ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG) DISUSUN OLEH : Lusy Suprajadi, SE, Ak., M.Ak, CPA Elvy Maria Manurung, SE., Ak., MT Sylvia Kumala Dewi, SE, MBA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2011
ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG) DISUSUN OLEH : Lusy Suprajadi, SE, Ak., M.Ak, CPA Elvy Maria Manurung, SE., Ak., MT Sylvia Kumala Dewi, SE, MBA
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2011
ABSTRAK Objek penelitian adalah analisis terhadap sistem dan prosedur pelaporan perpajakan di PT Sriwijaya. PT Sriwijaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan kain untuk industri otomotif (lokal dan ekspor), dengan skala menengah ke atas. PT Sriwijaya berencana melakukan restitusi PPN untuk tahun pajak 2010. Untuk memperlancar pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Fiskus, PT Sriwijaya harus mempunyai dokumentasi yang baik terkait dengan perhitungan dan pelaporan pajaknya. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk meneliti tentang sistem dan prosedur pelaporan perpajakan yang dijalankan oleh PT Sriwijaya saat ini. Sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalah sistem self assessment yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Untuk menguji pemenuhan kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan sistem self assessment, Fiskus melakukan pemeriksaan (Setiawan dan Musri, 2007:22). Adanya ketentuan mengenai pemeriksaan, Wajib Pajak sebaiknya menyusun sistem dan prosedur pelaporan demi terlaksananya pemenuhan kewajiban perpajakan dan terhindar dari pengenaan sanksi. Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dari sisi waktu, tidak ada keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN maupun PPh, namun dari sisi prosedur pelaporan pajaknya, masih ada beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut terkait dengan pengarsipan dokumen dan tidak adanya pengecekan ulang sebagai aktivitas pengendalian, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan (human error). Untuk mengatasi permasalahan tersebut ditambahkan proses pengecekan terhadap kelengkapan data dan kebenaran data yang diperlukan dalam dokumen perpajakan, serta disarankan untuk melakukan pengarsipan secara berurut terhadap dokumen perpajakan khususnya faktur pajak. Selain itu perlu ditambahkan proses pengecekan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan Supervisor Accounting oleh Kepala Bagian Accounting, serta perlu dilakukan penomoran (prenumbered) terhadap dokumen-‐dokumen yang terkait dengan perpajakan.
i
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................................ i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. v DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... vi BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1.
Latar Belakang Penelitian ............................................................................... 1
1.2.
Identifikasi Masalah ........................................................................................ 2
1.3.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................................. 2
1.4.
Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 2
1.5.
Metode Penelitian ............................................................................................ 4
1.6.
Jadwal dan Lokasi Kegiatan Penelitian ........................................................ 4
1.7.
Rencana Anggaran ........................................................................................... 5
1.8.
Tim Peneliti ....................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................. 6 2.1
Pajak Pertambahan Nilai .............................................................................. 10
2.1.1. 2.1.2. 2.2
Pajak Penghasilan .......................................................................................... 16
2.2.1. 2.2.2. 2.3
Sistem Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Sriwijaya ................ 10 Analisis Sistem Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Sriwijaya . 14 Sistem Pelaporan Pajak Penghasilan PT Sriwijaya ............................ 16 Analisis Sistem Pelaporan Pajak Penghasilan PT Sriwijaya ............ 21
Prosedur Pelaporan Pajak yang Diusulkan ............................................... 24
2.3.1. 2.3.2.
Prosedur Pelaporan PPN yang Diusulkan ......................................... 24 Prosedur Pelaporan PPh yang Diusulkan .......................................... 25
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 30 3.1.
Kesimpulan ..................................................................................................... 30
3.2.
Saran ................................................................................................................ 32
ii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Sriwijaya .......................................................... 6 Gambar 2.2. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPN ......................... 14 Gambar 2.3. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 21 ........... 18 Gambar 2.4. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 23 ........... 19 Gambar 2.5. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 25 ........... 20 Gambar 2.6. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Badan .............. 21 Gambar 2.7. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPN yang Diusulkan ......................................................................................................................................... 25 Gambar 2.8. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 21 yang Diusulkan ....................................................................................................................... 26 Gambar 2.9. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 23 yang Diusulkan ....................................................................................................................... 27 Gambar 2.10. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 25 yang Diusulkan ....................................................................................................................... 28 Gambar 2.11. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Badan yang Diusulkan ....................................................................................................................... 29
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan ............................................................................................ 5 Tabel 2.1 Waktu Penyetoran dan Penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak Januari – Desember 2010 ............................................................................................. 14 Tabel 2.2 Kesalahan Dokumen Masa Pajak Januari – Desember 2010 .................. 15 Tabel 2.3 Rekap Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 ................................................ 22 Tabel 2.4 Rekap Pelaporan SSP PPh Pasal 23 ........................................................... 22 Tabel 2.5 Rekap Pelaporan SSP PPh Pasal 25 ........................................................... 23 Tabel 3.1 Kelemahan Sistem dan Prosedur Pelaporan Pajak PT Sriwijaya .......... 32
iv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : Bagan Alir Siklus Penjualan Lampiran B : Bagan Alir Siklus Pembelian Lampiran C : Bagan Alir Siklus Penggajian Lampiran D : Faktur Penjualan Lampiran E : Faktur Penagihan Lampiran F : Delivery Note Lampiran G : Purchase Order
v
DAFTAR PUSTAKA Bodnar, G. H., & Hopwood, W. S. (2001). Accounting Information System. New Jersey: Prentice-‐‑Hall International Inc. Hall, J. A. (2001). Accounting Information System. United States of America: South-‐‑Western College Publishing. Mardiasmo. (2009). Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Penerbit Andi. Setiawan, A., & Musri, B. (2007). Tax Audit dan Tax Review. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Undang-‐‑Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
vi
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian Bagi pemerintah, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara.
Pemungutan pajak serta ketentuan lain yang berhubungan dengan perpajakan dituangkan dalam bentuk Peraturan Perundang-‐undangan Perpajakan. Bagi setiap warga negara, baik orang pribadi maupun badan, pajak merupakan sebuah kewajiban. Oleh karena itu, setiap warga negara wajib melakukan kewajiban perpajakannya sesuai peraturan yang berlaku. Pelaporan pajak terkait dengan proses bisnis yang dijalankan oleh sebuah perusahaan. Sistem dan prosedur yang digunakan oleh sebuah perusahaan dalam mengelola sistem akuntansinya akan mempengaruhi pelaporan pajaknya. Jika terdapat kelemahan dalam sistem dan prosedur pelaporan pajak, akan menimbulkan risiko kesalahan dalam pelaporan pajaknya. Hal tersebut akan memberikan potensi dikenakan sanksi perpajakan bagi perusahaan. Untuk meminimalkan risiko dikenakannya sanksi perpajakan, perlu dilakukan analisis terhadap sistem dan prosedur pelaporan pajak yang sedang berjalan. PT Sriwijaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan kain untuk industri otomotif (lokal dan ekspor), dengan skala menengah ke atas. Saat ini PT Sriwijaya sudah mempunyai sistem dan prosedur untuk proses bisnisnya, namun belum mempunyai sistem dan prosedur secara tertulis. Selain itu, untuk tahun pajak 2010, PT Sriwijaya akan melakukan restitusi PPN. Salah satu syarat bagi perusahaan yang ingin melakukan restitusi pajak adalah dilakukannya pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak akan melibatkan pencarian dokumen-‐dokumen yang mendukung dalam perhitungan pajak. Dokumentasi yang baik merupakan salah satu aspek dalam sistem dan prosedur. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk meneliti tentang sistem dan prosedur yang dijalankan oleh PT Sriwijaya saat ini, terutama yang terkait dengan sistem dan prosedur pelaporan pajaknya. 1
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apa kelemahan sistem dan prosedur pelaporan perpajakan di PT Sriwijaya saat ini? 2. Bagaimana desain sistem dan prosedur di PT Sriwijaya untuk memperbaiki sistem dan prosedur pelaporan perpajakan saat ini? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kelemahan sistem dan prosedur pelaporan perpajakan di PT Sriwijaya saat ini; 2. Memperbaiki sistem dan prosedur pelaporan perpajakan untuk meningkatkan efektifitas pelaporan perpajakan. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Universitas Katolik Parahyangan
Kasus di PT Sriwijaya ini dapat dijadikan bahan untuk menunjang kegiatan akademik terutama dalam proses belajar mengajar. 2. Bagi pembaca Mengetahui praktik sistem pelaporan perpajakan yang sesuai dengan ketentuan undang-‐undang pajak. 1.4. Kerangka Pemikiran Sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalah sistem self assessment. Sistem ini memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Sistem ini memberikan keleluasaan bagi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sedangkan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan (Mardiasmo, 2009:7). Kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi diantaranya adalah menyelenggarakan 2
pembukuan (UU no.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU no.16 tahun 2009). Untuk menguji pemenuhan kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan sistem self assessment, Fiskus melakukan pemeriksaan (Setiawan dan Musri, 2007:22). Adanya ketentuan mengenai pemeriksaan, Wajib Pajak sebaiknya menyusun sistem dan prosedur pelaporan demi terlaksananya pemenuhan kewajiban perpajakan dan terhindar dari pengenaan sanksi. Sistem adalah sekumpulan sumber daya yang terkait untuk mencapai tujuan. Sistem informasi adalah sekumpulan prosedur formal dimana data-‐data dikumpulkan dan diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai informasi (Hall, 2001:7). Sedangkan sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti orang dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lain menjadi informasi (Bodnar dan Hopwood, 2001:1). Sistem informasi akuntansi harus dapat menghasilkan informasi yang tepat bagi pengambilan keputusan bagi perusahaan. Salah satu informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi adalah laporan keuangan dan laporan perpajakan. Salah satu tujuan utama Sistem Informasi Akuntansi adalah untuk mengendalikan sebuah organisasi bisnis. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang bertujuan untuk mencari keuntungan (profit). Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, umumnya perusahaan membentuk beberapa departemen yang menjalankan fungsi yang spesifik, misalnya Departemen Accounting. Dalam menjalankan fungsinya, seorang akuntan dapat membantu untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mendesain sistem pengendalian yang efektif dan dengan melakukan review terhadap sistem pengendalian tersebut. Dalam menjalankan tugasnya, suatu departemen mempunyai beberapa aktivitas pengolahan data menjadi informasi yang berguna bagi pengambil keputusan. Dalam suatu perusahaan, salah satu aktivitas pengolahan data menjadi informasi yang dilakukan oleh departemen accounting adalah aktivitas pelaporan perpajakan. Pelaporan pajak tersebut antara lain terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Kegiatan pelaporan pajak yang dilakukan oleh departemen accounting sebagai sub sistem suatu perusahaan harus dilakukan dengan memadai agar kegiatan 3
pelaporan perpajakan tersebut tepat waktu dan sesuai dengan Undang-‐Undang yang berlaku. Prosedur pelaporan pajak yang belum memadai dapat menyebabkan ketidaklengkapan maupun keterlambatan pelaporan pajak yang akhirnya mengakibatkan terjadinya sanksi perpajakan. 1.5. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif evaluatif, yaitu dengan meneliti keadaan yang sedang terjadi di perusahaan (melalui observasi, wawancara, serta studi dokumen). Dari hasil penelitian tersebut, akan didapatkan data yang berguna untuk melihat apakah terdapat kelemahan desain dan implementasi sistem dan prosedur perpajakan. Berdasarkan temuan-‐temuan tersebut, dapat dilakukan perbaikan terhadap desain dan implementasi sistem dan prosedur di perusahaan. Metode untuk mendapatkan data perusahaan adalah sebagai berikut : a. Observasi mendalam ke lapangan (PT Sriwijaya) yang dilakukan selama 1 semester, dengan cara mendatangi perusahaan secara langsung, mengikuti proses dan prosedur kerja yang sedang berlangsung hari demi hari. b. Wawancara dengan staf terkait, sesuai bidang yang diteliti yaitu staf akunting dan keuangan. Mencatat hasil wawancara dalam bentuk narasi (transkrip). c. Studi Dokumen, dilakukan dengan cara melihat langsung dokumen-‐dokumen yang sedang digunakan saat ini, bagaimana cara mengisinya, dan cara pelaporannya. 1.6. Jadwal dan Lokasi Kegiatan Penelitian Penelitian dimulai pada minggu pertama bulan Februari 2011 sampai dengan minggu ketiga bulan Juni 2011. Lokasi penelitian dilakukan di PT Sriwijaya, Bandung. 4
Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan
AKTIVITAS 1
Februari 2 3
4
1
Maret 2 3
4
2011 April 1 2 3
4
1
Mei 2
3
1
Observasi pendahuluan Studi dokumen Pembuatan proposal Presentasi proposal Pengumpulan data Pengolahan data Pembuatan draf l aporan penelitian Presentasi l aporan penelitian Revisi a khir l aporan penelitian
1.7. Rencana Anggaran Berbagai jenis biaya/pengeluaran yang sudah dan diperkirakan akan terjadi, adalah: 1.
Biaya Gaji dan Upah (5 Orang) @ Rp 200.000
= Rp 1.000.000
2.
Biaya Bahan Habis Pakai : kertas, alat tulis, dsb
= 250.000
3.
Transportasi pp ke perusahaan (2 orang) sbb:
4.
- Bulan Februari à 4 minggu x 5 hr x (2x2x Rp 20.000)
= 1.600.000
- Bulan Maret à 4 minggu x 5 hr x (2x2x Rp 20.000)
= 1.600.000
- Bulan April à 4 minggu x 5 hr x (2x2x Rp 20.000)
= 1.600.000
- Bulan Mei à 3 minggu x 5 hr x (2x2x Rp 20.000)
= 1.200.000
- Bulan Juni à 3 minggu x 5 hr x (2x2x Rp 20.000)
= 1.200.000
Biaya Lain : Biaya Pertemuan, pelaporan, publikasi dll
= 1.550.000
Total Perkiraan Biaya ……………………………………………………… = Rp 10.000.000 1.8. Tim Peneliti Ketua
: Lusy Suprajadi, Dra., Ak, M.Ak., CPA
Anggota
: Elvy Maria Manurung, SE., Ak., MT.
Sylvia Kumala Dewi, SE., MBA.
5
Juni 2 3
4
2
BAB 2 PEMBAHASAN
Pelaporan perpajakan yang dibahas dalam penelitian ini dikhususkan pada Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Kegiatan pelaporan pajak PT Sriwijaya merupakan proses penyusunan, penyampaian, hingga pembayaran SPT sesuai Masa Pajak. Kegiatan tersebut dapat terlaksana karena dibantu oleh sistem yang ada di perusahaan. Sistem tersebut terdiri dari entitas, dokumen, alat pengolah data berupa software khusus, dan prosedur yang berlaku. Sistem pelaporan pajak pertambahan nilai diteliti dengan membandingkannya dengan sistem pelaporan pajak pertambahan nilai yang seharusnya sesuai dengan Undang-‐Undang Pajak, untuk mengetahui tingkat efektivitas Sistem Pelaporan Pajak PT Sriwijaya. Dalam bab ini, akan dibahas tentang sistem dan prosedur pelaporan pajak yang saat ini terjadi di PT Sriwijaya. Sistem dan prosedur tersebut kemudian dievaluasi keefektifannya. Setelah itu, bila masih terdapat kelemahan, akan dilakukan perbaikan terhadap sistem dan prosedur pelaporan pajak tersebut. Sebelum membahas tentang sistem pelaporan pajak PT Sriwijaya, terlebih dahulu, akan dibahas mengenai struktur organisasi PT Sriwijaya. Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Sriwijaya Presiden Direktur
Direktur
Kepala Bagian Purchasing
Kepala Bagian Marketing
Kepala Bagian Accounting
Supervisor Purchasing
Supervisor Marketing
Supervisor Marketing
Kepala Warehouse
Kepala Bagian Human Resource
Supervisor Human Resource
Sumber : Data Perusahaan 6
Tanggung jawab dan uraian tugas masing-‐masing fungsi adalah sebagai berikut: 1. Presiden Direktur i. Mewakili pemegang saham dalam rapat direksi serta mengambil keputusan atas nama pemegang saham ii. Menentukan direksi iii. Mengevaluasi kinerja direksi 2. Direktur i. menyusun visi, misi, rencana perusahaan ii. mengkoordinasikan fungsi-‐fungsi di bawahnya dan melakukan evaluasi atas kinerja fungsi-‐fungsi tersebut iii. bertanggung jawab kepada presiden direktur 3. Departemen Purchasing a. Kepala Bagian Purchasing i. Melakukan koordinasi dan pengawasan atas pelaksanaan tugas-‐tugas di departemen purchasing ii. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengadaan barang baik lokal maupun impor iii. Memberikan laporan secara berkala (bulanan) kepada direktur iv. Melakukan koordinasi pengiriman barang ekspor v. Mewakili perusahaan dalam hubungan dengan Dinas Bea dan Cukai dan lembaga terkait b. Supervisor Purchasing i. Melakukan pembelian barang/jasa lokal ii. Mengarsip dan memelihara file pembelian 4. Departemen Marketing a. Kepala Bagian Marketing i. Mengawasi pelaksanaan pemasaran dan bertanggung jawab atas kelancaran proses pemasaran. 7
ii. Menyusun strategi pemasaran perusahaan iii. Berkoordinasi dengan departemen Purchasing dan Warehouse atas arus keluar masuk barang iv. Mengawasi supervisor marketing dalam melakukan pemasaran dan penjualan kepada pelanggan v. Memberikan laporan secara berkala (bulanan) kepada direktur b. Supervisor Marketing i. Menerima order dari pelanggan dan melakukan pemesanan barang ke warehouse ii. Melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan barang secara lokal dan ekspor iii. Mengarsip dan memelihara file penjualan 5. Departemen Accounting a. Kepala Bagian Accounting i. Bersama direktur membuat budget perusahaan ii. Bertanggung jawab atas pengendalian cash flow perusahaan iii. Mengawasi supervisor accounting dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan iv. Memeriksa jurnal-‐jurnal yang telah diinput oleh supervisor accounting v. Bertanggung jawab atas pembayaran pelanggan vi. Bertanggung jawab atas pengarsipan dokumen keuangan perusahaan vii. Membuat jurnal-‐jurnal transaksi penjualan viii. Memberikan laporan secara berkala (bulanan) kepada direktur b. Supervisor Accounting i. Bertanggung jawab atas pembayaran transaksi pembelian ii. Membuat faktur pajak keluaran atas transaksi penjualan iii. Menyusun database untuk penyusunan SPT Masa dan SPT Tahunan dan mengimpornya pada program e-‐SPT iv. Menyimpan dokumen utama dan dokumen pendukung pelaporan pajak perusahaan 8
v. Melakukan pembayaran dan pelaporan pajak perusahaan vi. Membuat jurnal-‐jurnal transaksi pembelian vii. Bertanggung jawab atas kas kecil perusahaan 6. Kepala Warehouse i. Menjaga dan mengawasi keluar masuknya barang dagang di gudang ii. Menyediakan barang sesuai dengan sales order iii. Berkoordinasi dengan departemen purchasing dan marketing atas arus keluar masuk barang iv. Memberikan laporan secara berkala (bulanan) kepada direktur 7. Departemen Human Resource a. Kepala Bagian Human Resource i. Bertanggung jawab atas seleksi karyawan ii. Melakukan pengembangan dan evaluasi karyawan iii. Menyusun kebijakan kompensasi dan proteksi karyawan iv. Bertanggung jawab atas file penggajian dan data karyawan v. Mengawasi supervisor human resource dalam membuat slip gaji vi. Mewakili direktur dalam pemberian ijin keluar dan absen kepada seluruh karyawan vii. Memberikan laporan secara berkala (bulanan) kepada direktur b. Supervisor Human Resource i. Melakukan seleksi karyawan ii. Membantu Kepala Bagian Human Resource dalam pengembangan dan pengevaluasian karyawan iii. Melakukan pembuatan slip gaji iv. Mendistribusikan slip gaji karyawan v. Memberikan laporan kepada Kepala Bagian Human Resource bila ada karyawan baru 9
Berdasarkan struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab masing-‐masing fungsi dapat diteliti terdapat kelemahan khususnya pada departemen accounting dan HR. Pengendalian intern yang baik terdapat pemisahan fungsi, yaitu fungsi otorisasi, fungsi recording, dan fungsi custody. Dalam departemen accounting dan HR belum terdapat pemisahan fungsi terutama antara fungsi recording dan custody. Hal ini terlihat dari beberapa tugas yaitu: - Saat Supervisor accounting melakukan penjurnalan atas transaksi pembelian, dan melakukan pembayaran atas transaksi pembelian tersebut. - Saat supervisor accounting membuat laporan pajak serta melakukan pembayaran pajak. - Saat supervisor HR membuat slip gaji dan melakukan pendistribusian slip gaji. 2.1
Pajak Pertambahan Nilai
2.1.1. Sistem Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Sriwijaya Dokumen pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT Sriwijaya terdiri dari dokumen utama dan dokumen pendukung. Dokumen utama adalah Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN, dilaporkan sesuai dengan masa pajak yang bersangkutan. Dokumen pendukung adalah Faktur Pajak dan dokumen lain yang dapat diperlakukan sebagai faktur pajak, seperti Sales Invoice, Nota Retur, PIB (Pemberitahuan Impor Barang), dan PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang). SPT Masa PPN merupakan produk final dari pelaporan PPN. Di tahun 2010, PT Sriwijaya menggunakan SPT Masa PPN Formulir 1107. Data yang tertera pada SPT Masa PPN merupakan data yang sesuai dengan faktur pajak, delivery note (surat jalan), dan sales invoice (faktur penjualan) yang dibuat maupun diterima oleh PT Sriwijaya. Pemeriksaan dokumen terkait dengan SPT Masa PPN yaitu: 1.
SPT Masa PPN Induk (Formulir 1107) Dalam SPT induk harus diperiksa kelengkapan dan kebenaran ringkasan jumlah DPP (Dasar Pengenaan Pajak), PPN penyerahan barang dan jasa, dan penghitungan PPN Kurang Bayar/Lebih Bayar yang ditandatangani oleh direktur perusahaan sebagai penanggung jawab. 10
2.
Lampiran 1 Daftar Pajak Keluaran dan PPnBM (Formulir 1107 A) Dalam lampiran 1 harus diperiksa kelengkapan dan kebenaran seluruh transaksi penyerahan secara ekspor maupun dalam negeri. Formulir 1107 A milik perusahaan memuat transaksi penyerahan dalam negeri perusahaan. Pengisian formulir ini sudah lengkap dan sesuai dengan UU PPN.
3.
Lampiran 2 Daftar Pajak Masukan dan PPnBM (Formulir 1107 B) Dalam lampiran 2 harus diperiksa kelengkapan dan kebenaran seluruh transaksi perolehan secara impor maupun dalam negeri. Formulir 1107 B milik perusahaan memuat transaksi perolehan dalam negeri perusahaan. Pengisian formulir ini sudah lengkap dan sesuai dengan Undang-‐Undang Pajak Pertambahan Nilai. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Sriwijaya merupakan bagian dari Sales
and Revenue Cycle (Siklus Penjualan dan Penerimaan) dan Acquisition and Payment Cycle (Siklus Pembelian dan Pembayaran). Pelaporan PPN didahului oleh penghitungan PPN. PPN yang terjadi akibat transaksi Pembelian disebut PPN Masukan, sedangkan PPN yang terjadi akibat transaksi Penjualan disebut PPN Keluaran. PT Sriwijaya sebagai Pengusaha Kena Pajak menerbitkan Faktur pajak sebagai bukti pemungutan PPN Keluaran. Sedangkan PT Sriwijaya akan menerima Faktur Pajak atas transaksi pembelian barang kena pajak yang sudah dipotong PPN. Berikut ini akan dijelaskan mengenai siklus Siklus Penjualan dan Penerimaan serta Siklus Pembelian dan Pembayaran PT Sriwijaya yang akan menghasilkan dokumen pendukung bagi proses penghitungan PPN: 1) Siklus Penjualan dan Penerimaan 1. Departemen Marketing menerima order dari customer, membuat Sales Order 2 rangkap, 1 lembar copy ditujukan kepada Departemen Pergudangan (Warehouse) dan 1 lembar asli untuk arsip. 2. Departemen Warehouse menerima 1 lembar copy Sales Order, menyiapkan barang yang dipesan, lalu mengupdate data persediaan barang, dan menmberikan 1 lembar copy Sales Order kembali pada Departemen Marketing. 11
3. Sebelum mengirim barang, Departemen Marketing membuat Delivery Note 3 rangkap berdasarkan keterangan pada Sales Order, 1 lembar asli untuk arsip, 1 lembar copy untuk dikirim bersama barang kepada customer, dan 1 lembar copy untuk Departemen Accounting. 1 lembar copy Sales Order lalu diberikan kepada Departemen Accounting. 4. Departemen Accounting menerima 1 lembar copy Sales Order dan Delivery Note dari Departemen Marketing, dan membuat 2 rangkap Sales Invoice beserta 2 rangkap Faktur Pajak. Masing-‐masing 1 lembar copy Sales Invoice dan Faktur Pajak dikirim bersama barang kepada customer. 5. Selain itu, Departemen Accounting juga membuat 2 rangkap Faktur Penagihan, 1 lembar copy akan dikirimkan kepada customer saat mendekati jatuh tempo pembayaran, dan 1 lembar asli untuk arsip. 6. Pada saat customer melakukan pembayaran melalui transfer kepada rekening bank yang dimiliki perusahaan, bank akan mengirimkan bukti bayar customer kepada Departemen Accounting.
Selanjutnya
Departemen
Accounting
melakukan
verifikasi
dengan
mencocokkan jumlah yang tertera pada bukti bank dengan arsip Sales Invoice, Faktur Penagihan, dan Faktur Pajak. Setelah itu Departemen Accounting membuat kuitansi atas penerimaan pembayaran oleh customer tersebut dan dikirimkan kepada customer. 7. Departemen Accounting seterusnya melakukan update pada database PPN Keluaran per bulan. Pada akhir bulan, data pada database tersebut bersama dengan database PPN Masukan per bulan dipindahkan ke program e-‐SPT PPN, selanjutnya cetak Surat Pemberitahuan Masa PPN dan melaporkannya ke Kantor Pajak pada awal bulan berikutnya. 2) Siklus Pembelian dan Pembayaran 1. Departemen Purchasing membuat 4 rangkap Purchase Order. 1 lembar asli diberikan kepada supplier, 2 lembar copy untuk arsip, 1 lembar copy untuk Departemen Accounting.
12
2. Barang yang dibeli diterima oleh Departemen Pergudangan (Warehouse) dengan copy Delivery Note dari supplier. Kemudian Delivery Note kembali ke supplier setelah ditandatangani penanggung jawab Departemen Pergudangan. Departemen Pergudangan juga mengupdate laporan penerimaan barang. 3. Departemen Accounting menerima masing-‐masing 1 lembar copy Sales Invoice, Delivery Note, Faktur Pajak, dan Faktur Penagihan dari supplier dan melakukan verifikasi dengan mencocokkan semua dokumen tersebut dengan Purchase Order yang diterima dari Departemen Purchasing. 4. Departemen Accounting melakukan pembayaran kepada supplier melalui transfer bank, dan bukti bayar akan diberikan oleh bank kepada supplier. 5. Supplier membuat kuitansi penerimaan pembayaran yang dilakukan perusahaan dan mengirimkan kepada Departemen Accounting. 6. Departemen Accounting seterusnya melakukan update pada database PPN Masukan per bulan. Pada akhir bulan, data pada database tersebut bersama dengan database PPN Keluaran per bulan dipindahkan ke program e-‐SPT PPN, selanjutnya cetak SPT Masa PPN dan melaporkannya ke Kantor Pajak pada awal bulan berikutnya. 3) Pelaporan PPN Prosedur pelaporan PPN Perusahaan terdiri dari beberapa langkah yang dilakukan secara berulang tiap bulannya oleh Supervisor Accounting, sebagai berikut: 1. Database PPN Keluaran dan Masukan disiapkan, dan diimport ke program e-‐SPT untuk menyusun SPT Masa PPN, 2. Setelah data diimpor, SPT Masa PPN siap dicetak, 3. Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan, maka selisihnya disetor ke Kas Negara selambat-‐ lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. 4. Perusahaan menyampaikan Laporan Perhitungan PPN setiap bulan (SPT Masa PPN) ke Kantor Pelayanan Pajak terkait selambat-‐lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
Berikut ini merupakan DFD Level 0 Sistem Pelaporan PPN: 13
SPT blm dittd
Sales Invoice, Delivery Note, Faktur Pajak, Bukti bayar
Departemen Akuntansi
1.0 Penghitungan PPN
2.0 Pelaporan PPN
Direktur
SPT sdh dittd
SPT sdh dittd
KPP
Gambar 2.2. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPN
2.1.2. Analisis Sistem Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Sriwijaya Bila dilihat berdasarkan waktu pelaporan SPT Masa PPN, PT Sriwijaya sudah melakukan kewajiban perpajakannya dengan efektif. Hal ini terbukti dari ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPN PT Sriwijaya tiap masa pajak selama tahun 2010. Tabel 2.1 Waktu Penyetoran dan Penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak Januari – Desember 2010
Masa Pajak
Tanggal Bayar
Tanggal Penyampaian SPT
Januari
8/2/2010
20/2/2010
Februari
9/3/2010
20/3/2010
Maret
12/4/2010
20/4/2010
April
26/5/2010
20/5/2010
Mei
9/6/2010
20/6/2010
Juni
9/7/2010
20/7/2010
Juli
10/8/2010
20/8/2010
Agustus
8/9/2010
20/9/2010
September
11/10/2010
20/10/2011
Oktober
9/11/2010
20/11/2010
November
8/12/2010
20/12/2010
Desember
9/1/2011
20/1/2011
Sumber: Data Perusahaan
14
Berdasarkan alur sistem pelaporan PPN yang saat ini terjadi di PT Sriwijaya, dapat diteliti beberapa kelemahan, yaitu: a.
Penyimpanan dokumen berupa faktur pajak, terutama faktur pajak masukan tidak diurutkan sesuai dengan tanggal, sehingga terjadi kesulitan dalam pencarian satu dokumen tertentu.
b.
Penyimpanan dokumen berupa delivery note (surat jalan) sudah dilakukan dengan pengurutan transaksi per customer, tetapi untuk segi perpajakan, contohnya apabila perusahaan ingin melakukan restitusi PPN, akan terjadi kesulitan untuk mencari dokumen dan mengurutkan sesuai urutan nomor faktur pajak per bulan.
c.
Kekurangan terkait dengan entitas yang bertanggung jawab atas dokumen pendukung pelaporan perpajakan adalah adanya keterlambatan penyampaian penggantian NPWP perusahaan kepada beberapa customer, supplier, dan perusahaan yang sebenarnya sudah sah pada tahun 2009, mengakibatkan beberapa nota pelayaran sebagai dokumen pelengkap transaksi penyerahan ekspor menjadi tidak valid (Tabel 4.2)
Tabel 2.2 Kesalahan Dokumen Masa Pajak Januari – Desember 2010
Jumlah Dokumen yang Jumlah Dokumen FP
FP
Bulan
PEB
Masukan
Keluaran
Januari
20
132
Februari
15
Maret
dianggap cacat FP
Persentase Kecacatan Dokumen FP
FP
FP
PEB Masukan Keluaran
PEB
Masukan Keluaran
139
14
0
6
70%
0%
4%
109
138
11
0
0
73%
0%
0%
15
112
162
9
1
10
60%
1%
6%
April
8
144
147
7
4
2
88%
3%
1%
Mei
7
159
143
5
0
0
71%
0%
0%
Juni
4
88
169
3
0
0
75%
0%
0%
Juli
8
159
158
7
0
0
88%
0%
0%
Agustus
12
289
150
6
0
0
50%
0%
0%
15
September
8
356
128
4
4
1
50%
1%
1%
Oktober
8
372
179
5
3
0
63%
1%
0%
November
4
220
201
3
2
3
75%
1%
1%
Desember
7
182
209
6
0
0
86%
0%
0%
Sumber: Data PT Sriwijaya
Berdasarkan tabel 2.2., dapat diketahui bahwa persentase dokumen yang cacat paling besar pada masa pajak Januari – Desember 2010 adalah dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yakni 50 – 88%. Sedangkan dokumen Faktur Pajak Masukan dan Keluaran mempunyai persentase kecacatan 0 – 4%. d. Terjadi beberapa kesalahan penginputan oleh Supervisor Accounting yang muncul karena human error. 2.2
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan yang harus dilaporkan oleh PT Sriwijaya terdiri dari PPh Pasal
4 ayat 2, 21, 23, dan 25. Selain itu, PT Sriwijaya juga harus melaporkan SPT PPh Badan. 2.2.1. Sistem Pelaporan Pajak Penghasilan PT Sriwijaya PPh Pasal 21 Dokumen yang terkait dengan pelaporan PPh Pasal 21 adalah: 1. Slip Gaji Dokumen ini diberikan kepada karyawan sebagai bukti pemberian gaji dari Perusahaan tiap bulannya. Tertera besarnya gaji dan besarnya PPh yang dipotong oleh Perusahaan sebagai pemberi kerja. 2. Bukti Pemotongan PPh 21 Bukti pemotongan diberikan oleh Perusahaan sebagai pemberi kerja kepada karyawan sebagai bukti telah memotong PPh 21 berdasarkan besarnya penghasilan karyawan. 3. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh 21 Surat setoran pajak dibuat sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan pegawai tetap yang telah dilakukan oleh Perusahaan sebagai pemberi kerja. 16
4. Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPh 21 SPT dibuat untuk melaporkan besarnya pajak yang dipotong Perusahaan terhadap penghasilan masing – masing pegawai tetap.
Prosedur Pelaporan PPh Pasal 21
Siklus yang menjadi awal dari pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah
siklus penggajian. Berikut ini adalah pembahasan mengenai siklus penggajian: 1. Data mengenai jam kerja diberikan dari departemen tempat pegawai bekerja kepada Staff Penggajian Departemen Human Resource. 2. Staff Penggajian membuat perhitungan gaji pegawai berdasarkan data jam kerja pegawai. Semua potongan penggajian dijumlah, termasuk di dalamnya PPh pasal 21 dan totalnya dikurangkan dari gaji kotor untuk mendapatkan gaji bersih. 3. Kepala Departemen Human Resource mengakses file induk penggajian dan mengawasi Staff Penggajian Human Resource saat membuat perhitungan gaji sampai pencetakan slip gaji pegawai. 4. Daftar gaji dan slip gaji pegawai dicetak, gaji pegawai ditransfer ke masing-‐masing rekening pegawai melalui bank. Dalam data gaji pegawai terdapat komponen perhitungan PPh Pasal 21. Berikut ini merupakan prosedur lengkap tentang pelaporan PPh Pasal 21: 1. Supervisor Accounting meminta file daftar pembayaran gaji pegawai pada Staff Penggajian Departemen Human Resource yang memuat besarnya gaji dan pajak yang dipotong oleh Perusahaan. 2. Data dari file tersebut diimpor ke program e-‐SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk disusun menjadi sebuah SPT Masa PPh 21 3. Supervisor Accounting membuat Surat Setoran Pajak dan melakukan pembayaran paling lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya 4. Lalu Supervisor Accounting mencetak SPT Masa PPh 21 dan melaporkannya paling lambat tanggal 20 masa pajak berikutnya. 5. Data pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 21 karyawan dicatat dalam database PPh Pasal 21. 17
Supervisor Human Resource
Data penghitungan Gaji dan PPh 21
1.0 Buat SSP PPh Psl 21
SSP PPh Psl 21
2.0 Bayar PPh Psl 21
SSP PPh Psl 21
KPP
Copy SSP PPh Psl 21, SPT Masa PPh Psl 21
3.0 Buat SPT Masa PPh Psl 21
Copy SSP PPh Psl 21, Copy SPT
Gambar 2.3. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 21
PPh Pasal 23 Dokumen yang terkait dengan pelaporan PPh Pasal 23 adalah: 1. Bukti Pemotongan PPh 23 Bukti pemotongan diberikan oleh Perusahaan sebagai penerima jasa kepada pemberi jasa sebagai bukti telah memotong PPh 23 berdasarkan besarnya penghasilan. 2. Surat Pemberitahuan Masa PPh 23 SPT dibuat untuk melaporkan besarnya pajak yang dipotong Perusahaan terhadap penghasilan pemberi jasa. 3. Surat Setoran Pajak PPh 23 Surat setoran pajak dibuat sebagai bukti pelunasan pajak penghasilan pemberi jasa oleh Perusahaan sebagai penerima jasa. Prosedur Pelaporan PPh Pasal 23 Perusahaan sebagai pemotong pajak atas pembayaran jasa yang merupakan penghasilan pemberi jasa, bertanggung jawab melaporkan pajak yang telah dipotong tersebut. Berikut ini merupakan prosedur pelaporan PPh Pasal 23: 1. Supervisor Accounting mendapatkan faktur penagihan atas jasa yang dikenakan PPh Pasal 23. 2. Lalu dilakukan pembayaran terhadap jasa melalui bank dan bukti pembayaran dijadikan dasar pembuatan SPT Masa PPh 23 yang dipotong oleh Perusahaan. 18
3. Setelah dicatat, tiap akhir bulan file rekapitulasi transaksi atas jasa yang dikenakan PPh 23 diimpor ke program e-‐SPT untuk disusun menjadi SPT lengkap. 4. Supervisor Accounting membuat Surat Setoran Pajak dan melakukan pembayaran paling lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya. 5. Supervisor Accounting mencetak SPT Masa PPh 23 dan melaporkannya paling lambat tanggal 20 masa pajak berikutnya. 6. Data faktur dan pembayaran PPh Pasal 23 dicatat dalam database PPh Pasal 23.
Pemberi Jasa
Faktur Penagihan
Arsip PPh Psl 23
1.0 Hitung PPh Psl 23
2.0 Buat SSP PPh Psl 23
Hsl hitung
Faktur Penagihan
Copy SSP
3.0 Bayar PPh Psl 23
SSP Psl 23
Gambar 2.4. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 25 Dokumen yang terkait dengan pelaporan PPh Pasal 25 adalah: 1. Surat Setoran Pajak PPh 25 Surat setoran pajak dibuat sebagai bukti pelunasan angsuran pajak penghasilan Badan oleh Perusahaan. 2. Surat Pemberitahuan Masa PPh 25 SPT dibuat tiap bulan untuk melaporkan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Perusahaan sebagai Wajib Pajak Badan sesuai dengan perhitungan pada SPT Tahunan tahun pajak yang lalu. Prosedur Pelaporan PPh Pasal 25 Prosedur pelaporan angsuran pajak penghasilan Perusahaan (PPh Pasal 25) adalah sebagai berikut: 1. Supervisor Accounting menghitung besarnya angsuran pajak PPh 25 berdasarkan SPT tahun pajak sebelumnya. 19
2. Lalu dari perhitungan tersebut didapatkan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar di muka tiap bulan selama tahun berjalan dengan jumlah yang sama. 3. Selanjutnya Surat Setoran Pajak dibuat oleh Supervisor Accounting dan dilakukan pembayaran angsuran pajak PPh 25 paling lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya. 4. Supervisor Accounting mencetak SPT Masa PPh 25 dan melaporkannya paling lambat tanggal 20 masa pajak berikutnya. 5. Data pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25 dicatat dalam database PPh Pasal 25.
PPh Badan
Data pajak terutang tahun pjk sebelumnya
Arsip PPh Psl 25
Copy SSP
1.0 Hitung PPh Psl 25
Hsl hitung
3.0 Bayar PPh Psl 25
2.0 Buat SSP PPh Psl 25
SSP Psl 25
Gambar 2.5. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Badan Dokumen yang terkait dengan Pelaporan PPh Badan adalah: 1. SPT Tahunan PPh Badan (SPT 1771) 2. Neraca dan Laporan laba rugi Tahun Pajak yang bersangkutan beserta rekonsiliasi laba rugi fiskal. 3. Daftar penghitungan penyusutan/depresiasi dan atau amortisasi fiskal. 4. Penghitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugian tahun-‐tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan. Prosedur Pelaporan PPh Badan 1. Penyusunan, penghitungan, dan pelaporan SPT PPh Badan dilaksanakan oleh Supervisor Accounting. 2. Penyusunan SPT PPh Badan Perusahaan diawali dengan membuat laporan keuangan tahunan yang melewati proses audit. 20
3. Setelah didapat laporan keuangan yang sudah diaudit, dilakukan penhitungan penyusutan aktiva tetap dan kompensasi kerugian. 4. Selanjutnya, dilakukan rekonsiliasi untuk mengetahui besarnya koreksi fiskal, sekaligus dilakukan perhitungan PPh terutang 5. Data tersebut diimpor ke program e-‐SPT Pajak Penghasilan oleh Supervisor Accounting menjadi kesatuan SPT PPh Badan. 6. Pembayaran dilakukan apabila pajak yang harus dibayar apabila pajak terutang lebih besar dari kredit pajak dan disertai SSP PPh Badan. 7. Lalu dilakukan pelaporan SPT PPh Badan paling lambat tanggal 30 April, yaitu 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak Departemen Akuntansi
Laporan Keuangan
1.0 Buat Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi Fiskal
2.0 Hitung PPh Badan
Hasil hitung
3.0 Siapkan SSP PPh Badan
SSP PPh Badan Peraturan Pajak Arsip PPh Badan
4.0 Bayar PPh Badan
Gambar 2.6. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Badan
2.2.2. Analisis Sistem Pelaporan Pajak Penghasilan PT Sriwijaya 1. Pajak Penghasilan Pasal 21 Selama tahun 2010, PPh Pasal 21 seluruh penghasilan karyawan tetap sudah dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh perusahaan setiap bulan. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 dilaksanakan tepat waktu selama 12 bulan, dan perusahaan tidak dikenakan denda. 21
Tabel 2.3 Rekap Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
Masa Pajak
Tanggal Bayar
Tanggal Lapor
Golongan Penerima
Jumlah Penerima
Penghasilan
Penghasilan
Januari
8/2/2010
15/02/2010 Pegawai Tetap
7
Februari
8/3/2010
15/03/2010 Pegawai Tetap
7
Maret
8/4/2010
12/04/2010 Pegawai Tetap
7
April
10/5/2010
17/05/2010 Pegawai Tetap
7
Mei
9/6/2010
16/06/2010 Pegawai Tetap
8
Juni
9/7/2010
19/07/2010 Pegawai Tetap
7
Juli
9/8/2010
20/08/2010 Pegawai Tetap
9
Agustus
6/9/2010
20/09/2010 Pegawai Tetap
9
September
7/10/2010
18/10/2010 Pegawai Tetap
9
Oktober
8/11/2010
15/11/2010 Pegawai Tetap
9
Nopember
9/12/2010
20/12/2010 Pegawai Tetap
9
Desember
10/1/2011
20/01/2011 Pegawai Tetap
9
Sumber: Hasil Penelitian
2. Pajak Penghasilan Pasal 23 Selama tahun 2010, PPh Pasal 23dari pembayaran atas jasa yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemberi jasa sudah dipotong dan disetor oleh perusahaan setiap bulan. Transaksi yang dikenakan PPh Pasal 23 beserta tanggal pembayaran dan tanggal pelaporannya adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Rekap Pelaporan SSP PPh Pasal 23
Masa
Tanggal Bayar
Tanggal Lapor
Jenis Jasa
Januari 2010
8 Februari 2010
15 Februari 2010
Jasa Manajemen
Februari 2010
8 Maret 2010
15 Maret 2010
Jasa Manajemen
Februari 2010
8 Maret 2010
15 Maret 2010
Jasa Konsultan
Maret 2010
08 April 2010
12 April 2010
Jasa Manajemen
Maret 2010
2 Maret 2010
12 April 2010
Jasa Konsultan Audit
April 2010
10 Mei 2010
17 Mei 2010
Jasa Manajemen
Mei 2010
9 Juni 2010
16 Juni 2010
Jasa Konsultan Audit
Mei 2010
9 Juni 2010
16 Juni 2010
Jasa Konsultan
22
Mei 2010
9 Juni 2010
16 Juni 2010
Jasa Konsultan Audit
Juni 2010
9 Juli 2010
19 Juli 2010
Jasa Manajemen
Juni 2010
9 Juli 2010
19 Juli 2010
Jasa Manajemen
Juli 2010
9 Agustus 2010
20 Agustus 2010
Jasa Manajemen
Agustus 2010
06 September 2010
20 September 2010
Jasa Manajemen
Agustus 2010
06 September 2010
20 September 2010
Jasa Konsultan
September 2010
7 Oktober 2010
18 Oktober 2010
Jasa Manajemen
Oktober 2010
08 Nopember 2010
15 Nopember 2010
Jasa Manajemen
November 2010
9 Desember 2010
20 Desember 2010
Jasa Manajemen
November 2010
9 Desember 2010
20 Desember 2010
Jasa Konsultan
Sumber: Hasil Penelitian
3. Pajak Penghasilan Pasal 25 Selama tahun 2010, angsuran PPh Pasal 25 sudah disetor dan dilaporkan oleh perusahaan setiap bulan. Pelaporan PPh Pasal 25 dilaksanakan tepat waktu selama 12 bulan, dan perusahaan tidak dikenakan denda. Tabel 2.5 Rekap Pelaporan SSP PPh Pasal 25
Masa
Tanggal Setor
Tanggal Lapor
April 2010
10 Mei 2010
17 Mei 2010
Mei 2010
9 Juni 2010
16 Juni 2010
Juni 2010
9 Juli 2010
19 Juli 2010
Juli 2010
9 Agustus 2010
20 Agustus 2010
Agustus 2010
6 September 2010
20 September 2010
September 2010
12 Oktober 2010
18 Oktober
Oktober 2010
8 Nopember 2010
15 Nopember 2010
November 2010
9 Desember 2010
20 Desember 2010
Desember 2010
9 Januari 2011
20 Januari 2011
Januari 2011
Nihil
20 Februari 2011
Februari 2011
Nihil
20 Maret 2011
Maret 2011
Nihil
20 April 2011
Sumber: Hasil Penelitian
23
Bila dilihat berdasarkan waktu pelaporan SPT Masa PPh, PT Sriwijaya sudah melakukan kewajiban perpajakannya dengan efektif. Hal ini terbukti dari ketepatan waktu pelaporan SPT Masa PPh PT Sriwijaya tiap masa pajak selama tahun 2010. 4. Pajak Penghasilan Badan Penghitungan dan pelaporan pajak penghasilan badan tahun 2010 dilaksanakan dengan bantuan konsultan pajak yang ditunjuk oleh Perusahaan. Waktu pelaporan SPT PPh Badan sudah dilaksanakan tepat waktu yakni tanggal 29 April 2011. Walaupun dari sisi waktu pelaporan PPh-‐nya PT Sriwijaya dapat dinilai sudah efektif, dari sisi proses pelaporan masih ada kelemahan, yaitu belum adanya proses pengecekan oleh Kepala Bagian Accounting terhadap penghitungan PPh yang dilakukan oleh Supervisor Accounting. 2.3
Prosedur Pelaporan Pajak yang Diusulkan Dari prosedur pelaporan pajak yaitu Pelaporan PPN dan PPh yang telah ada,
penulis mencoba untuk memperbaiki prosedur yang telah ada tersebut dengan melakukan beberapa perbaikan. 2.3.1. Prosedur Pelaporan PPN yang Diusulkan Data flow diagram prosedur pelaporan PPN yang diusulkan dimulai dari dilakukannya penghitungan PPN oleh Supervisor Accounting berdasarkan faktur penjualan, surat jalan, faktur pajak, dan bukti bayar. Setelah dilakukan penghitungan PPN, dilakukan proses pengecekan penghitungan PPN oleh Kepala Bagian Accounting. Selain itu, dilakukan juga pengecekan terhadap kelengkapan faktur pajak yang akan dilaporkan dalam SPT Masa PPN. Kelengkapan faktur pajak tersebut meliputi nama, alamat, dan NPWP PT Sriwijaya; nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP; Jenis barang; jumlah harga jual; PPN dipungut; kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan FP; nama dan tanda tangan Direktur.
24
Setelah proses pengecekan, dilakukan proses pelaporan yang meliputi pencetakan SPT Masa PPN, penandatanganan SPT Masa PPN oleh Direktur, lalu pelaporan SPT tersebut ke KPP. Selain itu, juga dilakukan pengarsipan dokumen-‐ dokumen pendukung SPT Masa PPN, yang meliputi faktur pajak, surat jalan, faktur penjualan, dan bukti bayar. Pengarsipan faktur pajak diurutkan berdasarkan no. faktur pajak dan per tanggal transaksi.
Departemen Akuntansi
Sales Invoice, Delivery Note, Faktur Pajak, Bukti bayar
Faktur Pajak 1.0 Penghitungan PPN
SPT blm dittd
2.0 Pengecekan kelengkapan faktur pajak
Direktur
4.0 Pelaporan PPN 3.0 Pengecekan penghitungan PPN
SPT sdh dittd
SPT sdh dittd
Prenumbered Faktur Pajak per tanggal
KPP
Gambar 2.7. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPN yang Diusulkan
2.3.2. Prosedur Pelaporan PPh yang Diusulkan 2.3.2.1.Prosedur Pelaporan PPh Pasal 21 yang Diusulkan Data flow diagram prosedur pelaporan PPh Pasal 21 yang diusulkan dimulai dari dibuatnya formulir 1721 dan 1721-‐A1 oleh Supervisor Accounting berdasarkan data karyawan dan data gaji karyawan yang didapatkan dari Supervisor Human Resource. Berdasarkan formulir 1721 dan 1721-‐A1 tersebut dibuat SSP PPh Pasal 21. Supervisor Accounting memberikan formulir 1721, 1721-‐A1, dan SSP PPh Pasal 21 untuk dicek oleh Kepala Bagian Accounting. Setelah dilakukan pengecekan, dilakukan pembayaran PPh Pasal 21. Setalah dilakukan pembayaran, dibuat SPT Masa PPh 21. Lalu dilakukan pelaporan SPT Masa PPh 21 ke KPP.
25
Supervisor Human Resource
Data karyawan, Data gaji
1.0 Buat 1721 dan 1721-A1
1721, 1721-A1
2.0 Buat SSP PPh Psl 21
3.0 Cek 1721,1721A1,SSP
1721, 1721-A1 SSP
1721, 1721-A1 4.0 Buat SPT Masa PPh Psl 21 SPT Masa PPh 21
KPP
Copy SPT
Copy SSP
SSP
5.0 Bayar PPh Psl 21
SSP
Copy SPT Masa PPh 21, SSP
SSP sdh dibayar
Gambar 2.8. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 21 yang Diusulkan
2.3.2.2.Prosedur Pelaporan PPh Pasal 23 yang Diusulkan Data flow diagram prosedur pelaporan PPh Pasal 23 yang diusulkan dimulai dari diterimanya faktur penagihan dari pihak pemberi jasa. Berdasarkan faktur tersebut, dihitung besarnya PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Sriwijaya. Berdasarkan perhitungan tersebut dibuat SSP PPh Pasal 23. Supervisor Accounting memberikan faktur penagihan dan SSP PPh Pasal 23 untuk dicek oleh Kepala Bagian Accounting. Setelah dilakukan pengecekan, dilakukan pembayaran PPh Pasal 23. Setalah dilakukan pembayaran, dibuat SPT Masa PPh 23. Lalu dilakukan pelaporan SPT Masa PPh 23 ke KPP.
26
Pemberi Jasa
Faktur Penagihan
1.0 Hitung PPh Pasal 23
Faktur Penagihan
2.0 Buat SSP PPh Psl 23
Faktur Penagihan, SSP
3.0 Cek SSP PPh Psl 23
Faktur
4.0 Buat SPT Masa PPh Psl 23 SPT Masa PPh 23
KPP
Copy SPT
Copy SSP
SSP
5.0 Bayar PPh Psl 23
SSP
Copy SPT Masa PPh 23, SSP, Faktur
SSP sdh dibayar
Gambar 2.9. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 23 yang Diusulkan
2.3.2.3.Prosedur Pelaporan PPh Pasal 25 yang Diusulkan Data flow diagram prosedur pelaporan PPh Pasal 25 yang diusulkan dimulai dari penghitungan besarnya PPh terutang tahun ini berdasarkan data PPh terutang tahun sebelumnya. Berdasarkan perhitungan tersebut dibuat SSP PPh Pasal 25. Supervisor Accounting memberikan faktur penagihan dan SSP PPh Pasal 25 untuk dicek oleh Kepala Bagian Accounting. Setelah dilakukan pengecekan, dilakukan pembayaran PPh Pasal 25. Setalah dilakukan pembayaran, dibuat SPT Masa PPh 25. Lalu dilakukan pelaporan SPT Masa PPh 25 ke KPP.
27
PPh Badan Data PPh terutang Tahun pajak sebelumnya
1.0 Hitung PPh Pasal 25
Hsl perhitungan
2.0 Buat SSP PPh Psl 25
3.0 Cek SSP PPh Psl 25
SSP
Hsl perhitungan 4.0 Buat SPT Masa PPh Psl 25 SPT Masa PPh 25
KPP
Copy SPT
Copy SSP
SSP
5.0 Bayar PPh Psl 25
SSP
Copy SPT Masa PPh 25, SSP
SSP sdh dibayar
Gambar 2.10. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Pasal 25 yang Diusulkan
2.3.2.4.Prosedur Pelaporan PPh Badan yang Diusulkan Data flow diagram prosedur pelaporan PPh Badan yang diusulkan dimulai dari dilakukannya rekonsiliasi fiskal terhadap laporan keuangan PT Sriwijaya. Berdasarkan rekonsiliasi fiscal, dilakukan penghitungan PPh terutang Badan. Hasil penghitungan tersebut dicek oleh Kepala Bagian Accounting. Setelah dilakukan pengecekan penghitungan, dibuat SSP PPh Badan. Setelah dilakukan pengecekan terhadap SSP PPh Badan oleh Kepala Bagian Accounting, dilakukan pembayaran PPh Badan. Setalah dilakukan pembayaran, dibuat SPT PPh Badan. Lalu dilakukan pelaporan SPT PPh Badan ke KPP.
28
Departemen Akuntansi
Laporan Keuangan
1.0 Buat Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi Fiskal
2.0 Hitung PPh Badan
Hasil hitung
Peraturan Pajak
Copy SPT Badan, SSP
SSP
3.0 Cek hasil hitung PPh Badan
Hasil hitung
6.0 Bayar PPh Badan
SSP PPh Badan
5.0 Cek SSP PPh Badan
SSP PPh Badan
4.0 Siapkan SSP PPh Badan
SSP sdh dibayar
KPP
SPT Badan, Copy SSP
7.0 Buat SPT Masa PPh Psl 25
SPT Badan
Gambar 2.11. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Pelaporan PPh Badan yang Diusulkan
29
3
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dilihat dari sisi waktu, pelaporan SPT Masa PPN tidak pernah mengalami keterlambatan. Namun, dari sisi prosedur pelaporan pajaknya, masih ada beberapa kelemahan, yaitu terkait dengan pengarsipan dokumen dan tidak adanya pengecekan ulang sebagai aktivitas pengendalian, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan (human error). Kelemahan tersebut dapat mempersulit pemeriksaan pajak bila PT Sriwijaya akan mengajukan restitusi PPN. 2. Berdasarkan waktu pelaporan SPT Masa PPh, PT Sriwijaya sudah melakukan kewajiban perpajakannya dengan efektif. Sedangkan dari sisi proses pelaporan masih ada kelemahan, yaitu belum adanya pengecekan ulang oleh Kepala Bagian Accounting terhadap penghitungan PPh yang dilakukan oleh Supervisor Accounting sebagai aktivitas pengendalian, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan (human error). 3.1.1. Kelemahan sistem dan prosedur pelaporan perpajakan di PT Sriwijaya saat ini Kelemahan sistem dan prosedur pelaporan pajak PT Sriwijaya sebagian besar terdapat di prosedur pelaporan PPN, yaitu: 1.
Kesalahan NPWP Wajib Pajak, adanya kemungkinan PEB, Faktur Pajak Keluaran, dan Masukan menjadi tidak valid untuk restitusi PPN.
2.
Penyimpanan dokumen perpajakan kurang memadai, adanya kemungkinan kehilangan.
3.
Adanya kemungkinan kesalahan perhitungan pajak yang telah dilakukan oleh Supervisor Accounting.
30
4.
Penyimpanan dokumen berupa faktur pajak, terutama faktur pajak masukan tidak diurutkan sesuai dengan tanggal, sehingga terjadi kesulitan dalam pencarian satu dokumen tertentu.
5.
Penyimpanan dokumen berupa delivery note (surat jalan) sudah dilakukan dengan pengurutan transaksi per pelanggan, tetapi untuk segi perpajakan, contohnya apabila perusahaan ingin melakukan restitusi PPN, akan terjadi kesulitan untuk mencari dokumen.
6.
Terjadi beberapa kesalahan penginputan oleh Supervisor Accounting yang muncul karena human error.
7.
Keterlambatan penyampaian penggantian NPWP perusahaan mengakibatkan beberapa nota pelayaran sebagai dokumen pelengkap transaksi penyerahan ekspor menjadi tidak valid.
3.1.2. Desain sistem dan prosedur di PT Sriwijaya untuk memperbaiki sistem dan prosedur pelaporan perpajakan yang lama Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi terkait dengan kegiatan pelaporan pajak, ditambahkan beberapa proses yang dapat mencegah terjadinya masalah tersebut. 31
Tabel 3.1 Kelemahan Sistem dan Prosedur Pelaporan Pajak PT Sriwijaya Masalah Proses untuk mengatasi masalah Kesalahan NPWP Wajib Pajak, adanya kemungkinan PEB, Faktur Pajak cek kelengkapan dan kebenaran data 1 Keluaran, dan Masukan menjadi tidak di PEB, Faktur Pajak Keluaran, dan valid untuk restitusi PPN Masukan Penyimpanan dokumen perpajakan 2 kurang memadai, adanya kemungkinan kehilangan prenumbered dokumen perpajakan Pengecekan ulang pekerjaan yang Adanya kemungkinan kesalahan telah dilakukan Supervisor 3 perhitungan pajak yang telah Accounting oleh Kepala Bagian dilakukan oleh Supervisor Accounting Accounting
4
5
6
7
Penyimpanan dokumen berupa faktur pajak, terutama faktur pajak masukan tidak diurutkan sesuai dengan tanggal, sehingga terjadi kesulitan dalam pencarian satu dokumen tertentu Penyimpanan dokumen berupa delivery note (surat jalan) sudah dilakukan dengan pengurutan transaksi per pelanggan, tetapi untuk segi perpajakan, contohnya apabila perusahaan ingin melakukan restitusi PPN, akan terjadi kesulitan untuk mencari dokumen Terjadi beberapa kesalahan penginputan oleh Supervisor Accounting yang muncul karena human error Keterlambatan penyampaian penggantian NPWP perusahaan mengakibatkan beberapa nota pelayaran sebagai dokumen pelengkap transaksi penyerahan ekspor menjadi tidak valid
mengurutkan faktur pajak per tanggal (sesuai urutan no faktur pajak)
mengurutkan surat jalan per tanggal (sesuai urutan no faktur pajak) Pengecekan ulang pekerjaan yang telah dilakukan Supervisor Accounting oleh Kepala Bagian Accounting
Update data perusahaan setiap ada penggantian
3.2.
Saran
Untuk memperbaiki serta mengatasi permasalahan terkait dengan sistem dan prosedur pelaporan perpajakan di PT Sriwijaya, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Melakukan proses pengecekan terhadap kelengkapan data dan kebenaran data yang diperlukan dalam dokumen perpajakan, yaitu nama wajib pajak, NPWP, dan data lainnya. Pengecekan ini harus dilakukan secara terus-‐menerus untuk menghindari adanya kesalahan dalam pembuatan faktur pajak dan dokumen pajak yang lain. 32
2. Melakukan pengarsipan secara berurut terhadap dokumen perpajakan khususnya faktur pajak. Faktur pajak sebaiknya diurutkan berdasarkan no. Faktur pajak per tanggal transaksi. Hal ini akan memudahkan pencarian dokumen jika terjadi pemeriksaan pajak. 3. Melakukan proses pengecekan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan Supervisor Accounting oleh Kepala Bagian Accounting. Hal ini untuk mengidentifikasi terjadinya kesalahan penginputan data yang dilakukan oleh Supervisor Accounting. 4. Melakukan proses memberikan penomoran (prenumbered) terhadap dokumen-‐ dokumen yang terkait dengan perpajakan, yaitu terhadap surat jalan (delivery note).
33
LAMPIRAN