ARTIKEL PUBLIKASI YUSRAN

Download 30 Jun 2001 ... Basis of Therapeutics, New York, 9 th edition, 70-77. Jordan S, Hartono A editor, 2003. Obat oksitosik, Farmakologi kebidan...

0 downloads 402 Views 38KB Size
PERBANDINGAN LAMA DAN JUMLAH PERDARAHAN KALA III PERSALINAN MENGGUNAKAN MISOPROSTOL SUBLINGUAL DENGAN OKSITOSIN INTRAMUSKULAR PADA GRANDEMULTIPARA The Comparison of The Duration and Quantity of Bleeding in The Third Stage of Delivery Using Sublingual Misoprostol and Intramuscular Oxytocin Among Grand Multipara

Yusran Antonius, Eddy Hartono dan Umar Malinta

ABSTRAK Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur lama dan jumlah perdarahan pada kala III persalinan serta efek samping obat pada pemberian misoprostol 400 mcg sublingual dan oksitosin 10 IU intramuskular pada grandemultipara. Metode: Penelitian ini adalah uji klinis dengan subyek ibu bersalin aterm grandemultipara di RSIA Siti Fatimah Makassar yang memenuhi kriteria inklusi mulai bulan Agustus sampai November 2010 dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok misoprostol sebagai subyek penelitian dan kelompok oksitosin sebagai kelompok oksitosin sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian : menunjukkan ada perbedaan bermakna lama kala III yang lebih singkat pada misoprostol dengan rerata±SD 9,09±2,15 dibandingkan dengan oksitosin 10,45±2,26 (P=0,012) dan jumlah perdarahan lebih sedikit pada misoprostol dengan rerata±SD 190,73±18,91 dibandingkan dengan oksitosin 220,24±39,27 (P=0,000) sedangkan efek samping tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan dari penggunaan kedua obat tersebut(P = 0,098). Kesimpulan : didapatkan bahwa lama kala III lebih singkat dan jumlah perdarahan kala III lebih sedikit pada misoprostol sublingual dibandingkan dengan oksitosin intramuskular pada grandemultipara. Kata kunci : Lama kala III, jumlah perdarahan kala III, misoprostol sublingual, oksitosin intramuskular, efek samping

ABSTRACT This study aims to measure the duration and quantity of bleeding at the third stage of delivery; and the side effect of administering misoprostol 400 mcg sublingually and oxyticun 10 IU intramuscularly among grand multipara mothers. The subjects of research were grand multipara mothers who fulfill the inclusive criteria. The research was conducted at Siti Fatimah Mother and Children Hospital in Makassar from August to November 2010 by using a clinical test on 70 samples. The data were analyzed by using Chi square test, Mann Whitney test, and independent T test with a significant level of 5% (p < 0.05). The results show that there is a significant difference in the use of sublingual misoprostol and intramuscular oxytocin. The duration of the third stage of delivery was shorter in the group of mothers administered misoprostol (mean±SD 9.09±2.15) compared to the group of mothers administered oxytocin (10.45±2.26) (p=0.012). Similarly, the quantity of bleeding at the third stage of delivery was lower in the group of mothers admininterd misoprostol (mean±SD 190.73±18.91) compared to the group of mothers administered oxytocin (220.24±30.27) (p=0.000). In terms of side effect, there is no significant relationship in the use of both kinds of medicine (p=0,098). Keywords : duration of the third stage of delivery, quantity of bleeding at the third stage of delivery, intramuscular oxytocin, sublingual misoprostol, side effect

PENDAHULUAN Kematian ibu sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang perlu mendapat perhatian. Tahun 2005 WHO memperkirakan lebih dari 536.000 ibu per tahunnya meninggal akibat persalinan. Khusus di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan data Depkes RI tahun 2007 adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, angka ini adalah yang tertinggi. Depkes RI berupaya menurunkan angka ini menjadi 206 pada tahun 2009 dan 124 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu bersalin paling sering yaitu sekitar 28% dari seluruh penyebab kematian ibu melahirkan. (Menkes, 2009 ; Yanti A, 1999) Pada perdarahan akibat persalinan, atonia uteri merupakan penyebab paling sering yaitu 50% kasus, yang terjadi salah satunya akibat jumlah paritas yang tinggi (grandemultipara). Risiko untuk terjadinya perdarahan pasca persalinan pada grandemultipara empat kali lebih besar dibandingkan pada paritas kurang atau sama dengan 4 yang diakibatkan dinding uterus menipis dimana miometrium dan tonus otot sudah tidak terlalu baik dalam melakukan kontraksi. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Suratin (2001) dan Suryani (2007) bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan pasca persalinan. Plasenta yang tertinggal, robeknya jalan lahir dan inversio uteri juga merupakan penyebab perdarahan pasca persalinan. (Cunningham, 2001; Karkata MK, 2008; Suryani, 2008; Yanti A, 1999) Perdarahan pasca persalinan merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan dan tidak dapat diramalkan. Karena itu sangat penting melakukan suatu tindakan intervensi untuk mencegah perdarahan pasca persalinan yaitu dengan pemberian obat-obat uterotonika. Pada saat ini, oksitosin digunakan untuk manajemen aktif kala III dimana pada penyuntikan intramuskular setelah bayi lahir, absorbsi cepat terjadi tetapi efeknya tidak berlangsung lama. Karena itu mungkin perlu diberikan obat uterotonika yang lain untuk mengurangi perdarahan pasca persalinan terutama pada grandemultipara. Sehubungan dengan hal tersebut, penting dilakukan penelitian tentang obat uterotonika sehingga morbiditas dan mortalitas ibu pasca persalinan dapat dicegah. Obat uterotonika yang dikenal dan paling sering digunakan saat ini selain oksitosin adalah metergin dan prostaglandin E1 (misoprostol) dimana misoprostol ternyata sangat efektif dalam mengurangi perdarahan pasca persalinan. Keuntungan lain misoprostol adalah stabil terhadap suhu kamar, penggunaannya mudah dan harganya relatif murah, sehingga direkomendasikan sebagai salah satu alternatif untuk pencegahan dan terapi perdarahan pasca persalinan terutama di negara berkembang khususnya di Indonesia yang angka kematian ibu masih tinggi (Begley, 1999; Tang OS, 2007 ; Yanti A, 1999) Misoprostol yang digunakan dalam bidang obstetri dan ginekologi dan telah diuji adalah pemberian melalui oral, vagina, sublingual, bukkal dan rektal. Di Indonesia, misoprostol telah digunakan sebagai salah satu jenis uterotonika untuk mencegah perdarahan pasca persalinan. Dosis yang digunakan sesuai dengan rekomendasi United States Pharmacopeia Drug Information di USA yaitu 400 - 600 mcg Untuk mengurangi perdarahan pasca persalinan terutama pada kala III, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut cara pemberian yang lebih efektif apakah dengan pemberian oksitosin saja atau dengan misoprostol per sublingual yang pada beberapa studi T max lebih singkat dibandingkan dengan cara lain. (Carpenter JP, 2001; Jordan S, 2003; Syarif A, 2008). Dengan pertimbangan risiko lebih besar terjadinya perdarahan pada wanita grandemultipara, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada kelompok ini dengan membandingkan lama dan jumlah darah kala III persalinan menggunakan misoprostol sublingual dengan oksitosin intramuskular yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap upaya menurunkan angka kematian ibu akibat perdarahan pada persalinan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian randomized clinical trial pada bulan Agustus sampai November 2010 dengan subyek ibu bersalin aterm (37 - 42 minggu) grandemultipara di kamar bersalin RSIA Siti Fatimah Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang yang dibagi dua kelompok yaitu kelompok yang menggunakan misoprostol 400 mcg sublingual sebagai subyek

penelitian dan kelompok yang menggunakan oksitosin 10 IU intramuskular sebagai kelompok kontrol. Bahan / alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Misoprostol tablet 200 mcg b. Oksitosin ampul 10 IU c. Sarung tangan d. Jarum suntik e. Underpad 90 x 60 cm f. Stopwatch g. Timbangan Cara kerja adalah sebagai berikut: a. Setelah penderita masuk kriteria inklusi, selanjutnya diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian, bila setuju diminta untuk menandatangani surat persetujuan dan dilakukan pencatatan dalam daftar kuesioner b. Semua penderita dilakukan pemeriksaan hemoglobin sebelum melahirkan c. Segera setelah bayi lahir pada kelompok pertama diberikan misoprostol 400 mcg sublingual dan kelompok kedua diberikan oksitosin 10 IU intramuskular d. Air ketuban yang keluar mengikuti kelahiran bayi dibersihkan dari tempat tidur, kemudian dipasang underpad pada bokong ibu yang terlebih dahulu ditimbang beratnya. e. Lama kala III (pelepasan plasenta) diukur dengan menggunakan stopwatch dihitung mulai bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap. f. Darah yang tertampung pada underpad kemudian ditimbang beratnya kemudian diubah kedalam satuan volume (ml) dengan menggunakan rumus: Vol = Berat / Massa Jenis dimana massa jenis darah adalah 1,056 g. Tidak boleh dilakukan pemijatan uterus. Saat uterus kontraksi plasenta dilahirkan dengan cara Brandt Andrews h. Jumlah darah kala III dihitung dengan menimbang darah yang ditampung mulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta Pengolahan dan analisis data : Data yang telah dikumpulkan melalui formulir penelitian, kemudian diolah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS for Windows versi 15. Uji statistik yang digunakan adalah: a. Untuk mengetahui deskripsi dari karasteristik sampel penelitian digunakan analisis univariate b. Untuk membandingkan karakteristik sampel berdasarkan jenis intervensi digunakan uji Chi-square c. Untuk menilai perbedaan lama dan jumlah darah kala III persalinan menggunakan misoprostol 400 mcg sublingual dengan oksitosin 10 IU intramuskular digunakan uji Mann-Withney dan uji T Independen HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa rerata dan simpang baku dari lama pelepasan plasenta dari seluruh sampel adalah 10,86±4,46 menit artinya lama pelepasan plasenta dalam batasan waktu normal atau < 30 menit. Untuk jumlah perdarahan dari seluruh sampel tidak ada satupun ibu yang mengalami perdarahan > 500 ml pada kala III persalinan. Rerata dan simpang baku dari kehilangan darah dari seluruh sampel adalah 223,2±57,05 ml. Dari 70 sampel, yang mengalami kehilangan darah diatas nilai rata-rata sampel sebanyak 27 orang (45%) dan lebih banyak ditemukan pada kelompok oksitosin sebanyak 17 orang (28,3%) dan kelompok misoprostol sebanyak 10 orang (16,6%).

Lama pelepasan plasenta lebih cepat pada kelompok yang diberikan misoprostol sublingual dibandingkan dengan kelompok oksitosin intramuskular dengan nilai rerata±SD 9,09±2,15 menit. Sedangkan kelompok oksitosin dengan nilai rerata±SD 10,45±2,26 menit. Hal ini secara deskriptif menunjukkan bahwa misoprostol sublingual lebih cepat dalam hal lama pelepasan plasenta sedangkan jumlah darah kala III persalinan yang menggunakan misoprostol sublingual lebih sedikit dibandingkan dengan yang menggunakan oksitosin intramuskular dengan nilai rerata±SD 190,73±18,91 ml sedangkan yang menggunakan oksitosin dengan nilai rerata±SD 220,24±39,27 ml. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah darah pada kala III persalinan masih dalam batas normal. Berdasarkan T Test Independen dapat dilihat ada perbedaan yang signifikan terhadap lama pelepasan plasenta antara misoprostol sublingual dengan nilai rerata±SD 9,09±2,15 menit sedangkan oksitosin intramuskular dengan nilai rerata±SD 10,45±2,26 menit dengan nilai P = 0,012. Berdasarkan Mann-Whitney Test dapat dilihat jumlah darah pasca persalinan dengan menggunakan misoprostol sublingual lebih sedikit dengan nilai rerata±SD 190,73±18,91 ml sedangkan yang menggunakan oksitosin intramuskular dengan nilai rerata±SD 220,23±39,26 ml dengan nilai P = 0,000 untuk jumlah perdarahan pasca persalinan. Dari 70 responden penelitian ini, hanya terdapat 3 orang (4,29%) yang mengalami efek samping berupa demam dan mual, semuanya yang menggunakan misoprostol sublingual. Sedangkan 67 orang (95,71%) tidak mengalami efek samping, pada responden yang menggunakan oksitosin tidak satupun yang mengalami efek samping. Setelah dianalisis secara statistik (ChiSquare Test) ternyata tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan terhadap jenis efek samping dari penggunaan dari kedua obat tersebut (P = 0,098).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Didapatkan lama pelepasan plasenta lebih cepat pada misoprostol sublingual. 2. Didapatkan jumlah perdarahan lebih sedikit pada kelompok misoprostol sublingual. 3. Tidak ditemukan perbedaan signifikan efek samping pada kedua kelompok perlakuan. Saran Penatalaksanaan pencegahan perdarahan pasca persalinan dengan menggunakan misoprostol perlu disosialisasikan. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2001. Mencegah perdarahan pasca persalinan : Menangani Persalinan Kala Tiga. Outlook, Vol 19. Anonymous, 2005. Misoprostol use in obstetric and gynecology. Outlook, Vol 21 Bangsawan N, Farid RB, Tessy T, 2003. Perbandingan penggunaan oksitosin dengan misoprostol pada manajemen aktif kala III. Kumpulan Makalah Bebas: Dibacakan pada KOGI XII 2003. Yogyakarta. SMF Obgin FK Unhas Beischer, Norman A, Mackay EV, 1986. Post partum hemorrhage and shock, Obstetrics and the newborn. Sydney, Hongkong, Tokyo: WB Saunders Company, Section 9, chapter 54, 501519 Begley C, 1999. A comparasion of active and physiological management of a third stage of labour, Midwifery, London, 3-17

Caliskan E, Aykan B & oztruk N, 2003. Is rectally or administered misoprostol and oxytocin combination more effective in prevention of postpartum hemorrhage when compared with oxytocyn alone? Artemis; vol 4 (4), 38-44 Carpenter Joyee P, 2000. Misoprostol for prevention of postpartum hemorrhage: An Evidence Based Review by The United States Pharmacopeia; Developed: 6/16/2000, Revised: 6/30/2001. Page 1-9 Cunningham, F. Gary Cs. 2001. Conduct of normal labor and delivery. William obstetrics, 21 th ed. New York, Sidney, Toronto, New Delhi: Mc Graw-Hill. Section IV, Chapter 13, 309-331 Connor, Timethy C, Cavanagh D, 2002. Post partum emergencies, London, Sydney, New York: Harper and row publisher, chapter 11, 292-309 Fitzgerald PA, 2004. Hypotalamic & pituitary hormones. In: Katzung BG, ed. Basic & Clinical Pharmacology. 9th ed. Singapore: McGraw-Hill; p.620-2 Gainey HL. 1995. Post partum observation of pelvic tissue damage; further studies. Amer J Obstet Gynec, 70 : 800 Ganiswara SG dkk, 1995. Misoprostol, Bagian FKUI, Jakarta, Edisi 4, 507-508 Graves C, 1996. Agents that causes contraction or relaxation of the uterus, The Pharmacological Basis of Therapeutics, New York, 9 th edition, 70-77 Jordan S, Hartono A editor, 2003. Obat oksitosik, Farmakologi kebidanan, New York, Jakarta, EGC, 143-175 Kemal K, Saifuddin AB & Rachimhadi. 2008. Fisiologi dan mekanisme persalinan normal, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Hal 296-314 Karkata MK, Saifuddin AB & Rachimhadi. 2008, Perdarahan pascapersalinan, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Hal 522-529 Llewellyn-Janes Derek. 1994. The course and management of childbirth, Fundamentals of Obstetrics and Gynecology. 6 th ed. London, Toronto, Tokyo: Mosby, chapter 10, 67-85 Menkes, 2009: Penurunan angka kematian ibu dan bayi jadi program prioritas tahun 2009. Portal Akademik Universitas Gadjah Mada. [email protected]. Accessed, Mei 25th 2009 O’Brien P et al, 1998. Rectally administred misoprostol for the treatment of postpartum haemorrhage unresponsive to oxytocin and ergometrine: a descriptive study. British journal of obstetrics and gynaecology : 212-14 Parker KL, Schimer BP. 2001. Pituitary hormones and their hyphotalamic releasing factors In: Hardman JG, Limbird LE, eds. Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of therapeutics. 10th ed. New York: McGraw-Hill; P.1558-61 Pribadi A, Saifuddin AB & Rachimhadi. 2008. Asuhan persalinan normal, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Hal 334-347 Riady, Tessy T, Murah Manoe IMS, 2009. Perbandingan efektifitas misoprostol dengan oksitosin terhadap pencegahan perdarahan pasca persalinan, SMF Obgin FK Unhas

Saifuddin AB, 2000. Persalinan normal, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 6-23 Sastrawinata Sulaiman, 2003. Pimpinan persalinan biasa, Obstetri fisiologis, Bandung: Bagian obstetric dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hal. 268-290 Sorakin, Yeram, Ransem SB, 2000. Obstetrics haemorhage, Practical strategies in obstetrics and gynecology, Philadelpia, Sidney, Tokyo, Chapter 29, 311-321 Still, Douglas K, James DK, 2001. Post partum haemorrhage and other problems of the third stage, High risk pregnancy, Management option, London, Toronto, Sidney, WB Saunders Company, Chapter 68, 1167-1183 Syarif A et al, 2008. Oksitosik. Farmakologi dan Terapi, Edisi kelima, FKUI. Hal 410-20 Tang OS, Gemzel DK & Ho PC, 2007. Misoprostol: Pharmacokinetic profiles, effects on the uterus and side effects. International Journal of Gynaecology and Obstetrics; 99, 160-7 Yanti A, Wibowo N, Wiknjosastro GH, 1999. Efektifitas misoprostol dan ergometrin oral sebagai uterotonik profilaksis dalam penatalaksaan aktif kala III persalinan. Dalam: Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 23: p. 103-108