai dengan permintaan

14

pasar. Promosi secara langsung oleh produsen sangat jarang dilakukan, tetapi pedagang biasanya mempromosikan buah impor. Volume dan nilai penjualan buah merupakan indikasi kinerja pasar.Permintaan yang tinggi dan diimbangi penawaran penawaran yang memadai bisa meningkatkan transaksi.Harga eceran buah juga menentukan kinerja pasar.Harga yang terlalu tinggi mengindikasikan penawaran yang kurang dan harga terlalu rendah biasa dijumpai jika sedang musim buah apalagi jikapada waktu yang bersamaan buah impor diijinkan masuk pasar lokal.Keuntungan yang normal merupakan indikasi bahwa pasar buah berjalan baik.Preferensi konsumen terhadap jenis buah tertentu atau terhadap buah lokal atau impor juga merupakan indikasi kinerja pasar.Selanjutnya juga akan diketahui apakah pasar buah di dalam negeri terintegrasi dengan baik atau bias ke pedagang. 3.2.

Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan penelitian meliputi studi pustaka untuk mempelajari penelitian sejenis

yang pernah dilakukan maupun memperdalam teori yang digunakan untuk metodologi. Disamping itu penelitian ini juga mempelajari Permentan No. 60/2012 tentang rekomendasi impor produk hortikultura dan Permendag No. 60/2012 tentang ketentuan ekspor hortikultura, dan peraturan lain yang terkait seperti Permentan No. 42/2012. Survei ke lapang juga dilakukan untuk memperoleh data primer dan informasi terkini tentang pasar buah-buahan di dalam negeri. Survei juga dilakukan di daerah penghasil buah-buahan yang produknya dijual di dalam maupun di luar negeri. 3.3.

Lokasi Penelitian dan Responden

3.3.1. Dasar Pertimbangan Survei akan dilakukan di daerah penghasil utama buah-buahan dalam negeri dimana produsen berdomisili dan membudidayakan buah-buahan. Disamping itu pasar buah-buahan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan hingga desa dimana dijual buah-buahan impor maupun buah-buahan dalam negeri akan menjadi lokasi survei.

15

3.3.2. Lokasi dan Responden Penelitian akan dilakukan di daerah pintu masuk impor buah, daerah produksi buah, dan daerah yang konsumennya potensial. Daerah pemasukan buah impor yang dipilih adalah Sumatera Utara, Jakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Lokasi produsen buah dipilih Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur.Daerah konsumsi buah dipilih Jakarta, Banten, dan Bali (Tabel 2). Tabel 2.Justifikasi lokasi penelitian No.

Provinsi

Daerah Impor

Daerah Produksi V

Daerah Konsumsi V

1.

Sumatera Utara

V

2.

Banten

V

V

3.

Jakarta

V

V

4.

Jawa Barat

5.

Jawa Timur

6.

Bali

7.

Sulawesi Selatan

V

V

V

V

V V

V

V

V

Responden yang akan dijadikan sumber data dan informasi meliputi Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Perdagangan, Dewan Hortikultura Nasional, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota lokasi survei, importir buah-buahan, produsen buah-buahan, distributor dan pengecer buahbuahan, serta konsumen (Tabel 3).

16

Tabel 3.Jumlah dan jenis responden penelitian No. 1. 2. 3. 4.

5. 6.

7.

3.4.

Jenis responden Importir buah Distributor buah impor Distributor buah lokal Pengecer buah a. Pasar modern

Jumlah 4 8 8 14

b.

Pasar tradisional

14

c.

Eceran (kios, lapak)

28

Produsen (petani) Konsumen a. Lembaga (hotel, RS, restoran, dsb) b. Rumah tangga c. Industri pengolahan Instansi a. Ditjen Hortikultura b. BKP (Balai Karantina Pertanian) c. Ditjen P2HP d. Badan pusat statistik e. Kemendag f. Dinas Pertanian g. Disperindag h. Lembaga penelitian/Universitas i. EMKL Jumlah

8 14 14 7 1 5 1 1 1 4 4 4 2 142

Lokasi Jakarta (4) Sumut (2), Jakarta (2), Jatim (2), Sulsel (2) Sumut (2), Jakarta (2), Jatim (2), Sulsel (2) Sumut (2), Banten (2), Jakarta (2), Jabar (2), Jatim (2), Bali (2) Sulsel (2) Sumut (2), Banten (2), Jakarta (2), Jabar (2), Jatim (2), Bali (2) Sulsel (2) Sumut (4), Banten (4), Jakarta (4), Jabar (4), Jatim (4), Bali (4) Sulsel (4) Sumut (2), Jabar (2), Jatim (2), Sulsel (2) Sumut (2), Banten (2), Jakarta (2), Jabar (2), Jatim (2), Bali (2) Sulsel (2) Sumut (2), Banten (2), Jakarta (2), Jabar (2), Jatim (2), Bali (2) Sulsel (2) Banten (1), Jakarta (2), Jabar (2), Jatim (2) Jakarta Sumut (1), Jakarta (1), Surabaya (1), Banten (1), Sulsel (1) Jakarta Jakarta Jakarta Sumut (1), Jabar (1), Jatim (1), Sulsel (1) Sumut (1), Jabar (1), Jatim (1), Bali (1) Sumut (1), Jabar (1), Jatim (1), Sulsel (1) Jakarta (2) 142

Data dan Metode Analisis

3.4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer akan diperoleh dari importir, distributor, pengecer, dan konsumen. Data primer meliputi volume, jenis, dan harga buah-buahan yang dijual maupun dikonsumsi. Data sekunder meliputi luas panen dan volume produksi buahbuahan dalam negeri, volume dan jenis serta harga buah-buahan dalam negeri maupun impor yang beredar di pasar dalam negeri, serta volume dan nilai ekspor buah. Disamping itu juga akan dikumpulkan berbagai peraturan atau kebijakan terkait 17

produksi dan pemasaran buah-buahan. Buah yang akan dikaji adalah 10 jenis buah impor dan substitusinya, yaitu pisang, nanas, mangga, jeruk, anggur, melon, pepaya, apel, durian, lengkeng. Penentuan buah substitusi impor adalah berdasarkan Permentan No. 12/2012, yaitu tentang pengaturan impor komoditas hortikultura yang meliputi sayuran (7 jenis), buah-buahan 10 jenis, dan bunga 3 jenis. 3.4.2. Metode Analisis Penelitian ini akan menggunakan metode structure, conduct, and performance (SCP) untuk menganalisis pasar buah-buahan dalam negeri. Disamping itu juga akan dianalisis kebijakan pemerintah terkait komoditas buah-buahan. Tujuan 1: Menganalisis struktur pasar buah-buahan di dalam negeri. Rasio konsentrasi buah-buahan di pasar dalam negeri akan dihitung berdasarkan jenis, volume, dan nilai buah-buahan impor maupun produksid dalam negeri. Struktur pasar akan dianalisis dengan rumus sebagai berikut:

dimana: CRm adalah rasio konsentrasi dari sebanyak m produsen/pedagang buah terbesar.Dalam hal ini jika rasio empat produsen/pedagang terbesar memiliki pangsa lebih dari 40 persen maka bisa disebut oligopoli. Pi adalah total pangsa pasar dari m produsen/pedagang buah terbesar dalam persen. Pangsa pasar diukur melalui volume atau nilai penjualan buah selama setahun terakhir. Pangsa pasar produsen maupun pedagang buah juga akan diukur menggunakan Kurva Lorenz. Kurva ini menggambarkan hubungan pangsa pasar kumulatif (dalam persen) terhadap kumulatif pedagang atau produsen. Semakin jauh kurva dari garis keseimbangan, menunjukkan bahwa pangsa pasar tidak terdistribusi secara baik. Secara deskriptif juga akan dikaji hambatanmasuk/hambatan keluar

18

pasar buah-buahan. Disamping itu juga akan dikaji diferensiasi produk dan struktur ongkos produksi dan distribusi. Tujuan 2: Menganalisis perilaku pasar buah-buahan di dalam negeri. Perilaku pasar buah-buahan akan dianalisis dengan cara mendeskripsikan jalur pemasaran buah oleh importir dan distributor untuk buah impor, serta cara pemasaran oleh produsen buah maupun pedagang pengumpul dan pengecer untuk buah lokal. Kajian ini juga akan mengumpulkan informasi sejauh mana lembaga penelitian telah mengembangkan varietas buah agar bisabersaing dengan buah impor maupun untuk menembus pasar ekspor. Tujuan 3: Menganalisis manfaat dan kinerja pasar buah-buahan di dalam negeri. Kinerja pasar buah-buahan dianalisis menggunakan volume, harga, dan nilai penjualan buah-buahan impor maupun produksi dalam negeri. Juga akan dibandingkan keuntungan distributor dan pengecer buah impor dengan buah produksi dalam negeri. Keuntungan produsen buah akan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

dimana: : keuntungan produsen buah (Rp) q

: volume produksi (kg atau satuan lain)

p

: harga produk (Rp)

k

: volume sarana produksi (kg atau satuan lain)

r

: harga sarana produksi (Rp)

Keuntungan pedagang buah diestimasi menggunakan rumus berikut: dimana: : keuntungan pedagang buah (Rp) q

: volume buah (kg)

pb

: harga beli buah (kg)

pj

: harga jual buah (kg)

19

Preferensi konsumen buah akan diukur dari banyaknya pembelian oleh konsumen atau penjualan oleh pengecer untuk buah-buahan impor maupun produksi dalam negeri. Efisiensi transmisi harga buah akan diukur dengan model integrasi pasar sebagai berikut: (i) Pft = a0 + a1Pft-1 + a2(Pwst-Pwst-1) + a3Pwst-1 + ut (ii) Pwst = b0 + b1Pwst-1 + b2(Prt-Prt-1) + b3Prt-1 + et dimana: Pft

: harga produsen pada waktu t

Pft-1

: harga produsen pada waktu t-1

Pwst

:harga

distributor pada waktu t

Pwst-1 : harga distributor pada waktu t-1 Prt

: harga eceran pada waktu t

Prt-1

: harga eceran pada waktu t-1

a0, b0 : intersep masing-masing pada persamaan (i) dan (ii) a1, a2,a3, b1,b2,b0 ut, et

: koefisien regresi

: galat acak

Integrasi pasar akan diukur dari rasio a1/a3 dan b1/b3. Koefisien a2 dan b2 menentukan kondisi umum pasar yang mempengaruhi tingkat harga pasar referensi yang ditransmisikan ke pasar lokal.Jika a2 dan b2sama dengan satu, maka perubahan harga pasar referensi ditransmisikan secara penuh ke pasar lokal. Integrasi pasar akan tercapai jika rasio tersebut mendekati 0. Dalam jangka pendek akan tercapai integrasi jika nilai rasio tersebut kurang dari 1. Tujuan 4: Menganalisis efektivitas Permentan No. 60/2012 tentang rekomendasi impor produk hortikultura, khususnya buah-buahan. Efektivitas Permentan No. 60/2012 tentang rekomendasi impor produk hortikultura, khususnya buah-buahan, terhadap penurunan impor buah dan pertumbuhan

produksi

buah-buahan

dalam

negeri

akan

dianalisis

dengan

membandingkan kondisi sebelum pemberlakuan dan sesudahpemberlakuan (ex-ante dan ex-post) peraturan ini. Juga akan dianalisis kebijakan terkait dengan Permentan ini, yaitu Permendag No. 60/201 dan Permentan No. 42/2012.

20

IV.

ANALISIS RISIKO

Tabel 4. 1. Daftar Risiko dan Penanganan Risiko No.

Risiko

Penyebab

Dampak

PPK tidak menyiapkan dana penelitian tepat waktu atau anggaranterlambat turun Menjaga rahasia data perusahaan

Penelitian tidak bisa diselesaikan tepat waktu

1.

Dana untuk penelitian tidak tersedia sesuai jadwal penelitian

2.

Importir buahbuahan tidak terbuka tentang data struktur ongkos, serta jenis, volume, dan harga produk Sebagian anggota Kondisi yang tidak tim penelitian terduga atau tugas tidak bisa mendadak melaksanakan penelitian sesuai jadwal, misalnya karena sakit, atau tugas lain.

3.

Penanganan Risiko PPK harus menyediakan dana sesuai jadwal penelitian yang telah disepakati

Data dan informasi yang dikumpulkan kurang lengkap

Memperoleh data dan informasi secara lengkap melalui bantuan distributor terkait atau pihak lain

Memerlukan waktu lebih lama dalam pengumpulan dan analisis data serta penulisan laporan

Anggota tim yang ada melaksanakan tugas penelitian yang menjadi kewajiban anggota tim yang berhalangan

21

V.

TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA

5.1. Susunan Tim Pelaksana Nama

Gol.

Instansi/ Unit Kerja

Kedudukan dalam Tim

Dr. Bambang Sayaka

IV/c

PSE-KP

Ketua Tim

Dr. Sahat Pasaribu

IV/c

PSE-KP

Anggota

Dr. Delima H. Azahari

IV/e

PSE-KP

Anggota

Sri Nuryanti, STP, MP

III/d

PSEK-KP

Anggota

Ir. Yuni Marisa

III/d

PSEK-KP

Anggota

Edi A. Saubari, AMd

III/a

PSEK-KP

Anggota

PM

BPTP Jatim

PM

BPTP Jatim

JabatanFungsional/ Bidang Keahlian Peneliti Madya/Ekonomi Pertanian Peneliti Utama/Ekonomi Pertanian Peneliti Madya/Ekonomi Pertanian Peneliti Madya/ Ekonomi Pertanian Peneliti Pertama/Ekonomi Pertanian Staf Subid Pendayagunaan Hasil Analisis /Teknik Informatika dan Komputer

22

5.2.

No.

Jadwal Pelaksanaan Bulan

Kegiatan 1

1. 2. 3.

4.

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Persiapan dan penyusunan proposal Seminar proposal Perbaikan proposal, penyusunan juklak dan kuesioner Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data primer

5.

Pengolahan data

6.

Analisis data

7.

Penulisan laporan

8.

Seminar hasil penelitian

9.

Perbaikan laporan

10.

Penggandaan laporan

DAFTAR PUSTAKA Agroprima. 2012. AESBI: Kualitas Bibit Sayur dan Buah Indonesia Rendah. http://agro. agroprima. com. 29 Juni 2012. Arifin, B. 2013.Dipolomasi Hortikultura Dimulai dari Dalam Negeri.Harian Kompas, 4 Februari 2013. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2011. Ekspor-Impor 2007-2011. Jakarta. Carlton, D. W. and J. M. Perloff.2000. Modern Industrial Organization. Third Edition.Addison-Wesley Publishing Company. Reading, Massachusets. Fajar Online. 2012. Buah dan Sayur Kurang DigemariSulsel Jadi Pusat Perbenihan Kentang.http://www. fajar. co. id/read-20121013234507-buah-dan-sayurkurang-digemari. Minggu, 14 Oktober 2012 | 23:45:07 WITA. Global Business Guide Indonesia(2012). Overview of Indonesia’s Horticulture Sector - Fruit & Vegetables. http://www. gbgindonesia. com/agriculture Hutabarat, B. , M. Husein Sawit, Delima H. Azahari, Erna Maria Lokollo, Saktyanu K. Dermoredjo, Andi Askin, Wahida, Helena J. Purba, Frans B. M. Dabukke, Sri Nuryanti, 2009, Respons Usahatani Skala Kecil Terhadap Liberalisasi 23

Perdagangan, Laporan Hasil Penelitian, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Kementerian Hukum dan Hak asasi Manusia. 2012. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 03/Permentan/Ot. 140/1/2012 Tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura. Jakarta. Kementerian Perdagangan. 2012. Peraturan menteri Perdagangan RI No. 30/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2012a. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 60/2012/Permentan/OT.140/9/2012 Tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura.Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.Jakarta. Kementerian Pertanian. 2012b. Perencanaan Tenaga Kerja Sektor Pertanian 20122014. Jakarta. Komisi Pengawas Persaingan Usaha .1999. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jakarta. Kompas.2013. Terapkan Standar Kualitas Produk Impor. Harian Kompas, 2 Februari 2013. Jakarta. Patiroi, Andi Ihwan, 2008, Analisis Kepuasan Konsumen Buah-buahan Segar di Swalayan Surya Indah Studi Kasus di Bone Propinsi Sulawesi Selatan, Skripsi, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, IPB. Parkin, M. 2008.Economics.Edition 8th.New York: Pearson. Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2012.Buku Saku Statistik MakroSektor Pertanian Volume4No. 2 Tahun 2012.Kementerian Pertanian. Jakarta Saptana, Adang Agustian, Sunarsih, 2012, Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Komoditas Melon dan Semangka, Bunga Rampai: Rantai Pasok Komoditas Pertanian Indonesia, Lokollo Ed. , IPB Press. Suherman, Agus, 2008. Daya Saing Buah Nenas (Ananas comosus L. ) Kasus di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor dan Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, Skripsi, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, IPB. Syamsuri, P. 2002. Analisis Efisiensi Pemasaran Buah Lokal dan Buah Impor di DKI Jakarta. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 147 hal. USDA.2012. Fresh Deciduous Fruit (Apples, Grapes, & Pears):World Markets and Trade. Foreign Agriultural Service. www. fas. usda. gov/psdonline/circulars/fruit. pdf.

24

Tabel Lampiran 1. Nilai Ekspor Buah Indonesia, 2007-2011 (US dolar) No. Komoditas 1 Nanas 2 Manggis 3 Anggur 4 Mangga 5 Jeruk 6 Pisang 7 Pepaya 8 Rambutan 9 Strawberi 10 Melon 11 Semangka 12 Apel 13 Nangka 14 Belimbing 15 Pir 16 Durian 17 Langsat 18 Buah Lain Total Ekspor

2007 71. 627. 610 4. 951. 442 272. 680 1. 004. 186 1. 023. 285 856. 127 15. 349 293. 756 462. 048 50. 381 232. 160 231. 940 4. 411 104 13. 322 6. 455 12. 419. 097 93. 464. 353

2008 204. 552. 168 5. 832. 534 114. 684 1. 645. 948 1. 520. 606 988. 914 567 421. 034 352. 514 53. 808 471. 082 228. 976 6. 903 190 1. 507 84. 130 10. 292 18. 481. 468 234. 767. 325

2009 139. 748. 151 7. 198. 184 111. 298 1. 334. 694 1. 980. 921 341. 037 125. 569 398. 455 469. 362 105. 930 281. 122 186. 722 11. 750 86 176 16. 239 9. 882 11. 969. 532 164. 289. 110

2010 143. 484. 192 8. 754. 427 3. 730. 022 1. 065. 259 1. 985. 168 48. 305 102. 951 339. 070 585. 020 339. 596 25. 783 160. 777 38. 905 182 14. 849 12. 433. 400 173. 107. 906

2011 203. 790. 312 9. 985. 684 9. 582. 386 2. 024. 952 1. 171. 930 1. 011. 593 514. 670 393. 007 376. 321 334. 124 142. 937 113. 921 3. 545 1. 026 60 12. 136. 147 241. 582. 615

Pertumbuhan 50% 19% 837% 29% 10% 465% 5583% 10% 0% 81% 107% -16% 67% 190% -30% 254% 0% 4% 42%

Sumber: BPS (2011).

25

Tabel Lampiran 2. Nilai Impor Buah Indonesia, 2007-2011 (US dolar) No. Komoditas 1 Jeruk 2 Apel 3 Anggur 4 Pir 5 Durian 6 Strawberi 7 Pisang 8 Mangga 9 Nanas 10 Semangka 11 Melon 12 Pepaya 13 Nangka 14 Rambutan 15 Manggis 16 Langsat 17 Belimbing 18 Buah Lain Total Impor

2007 98. 207. 157 113. 347. 097 51. 042. 098 68. 618. 549 28. 681. 993 996. 444 39. 222 725. 379 297. 695 422. 805 263. 280 26. 861 1. 139 64. 266 13. 577 2. 333 634 86. 667. 062 449. 417. 591

2008 123. 710. 639 113. 883. 684 51. 475. 164 65. 682. 792 30. 829. 557 1. 280. 618 65. 501 603. 661 1. 995. 258 224. 015 251. 276 96. 040 2. 341 72 444 83. 733. 409 473. 834. 471

2009 192. 444. 606 130. 721. 409 69. 908. 828 69. 869. 660 35. 955. 390 938. 340 349. 346 554. 523 248. 169 286. 893 377. 485 130. 366 7. 995 12. 825 4. 929 76. 218 1. 017 123. 358. 969 625. 246. 968

2010 183. 115. 772 170. 673. 734 86. 509. 928 87. 831. 209 34. 704. 684 769. 528 1. 565. 852 817. 256 247. 692 609. 071 428. 707 394. 193 22. 881 12. 287 7. 024 68. 872 7. 190 118. 110. 102 685. 895. 982

2011 211. 089. 260 189. 336. 608 121. 217. 600 106. 753. 329 38. 192. 411 1. 072. 230 849. 998 808. 043 461. 567 446. 045 358. 106 147. 641 50. 501 15. 700 14. 655 2. 150 334 185. 423. 399 856. 239. 577

Pertumbuhan 23% 14% 25% 12% 8% 6% 201% 5% 142% 17% 11% 108% 77% 6% 45% -26% 153% 24% 18%

Sumber: BPS (2011).

26