Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain
ANIMASI INTERAKTIF WAWASAN LAYANG-LAYANG NUSANTARA Moerdiani Dyah Pangastuti
Dr. Priyanto Sunarto
Program Studi Sarjana Multimedia, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : Animasi, Layang-layang, Interaktif, Permainan
Abstrak Layang-layang merupakan karya karya budaya yang telah menjadi salah satu bentuk permainan di Masyarakat, terutama pada masyarakat petani. Hingga sekarang, Layang-layang merupakan karya budaya yang memiliki karakter Multidimensi. Layang-layang juga sangat berperan penting sebagai media promosi dan memperkenalkan budaya Nusantara lainnya. Misalnya layang-layang yang berbentuk barong, tokoh pewayangan, layanglayang bersusun orang yang memakai baju daerah, dan ukiran-ukiran khas nusantara yang terdapat di layang-layang tradisional. Keragaman budaya yang ada di Indonesia juga menghasilkan keberagaman jenis dan bentuk layang-layang tradisional di berbagai daera hal itu menjadi bukti kekayaan khazanah layang-layang Tanah Air. Oleh karena itu, Layang-layang menjadi komoditas berharga, baik dari ekonomi, budaya dan pariwisata. Apalagi layang-layang kini digemari oleh berbagai bangsa di berbagai belahan dunia. Lewat layang-layang juga dapat dijalin persahabatan dengan adanya kompetisi dan festival layang-layang, baik di tingkat lokal, regional, maupun Internasional. Layang-layang merupakan permainan tradisional yang cukup digemari .Namun seiring berkembangnya teknologi komunikasi, permainan ini sudah mulai tergantikan oleh permainan lainnya yang lebih canggih. Melalui survey dan studi literatur, animasi interaktif menjadi media yang dipilih. Animasi interaktit dapat diakses dengan mudah dan dapat diakses melalui social media,internet,dan lain-lain, dan memungkinkan interaksi dari orang yang menontonnya. Alur cerita dan konten berupa wawasan tentang layang-layang di dalam animasi tersebut diharapkan dapat membangkitkan memori akan permainan tradisional tersebut dan sekaligus menambah wawasan penontonnya.
Abstract Kite is a cultural work that has become one of the game in society, especially in farming communities. Until now, The kite is a work culture that has a multidimensional character. The kite is also have an important role as a media campaign and introduce other Nusantara culture. For example, a kite-shaped barong, puppet characters, kite tiered person wearing the traditional clothes, and carvings typical of the archipelago is located in a traditional kite. Cultural diversity in Indonesia also produces the diversity of types and forms of traditional kites in various place it became evident wealth of treasures kite country. Therefore, the kite becomes a valuable commodity, both in economy, culture and tourism. Moreover, the kite is now favored by various nations around the world. Through the kite can also forged friendships from competition and kite festival, at local, regional, and international. kite is a quite popular traditional game. But with the development of communications technology, this game has replaced by other sophisticated games. Through surveys and literature studies, interactive animation become selected media. Interaktit animation can be accessed easily and through social media, internet, etc., and allows the interaction of people who watch it. Storyline and content about the kite in the animation is expected to evoke the memory of traditional games and at the same time broaden the audience.
1. Pendahuluan Layang-layang merupakan karya karya budaya yang telah menjadi salah satu bentuk permainan di Masyarakat, terutama pada masyarakat petani. Hingga sekarang, Layang-layang merupakan karya budaya yang memiliki karakter Multidimensi, karena tidak hanya digunakan sebagai permainan,melainkan alat bantu untuk mengusir burung-burung di sawah,ritual-ritual bersyukur dan alat bantu memancing sejak jaman nenek moyang, serta sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Pada Ritual tradisional biasanya layang-layang dimainkan oleh pria dewasa,karena ukuran layang-layang yang besar dan butuh teknik dan keahlian untuk dapat menerbangkan dengan baik. Terutama pada masa modern seperti sekarang, layang-layang yang berukuran raksasa dan layang-layang sport yang dapat menerbangkan orang dewasa di festivalfestival layangan Internasional. Layang-layang juga sangat berperan penting sebagai media promosi dan memperkenalkan budaya Nusantara lainnya. Misalnya layang-layang yang berbentuk bagong, tokoh pewayangan, layang-layang bersusun orang yang memakai baju daerah, dan ukiran-ukiran khas nusantara yang terdapat di layang-layang tradisional. Keragaman budaya yang ada di
Indonesia juga menghasilkan keberagaman jenis dan bentuk layang-layang tradisional di berbagai daera hal itu menjadi bukti kekayaan khazanah layang-layang Tanah Air. Oleh karena itu, Layang-layang menjadi komoditas berharga, baik dari ekonomi, budaya dan pariwisata. Apalagi layang-layang kini digemari oleh berbagai bangsa di berbagai belahan dunia. Lewat layang-layang juga dapat dijalin persahabatan dengan adanya kompetisi dan festival layang-layang, baik di tingkat lokal, regional, maupun Internasional. Namun dengan berbagai prestasi yang diraih oleh Museum Layang jakarta (beberapa penghargaan MURI), dan peran sertanya menjadi salah satu tempat wisata pelestaria budaya di Indonesia, tidak ada turun tangan dari Pemerintah untuk memajukan Museum tersebut, Semua perawatan danusaha mempertahankan kelangsungan Museum tersebut berasal dari kecintaan pemilik Museum tersebut (Endang W. Puspoyo) beserta pegawai tetapnya yang merupakan anggota dari Komunitas Pecinta Layang-layang yang mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan dan melestarian LayangLayang Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi pembahasan pada pengenalan layang-layang tradisional Indonesia secara universal dan proses pembuatan layang-layang di museum layang-layang sebagai media promosi pengenalan festival layang-layang dan Museum layang-layang Jakarta. Kategori usia yang diambil untuk dasar penelitian sekaligus untuk target adalah termasuk kategori usia remaja sampai dengan usia dewasa muda (usia 12- 30 tahun) yang termasuk ke dalam kategori usia produktif. Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja dan orang dewasa terutama di daerah perkotaan (bandung dan Jabotabek) tidak bermain layanglayang, atau bahkan tidak pernah bermain layang-layang karena hiruk pikuk kehidupan di perkotaan yang serba sibuk dan lahan untuk bermain layang-layang yang sangat kurang di daerah perkotaan. Anak TK dan SD dalam laporan agenda kegiatan di Museum Layang-layang Jakarta merupakan pengunjung rutin, biasanya berkunjung ke Museum bersama rombongan sekolahnya. Tidak seperti masyarakat umum terutama usia remaja- dewasa sangat sedikit yang mengunjungi dan berdasarkan survey angket yang diikuti oleh 50 orang yang ratarata mehasiswa di Bandung dan Jakarta, 52,1% tidak mengetahui terdapat Museum Layang-layang di Jakarta dan hanya 4,2% atau 2 orang saja yang pernah ke Museum Layang-layang Jakarta. Maksud Pembuatan Animasi Layang-Layang, antara lain memperkenalkan dan mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang permainan tradisional masa kecil yaitu Layang - layang yang merupakan salah satu kebudayaan Indonesia yang kaya akan kreativitas sangat berpotensi mencaji salah satu cara untuk menjalin hubungan baik dengan berbagai negara lain.Mengenalkan dan Mengajak masyarakat untuk mengunjungi museum layang-layang Jakarta sebagai salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap pelestarian layang-layang.
2. Proses Studi Kreatif
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 2
Moerdiani Dyah Pangastuti ke-1
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran
Layang-layang merupakan permainan tradisional yang cukup digemari .Namun seiring berkembangnya teknologi komunikasi, permainan ini sudah mulai tergantikan oleh permainan lainnya yang lebih canggih. Rata- rata yang bermain layang-layang adalah anak-anak, terutama di kalangan menengah kebawah, karena bagi kaum menengah keatas (remaja – dewasa) yang hidup di perkotaan yang hidup di perkotaan dengan rutinitas yang padat hanya bisa bermain layang-layang saat liburan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Layang-layang sebagai salah satu media promosi dan memperkenalkan budaya Nusantara di mata Dunia. Data yang didapatkan melalui penelitian ini akan dijadikan dasar dari karya yang dibuat oleh penulis. Karya tersebut bertujuan untuk menghimbau masyarakat untuk berperan langsung atau tidak langsung dalam usaha pelestarian Layang-layang di Indonesia. Untuk mendapatkan sumber data penelitian, maka penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif, melalui wawancara dengan pemilik dan pengelola Museum Layang-Layang Jakarta, yaitu Ibu Endang W. Puspoyo dan Bapak Cula yang juga merupakan pengelola Komunitas Pecinta Layang-layang Indonesia, pengumpulan data dari literatur dan artikel-artikel yang berkaitan di Internet, serta pendekatan kuantitatif melalui survey angket.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3
3. Hasil Studi dan Pembahasan Layang-layang sebenarnya merupakan topik yang cukup familiar dan ringan untuk disampaikan. Namun, mengingat keterbatasan waktu dan ruang yang dimiliki target sasaran. Sehingga animasi interaktif menjadi media yang dapat diakses dengan mudah( dapat diakses melalui social media,internet,dll), dan memungkinkan interaksi dari orang yang menontonnya. Alur cerita dan konten berupa wawasan tentang layang-layang di dalam animasi tersebut yang juga diharapkan dapat membangkitkan memori akan permainan tradisional tersebut dan sekaligus menambah wawasan penontonnya. Target sasaran dari media ini adalah masyarakat urban. Target primer merupakan remaja – dewasa muda (usia 12 - 25 tahun) yang termasuk ke dalam kategori usia produktif. Kalangan menengah ke atas. Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja dan orang dewasa terutama di daerah perkotaan (bandung dan Jabotabek) sudah jarang bermain layang-layang. Target sekunder animasi ini adalah anak-anak ( >5 th) dan masyarakat luas dan orang dewasa yang sering mengakses internet (terutama social media). Oleh karena itu, visual animasi yang digunakan merupakan animasi perpaduan 3D cell shading dan animasi 2D dengan konsep warna terang untuk menyampaikan keanekaragaman warna layang-layang, memberi kesan netral, ceria dan menyenangkan.
Gambar 1 Screenshots Animasi Interaktif Wawasan layang-layang Nusantara, “Kite in Paradise”
Gambar 2 Palet warna
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 4
Moerdiani Dyah Pangastuti ke-1
Konsep jalan cerita animasi yang digunakan adalah animasi yang memiliki multiple plot. Alur seperti ini memungkinkan interaksi dari penontonnya untuk memilih jalan cerita yang diinginkan.
Gambar 3 Skema Animasi Layang-layang
AnimasiJudul animasi adalah “Kite in Paradise”,untuk menggambarkan Indonesia yang merupakan surganya layanglayang, serta tipografi yang dipilih yang dipilih memiliki karakter dinamis,dan ceria yang disesuaikan dengan visual.
Gambar 4 Logo Animasi Kite in Paradise
Backsound yang digunakan merupakan Komposisi musik sederhana dan ringan, salah satu contohnya adalah instrumen lagu layang-layang, sedangkan voice over digunakan untuk memperkuat pesan. Konsep media untuk mempublikasikan animasi “ Kite in Paradise” memanfaatkan kekuatan social media dengan website sebagai media utama. Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masingmasing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Bersifat statis apabila isi informasi website tetap, jarang berubah, dan isi informasinya searah hanya dari pemilik website. Bersifat dinamis apabila isi informasi website selalu berubah-ubah, dan isi informasinya interaktif dua arah berasal dari pemilik serta pengguna website. Contoh website statis adalah berisi profil perusahaan, sedangkan website dinamis adalah seperti Friendster, Multiply, dll. Dalam sisi pengembangannya, website statis hanya bisa diupdate oleh pemiliknya saja, sedangkan website dinamis bisa diupdate oleh pengguna maupun pemilik.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5
Gambar 5 Skema konsep Media
Gambar 6 Opening, Home, About Us, Contact Us Website
Sementara social media merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, Plurk, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Kekuatan social media sudah tidak diragukan lagi, dari angka 30.000.000 pengguna pada tahun 2010, pengguna internet Indonesia tumbuh hingga 39.600.000 pengguna hingga 31 Maret 2011, atau mengalami peningkatan sekitar 30 %. Dimana 98 % diantaranya adalah pengguna jejaring sosial Facebook. Media ini dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk mengakses menuju website utama. Social media memungkinkan penyebaran animasi lebih luas dalam waktu yang singkat dan menjadi sarana interaksi yang instan (forum diskusi). Sehingga animasi layang-layang akan dengan cepat mendapatkan tanggapan, pujian, kritik maupun saran yang membangun.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 6
Moerdiani Dyah Pangastuti ke-1
Gambar 8 layout Facebook page Kite in Paradise
4. Penutup / Kesimpulan Layang-layang merupakan karya karya budaya yang telah menjadi salah satu bentuk permainan di Masyarakat dan patut kita lestarikan sebagai kekayaan budaya di Indonesia. Animasi interaktif “Kite in paradise” diharapkan dapat membangkitkan memori akan permainan layang-layang yang merupakan permainan tradisional melalui media yang lebih modern dan lebih diterima masyarakat.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Multimedia FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. Priyanto Sunarto.
Daftar Pustaka Data dari Buku Puspoyo, Endang W . 2004. Layang – layang Indonesia. Jakarta: Museum Layang-layang Indonesia. Kitecraft and Kite Tournament Kite History Data Internet
http://subvision.net/sky/planetkite/asia/indonesia/sulawesi-muna.htm, (diunggah pada tanggal 03-02-1012) http://www.kabarinews.com/article/Berita_Indonesia/Seni/Seni_Seni_Kreatif_Membuat_Layanglayang/32980, Arip Budiman, Published 05/08/2009 - 9:59 a.m. GMT (diunggah pada tanggal 03-02-1012 ) http://en.wikipedia.org/wiki/Kite#History (diunggah pada tanggal 03-02-1012) http://chinatraditionshop.blogspot.com/2010/01/chinese-kites.html#more (diunggah pada tanggal 04-02-1012) http://chichit-news.blogspot.com/2009/02/sejarah-layang-layang.html (diunggah pada tanggal 05-02-1012) http://www.computersmiths.com/chineseinvention/kite.htm (diunggah pada tanggal 03-02-1012) http://chinakites.org/htm/fzls-gb.htm (diunggah pada tanggal (10-02-1012) http://www.asahi-net.or.jp/~ET3M-TKKW/scrap-11.html (diunggah pada tanggal 17-02-1012)
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7