BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Pada orang dewasa, air menyumbang sebanyak 60% berat badan total, dan persentase tersebut lebih tinggi pada bayi, yaitu mencapai 75% (Roth, 2011). Di dalam tubuh, air memegang peranan penting, yaitu sebagai
pembentuk sel dan cairan tubuh,
pengatur suhu tubuh, pelarut, pelumas dan bantalan, media transportasi dan sebagai media eliminasi toksin dan produk sisa metabolisme (Santoso et al., 2012). Air sering kali tidak dianggap sebagai zat gizi padahal mempunyai fungsi fisiologis yang amat banyak. Jika mempertimbangkan jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh, maka air dapat digolongkan sebagai zat gizi makro, seperti halnya karbohidrat, lemak dan protein (Kavouras & Anastasiou, 2010). Pada studi pembatasan konsumsi air, terlihat adanya penurunan fungsi kognitif dan motorik (Szinnai et al., 2005), juga penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik (Peronnet, 2010). Akibat lain dari konsumsi air yang sedikit adalah gangguan saluran pencernaan, fungsi jantung (Popkin et al., 2010), hingga risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, batu ginjal (Amstrong, 2010) dan kanker (Kleiner, 1999). Di sisi lain, saat ini konsumsi air khususnya air putih juga menjadi salah satu alternatif untuk pencegahan obesitas. Konsumsi air sebelum makan diketahui dapat menurunkan asupan kalori (Davy et al., 2008). Pada kenyataannya, konsumsi air tergolong rendah. Data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 2005–2006 menunjukkan bahwa pada anak laki-laki usia 9 – 13 tahun di Amerika Serikat, hanya 15% yang konsumsi airnya sama atau melebihi angka kecukupan konsumsi air (2,4L) dan 26% pada anak perempuan (2,1L) (Kant & Graubard, 2010). Di Indonesia, penelitian terkait dengan konsumsi air terutama pada anak-anak masih sangat terbatas. The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) mengungkap bahwa 49,1% subyek penelitian mengalami kurang air atau hipovolemia ringan. Kejadian ini lebih tinggi pada remaja (49,5%) dibandingkan orang dewasa
1
2
(42,5%) (Hardinsyah, 2009cit Santoso et al., 2012). Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa kelas V sebuah SD di Kota Yogyakarta, diketahui bahwa konsumsi air pada 76,2% anak masih di bawah AKG untuk anak usia 10 – 12 tahun yaitu 1800 mL. Dengan tingginya rasio luas permukaan dan massa tubuh, kurangnya kapasitas pengeluaran keringat dan rendahnya cardiac outputdibandingkan orang dewasa, anak-anak rentan mengalami dehidrasi terutama ketika sedang latihan pada suhu lingkungan yang tinggi (Rowland, 2008). Sekolah dasar merupakan tempat yang mempunyai keunikan tersendiri. Seorang guru sekolah dasar mempunyai hubungan emosi yang unik dengan siswanya (Moon, 1999) dan hampir seperempat waktu anak dihabiskan di sekolah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa program promosi kesehatan yang diintegrasikan dengan program sekolah menunjukkan hasil yang memuaskan (Wechsler et al., 2004). Selain itu, anak usia sekolah dasar mempunyai hubungan yang erat dengan keluarga dan masyarakat sehingga memungkinkan adanya kerja sama yang baik (Moon, 1999). Berbagai bentuk promosi kesehatan di sekolah yang berkaitan dengan pola makan telah banyak dilakukan, misalnya untuk menurunkan prevalensi obesitas(Sahota et al., 2001b; Caballero et al., 2003; Lafontan, 2010), meningkatkan konsumsi buah dan sayuran (Chapman & Armitage, 2012; Moore & Tapper, 2008; Resnicow et al., 2001; Anderson et al., 2005)dan meningkatkan aktivitas fisik (Flynn et al., 1992). Namun masih sedikit yang bertujuan untuk meningkatkan konsumsi air minum. Dari intervensi yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi yang disarankan dalam merancang sebuah intervensi, antara lain: fokus pada perilaku, bersifat multikomponen/multistrategis, adaya perubahan lingkungan sekolah, melibatkan keluarga, dan penggunaan multimedia yang inovatif (Roseman et al., 2011). Intervensi di sekolah yang bersifat multistrategis berhasil memperbaiki perilaku makan pada anak (Lytle & Achterberg, 1995). Pengetahuan merupakan dasar dalam berperilaku. Perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan akan menyebabkan perilaku tersebut tidak langgeng.
3
Pembiasaan juga merupakan salah satu cara untuk membentuk suatu perilaku (Maulana,
2007).
Intensitas
dalam
suatu
perilaku
akan
meningkatkan
keotomatisan dalam berperilaku (Lally et al., 2010). Suatu bentuk intervensi yang dilakukan
oleh
staf
di
sekolah
diharapkan
dapat
menjamin
keberlangsungannya.Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efikasi beberapa bentuk promosi gizi di sekolah yang paling baik untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku terkait konsumsi air pada anak sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah Air merupakan zat penting bagi tubuh namun pemenuhan kebutuhannya sering dikesampingkan. Banyak orang yang mengalami kekurangan air minum, sehingga berdampak negatif pada fisik dan mental serta dampak jangka panjangnya berkaitan dengan risiko penyakit tidak menular seperti obesitas, penyakit ginjal, kencing batu, kanker dan diabetes. Air putih dinilai merupakan jenis air yang ideal untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan air pada kondisi normal. Sekolah termasuk lingkungan terdekat anak sehingga berpotensi sebagai media untuk memperbaiki perilaku anak yang terkait dengan konsumsi air minum. Oleh karena itu diperlukan suatu intervensi pada anak-anak yang dapat meningkatkan konsumsi air minum. Rumusan masalah penelitian ini adalah bentuk promosi gizi manakah yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang konsumsi air pada anak sekolah dasar di Kota Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk promosi gizi yang paling baik yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang konsumsi air pada siswa sekolah dasar di Kota Yogyakarta.
4
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui bentuk promosi gizi yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar tentang konsumsi air di Kota Yogyakarta. b. Untuk mengetahui bentuk promosi gizi yang dapat meningkatkan sikap siswa sekolah dasar tentang konsumsi air di Kota Yogyakarta. c. Untuk mengetahui bentuk promosi gizi yang dapat meningkatkan perilaku siswa sekolah dasar tentang konsumsi air di Kota Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang intervensi efektif yang di sekolah untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku, khususnya terkait konsumsi air. 2. Bagi Pemerintah dan Instansi Terkait a. Memberikan bahan masukan dalam menyusun kebijakan di masa yang akan datang terkait program kesehatan untuk sekolah. b. Memberikan bahan pertimbangan kurikulum kesehatan di sekolah. 3. Bagi Masyarakat Sebagai upaya untuk membentuk perilaku positif sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan konsumsi air. 4. Bagi Peneliti a. Menyediakan data awal terkait konsumsi air pada anak-anak. b. Sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama, sebagai hasil inovasi dan memberi kemudahan khususnya di bidang promosi kesehatan tentang gizi dan kesehatan.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang melakukan promosi kesehatan di sekolah telah banyak dilakukan namun hanya sedikit yang bertujuan untuk meningkatkan konsumsi air,
5
khususnya air putih. Berikut ini beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah: 1. Caballero et al.,(2003) yang berjudul Pathways: a school-based, randomized controlled trial for the prevention of obesity in American Indian school children. Persamaannya adalah melakukan promosi kesehatan di sekolah dasar dan adanya
pendidikan
di
intervensinya.Perbedaannya
kelas adalah
sebagai tujuan
salah
satu
intervensinya
yaitu
bentuk untuk
mengurangi prevalensi obesitas dengan meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi
asupan
lemak,
jenis
intervensi
yang
digunakan
yaitu
menggunakan pelayanan makanan di sekolah dan melibatkan keluarga. 2. Anderson et al.,(2005) yang berjudul The impact of a school-based nutrition education intervention on dietary intake and cognitive and attitudinal variables relating to fruits and vegetables Penelitian tersebut melihat pengaruh suatu intervensi gizi di sekolah dengan keluaran berupa konsumsi buah dan sayuran. Model intervensi yang digunakan bersifat multikomponen meliputi pendidikan di dalam kelas, penyediaan surat kabar untuk siswa dan orang tua serta guru. Perbedaannya adalah tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayuran sementara pada penelitian yang akan dilakukan untuk meningkatkan konsumsiair minum serta jenis intervensi yang digunakan. 3. Sichieri et al.,(2009) yang berjudulSchool randomized trial on prevention of excessive weight gain by discouraging students from drinking sodas. Penelitian tersebut menggabungkan beberapa intervensi seperti pendidikan di kelas, menempelkan banner, pembagian botol minum yang berlogo kampanye pendidikan gizi, melukis dan membuat lagu yang berkaitan dengan minum air dan mengurangi konsumsi SSBs (sugar sweetened beverages). Perbedaannya adalah merode yang digunakan untuk mengukur konsumsi air minum yaitu menggunakan 1x recall sementara pada penelitian yang akan dilakukan adanya dengan 3x fluid record.
6
4. Muckelbauer et al., (2009) yang berjudul Promotion and Provision of Drinking Water in Schools for Overweight Prevention : Randomized , Controlled Cluster Trial. Penelitian tersebut menggunakan design yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu randomized controlled cluster trial. Persamaannya adalah jenis intervensi yang dilakukan adalah di sekolah dengan menggunakan pendidikan yang diberikan oleh guru.Perbedaannya adalah metode yang digunakan untuk mengukur konsumsi air minum. Pada penelian ini menggunakan 1x recall 24 jam yang diisi sendiri oleh siswa sementara pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan 3x fluid record.