APLIKASI FUNGISIDA SISTEMIK DAN PEMANFAATAN MIKORIZA DALAM

Download Aplikasi Fungisida Sistemik dan Pemanfaatan Mikoriza dalam Rangka. Pengendalian Patogen Tular Tanah pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) ...

0 downloads 412 Views 51KB Size
EMBRYO VOL. 5 NO. 2

DESEMBER 2008

ISSN 0216-0188

Aplikasi Fungisida Sistemik dan Pemanfaatan Mikoriza dalam Rangka Pengendalian Patogen Tular Tanah pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Achmad Djunaedy. DosenJurusan Agroekoteknologi Fak. Pertanian Unijoyo

Abstract Some pathogens, such as Rhizoctonia solani dan Sclerotium rolfsii, can limit the growth of Glisine max and reduce its yield as high as 40% of the total yield. The method to tackle this problem is application of mycorrhizal fungus. Mycorrhiza can be applied as a biofertlizer in order to improve soil fertility and efficiency of fertilizer application and to control soil borne pathogens. This fungus can help the plant to absorb nutrients, to resist to drought, and to improve soil structure and the activity of useful soil organisms. Mycorrhizal fungus also produces plant regulate-compounds such as auxin, cytocinin, giberellin, and vitamin B and forms a physichal barrier and produces antibiotics against soil born pathogens. However, the use of fungicide againts pathogens can give deleterious effects to the fungus. Therefore the use of such pesticide has to be applied wisely. Application of systemic pesticides should be studied further as the use of these compounds can have disadvantages effects on the mycorrhyzal life in order to find out selective pesticides that will not counteract to the mycorrhizal activities. This paper tries to discuss examine the effect of systemic fungicide application on mycorrhizal role as a biofertilizer and to find the proper method giving a maximum result in resolving soil borne pathogens while the effect to useful organisms is minimum. . Key words: pathogen fungi, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, fungicide, mycorrhiza

Pendahuluan Kedelai

satu

dan busuk pangkal dan mampu menimbulkan

komoditas strategis jenis legume penting di

kehilangan hasil kedelai sampai 40% (Anonim,

Indonesia, diusahakan secara luas. Sejak tahun

1990b).

1980

permintaan

merupakan

merupakan patogen penyebab rebah kecambah

Indonesia

Salah satu cara untuk mengatasi

meningka dengan pertambahan sekitar 18%

masalah tersebut ada dengan memanfaatkan

per

produksinyamasih

peran mikoriza potensial sebagaimana telah

rendah, maka sampai saat ini Indonesia

ditunjukkan oleh Sastrahidayat (1991) dalam

menjadipengimpor kedelai.

Tanaman ini

upaya mencari terobosan peningkatan produksi

diusahakan pada musim kemarau pada lahan

padi gogo sekaligus untuk mengatasi masalah

basah setelah padi atau pada lahan kering

seperti di atas.

dengan memanfaatkan sisa kandungan air

Jamur

tahun,

kedelai

salah

mengingat

di

tanah dari musim sebelumnya.

kemampuan

mikoriza menyerap

mempunyai unsur

hara,

Beberapa jenis patogen jamur dapat

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap

merupakan faktor pembatas pada pertumbuhan

kekeringan, memperbaiki struktur dan agregat

dan perkembangan tanaman kedelai.

tanah, memacu aktifitas organisme berguna

Jamur

Rhizoctonia solani dan Sclerotium rolfsii

(Dela Crus, 1988).

149

Mikoriza juga dapat

Aplikasi Fungisida Sistemik …

149–157

(Achmad Djunaedy)

menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti

tanah yang kekurangan Ca, Fe, Mg, N, p, S

auxin, sitokinin, giberellin, dan vitamin B

atau kombinasi dari unsur hara tersebut. Gejala

kompleks, selain itu juga mampu membentuk

serangan akan lebih berat bila pertumbuhan

penghalang fisik danmengeluarkan antibiotik

tanaman kurang baik. Jamur patogen ini dapat

tertentu bagi perkembangan patogen tanah.

bertahan hidup lama dengan cara membentuk

Pemakaian

fungisida

untuk

sclerotia yang tahan terhadap kekeringan.

mengendalikan patogen jamur banyak dan

Gejala khusus dari serangan patogen

sering dilakukan, sehingga kadang-kadang

ini adalah busuk berwarna coklat kemerahan

dapat juga mengganggu keberadaan jamur

pada lapisan korteks akar utama dan pangkal

yang

mikoriza.

batang. Gejala ini dapat berkembang menjadi

Mengingat pentingnya jamur mikoriza dalam

kangker cekung yang melingkari pangkal

pertumbuhan

batang.

menguntungkan

seperti

tanaman

kedelai,

maka

Bila cuaca menguntungkan gejala

pemakaian fungisida hendaknya dilakukan

kangker cekung tersebut dapat meluas ke

secara hati-hati, untuk itu perlu ada kajian

bagian atas batang. Gejala pertama penyakit

tentang pengaruh fungisida sistemik terhadap

busuk pangkal batang scletorial blight terlihat

kehidupan

pada tanaman berumur 2-5 minggu.

mikoriza

dalam

rangka

Pada

pengendalian Petogen Tular Tanah dan upaya

umur tersebut tanaman tampak layu dan daun

meningkatkan produktifitas tanaman kedelai.

menjadi coklat.

Pada pangkal batang bibit

tampak massa miselia berwarna putih atau Pendekatan Masalah Dan Pembahasan

butir-butir

Patogen Tular Tanah

coklat

muda

sampai

coklat,

selanjutnya tanaman yang terinfeksi akan mati.

Dari sejumlah penyakit penting pada

Patogen aktif berkembang pada permukaan

tanaman kedelai, ada dua Petogen Tular Tanah

tanah.

yang cukup berbahaya yaitu :

tanaman sebagai saproba dan bersama sklerotia

1.

2.

Miselium berkembang pada sisa-sisa

Rebah kecambah dan busuk

yang berkecambah serta benih kedelai yang

pangkal batang yang disebabkan

terinfeksi dapat berperan sebagai sumber

yang

infeksi

disebabkan

oleh

pertama.

Sklerotian

dalam

tanah

Rhizoctonia solani;

berkecambah terutama pada tanah berpasir dan

Busuk pangkal batang yang

masam (pH 3-6) serta keadaan lembab

disebabkan

(Sudjono, et al, 1985).

oleh

Sclerotium

Kerugian hasil karena penyakit yang

rolfsii. Gejala busuk akar dan pangkal batang

disebabkan R. Solani dapat mencapai 40%,

banyak dijumpai pada tanah basah terutama

sedangkan kerugian hasil karena penyakit

pada bibit atau tanaman kedelai muda dan

busuk pangkal batang yang disebabkan S.

150

EMBRYO VOL. 5 NO. 2

DESEMBER 2008

ISSN 0216-0188

Rolfsii dapat mencapai 30%, dan kerugian ini

Endomikoriza tidak memiliki selubung

sering terjadi pada lahan yang selalu ditanami

miselia jamur yang menutupi akar tanaman

kedelai

terinfeksi dan akar tidak membengkak. Hifa

dan

kacang-kacangan

lainnya

(Anonim, 1990b).

jamur masuk ke dalam individu sel jaringan

Pengendalian kedua jenis patogen tular

korteks akar. MVA adalah endomikoriza yang

tanah ini pada umumnya digunakan dengan

membentuk struktur khusus berbentuk lonjong

cara pengaturan pola tanam, pengapuran,

disebut vesikel dan sistem percabangan hifa

varietas tahan, drainase yang baik, dan aplikasi

yang disebut arbuscular.

fungisida sistemik, sedangkan penggunaan

MVA adalah hifa eksterna yang dibentuk di

mikoriza untuk pengendalian sudah dilakukan

luar akar tanaman dan berfungsi membantu

pada padi gogo (Sastrahidayat, 1990).

penyerapan

hara

dan

Bagian penting

air

oleh

tanaman

(Kabirun, 1989). Mikoriza dan Perannya

Peranan

mikoriza

terhadap

Mikoriza adalah jamur tanah yang

peningkatan pertumbuhan tanaman adalah

membentuk asosiasi mutualistis dengan akar

meningkatkan kemampuan tanaman dalam

tanaman darat (Alexopoulos and Mims, 1979).

menyerap nutrisi. Adanya hifa eksterna yang

Mikorisa dikelompokkan ke dalam tida tipe

ekstensifatau

utama berdasarkan cara infeksi jamur ke akar

menyelubungi

akar

tanaman

tanah

dapat

inang

yaitu

ektomikoriza,

endomikoriza dan ektoendomikoriza.

dijumpai

pada

tanaman

eukaliptus, dan Dipterocarpaeceae.

yang

yang

kompak

menyebabkan volume dijangkan

tanaman

meningkat, sehingga penyerapan unsur hara

Ektomikoriza merupakan tipe yang dominan

mantel

pinus,

oleh akar yang terinfeksi mokiriza akan meningkat,

tenaga

absorbsi

dapat

Bagian

dipertahankan lebih lama, dan translokasi hara

akar tanaman terutama akar lateral yang

dari hifa ke sel-sel jaringan korteks diperlancar

terinfeksi

(Anonim, 1990a).

secara

tipikal

membengkak,

bercabang dikotom dan mengandung pigmen.

Mikoriza juga mampu memperbaiki

Miselia jamur menutupi permukaan akar

struktur dan agregar tanah, meningkatkan

membentuk selubung yang padat dan tebal

ketahanan

yang disebut mantel, beberapa hifa menetrasi

mempercepat terjadinya siklus mineral, dan

akar tetapi tidak masuk ke dalam sel dan hanya

memacu aktifitas organisme berguna, serta

berkembang di antara sel-sel jaringan korteks

mampu

yang membentuk struktur seperti jala dan

giberillin

disebut harting net.

Kemampuan mikoriza menyerap unsur hara

tanaman

terhadap

menghasilkan dan

vitamin

auxin, B

kekeringan,

sitokinin, kompleks.

fosfor pada tanah masam sangat dominan.

151

Aplikasi Fungisida Sistemik …

149–157

Seperti dikemukakan Risema (1983) bahwa

(Achmad Djunaedy)

1.

Adanya sekresi antibiotik yang

pada umumnya fosfor dalam tanah terdapat

menghambat

dalam

patogen;

bentuk

larut

keasaman,sehingga

karena

pengaruh

ketersediaannya

tanaman sangat terbatas.

bagi

2.

Pada akar yang

perkembangan

Mantel atau selubung miselia jamur

mikoriza

bertindak

bermikoriza, aktifitas enzim fosfatase yang

sebagai penghalang fisik dari

berperan sebagai katalis dalam hidrolisis fosfat

penetrasi patogen;

tidak larut meningkat, sehingga fosfat terlarut

3.

Surplus hara di akar digunakan

di dalam tanah meningkat, selanjutnya oleh

oleh

rambut akar maupun oleh hifa eksterna

mengurangi banyaknya makanan

ditransfer ke dalam akar (Fakuara, 1991).

yang

Dengan

beberapa

alasan

di

atas

bila

dapat

sehingga

digunakan

oleh

dengan

akar,

patogen;

kiranya mikoriza bersifat sebagai pupuk hayati yang

mikoriza

4.

Bersama-sama

diterapkan

di

lapang

dapat

mikoriza

prospek

yang

cerah

untuk

perkembangan populasi mikroba

efisiensi penggunaan pupuk terutama untuk

dalam rizosfer yang melindungi

tanah marginal di daerah tropis dan secara

akar;

memberikan

ekonomis akan menurunkan masukan pupuk

5.

membantu

Bahan-bahan yang dihasilkan

ke tanah tanpa resiko menurunkan produksi

oleh korteks inang yang telah

tanaman.

terinfeksi dapat berperan sebagai

Peranan mikoriza dalam meningkatkan

penghambat terhadap infeksi dan

ketahanan tanaman terhadap patogen juga

penyebaran patogen di dalam

cukup

akar bermikoriza.

besar,

seperti

hasil

inventarisir

pengendalian beberapa patogen yang telah dilakukan

pada

(Sastrahidayat, penelitian

beberapa

1991).

menunjukkan

komoditas

Beberapa bahwa

hasil

Fungisida Sistemik

tanaman

dengan MVA umumnya lebih tahan terhadap serangan penyakit (Anonim, 1990b).

Fungisida

ditinjau

dari

segi

mekanisme aktifitas biologinya dibagi dalam

Marx (1973) menyimpulkan beberapa

tiga tipe yaitu :

kemungkinan mekanisme proteksi terhadap tanaman oleh mikoriza yaitu :

1. Fungisida Eradikan Fungisida diaplikasikan

apabila

Eradikan organisme

penyebab penyakit sudah ada di dalam

152

EMBRYO VOL. 5 NO. 2

DESEMBER 2008

ISSN 0216-0188

tanaman atau pada tanaman di tingkat

seperti

awal infeksi atau sebelum gejala

merkuri-organo.

kerusakan menjadi irreversible. Bila

3. Fungisida Sistemik

patogen telah ada di dalam tanaman,

tembaga,

belerang,

Fungisida

sistemik

dan

adalah

maka fungisida ini harus mampu untuk

senyawa kimia apabila diaplikasikan

mengadakan

terhadap

penetrasi

melancarkan

kegiatan

guna peracunan,

tanaman,

sebagian

akan

ditranslokasikan ke bagian lain, dalam

dalam hal ini diperlukan aktifitas

kuantitas fungisidal.

sistemik.

Bila patogen ada di luar

melalui tanah untuk diabsorbsi oleh

tanaman, seperti di permukaan daun,

akar, atau melalui penetrasi daun, atau

maka kegiatan kontak oleh fungisida

injeksi

adalah

1998).

paling

cocok.

Fungisida

melalui

Aplikasi dapat

batang

(Triharso,

kelompok ini tidak persisten dalam tanaman

atau

dalam

lingkungan

dibanding dengan fungisida protektan. Fungisida

Eradikan

antara

Syarat ideal fungisida sistemik

lain

adalah; 1) bekerja sebagai toksikan

DNOC,

dalam tanaman inang, 2) mengganggu

methylthiophanate, captan, iprodion,

metabolisme inang dan mengimbas

dan maneb.

ketahanan

2. Fungisida Protektan

terhadap patogen dan tidak mengurasi

carbendazim,

Fungisida

fisik

maupun

kimia

Protektan

kuantitas, maupun kualitas tanaman, 3)

pada

dapat diabsorbsi dengan baik dan

permukaan bagian tanaman (buah,

ditranslokasikan dari titik aplikasi ke

batang, daun), sebelum terjadinya

tempat

penyakit

diaplikasikan

terutama

atau

mengadakan

patogen

mempunyai

sebelum

patogen

derajat stabilitas dalam tanaman inang,

kontak

dengan

4) toksisitas terhadap mamalia cukup

permukaan bagian tersebut. Fungisida

rendah,

Protektan memerlukan waktu residual

ketahanan inang.

yang lama untuk memperoleh sifat proteksi

dan

yang

Mekanisme

meningkatkan

kerja

fungisida

sistemik meliputi ; 1) netralisasi enzim

pada

atau toksin yang terkait dalam invasi

boleh

dan kolonisasi jamur, 2) akumulasi

Sifat-sifat ini

selektif fungisida karena permeabilitas

diperoleh pada fungisida anorganik

dinding sel jamur menjadi lebih besar,

permukaan

dan

5)

jika

diaplikasikan

lama

dan

langsung tanaman

bersifat fitotoksik.

tidak

153

Aplikasi Fungisida Sistemik …

3)

terjadinya

149–157

kerusakan

(Achmad Djunaedy)

membran

Beberapa

hasil

penelitian

semipermeabel dan struktur infeksi

bahwa penggunaan fungisida sistemik

jamur, 4) penghambatan sistem enzim

benomyl selain sangat toksik terhadap

jamur,

mengganggu

Verticillium, Theeliviopsis, Botrytis,

kecambah,

dan Rhizoctonia, juga toksik pada

sehingga

terbentuknya apresorium

buluh dan

haustorium,

5)

jamur

non

patogen

seperti

terjadinya chelat dan presipitasi zat

Trihoderma,Penicillium,

dan

kimia, 6) terjadinya antimetabolisme,

Aspergillus (Sieverding, 2001).

Hal

7) mempengaruhi sistesis asam nukleat

ini menunjukkan

dan protein.

fungisida

Berdasarkan struktur kimianya fungisida

sistemik

diklasifikasikan

dalam

kelompok: benzimidazole,

bahwa aplikasi

sistemik

menguntungkan.

tidak

selalu

Mikoriza termasuk

juga jamur yang non patogen yang dapat

dipengaruhi

dengan

adanya

thiophanate, oxantin, dan senyawa

fungisida

yang terkait pyrimidin, morpholine,

benomyl dan metil tiofanat pada tanah

organofosfatdan kelompok lainnya.

dapat menghambat pembentukan dan

Residu

fungisida

sistemik.

Pemberian

sistemik

perkembangan mikoriza pada akar

agak berbeda dengan fungisida non-

cengkeh, demikian juga pemberian

sistemik.

fungisida sistemik pada biji gandum

Cara dan waktu aplikasi

akan mempunyai pengaruh pada residu

dapat

yang dihasilkan. Bahan fungisida pada

MVA.

permukaan daun akan aus dengan cara

Yulianto (1989), menunjukkan bahawa

yang biasa, sedang bahan fungisida

fungisida sistemik benomyl dengan

dalam jaringan akan bergerak ke tepi

konsentrasi 0.4 g/l dan 0.8 g/l, serta

dan

dalam

mankozeb dan karbendazim 4.0 g/l

metabolik

dapat menghambat infeksi Glomus

akhirnya

jaringan. menjurus

akan

larut

Pematahan akan

kehilangan

secara

menurunkan

derajat

infeksi

Selanjutnya hasil penelitian

fasciculatus

pada

akar

kedelai

sempurna aktifitas fungisidal.

Pada

sehingga bobot biji per polong dan

fungisida

akan

bobot 1000 butir kedelai menjadi

mengalami penetrasi kutikula lebih

rendah, hal seperti tercantum pada

lanjut,

Tabel 1.

sistemik

sehingga

residu

masih

akan

berpengaruh dalam penyimpanan.

154

EMBRYO VOL. 5 NO. 2

DESEMBER 2008

ISSN 0216-0188

Tabel 1. Pengaruh Fungisida Sistemik terhadap Persentase Infeksi G. Fasciculatus, Bobot Biji per tanaman, dan Bobot 1000 butir Kedelai (Yulianto, 1989). Persentase infeksi G. Bobot Biji per Bobot 1000 Fungisida Tanaman butir biji fasciculatus 110.45 a 6.19 a 12.0 a Benomyl 0.4 g/l 107.34 a 6.97 a 9.4 a Benomyl 0.8 g/l Mankozeb + Karbendazim 114.33 a 6.08 a 52.4 b 2.0 g/l Mankozeb + Karbendazim 107.35 a 6.36 a 25.4 a 4.0 g/l 125.99 b 9.03 b 56.8 b Kontrol

Pengendalian Petogen Tular Tanah Pengendalian penggunaan

varietas

direkomendasikan penggunaan

secara kultur teknis, tahan

kepada

petani,

jamurantagonis

sebagai

secara

terbatas.

dan

dapat

juga

dilakukan

perendaman

bibit

banyak

sebelum tanam ke dalam larutan

bahkan

fungisida;

agen

2.

pengendali hayati sudah mulai dipraktekkan meskipun

ditanam,

Pemberian

fungisida

lewat

tanah;

Untuk

3.

mengendalikan penyakit busuk pangkalbatang

Penyemprotan melalui daun.

Perlakuan

benih

dan

pemberian

(Sclerotial blight) dapat dilakukan dengan cara

fungisida lewat tanah dapat mengendalikan

pembalikan tanah, pemakaian benih yang

patogen tular tanah (Sieverding, 2001) dengan

bebas patogen dan varietas tahan, peningkatan

menghambat aktifitas MVA dan ektomikoriza,

pH tanah dengan pengapuran, dan drainase

meskipun

agar permukaan tanah tetap kering.

Begitu

penelitian lain menunjukkan pengaruh yang

pula dengan pengendalian penyakit rebah

tidak nyata. Hal ini mengakibatkan pemberian

kecambah atau busuk akar/pangkal batang

mikoriza menjadi kurang bermanfaat, padahal

yang disebabkan R.solani dapat dilakukan

hasil penelitian menunjukkan peran mikoriza

dengan cara tersebut.

sangat besar terutama dalammengatasi maslah

Selain pengendalian tersebut di atas, dapat juga dengan pemakaian fungisida.

kenyataannya

beberapa

pertanaman yang kondisi lahannya kurang subur.

Aplikasi fungisida dapat dilakukan dengan cara :

pada

Dengan pertimbangan faktor sosiologi, ekonomi dan ekologi, maka penggunaan

1.

Perlakuan benih (seed treatment)

fungisida sedapat mungkin dihindari. Namun

yaitu

mencampur

demikian kadang-kadang pemakaian fungisida

fungisida formulasi debu/tepung

terpaksa harus dilakukan pada daerah endemik

dengan

atau pasta dengan benih sebelum

155

Aplikasi Fungisida Sistemik …

149–157

(Achmad Djunaedy)

terserang patogen dan tidak ada cara lain yang

pertumbuhan

efektif untuk mengendalikannya.

tanaman

dan

produksi

kedelai

melalui

Dengan beberapa pertimbangan yang

peningkatan

disebut di atas, perlu kiranya dikembangkan

penyerapan

cara-cara pengendalian penyakit jamur tular

ketersediaan nutrisi bagi tanaman,

tanah yang aman bagi penggunaan pupuk

sehingga sangat memungkinkan

hayati mikoriza yang meliputi :

bagi pengembangan bioteknologi

1.

2.

3.

unsur

hara

dan

Penggunaan varietas tahan dan

mikoriza sebagai pupuk hayati

benih yang sehat;

sekaligus

Penggunaan kultur teknis yang

efisiensi penggunaan pupuk dan

baik;

meningkatkan kesuburan tanah.

Penggunaan

pupuk

hayati

dapat

2. Penggunaan

meningkatkan

mikoriza

dapat

mikoriza yang praktis dalam

dijadikan sebagai salah satu cara

aplikasi seperti dalam bentuk

pengendalian patogen tular tanah

tablet, granular, campuran tanah

pada tanaman kedelai.

dan akar bermikoriza; 4.

kemampuan

3. Aplikasi fungisida sistemik yang

Penggunaan fungisida dengan

tidak tepat dapat menghambat

ketentuan :

pengembangan mikoriza sebagai

a.

organisme yang menguntungkan

tidak ada cara lain yang

efektif untuk mengendalikan penyakit; b.

memilih sistemik

dalam

fungisida dan

selektif,

pengendalian

penyakit jamur tular tanah. 3.1

hanya untuk patogen tular

c.

rangka

Implikasi 1. Penggunaan

fungisida

sistemik

tanah;

sebaiknya dihindari kecuali tidak

memilih fungisida yang

ada cara pengendalian lain yang

mempunyai efek residu

efektif.

rendah (Anonim, 1992).

2. Perlu diteliti lebih jauh tentang pengaruh

Kesimpulan

fungisida

sistemik

terhadap berbagai jenis mikoriza

Dari permasalahan dan pembahasan yang disampaikan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

pada berbagai komoditi penting. 3. Perlu

dikembangkan

fungisida

selektif yang tidak mengganggu

1. Mikoriza mempunyai peran yang sangat besar dalam meningkatkan

156

aktifitas mikoriza.

EMBRYO VOL. 5 NO. 2

DESEMBER 2008

ISSN 0216-0188

11 -27 Desember 1998. PAU-IPB. Bogor. 11 hal.

DAFTAR PUSTAKA

Marx, Alexopoulos, C.J. and C.W. Mims. 1989. Subdivision Introductory Mycology. 3rd. Ed. John Wiley and Sons. NewYork. p. 534572. Anonim.

1990a. Final Report of the Consultant on Mycorhiza Program Development, In the IUC Biotechnology Center 10 to Juni 5, 1990. Depdikbud PAU Bioteknologi IPB. Bogor. 42p.

___________1990b. Penyakit Kedelai dalam Petunjuk Bergambar untuk Identifikasi Hama dan PenyakitKedelai di Indonesia. Puslitbang Tanaman Pangan BogorJICA. H. 85-115 ___________1992. Petunjuk Penggunaan Pestisida. PT. Petro Kimia Kayaku. Gresik. 61 hal. Dela Cruz, R.E. 1988. General Lecture of Mycorrhiza. Publ. By Workshop on Myco. Noc. Com. UPLP. 6 p. Fakuara, Y.M. 1991. Mikoriza, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. PAU-IPB. Bogor. 200 hal. Kabirun,

S. 1998. Peranan Endomikoriza dalam Pertanian. Makalah disajikan dalam kursus singkat Teknologi Mikoriza

157

D.H.1973. Mycorrhiza and Freeder Root Deseases. P. 107-150. Academic Press. New York.

Risema, W.I. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan diterjemahkan oleh H.M. Saleh. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 235 hal. Sastrahidayat, I.R. 1990. Inventarisasi dan Uji Isolat dalam Menuju Pengembangan Bioteknologi. Lporan Hasil Penelitian. Puslit. Universitas Brawijaya. Malang. 37 hal. Sieverding, E. 2001. Plant Protection Practices with Pesticides, In Vescular-arbuscular Mycorrhiza Mangement in Tropical Agrosystem, p. 165-183. Sudjono, M., Sudjardi, dan M.Amir. 1985. Penyakit Kedelai dan Penanggulangannya. Balittan Bogor. h. 331-355. Triharso,

1998. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. 362 hal.

Yulianto, 1999. Pengaruh Fungisida Sistemik pada Kedelai terhadap Infeksi Mikoriza Vaskular-arbuskular dan Hasil. Prociding Kongres Nasional X dan Seminar PFI, h. 121-123